A. PENDAHULUAN
1. Pada awal milenium ini, Gereja Katolik Indonesia telah menyelenggarakan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI). Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia disahkan oleh KWI menjadi kebijakan pastoral Gereja Katolik Indonesia. SAGKI 2000 bertema: “Memberdayakan Komunitas Basis Gerejawi dan Insani.” SAGKI 2005 bertema: “Bangkit dan Bergeraklah! Gereja Membentuk Keadaban Publik Baru bangsa.”
2. Seiring dengan kebijakan itu, Komisi, Lembaga, Sekretariat, Departemen (KLSD) KWI sebagai perangkat KWI juga berusaha mengembangkan budaya kerjasama (korporatif) dengan mengedepankan kerjasama lintas-KLSD maupun lembaga-lembaga terkait lainnya. Misalnya pertemuan untuk mencari penegasan Arah Dasar Pembinaan Iman Anak Gereja Katolik Indonesia Masa Kini, yang terselenggara di Wisma Samadi Klender – Jakarta, tanggal 21 – 24 Juni 2006, terjadi atas kerjasama Komisi Kateketik KWI, Komisi Keluarga KWI, Karya Kepausan Indonesia dan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Katolik – Departemen Agama Republik Indonesia.
3. Usaha pembentukan habitus baru dan budaya kerjasama menuntut pertobatan (metanoia). Pertobatan itu mencakup perubahan sikap dan tindakan yang merupakan gerakan pembaruan menuju keadaban publik baru bangsa.
4. Tujuan kebijakan pastoral itu hanya dapat dicapai bila dimulai dengan pembinaan iman anak sejak dini.
5. Berdasarkan kenyataan diatas dan didukung pula oleh sharing pengalaman peserta Pertemuan Mencari Arah Dasar Pembinaan Iman Anak Gereja Katolik Indonesia Masa Kini, maka diperlukan penegasan bersama arah dasar pembinaan iman anak Gereja Katolik Indonesia masa kini.
B. PEMBINAAN IMAN ANAK
6. Anak sebagai subyek.
Anak sebagai pribadi yang berharga dan unik adalah subyek pembinaan. Maka anak harus menjadi fokus reksa pastoral. Yang dimaksud dengan anak disini adalah anak usia dini dan usia Sekolah Dasar (0 – 12 tahun).
7. Anak dalam tahap-tahap pembinaannya.
Dalam usaha pembinaan iman anak, kita harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan karakteristik dan konteks sosial budayanya. Perlu kiranya diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh secara dominan dalam perkembangan anak yakni: keluarga, sekolah, teman sebaya dan kemajuan teknologi khususnya media.
8. Keluarga
Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica), tempat penyemaian dan pengembangan iman anak untuk menjadi manusia seutuhnya. Anak dihantar dan dibimbing ke arah iman dewasa (ada keseimbangan antara pengetahuan dan penghayatan iman). Oleh karena orangtua adalah mitra Allah dalam karya penciptaan manusia baru, maka harus menjadi pembina utama dan pertama serta tak tergantikan, melalui kesaksian dan keteladanan hidup kristiani sejati yang diwujudkan dengan pemberian kasih sayang yang tulus, adil dan arif bijaksana (bdk.LG 11; GE 3; FC 50).
9. Pembina iman anak
Pembina iman anak yang utama dan pertama adalah orangtua. Dalam pelaksanaannya, orangtua bekerja sama secara sinergis dan seimbang dengan para pembina iman anak di sekolah, di paroki dan di masyarakat. Pembina iman anak harus memperhatikan martabat dan hak-hak anak.
10. Hirarki
Hirarki sebagai penanggungjawab reksa pastoral Gereja mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk membimbing, mengarahkan dan mendukung sepenuhnya reksa pastoral pembinaan iman anak. Tanggungjawab hirarki dalam reksa pastoral pembinaan iman anak terungkap dalam dokumen-dokumen Gereja universal dan partikular, antara lain:
a. Dokumen-dokumen Konsili Vatikan II, Lumen Gentium art.11, Gaudium et Spes art. 50, Gravissimum Educationis art.3.
b. Catechesi Tradendae, art. 36
c. Familiaris Consortio, art.50
d Kitab Hukum Kanonik 1983, Kan.867.
e. Pedoman Gereja Katolik Indonesia 1995.
f. Hasil SAGKI 2000 yang dikukuhkan Sidang KWI 2000.
g. Hasil SAGKI 2005 yang dikukuhkan Sidang KWI 2005.
C. METANOIA
11. Demi tercapainya pembinaan iman anak yang seutuhnya dan sepenuhnya, diperlukan perubahan-perubahan (metanoia) dalam diri anak dan pelaku reksa pastoral.
a. Anak: menyadari dirinya sebagai subyek yang bertumbuh dan berkembang secara manusiawi dan kristiani serta inklusif sesuai tahap-tahap perkembangan yang dilaluinya.
b. Keluarga/Orangtua: menyadari bahwa keluarga adalah Gereja Rumah Tangga, yang berperan sebagai pembina utama dan pertama.
c. Wali Baptis: meningkatkan tanggungjawabnya dalam proses perkembangan iman anak baptis.
d. Gereja/Komunitas: lebih inklusif dan peduli pada pembinaan iman anak, terutama yang terlantar dalam pembinaan imannya.
e. Hirarki: lebih mendengarkan, melaksanakan dan meningkatkan mutu reksa pastoral sesuai ajaran Gereja.
f. Fasilitator/Para Pembina Iman Anak: membaharui diri terus menerus sebagai saksi Kristus sejati secara aktif-partisipatif.
g. Lembaga-Lembaga Reksa Pastoral: semakin meningkatkan kerjasama dengan membentuk jejaring yang sinergis.
D. REKOMENDASI
12. Dalam rangka sosialisasi dan realisasi arah dasar pembinaan iman anak, peserta pertemuan ini menyampaikan rekomendasi-rekomendasi kepada:
a. KWI
Mohon dukungan sepenuhnya serta kesediaan KWI dalam menindak-lanjuti hasil pertemuan pembinaan iman anak ini, dalam kerjasama lintas KLSD dan KKI demi masa depan Gereja dan bangsa.
b. Uskup Setempat
Mohon dukungan sepenuhnya dalam menindaklanjuti hasil pertemuan ini, dengan memfasilitasi pembinaan iman anak dan memasukkannya dalam program kerja Keuskupan serta mendorong Komisi-Komisi Keuskupan, Pastor Paroki untuk bekerjasama dan terlibat dalam upaya pembinaan iman anak.
c. KomKat, KomKel, KomDik, KomLit KWI, LBI dan KKI
Mohon agar membuat program kerja terpadu dalam pembinaan iman anak, dengan memperhatikan aspek-aspek perutusan dan kerjasama yang sinergis.
d. Ditjen Bimas Katolik
Mohon meningkatkan komitmen dalam pembinaan iman anak serta dukungan dana dan sarana, demi kemajuan bangsa dan negara.
Jakarta, 24 Juni 2006
PARA PESERTA PERTEMUAN PEMBINAAN IMAN ANAK GEREJA KATOLIK INDONESIA
Komisi Kateketik KWI
Komisi Keluarga KWI
Karya Kepausan Indonesia
Ditjen Bimas Katolik
Semoga Gereja bukan hanya mengajar apa, siapa itu Yesus tapi mampu membawa anak-anak untuk merasakan Yesus yang sungguh nyata sehingga anak mempunyai kesadaran cinta akan Tuhan yang membawanya untuk mau mendalami iman akan Allah Tritunggal dan GerejaNya. Sehingga tidak ada anak yang dalam perjalananya menuju kedewasaan masih berusaha mencari arti Tuhan dan lari ke denominasi Gereja lain,agama lain atau mungkin menjadi seorang agnostik. Anak jaman sekarang butuh Yesus bukan pelajaran tentang Yesus mesikipun perlu tapi itu bukanlah yang pertama
.
Shalom Mario Tokan,
Nampaknya perlu disadari bersama, bahwa yang pertama- tama mempunyai tugas untuk mendidik anak- anak agar mengalami kasih Tuhan dan bertumbuh dalam iman adalah orang tua, walaupun Gereja juga mempunyai peran yang penting untuk mendukung dan membantu orang tua melaksanakan tugas yang mulia tersebut. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak- anaknya, dan ini terutama dalam hal iman dan menanamkan nilai- nilai kebajikan (lih. KGK 1653).
Silakan membaca artikel- artikel di bawah ini (klik di judul berikut):
Peran Orang tua dalam Pendidikan Anak
Pendidikan iman Katolik Anak Sejak Usia Dini di Keluarga, Paroki dan Sekolah
Keluarga sebagai Pendidik Nilai- nilai Kemanusiaan dan Iman
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Pembinaan iman anak memang utamanya dari orang tua, namun melihat kondisi saat ini dimana banyak pasutri yg dua2nya bekerja diluar, sementara anak2nya sering diasuh oleh “orang lain”, juga masih banyaknya pengetahuan keimanan dari ortu yg kerap masih “kurang”, ditambah pula bila sekolah dan gereja juga tidak mampu untuk menambah pengetahuan keimanan si anak, maka jangan heran bila si anak tidak bisa merasakan kasih TUHAN dan tidak mengandalkan DIA dalam hidupnya. Akhir2 ini makin sering kita dengar kenakalan remaja yg sudah cendrung “liar”.
Saya kira perlu dipikirkan suatu gerakan yg konkrit dan effective untuk pembinaan iman anak khususnya anak remaja, karena bila tidak maka kita bisa lihat anak2 muda sekarang sudah banyak yang tidak takut berbuat dosa dan uring2an bila disuruh kegereja.
Saya mau usul ke pengurus orang muda katholik paroki agar dpt meng-inisiasi suatu kumpulan2 sel (minimal 2 dan maximal 5 orang) dng mengadakan pertemuan sekali seminggu untuk
– berdoa,
– membaca kitab suci,
– melantunkan lagu2 pujian,
– sharing apa saja mengenai persoalan hidup mereka, keluarga mereka, termasuk pengalaman rohani yg mungkin mereka temukan dalam seminggu itu,
– dan tentunya ada yg membuat laporan pertemuan sel, untuk dipakai dalam pembahasan atau bahan evaluasi di pertemuan besar (bayangkan kalau ada 10 pengurus OMK yg dapat menjadi inisiator untuk menjaring 3 orang anggota sel saja, maka akan terkumpul 30 orang dalam suatu pertemuan besar.)
Kumpulan2 sel ini harus dibawah satu koordinator OMK paroki yg sewaktu-waktu dapat melakukan pertemuan besar dengan memanggil semua sel-sel tsb misalnya per 1 – 3 bulan sekali dalam suatu acara tersendiri (misalnya misa khusus anak muda) dan juga men-sharingkan hal2 yg dipandang perlu yg ditemukan dalam laporan2 mingguan tsb.
Keberhasilan sel ini akan tergantung dari inisiator nya, maka inisiator ini terlebih dahulu harus dibina dng baik agar mereka dapat mencari dan membina anggota2 sel sesama mereka. Anggota sel ini bisa dari saudara, teman main, teman sekolah, dsb.
Selama ini saya tahu sudah banyak kegiatan kebersamaan yg non rohani yang sudah dilakukan OMK, namun terlihat banyak yg “anget2 tahi ayam” sebentaran sudah lesu darah, maka tidak ada salahnya untuk men-challenge anak muda dng kegiatan yg rohani dan membiarkan anak muda membina iman anak muda, mana tahu mereka bahkan lebih effective berbicara dan mengenalkan TUHAN kepada sesama anak muda.
GBU anak muda.
yanto
Salam Yanto,
Saya setuju dengan Anda. OMK mutlak harus mengenal Kristus dan Gereja-Nya dan belajar banyak mengenai iman dan keterlibatan nyata dalam Gereja maupun masyarakat. Beberapa kelompok kategorial giat mengurusi OMK, seperti KTM yang bisa dilihat di sini http://www.holytrinitycarmel.com/, dan ada divisi Muda-mudi dengan salah satu kegiatannya misalnya di sini http://geomium.com/event/rekoleksi-akbar-ktm-muda-mudi-jakarta-2011-2129758/ atau PDKK Muda-mudi seperti di sini http://www.karismatikkatolik.org/detailArticle.asp?id=1&id2=21&id3=243 (silahkan klik). Banyak persekutuan doa OMK berkembang.
Silahkan klik http://www.orangmudakatolik.net Di situ Anda bisa melihat alamat para ketua komisi kepemudaan se Indonesia dan bisa mengusulkan kepada mereka usulan nyata berdasarkan kebutuhan riil. Tahun 2012 tanggal 20-26 Oktober, akan diadakan “Indonesian Youth Day” di Sanggau. Hari orang muda Katolik se Indonesia ini akan mendorong paroki-paroki menyelenggarakan “youth day” nya sendiri berupa perjumpaan rohani dan kebersamaan. Mengenai “Indonesian Youth Day 2012” silahkan klik http://www.orangmudakatolik.net/iyd-2012/
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Pembina iman anak yang utama dan pertama adalah orangtua, ini seperti sebuah ultimatum atau perintah langsung kepada orangtua. Pertanyaannya: Apakah semua orangtua tahu dan mengerti? Kalau tidak mengerti, kemudian tanggung jawab pembinaan iman anak ini harus dipikul oleh siapa?
Sebuah contoh kasus: Banyak anak Katolik yang bersekolah di sekolah non Katolik (Swasta/Negeri), mengapa? Karena orang tua tidak sanggup (beaya sekolah tinggi) menyekolahkannya di sekolah Katolik.
Pendidikan agama Katolik bagi anak-anak ini menjadi tidak terarah, memang ada sekolah negeri yang menyediakan pengajaran agama Katolik, tapi lebih banyak mereka dipaksa untuk belajar agama non Katolik (misalnya hanya pelajaran agama Kristen). Sungguh menyedihkan kalau akhirnya orangtua pun tidak mendorong anaknya untuk pergi ke Gereja, maka akan semakin banyaklah komunitas Katolik KTP. Hal seperti inilah yang seharusnya kita pikirkan solusinya dan segera dilaksanakan solusi itu sebelum semuanya menjadi terlambat dan dosa sosial kita bertambah banyak…….. Semoga Tuhan memberikan petunjuk untuk kita semua… Amin.
[dari Katolisitas: Terima kasih atas sharing himbauan Anda, semoga menjadi bahan permenungan yang berharga bagi semua pihak untuk menindaklanjuti dengan karya nyata tanggung jawab pembinaan iman anak-anak kita.]
Pemenuhan kebutuhan anak sudah selayaknya dijamah dan ini bukan suatu hal baru, tetapi merujuk pada inti ajaran sebenarnya. Keberpihakan pada anak adalah mutlak namun apakah sudah menjelma dalam perhatian kasih sayang, yang tulus, adil dan arif sebagai tindakan nyata dalam hidup dan kehidupan keluarga. Proses pelibatan anak sebagai subyek menjadikan pribadi anak yang utuh, unik dan berharga. Hal ini mesti terjelma dalam aktivitas rohaniah serta menjadikan program ini adalah utama sehingga pembinaan iman anak tidak merasa terabaikan. Melalui Program KWI ini perlu ada sambutan dan dukungan dari semua pihak demi terciptanya perubahan sebagai, tindakan nyata dalam pembinaan iman anak yang searah dengan pendidikan nilai spiritualitasnya………………..Persoalan dana bukanlah menjadi dasar dalam pembinaannya namun, kesadaran dan pemahaman yang utuh itu sangatlah perlu dipupuk, mulai dari akar rumput dan bagaimana suatu akar rumput itu menjadi rumpun pisang ataupun rumpun bambu dan apakah ini adalah solusinya? belum tentu juga………….akhir kata, Salam sejahtera dan kasih persaudaraan.Terimakasih.
Luar biasa!
Program yang strategis untuk pembinaan anak ini perlu didukung juga oleh seluruh umat dari semua lapisan.
Rupanya dalam Gereja Katolik Indonesia (lewat KWI) sedang terjadi metanoia besar. Minimal ada usaha bekerja sama (kolaborasi) antar badan-badan dalam KWI (KLSD). Bahkah kerja sama dengan Ditjen BiMas Katolik. Sungguh perkembangan yang dahsyat dalam perhatian Gereja terhadap anak-anak. Ini pasti akan menciptakan perubahan sangat besar dalam kehidupan Gereja sepuluh tahun ke depan.
Kalau boleh usul, apakah Komisi Keuangan KWI bisa dilibatkan. Pertanyaannya, semua kerja sama itu apa bisa berjalan baik, lancar, dan sukses tanpa dukungan dana. Apakah hal ini harus didukung oleh Komisi Keuangan KWI atau semua Komisi yang terlibat dalam proyek ini harus mencari dana sendiri.
Terima kasih.
Tuhan memberkati.
Pembinaan iman anak bagi gereja Katolik adalah tugas dan tanggung jawab seluru umat beriman Tugas ini secara khusus harus dilaksanakan pertama dan terutama dalam keluarga. Gereja Katolik lewat kommitmennya menjadi tanda kehadiran Kristus di dunia, kiranya senantiasa memacu sikap dan perhatian bagi proses pelaksanaan pembinaan iman bagi anak-anak yang masih banyak kekurangan. Program ini kemudian boleh dilanjutkan secara terorganisir lewat pelayanan pastoral pada tinggkat Dewan Pastoral Lingkungan, stasi dan paroki. Terselenggaranya pelaksanaan pembinaan iman anak bagi orang katolik sangatlah bermanfaat guna mempersiapkan warga Katolik menuju masyarakat yang tangguh dan cerdas. Hal ini sungguh selaras dengan visi-misi Dirjen Bimas Katolik RI: Menjadi orang Katolik sungguh-sungguh seratus persen dan seratus persen Pancasilais….
Comments are closed.