Ada sebagian orang yang menyangka bahwa Tuhan terdiri dari bagian-bagian yang kompleks seperti yang ada pada kita manusia dan bagian-bagian itu dapat dibeda-bedakan antara satu dan lainnya, dan itu bagiannya itu tidak sama dengan Tuhan.

Namun St.Thomas Aquinas, mengutip pengajaran St. Agustinus, mengatakan sebaliknya, yaitu Allah itu sederhana, sehingga tidak terdiri dari bagian-bagian. Demikian katanya (selengkapnya, silakan klik  untuk membaca di link ini):

“St. Agustinus mengatakan bahwa : “Tuhan itu sungguh dan secara mutlak, sederhana” (De Trin. IV, 6,7)

Saya menjawab bahwa Kesederhanaan Tuhan yang mutlak dapat dilihat dari:

Pertama, …. Sebab tidak ada komposisi bagian-bagian yang kuantitatif pada Allah, sebab Ia bukan sebuah tubuh, tidak terdiri dari komposisi materia dan forma; kodrat-Nya tidak berbeda dengan hakekat-Nya; esensinya tidak berbeda dari keberadaan-Nya,…. juga tidak ada perbedaan pada-Nya sebagai subyek dan accident (atribut/ ciri-cirinya). Maka, jelaslah bahwa Tuhan bukan merupakan komposit [campuran dari beberapa hal], tetapi seluruhnya sederhana.

Kedua, sebab setiap komposit (campuran) ada di bawah pengaruh bagian-bagian yang menyusunnya, dan tergantung kepadanya; tetapi Tuhan adalah Yang Pertama dari segalanya [sehingga tidak tergantung dari apapun, lihat penjelasan ST I, q.2, a.3]

Ketiga, sebab setiap komposit (campuran) mempunyai sebab, karena komponen-komponennya dari diri mereka sendiri yang berbeda-beda tidak dapat bersatu tanpa sesuatu yang menyebabkan mereka dapat bersatu. Tetapi Tuhan tidak disebabkan oleh apapun, sebagaimana dijelaskan dalam ST I, q.2, a.3- sebab Ia adalah Sang Penyebab yang pertama.

Keempat, sebab di dalam komposit, terdapat apa yang potensial dapat terjadi dan hal yang secara aktual sudah terjadi; tetapi hal ini tidak dapat terjadi pada Tuhan….

Kelima, sebab tak ada suatu komposit-pun yang dapat dinyatakan sama dengan salah satu bagiannya. Dan ini nyata di dalam keseluruhan benda yang terdiri dari bagian-bagian yang berbeda-beda; sebab bagian dari seorang manusia bukan merupakan manusia, atau bagian dari kaki adalah bukan kaki itu sendiri. Tetapi di dalam keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang serupa, meskipun sesuatu yang dinyatakan oleh keseluruhan dapat dinyatakan oleh bagiannya (seperti bagian dari udara adalah udara, dan bagian dari air adalah air), namun demikian, hal-hal tertentu yang dinyatakan oleh keseluruhan tidak dapat dinyatakan oleh bagian-bagiannya. Contohnya, jika keseluruhan volume air adalah dua kubik, tak ada bagiannya yang dapat berjumlah dua kubik juga. Maka, di dalam setiap komposit terdapat sesuatu yang bukan dirinya sendiri. Tetapi bahkan jika ini dapat dikatakan terhadap apa-pun yang mempunyai bentuk (forma) yaitu bahwa sesuatu mempunyai sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sebagaimana di dalam obyek yang berwarna putih terdapat sesuatu yang tidak mempunyai hakekat warna putih; namun demikian, di dalam bentuk itu sendiri, tidak ada yang lain selain dirinya sendiri. Oleh karena itu, karena Tuhan adalah bentuk yang sempurna, atau lebih tepat disebut sebagai sosok yang sempurna, maka Ia tidak mungkin berupa komposit. St. Hilarius menyimpulkan demikian ketika ia mengatakan (De Trin. VII): “Tuhan, yang adalah Kekuatan, tidak terdiri dari hal-hal yang lemah; juga Ia, yang adalah Terang, tidak tersusun oleh hal-hal yang redup.”

….. “Bagi kita, benda-benda yang merupakan komposit (campuran) lebih baik daripada benda-benda yang sederhana, sebab kesempurnaan dari kebaikan [dari sesuatu benda] yang diciptakan tidak terdapat di dalam satu hal yang sederhana, tetapi di dalam banyak hal. Tetapi kesempurnaan kebaikan ilahi [yang tidak diciptakan] terdapat di dalam satu hal yang sederhana.”(St. Thomas Aquinas, Summa Theology, I, q.3, a.7; lih. q.4,a.1, q.6,a,2).

Dengan demikian, berdasarkan pengajaran para Bapa Gereja, dikatakan bahwa Allah itu sederhana, dan tidak ada bagian-bagian di dalam Allah, namun semuanya adalah keseluruhan dalam tingkatan yang sempurna. Atas dasar ini Tuhan dapat dikatakan sebagai Kasih, Kebenaran, Kebijaksanaan, Sang Sabda, dst; tanpa mengartikan bahwa Kasih, Kebenaran, Kebijaksanaan, Sang Sabda itu adalah bagian-bagian yang ‘menyusun’ Tuhan.

31 COMMENTS

  1. Syalom…

    Kalau saya boleh menyampaikan pendapat, sbnarnya pnjelasan tim katolisitas ttg Trinitas dsb sy rasa sudah sgt jelas dan cukup menggambarkan (walaupun memang tidak akan pernah sepenuhnya) ttg Allah kita yang memang Allah yg Satu dengan Tiga Pribadi yg tdak terpisahkan tp jg berbeda.

    Sy rasa untuk ditangkap oleh seusia remaja saja masih bisa (krn memang sy jg msh remaja dan msh bisa menangkapnya dgn iman). Asal dgn di dasari IMAN dan KERENDAHAN HATI untuk berusaha memahaminya tlebih dahulu dan membuka mata akan bukti2 yg memang sbnarnya sdh byk dan jelas sblm berkomentar kembali dan berdebat yg tdak ada ujungnya.

    Jika memang msh blm bsa mempercayainya, itu mungkin lain perkara, dan bukan alasan utk ‘ngeyel’ seolah ingin mengubah bahwa memang kenyataannya adalah Allah itu Tritunggal. krn bagaimanapun jg hal it tdak akan brubah krn memang demikian adanya. Jika mslh blm mengerti, plahan2 nantinya jg akan mndapat gambaran kok walau tdk seutuhnya.

    Krn memang iman adalah dasar segala sesuatu yg tdk kita lihat. Dan tidak ada yg bisa ke Bapa jika bukan Bapa sendiri yg menariknya. Krn itu dgn kterbatasan kita sbg manusia, kita hrs bdoa mnta ptolongan Tuhan agar Dia sendiri yg menuntun kita utk mengenalNya..

    Terima kasih.. mari kita berdiskusi kembali sesuai topik.
    Salut untuk tim katolisitas yg dgn sabar melayani. Smoga Tuhan sendiri yg trus menguatkan. Amin

  2. Hanya ada satu Bapa, satu Tuhan, dan satu Roh Kudus; bukankah itu yg kita percayai? Ketiganya merupakan tiga pribadi, apa benar? Kalau ketiganya membentuk satu grup yg disebut Allah, maka memang bahwa Allah itu esa, tunggal. Tapi, hal itu kalau dipahami sebagai kelompok, kan? Kalau tidak, bukankah Mereka itu satu, dua, dan tiga? Ketiganya tentulah bukan pribadi yg sama karena kalau mereka merupakan pribadi yg sama, bagaimana mungkin Yesus mengatakan bahwa yg mengetahui masa penghabisan itu hanya Bapa? Juga, bagaimana mungkin Roh Kudus masih harus mencari tahu apa yg tersembunyi di hati Bapa? Juga, bagaimana mungkin Yesus harus terangkat ke surga dan Roh Kudus turun melanjutkan misi penyelamatan umat manusia bersama dan melalui orang2 pilihan-Nya? Jadi, bukankah kita punya tiga sesembahan yg membentuk grup yg disebut tritunggal maha kudus?

    [dari katolisitas: Apakah anda sudah membaca link yang saya berikan? Kalau belum silakan membaca terlebih dahulu dan kalau sudah serta tidak setuju, di bagian manakah yang tidak anda setujui. Silakan juga melihat apa perbedaan antara PRIBADI dan HAKEKAT. Tentang Yesus tidak tahu hari kiamat, silakan melihat diskusi ini – silakan klik]

    • Saya sudah baca link yg dianjurkan. Ada dikutip dlm artikel tsb. surat rasul Yohanes (1 Yoh. 5: 7) yg menyatakan ada “tiga dlm satu” yg memberikan kesaksian; tiga itu: Bapa, Firman(Yesus), dan Roh Kudus. Jadi, sesembahan kita adlh tiga dan membentuk satu kelompok, kan? Kalau pemahaman tsb benar, maka analogi yg agak dekat dlm artikel tsb adalah cahaya putih. Hal tsb krn cahaya tsb merupakan gabungan dari beragam cahaya beragam panjang gelombang.

      [dari katolisitas: Yang memberikan kesaksian adalah tiga PRIBADI, di mana ketiga Pribadi tersebut ada di dalam SATU HAKEKAT. Hakekat bukanlah kelompok. Itulah sebabnya, saya menganjurkan agar kita melihat terlebih dahulu makna PRIBADI dan HAKEKAT.]

    • @ Adrianus dan Xells:

      Anda berdua sepertinya bukan katolik, jadi tak perlu berusaha untuk meminta Gereja Katolik mengubah ajarannya tentang Trinitas. Saya menduga Anda berdua bermaksud menggiring katolisitas dalam jebakan Anda, karena anda ingin memakai artikel² di katolisitas untuk anda bahas di blog² anda dan mengajarkan yg salah ttg Trinitas. Dari bebrapa diskusi di blog yg pernah saya ikuti, saya menemukan ada beberapa artikel katolisitas, yg diambil secara tidak bertanggungjawab krn kemudian ditafsirkan dan diajarkan tidak seperti yg diajarkan Gereja Katolik. Secara halus dan perlahan² diselewengkan, seperti yg sedang anda berdua lakukan sekarang ini di situs katolisitas ini. Ada banyak nama Katolik yg digunakan di sini, tapi dapat diduga itu hanya utk mengelabui, kentara sekali ada niat terselubung, yg bukan pertama² utk diskusi. Hati², setiap org katolik yg sdh dibaptis, dapat dengan mudah dilacak dia dibaptis di mana.

      Menurut hemat saya, sebaiknya aturan diskusi di situs ini kita ikuti sebaik-baiknya, sehingga terlihat alur yg makin berkembang dan menyajikan pemahaman-pemahaman yang makin berkembang pula. Katolisitas selalu memberi link untuk kita pelajari lebih dahulu, dan barulah kita melanjutkan diskusi di link-link itu bila kita ada keberatan dan sanggahan, atau masih ada pertanyaan yg ingin kita sampaikan.

      Kita bersyukur karena katolisitas sebetulnya membuka diri kepada siapa saja untuk berkunjung dan ikut berdiskusi. Maka tentu akan terlihat elegan kalau kita memang datang dengan niat untuk berdiskusi, bahkan berdebat kalau mau. Saya kira kita semua menantikan adanya diskusi atau debat yang fair, jujur dan berkualitas dan makin berkembang maju.

      Nah, dalam hal ini, pada Adrianus dan Xells, pihak katolisitas sdh mengajukan link² utk dipelajari terlebih dahulu. (Kiranya kalau Anda berdua Katolik, tetapi malah tidak mau mengerti dahulu ajaran ttg Trinitas menurut Gereja Katolik, akan terlihat janggal bukan?) Kalau anda bukan katolik, ini menjadi kesempatan bagi anda untuk membuktikan bahwa ajaran Trinitas adalah salah, tapi tentu saja setelah anda bisa mengetahui lebih dahulu yang sebenarnya seturut ajaran Gereja Katolik). Karena tentunya kita tak bisa mengatakan bahwa sesuatu itu salah, kalau kita tidak tahu yg sebenarnya. Tawaran yang menarik bukan?

      Salam.

      [dari katolisitas: Kita memakai asas praduga tak bersalah dan kita hanya dapat berdialog dengan menghindari pengulangan-pengulangan yang tidak perlu.]

      • “Ketiga pribadi adalah Allah”; itu saya kutip dari pernyataan dlm artikel katolisitas ttg tritunggal maha kudus, lho. Ketiganya punya kodrat/hakekat sebagai Allah. Apa demikian? Jadi, ada tiga sesembahan, kan?

        Kepada saudaraku Triatmojo. Bukan Romo, kan? Kalau Romo, wah, sebagai umat saya merasa terintimidasi untuk bertanya dlm. forum intelektual ini krn saya hanyalah wong ndeso tur bodo, gitu. Sebagai orang Katolik, janganlah kita alergi berbeda pendapat. Saya pikir forum ini adalah forum pelurusan pendapat bagi jemaat katolik yg membutuhkan pemahaman benar dari pengajar berlatar pendidikan teologi katolik; apalagi pengajar lulusan PT dari luar negeri yg terkenal berani berbeda pendapat dan tak dapat ditekan dg pernyatan: pasti kamu bukan katolik krn punya pikiran begitu atau begini. Lha, saya berpikiran keliru mbok diluruskan dimananya, konsep apanya. Kalau sdh benar,kan, saya nggak akan nanya macem2. Namanya aja orang awam yg ingin tahu sungguh2. Gitu tho, mister moderator?

        • Shalom Adrianus,

          Tidak menjadi masalah kalau kita mempunyai perbedaan pendapat. Triatmojo juga pengunjung katolisitas yang juga dapat mengemukakan pendapatnya di forum ini. Kembali ke diskusi kita, saya menyarankan agar anda dapat membaca kembali link yang saya berikan, sehingga dapat melihat apakah perbedaan antara HAKEKAT dengan PRIBADI. Selama dua hal ini tidak dibedakan maka anda akan melihat adanya tiga Allah. Semoga dapat dimengerti.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • Saya tlh membaca dan mencoba memahami istilah “pribadi” dan “hakekat” yg Pak Stefanus gunakan dlm artikel tritunggal mahakudus. Berikut dua contoh kalimat yg saya buat berdasar pemahaman tsb.
            Akhmad, Badu, dan Cici adalah tiap pribadi berbeda yang hakekatnya adalah manusia.
            Bapa, Yesus, dan Roh Kudus adalah tiap pribadi berbeda yang hakekatnya adalah Allah.
            Apa pemahaman saya sudah benar? Kalau sekiranya salah, mohon koreksi lewat penjelasan gamblang tanpa harus selalu menunjuk “link”.

          • Shalom Adrianus,

            Pemahaman yang anda berikan adalah sudah benar. Pribadi mengacu kepada “siapa” dan hakekat mengacu kepada “apa”. Namun perlu ditekankan sebagai berikut – yang telah ditulis juga dalam artikel tersebut “Tiga pribadi manusia tidak dapat menyamai makna Trinitas, karena di dalam tiga orang manusia, terdapat tiga “kejadian”/ ‘instances‘ kodrat manusia; sedangkan di dalam tiga Pribadi ilahi, terdapat hanya satu kodrat Allah, yang identik dengan ketiga Pribadi tersebut” Penjelasan lebih lanjut yang diberikan dalam artikel tersebut (silakan klik) adalah sebagai berikut:

            Untuk mendapatkan pengertian yang benar tentang Trinitas, maka kita tidak boleh mencampuradukkan antara Tuhan yang satu hakekat dengan tiga Pribadi, karena memang ada perbedaan antara substansi (substance)/ hakekat (essence)/ kodrat (nature) dan pribadi (person). ‘Substansi/ hakekat/ kodrat’ adalah mengacu kepada kodrat ilahi dalam kesatuan-Nya, sedangkan ‘pribadi’ merujuk kepada perbedaan yang nyata antara Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Dan hubungan antara ketiganya dijelaskan dengan kata “hubungan” (relationship). Mari kita melihat ketiga kata ini satu persatu:

            ‘Substansi’ (kadang diterjemahkan sebagai hakekat/ kodrat) dari diri kita adalah ‘manusia’. Kodrat sebagai manusia ini adalah sama untuk semua orang. Tetapi jika kita menyebut ‘pribadi’ maka kita tidak dapat menyamakan orang yang satu dengan yang lain, karena setiap pribadi itu adalah unik. Dalam bahasa sehari-hari, pribadi kita masing-masing diwakili oleh kata ‘aku’ (atau ‘I’ dalam bahasa Inggris), di mana ‘aku’ yang satu berbeda dengan ‘aku’ yang lain. Sedangkan, substansi/ hakekat kita diwakili dengan kata ‘manusia’ (atau ‘human’).

            Ketika ditanya, “Siapakah kamu?”, maka dapat dijawab, “Budi” (atau siapapun nama orang yang ditanya). Tapi ketika ditanya, “Apakah kamu?” maka jawabannya, “Manusia”. Maka pertanyaan “siapa” mengacu kepada pribadi manusia, sedangkan “apa” kepada kodratnya, yaitu sebagai manusia. Yang berbuat segala sesuatu adalah pribadi, bukan kodrat, namun kodratnya menentukan apa yang diperbuatnya. Contohnya, jika sebagai manusia ia adalah seorang ayah, maka ia melakukan apa- apa yang layak dilakukan oleh seorang ayah.

            Pada Tuhan, hanya ada satu pikiran, akal budi dan kehendak, yang seolah difokuskan tiga kali. Maka jika ditanyakan kepada Tuhan, “Apakah Engkau?”, jawab-Nya, “Tuhan”, dan jika ditanyakan, “Siapakah Engkau”, maka jawab-Nya adalah, “Aku adalah Aku” sebanyak tiga kali, sebagai kesatuan dari ketiga Pribadi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.

            Analogi yang paling mirip (walaupun tentu tak sepenuhnya menjelaskan misteri Allah ini) adalah kesatuan antara jiwa dan tubuh dalam diri kita. Tanpa jiwa, kita bukan manusia, tanpa tubuh, kita juga bukan manusia. Kesatuan antara jiwa dan tubuh kita membentuk hakekat kita sebagai manusia, dan dengan sifat-sifat tertentu membentuk kita sebagai pribadi.

            Dengan prinsip yang sama, maka di dalam Trinitas, substansi/ hakekat yang ada adalah satu, yaitu Tuhan, sedangkan di dalam kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi: ada tiga ‘Aku’, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Tiga pribadi manusia tidak dapat menyamai makna Trinitas, karena di dalam tiga orang manusia, terdapat tiga “kejadian”/ ‘instances‘ kodrat manusia; sedangkan di dalam tiga Pribadi ilahi, terdapat hanya satu kodrat Allah, yang identik dengan ketiga Pribadi tersebut.  Dengan demikian, ketiga Pribadi Allah mempunyai kesamaan hakekat Allah yang sempurna:  setiap Pribadi adalah Allah, sehingga ketiganya membentuk kesatuan yang sempurna. Yang membedakan Pribadi yang satu dengan yang lainnya hanyalah terletak dalam hal hubungan asal (origin) pada ketiganya.

            Hubungan asal ini maksudnya adalah Allah Putera berasal dari Allah Bapa, dan Roh Kudus berasal dari Allah Bapa dan Putera. Jika kita berpikir hanya tentang hubungan ini, kita dapat mengatakan sesuatu kepada salah satu Pribadi Allah yang tak dapat dikatakan kepada kedua Pribadi Allah yang lain. Kepada Allah Bapa, “Ia yang melahirkan Putera”, kepada Putera, “Ia yang lahir dari Allah Bapa”, dan kepada Roh Kudus, “Ia yang berasal dari Allah Bapa dan Putera”.

            Semoga dapat memperjelas.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

          • Penjelasan tambahan Pak Stef ttg “kejadian” kodrat yg berbeda antara tiga orang manusia dan “kejadian” kodrat yg sama antara tiga pribadi Allah sungguh susah saya cerna; apalagi di akhir penjelasan Pak Stef mengenalkan konsep “hubungan asal”. Namun, saya coba menyampaikan hasil pemahaman saya akan penjelasan Pak Stef tsb dlm contoh2 berikut. Mohon koreksi.

            Kejadian kodrat yg berbeda tiga orang manusia tsb.:
            Akhmad berasal dari Pak Yunus dan Ibu Sumirah.
            Badu berasal dari Pak Tambi dan Ibu Yuni.
            Cici berasal dari Pak Acong dan Ibu Iie.
            Jadi, Akhmad, Badu, dan Cici berasal dari sepasang pribadi lain yg juga manusia.

            Kejadian kodrat yg sama tiga pribadi Allah tsb.:
            Yesus berasal dari Bapa.
            Roh Kudus berasal dari Yesus dan Bapa.
            Jadi, pribadi Allah berasal dari diri-Nya sendiri.

          • Shalom Adrianus,

            Memang sulit sekali memberikan analogi terhadap Trinitas, karena tidak ada satu kondisipun (baik material maupun spiritual) yang dapat menggambarkan Trinitas. Coba kita melihat mundur sedikit, sebelum Inkarnasi. Dalam kekekalan, kehidupan Allah dalam tiga Pribadi yang terikat dalam satu substansi atau satu kodrat telah ada. Dengan demikian, kita harus menggambarkan Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus di dalam kekekalan, yang berarti masing-masing Pribadi ini telah ada, karena mereka adalah pribadi yang berbeda-beda namun adalah SATU Allah. Pribadi yang berbeda-beda ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain tanpa melihat persatuan kodrat atau sebaliknya karena menekankan persatuan kodrat sehingga melupakan perbedaan Pribadi.

            Dari diskusi kita sebelumnya, kita melihat bahwa perbedaan antara ketiga Pribadi tersebut adalah dalam hubungan asal (relations of origin), sehingga kita mengenal generation untuk Allah Putera (yang berasal dari Allah Bapa) dan procession untuk Allah Roh Kudus (yang berasal dari Allah Bapa dan Allah Putera). KGK, 254 menuliskan “Bapa yang melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan“. Namun demikian, karena Allah adalah kekal, maka generation dan procession juga di dalam kekekalan.

            Dalam contoh yang anda berikan, memang tiga orang (Akhmad, Badu, Cici) adalah merupakan tiga pribadi. Namun, yang menjadi masalah adalah tidak adanya pengikat dari tiga pribadi tersebut, karena seolah-olah ketiga pribadi tersebut menjadi tiga instances. Sebaliknya, KGK 255 menuliskan “Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Putera.”

            Dengan kata lain, KGK 254 menekankan bahwa masing-masing pribadi adalah berbeda, namun hanya berbeda dalam hubungan asal (relations of origin). Dalam konteks ini, kita dapat melihatnya sebagai pribadi A,B,C. Namun, KGK 255 menekankan persatuan pribadi dalam kodrat sehingga dalam setiap pribadi juga terkandung dua Pribadi yang lain. Dalam konteks ini, contoh yang anda berikan tidak dapat menggambarkan pribadi Trinitas, karena orang A tidak terkandung B dan C, B tidak terkandung A dan C dan C tidak terkandung A dan B. Inilah sebabnya, untuk menggambarkan perbedaan dan persatuan dalam kehidupan Trinitas ini, maka St. Agustinus dalam bukunya, On the Trinity (Book XV, ch. 3) menjabarkan ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi untuk menggambarkan Trinitas, yaitu:

            1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
            2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
            3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.

            Semoga contoh-contoh dari St. Agustinus dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

          • Ada beberapa kejadian asal:
            1. Sel kelamin jantan bertemu dg sel kelamin betina, terbentuklah embrio, makhluk hidup. Contoh: kejadian manusia.
            2. Sel2 membelah diri hingga terbentuk makhluk hidup. Contoh: amoeba membelah diri menjadi beberapa amoeba lain.
            3. Tukang bangunan menyusun batu bata, mengaduk campuran semen, dll, membangun rumah.
            4. Cara lain2.

            Kejadian asal Bapa, Putera, dan Roh Kudus mungkin tergolong cara lain2.
            Mungkinkah mekanisme trinitas mengada serupa kejadian asal ke-2? Maksudnya: terjadi pembelahan Roh. Bapa menjadikan Anak dg membelah diri; demikian pula Anak menjadikan Roh Kudus dg membelah diri.
            Atau…, mungkinkah kejadiannya: Bapa berfirman, maka jadilah Anak; demikian pula Anak berfirman, maka jadilah Roh Kudus?
            Walahualam, siapa yg tahu. Itu merupakan misteri.

            Oya, ingatan akan kata2 berikutlah yg melandasi saya masuk dlm forum katolisitas: “Tambahlah pengertian kepada imanmu.”
            Beriman? Rasanya, sih, sudah. Berpengertian atau berpengetahuan? Rasanya, kok, belum.
            Dan…, kata2 yg membuat saya “rodo ngeyel”: “Besi menajamkan besi”. Itulah sebab gaya nalar saya dipandang agak mencurigakan krn cenderung memancing dan mengarahkan, menentang dan mendorong. Semua itu dilakukan hanya untuk menghadirkan pendapat yg mungkin dapat memfalsifikasi pengertian lama saya.

          • Shalom Adrianus,

            Membaca contoh yang Anda sertakan, saya rasa tidak tepat jika Trinitas diandaikan sebagai sel yang membelah. Allah Bapa tidak membelah diri menjadi Allah Putra, ataupun membelah diri menjadi Roh Kudus. Allah adalah Roh (Yoh 4: 24) sehingga untuk menggambarkannya dengan baik, Allah tidak dapat diandaikan sebagai suatu materi, dalam hal ini, sel. Memang ada banyak perumpamaan yang diambil orang untuk menjelaskan Trinitas, namun pada akhirnya harus diakui semua perumpamaan itu, walaupun mungkin dapat membantu- namun tidak dapat secara persis menjelaskan ataupun menggambarkan Trinitas.

            Untuk membaca penjelasan tentang Trinitas, saya mengundang Anda untuk membaca artikel berikut ini:

            Trinitas, Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi, silakan klik.

            Allah menciptakan alam semesta dengan Fiman-Nya (lih. Yoh 1: 1-3), namun tidak menciptakan Allah Putera dengan Firman-Nya, sebab Firman-Nya itu sendiri adalah Sang Putera. Sang Firman ini sudah ada sejak awal mula, maka Ia bukan diciptakan ataupun dijadikan oleh Allah Bapa. Para Rasul merumuskannya dalam syahadat, bahwa Putera lahir (‘begotten‘) dari Allah Bapa sebelum segala abad, dan Ia sehakekat (‘consubstantial‘) dengan Bapa.

            Selanjutnya silakan membaca artikel yang link yang saya sertakan di atas, dan jika masih ada pertanyaan sehubungan dengan Trinitas, silakan bertanya di bawah artikel tersebut.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • yth katolisitas

            Mengapa tidak diberikan pernyataan yang gamblang dan dapat diterima semua pihak karena hal ini (trinitas sering dijadikan polemik) trutama untuk mengklaim/bahwa kita mempunyai 3 Tuhan.
            Bagi saya trinitas bukanlah misteri
            berawal dari pesan Yesus Matius 28:19
            Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
            dalam ayat ini disebutkan dalam NAMA, ketiga Nama/Pribadi itu disatukan dalam ayat * Yohanes 4:24
            Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Allah adalah ROH, ROH itu tidak mengenal Ruang dan waktu.
            ROH ALLAH YANG MAHA KUDUSLAH yang ada dalam 3 pribadi Anak, Bapa dan ROH itu sendiri.
            itu pemikiran saya yang sederhana
            boleh ditanggapi lho

          • Shalom Dimas Kelly,

            Sebenarnya terlalu menyederhanakan Trinitas menjadikan definisi dan konsep menjadi tidak presisi dan sebaliknya memberikan penjelasan yang terlalu kompleks membuat penjelasan tidak dapat dimengerti. Silakan melihat penjelasan Trinitas di sini – silakan klik. Tentu saja amanat agung di Mat 28:19-20 dapat menjadi salah satu dasar dari Trinitas. Penjelasan Anda bahwa Allah adalah Roh dan ada dalam tiga Pribadi belum mempunyai dasar yang kuat kalau hanya berpatokan pada Yoh 4:24. Namun, kalau dihubungkan dengan Yoh 4:23-24, maka kita dapat melihat hubungan antara Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Dan cara penyembahan yang benar ini terjadi dalam setiap perayaan Ekaristi, di mana dalam doxologi didoakan “Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia, dan dalam Dia bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

        • Pak Adrianus,

          Saya kira anda bisa mengerti keberatan saya. Sebab, sebagai pengunjung katolisitas kita juga mengharap ada perkembangan yang makin hari makin maju bukan? Katolisitas sdh meminta dengan hormat utk terlebih dahulu mempelajari link. Dan bila ada keberatan kita dapat mengajukan pertanyaan lagi. Mustinya proses itu kita ikuti. Saya kira kita diajak juga utk meluruskan cara² supaya dpt berdiskusi dengan baik. Terutama supaya tidak terjadi pengulangan².Pernyataan² saya wong ndeso, awam, bodo, dan sedang bertanya pada Teolog lulusan Luar Negeri, itu jarang sekali digunakan oleh umat katolik, krn wlopun tampaknya mau mengungkap kerendahhatian, tp jstru kesan sombong yg muncul, tapi itu saya kira bukan bagian dari diskusi.

          Saya sangat setuju ada perbedaan pendapat, bahkan itu yang juga selalu saya nantikan dlm diskusi terutama ttg Trinitas,karena masing² kita juga harus menguji pemahaman kita akan Trinitas. Tapi masalahnya ada sesuatu yg janggal dlm cara anda bertanya. Keberatan saya ada dalam paragraf terakhir komen saya di atas. Lalu sebagai kecurigaan saya kira juga sah-sah saja, apalagi saya tidak sekedar menuduh, krn saya memberikan alasan-alasannya. Soal kepastiannya tentu Anda sendiri yg tahu. Saya sengaja menyampaikan secara terbuka, walaupun bisa saja saya sampaikan lewat inbox ke katolisitas.

          Hemat saya hal-hal seperti ini juga perlu dibicarakan. Kewaspadaan juga perlu diawali dengan curiga. Asal jangan menuduh. Saya merasa tidak menuduh karena saya memberikan alasan-alasannya, yang juga bisa saya pertanggungjawabkan, karena ada beberapa diskusi di blog lain yg saya copy. Mereka memang mencantumkan bahwa artikel diambil dr katolisitas, tp ya hnya sebagai artikel yg “mati” krn dibahas atau dibedah secara sepihak. Saya hanya bisa membantu dengan memberi link² terkait. Saya bisa menunjuk nama-nama mereka yang mengunjungi situs katolisitas, ketika mereka masih menggunakan nama-nama akun di blog-blog mereka. Tapi akhir-akhir ini, saya mendapati ada beberapa akun, yang cara-cara bertanyannya mirip mereka, tp tidak lagi tampil sebagai yg nyata² kontra iman katolik. Curiga dulu boleh kan? Salah satunya Xellz. Jd dugaan saya, xellz orang yg berwawasan luas, pertanyaannya bagus. Lalu klo ke anda, ya anda juga bukan orang bodo dan pertanyaan anda halus dan bermutu. Moga² dugaan saya benar. Anda sendiri yg tahu.

          Nah, saya kira tak ada lgi yg perlu dipermasalahkan. Kalau anda Katolik, moga² anda bisa mengerti keberatan dan kecurigaan saya. Dalam hal ini saya juga kasihan pada Pak Stef atau team yg harus mengulang² pesan utk membaca link, demi tidak sering terjadi pengulangan penjelasan, wlo itu tugas dan resiko mereka. Anda tidak sengaja ingin membebani mereka kan?

          Kalau anda bukan katolik (kan saya tetap belum tahu), semoga anda bisa memanfaatkan kesempatan untuk membuktikan bahwa ajaran Trinitas salah, tanpa perlu malu bahwa memang anda datang utk berdiskusi dan berdialog atau bahkan berdebat. Saya kira itu jauh lebih fair.

          Tks dan Salam.

          [dari katolisitas: Mari kita kembali kepada diskusi dan bersama-sama kita berfokus pada topik diskusi. Memang menjadi tantangan tersendiri bagi kami, ada begitu banyak pertanyaan yang sebenarnya telah dijabarkan baik dalam artikel, maupun tanya jawab dan juga dialog panjang. Dalam keterbatasan waktu, kami tidak dapat melayani diskusi satu persatu, karena dari semua yang baik, maka dalam keterbatasan kami, kami harus memilih mana cara yang paling baik dan memberikan efek yang lebih luas.]

          • Terimakasih banyak Pak Stef. Saya bisa mengerti. Tak ada proses yang selalu berjalan mulus dan lancar. Saya ikut kembali menyimak diskusi tentang Trinitas terutama diskusi dgn Sdr. Adrianus.

            Semoga kita semua semakin mendapat terang Roh Kudus untuk menyelami misteri agung ini. Betapa Allah “nekad” mempertaruhkan misteri yg teramat sulit dipahami ini untuk diajarkan secara turun-temurun sejak dari Para Rasul sampai saat ini. Seturut daya pikir manusiawi tentunya itu tidak mungkin, karena perubahan jaman mengandaikan pula perubahan pemikiran, perkembangan jaman mengisyaratkan perkembangan pemikiran. Namun berkat Roh Kudus yang kita rayakan kehadiran-Nya kemarin dalam HR. Pentakosta, Gereja dijaga tetap mengajarkan misteri Tritunggal ini tak berubah dari jaman ke jaman.

            Doa saya selalu utk team katolisitas.Tuhan memberkati.

        • Salam, Adrianus

          Sungguh syukur pada Allah, Adrianus bersemangat mencari dan menggali ajaran Gereja agar dapat mengenal Allah lebih dalam. Semoga ia berkenan menyinari budi dan hati kita agar mampu mengenalnya.

          Izinkan saya berbagi pendapat pula mengenai Tritunggal. Bagi saya sendiri, memenuhi Tritunggal sepenuhnya belum dapat saya lakukan. Saya percaya pengenalan penuh itu hanya dapat terwujud setelah kita dipersatukan denganNya nanti di akhir hari. Namun, hal itu tidak menjadi alasan bagi saya untuk berhenti mencari atau menarik kesimpulan yang lebih masuk akal menurut pengertian saya.

          Saya percaya Allah mengutus PutraNya untuk menebus dan menanamkan bibit KerajaanNya : Gereja. Melalui Gerejalah Allah mewahyukan siapa Ia sebenarnya. Pewahyuan jati diri Allah mengungkapkan bahwa Ia adalah sesembahan yang tunggal, esa, namun dalam tiga pribadi. KetigaNya tidak sama, tetapi ketigaNya bukan 3 sesembahan/3 entitas dalam satu kelompok yang bernama Allah. We are babtized in the name (bukan in the names) of Father, Son, and Holy Spirit (Matt 28.19).

          Sepanjang sejarah, terbukti bahwa Gereja membela pengertian yang sulit dipahami ini dengan garang. Bukan berdasarkan egoisme atau harga diri semata, melainkan karena demikianlah yang Kristus ajarkan. Gereja mendapat mandat untuk mengajarkan semua yang Yesus telah ajarkan. Wajar bila Gereja bertanggung jawab menjaga kebenaran dan keutuhan ajaran Kristus.

          Kesulitan kita memahami Tritunggal juga sebenarnya bukan alasan untuk menduga atau bahkan merubah ajaran tersebut. Saya percaya banyak saudara seiman kita di berbagai abad-abad lalu juga mengalami hal serupa. St. Agustinus mengajarkan dengan tepat langkah pertama untuk kita : “crede ut intelligas”(imani untuk bisa mengerti). Kita imani, sekalipun belum sepenuhnya mengerti, agar kita nantinya bisa mengerti.

          Iman ini bukanlah iman buta karena kita Kita mempercayai sumber ajaran yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Kita dapat mempertanggungjawabkan iman kita pada ajaran Gereja melalui banyak hal, seperti kredibilitas Gereja sepanjang sejarah, mandat Kristus pada Gereja yang tercatat dalam Kitab Suci, catatan sejarah, dan banyak hal lain.

          Setelah mengimani, kita baru akan dapat melangkah menuju “intellige ut credas” (mengerti untuk mengimani). Kita menggali pengertian dan akal budi kita dalam ajaran Gereja untuk mengembangkan iman kita. Iman yang telah berkembang itu lalu akan menuntun kita untuk mengerti lebih baik tentang Allah. Demikian seterusnya kedua langkah tersebut akan saling bergantian dalam hidup kita seperti saat kita berjalan dan berlari dengan kedua kaki yang bergantian.

          Sebagaimana Bunda Maria mengimani dahulu, sebelum memahami keutuhan rencana Inkarnasi dan Keselamatan, kita mengimani ajaran Tritunggal yang diajarkan Kristus. Dengan demikian, kita dapat berharap kita akan diangkat pada kepenuhan pengenalan akan Allah nantinya, sebagaimana Bunda diangkat ke surga. Saat itu, kita bersama-sama akan menyembah dan mencintai Ia yang akan kita kenali seutuhnya. Semoga Allah berkenan menganugerahkan demikian pada kita. Amin.

          Pacem,
          Ioannes

      • syalom triatmojo..

        skakmat!! anda kalah..hahaha

        anda sendiri menyampaikan tuduhan2 kepada saya tanpa bukti. Menurut saya, ini tidak perlu dilakukan ketika diskusi. Bagi saya, ketika saya berdialog, apa saja agamanya, yang pertama saya lihat, bukan orangnya, namun pertanyaannya, baru memikirkan jawaban.

        lalu, manakah pertanyaan atau pernyataan saya yang menurut anda “bermaksud menggiring katolisitas dalam jebakan Anda, karena anda ingin memakai artikel² di katolisitas untuk anda bahas di blog² anda dan mengajarkan yg salah ttg Trinitas.??”

        saya sendiri nggak mainan blog, apalah itu….

        yang mana : “Secara halus dan perlahan² diselewengkan, seperti yg sedang anda berdua lakukan sekarang ini di situs katolisitas ini????

        anda mengatakan : Maka tentu akan terlihat elegan kalau kita memang datang dengan niat untuk berdiskusi, bahkan berdebat kalau mau. Saya kira kita semua menantikan adanya diskusi atau debat yang fair, jujur dan berkualitas dan makin berkembang maju.”

        malah sepertinya anda sendiri yang tidak jujur dan berkualitas….

        kata-kata anda yang emosional, malah mencap jelek orang katolik…anda takut terjebak. Seharusnya, jika iman anda benar, anda tidak akan takut dengan pertanyaan baik yang menjebak atau menyeleweng, karena anda tahu pasti mana yang sesuai dan benar..bukankah Yesus sendiri sering dijebak dengan kata-katanya oleh orang farisi dan ahli taurat? takutkah anda-sebagai pengikut Yesus-dengan pertanyaan jebakan?

        karena anda sendiri mengatakan : Karena tentunya kita tak bisa mengatakan bahwa sesuatu itu salah, kalau kita tidak tahu yg sebenarnya.

        kiranya, pertanyaan saya selalu berhubungan dengan artikel2 katolisitas.
        pertanyaan saya misalnya:

        intinya,mengapa Allah mempunyai Tiga pribadi, bukan karena memang seperti itu struktur/komposisi Allah.,,, (bukankah ini sesuai bahwa Allah tidak terdiri dari bagian-bagian?) tidak ada kompisisi,’Allah terdiri dari apa saja? atau Allah tersusun atas apa?
        selanjutnya saya mengatakan :Namun karena manusia MENGALAMI Allah dalam tiga pribadinya.

        katolisitas menjawab :Trinitas bukanlah hanya sekedar apa yang DIALAMI oleh manusia, namun merupakan kebenaran wahyu Allah, di mana tanpa Allah menyatakan-Nya kepada kita, maka kita tidak akan mengetahuinya.

        saya ulangi:
        di mana tanpa Allah menyatakan-Nya kepada kita, maka kita tidak akan mengetahuinya
        saya ulangi:
        …Allah menyatakan-Nya kepada kita…

        menyatakan BUKAN mengatakan sebab : tidak ada satu ayatpun yang MENGATAKAN bahwa Allah berfirman : Aku adalah trinitas..

        [dari katolisitas: Tidak ada ayat spesifik yang menyatakan Trinitas, namun bukan berarti kebenaran akan tiga Pribadi dalam satu Allah adalah tidak ada. Di artikel ini – silakan klik, telah dijelaskan secara panjang lebar.]

        inilah apa yang saya sebut sebagai ‘apa yang manusia(katolik) ALAMI’
        sebab, wahyu ALLAH yang diwahyukan kepada manusia, haruslah dialami oleh manusia itu sendiri, tanpa manusia mengalami wahyu Allah itu, tidak mungkin manusia akan mengetahui,percaya dan memahami….

        [dari katolisitas: Kebenaran akan Trinitas, bukanlah berdasarkan apa yang dialami oleh manusia, namun berdasarkan kebenaran yang diberikan oleh Allah sendiri. Kami sudah mencoba menguraikannya di artikel di atas.]

        Pengalaman Akan Allah itulah yang membawa sebuah kebenaran mengenai hakekat dan pribadi Allah yang adalah trinitas.

        karena bagi saya umat lain yang tidak percaya akan trinitas, adalah karena belum MENGALAMI kasih Allah, seturut iman Kristen…
        itulah(menurut saya) walaupun “…Allah menyatakan-Nya kepada kita,maka[tetap saja] kita tidak akan mengetahuinya.” karena belum mengalaminya…

        terimakasih.

        [dari katolisitas: Akhirnya, silakan membaca terlebih dahulu link-link yang telah saya berikan dengan sungguh-sungguh, dan kemudian mari berfokus pada diskusi dan menghindari pengulangan-pengulangan argumentasi. Semua komentar yang tidak berhubungan dengan diskusi tidak dapat kami masukkan. Semoga dapat diterima.]

        • syalom katolisitas..

          baik, saya perjelas….

          [dari katolisitas: Tidak ada ayat spesifik yang menyatakan Trinitas, namun bukan berarti kebenaran akan tiga Pribadi dalam satu Allah adalah tidak ada. Di artikel ini – silakan klik, telah dijelaskan secara panjang lebar.]
          >>>saya tidak (pernah) menyangkal bahwa trinitas adalah benar, dan suatu kebenaran mutlak tentang Allah. Oleh sebab itu penekanan ada pada PERNYATAAN karena tidak secara literal tertulis.
          (me-nyata(real/benar)-kan brbeda meng-kata(ucap/literal)-kan)

          [dari katolisitas: Kebenaran akan Trinitas, bukanlah berdasarkan apa yang dialami oleh manusia, namun berdasarkan kebenaran yang diberikan oleh Allah sendiri. Kami sudah mencoba menguraikannya di artikel di atas.]
          >>> saya setuju bahwa kebenaran Akan trinitas berasal dari Allah. Sebab jika bukan dari Allah, bagaimana kita tahu (dan percaya) itu benar?

          yang saya maksudkan adalah: bagaimana manusia mengetahui kebenaran yang dari Allah itu, adalah dengan manusia MENGALAMINYA.(ketika saya berbicara dari sudut pandang manusia),

          mungkin tim katolisitas melihat dari sisi Allah yang memberikan, namun saya melihat dari sisi manusia yang menerima.

          sehingga dari kemanusiaan saya, saya harus mengalami apa yang diberikan Allah itu.

          bagaimana musa bisa menerima hukum taurat jika musa tidak pernah mengalami pemberian Allah itu?

          akhirnya, bagaimana anda mengetahui dan menerima kebenaran Allah yang diberikan kepada anda, tanpa anda mengalami pemberian dan apa yang diberikan Allah itu?

          >> kata ‘anda’ bisa bermakna manusia dan pribadi.

          memang seolah seperti saya mengatakan bahwa trinitas berasal dari manusia, padahal dari Allah yang dialami oleh manusia.

          • Shalom Xellz,

            Jadi sampai tahap ini kita setuju bahwa kita mempercayai kebenaran yang diberikan di dalam Kitab Suci, walaupun tidak dinyatakan persis sama, seperti kata: Trinitas, transubstansiasi. Point yang ke-dua, kita mempercayai bahwa kebenaran tentang Trinitas adalah dinyatakan oleh Allah. Bagaimana manusia dapat mengetahui bahwa kebenaran itu datang dari Allah, maka sebenarnya hal ini dapat ditinjau dari filosofi maupun Wahyu Allah seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, yang terus diajarkan oleh para Bapa Gereja dan didefinisikan oleh Magisterium Gereja. Kalau kebenaran ini diukur dari pengalaman manusia, kebenaran ini menjadi tidak obyektif, karena manusia dapat mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Disinilah kita melihat bahwa iman bukanlah berdasarkan pengalaman atau perasaan kita, namun berdasarkan kepercayaan akan yang memberikan saksi. Karena yang memberikan saksi adalah Tuhan sendiri dan Tuhan tidak mungkin berbohong, maka kita mempercayainya. Jadi, pernyataan bahwa di dalam diri Allah ada tiga Pribadi adalah dari Allah, dan manusia menerima sebagai kebenaran iman, karena mempercayai kesaksian Allah.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

          • Dear Xellz,
            istilah “Trinitas” memang tidak ditemukan dalam Alkitab. Sama seperti istilah “Tauhid” tidak ada dalam Al Quran(spt yg banyak saya baca dr artikel-artikel. cmiiw).
            Tetapi tentang ketiga Pribadi TUHAN yang berhakekat satu itu tercatat diwahyukan dalam Alkitab dari Kejadian sampai dengan Wahyu.
            – Paling depan adalah dalam Kej 1:1-3 ketiganya disebut krn ada Sang Sabda dan Roh Allah. (Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.)
            – Lalu muncul kata “Kita” pada Kej 1:26-27. Kita di sini ditafsirkan sbg TUHAN berbicara kepada diriNya sendiri antar Pribadi. Ada yang menafsirkan TUHAN berbicara dengan atau meminta nasehat para malaikat, namun ini tidak konsisten dengan Yes 40:12-14 (Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca? Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?)
            bahwa tidak ada yang bisa memberi nasehat/petunjuk kepada TUHAN. Jadi yang paling sesuai adalah –> hanya TUHAN sendirilah (antar Pribadi Tritunggal) yang saling berdiskusi dalam proses penciptaan, apalagi jika dilihat juga kaitannya dengan Kej 1:1-3 di atas.
            – Pada shema di Keluaran ada kalimat “Shema Yisrael, Adonai Elloheinu, Adonai Echad” –> Dengarlah Israel, TUHAN Allah kita, TUHAN itu satu.
            Di sini merupakan pernyataan bahwa Allah Israel adalah YHWH dan Dia adalah Satu serta Dialah satu-satunya Allah yang benar. Ini membedakan mereka dari bangsa lainnya saat itu yang allahnya banyak dan sekaligus pernyataan monotheisme dan eksklusivisme mereka.
            Tapi perhatikan kata yang diwahyukan adalah Echad untuk satu dan bukan yachid. Arti echad adalah satu, tetapi juga bisa berarti unity. (Dikatakan Adam dan hawa menjadi echad, dan lain-lain). Sense orang Semitic untuk echad bisa juga seperti ketika menyebut “satu air”. Di sini kurang lebih sense echad, beda dengan yachid yg sensenya seperti menyebut “satu onggok batu”. Air adalah sesuatu yg susah dikwantifikasi menjadi satuan sementara seonggok batu adalah mudah dikwantifikasi. Jadi “satu” nya TUHAN itu sudah diwahyukan bahwa tidak mudah untuk dihitung seperti satu benda atau zat. Suatu hal yg mustahil bagi kita untuk menimbang dengan neraca kita. Tapi yang jelas tidak ada yang lain yg boleh disembah dan diabdi selain Dia.
            – Masih banyak ayat lain yang bisa ditengok tentang kehadiran Tritunggal.

            Mengapa kita tidak menyebut dia satu saja apa pentingnya Tritunggal ?
            Karena kita diajak untuk lebih dalam mengenal Dia dan mendapatkan keselamatan dari Nya sebagai anak dan ahli waris KerajaanNya serta
            mengerti arti kehidupan dan mempunyai arah surgawi dalam kehidupan kita. Ingat Yakobus 2:19 (Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.)
            Amin

          • syalom kejujuran

            terimakasih sudah menanggapi. Kiranya pertanyaan saya bukan benar-tidaknya trinitas, tetapi bagaimana (bukan darimana : karena sudah jelas bahwa Allah sendiri yang menyatakanya) kita mengetahui kebenaran itu sendiri?

            nyatanya alkitab telah dibaca oleh hampir semua manusia, namun lebih banyak yang tidak percaya.

          • syalom pak stef.

            terimakasih atas tanggapanya.

            setelah saya memikirkan kalimat ini :Kalau kebenaran ini diukur dari pengalaman manusia, kebenaran ini menjadi tidak obyektif, karena manusia dapat mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.

            saya setuju sekali, memang manurut saya, manusia akan selalu subjektif. Pemhaman saya akan penjelasan anda pun subjektif. Tidak pernah ada sesuatu yang objektif, kecuali halnya sendiri.

            Tuhan adalah objektif, tetapi penjelasan akan Tuhan(lepas dari wahyu) adalah subjektif. Makanya timbul banyak agama dengan definisi yang berbeda-beda….

            memang jika kita menjelaskan Tuhan hanya–dan hanya karena pengalaman jeas tidak benar, bukankah iman adalah anugerah? Artinya kita percaya Tuhan saja karena Dia-lah yang menganugerahkan kepercayaan (iman) itu kepada kita, bukan atas usaha kita.

            maksud saya begini, kebenaran akan allah yang kita terima bukan sepihak. Bukan hanya karena Allah yang menyatakannya, tetapi juga ada kita yang menerima.

            ketika allah menyatakan kasihnya, melalui Yesus harus ada manusia yang mengalami Yesus ini, hingga mereka bisa bersaksi mengenai kebenaran itu.
            dalam hal ini para murid yang mengalami Yesus. Tnpa pengalaman akan Yesus, para murid tidak bisa menguatkan argumennya di depan para ahli taurat.

            misal saya percaya Allah adalah kasih, namun saya sendiri tidak pernah mengalami kasih Allah…bagaimana saya bisa percaya?

            inilah yang menurut saya krisis iman. misal, Allah adalah sumber kebahagiaan, tetapi saya sendiri tidak pernah bahagia….

            kita sendiri percaya akan Allah putera, karena Allah putera itu hadir dan dialami oleh manusia dalam diri yesus yang nyata.

            hal ini tentu tidak berlaku bagi umat lain yang tidak mengalami Yesus, apa lagi percaya….

          • Shalom Xellz,

            Itulah sebabnya kita tidak dapat mendasarkan pengertian kita sendiri. Kalau Kristus memberikan kuasa mengajar kepada Gereja (lih. Mat 16:16-19), maka kita harus menempatkan pengertian yang diberikan oleh Gereja – yang dilindungi oleh Roh Kudus – lebih utama dibandingkan dengan pengertian kita sendiri. Bukan berarti kita tidak dapat berfikir secara bebas, namun kebenaran-kebenaran pokok yang telah didefinisikan oleh Gereja sebagai sebagai satu kebenaran harus kita pegang sebagai kebenaran, karena tanpanya kita tidak akan dapat mempunyai pegangan yang pasti apakah kebenaran yang kita pegang adalah sungguh-sungguh sebagai satu kebenaran.

            Tentu saja benar bahwa iman adalah pemberian dan pada saat yang bersamaan iman adalah jawaban dari kita atas wahyu yang diberikan kepada Tuhan kepada kita. Namun, menjadi bagian dari iman bahwa Kristus memberikan kuasa kepada Gereja untuk mengajar, sehingga kebenaran yang diberikan oleh Kristus dapat diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara murni dan dapat dinyatakan secara lebih jelas dari zaman ke zaman. Orang tentu saja mempunyai pengalaman iman yang berbeda-beda. Namun, menjadi tantangan bagi semua orang untuk dapat juga mendalami imannya dan mengujinya, sehingga pada akhirnya mereka dapat sampai pada kebenaran yang hakiki, yaitu Kristus sendiri.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

        • Sdr Xells

          Dari reaksi anda dan akhirnya pengakuan anda sendiri, saya jadi tahu bahwa terbukti anda bukan katolik dan “tersentil” dengan pancingan saya. Saya katakan kepada pak Stef bahwa saya “sengaja” bukan? Tapi saya tidak menuduh sembarangan karena sudah saya awali dengan kata “sepertinya anda berdua….”. Jadi klo yg saya katakan tidak benar, saya kira anda juga tidak harus “terlalu” merasa tertuduh. Latarbelakangnya sudah saya katakan, yakni karena anda terkesan meminta katolisitas “mengubah” ajaran seperti yg anda mengerti. Apalagi terkesan anda tidak mau membaca link yg diberikan (persis seperti yg diminta oleh Adrianus, minta dijawab langsung dan jangan dikasih link (padahal dia mengaku “katolik”): saya hanya berkesan itu sangat janggal. Tapi okelah, saya sendiri juga sudah memberi catatan “itu bukan bagian dari diskusi”.

          Nah, sesuai ajakan pak Stef (katolisitas.org) mari kita kembali ke tema diskusi. Team sudah memberikan link untk anda baca. Silakan menanggapi, saya ikut menyimak. Kalau anda “memaksa” team harus menjawab tanpa link, kan team juga punya hak utk “memaksa” anda membaca link yg sdh diberikan? Begitu loh Cak Xellz maksud saya.

          Tks & salam.

          [dari katolisitas: mari kita berfokus pada diskusi tentang Trinitas]

          • syalom triatmojo

            hahaha….terimakasih sudah mengingatkan saya. Saya hanya geli melihat diskusi sampai semacam ini.

            saya memang mencoba untuk “mengubah” ajaran sesuai dengan apa yang saya tulis di situs ini.

            lhooo….????

            harap ini juga diperhatikan oleh tim katolisitas.

            seringkali, saat kita berdiskusi, lawan bicara sering menggiring kita ke arah pola pikirnya sendiri, sehingga kita terjebak.

            seringkali pula, jawaban teologis, yang diperoleh karena sekolah teologi(bukan menyindir,,hehehe)malah sulit diterima oleh sebagian umat, terutama oleh umat awam…yang pasti (saya jamin) jika saya mulai menjelaskan tentang Yesus dengan artikel katolisitas, pasti tidak akan ada yang menangkap maksudnya…sebab terlalu dalam, terlalu luas dan…berat.

            kadang mereka malah : pokoknya yesus itu Tuhan.(titik)!

            selesai.

          • Ok. Saya kira tak ada yg perlu dikuatirkan dari team katolisitas. Kalau sdr Xells merasa sebagai lawan diskusi dari team di situs ini, dan melihat team katolisitas justru tak membantu umat berarti makin menegaskan bahwa sdr bukan katolik, jadi juga tak berhak mengatas namakan umat Katolik, apalagi kalau anda ketika di satu pihak, menuntut Katolisitas musti menjelaskan tentang Ketuhanan Yesus, tapi di pihak lain anda mengatakan Katolisitas tidak jelas dalam membuktikan bahwa Yesus itu Tuhan. Jadi semakin jelas adanya bahwa argumentasi anda yg semakin kotradiktif, menunjukkan bahwa Anda sendiri tidak percaya diri dengan iman anda sendiri. Tidak masalah umat yg sederhana mengakui pokoknya Yesus itu Tuhan, yg penting mereka tetap PD dengan kekatolikannya, dan kalau butuh penjelasan mereka bisa minta tolong ke situs ini, daripada tidak percaya Yesus itu Tuhan, tetapi masih mencoba mencari² pengakuan dari pihak lain. Hayoo.. pilih yg mana? Yg PD atau yg tidak PD?

            Tks. Slm.

            [dari katolisitas: Kita berpikir yang positif saja. Memang tidak gampang untuk menjelaskan iman Katolik kepada begitu banyak pengunjung yang beranekaragam latar belakang dan pendidikan. Sulit untuk dapat menyenangkan semua pihak. Kita doakan agar karya kerasulan ini minimal dapat menjangkau sebagian umat Katolik sehingga dapat semakin mendalami imannya dan non-Katolik agar semakin mengerti apa yang sesungguhnya diimani oleh Gereja Katolik.]

  3. syalom katolisitas,,

    mengapa kita tidak menjelaskan Allah sebagai : dari sudut pandang manusia. Allah yang mutlak, menurut saya tidak akan pernah mampu dipahami oleh otak manusia yang terbatas.

    yang mampu dipahami oleh manusia, adalah allah sebagaimana yang mereka alami. manusia berkuasa, tapi Tuhan maha kuasa, manusia adil, tetapi tuhan maha adil. Artinya, sebutan itu pun karena manusia mengalami Allah yang seperti itu (Allah yang adil, yang kuasa).
    contoh misalnya dalam kejadian 16:13-14. Di sini Hagar menamakan Allah dengan sebutan EL-Roi ‘sebab katanya : ‘bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?’

    mengapa tidak dijelaskan mengenai Allah yang Tunggal sebagai hakekat Allah, yaitu Allah yang mutlak. Namun Allah yang mutlak itu DIALAMI oleh manusia dalam TIGA PRIBADI : bapa, putera dan roh kudus.

    intinya,mengapa Allah mempunyai Tiga pribadi, bukan karena memang seperti itu struktur/komposisi Allah. Namun karena manusia MENGALAMI Allah dalam tiga pribadinya.

    bukankah karena kita berasal dari Allah maka kita menamainya Bapa?
    bukankah karena Dia turun sebagai manusia maka kita menamainya Putera?
    bukankah karena karunianya maka kita menamainya Roh Kudus?

    maksudnya, sebutan Allah bapa, putera dan roh kudus, adalah karena ada manusia yang mengalami Allah yang seperti itu. Bagi umat lain, mungkin hanya mengalami Allah sebagai Bapa, atau malah hanya yang mutlak.

    terimakasih.

    [dari katolisitas: Apakah anda telah membaca link tentang Trinitas ini – silakan klik? Trinitas bukanlah hanya sekedar apa yang dialami oleh manusia, namun merupakan kebenaran wahyu Allah, di mana tanpa Allah menyatakan-Nya kepada kita, maka kita tidak akan mengetahuinya.]

  4. Saya orang Katolik awam hendak menyampaikan pendapat stlh membaca artikel di atas. Kalau ada pemikiran saya yg keliru mohon diluruskan.

    Mengapa tidak kita pahami saja bahwa kita punya tiga Allah, yaitu Bapa, Yesus, dan Roh Kudus.
    Mereka masing2 merupakan pribadi yang unik. Bukankah Yesus tak mengetahui kapan pengangkatan terjadi, kecuali Bapa ? Bukankah menghujat Yesus masih bisa Yesus maafkan daripada menghujat Roh Kudus?

    Bila kita menerima bahwa kita punya tiga sesembahan/Allah, maka kita tidak perlu berteori satu Allah dg tiga pribadi. Jika Islam punya satu sesembahan, yaitu Allah, Kristen punya tiga, yaitu Bapa, Yesus, dan Roh Kudus. Memang yg kita sembah berbeda dari yg disembah umat agama lain. Kita harus berani mengakui itu dan tidak perlu membangun teori untuk menunggalkan sesembahan kita sedemikian rupa sehingga berharap sesembahan kita itu jugalah yg disembah umat agama lain.

    • Shalom Adrianus,

      Kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mempercayai tiga Allah, karena memang perintah Allah adalah untuk menyembah Allah yang satu. Namun, Allah yang satu itu ternyata menyatakan Diri-Nya dalam tiga Pribadi. Ini adalah wahyu Allah seperti yang diungkapkan di dalam Kitab Suci. Masalahnya adalah bukan karena kita takut mengakui iman kita, namun sepanjang sejarah Gereja justru begitu banyak martir yang mengurbankan diri mereka untuk mempertahankan iman kita, yaitu iman akan Tritunggal Maha Kudus, iman akan Yesus Kristus sebagai Allah. Jadi, kalau memang kita tidak takut untuk menyatakan iman kita, mari kita juga berani menyatakan bahwa Kristus adalah Tuhan dan Tuhan kita adalah Tuhan yang mempunyai tiga Pribadi. Silakan melihat penjabaran tentang Trinitas di sini – silakan klik. Tentang dosa menghujat Roh Kudus, silakan melihat ini – silakan klik. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • Salam Adrianus,

      Iman akan Tritunggal, yang walaupun dlm pertanggungjawabannya amat sulit dijelaskan, tentunya menantang kita untuk mencoba mengakuinya dengan benar, seturut yang diajarkan Gereja Katolik (katolisitas telah menjabarkannya dalam beberapa artikel yg sdh memadai). Lalu, akan menjadi aneh, kalau kita belum mengertinya dengan benar, malah menuntut utk mengubahnya, supaya mudah memahaminya.

      Allah (menurut definisinya)memang Tunggal; Esa, Satu dan unik serta absolut dalam kesempurnaan dan kekekalan. Maka memang tak mungkin ada Allah lain (yg sama dlm hakikatnya sebagai Allah, tapi bisa dipisahkan dlm hakikatnya sebagai Allah pula: dalam hal ini, ini sesuatu yg sdh tidak mungkin).

      Atau dengan cara melihat lain: Jika ada Allah lain selain Allah, berarti dia berbeda dengan Allah dan tidak lagi absolut dlm kesempurnaan dan kekekalan, oleh karena itu ia tak mungkin menjadi Allah, karena Allah tidak mungkin tidak absolut dalam kesempurnaan dan kekekalan,

      atau dengan kata lain lagi kalau ada Allah “lain” namun setelah dikonfrontasi dengan segala hal ighwal supaya memenuhi hakikat sebgai Allah, dan Ia absolut dalam kesempurnaan dan kekekalan, tidak ada kata lain, selain kita sebut itu “identik” atau “sama”. Nah klo sdh “identik” atau sama, dan ini adalah identiknya Allah, secara simple disebut Allah memang Esa alias tidak mungkin kita bisa membedakan Allah dalam hakikat-Nya sebagai Allah.

      Dan benarlah bahwa yg membedakan dlm kesatuan Allah Tritunggal ini adalah “pribadi-pribadi-Nya”: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Sebagai orang katolik tidak ada lain selain kita mengimani Satu Allah (dalam hakikat)Tiga Pribadi: Bapa, Putera dan Roh Kudus.

      Salam.

Comments are closed.