Bagaimana umat Katolik menyikapi teori evolusi dan apakah teori evolusi ini bertentangan dengan iman? Pertama-tama kita harus memegang bahwa karena iman dan akal itu sama-sama berasal dari Allah, maka kita percaya bahwa seharusnya tidak ada pertentangan antara iman dan akal (reason) dan science yang menjadi hasil dari akal tersebut untuk mencapai kebenaran, asalkan pencarian kebenaran tersebut dilakukan dengan tulus tanpa memasukkan ide-ide pribadi yang kemudian dianggap sebagai kebenaran.
Teori Evolusi yang kita kenal sebenarnya merupakan suatu hipotesa, yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut, agar dapat dikatakan sebagai kebenaran. Sementara ini, bukti ilmiah belum dapat dikatakan mendukung hipotesa tersebut. Ada dua inti besar teori Evolusi- yang dikenal sebagai “Macroevolution/ evolusi makro”yang dipelopori oleh Darwin:
- Semua mahluk hidup berasal dari mahluk sederhana yang terdiri dari satu sel atau lebih, yang terbentuk secara kebetulan.
- Species baru terbentuk dari species lain melalui seleksi alam, dengan melibatkan kemungkinan variasi, di mana variasi tersebut dapat bertahan dan berkembang biak. Dalam abad ke-20, hal ini diperjelas dengan memberi penekanan pada kemungkinan mutasi sebagai cara pembentukan variasi. Posisi ini dikenal sebagai Neo- Darwinism.
Sebelum kita membahas lebih lanjut, kita melihat bahwa di sini terdapat 2 jenis evolusi, yaitu Evolusi makro, dan evolusi mikro. Evolusi makro membicarakan evolusi melewati batas-batas species, di mana species secara berangsur-angsur berubah menjadi species yang lain. Sedangkan evolusi mikro adalah evolusi yang berada di dalam batas satu species. Mikro evolution adalah suatu realita yang dapat kita amati secara langsung pada alam, jadi tidak perlu dipermasalahkan. Umumnya, evolusi mikro ini berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan baru, dan berupa pengurangan organ dan bukan penambahan dan penyesuaian.
Teori evolusi yang kita kenal umunya adalah evolusi makro. Ini bertentangan dengan iman, karena definisinya, teori Evolusi makro merujuk pada asumsi bahwa tidak ada campur tangan Tuhan (sebagai Divine Intelligence) sebagai pencipta umat manusia.
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa terdapat beberapa problem mengenai teori Evolusi makro, baik dari segi filosofi maupun ilmu pengetahuan, dan akal sehat kita sesungguhnya dapat menilai mana yang benar:
A. Problem Evolusi makro dari sudut pandang filosofi:
- Teori Darwin berpendapat bahwa dari mahluk yang lebih rendah dapat dengan sendirinya naik/ membentuk mahluk yang lebih tinggi, yang disebabkan oleh kebetulan semata-mata, (dan bukan disebabkan karena campur tangan ‘Sesuatu’ yang lebih tinggi derajatnya). Ini bertentangan dengan prinsip utama akal sehat: sesuatu/ seseorang tidak dapat memberikan sesuatu yang tidak dimilikinya.
- Teori Darwin tidak berdasarkan fakta konkrit bahwa species tertentu memiliki ciri khusus yang tidak dipunyai oleh species lain; sebab teori ini beranggapan bahwa semua species seolah-olah tidak punya ciri tertentu dan dapat berubah menjadi species yang lain, seperti tikus menjadi kucing, kucing menjadi anjing, dst. Hal ini tentu tidak terjadi dalam kenyataan.
- Teori ini mengajarkan bahwa kemungkinan variasi terjadi karena ‘kesalahan’/ hanya kebetulan; dan ini seperti mengatakan bahwa musik disebabkan oleh ‘keributan’ semata-mata.
- Teori Darwin tidak dapat menjelaskan perbandingan paralel antara hasil karya manusia dan satu sel mahluk hidup. Karena akal sehat dapat melihat secara objektif bahwa hasil karya manusia/ teknologi betapapun bagus dan rumitnya tidak memiliki kehidupan sedangkan mahluk satu sel memiliki kerumitan tertentu yang dapat menyebabkan ia hidup dan berkembang. Maka jika teknologi tersebut (yang lebih rendah jika dibandingkan dengan mahluk satu sel) dihasilkan oleh mahluk dengan akal yang tinggi (yaitu manusia), maka betapa hal itu harus lebih nyata dalam hal penciptaan mahluk satu sel tersebut, yang seyogyanya diciptakan oleh mahluk yang jauh lebih tinggi dari manusia.
- Evolusi tidak dapat menjelaskan keberadaan keindahan alam di dunia. Jika segala sesuatu adalah hasil kebetulan yang murni, maka hal itu tidak dapat menjelaskan bagaimana kebetulan itu bisa menghasilkan keindahan yang ditimbulkan oleh keteraturan/ ‘order’. Dari pengalaman sehari-hari, kita mengetahui tidak mungkin terdapat kebetulan-kebetulan murni yang bisa menghasilkan keteraturan dan keindahan.
- Teori Darwin tidak membuktikan bahwa Tuhan Sang Pencipta tidak ada, melainkan teori ini mengambil asumsi ketidak-adaan Tuhan sebagai titik tolak. Bahwa kemudian dikatakan bahwa pembuktian ‘kebetulan secara ilmiah’ tersebut menunjukkan demikian, itu hanya merupakan demonstrasi untuk mengulangi suatu pernyataan yang diasumsikan sebagai kebenaran.
B. Problem Evolusi makro dari segi Ilmu Pengetahuan:
- Kenyataannya, species mahluk hidup sudah jelas memiliki keterbatasan ciri-ciri yang secara genetik tidak dapat berubah. Sampai saat ini tidak ada bukti nyata tentang pembentukan species baru dari species lain menurut seleksi alam. Jikapun ada, maka mahluk persilangan ini tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang biak. Contoh: ‘mule’ , persilangan antara kuda dan keledai, tidak dapat berkembang biak/ steril.
- Hasil penemuan fosil tidak menunjukkan perubahan yang berangsur secara terus menerus pada species yang satu dan yang lain. Yang ditemukan adalah bentuk yang stabil untuk jangka waktu yang lama, dan tidak ditemukan fosil species perantara yang menghubungkan satu species dengan yang lain. Jika benar ada mahluk antara kera dengan manusia, tentu fosil mahluk antara kera dan manusia harus banyak ditemukan, namun sampai saat ini tidak demikian, sehingga dikatakan bahwa terdapat ‘missing links’ antara fosil kera dan fosil manusia. Betapa ini menunjukkan bahwa mahluk penghubungnya tidak ditemukan karena memang tidak ada! Sekalipun jika klaim missing links tersebut benar-benar dianggap otentik, tetaplah menjadi suatu pertanyaan, mengapa temuan fosil-fosil itu relatif sangat sedikit/jarang, sebab jika teori ini memang benar, maka seharusnya fosil peralihan tersebut harus dengan mudah ditemukan, sebab perubahan tersebut, jika dikatakan terjadi melalui seleksi alam maka perubahannya secara gradual dan memakan waktu yang lama, sehingga fosilnya seharusnya relatif mudah ditemukan, seperti penemuan fosil kera dan fosil manusia, kedua species yang konon dihubungkan oleh “the missing links” tersebut.
- Mutasi menunjukkan adanya pengurangan organ ataupun modifikasi organ yang sudah ada, karena kebetulan dan tidak essensial, seperti perubahan warna, bentuk, dst. Namun mutasi tidak dapat menjelaskan sesuatu yang tadinya tidak ada jadi ada. Jadi prinsipnya ‘indifferent/regressive’ dan bukan ‘progressive’.
- Darwin sendiri mengamati dengan teliti evolusi mikro, namun masalahnya dia menjadikannya sebagai rumusan untuk evolusi makro, walaupun sesungguhnya tidak dapat menjawab bagaimana sesuatu yang lebih sederhana membentuk sesuatu yang lebih rumit. Tidak usah jauh-jauh bicara soal keseluruhan tubuh; sebab bagaimana perkembangan dari satu sel menjadi organ mata atau telinga (yang walaupun kecil tapi kompleksitasnya cukup tinggi) saja belum dapat dibuktikan.
- Perhitungan matematika, yaitu teori probabilitas menunjukkan bahwa kemungkinan perubahan dari mahluk sederhana (1 sel atau lebih) menjadi mahluk yang kompleks adalah sangat kecil dan seluruh sejarah manusia tidak cukup untuk merealisasikan perubahan itu. Mungkin alibi ini termasuk yang paling mungkin dari pandangan ilmiah untuk membuktikan bahwa evolusi makro itu tidak mungkin terjadi. Salah satu tokoh evolusi seperti Jacques Monod (1910-1976) sendiri mengakui bahwa kemungkinan evolusi dari mahluk bersel satu adalah “hampir nol” dan kemungkinan terjadi hanya sekali (Jacques Monod, Chance and Necessity, NY, Alfred A. Knopf, 1971, p.114-145). Monod seorang ahli biologi, menyuarakan pendapat dalam hal biologis, namun hal ini tidak sejalan dengan kemungkinan secara matematika, yaitu bagaimana satu kemungkinan yang langka tersebut dapat terjadi, dan dapat menjadi dasar perkembangan manusia dalam kurun waktu sejarah manusia yang terbatas. Menurut statistik, hal ini tidak mungkin.
- Seandainya benar, maka diperlukan waktu yang sangat panjang untuk realisasi kemungkinan mutasi/ ‘kebetulan’ ini. Keterbatasan waktu sejarah manusia yang menunjukkan paling lama sekitar 10.000- 15.000 tahun tidak memberikan jawaban untuk kemungkinan teori ini. George Salet menulis, “…ilmu pengetahuan menemukan fungsi DNA, duplikasinya dan perkembangannya memberi dasar bagi spekulasi matematika bahwa, … periode geologis harus dikalikan dengan 10 diikuti dengan ber-ratus atau ber-ribu-ribu nol, untuk memberikan waktu bagi terbentuknya sebuah organ baru, walaupun organ yang paling sederhana sekalipun.” (diterjemahkan dari George Salet, “Hasard et certitude. Le transformisme devant la biologie actualle, Paris, 1972, p. x)
- Ilmu pengetahuan mengakui kompleksitas mahluk hidup ber-sel satu, dan tidak dapat menjelaskan bagaimana asal usul kehidupan. Dalam hal ini tokoh evolusi menawarkan penyelesaian dengan teori ‘blind chance’, tetapi seperti Monod sendiri mengakui, hal ini masih problematik, dan lebih tepat disebut sebagai ‘teka-teki’. (Ibid., p. 143)
Kenyataan di atas sesungguhnya dapat membantu kita untuk melihat hal Evolusi tersebut secara lebih objektif. Kini, mari kita lihat pandangan Gereja mengenai hal evolusi ini, yang dapat saya rumuskan dalam beberapa point:
- Kita percaya bahwa jiwa manusia diciptakan secara langsung oleh Allah, dari yang tadinya tidak ada jadi ada. Jiwa ini dihembuskan kedalam embrio manusia yang terbentuk dari hubungan suami istri. Jadi jiwa manusia bukan berasal dari produk evolusi. Dalam surat ensiklik Humani Generis (1950), Paus Pius XII menolak ide evolusi total (yang menyangkut tubuh dan jiwa) manusia dari kera (primate). Dalam Humani Generis 36, Paus Pius XII mengajarkan bahwa meskipun dalam hal asal usul tubuh manusia, masih dapat diselidiki apakah terjadi dari proses evolusi, namun yang harus dipegang adalah: semua jiwa manusia adalah diciptakan langsung oleh Tuhan. Namun demikian mengenai evolusi tubuh manusia itu sendiri, masih harus diadakan penyelidikan yang cermat, dan tidak begitu saja disimpulkan bahwa manusia yang terbentuk dari ‘pre-existing matter’ tersebut sebagai sesuatu yang definitif.
Jadi ide evolusi total ini sama sekali bukan hipotesa bagi orang katolik. Namun demikian, para ilmuwan dapat terus menyelidiki hipotesa bahwa tubuh manusia dapat diambil dari kehidupan yang sudah ada (ancestral primate), walaupun juga dengan sikap hati-hati, “great moderation and caution”. Tetapi ia harus memegang bahwa semua manusia diturunkan dari satu pasang manusia (monogenism), bukan dari banyak evolusi paralel (polygenism) seperti pada hipotesa tertentu, sebab semua manusia diturunkan dari Adam dan Hawa. Dan hal ini sesuai dengan konsep “dosa asal” yang diturunkan oleh manusia pertama. - Mengenai penciptaan tubuh manusia dari materi yang sudah ada sebenarnya tidak bertentangan dengan sabda Tuhan yang menciptakan tubuh Adam dari tanah/ debu, yang kemudian dihembusi oleh kehidupan, yang menjadi jiwa manusia (Kejadian 2:7). Namun hal ini tidak bertentangan dengan penciptaan manusia seturut gambaran Allah, sebab yang dimaksudkan di sini adalah manusia sebagai mahluk rohani yang berakal dan memiliki kehendak bebas.
- Jadi diperbolehkan, (walau tentu harus mempertimbangkan adakah buktinya yang meyakinkan) jika orang berpikir bahwa kemungkinan tubuh primata dapat berkembang mendekati tubuh manusia dan pada titik tertentu (di tengah jalan), Tuhan menghembusi jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu yang kemudian terus berevolusi (evolusi mikro) sampai menjadi manusia yang kita ketahui sekarang. St. Thomas Aquinas I, q.76, a.5, menyebutkan bahwa teori yang menyebutkan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera (evolusi makro), harus kita tolak. Tubuh Adam haruslah merupakan hasil dari campur tangan Tuhan untuk mengubah materi apapun yang sudah ada (pre-existing matter) dan menjadikannya layak sebagai tubuh yang dapat menerima jiwa manusia. Campur tangan ini mungkin saja luput dari pengamatan ilmiah, seperti yang diakui sendiri oleh Monod, saat mengatakan bahwa asal usul hidup manusia adalah suatu teka-teki.
Tidak mungkin bahwa dalam satu tubuh dapat terdapat dua macam jiwa, yang satu adalah rational (manusia) dan yang kedua, irrational (kera), sebab terdapat perbedaan yang teramat besar, yang tidak terjembatani antara jiwa kera dan jiwa manusia. Lagipula tubuh kera bersifat spesifik yang diadaptasikan dengan lingkungan hidup yang tertentu. Jadi tidak mungkin bahwa tubuh manusia merupakan hasil dari perubahan-perubahan ‘kebetulan’ dari tubuh kera.
Kemungkinan yang lebih masuk akal adalah, jika manusia diciptakan melalui ‘pre-existing matter’ seperti dari tubuh kera sekalipun, terdapat campur tangan Tuhan untuk mengubah tubuh tersebut menjadi tubuh manusia, yang tidak merupakan kelanjutan dari tubuh kera tersebut, seperti halnya terdapat campur tangan Tuhan untuk menghembuskan jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu, yang bukan merupakan kelanjutan dari jiwa kera. Inilah yang secara ilmiah dikenal sebagai ‘lompatan genetik’, namun bedanya, ilmuwan mengatakan itu disebabkan karena kebetulan semata, sedangkan oleh Gereja dikatakan sebagai sesuatu yang disebabkan oleh campur tangan Tuhan.
Namun demikian, karena sejauh ini, sains belum dapat membuktikan secara meyakinkan bahwa tubuh manusia berasal dari “pre-existing mater“, maka sikap Gereja melihat masalah ini adalah dengan sikap berhati-hati (“moderation and caution“- HG 36) - Cardinal Schonborn dalam artikel di New York Times tgl 7 Juli 2005 menjelaskan bahwa pengamatan pada mahluk hidup yang telah menunjukkan ciri-ciri yang final menyebabkan kita terkagum dan mengarahkan pandangan kepada Sang Pencipta. Membicarakan bahwa alam semesta yang kompleks dan terdiri dari mahluk-mahluk yang ciri-cirinya sudah final ini, sebagai suatu hasil ‘kebetulan’, sama saja dengan ‘menyerah’ untuk menyelidiki dunia lebih lanjut. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa akibat terjadi tanpa sebab. Ini tentu saja seperti membuang pemikiran akal manusia yang selalu mencari solusi dari masalah.”
- Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa, akal sehat manusia pasti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan yang menyangkut asal usul manusia. Keberadaan Tuhan Pencipta dapat diketahui secara pasti melalui karya-karya ciptaan-Nya, dengan terang akal budi manusia.. KGK no 295 mengatakan, “Kita percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaan-Nya. Dunia bukan merupakan hasil dari kebutuhan apapun juga, ataupun takdir yang buta atau kebetulan.”
Uraian di atas adalah merupakan prinsip dasar mengapa kita sebagai orang Katolik tidak dapat menerima teori Evolusi makro ala Darwin, sebab prinsip ajaran Gereja adalah manusia diciptakan bukan sebagai hasil kebetulan, tetapi karena sungguh diinginkan oleh Allah. Sedangkan mengenai evolusi mikro di dalam batas species, kita semua dapat menerimanya, sesuai dengan penjelasan di atas. Prinsipnya, jikapun ada evolusi, tidak mungkin melangkahi batas penyelenggaraan Allah. Allah-lah yang menciptakan manusia, yaitu jiwa dan tubuh. Jiwa manusia diciptakan dari ketiadaan, (out of nothing) dan tubuh dari materi yang sudah ada (pre-existing matter) namun Allah mempersiapkan tubuh itu agar layak menerima jiwa manusia. Kesatuan tubuh dan jiwa manusia tersebut diciptakan sesuai dengan gambaran Allah.
Selanjutnya, hal analisa mineral dan outer space hanya merupakan metoda ilmiah, yang hasilnya juga tidak dapat menjawab misteri asal-usul kehidupan.
Jadi dalam hal ini kita melihat benang merah antara science dan iman. Di samping pertimbangan akal sehat pada hasil penelitian evolusi, pada akhirnya diperlukan kerendahan hati untuk menerima apa yang diajarkan oleh Gereja. Gereja tidak menentang science, namun juga tidak dapat menyatakan hipotesa ilmiah sebagai kebenaran, karena statusnya masih hipotesa dan belum sepenuhnya dapat dibuktikan.
baru baru ini okt 2014 kenapa Paus Fransiskus menyetujui teori evolusi dan big bang yah? padahal saya setuju dgn pemahaman Gereja sebelumnya, yg seperti Bapak dan Ibu penulis jelaskan. [Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel ini, yang baru saja kami tayangkan untuk menanggapi pertanyaan Anda, silakan klik. Paus tidak mengatakan bahwa ia menyetujui teori Big Bang. Yang dikatakannya adalah bahwa teori Big Bang yang dewasa ini diasumsikan sebagai asal usul dunia-pun mensyaratkan campur tangan Allah sebagai Pencipta-Nya. Demikian pula pada evolusi pada masing-masing mahluk ciptaan [maka secara implisit menyatakan evolusi mikro], mensyaratkan Allah yang menciptakan terlebih dulu, ‘sesuatu’ itu… Read more »
Great article! Sayangnya umat Katolik masih banyak sekali yg belum paham ttg kasus ini, masih banyak yang berfikir bahwa mereka adalah keturunan monyet. Sebaiknya ada perlunya juga dibuat seminar2 ttg terjadinya bumi dalam sudut pandang Gereja Katolik. God bless.
Diskusi yang sangat menarik… Saya rasa sains dan keimanan semestinya tidak dipertentangkan karena keduanya merupakan unsur yang membangun kodrat manusia yang utuh. Manusia diberi kelengkapan-kelengkapan yang memungkinkannya menjadi makhluk purna: akal budi, hati nurani, dan kehendak bebas. Menjadi manusia yang utuh berarti menjadi manusia yang seimbang antara akal budi, hati nurani, dan kehendak bebasnya. Sains membantu menjelaskan mengenai hal-hal yang bersifat material. Namun dengan semata-mata sains saja seseorang tidak dapat menjadi manusia yang utuh. Oleh karena itu diperlukan iman. Saya bukan seorang ahli sains. Namun saya ingin men-share sedikit yang saya ketahui. Kenyataannya, ada hewan-hewan tertentu yang tak mengalami perubahan… Read more »
Shalom, Terima kasih atas artikel yang ditulis di atas, sangat baik sekali. Memang kita masih sering melihat benang merah di antara iman dan sains. Untuk khusus teori Darwin ini, Teori ini tidak dapat dinyatakan benar, namun juga tidak dapat dinyatakan salah. Ada baiknya kita jangan terlalu menjadi fanatik dan menentang teori tersebut tanpa dasar yang jelas. Selalu ingat, bahwa iman yang kuat selalu terbuka oleh ilmu pengetahuan. Menurut saya, walaupun sering terlihat pertentangan antara sains dengan agama dan iman, percayalah bahwa sains selalu mendukung agama. Ilmu pengetahuan diciptakan dengan tujuan untuk menjelaskan hasil ciptaan Tuhan yang ajaib dan indah. Maka… Read more »
Halo, Kalaupun memang evolusi makro masih hipotesa yang belum teruji kebenaranya, apakah dibenarkan untuk secara langsung mengambil kesimpulan bahwa manusia diciptakan sesuai dengan kata Injil? Menurut saya itu juga bias sebab belum ada bukti-bukti pendukung juga. [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini digabungkan karena masih satu topik, dan dikirimkan oleh pengirim yang sama.] Penerimaan teori evolusi mikro dan penolakan teori evolusi makro menurut saya suatu hal yang kurang tepat. Akumulasi dari mutasi yang terjadi akibat evolusi mikro sangat lah mungkin menembus batas-batas antar species. Selanjutnya, apabila durasi proses evolusi makro itu sendirilah yang dijadikan dasar untuk penolakan, menurut saya juga kurang tepat… Read more »
Shalom Yuwono, Kitab Suci bukan merupakan buku sains. Namun demikian, Kitab Suci menyampaikan kebenaran yang menjadi dasar ajaran iman Kristiani. Kebenaran yang disampaikan tentang Penciptaan manusia, yang disampaikan dalam tiga bab pertama dalam Kitab Kejadian, adalah: Penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan pada awal mula; penciptaan manusia secara khusus; pembentukan wanita pertama dari pria pertama; kesatuan seluruh umat manusia; kebaikan asal mula dari orang tua pertama (Adam dan Hawa) dalam tingkat keadilan, integritas, dan kekekalan; perintah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji ketaatannya; pelanggaran terhadap perintah ilahi karena bujukan setan dalam rupa ular, penurunan tingkat orang tua pertama (Adam dan… Read more »
Dear Inggrid, Terima kasih atas responnya. Saya apresiasi pola pikir skeptik anda, dan saya harapkan dari para pembaca juga mencoba untuk bertindak skeptik terhadap apapun, tanpa pandang bulu. Yang pertama saya ingin menanggapi tentang pernyataan berikut : “Memang butir-butir kebenaran ini mungkin saja tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, namun sebaliknya, tidak ada bukti ilmiah yang dapat menunjukkan bahwa ini tidak benar. ” Saya setuju bahwa tidak bisa mengatakan bahwa penciptaan manusia tidak benar 100% karena tidak ada permbuktiannya. Namun, at least ada teori alternatif yang di back-up dengan evidence sehingga menurut saya probability keabsahan teori evolusi lebih tinggi dari sains… Read more »
Shalom Bonek, Sesungguhnya apa yang Anda anggap sebagai evidence bagi teori evolusi makro itu juga dibangun atas hipotesa. Karena, dari fosil yang ditemukan misalnya, tetap dimasukkan hipotesa rekonstruksi dari sang peneliti, tentang seperti apakah kiranya bentuk ‘mahluk hidup’ aslinya, dari serpihan/ bagian-bagian fosil yang ditemukan. Hipotesa ini terus diuji oleh penelitian dari waktu-waktu, sehingga masih dapat direvisi oleh ilmuwan yang lain di zaman yang lain. Terlihat di sini, misalnya dalam berbagai teori/ hipotesa Manusia Purba, yang pernah kami ulas sekilas di sini, silakan klik. Berbagai hipotesa sehubungan dengan evolusi itu sendiri sifatnya masih demikian ‘cair’, sehingga para ilmuwan sendiri masih… Read more »
Terima kasih atas jawaban2nya Bu Inggrid. Saya kira diskusinya kita hentikan sampai disini saja.
Saya rasa Pope Francis sudah menjawab itu semua melalui berita-berita yang beredar beberapa hari yang lalu.
Saya salut dengan Pope Francis!
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2809915/The-Big-Bang-evolution-real-carried-God-says-Pope-embraces-modern-science.html?ito=social-facebook
Shalom Bonek, Silakan membaca terlebih dahulu artikel ini, silakan klik, yang baru saja ditayangkan untuk menanggapi komentar Anda. Ya, saya juga setuju, jika diskusi kita tentang evolusi ini kita akhiri sampai di titik ini, karena memang tidak ada lagi yang dapat kami sampaikan sehubungan dengan posisi Gereja Katolik yang tidak berubah, bahkan juga dengan pernyataan yang diajukan oleh Paus Fransiskus belum lama ini. Ada banyak berita media massa yang salah menafsirkan pernyataan Paus, sehingga membuat kesan seolah-oleh Paus telah mengubah posisi Gereja Katolik tentang evolusi, namun sebenarnya tidaklah demikian. Apa yang disampaikan Paus Fransiskus itu senada dengan yang pernah disampaikan… Read more »
Syalom Ibu Inggrid, Terimakasih atas penjelasan yang sangat rasional, argumentatif dan komprehensif tentang pandangan Katolik tentang teori evolusi. Saya percaya, jawaban ini juga adalah pekerjaan Allah yang dinyatakan melalui Roh Kudus. Saya benar-benar mengikuti alur diskusi ini dengan cermat. Satu hal yang perlu saya tambahkan bahwa antara teori evolusi dengan teori creatio (penciptaan)tidak ada pertentangan. Teori penciptaan yang menjadi dasar pemikiran Katolik menjelaskan tentang penciptaan sesuatu dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Sedangkan teori evolusi menjelaskan bagaimana sesuatu itu berproses setelah sesuatu itu ada. Sekalipun saya awam tentang sains, satu hal yang mengganjal dalam diri saja tentang teori Evolusi… Read more »
Shalom Kristian, Sebagaimana telah diuraikan panjang lebar di atas, Evolusi ini ada dua macam, evolusi makro dan evolusi mikro. Gereja Katolik dapat menerima adanya evolusi mirko, karena memang dapat dibuktikan secara ilmiah. Sedangkan, evolusi makro inilah yang tidak dapat langsung diterima oleh Gereja, karena teori evolusi makro ini berhubungan anggapan bahwa seluruh dunia berasal dari satu sel yang terjadi dengan sendirinya, yang kemudian berevolusi menjadi semakin kompleks. Nah maka ada dua masalah besar di sini, yaitu 1) selain bahwa masih belum dapat dibuktikannya perubahan species dari binatang yang lebih rendah/ sederhana ke binatang yang lebih tinggi/ lebih kompleks (dan juga… Read more »
Dear Bu Ingrid, Penjelasan anda “super” sekali. Saya sangat puas dengan penjelasan anda. Ada “kata-kata bijak” : Closed minded people never had a challenging thought. Saya sendiri banyak debat juga di page-page (pernah debat di page bhs Inggris), dengan orang Atheis, dll. Saya juga mengalami, bahwa kadang orang-orang yang “menutup diri” pada iman, sama sekali tidak mau mendengar tentang “penjelasan iman”, dan biasanya akhirnya akan “pusing sendiri”. Saya salut pada kesabaran Bu Ingrid dalam menjawab. Semoga Tuhan Yesus dan Roh Kudus selalu membimbing kita di dalam kebenaran, di dalam seluruh pencarian kita, di dalam kemajuan science yang kita usahakan untuk… Read more »
Shalom,
Saya mau bertanya?
Orang yg percaya teori evolusi pada umumnya adalah anti penciptaan sebagai yang tertulis dalam Kitab Kejadian.
Bagaimana kita menjelaskan bahwa bumi berusia puluhan ribu tahun dan bukan jutaan tahun seperti teori evolusi katakan?
Thanks before
[Dari Katolisitas: Untuk hal sains yang tidak ada kaitannya dengan iman, silakan saja merujuk kepada penjelasan sains. Maka tentang usia bumi tidak perlu menjadi bahan perdebatan. Namun yang menjadi perhatian Gereja adalah hal asal usul manusia, dan tentang hal ini kita mengacu kepada ajaran Gereja.]
@Raynd, kalau anda punya anak dan bertanya seperti itu, masa mau bilang usia bumi puluhan ribu tahun? ini bukan zaman kegelapan lagi, sudah nyata kok iptek membuktikan usia bumi 4.5 – 5 milyar tahun, memang masih bisa berubah tapi tidak akan jadi puluhan ribu tahun, karena jika perkiraan usia bumi berubah pun, kemungkinan malah jadi lebih lama lagi. Saran saya percaya iman ya sebatas percaya saja, jangan membandingkannya dengan ilmu pengetahuan, akan terlihat (maaf) bodoh. [Dari Katolisitas: Ajaran iman tidak ada yang menyatakan bahwa bumi berumur puluhan ribu tahun. Itu adalah interpretasi dari sejumlah orang. Maka tidak perlu membandingkan asumsi… Read more »
hanya ada dua hasil jika anda membenturkan sains dengan iman: 1. sains kalah dengan iman membuta yang tidak dapat diobservasi. 2. iman kalah dengan bukti-bukti sains yang dapat diobservasi. Dalam kasus artikel ini, anda membaca sains (teori evolusi) dengan gelas penuh dengan iman, apapun yang anda baca mengenai sains adalah baik SELAMA tidak bertentangan dengan iman. Jika bertentangan, maka anda membaca untuk menolaknya, bukan lagi dengan pandangan objektif. anda mengatakan “Teori Evolusi yang kita kenal sebenarnya merupakan suatu hipotesa”. kenyataannya, teori evolusi BUKAN hipotesa. Jika masih hipotesa, maka akan terjadi perdebatan di kalangan sains mengenai kesahihan data dan argumen evolusi,… Read more »
Shalom Joko, 1. Apakah teori Evolusi bukan hipotesa? Apakah tidak pernah terjadi perdebatan di kalangan sains? Suatu kaidah yang sudah diterima (bukan hipotesa), umumnya tidak mengundang perdebatan. Ini terlihat dalam hukum gravitasi, hukum phytagoras, hukum Archimedes ataupun teori-teori fisika lainnya, yang memang dapat dibuktikan secara empiris. Namun, fakta menunjukkan, bahwa sampai sekarang masih terjadi perdebatan di kalangan sains tentang teori evolusi. Walaupun masyarakat sains umumnya menerima teori evolusi makro ala Darwin, namun mereka tidak sepakat tentang mekanismenya. Teori Darwin mengatakan bahwa pada dasarnya semua mahluk hidup di bumi berasal dari satu sel (“a single last universal ancestor“) yang berkembang menjadi… Read more »
Dear Ingrid, saya rangkumkan fakta kesimpulan diskusi kita, karena kita bicara sains, maka yang saya tulis adalah berdasarkan sains. Saya tidak mengkritik religi tertentu, saya mengkritik informasi “scientific wanna be” seperti tulisan anda yang berpotensi menyesatkan orang di Internet. 1. Fakta: Evolusi adalah teori, bukan hipotesa. Anda tentu mengetahui definisi teori dalam science bukan? Juga mengetahui bedanya teori dan hipotesa bukan? Nah, tidak pernah dalam kalangan sains menyebut evolusi sebagai hipotesa. Jadi jelas statemen anda yang mengatakan evolusi adalah hipotesa adalah salah dan menyesatkan. 2. Teori evolusi tidak pernah menjadi perdebatan di kalangan sains. Artinya, kalangan sains menerima teori evolusi… Read more »
Shalom Joko, Pertama-tama, saya ingin menegaskan di sini bahwa situs ini adalah situs Katolik, dan tujuannya adalah menyampaikan ajaran iman Katolik, dan memang bukan untuk membahas murni tentang sains. Maka jika kami membahas tentang Evolusi, kami meninjaunya dari sudut pandang iman. Pembaca yang tertarik untuk mengetahui tentang sains, silakan mengunjungi situs-situs yang memang dikhususkan untuk itu. 1. Evolusi adalah teori bukan hipotesa? Sesungguhnya itu tergantung dari definisi yang kita gunakan. Mengambil definisi dari Wikipedia: Teori adalah abstraksi rasional dan kontemplatif atau pemikiran secara umum untuk menginterpretasikan fakta; sedangkan hipotesa adalah proposal penjelasan tentang sebuah fenomena. Maka tak mengherankan, jika seseorang… Read more »
Dear Ingrid, 1. Menjadi situs Katolik tidak berarti bisa seenaknya menyelewengkan fakta. Pada dasarnya saya tidak mendebat iman anda. Anda menulis tentang evolusi, saya paham tentang evolusi, saya mengetahui yang anda tulis salah, dan saya memberitahukan kesalahan itu hanya dengan tujuan meluruskannya karena sesuatu yang salah adalah salah, apalagi kesalahannya jelas terbukti. Menjadi situs katolik tidak berarti pengunjung situsnya hanya orang katolik, tidak berarti anda bisa seenaknya menyelewengkan fakta sains. Justru jadikanlah situs katolik sebagai cermin umat katolik yang bijak. FYI saya adalah (ex) katolik, kebanyakan keluarga saya katolik, saya sangat paham katolik, dan jujur artikel anda tentang evolusi ngga… Read more »
Shalom Joko, 1. Kami menyelewengkan fakta? Saya telah menjelaskan kepada Anda, maksud tulisan saya yang Anda anggap salah. Namun nampaknya Anda tidak menerima penjelasan saya. Dari pihak saya, jelas saya tidak berniat menyelewengkan fakta, dan sejauh dari yang saya ketahui, tidak ada dari tulisan saya di atas itu yang menyelewengkan fakta. 2. Paus Yohanes Paulus II mengakui Teori Darwin? Ini adalah kesimpulan yang tergesa-gesa yang diambil oleh media massa, namun tidak sesuai dengan keseluruhan perkataan Paus. Mari melihat langsung dari apa yang dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam kata sambutannya di hadapan the Pontifical Academy of Sciences (22 Oktober… Read more »
Salam damai dalam Kristus, Ibu Inggrid , terimakasih atas tulisannya, Saya membaca tema ini karena beberapa hari yang lalu bertemu dengan seorang Pastur yang mengatakan bahwa Gereja Katolik mengakui teori evolusi, hal itu saya tentang dengan pertanyaan saya : ” kenapa tidak ada kera yang sedang berubah jadi manusia saat ini ? “, beliau hanya diam saja. (Saya jadi bingung, kenapa ada Pastur yang berpendapat seperti itu, dan berapa banyak Pastur yang berpendapat seperti itu ? ). Sangat menyesatkan. Setelah membaca ” the Pontifical Academy of Sciences (22 Oktober 1996) ” , memang tidak ada pernyataan dari Paus Johanes Paulus… Read more »
Saya juga tidak begitu memahami, mengapa pastor itu mengatakan demikian. Namun dugaan saya adalah, karena terjadi kerancuan di sini, tentang evolusi mikro dan evolusi makro. Sebab tentang evolusi mikro, yaitu perubahan secara perlahan-lahan yang terjadi dalam satu species entah karena perubahan iklim atau perubahan lingkungan habitatnya, memang dapat terjadi, dan itu dapat dibuktikan, dan karena itu kita sebagai umat Kristiani dapat menerimanya. Sedangkan evolusi makro, yang merupakan perubahan suatu species ke species lainnya (seperti dari ikan ke anjing, kera ke manusia misalnya), nah ini yang sejujurnya belum dapat dibuktikan secara memuaskan. Kami pernah mengulasnya sekilas di sini, tentang teori Manusia… Read more »
Artikelnya menarik, terlebih diskusi antara bu Inggrid dan Pak Joko, saya mengikutinya selalu.
Saya awam baik terhadap pembahasan iman maupun teknologi, tapi mengenai kloning, saya kira saya sependapat dengan bu Inggrid, bahwa kloning bukan proses penciptaan kehidupan, karena sejauh yang saya tahu, membutuhkan sel induk (yang sudah hidup/ sedang hidup) yang nantinya akan dicopy secara genetik.
Kalau dikatakan bahwa objek kloning memiliki kehidupan tentu saya sependapat, tapi kalau dikatakan bahwa itu membuktikan bahwa manusia dapat menciptakan kehidupan, saya tidak sependapat.
Salam.
Salam damai Pak Kris, masalah cloning saya tampilkan untuk membantah kalimat bu Ingrid sbb: “Karena akal sehat dapat melihat secara objektif bahwa hasil karya manusia/ teknologi betapapun bagus dan rumitnya tidak memiliki kehidupan…” kehidupan awal memang tidak diciptakan oleh cloning, tetapi cloning menduplikasikan kehidupan yang sudah ada dan ini adalah hasil karya dan usaha manusia yang terbukti memiliki kehidupan. Jadi saya pikir cukup untuk membantah statemen bu Ingrid. Mengalihkannya menjadi isu penciptaan awal sudah keluar konteks. Jika konteksnya berubah menjadi penciptaan awal kehidupan, saya bisa mengcounternya dengan argumen experimen Miller-Urey (link http://en.wikipedia.org/wiki/Miller_urey) yang mampu menciptakan senyawa organik dari anorganik karena… Read more »
Shalom Joko, Maksud saya dengan pernyataan itu adalah, bahwa hasil karya manusia yang menunjukkan kehidupan, bukan berarti karya itu memiliki kehidupan dari dirinya sendiri, sebagai akibat penciptaan manusia. Dalam hal cloning, kehidupan tidak dapat ada jika sebelumnya tidak ada kehidupan yang akan dicopy. Proses peng-copy-an itu sendiri tidak “menghasilkan” kehidupan, namun hanya menunjukkan duplikasi dari kehidupan yang sudah ada. Maka dalam cloning, yang dilakukan manusia adalah menciptakan proses duplikasi kehidupan, tetapi bukan kehidupan itu sendiri. Proses duplikasi ini sendiri tidak memiliki kehidupan. Dalam artian inilah saya menuliskan bahwa hasil karya manusia tidak “memiliki” kehidupan, walaupun dapat saja hasil karya manusia… Read more »
Shalom Mba Ingrid, Saya mau bertanya. Di artikel di atas diterangkan “Namun demikian, para ilmuwan dapat terus menyelidiki hipotesa bahwa tubuh manusia dapat diambil dari kehidupan yang sudah ada (ancestral primate)”. Menurut para evolutionist, matters ini berkembang dari milyaran tahun yang lalu, sedangkan menurut Injil (kalau diaproksimasi), kita diciptakan 6000 tahun yang lalu. Menurut teori evolusi : tubuh manusia berevolusi dari matter selama jutaan tahun, sedangkan manurut Kitab Suci, manusia pertama diciptakan dalam satu hari. Bagaimana juga tentang all matters, apakah dari jutaan tahun yang lalu (misalnya dinosaurus berevolusi dari crustacea menurut evolutionist) atau alam semesta diciptakan dalam 6 hari… Read more »
Shalom Ucha, 1. Tubuh manusia hasil dari evolusi satu sel? Teori makro-evolusi yang mengatakan bahwa tubuh manusia adalah hasil evolusi dari satu sel sederhana, itu masih merupakan hipotesa. Mengapa? Karena hal itu belum dapat dibuktikan dan sesungguhnya malah tidak masuk akal, sebagaimana telah diuraikan di artikel di atas (lihat penjabaran point A dan B), terutama point B 5 dan 6. Berikut ini saya ambil kutipan- nya: Perhitungan matematika, yaitu teori probabilitas menunjukkan bahwa kemungkinan perubahan dari mahluk sederhana (1 sel atau lebih) menjadi mahluk yang kompleks adalah sangat kecil dan seluruh sejarah manusia tidak cukup untuk merealisasikan perubahan itu. Mungkin… Read more »
Shalom Ucha, Saya ingin menanggapi singkat saja. Menurut saya tidak mungkin sel tunggal berevolusi menjadi organisme sel jamak. [Dari Katolisitas: baiklah jika kita tidak turut berspekulasi di sini. Yang terpenting adalah, sekalipun ini dibuktikan terjadi, kita percaya segala sesuatunya terjadi karena intervensi Ilahi (Divine Intelligence), sebab secara nalar manusia memang sepertinya tidak mungkin terjadi] Serupa tapi tak sama, kita tahu bahwa evolusi terjadi karena adanya mutasi genetik. Juga kita tahu bahwa bakteri dan virus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bermutasi, makanya industri antibiotik dan antivirus seperti kejar-kejaran dengan mereka. Karena begitu mutasi maka antibiotik yang paling baru pun tidak… Read more »
Bisa kasih pendapat para tokoh gereja tentang teori evolusi gak ? Dengan referensinya. Trims.Tuhan Memberkati. [Dari Katolisitas: Menurut pengetahuan kami, pihak Gereja Katolik tidak menolak sama sekali hasil penyelidikan ilmu pengetahuan tentang evolusi. Namun demikian Gereja tetap memegang prinsip utama yang diajarkan dalam Kitab Suci yaitu bahwa 1) Tuhanlah yang menciptakan jiwa manusia dan tubuh manusia yang layak untuk menerima jiwa manusia, 2) Seluruh umat manusia diturunkan dari sepasang manusia pertama, Adam dan Hawa (monogenism), dan bukan dari banyak pasang manusia pertama (polygenism). Selanjutnya silakan membaca sekilas di link ini, silakan klik. Mohon maaf karena terbatasnya waktu dan banyaknya pertanyaan… Read more »
Saya sangat terkesan dengan tulisan Katolisitas mengenai evolusi. Saya pribadi berpendapat bahwa evolusi tidak disebabkan aspek kebetulan, melainkan kebenaran (diciptakan oleh Yang Maha Pencipta). Menurut saya Tuhan Sang Pencipta menciptakan segala sesuatu melalui suatu mekanisme sistem yang saling terkait dan dan rasional, dan akal manusia belum dapat memahami (dan tidak akan sampai) pada rasio Ketuhanan.
Yth Katolisitas,
Saya ingin bertanya mengenai Iman vs Science Knowledge
Dengan iman, kita percaya bahwa manusia langsung dibentuk dari image Allah.
Science bilang kalau berjuta2 tahun yg lalu, kehidupan tercipta dari mahluk2 sederhana, yang kemudian berkembang hingga ke sekarang ini.
Semua dibuktikan (dengan pengetahuan manusia saat ini) dengan berbagai metode ilmiah:
– teori evolusi
– cara hitung usia fosil
– analisa mineral
– eksplorasi outer space
– dan lain-lain
Bagaimana menggabungkan ke dua hal ini? Bisa tidak digabungkan? (tentunya sesuai Iman Katolik bagaimana)
Saya tunggu jawabannya, Tuhan Yesus memberkati.
Shalom Christianto,
[Dari Admin: Pertanyaan anda telah dijawab di atas, silakan klik]