Pertanyaan:

Dear Pak Stef/ Ibu Ing n’ team
Katolisitas.org,

Saya pernah membaca sebuah artikel yang kontroversial menurut saya beberapa tahun lalu tapi saya lupa sumbernya dari mana,…

Isi dari artikel tsb menyatakan bahwa pernah ada satu masa kelam dari kaisar Konstantin yang memerintahkan supaya semua Kitab Suci yang ada pada saat itu dilenyapkan.
Atas hal ini bisa dikatakan bahwa manuskrip2 yg ditemukan selanjutnya adalah karangan dari sejarahwan/penulis2 di jaman Konstantin yang telah mereka perbaharui, sehingga Alkitab saat ini tidaklah benar2 seperti faktanya alias ada yang dikurangi & ada yang ditambah2kan.

Apakah hal tsb benar? Sebelumnya saya ingin mohon maaf kepada Gereja/ saudara2ku atas keraguan saya ini …

Terima ksih atas perhatiannya.

Pax Christi,
Antonius – Manado

Jawaban:

Shalom Antonius,

Jika artikel tersebut mengatakan demikian, nampaknya tidak benar. Sebab informasi yang saya peroleh tidak mengatakan demikian. Dari sumber yang netral, seperti Wikipedia, dikatakan bahwa yang mengadakan penganiayaan umat Kristen dan pembakaran Kitab Suci Kristiani adalah Kaisar Diocletian, sedangkan Konstantin yang saat itu adalah Caesar tidak mengambil bagian di dalam penganiayaan itu. Berikut ini, saya sampaikan cuplikan kutipannya dari Wikipedia (selengkapnya, klik di sini):

On 23 February 303, Diocletian ordered the destruction of Nicomedia’s new church, condemned its scriptures to the flame, and had its treasures seized. In the months that followed, churches and scriptures were destroyed, Christians were deprived of official ranks, and priests were imprisoned. It is unlikely that Constantine played any role in the persecution. In his later writings he would attempt to present himself as an opponent of Diocletian’s “sanguinary edicts” against the “worshippers of God”, but nothing indicates that he opposed it effectively at the time….

Demikian juga keterangan yang saya sarikan dari buku karangan Philip Hughes, A History of the Church, (New York: Sheed and Ward: 1949), p. 169-173:

Penganiayaan umat Kristen dan pembakaran Kitab- kitab Suci Kristiani memang diadakan di masa pemerintahan Kaisar Diocletian, yang ditandai dengan dikeluarkannya edict Diocletian (303), atas pengaruh panglimanya, Caesar Galerius. Perlu diketahui di jaman pemerintahan Diocletian ini, kaisar Diocletian membagi daerah kekuasaannya antara daerah Timur (diperintah oleh Diocletian dan Galerius) dan Barat (diperintah oleh Maximian dan Constantius Chlorus). Penganiayaan itu berlangsung sekitar 8-10 tahun sampai tahun 313.

Di selang waktu itu, Diocletian dan Maximian kemudian mengundurkan diri dan digantikan oleh Galerius dan Constantius Chlorus. Sebagai Caesar (panglima)nya, adalah Maximin Daia bagi Galerius; dan Konstantin bagi ayahnya, Constantius. Ketika Constantius wafat tahun 306 dan digantikan dengan Kaisar Severus, Konstantin tetap menjadi Caesar.

Pada tanggal 24 Februari 303, gereja katedral di ibukota Nicomedia (daerah kekuasaan Romawi Timur) dibakar. Berdasarkan edict dari kaisar, umat Kristen dilarang beribadah, gereja- gereja dibakar, kitab- kitab suci diserahkan ke polisi, dan umat Kristen diminta meninggalkan imannya. Mereka diminta untuk melakukan penyembahan korban menurut ibadah bangsa pagan/ kafir, dan jika menolak mereka dikenakan hukuman, bahkan hukuman mati. Phrygia, suatu kota yang dihuni oleh orang- orang Kristen, seluruhnya dibakar. Penganiyaan ini semakin menjadi-jadi saat Diocletian mundur (305) dan digantikan oleh Gelarius, dengan Caesar-nya Maximin Daia. Penganiayaan di daerah kerajaan Timur ini memang tidak terhindarkan dan berlangsung selama sekitar 8 tahun.

Sedangkan di kerajaan Barat, di saat Constantius Chlorus memimpin sebagai Caesar di Gaul (Perancis) dan Inggris penganiayaan umat Kristen tidak terjadi; namun di daerah Italia, Spanyol dan Afrika terjadi penganiayaan umat Kristen, di bawah pemerintahan Maximian. Tetapi pada tahun 305 ketika Constantius menjadi Kaisar, Spanyol menjadi daerah kekuasaannya, dan berhentilah penganiayaan di Spanyol. Pada tahun 306, Afrika dan Italia menjadi daerah kekuasaan Severus, dan kemudian Maxentius, dan kedua kaisar ini tidak melakukan penganiayaan umat Kristen.

Pada tanggal 30 April 311 penganiayaan umat Kristen berakhir, dengan dikeluarkannya edict yang ditandatangani oleh Galerius, Konstantin dan Licinius, yang mengakui adanya kebebasan beragama, dan dengan demikian mengakui keberadaan agama Kristen. Edict ini kemudian disempurnakan di dalam edict yang baru dua tahun kemudian, yang dikenal dengan nama Edict Milan (313).

Dengan demikian tidak benar bahwa di jaman Kaisar Diocletian semua Kitab Suci Kristiani berhasil dihancurkan, ataupun semua jemaat Kristen dianiaya; karena di daerah- daerah tertentu di wilayah Kerajaan Barat, penganiayaan tersebut tidak terjadi, dan jemaat di sana masih tetap menyimpan Kitab- kitab Suci mereka dengan baik.

Maka jika kemudian setelah Kaisar Konstantin berkuasa memimpin kerajaan Romawi, ia memerintahkan penyalinan Kitab- kitab Suci, maka yang disalin tetaplah Kitab Suci yang asli, yang sama dengan Kitab Suci sebelum jaman penganiayaan Diocletian. [Ini juga adalah suatu fakta bahwa kanon Kitab Suci sudah kurang lebih dikenal dalam Gereja, sebelum diresmikan pertama kali oleh Paus Damasus I (382)]. Yang menjadi saksi penting dalam hal ini adalah para Bapa Gereja yang hidup pada masa itu, yang menjadi saksi hidup atas kejadian penganiayaan Diocletian dan pemulihan keadaan Gereja setelah masa penganiayaan tersebut. Salah satu tokoh yang hidup pada masa itu adalah Eusebius, seorang Bapa Gereja yang juga merupakan ahli sejarah. Dalam bukunya Life of Constantine (IV, 36,37), ia menuliskan bahwa pada tahun 331 ia diperintahkan oleh Kaisar Konstantin untuk membuat 50 salinan Kitab Suci untuk dipergunakan di gereja- gereja di Konstantinopel, mengingat bahwa di daerah tersebut banyak kitab- kitab suci telah dilenyapkan di masa penganiayaan Diocletian.

Dengan adanya keberadaan para Bapa Gereja pada saat itu, seperti Eusebius dan St. Athanasius dari Alexandria dan para Bapa Gereja di Konsili Nicea (325) sebagai saksi hidup Gereja pada saat itu, maka tidak mungkin ada pemalsuan Kitab Suci, seperti yang diduga sebagian orang, atau bahwa Kitab Suci yang kita kenal sekarang merupakan hasil penyusunan Kaisar Konstantin, seperti dituliskan di dalam buku Da Vinci Code (lih. Dan Brown, The Da Vince Code, (Corgi Books, 2004), 313). Sebelum jaman Konstantin, Kitab Suci sudah ada. Kanon Kitab- kitab Perjanjian Lama sudah ada bahkan sejak sebelum Kristus lahir di dunia (sekitar abad 2 sebelum Masehi). Sedangkan susunan kanon kitab- kitab Perjanjian Baru juga sudah ada sebelum jaman Kaisar Konstantin. Sebab pada saat penganiayaan Diocletian, saat polisi/ serdadu mengetuk pintu rumah- rumah jemaat untuk menyita kitab- kitab suci, “…. kebanyakan mereka [jemaat] mengetahui kitab- kitab apa yang dicari oleh para serdadu itu.” (Lee Martin McDonald, James A. Sanders, Editors: The Canon Debate; Everett Ferguson, Factors Leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon, p 317, 2002).

Dari fakta ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak benarlah tuduhan bahwa Kitab Suci itu disusun oleh Kaisar Konstantin ataupun oleh para penulis di jaman Kaisar Konstantin. Kitab- kitab Suci dituliskan oleh para pengarangnya, dan kemudian disalin/ diturunkan untuk generasi berikutnya tanpa diubah. Penyalinan Kitab Suci sudah terjadi di jaman abad- abad awal (bukan baru pada jaman Kaisar Konstantin), umumnya oleh para rahib, dengan ketentuan yang sangat ketat, seperti pernah dituliskan di sini, silakan klik, sehingga salinannya dapat dikatakan sangat akurat.

Demikian tanggapan saya atas pertanyaan Anda, semoga berguna.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

10 COMMENTS

  1. Dear Pengasuh Katolisitas,
    mohon maaf kalau pertanyaan saya ini salah kolom.
    Mohon penjelasan dari “The New Roman Missal” oleh Fr. Jeremy driscoll,OSB dari Serikat St.Pius X (SSPX) yang sudah 25th pisah dari Gereja Katolik karena memprotes ajaran Vatikan II dan perubahan Misa.
    Terima kasih,

    Salam,
    Sugiarto

    • Shalom Sugiarto,

      Mohon maaf, dari manakah sumbernya Anda memperoleh informasi bahwa Fr. Jeremy Driscoll OSB adalah anggota SSPX? Saya kok memperoleh informasi yang berbeda tentang beliau, sebagaimana dapat dibaca di link ini, silakan klik. Fr.Driscoll adalah imam yang pada tahun 2005 ditunjuk oleh Paus Yohanes Paulus II menjadi konsultan bagi the Congregation for Divine Worship. Ia masih menjadi professor di Universitas Pontifikal, yaitu Athenaeum of San Anselmo sejak tahun 2002, dan bukunya yang cukup terkenal berjudul, “What Happens at Mass”. Sekilas biografinya menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang memang mendalami Teologi dan juga tentang liturgi, khususnya Ekaristi, sehingga nampaknya ia tidak akan memberi terjemahan yang tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Maaf mba Inggrid, paman saya punya pertanyaan. Benarkah dulunya injil berjumlah 84? Bukannya 4 seperti sekarang?

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]

  3. Bu, tapi saya membaca kesaksian Maria Simma, bahwa pemeluk agama lain pun bisa masuk surga (asal berbuat baik) kecuali sekte yang jahat.
    ini memberi pandangan pada saya, bahwa meski seseorang beragama lain pun itu bukan masalah besar (meski bagi saya murtad dari katolik berarti juga masalah besar dan jangan sampai terjadi-karena saya sudah semakin memiliki cinta pada Yesus).
    oleh karena itu terhadap perbedaan agama jangan sampai mengalihkan kita dari hukum utama karena sebagai manusia biasa yang didoktrin kebenaran agama katolik terkadang sadar tak sadar dalam pikiran kita merasa lebih benar dari mereka padahal kelakuan kita pun belum tentu lebih baik.
    saya sampai berefleksi bagaimana kalau saya kebetulan dilahirkan dalam keluarga agama lain & tidak memiliki daya & pengetahuan untuk memilih agama katolik
    atau bagaimana jika saya terlahir cacat mental & kebetulan beragama lain sehingga tidak akan mampu mencari & memahami pengetahuan mengenai kebenaran dalam agama katolik?
    apakah saya tidak berhak menjadi penghuni surga? apakah Allah demikian maaf ‘kejamnya’ sehingga hanya yang beragama katolik yang berhak selamat? padahal Yesus sendiri tidak membawa misi menyebarkan agama..

    saya percaya & merasa beruntung & bersyukur berada dalam Gereja Katolik karena mengenal Yesus Allah penuh kasih

    (meski saya seperti yang anda ketahui juga tidak memahami/mengetahui seluruhnya Ajaran Gereja tapi tidak dapat menahan saya dari fakta bahwa saya juga hidup dan memiliki sahabat2 dari agama lain – saya tidak dapat membayangkan mereka sampai tidak dapat selamat / menikmati pertemuan dengan Tuhan- & saya hanya berusaha menebak anda akan memberi masukan pada saya agar semkin mengenalkan ajaran katolik – ya mungkin ini melalui dalam laman pribadi saya namun ini tidak dapat saya lakukan jika bertemu langsung dengan mereka – anda pasti tahu maksud saya, karena yang terpenting dalam pertemuan langsung adalah kehangatan yang saling dibagikan sehingga kitalah saksi Kasih Kristus itu sendiri – amin)

    saya merasa tidak terbeban dengan hidup bersama mereka, justru ketika ada pikiran untuk meyebarkan ajaran iman Katolik hal ini kadang membuat hati saya sedih – tak tahu kenapa mungkin akan menyinggung mereka atau itu akan tidak alami dan tidak memiliki fungsi lansung karena akan membuat mereka takut – saya pernah mencoba menggunakan gelang santo santa namun mereka menjadi takut dari reaksi yang merekaperlihatkan & meski tidak disampaikan langsung pada saya. justru ketika saya bergaul tulus dengan mereka kami semua bahagia, ada keindahan batin yang saya rasakan (anda tidak ingin bilang bahwa ini ilusi kan / pemenuhan emosi saya semata)..

    maaf atas sharing ini, saya jadi lega mengutarakan ini.. mungkin ada tanggapan yang ‘menyentuh’ terhadap tulisan saya yang mungkin kurang bermutu ini… (karena saya memang ingin mengetahui)
    Tuhan memberkati ^^

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca pembahasan topik yang serupa dengan yang Anda utarakan, di artikel Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik- silakan klik. Semoga dapat menjadi masukan bagi Anda]

  4. Dear Ibu Ingrid,

    Shaloooom….
    Terima kasih atas jawaban yg Ibu berikan.

    Dengan jawaban ini dapat dipastikan bahwa tuduhan/tudingan alias fitnah dari orang2 yg dgn sengaja menutup mata kpd kebenaran, tidak terbukti. Justru yg membuat sy bingung, mengapa umat dari kepercayaan mereka masih saja mmgang teguh ajaran2 yg sangat bertentangan dgn yg namanya cinta kasih yg dibilang juga diajarkan kpd mereka ? Tapi apa lacur, jangankan cinta kasih, malahan ajarannya itu sudah jelas2 memerintahkan kekerasan, menentang HAM dan peradaban sekalipun disaat mereka tidak diganggu (tujuan ajaran dan hidupnya hanya utk pemaksaan kehendak saja sampai mati).

    Saya bersyukur terlahir dalam keluarga Katolik yg taat (dulunya nenek sy islam tp sejak dia SD dia berpindah serentak dgn keluarganya, begitupun dgn kakek yg seorang Pantekosta/ ujung2nya nenek ikut Legio Maria n kakek jd ketua wil. rohani hehehe…), namun sekalipun terlahir sbg seorang berkepercayaan lain, tetap saja kita sbgai orang dewasa harus mau mengosongkan cangkir dan mencoba/berusaha membuka logika + hati nurani utk mencari dan menerima air pengajaran bukan saja dari kalangan sendiri baik itu pastor, ustad dsb. Saya mminjam istilah berikut, “Iman berarti mencari kebenaran.”

    Sbgai seorang dewasa kita berhak menentukan jalan keselamatan yg akan kita pilih, karena ini adalah urusan keselamatan kita di dunia berikutnya (tapi tentu saja kebaikan yg dibuat nantinya bukan didasari untuk spy adanya balasan/pamrih dari Tuhan, tetapi murni karna mencintai Dia saja – sehingga kita melaksanakan ajaranNya).

    Keputusan harus secepatnya dibuat sebelum terlambat/ sblum kita dipanggil Tuhan or Tuhan memenuhi janjiNya utk datang kembali. Memang benar sih yg dibilang Tuhan, bahwa itu semua dibutuhkan hikmah akal budi dari seseorang.. Jika seseorang tidak mau berpikir/mengkaji secara menyeluruh (maksud/tujuan utama Tuhan dalam penciptaan manusia s.d nubuatan2 yg diberikan dan apa maksud Tuhan utk dtg lgsg ke dunia ini) dan tidak mau capek berpikir pendek sja maka kesesatan lah yg akan ditemuinya (beserta segala tuduhan dan fitnah yg mementingkan kepuasan secara manusia saja).

    Mengapa umat2 tsb tidak ingin mencoba keluar dari kerangka berpikirnya sebentar saja (Fyi: sy sendiri berapa kali mencoba keluar dari pemahama Katolik, Trinitas dsb namun ttp sja ujung2nya hanya Katolik-lah yg mengajarkan tujuan hidup ini secara sempurna), sehingga mengetahui kebenaran sejati ? Ketika suatu pertanyaan yg bertentangan dgn hati nurani sbg manusia ditanyakan kpd ahli/pengajarnya dan pengajar itu menutup2i sharusnya seseorang yg dewasa haruslah lebih awas dan mencari tahu sendiri rahasia2 itu.

    Belum lagi dgn mereka yg terlalu berpikir egois, tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan mengandalkan teknologi semata (pdhal otak mereka diberikan Tuhan dgn gratis) yg menamakan dirinya Liberalis dsbnya terus bermunculan shgga arti kehidupan dan alam semesta yg diciptakan ini mjd sia2.
    Sy ingin memberikan masukkan, bagaimana kalau pd menu Home dibuatkan sebuah kumpulan artikel yg menceritakan runtutan hubungan ilmu pengetahuan dgn karya penciptaan + penyelamatan Tuhan atas hasil ciptaanNya s.d kesatuan Gereja Katolik yg tetap bertahan sesuai yg dikatakan Tuhan kpd St. Petrus dan “nubuatan” St. Cyprian – yg spesifik2 tertentu saja (bagusnya dipojok sih :))

    Terakhir dari sy, kirany moderator ysh juga dapat memberikan masukkan, bagaimana seharusnya cara kita sbg umat beriman menyampaikan kabar gembira kpd mereka yg belum mengenal Tuhan kita Yesus Kristus ? Sy begitu sungkan (bukan takut hehehe…) utk berbicara kpd saudara/kerabat karna sy tidak ingin tali persaudaraan itu putus.

    Kemampuan sy belum ada apa2 dibanding Bpk/Ibu dan para kudus bapa gereja perdana dalam berwarta. Mohon bantuannya…
    Terima kasih.

    Salam Kasih dalam Tuhan kita,
    Antonius – Manado

    • Shalom Antonius,

      Sabda Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa salah satu tujuan kita beriman adalah agar kita dapat berkenan di hadapan Allah, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” (Ibr 11:6). Nah memang kemudian kita bertanya, iman yang seperti apa? St. Agustinus sebagaimana dikutip oleh St. Thomas Aquinas mengajarkan kepada kita, “Tanpa pengenalan akan kebenaran kekal yang tidak pernah berubah, maka semua kebajikan hanya merupakan kepura-puraan, bahkan jika dilakukan oleh orang- orang yang terbaik.” (lih. St. Aquinas Catechism, Penjelasan tentang Aku percaya akan Allah…. ). Pencarian akan kebenaran kekal yang tidak pernah berubah inilah yang dapat menghantar seseorang kepada Gereja Katolik, yang menghadirkan Sang Kebenaraan yang kekal yaitu Kristus di tengah umat-Nya; dan yang mengajarkan ajaran kebenaran-Nya yang tak berubah sejak awal mula sampai sekarang.

      Selanjutnya tentang usulan Anda, terima kasih. Kami akan mengusahakannya di waktu mendatang. Sampai saat ini memang kami belum mempunyai urutan artikel yang berkesinambungan sejak Penciptaan manusia sampai zaman Gereja sekarang dalam kaca maca iman. Sebab tulisan tentang sejarah Gereja saja belum sempat kamu susun sejak awal mula terbentuknya, lalu abad- abad awal, pertengahan, sampai sekarang. Yang ada baru sepotong- sepotong artikel sesuai dengan pertanyaan pembaca. Menarik memang jika kita mempelajari sejarah, namun karena keterbatasan waktu dan energi kami, dan karena banyaknya pertanyaan yang masuk, hal menuliskan kisah sejarah Gereja secara runtut belum dapat kami wujudkan. Mohon pengertian Anda, dan kami mohon maaf.

      Tentang tips membagikan iman Katolik, sudah pernah dibahas sekilas di sini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Ibu Ingrid dkk,

        Terima kasih atas bimbingan rohani-nya : )

        Wah tegas banget tuh kata2nya St. Agustinus :
        <>

        Saya selalu berharap semoga masyarakat luas di Indonesia yg masih dalam “kehampaan” dapat dgn sesegera mungkin menemukan kabar gembira itu melalui situs ini.

        Semoga karya kerasulan Ibu/Bapak selalu mendapatkan penyertaan Roh Kudus sehingga semua orang dpt melihat Kemuliaan yg nyata, karena kita tahu Kemuliaan itu hanyalah untuk Bapa, Putra dan Roh kudus saja seperti pada permulaan sekarang selalu dan sepanjang segala masa, Amin.

        Pro Ecclesia et Patria !!!,
        Antonius

  5. Syalom Katolisitas

    Mohon tanya , apa benar ada Alkitab terjemahan India versi terbaru yang memasukkan ayat dari Bhagavad Gita dan referensi ajaran Mahatma Gandhi, dan telah disetujui oleh Pastor Vijay Thomas dan Uskup Katolik Bombay Oswald Gracias

    Terima kasih
    Mac

    • Shalom Machmud,

      Terima kasih atas pertanyaanya tentang Alkitab yang diterbitkan di India. Secara prinsip, tidak ada yang dapat mengubah isi Kitab Suci, tidak juga imam, uskup maupun paus. Yang dilakukan dengan Kitab Suci di India adalah memasukkan beberapa ayat dari Kitab Suci agama Hindu di bagian keterangan, seperti halnya dengan footnote. Jadi, mereka ingin agar umat Hindu dapat melihat kebenaran kristiani dalam konteks Kitab Suci mereka. Berikut ini adalah keterangan dari mereka, yang dapat dilihat di sini – silakan klik, di mana di bagian 3 dituliskan:

      3. Reference To The Scriptures Of Other Faiths
      References made to the Indian Scriptures in the Commentary could perhaps make some Christians uncomfortable. The question may be raised why as to Indian Scriptures are referred to in a Biblical Commentary. Such references serve only to get a more inter-cultural and contextualized understanding of certain Biblical terms and concepts. Highlighting some meeting points would also serve as an invitation for people of other faiths to approach and draw from the treasures of the Bible. For example, speaking about light and darkness in Gen 1:14, the Commentary says that ‘Light is considered good and desirable also in the Vedas.’ The expression Tamasoma Jyotirgamaya is a well known expression from Brihadaranyaka Upanishad. This, however, does not imply in any way that Indian Scriptural terms are parallel to Biblical terms or that the parallel references are saying the same thing as the Biblical text.
      Let us examine a couple of examples of references to the Indian Scriptures in the Commentary. Commenting on the creation account in Gen 1:1–2:4a the commentator says that even in the Upanishads some creation accounts open with the word agre, i.e., at the beginning. But it is then clarified: ‘In the Bible creation is never understood as an emanation from the Divine Reality as in the Indian Scriptures.’ Again, on man and woman being created in God’s image (pratirupa), the commentary says that these two words taken together – image and likeness – depict the exalted and the divine-like nature of human beings. Once again this statement is followed by the explanation that ‘the Bible does not hold with the Hindu thinking that the creature is identical with or an emanation from the creator (bimbapratibimba) or that Atman is Brahman.’
      The Vatican II Declaration on the Relation of the Church to Non-Christian Religions (Nostra aetate) says ‘The Catholic Church rejects nothing of true and holy in these religions… yet she proclaims and is duty bound to proclaim without fail, Christ who is the way, the truth and the life (Jn 14:6). Besides, the declaration ‘Dominus jesus’ adds, “the various religious traditions contain and offer religious element which come from God, and which are part of what ‘the Spirit brings about in human hearts and in the history of peoples, in cultures, and religions’ ” (Art No. 21).

      Semoga keterangan ini dapat mengklarifikasi.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  6. Dear Pak Stef/ Ibu Ing n’ team
    Katolisitas.org,

    Saya pernah membaca sebuah artikel yang kontroversial menurut saya beberapa tahun lalu tapi saya lupa sumbernya dari mana,…

    Isi dari artikel tsb menyatakan bahwa pernah ada satu masa kelam dari kaisar Konstantin yang memerintahkan supaya semua Kitab Suci yang ada pada saat itu dilenyapkan.
    Atas hal ini bisa dikatakan bahwa manuskrip2 yg ditemukan selanjutnya adalah karangan dari sejarahwan/penulis2 di jaman Konstantin yang telah mereka perbaharui, sehingga Alkitab saat ini tidaklah benar2 seperti faktanya alias ada yang dikurangi & ada yang ditambah2kan.

    Apakah hal tsb benar? Sebelumnya saya ingin mohon maaf kepada Gereja/ saudara2ku atas keraguan saya ini …

    Terima ksih atas perhatiannya.

    Pax Christi,
    Antonius – Manado

    [dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.