Pertanyaan:
Dear Pak Stef/ Ibu Ing n’ team
Katolisitas.org,
Saya pernah membaca sebuah artikel yang kontroversial menurut saya beberapa tahun lalu tapi saya lupa sumbernya dari mana,…
Isi dari artikel tsb menyatakan bahwa pernah ada satu masa kelam dari kaisar Konstantin yang memerintahkan supaya semua Kitab Suci yang ada pada saat itu dilenyapkan.
Atas hal ini bisa dikatakan bahwa manuskrip2 yg ditemukan selanjutnya adalah karangan dari sejarahwan/penulis2 di jaman Konstantin yang telah mereka perbaharui, sehingga Alkitab saat ini tidaklah benar2 seperti faktanya alias ada yang dikurangi & ada yang ditambah2kan.
Apakah hal tsb benar? Sebelumnya saya ingin mohon maaf kepada Gereja/ saudara2ku atas keraguan saya ini …
Terima ksih atas perhatiannya.
Pax Christi,
Antonius – Manado
Jawaban:
Shalom Antonius,
Jika artikel tersebut mengatakan demikian, nampaknya tidak benar. Sebab informasi yang saya peroleh tidak mengatakan demikian. Dari sumber yang netral, seperti Wikipedia, dikatakan bahwa yang mengadakan penganiayaan umat Kristen dan pembakaran Kitab Suci Kristiani adalah Kaisar Diocletian, sedangkan Konstantin yang saat itu adalah Caesar tidak mengambil bagian di dalam penganiayaan itu. Berikut ini, saya sampaikan cuplikan kutipannya dari Wikipedia (selengkapnya, klik di sini):
“On 23 February 303, Diocletian ordered the destruction of Nicomedia’s new church, condemned its scriptures to the flame, and had its treasures seized. In the months that followed, churches and scriptures were destroyed, Christians were deprived of official ranks, and priests were imprisoned. It is unlikely that Constantine played any role in the persecution. In his later writings he would attempt to present himself as an opponent of Diocletian’s “sanguinary edicts” against the “worshippers of God”, but nothing indicates that he opposed it effectively at the time….“
Demikian juga keterangan yang saya sarikan dari buku karangan Philip Hughes, A History of the Church, (New York: Sheed and Ward: 1949), p. 169-173:
Penganiayaan umat Kristen dan pembakaran Kitab- kitab Suci Kristiani memang diadakan di masa pemerintahan Kaisar Diocletian, yang ditandai dengan dikeluarkannya edict Diocletian (303), atas pengaruh panglimanya, Caesar Galerius. Perlu diketahui di jaman pemerintahan Diocletian ini, kaisar Diocletian membagi daerah kekuasaannya antara daerah Timur (diperintah oleh Diocletian dan Galerius) dan Barat (diperintah oleh Maximian dan Constantius Chlorus). Penganiayaan itu berlangsung sekitar 8-10 tahun sampai tahun 313.
Di selang waktu itu, Diocletian dan Maximian kemudian mengundurkan diri dan digantikan oleh Galerius dan Constantius Chlorus. Sebagai Caesar (panglima)nya, adalah Maximin Daia bagi Galerius; dan Konstantin bagi ayahnya, Constantius. Ketika Constantius wafat tahun 306 dan digantikan dengan Kaisar Severus, Konstantin tetap menjadi Caesar.
Pada tanggal 24 Februari 303, gereja katedral di ibukota Nicomedia (daerah kekuasaan Romawi Timur) dibakar. Berdasarkan edict dari kaisar, umat Kristen dilarang beribadah, gereja- gereja dibakar, kitab- kitab suci diserahkan ke polisi, dan umat Kristen diminta meninggalkan imannya. Mereka diminta untuk melakukan penyembahan korban menurut ibadah bangsa pagan/ kafir, dan jika menolak mereka dikenakan hukuman, bahkan hukuman mati. Phrygia, suatu kota yang dihuni oleh orang- orang Kristen, seluruhnya dibakar. Penganiyaan ini semakin menjadi-jadi saat Diocletian mundur (305) dan digantikan oleh Gelarius, dengan Caesar-nya Maximin Daia. Penganiayaan di daerah kerajaan Timur ini memang tidak terhindarkan dan berlangsung selama sekitar 8 tahun.
Sedangkan di kerajaan Barat, di saat Constantius Chlorus memimpin sebagai Caesar di Gaul (Perancis) dan Inggris penganiayaan umat Kristen tidak terjadi; namun di daerah Italia, Spanyol dan Afrika terjadi penganiayaan umat Kristen, di bawah pemerintahan Maximian. Tetapi pada tahun 305 ketika Constantius menjadi Kaisar, Spanyol menjadi daerah kekuasaannya, dan berhentilah penganiayaan di Spanyol. Pada tahun 306, Afrika dan Italia menjadi daerah kekuasaan Severus, dan kemudian Maxentius, dan kedua kaisar ini tidak melakukan penganiayaan umat Kristen.
Pada tanggal 30 April 311 penganiayaan umat Kristen berakhir, dengan dikeluarkannya edict yang ditandatangani oleh Galerius, Konstantin dan Licinius, yang mengakui adanya kebebasan beragama, dan dengan demikian mengakui keberadaan agama Kristen. Edict ini kemudian disempurnakan di dalam edict yang baru dua tahun kemudian, yang dikenal dengan nama Edict Milan (313).
Dengan demikian tidak benar bahwa di jaman Kaisar Diocletian semua Kitab Suci Kristiani berhasil dihancurkan, ataupun semua jemaat Kristen dianiaya; karena di daerah- daerah tertentu di wilayah Kerajaan Barat, penganiayaan tersebut tidak terjadi, dan jemaat di sana masih tetap menyimpan Kitab- kitab Suci mereka dengan baik.
Maka jika kemudian setelah Kaisar Konstantin berkuasa memimpin kerajaan Romawi, ia memerintahkan penyalinan Kitab- kitab Suci, maka yang disalin tetaplah Kitab Suci yang asli, yang sama dengan Kitab Suci sebelum jaman penganiayaan Diocletian. [Ini juga adalah suatu fakta bahwa kanon Kitab Suci sudah kurang lebih dikenal dalam Gereja, sebelum diresmikan pertama kali oleh Paus Damasus I (382)]. Yang menjadi saksi penting dalam hal ini adalah para Bapa Gereja yang hidup pada masa itu, yang menjadi saksi hidup atas kejadian penganiayaan Diocletian dan pemulihan keadaan Gereja setelah masa penganiayaan tersebut. Salah satu tokoh yang hidup pada masa itu adalah Eusebius, seorang Bapa Gereja yang juga merupakan ahli sejarah. Dalam bukunya Life of Constantine (IV, 36,37), ia menuliskan bahwa pada tahun 331 ia diperintahkan oleh Kaisar Konstantin untuk membuat 50 salinan Kitab Suci untuk dipergunakan di gereja- gereja di Konstantinopel, mengingat bahwa di daerah tersebut banyak kitab- kitab suci telah dilenyapkan di masa penganiayaan Diocletian.
Dengan adanya keberadaan para Bapa Gereja pada saat itu, seperti Eusebius dan St. Athanasius dari Alexandria dan para Bapa Gereja di Konsili Nicea (325) sebagai saksi hidup Gereja pada saat itu, maka tidak mungkin ada pemalsuan Kitab Suci, seperti yang diduga sebagian orang, atau bahwa Kitab Suci yang kita kenal sekarang merupakan hasil penyusunan Kaisar Konstantin, seperti dituliskan di dalam buku Da Vinci Code (lih. Dan Brown, The Da Vince Code, (Corgi Books, 2004), 313). Sebelum jaman Konstantin, Kitab Suci sudah ada. Kanon Kitab- kitab Perjanjian Lama sudah ada bahkan sejak sebelum Kristus lahir di dunia (sekitar abad 2 sebelum Masehi). Sedangkan susunan kanon kitab- kitab Perjanjian Baru juga sudah ada sebelum jaman Kaisar Konstantin. Sebab pada saat penganiayaan Diocletian, saat polisi/ serdadu mengetuk pintu rumah- rumah jemaat untuk menyita kitab- kitab suci, “…. kebanyakan mereka [jemaat] mengetahui kitab- kitab apa yang dicari oleh para serdadu itu.” (Lee Martin McDonald, James A. Sanders, Editors: The Canon Debate; Everett Ferguson, Factors Leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon, p 317, 2002).
Dari fakta ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak benarlah tuduhan bahwa Kitab Suci itu disusun oleh Kaisar Konstantin ataupun oleh para penulis di jaman Kaisar Konstantin. Kitab- kitab Suci dituliskan oleh para pengarangnya, dan kemudian disalin/ diturunkan untuk generasi berikutnya tanpa diubah. Penyalinan Kitab Suci sudah terjadi di jaman abad- abad awal (bukan baru pada jaman Kaisar Konstantin), umumnya oleh para rahib, dengan ketentuan yang sangat ketat, seperti pernah dituliskan di sini, silakan klik, sehingga salinannya dapat dikatakan sangat akurat.
Demikian tanggapan saya atas pertanyaan Anda, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Pengasuh Katolisitas,
mohon maaf kalau pertanyaan saya ini salah kolom.
Mohon penjelasan dari “The New Roman Missal” oleh Fr. Jeremy driscoll,OSB dari Serikat St.Pius X (SSPX) yang sudah 25th pisah dari Gereja Katolik karena memprotes ajaran Vatikan II dan perubahan Misa.
Terima kasih,
Salam,
Sugiarto
Shalom Sugiarto, Mohon maaf, dari manakah sumbernya Anda memperoleh informasi bahwa Fr. Jeremy Driscoll OSB adalah anggota SSPX? Saya kok memperoleh informasi yang berbeda tentang beliau, sebagaimana dapat dibaca di link ini, silakan klik. Fr.Driscoll adalah imam yang pada tahun 2005 ditunjuk oleh Paus Yohanes Paulus II menjadi konsultan bagi the Congregation for Divine Worship. Ia masih menjadi professor di Universitas Pontifikal, yaitu Athenaeum of San Anselmo sejak tahun 2002, dan bukunya yang cukup terkenal berjudul, “What Happens at Mass”. Sekilas biografinya menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang memang mendalami Teologi dan juga tentang liturgi, khususnya Ekaristi, sehingga nampaknya ia… Read more »
Maaf mba Inggrid, paman saya punya pertanyaan. Benarkah dulunya injil berjumlah 84? Bukannya 4 seperti sekarang?
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
Bu, tapi saya membaca kesaksian Maria Simma, bahwa pemeluk agama lain pun bisa masuk surga (asal berbuat baik) kecuali sekte yang jahat. ini memberi pandangan pada saya, bahwa meski seseorang beragama lain pun itu bukan masalah besar (meski bagi saya murtad dari katolik berarti juga masalah besar dan jangan sampai terjadi-karena saya sudah semakin memiliki cinta pada Yesus). oleh karena itu terhadap perbedaan agama jangan sampai mengalihkan kita dari hukum utama karena sebagai manusia biasa yang didoktrin kebenaran agama katolik terkadang sadar tak sadar dalam pikiran kita merasa lebih benar dari mereka padahal kelakuan kita pun belum tentu lebih baik.… Read more »
Dear Ibu Ingrid, Shaloooom…. Terima kasih atas jawaban yg Ibu berikan. Dengan jawaban ini dapat dipastikan bahwa tuduhan/tudingan alias fitnah dari orang2 yg dgn sengaja menutup mata kpd kebenaran, tidak terbukti. Justru yg membuat sy bingung, mengapa umat dari kepercayaan mereka masih saja mmgang teguh ajaran2 yg sangat bertentangan dgn yg namanya cinta kasih yg dibilang juga diajarkan kpd mereka ? Tapi apa lacur, jangankan cinta kasih, malahan ajarannya itu sudah jelas2 memerintahkan kekerasan, menentang HAM dan peradaban sekalipun disaat mereka tidak diganggu (tujuan ajaran dan hidupnya hanya utk pemaksaan kehendak saja sampai mati). Saya bersyukur terlahir dalam keluarga Katolik… Read more »
Shalom Antonius, Sabda Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa salah satu tujuan kita beriman adalah agar kita dapat berkenan di hadapan Allah, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” (Ibr 11:6). Nah memang kemudian kita bertanya, iman yang seperti apa? St. Agustinus sebagaimana dikutip oleh St. Thomas Aquinas mengajarkan kepada kita, “Tanpa pengenalan akan kebenaran kekal yang tidak pernah berubah, maka semua kebajikan hanya merupakan kepura-puraan, bahkan jika dilakukan oleh orang- orang yang terbaik.” (lih. St. Aquinas Catechism, Penjelasan tentang Aku percaya akan Allah…. ). Pencarian akan kebenaran kekal yang tidak pernah berubah inilah yang dapat menghantar seseorang kepada… Read more »
Ibu Ingrid dkk,
Terima kasih atas bimbingan rohani-nya : )
Wah tegas banget tuh kata2nya St. Agustinus :
<>
Saya selalu berharap semoga masyarakat luas di Indonesia yg masih dalam “kehampaan” dapat dgn sesegera mungkin menemukan kabar gembira itu melalui situs ini.
Semoga karya kerasulan Ibu/Bapak selalu mendapatkan penyertaan Roh Kudus sehingga semua orang dpt melihat Kemuliaan yg nyata, karena kita tahu Kemuliaan itu hanyalah untuk Bapa, Putra dan Roh kudus saja seperti pada permulaan sekarang selalu dan sepanjang segala masa, Amin.
Pro Ecclesia et Patria !!!,
Antonius
Syalom Katolisitas
Mohon tanya , apa benar ada Alkitab terjemahan India versi terbaru yang memasukkan ayat dari Bhagavad Gita dan referensi ajaran Mahatma Gandhi, dan telah disetujui oleh Pastor Vijay Thomas dan Uskup Katolik Bombay Oswald Gracias
Terima kasih
Mac
Shalom Machmud, Terima kasih atas pertanyaanya tentang Alkitab yang diterbitkan di India. Secara prinsip, tidak ada yang dapat mengubah isi Kitab Suci, tidak juga imam, uskup maupun paus. Yang dilakukan dengan Kitab Suci di India adalah memasukkan beberapa ayat dari Kitab Suci agama Hindu di bagian keterangan, seperti halnya dengan footnote. Jadi, mereka ingin agar umat Hindu dapat melihat kebenaran kristiani dalam konteks Kitab Suci mereka. Berikut ini adalah keterangan dari mereka, yang dapat dilihat di sini – silakan klik, di mana di bagian 3 dituliskan: 3. Reference To The Scriptures Of Other FaithsReferences made to the Indian Scriptures in… Read more »
Dear Pak Stef/ Ibu Ing n’ team Katolisitas.org, Saya pernah membaca sebuah artikel yang kontroversial menurut saya beberapa tahun lalu tapi saya lupa sumbernya dari mana,… Isi dari artikel tsb menyatakan bahwa pernah ada satu masa kelam dari kaisar Konstantin yang memerintahkan supaya semua Kitab Suci yang ada pada saat itu dilenyapkan. Atas hal ini bisa dikatakan bahwa manuskrip2 yg ditemukan selanjutnya adalah karangan dari sejarahwan/penulis2 di jaman Konstantin yang telah mereka perbaharui, sehingga Alkitab saat ini tidaklah benar2 seperti faktanya alias ada yang dikurangi & ada yang ditambah2kan. Apakah hal tsb benar? Sebelumnya saya ingin mohon maaf kepada Gereja/… Read more »