Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi,  memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.  (2 Kor 1: 21-22)

Pengalaman mencintai dan dicintai merupakan pengalaman terindah dalam hidup manusia. Cinta juga adalah salah satu kebutuhan paling mendasar dalam kehidupan, sebenarnya bukan hanya bagi manusia, namun bagi semua mahluk hidup.  Kehidupan menjadi utuh dan berfungsi sebagaimana mestinya, selama cinta kasih dialami dan dibagikan di dalamnya.

Saya teringat syair lagu cinta di masa remaja, di mana saat jatuh cinta adalah saat dunia terasa begitu indah, apa saja yang diucapkan kekasih selalu diingat, semua begitu sedap dipandang, rasanya selalu ingin tersenyum sepanjang waktu. Cinta bisa begitu memberi semangat dan arti bagi hidup kita, sehingga semua aktivitas kita digerakkan dan dimotivasi olehnya seperti energi bahan bakar menggerakkan mesin atau energi listrik menyalakan lampu. Padahal itu baru cinta dari sesama manusia, yang bisa pudar, dapat lenyap, berubah seiring perjalanan kehidupan, atau pindah ke lain hati.

Sebelum manusia mengerti arti cinta untuk pertama kalinya, yaitu dicintai oleh ayah dan ibu sebagai manusia pertama yang memberikan cinta di awal kehidupannya, dan bahkan sebelum manusia menyadari bahwa ia membutuhkan cinta, sebenarnya Tuhan adalah pihak pertama yang telah terlebih dahulu dan pertama kali, mencintai manusia. (1 Yoh 4:19). Tuhan adalah Sumbernya cinta di dalam kehidupan, dan sedari sangat awal, semua ciptaan ada karena cinta kasih-Nya.

Namun pengalaman dicintai Tuhan kadang-kadang belum merupakan pengalaman yang mengubah dan menggerakkan hidup manusia, terutama bagi kita yang masih meragukan bahwa Tuhan itu ada, bagi yang hatinya pahit oleh karena berbagai kepedihan dan kesusahan hidup, bagi yang tenggelam dalam rutinitas hidup, juga yang terbuai dalam berbagai kemudahan hidup sehingga merasa bahwa segala karunia yang diterima dari Tuhan adalah sudah biasa atau sudah seharusnya ada tanpa merasa perlu untuk mengapresiasinya secara khusus.

Ada sebuah teminologi berbunyi demikian, “hurt people hurt people” (orang yang terluka, melukai orang lain). Banyak masalah ketidakharmonisan antar manusia hingga berbagai tindak kejahatan, jika ditarik akar penyebabnya, sebenarnya terjadi karena pelakunya merasa tidak dicintai dan tidak mengalami cinta. Transfer kepahitan ini bisa menjadi suatu lingkaran yang tidak ada habisnya.  Sebab kita memang tidak bisa memberikan kepada orang lain apa yang tidak kita punyai. Manusia yang tidak merasakan cinta dan dicintai pertama-tama cenderung melukai dirinya sendiri. Ia menjadi murung dan membiarkan ketidakbahagiaan merundung dirinya. Bila ia sampai melukai orang lain karena kepahitan hatinya, sesungguhnya itu juga manifestasi dari melukai diri sendiri karena pada dasarnya, manusia tidak diciptakan untuk berkeinginan melukai dan mencelakakan orang lain. Manusia lahir karena cinta dan semua yang ada padanya adalah wujud cinta kasih Allah yang telah mendesainnya demikian indah dan rumit baik dari segi fisik, jiwa dan pikirannya.

Cinta Tuhan kepada setiap orang sesungguhnya sangat personal dan dinyatakanNya dengan seribu satu macam cara. Bapa telah menciptakan kita dengan keajaiban sistem tubuh dan  jiwa, bersama segala talenta dan keunikan setiap pribadi, di dalam keajaiban kekayaan alam yang menopangnya. Yesus Sang Putra telah mencurahkan cinta sehabis-habisnya untuk kita di kayu salib, yang senantiasa memberikan Diri-Nya secara nyata di dalam Ekaristi Kudus dan menyiapkan tempat bagi kita di Surga. Dan Roh Kudus yang adalah Cinta antara Bapa dan Putra, selalu hadir mendampingi kita kapan pun kita mengundangNya dan pasti menolong kita jika kita setia meminta Ia bekerja di dalam hati kita. (Mat 7:7-8 dan Luk 11:13). Roh Kudus adalah Roh Cinta kasih Tuhan, Ia yang selalu mengingatkan kita untuk “back on track”, kepada jati diri kita yang sebenarnya, pribadi-pribadi yang sangat indah, unik, dan berharga di mata Tuhan, yang selalu dicintaiNya, yang selalu Ia inginkan untuk bahagia dan bersemangat, apapun juga keadaan kita. Dia membawa kita kembali ke tujuan akhir kita untuk selalu bersama Tuhan.

Yesus meninggalkan 99 ekor domba demi mencari seekor yang hilang. Saya membayangkan jika saya gembalanya, saya pasti merelakan yang satu itu pergi, supaya jangan dari yang 99 itu akan hilang lebih banyak lagi kalau saya tinggalkan. Namun tidak demikian dengan Yesus Tuhan kita, yang peduli kepada kita dan mengasihi kita secara personal, kasih-Nya justru mencari kita di kala kita sedang menjauh dariNya. Domba-domba yang ditinggalkanNya itu, karenaTuhan mempercayai bahwa mereka yang selalu dalam kasihNya, dapat menjaga diri dan mampu menjaga satu sama lain agar kawanan itu tetap bersama dalam naungan kasih Tuhan yang maha memelihara. Tetapi domba yang sendirian rawan terhadap aneka bahaya dan tersesat, ia memerlukan perlindungan, ia perlu ditemukan dan dipulihkan lagi oleh Sang Gembala.

Bagi setiap kita, jati diri yang sebenarnya adalah cinta kasih Allah yang telah membentuk dan memelihara kita. Roh Kudus akan selalu mengingatkan kita untuk “becoming the best version of ourselves”, menjadi yang terbaik dari diri kita, yang sudah diciptakan amat baik sejak semula. Yang layak untuk dicintai, karena berharga dan indah di mata Penciptanya. Kebahagiaan karena dicintai itu meluap ke luar, memampukan kita berbagi dan meneruskan cinta kasih Allah kepada semua orang yang kita jumpai, untuk turut membuat orang lain mengalami, bahwa Tuhan mencintai setiap dari mereka. Melalui segala bentuk kepedulian, pelayanan, pengorbanan, kerendahan hati, dan pengertian kita. Diawali dengan mencintai diri sendiri, bukan secara egois, namun secara Tuhan memandang diri kita yang berharga sejak semula. Itulah sebabnya Tuhan meminta kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri, karena diri sendiri adalah pribadi pertama untuk dikasihi dan dihargai, tidak dibiarkan dihukum terus menerus oleh perasaan bersalah, tidak dibiarkan jatuh ke dalam berbagai godaan yang menjauhkan kita dari cinta kasih Allah. Cinta-Nya yang menyentuh dan mengubah hati, memampukan kita melepaskan fokus pada diri sendiri dan mengarahkannya kepada Tuhan dan sesama, sehingga cinta-Nya dialami dan menjadi nyata bagi orang lain di sekitar kita.

Ya Roh Kudus, Roh Cinta Bapa dan Putera, bawalah selalu aku kembali, ke dalam cahaya Hati Kudus Kristus Tuhanku, tempat kutemukan semua alasan dan tujuan, seluruh kekuatan dan harapan, segenap cinta dan kedamaian. Amin.