KALAU kita membicarakan tentang perbedaan antara teologi Katolik dan teologi Kristen non- Katolik, maka sebenarnya perlu didefinisikan denominasi Kristen yang mana. Oleh karena itu, jawaban ini hanya dapat memberikan gambaran umum dan memberikan prinsip-prinsip umum. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada saudara/i kita yang Kristen non Katolik, berikut ini kami paparkan beberapa perbedaan yang memang nyata.  Perbedaan antara teologi Katolik dan teologi Kristen non- Katolik secara umum, kalau mau disarikan adalah: (1) Konsep pilar kebenaran, (2) Konsep otoritas, (3) Konsep ekklesiologi, (4) sakramen dan liturgi, (5) Konsep keselamatan, (6) Konsep mediasi.

Tiga pilar (Kitab Suci, Tradisi Suci, Magisterium Gereja) vs Sola Scriptura

Gereja Katolik berpegang kepada tiga pilar kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, sedangkan gereja- gereja Kristen non- Katolik berpegang kepada Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber kebenaran (Sola Scriptura). Gereja Katolik tidak menolak bahwa Kitab Suci adalah pilar kebenaran, namun Gereja Katolik tidak menganggap bahwa satu-satunya pilar kebenaran hanyalah Kitab Suci. Penolakan ini disebabkan karena: (a) Kitab Suci sendiri tidak pernah mengatakan demikian; bahkan menekankan pentingnya pengajaran para rasul yang disampaikan secara lisan maupun tertulis (lih. 2 Tes 2:15) dan otoritas kepemimpinan dalam Gereja (lih. Mat 16:18-19; 18:18); (b) Gereja lahir terlebih dahulu sebelum Kitab Suci, (c) Dengan inspirasi Roh Kudus, Gereja-lah yang menentukan kitab-kitab mana yang masuk dalam Kitab Suci, (d) Sola Scriptura tanpa ada otoritas yang menentukan interpretasi yang benar, terbukti menghasilkan perpecahan gereja. Keempat hal ini menunjukkan bahwa berpegang kepada ketiga pilar ini sebetulnya lebih alkitabiah, jika dibandingkan berpegang kepada hanya Kitab Suci saja. Silakan melihat beberapa artikel dan diskusi berkaitan dengan hal ini: klik ini, klik ini dan klik ini.

Konsep tentang otoritas

Gereja Katolik percaya bahwa Kristus memberikan otoritas kepada Rasul Petrus (lih. Mat 16:16-19) dan penerusnya, yaitu para Paus, sebab Ia menghendaki agar Gereja bertahan sampai akhir zaman (lih. Mat 28:19-20); dan juga otoritas diberikan kepada para rasul lainnya – yang diteruskan oleh para uskup (lih. Mat 18:18; Yoh 20:21-23). Mereka inilah yang disebut dengan Magisterium Gereja. Dan fungsi pengajaran ini ditegaskan dalam Luk 10:16 “ Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” Karena Kristus sendiri yang memberikan otoritas kepada para Paus dan para uskup, maka umat Katolik dengan kerendahan hati mengikuti apa yang diperintahkan Kristus dan memberikan diri untuk mentaati pengajaran yang diberikan oleh Magisterium Gereja – yang bersumber pada Kitab Suci dan Tradisi Suci. Dengan otoritas ini, maka Gereja Katolik dapat melewati sejarah selama 2000 tahun dengan tetap mengajarkan pengajaran iman yang sama dari satu generasi ke generasi yang lain. Beberapa artikel yang berhubungan dengan hal ini dapat dibaca di sini – silakan klik, klik ini, klik ini, dan klik ini.

Sebaliknya, gereja-gereja non-Katolik menganggap bahwa semua umat beriman mempunyai otoritas dan bertanggungjawab secara langsung kepada Kristus dan tidak perlu mentaati pengajaran dari siapapun – sebagai akibat dari point 1, yaitu Sola Scriptura.

Konsep ekklesiologi

Satu hal mencolok yang memang berbeda antara Gereja Katolik dan gereja-gereja non-Katolik adalah pemahaman konsep Gereja atau ekklesiologi. Bagi Gereja Katolik, Kristus mendirikan satu Gereja, yaitu Gereja Katolik (lih. Mat 16:16-19). Gereja Katolik inilah yang menjadi Tubuh Mistik Kristus (Ef 1:23; Ef 5), yang mempunyai empat tanda – satu, kudus, katolik dan apostolik – silakan klik, serta menjadi sakramen keselamatan bagi seluruh bangsa. Gereja juga harus dimengerti sebagai cara (means) dan tujuan (end) – silakan melihat artikel ini – silakan klik. Dengan kata lain, Gereja adalah pemberian Allah, tanda kasih Allah kepada umat Allah yang harus diterima, dijaga dan sekaligus menjadi tujuan, karena didirikan oleh Kristus, dijiwai oleh Roh Kudus dan mengantar umat manusia kepada keselamatan. Sedangkan bagi gereja-gereja non-Katolik, gereja dipandang hanya sebagai persatuan umat beriman yang percaya kepada Kristus, walaupun antar gereja mempunyai pengajaran yang berbeda-beda. Dialog tentang hal ini dapat dilihat di sini – klik ini.

Sakramen dan liturgi

Gereja Katolik mengenal adanya tujuh sakramen: Sakramen Pembaptisan, Sakramen Ekaristi, Sakramen Penguatan, Sakramen Tobat, Sakramen Perminyakan Suci (Pengurapan orang sakit), Sakramen Imamat dan Sakramen Perkawinan. Ke-tujuh sakramen ini diinstitusikan sendiri oleh Kristus sebagai cara-cara yang umum untuk menyalurkan rahmat-Nya kepada umat Allah. Secara garis besar, tujuh sakramen ini pernah dibahas di sini – silakan klik. Beberapa artikel tentang sakramen dapat dilihat di sini:

Liturgi tak perpisahkan dengan sakramen. Ada 7 sakramen dalam Gereja Katolik. Dari tujuh sakramen Gereja, 3 yang pertama – Baptis, Ekaristi (1, 2, 3, 4), Penguatan – adalah sakramen inisiasi yang menjadi sakramen-sakramen dasar bagi kehidupan orang Kristen. Sakramen Urapan Orang Sakit dan Sakramen Tobat (bagian 1, 2, 3, 4), diberikan untuk kesembuhan baik fisik maupun rohani. Dan akhirnya, Sakramen Perkawinan (bagian 1, 2) dan Imamat diberikan untuk menguatkan kita dalam menjalankan misi di dunia ini dalam mencapai tujuan akhir, yaitu Kristus.

Sedangkan gereja- gereja Kristen non-Katolik seperti Lutheran hanya mengenal Sakramen Baptis dan Ekaristi (yang disebut Perjamuan Kudus), kadang termasuk juga Sakramen Tobat. Bahkan sakramen- sakramen inipun mempunyai arti berbeda dengan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Mereka tidak mempercayai bahwa baptisan adalah cara yang dipakai oleh Kristus  untuk menyelamatkan manusia. Dan Perjamuan Kudus juga hanya dianggap sebagai simbol, sedangkan Gereja Katolik mempercayai bahwa Kristus hadir secara nyata (Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan) dalam rupa roti dan anggur.

Konsep keselamatan

Bagi umat Katolik, keselamatan adalah merupakan anugerah Allah dan hal ini juga dipercayai oleh gereja-gereja non-Katolik. Namun, selain rahmat Allah, Kitab Suci juga mencatat hal-hal lain, seperti: pentingnya iman untuk keselamatan (lih. Ef 2:8), baptisan yang menjadi syarat keselamatan (lih. Yoh 3:5), orang akan diadili menurut perbuatannya (Mat 16:27, 1Pet 1:17). Dengan demikian, Gereja Katolik tidak mempercayai hanya iman saja (sola fide) dalam keselamatan seperti yang dipercayai oleh gereja-gereja non-Katolik, karena Kitab Suci secara keseluruhan memang tidak pernah mengatakan bahwa hanya karena iman saja, kita diselamatkan. Bahwa iman menjadi syarat keselamatan (Ibr 11:6) adalah benar, namun bukan iman saja. Silakan melihat diskusi panjang tentang topik ini di sini – silakan klik dan jangan lupa untuk melihat dialognya di sini – silakan klik.

Maria dan para kudus

Perbedaan lain yang menonjol adalah konsep mediasi. Gereja Katolik mempercayai bahwa semua orang dipanggil untuk menjadi rekan sekerja Kristus. (lih. 1Kor 3:9) Kalau kita semua dipanggil menjadi teman sekerja Kristus, apalagi Maria Bunda Allah, dan para kudus. Bunda Maria dan para kudus adalah mereka yang sungguh telah bekerjasama dengan rahmat Allah, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah. Gereja Katolik melihat bahwa kematian tidaklah memisahkan orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah dengan umat Allah di dunia ini (lih. Rom 8:38-39). Sedangkan gereja-gereja non-Katolik memandang bahwa orang-orang yang telah meninggal sama sekali terpisah dari umat Allah yang masih mengembara di dunia ini. Diskusi panjang tentang topik ini dapat dibaca di sini – silakan klik.

Demikian perbedaan teologis antara Gereja Katolik dan gereja-gereja non-Katolik. Jika mau disarikan lebih lanjut, maka terdapat  tiga hal perbedaan, yaitu: otoritas, pilar kebenaran dan mediasi.

21 COMMENTS

  1. Shalom Tim Katolisitas.org . To the point aja, saya seorg katolik yg baru `DISADARKAN` oleh kasih Yesus Kristus yg begitu besar. Slama ini saya apatis akan status sya sbg seorg Katolik smpai akhirnya ksadaran itu kni tlah muncul, sya mrasakn rindu yg sgt mndalam utk dtang kepada-Nya dan mengenal apa itu Katolik lebih dlm lgi. Teman-teman sya bhkan terheran heran dgn perubahan yg drastis ini. Mereka sering mlontarkn pertanyaan bgini sama sya ” Kmu kog jdi religius mndadak? kmu ktemu Yesus ya?” sya hnya bsa tersenyum mnanggapinya. Dsini , sya ingin sdikit bertanya “Apa saja yg mmbedakan kita Katolik dgn Protestan, baik itu mngenai sumber iman, tata cara liturgi, Misa suci, dll.” Trimakasih. Jesus bless us with a great grace, amen.

    [dari katolisitas: Terima kasih atas sharing Anda. Semoga semakin banyak orang yang terpanggil seperti Anda untuk kembali mempelajari dan memperdalam iman Katolik. Yakinlah, bahwa kerinduan untuk semakin mengenal Allah adalah gerakan Roh Kudus. Tentang perbedaan mendasar antara Gereja Katolik dan Protestan dapat Anda lihat di sini- silakan klik. Kalau Anda tidak berkeberatan, silakan juga mensharingkan pengalaman Anda di situs ini.]

    • Saya setuju kalo mengenal katolik itu diartikan sbg kembali kepada ajaran Yesus yg sesungguhnya. Tdk brtentangan dgn ajaran yahudi. ingat bhw Yesus ITU adalah yahudi yg taat.

      [dari Katolisitas: Pesan digabungkan akrena masih satu topik dari pengirim yang sama]

      Sy setuju skali bhw jln munuju Allah adalah melalui Yesus. Artinya mengikuti Dia. TDK harus mejadi katholik, krn Yesus sendiri bkn katholik. Dia adalah Yahudi yg sangat taat.

      [dari katolisitas: Kalau menurut Anda, mengapa dalam beberapa kesempatan para ahli Kitab dan kaum Farisi berusaha untuk membunuh Yesus?]

  2. Gereja Apostolik = Gereja Yang Merupakan Kelanjutan dari Para Rasul
    1. Dalam Kredo diungkapkan iman akan Gereja Apostolik
    2. Menurut pihak katolik, gereja nonkatolik tidak atau kurang apostolik karena ada yang sebagian sudah “putus” dari batang utama pohon anggur itu . Apa pernyataan analogis sederhana itu benar ? Di lain pihak gereja nonkatolik seperti Anglikan dan Ortodoks masih menganggap diri juga sebagai gereja apostolik. Di sini muncul perbedaan intensitas keapostolikan gereja. Bagaimana mengukurnya, tentu bukan dalam pengertian matematis.
    3. Dalam website gereja Anglikan disebut kurang lebih sebagai berikut . In theology (doctrine?) we are Protestant, in liturgy we are Catholic. Motto sederhana itu mencerminkan suatu “kesempurnaan”?

    • Shalom Herman Jay,

      Silakan pertama-tama untuk membaca apa yang diajarkan Katekismus tentang arti Gereja yang Apostolik, yang baru saja kami tayangkan untuk menanggapi pertanyaan Anda, silakan klik.

      Atas dasar definisi tersebut (lih. KGK 857), kita mengetahui bahwa Gereja yang Apostolik dalam arti yang penuh, adalah Gereja Katolik. Sebab hanya Gereja Katolik-lah yang: 1) dibangun atas dasar para Rasul dan para nabi; 2) meneruskan seluruh ajaran, warisan iman dan pedoman-pedoman yang diajarkan oleh para Rasul -baik yang disampaikan secara tertulis dalam Kitab Suci maupun yang disampaikan secara lisan dalam Tradisi Sudi; 3) diajar, dikuduskan dan dibimbing oleh para Rasul dan oleh mereka yang menggantikan para Rasul sampai kedatangan Kristus kembali.

      Gereja-gereja lain atau komunitas gerejawi lainnya yang tidak memasukkan Tradisi Suci (ajaran lisan dari Kristus dan para Rasul) sebagai sumber ajaran iman, secara obyektif tidak sepenuhnya memenuhi arti apostolik dari segi penerusan semua ajaran iman dari para Rasul, sebab yang disampaikan hanyalah ajaran mereka yang tertulis dalam Kitab Suci, dan dengan demikian tidak sesuai dengan ajaran Rasul Paulus dalam 2 Tes 2:15.

      Selanjutnya, gereja-gereja atau komunitas gerejawi tersebut tidak mengakui otoritas Paus sebagai penerus Rasul Petrus, sehingga secara obyektif juga tidak memenuhi kepenuhan makna apostolik. Gereja-gereja non-Katolik dapat saja menganggap bahwa merekapun meneruskan ajaran para Rasul, tetapi bahwa mereka tidak mempunyai jalur yang menghubungkan para pemimpin mereka dengan tahbisan para Uskup yang secara turun temurun melanjutkan jalur apostolik dari para Rasul, merupakan bukti bahwa penerusan ini tidak sepenuhnya menyampaikan keseluruhan warisan dan pedoman dari para Rasul, sebab faktanya mereka memisahkan diri dari jalur hirarki, ajaran, kehidupan sakramental dan persekutuan yang penuh dengan para penerus Rasul tersebut.

      Silakan untuk selanjutnya membaca beberapa prinsip perbedaan teologi Katolik dan Kristen non- Katolik di artikel di atas, silakan klik.

      Motto yang dikeluarkan oleh gereja Anglikan itu, adalah hak mereka. Namun adalah juga suatu kenyataan bahwa seseorang yang dengan keterbukaan mempelajari ajaran para Rasul dan para penerus mereka (yaitu para Bapa Gereja) akan sampai kepada pengertian bahwa Gereja yang setia mengajarkan keseluruhan ajaran para Rasul dan para penerus mereka itu adalah Gereja Katolik. Sebab sepanjang sejarah, memang terdapat perkembangan doktrin/ ajaran Gereja, namun perkembangan yang sejati tidaklah mengubah suatu ajaran sehingga menentang ajaran sebelumnya. Prinsipnya, ajaran iman yang benar di zaman dahulu akan tetap benar di zaman berikutnya. Maka jika disebut sebagai perkembangan, adalah, bahwa kebenaran ajaran yang di zaman Gereja perdana tersebut akan dijelaskan dengan lebih rinci di zaman berikutnya, namun tidak akan ditolak/ditentang. Prinsip ini tidak sesuai dengan prinsip Protestantisme yang pada suatu saat memisahkan diri dari Gereja Katolik karena menolak beberapa prinsip ajaran yang sudah ada sejak zaman para Rasul dan Gereja perdana, yang secara turun temurun diteruskan oleh Gereja Katolik (misalnya dengan membuang kitab-kitab Deuterokanonika dari kitab-kitab Perjanjian Lama, dan menolak ajaran Tradisi Suci karena prinsip Sola Scriptura). Sejumlah dari mereka bahkan ada yang menganggap bahwa Gereja harus terus berkembang mengikuti zaman, termasuk mengubah ajarannya. Sedangkan Gereja Katolik, berpegang kepada ajaran para Rasul, melestarikan keseluruhan ajaran para Rasul itu tanpa mengubahnya. Seandainya ada penyesuaian, itu adalah cara penyampaiannya, namun isi/ prinsip ajarannya tidak berubah. Maka perkembangan ini disebut sebagai perubahan yang organik, bagaikan pohon bertumbuh dari biji dan pangkal yang sama, menjadi pohon yang semakin besar/ rimbun.

      Kardinal John Henry Newman (1801-1890), seorang imam Anglikan yang kemudian menjadi Katolik dan menjadi Kardinal, pernah menulis buku tentang hal ini, yang berjudul “Essay on the Development of Christian Doctrine” (1845), silakan klik di link ini, untuk membaca buku tersebut. Awalnya, beliau mengarang buku ini dengan tujuan untuk menemukan adanya kesalahan ataupun perubahan yang dilakukan oleh Gereja Katolik; dan kemudian untuk membuktikan bahwa gereja Anglikan adalah Gereja yang otentik. Namun setelah ia sendiri mengadakan penelitian sejarah dan tulisan para Bapa Gereja sejak jaman Kristen awal sampai pada zamannya, ia mengambil kesimpulan justru Gereja Katolik mempunyai dasar yang kuat di dalam semua doktrin yang diajarkannya. Melihat fakta ini, akhirnya Newman mengambil keputusan untuk menjadi seorang Katolik. Banyak orang yang membaca tulisan Henry Newman ini menjadi terinspirasi, justru karena melihat ketulusan dan obyektivitas tulisannya, yang mempunyai motivasi untuk mencari kebenaran.

      Demikian yang dapat saya sampaikan semoga berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Apakah esai Kardinal Henry Newman tentang perkembangan ( pengembangan?) doktrin sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?

        [Dari Katolisitas: Terus terang kami tidak mengetahuinya, apakah sudah ada terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Apakah ada dari pembaca yang mengetahuinya?]

  3. Katolik dan Protestan sudah menjadi dua agama yg berbeda, apakah Yesus dlm ajaran Katolik sama dengan Yesus dalam ajaran Protestan?

    [dari katolisitas: Silakan melihat link ini: silakan klik]

  4. shalomm….

    saya mau tanya satu hal sesuatu…
    kenapa byk org kristen gak pernah percaya pd katholik??
    gereja katholik apa bisa terima dibaptis?? bagaimana cara baptis itu?

    terima kasih

    Lianny

    • Shalom Lianny,

      Pada dasarnya, hal iman dan kepercayaan memang merupakan hak azasi manusia, maka memang tidak dapat dipaksakan. Demikianlah Gereja Katolik tidak dapat memaksakan keyakinannya kepada mereka yang memutuskan untuk tidak mempercayai ajaran iman Katolik. Secara garis besar, terdapat perbedaan umum antara teologi Katolik dengan teologi Kristen non- Katolik, sebagaimana pernah disampaikan di artikel di atas, silakan klik.

      Selanjutnya saya kurang paham akan pertanyaan Anda. Jika pertanyaan Anda adalah apakah Gereja Katolik mengakui Pembaptisan? Tentu jawabnya adalah ya. Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, mengakui adanya “satu Baptisan” (Ef 4:5), maka jika suatu Baptisan sudah pernah diberikan secara sah (sesuai dengan maksudnya, dan dengan forma dan materia yang sama dengan yang diberikan oleh Gereja Katolik) maka walaupun Baptisan tersebut diberikan oleh gereja-gereja non Katolik, maka Baptisan tersebut tetap diakui sah oleh Gereja Katolik. Jika orang tersebut ingin menjadi Katolik, ia tidak perlu dibaptis ulang, namun hanya perlu diteguhkan menjadi seorang Katolik. Gereja Katolik mengacu kepada daftar gereja-gereja dalam PGI, untuk menentukan apakah suatu baptisan yang diberikan oleh gereja non-Katolik tersebut dapat dikatakan sah atau tidak.

      Cara Baptisan menurut Gereja Katolik adalah dengan dicelup/ dituang ataupun dibenamkan, sesuai dengan arti kata “baptisan”, sebagaimana disebutkan dalam Katekismus (KGK 1214). Namun demikian, pada keadaan genting tertentu, dapat juga melalui cara dipercik, walaupun cara ini bukan merupakan cara yang umum. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  5. shalom,
    aku mau tanya, sebenarnya ajaran2 pokok yang bisa ngebedain protestan sama katolik itu dr mana nya ????
    tolong di jawab ya ..makasih

    [dari katolisitas: Silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

  6. Shalom Romo…
    Di Alkitab tertulis bahwa tidak ada jalan menuju Allah tanpa melalui Yesus. Dalam hal ini bukankah saudara kita yang beragama Kristen Protestan juga mengikuti Kristus? Apa itu artinya antara Katholik dan Kristen Protestan juga sama saja? Saya hanya ingin bertanya, berarti tidak harus menjadi Katholik dong untuk memperoleh keselamatan? Terima kasih. Allah memberkati.

    • Shalom Theresia Ayu,

      Silakan anda membaca artikel Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik?, silakan klik.

      Konsili Vatikan II dalam Konsititusi tentang Gereja, mengajarkan: “Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi, Konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis (lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan. (Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium, 14)

      Selanjutnya, jika anda tertarik untuk mebaca topik ini, silakan anda membaca beberapa artikel di bawah ini:

      Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik saja?
      Siapa saja yang dapat diselamatkan?
      Dominus Iesus
      Penjelasan tentang Deklarasi Dominus Iesus

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Shalom. Ada orang atheist namun moralnya baik. Ada orang beragama / beriman pada Tuhan namun berhati jahat, moralnya jahat. Siapa yg akan diselamatkan? Mengapa tanpa agama pun orang bisa berbuat baik? Mengapa dengan agama orang tetap bisa berbuat jahat? Terimakasih atas pencerahannya.

        [dari katolisitas: lihat tiga link ini: silakan klik, klik ini dan klik juga ini]

  7. Salam,
    Saya sangat senang dengan website ini, sudah beberapa kali dalam 2-3thn terakhir saya baca untuk satu sesi yang lama (berjam-jam) karena keasyikan dan mendapatkan bahwa ajaran Gereja Katolik sangat alkitabiah dan bahkan sangat rasional. Saya dibaptis Katolik saat bayi dan selama ini merasa sangat banyak menimba kekayaan Ekaristi pada Misa setiap minggu dan hari raya yang ditetapkan oleh gereja tapi masih belum meluangkan waktu untuk ikut dalam kegiatan PDKK (masih merasa belum cocok gaya dan waktunya).

    Ada satu pertanyaan yang selama ini masih menjadi misteri bagi saya walaupun saya sudah bolak balik mencari (mungkin saja sudah ada tapi belum ketemu), yaitu mengenai saudara2 yang pindah dari Katolik ke Gereja Protestan, bagaimana cara mereka bisa kembali ke Gereja Katolik? Apakah hanya dengan mengucapkan syahadat para rasul dan mengaku dosa mereka bisa kembali ikut menyambut Komuni Kudus? Atau harus dilakukan penerimaan kembali seperti jika menerima orang non-Katolik menjadi Katolik? Soalnya mungkin saja saat ini banyak yang ingin kembali pulang ke rumah (Gereja Katolik) tapi tidak tahu caranya dan tidak pernah disosialisasikan oleh GK sendiri. Mungkin jika para umat, pemimpin umat, ketua wilayah rohani, Dewan Pastoral Paroki dan semua yang masih Katolik bisa berperan membuka jalan kepada mereka yang ingin kembali tanpa mereka harus malu melewati proses yang “panjang dan sulit” itu.

    Demikian pertanyaan saya, maaf saya tidak tahu apa ini cara yang tepat untuk bertanya.
    Terima kasih.

    Glenn Tanudjaja

    • Shalom Glenn,

      Terima kasih atas dukungan anda untuk karya kerasulan ini. Memang sudah seharusnya umat Katolik bertumbuh lewat sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat. Tidak semua orang harus mengikuti PDKK. Namun, sudah seharusnya anda juga mempunyai komunitas yang membuat anda juga dapat bertumbuh bersama-sama dengan saudara satu iman. Anda dapat mengikuti kegiatan dalam lingkup teritorial maupun kategorial.
      Tentang pertanyaan anda bagaimana seseorang yang pindah dari Gereja Katolik ke gereja non-Katolik, namun akhirnya memutuskan untuk kembali: Secara umum, dalam banyak kasus, orang yang meninggalkan Gereja Katolik biasanya tidak memberikan surat secara formal (formal defection menurut Apostolic Letter “Motu Proprio” Omnium in Mentem) untuk meninggalkan Gereja Katolik. Jadi untuk kembali, orang-orang ini dapat menghadap pastor, menceritakan permasalahannya, mengaku dosa, dan kemudian masuk kembali ke dalam Gereja Katolik. Tentu saja dengan catatan bahwa orang tersebut juga menyesal dan berniat dan benar-benar memperbaiki kesalahannya. Dengan demikian, untuk kebanyakan orang, solusinya sebenarnya cukup mudah. Yang diperlukan adalah penyesalan dan kerendahan hati untuk mau mengaku dosa. Dan Gereja Katolik akan menerima mereka dengan sukacita yang besar.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  8. menurut saya kotbah para pendeta “selalu begitu” dalam arti mempersempit kekristenan malahan cenderung ke arah harafiah alkitab dan mengarahkan umatnya ke cenderung “militan & fanatisme sempit”. kalau dibahasakan “cetek” (sekali lagi menurut saya-mohon maaf bagi yang tidak berkenan).

    [dari katolisitas: tidak semua khotbah pendeta sempit, militan dan cetek. Ada banyak juga yang mempunyai khotbah berbobot. Walaupun tentu saja dalam beberapa doktrin ada yang tidak sesuai dengan pengajaran Gereja Katolik.]

  9. Berkah dalem,,,
    Bu Inggrid/Pak stef saya mau menanyakan apakah perbedaan ajaran antara Teologi Katolik dengan Teologi Protestan dan kalau kita mendengar Khotbah dari Pendeta Protestan apakah dengan Pasti itu tidak sesuai dengan Teologi Katolik, karena saya sering juga mendengar kotbah Pendeta Protestan, namun saya juga menyaringnya kembali apakah layak saya konsumsi sebagai orang Katolik. dan terimakasih juga ada Web Katolisitas karena dengan ada Web ini membantu saya dalam menyaring Khotbah-2 dari Pendeta Protestan, sehingga yang selama ini saya lakukan adalah apabila Khotbanya bersifat umum dan menuju hubungan Horisontal saya terima tapi jika sudah menuju Doktrin saya buang dan sebagai perbandingan dengan Katolik saja. Terimakasih dan mohon jawabannya

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

    • Betapa menarik khotbah-khotbah pendeta Protestan memang tidak dapat kita pungkiri. Namun dengan adanya situs-situs katolik yang baik antara lain katolisitas, saya lebih menganjurkan bapak dan saudara-saudara katolik lain untuk lebih memperdalam iman katolik yang sangat luas dan banyak. Ringkasan yang disampaikan Pak Stef di atas bagus banget dan pas, kita umat katolik patut mengangkat topi. Terima kasih

Comments are closed.