Kebanyakan orang yang salah paham dan menyangka bahwa Gereja Katolik mempraktekkan kanibalisme, tidak mempunyai dasar pemahaman tentang adanya perbedaan antara hakekat dan rupa, yang ada pada semua ciptaan. Sebagai contoh, pada manusia, ada hakekat (essense), dan ada rupa (accidents). Hakekat kita sebagai manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terdiri dari tubuh dan jiwa, yang diciptakan menurut citra Allah. Sedangkan rupa kita bermacam-macam, yaitu apa yang nampak ada pada tubuh, seperti tinggi badan, warna kulit, ciri-ciri tubuh, rupa wajah, dst, yang bisa berbeda-beda pada masing-masing individu. Pada roti/ hosti dan anggur juga terdapat hakekat dan rupa. Hakekat hosti adalah semacam roti yang terbuat dari gandum, rupanya putih pipih bundar, dengan ciri-ciri tertentu. Demikian juga dengan minuman anggur.

Nah, perkataan sabda Allah dalam konsekrasi mengakibatkan terjadinya Transubstansiasi yaitu, perubahan hakekat roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, walaupun rupanya tetap roti dan anggur. Mekanisme fisik yang terjadi dalam Komuni kudus adalah kita memakan rupa roti dan anggur, namun yang hakekatnya sudah diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Dalam perayaan Ekaristi, tidak ada proses memakan tubuh dengan memenggalnya hingga berdarah-darah seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang mempraktekkan kanibalisme. Dalam Ekaristi, kita memakan Tubuh dan Darah Kristus itu secara sakramental, yang artinya memang kita sungguh memakan Tubuh dan Darah Kristus, namun dalam rupa roti dan anggur.

Dengan memahami pengertian ini, maka tidak benarlah tuduhan bahwa umat Katolik mempraktekkan kanibalisme pada saat menyambut Komuni kudus. Sebab definisi kanibalisme (menurut Merriam- Webster, ataupun Online Dictionary) adalah ritual memakan daging manusia, oleh manusia yang lain, yang melibatkan perbuatan kejam yang tidak manusiawi. Namun yang dimakan dalam perayaan Ekaristi adalah Tubuh dan Darah Kristus, tapi bukan dalam rupa tubuh dan darah-Nya melainkan dalam rupa roti dan anggur. Selain itu, juga tidak ada tindakan yang kejam ataupun tidak manusiawi dalam perayaan Ekaristi. Yang ada adalah tindakan Roh Kudus, yang dengan kuasa-Nya menghadirkan kembali kurban Kristus yang satu dan sama itu, hanya saja dengan cara yang berbeda. Demikianlah yang diajarkan oleh Katekismus Gereja Katolik:

KGK 1367    Kurban Kristus dan kurban Ekaristi hanya satu kurban: “karena bahan persembahan adalah satu dan sama; yang sama, yang dulu mengurbankan diri di salib, sekarang membawakan kurban oleh pelayanan imam; hanya cara berkurban yang berbeda”. “Dalam kurban ilahi ini, yang dilaksanakan di dalam misa, Kristus yang sama itu hadir dan dikurbankan secara tidak berdarah… yang mengurbankan diri sendiri di kayu salib secara berdarah satu kali untuk selama-lamanya” (Konsili Trente: DS 1743).

Hal memakan Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur, itu diajarkan dan diperintahkan oleh Kristus sendiri dalam Perjamuan Terakhir (Mat 26:20-29; Mrk 14:17-25; Luk 22:14-23; 1Kor 11:23-25). Maka jika sekarang Gereja Katolik menghadirkan kembali kurban Tubuh dan Darah Kristus secara sakramental, itu adalah untuk melestarikan perintah Kristus sendiri, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19). Selanjutnya tentang Ekaristi sebagai Kurban Kristus, klik di sini, dan Ekaristi sebagai Perjamuan Sorgawi, klik di sini.

Sejujurnya, sejak awal, saat Kristus mengajarkan bahwa barangsiapa ingin memperoleh hidup yang kekal, orang itu harus memakan Tubuh Kristus dan minum Darah-Nya banyak orang sudah mengalami kesulitan untuk menerima ajaran ini. Yesus bersabda, “… sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal… (lih. Yoh 6:53, 54). Injil Yohanes mencatat betapa perkataan Yesus ini sulit diterima oleh para pendengarnya saat itu, “Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan…. ” (Yoh 6:52) Banyak pengikut Yesus yang pergi meninggalkan Dia, setelah mendengarkan seluruh pengajaran bahwa Yesus adalah Sang Roti Hidup yang turun dari Surga, dan yang tubuh-Nya harus dimakan oleh orang-orang yang ingin memperoleh hidup yang kekal. “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (Yoh 6:60) demikian tanggapan dari banyak murid-murid Yesus. Alkitab mencatat, “Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” (Yoh 6:66) Mungkin saja, mereka menolak ajaran ini sebab sepertinya bertentangan dengan ajaran kitab Taurat Musa, yang mengatakan bahwa di dalam darah ada nyawa, maka manusia dilarang meminum darah mahluk lainnya (lih. Im 17:14). Mereka belum sampai kepada pemahaman bahwa justru ketentuan Taurat Musa itu diberikan Allah untuk mempersiapkan bangsa Israel kepada penggenapannya di dalam Kristus. Sebab memang dengan pengorbanan-Nya di salib untuk menebus dosa-dosa kita, Kristus memberikan Darah-Nya bagi kita, agar dengan kita meminumnya kita memperoleh ‘nyawa’-Nya/ jiwa-Nya, sehingga kita dapat memperoleh kehidupan ilahi dan kekal yang berasal dari Allah sendiri.

Maka untuk kebenaran yang indah ini, Yesus tidak merevisi ajaran-Nya, meskipun banyak orang meninggalkan Dia. Kristus tidak berusaha memanggil mereka kembali dengan mengatakan bahwa yang dimaksudkan-Nya adalah memakan roti dan anggur yang hanya merupakan lambang dari Tubuh dan Darah-Nya, atau hanya memakan-Nya secara rohani. Sebaliknya, Yesus malah menegaskannya, dengan bertanya kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”, (Yoh 6:69) sebab Ia rela ditinggalkan oleh semua murid-Nya, namun Ia tidak akan mengubah ajaran-Nya ini. Namun, syukurlah, demikianlah jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:69) Gereja Katolik, berpegang pada pengajaran para Rasul yang dipimpin Rasul Petrus ini, selalu dengan teguh dan setia mengajarkan bahwa dalam Ekaristi, roti dan anggur sungguh-sungguh diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, oleh kuasa Sabda Allah, walaupun rupanya tetap roti dan anggur.

Archbishop Fulton Sheen mengatakan, bahwa menarik untuk disimak bahwa justru pada saat inilah, yaitu setelah Yesus mengajar tentang Roti Hidup, Yesus menyebutkan tentang pengkhianatan Yudas Iskariot. Menanggapi jawaban Petrus, Yesus berkata kepada para Rasul-Nya: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.” Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu…” (Yoh 6:70-71). Yesus mengetahui bahwa Yudas telah berniat meninggalkanNya, sama seperti para murid-Nya yang lain yang meninggalkan Dia karena tidak dapat menerima pengajaran Yesus tentang Roti Hidup. Mereka tak dapat menerima bahwa Yesus menghendaki agar para pengikut-Nya makan Daging-Nya dan minum Darah-Nya agar mereka dapat memperoleh hidup yang kekal (Yoh 6:53-54). Mereka tidak dapat menerima bahwa cara inilah yang dipilih Yesus untuk tinggal di dalam diri para murid-Nya (Yoh 6:56; 15:4-5), agar dapat mengubah mereka untuk menjadi semakin menyerupai Dia.

Semoga kita tidak meragukan kebenaran ajaran Yesus ini tentang Roti Hidup. Mari berkata bersama dengan Rasul Petrus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal…. Mungkin kami tidak dapat memahami sepenuhnya bagaimana itu bisa terjadi bahwa roti dan anggur dapat Kau-ubah menjadi Tubuh dan Darah-Mu, walaupun rupanya tetap roti dan anggur. Namun kami percaya, tiada yang mustahil bagi-Mu. Semoga dengan kami melakukan kehendak-Mu, yaitu dengan menyambut Tubuh dan Darah-Mu dalam Ekaristi, kami Kau hantarkan kepada kehidupan kekal yang Engkau janjikan.”

15 COMMENTS

  1. Dear Katolisitas,

    Saya mendapat ujian dari umat Protestan tentang adanya Tubuh dan Darah Kristus dalam misa. Dia memberikan beberapa ayat yang sepertinya menentang itu dan menimbulkan pertanyaan.

    Lukas 24:6 Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea,

    Kisah Para Rasul 3:21 Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.

    1 Petrus 3:18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,

    Bagaimana dengan ayat-ayat tersebut?
    Jika Yesus hadir kembali ke dunia dalam bentuk anggur dan roti, kok dalam Kis 3:21 Kristus harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu?
    Masalahnya kita tau bahwa Yesus sudah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah. Nah kok bisa Tubuh dan Darah-Nya masih ada di dunia? Lagipula kita semua juga menunggu kedatangan-Nya yang kedua kali.
    Mohon penjelasannya. Tuhan memberkati.
    Salam

    • Salam, Paulus As

      Ajaran bahwa Kristus benar-benar hadir Tubuh, Darah, Jiwa, dan keAllahan-Nya dalam rupa Roti dan Anggur Sakramen Ekaristi. Ajaran ini sudah berawal sejak abad pertama kelahiran Gereja. Patut direnungkan bahwa iman akan kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi tidak pernah diragukan hingga pertama kali mendapat tantangan di akhir abad ke-11 oleh Berengarius (999-1088). Keraguan kedua dan terbesar baru muncul kemudian setelah Protestanisme timbul. Dengan demikian, kita dapat percaya bahwa ajaran yang otentik adalah Kristus benar-benar hadir dalam Ekaristi. Keraguan akan kehadiran Yesus dalam Ekaristi tidak sesuai dengan ajaran iman yang telah ada sejak Gereja Perdana dan baru muncul jauh kemudian hari.

      1) Salah satu umat Protestan yang anda kenal berusaha membuktikan pada anda bahwa Kristus tidak mungkin hadir di dunia dengan mengajukan kutipan ayat Luk 24:6, Kis 3.21, dan 1 Pet 3.18. Ia ingin menunjukkan bahwa Kristus sudah dimuliakan di Surga sehingga tidak mungkin hadir dalam rupa Ekaristi. Namun, penafsiran tersebut kurang mendalam dan berdasarkan ayat yang dikutip sepotong-sepotong. Bila kita mengikuti logikanya, apakah itu berarti Allah Putra meninggalkan Surga ketika Ia menampakkan diri kepada Maria Magdalena dan wanita-wanita lain (Mat 28.9), murid di Emaus (Luk 23.15), para Rasul dan murid-murid (Yoh 21.1)? Bukankah ayat-ayat tersebut terjadi setelah Yesus bangkit, sesuai dengan Luk 24.6 yang diajukan?

      2) Kis 3.21 mengatakan bahwa Kristus harus tinggal di surga hingga waktu pemulihan segala sesuatu. Ayat ini menurutnya menekankan bahwa Kristus harus tinggal di surga dan tidak dapat hadir di dunia secara fisik. Akan tetapi, perlu kita tinjau kembali bahwa pemikiran ini sesungguhnya menunjukkan pembatasan akan kuasa Allah yang dapat hadir di manapun (omnipresent). Dalam Kol 1.16, dikatakan bahwa “di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.“. Oleh sebab itu, tidak masalah Kristus hadir di manapun dan kapanpun di dunia karena Ia adalah Allah dan segala ciptaan ada dan hidup karena berada dalam Dia. Dapat direnungkan bahwa Kristus menampakkan diri kepada begitu banyak orang di tempat yang berbeda dalam waktu yang singkat. Bahkan, ia hadir tanpa terhalang pintu-pintu yang terkunci (Yoh 20.19). Ini berarti Yesus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

      3) 1 Petrus 3.18 berbicara mengenai Kristus yang dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia dan dibangkitkan menurut Roh. Ayat ini menurutnya menunjukkan bahwa Kristus yang dibangkitkan menurut Roh hanya dapat hadir menurut Roh. Akan tetapi, Kristus sebenarnya hadir secara utuh, baik Tubuh, Darah, Jiwa, dan ke-Allahan-Nya kepada para murid, bahkan menunjukkan Tubuh-Nya yang berbekas paku (Yoh 19.27; Luk 24.39) dan makan bersama para murid (Luk 24.43).
      Yesus sendiri pernah berjanji bahwa barangsiapa makan Tubuh dan Darah-Nya akan memperoleh hidup kekal dan akan dibangkitkan di akhir zaman (Yoh 6.54). Apakah janji ini tidak berlaku bagi umat-Nya yang hidup di abad-abad setelah kenaikan-Nya ke surga? Bukankah St. Paulus mengatakan bahwa Roti yang dipecah (Luk 24.30; Kis 2.42) dan Cawan Pengucapan Syukur (Syukur = Eucharistia/Yun) adalah persekutuan dengan Tubuh dan Darah Tuhan? (1 Kor 10.16). Apabila yang dimaksud Roti dan Anggur Tuhan oleh St. Paulus itu hanya roti dan anggur biasa, mengapa ia berkata begitu keras bahwa orang yang makan roti dan anggur biasa itu menjadi berdosa kepada Kristus? Hanya ada dua kesimpulan yang dapat ditarik, yakni entah St. Paulus bermaksud mengajarkan pemberhalaan roti dan anggur atau St. Paulus mengatakan bahwa Roti dan Anggur Ekaristi bukanlah roti dan anggur biasa, melainkan Tubuh dan Darah Kristus. Gereja Katolik dengan setia mengajarkan bahwa Roti dan Anggur Syukur/Ekaristi adalah Tubuh dan Darah Tuhan, Pribadi Allah Putra yang hadir secara utuh dan mulia, yang mengantar pada kehidupan kekal seperti yang Ia janjikan (Yoh 6.54).

      Demikianlah jawaban yang dapat kami berikan. Perlu kita perhatikan bahwa Kitab Suci hendaknya dibaca dan diinterpretasikan secara keseluruhan. Sangat mudah memelintir ayat kutipan Kitab Suci apabila hanya ditafsirkan secara sepotong tanpa memperhatikan keseluruhan isi Kitab Suci (2 Pet 1.20). Kita patut bersyukur Gereja Katolik diberi kuasa oleh Kristus untuk menjaga dan mengajarkan ajaran-Nya yang tidak berubah-ubah mengikuti zaman (1 Pet 1.25; Ibr 13.8). Mari kita berdoa bagi Magisterium Gereja yang bertugas menjaga pusaka iman agar tetap setia menjalankan tugas mereka dan dilindungi dari bahaya si Jahat. Semoga cinta kasih Allah menyertai kita semua.

      Pax Christi,
      Ioannes

  2. Sdrku yg terkasih Herman J,
    Perkenan sy menanggapi statement anda bhw sebenarnya sdh sangat jelas dan gamblang di injil maupun penjelasan dr para bapa gereja awal plus katekismus greja Katolik dan penjelasan bu Inggrid, apalagi dari penjelasan artikel ini.

    Anda rupanya klo boleh saya indentifikasikan pemikiran anda persis sama sepikiran dgn orang yahudi dan sebagian pengikut Yesus mengenai pengajaran Yesus ini sehingga membuat mereka saling bertengkar bahkan injil Johanes mengatakan pengajaran makan tubuh dan minum darah Kristus sangat keras.

    Maukah anda seperti golongan ini ? atau memang belum paham atas ajaran Yesus yg seperti itu sehingga anda membuat statement yg sama seperti orang2 yahudi zaman dulu walaupun anda berada hidup dlm dunia modern saat ini…!!!!

    Nah sdh jelas konsekwensinya klo anda tidak makan tubuh dan darah Kristus. Kehidupan kekal yg sdh tersedia bagi anda.

    Utk itu mari kita sama2 melakukan firmanNya.

    Rgds

    [dari katolisitas: Herman Jay adalah seorang Katolik yang mungkin sering mendapatkan pertanyaan dari umat agama lain, sehingga dia ingin berdiskusi di katolisitas]

    • Ketika duduk sebagai mahasiswa yang mempelajari Filsafat, saya mendapatkan penjelasan mengenai “esensi” / “substansi” dan “aksiden” ini dengan penjelasan yang sederhana sekali. Dosen meminta seorang mahasiswa membungkuk, lalu dosen memakai “punggung” mahasiswa untuk menuliskan sesuatu pada kertas di atas punggung teman saya. Ia mengatakan, punggungnya tetap punggung, namun kini substansinya menjadi “meja” untuk tumpuan menulis. Ketika menjadi mahasiswa Teologi, hal itu sangat membantu penjelasan akan “perubahan transubstansi” hosti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus. Dalam komuni kita menyantap hakikat/substansi “Tubuh dan Darah” Kristus dalam aksiden / wujud “roti dan anggur”. Namun penjelasan berdasar Alkitab jauh lebih tajam dalam kebenaran iman. Semoga membantu.
      Salam

    • 1. Pada prinsipnya pertanyaan yang kami ajukan bertujuan untuk memperdalam dan meningkatkan pengetahuan iman pribadi maupun teman-teman seiman dalam rangka mempertanggungjawabkan iman secara dewasa.
      2. Semua pertanyaan yang kami ajukan merupakan refleksi atas berbagai aspek praktek keimanan kita.
      Kita perlu sewaktu-waktu berhenti sejenak dan menanyakan kepada diri sendiri : mengapa saya / kita melakukan ini dan itu. Apa dasar tindakan / pikiran kita? Kita sebagai umat katolik tidak cukup menerima semuanya secara taken for granted, demi menghindari ketidakmampuan kita menghadapi “serangan”( objection ) baik dari pihak internal maupun eksternal.
      3. Semua pertanyaan harus dimaknai sebagai bentuk simulasi dan stimulasi olah batiniah ( intellectual exercise ) dalam memperkaya iman kita. Itulah makna penerimaan krisma bagi setiap orang beriman.
      4. Dengan bertanya, maka Tim Katolisitas dirangsang secara kreatif dengan bimbingan Roh Kudus untuk menemukan jawaban yang lebih dalam, lebih baru , lebih aktual, lebih kaya karena mereka lebih profesional untuk menelusuri kemungkinan jawaban yang lebih tepat berdasarkan berbagai referensi yang dimilikinya.
      5. Terus terang, pada saat bertanya kepada diri sendiri, kami sendiri tidak bisa membayangkan munculnya jawaban-jawaban orisinal yang sangat membantu pendalaman iman kami.
      6. Sebagai perbandingan, kalau ada dua dokter lulusan perguruan tinggi yang sama, menangani pasien yang sama, maka pendekatan terapi kedua dokter tersebut tidak otomatis sama, karena mereka berdua menghayati profesi kedokterannya secara berbeda. Tidak ada satu jawaban terapi yang sama. Itulah seni kedokteran. Begitu pula , Tim katolisitas dapat memberikan seni jawaban teologis yang berbeda dibanding kelompok ahli lain dalam menjawab pertanyaan yang sama. Semua perbedaan jawaban itu seyogiyanya dirangkum oleh pembaca dalam rangka memperkaya dan memperdalam iman pribadi.

  3. Kalau saya lebih memahami perkataan yesus dengan darah dan daging bukan dari segi fisik seperti kita makan daging pada saat kita makan tapi seperti menegaskan kepada pegikutnya agar kita sama seperti dia, daging menguatkan iman kita, dan darah agar keutumaan kristus mengalir seperti darah didalam tubuh kita Tuhan meginginkan agar kita menjadi satu dengan kristus bukan dari fisiknya yaitu memakan daging dan darahNya yang kita makan tetapi lebih ke spiritualnya yaitu agar manusia lebih menyatu dengan Tuhanya. Mohon maaf sebelumnya kalau pemahaman saya salah tentang artikel tubuh dan darah ini. Tuhan memberkati

    • Shalom Juniarto,

      Penekanan hanya kepada aspek rohani dari tubuh dan darah Kristus ini dapat mengarah kepada penghayatan yang kurang lengkap tentang pemahaman makna Ekaristi. Sebab, walaupun memang rupanya tetap roti dan anggur, namun Kristus menyatakan dalam Injil bahwa itulah Tubuh dan Darah-Nya (Luk 22:19; Mat 26:28). Maka jika Gereja Katolik melestarikan ajaran ini, itu adalah karena Kristus mengajarkannya demikian.

      Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

      KGK 1374    Cara kehadiran Kristus dalam rupa Ekaristi bersifat khas. Kehadiran itu meninggikan Ekaristi di atas semua Sakramen, sehingga ia “seakan-akan sebagai penyempurnaan kehidupan rohani dan tujuan semua Sakramen” (Tomas Aqu., s.th. 3,73,3). Dalam Sakramen Ekaristi mahakudus, tercakuplah “dengan sesungguhnya, secara real dan substansial, tubuh dan darah bersama dengan jiwa dan ke-Allahan Tuhan kita Yesus Kristus, dan dengan demikian seluruh Kristus” (Konsili Trente: DS 1651). “Bukan secara eksklusif kehadiran ini disebut “real“, seakan-akan yang lain tidak “real”, melainkan secara komparatif ia diutamakan, karena ia bersifat substansial; karena di dalamnya hadirlah Kristus yang utuh, Allah dan manusia” ( MF 39).

      Dengan demikian, meskipun kita mengetahui bahwa Ekaristi membawa manfaat rohani bagi kita yang menyambutnya, namun kitapun selayaknya mengimani bahwa di dalam sakramen Ekaristi tersebut sungguh-sungguh hadir secara nyata dan substansial (bukan hanya secara rohani saja), Tubuh dan Darah Kristus, Jiwa dan ke-Allahan Kristus, yaitu Kristus seluruhnya. Karena itu, menurut hemat kami, tidak dapat dipungkiri, adalah untuk memahami apakah maksudnya “hadir secara substansial” tersebut, dan hal itu telah kami coba uraikan di artikel di atas. Semoga dengan pemahaman ini, kita sebagai umat Katolik dapat lebih menghayatinya dan karena itu lebih mensyukurinya serta menerima buah-buahnya yang berdayaguna bagi pertumbuhan iman kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Shalom, mengapa pd saat terima komuni yang diberikan hanya tubuh/roti, sedangkan darah/anggur tidak diberikan kepada umat, hanya pastor saja yang menerima. Apakah ini tidak bertentangan dengan firman Tuhan Yesus ? Terima kasih.

    [Dari Katolisitas: Silakan melihat jawaban kami di sini, silakan klik]

  5. Dear Katolisitas,

    Pengalaman kita mungkin beda. Sepanjang hidup sy menjadi Katolik, sy belum pernah mendengar “tudingan” dari pihak bahkan yang paling iseng sekali pun, bahwa umat Kristiani adalah para kanibalis.

    Katolisitias, mohon maaf, sepertinya terjebak hendak menjelaskan soal ritual keagamaan, Ekaristi secara “scientific”, hingga dengan istilah : essence dan accidents, seakan semacam urusan minuman segar kedondong rasa cokelat. Hasilnya:ya korsleting.

    Ekaristi,makan tubuh dan darah Kristus dalam rupa roti dan anggur adalah bahasa spiritual,soal iman,tidak untuk dijelaskan di tingkat science. Kata orang-orang pandai: Sesuatu yang tidak dapat dijelaskan di jenjang ilmu pengetahuan hingga ke jenjang filsafat sebagai ibu ilmu pengetahuan ,itulah urusan iman. Iman urusan SQ. Andai urusan spiritual dapat dijelaskan di jenjang ilmu pengetahuan, maka agama bubar.

    Makna, pesan spiritual, hakekat, di balik ritual-ritual formal itulah yang perlu ditangkap, dihayati untuk penganutnya semakin mampu sujud-syukur, membunyikan kemuliaan /kasih kepada Tuhan dan kasih sesama ke seluruh penjuru angin. Menurut sy begitu. Tentunya tidak harus ikut sy. Salam kasih dalam Tuhan. GBU

    • Shalom Irwan Saragih,

      Syukurlah kalau Anda belum pernah mendengar tuduhan bahwa umat Katolik yang menerima Ekaristi sebagai para kanibalis. Tapi kami menulis artikel di atas, karena kami menerima pertanyaan sedemikian dari pembaca. Sejujurnya, pertanyaan itu bukan barang baru, sebab sudah sejak abad awal, ada orang-orang yang menuduh umat Kristen berbuat demikian, dengan melakukan perjamuan Ekaristi. Contohnya pada zaman Pliny the Younger (110) sudah ada rumor bahwa umat Kristen dituduh melakukan kanibalisme (Ep. 10.96.7; cf. Tacitus, Ann. 15.44.2). Sekitar tahun 150, St. Yustinus Martir sudah menyebutkan adanya tuduhan bahwa jemaat Kristen memakan daging manusia (Apol. 1.26.7), dan hal serupa juga ditulis oleh St. Teofilus dari Antiokhia (180-185) tentang rumor tersebut, “the prevalent rumor wherewith godless lips falsely accuse us, who are worshipers of God and are called Christians, . . . that we eat human flesh.” (To Autolycus, Bk III, Ch. IV)

      Jadi untuk menjelaskan bahwa tidak demikian halnya, Gereja membedakan antara makna yang disambut dan rupa yang disambut. Nah yang pertama itu istilahnya adalah hakekat (substance/ essence) dan yang kedua, istilahnya adalah rupa/ spesies (accidents). Prinsip ini diajarkan oleh St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologica, Anda dapat membacanya sendiri di link ini tentang sakramen Ekaristi, khususnya ST, III, q.75, a.1-8, khususnya art. 5, silakan klik. Katekismus Gereja Katolik, menjelaskannya demikian:

      KGK 1376    Konsili Trente menyimpulkan iman Katolik, dengan menjelaskan: “Karena Kristus Penebus kita mengatakan bahwa apa yang Ia persembahkan dalam rupa roti adalah benar-benar tubuh-Nya, maka di dalam Gereja Allah selalu dipegang teguh keyakinan ini, dan konsili suci ini menjelaskannya kembali: oleh konsekrasi roti dan anggur terjadilah perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi tubuh Kristus, Tuhan kita, dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi darah-Nya. Perubahan ini oleh Gereja Katolik dinamakan secara tepat dan dalam arti yang sesungguhnya perubahan hakiki [transsubstansiasi]” (DS: 1642).

      Jadi penjelasan ini bukan untuk semata penjelasan scientific, tetapi ini adalah penjelasan Gereja Katolik untuk menjelaskan kepada umat beriman bahwa memang ada perbedaan pengertian antara rupa dan substansi. Pengertian akan hal ini akan membuat kita memahami apa yang terjadi setelah konsekrasi, di mana substansi roti dan anggur diubah menjadi substansi Tubuh dan Darah Kristus, meskipun rupanya masih tetap roti dan anggur.

      Jika menurut Anda penjelasan ini korsleting, itu adalah hak Anda, tetapi kami di Katolisitas tidak berpendapat demikian. Penjelasan dari St. Thomas dan Katekismus ini justru membantu kita untuk memahami apa yang terjadi dalam perayaan Ekaristi, secara khusus dalam konsekrasi. Pemahaman yang didasari oleh pengertian ini akan dapat semakin memperdalam penghayatan spiritual kita, dan bukan sebaliknya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Betul sekali. Menurut saya penjelasan katolisitas bukan membuat “korsleting” tapi justru “menguatkan arus / tegangan listrik” alias memperteguh keyakinan/iman bahwa rupa berbeda dengan hakikat. karenanya semakin membuat kita semakin mencintai Ekaristi karena meski rupanya roti/anggur namun hakikatnya adalah Tubuh dan darahNya.
        Jadi bagi saya semua penjelasan katolisitas adalah semacam stavol atau stabilizer voltage atau semacam transformer step up yang membuat iman kita tambah kuat.

  6. Logika manusia memang cekak alias sempit. Ini adalah logika Tuhan, jadi klo disamakan ukuranya dgn logika manusia ya begitulah ….

    [dari Katolisitas: edit. Ya memang dalam menerima ajaran iman diperlukan sikap kerendahan hati, untuk mencoba memahami, dan bukannya berkeras dengan pandangan sendiri.]

  7. Kanibalisme dalam Gereja Katolik
    1.Makanlah TubuhKU dan Minumlah DarahKU. Bagaimana mungkin pemimpin dan pendiri Gereja mengajarkan kanibalisme kepada umatNYA?
    2.Bukankah kanibalisme sangat menjijikkan bagi masyarakat modern?
    3.Bukankah ajaran kanibalisme ini sangat tidak logis dan tidak masuk akal?
    4.Bukankah ajaran kanibalisme ini menjadi batu sandungan dan tidak menarik bagi manusia rasional.

    • Shalom Herman Jay,

      Silakan membaca terlebih dahulu artikel yang baru saja kami tayangkan sehubungan dengan pertanyaan Anda, silakan klik.

      Kristus tidak mengajarkan kanibalisme. Kanibalisme, menurut definisinya, memang tidak dapat diterima secara moral dan bertentangan dengan akal sehat, maka tidak selayaknya dilakukan. Allah memerintahkan kita untuk tidak membunuh sesama manusia. Perintah tersebut adalah perintah yang ke-5 dalam kesepuluh perintah Allah (lih. Kel 20:13). Kristus juga mengajarkan tentang perintah ini (lih. Mat 29:28, Mat 5:21, Mrk 10:19, Luk 18:20), maka tidak mungkin jika kemudian Ia menyuruh umat-Nya mempraktekkan kanibalisme yang mensyaratkan adanya pembunuhan terlebih dahulu.

      Ajaran tentang kanibalisme memang dapat menjadi batu sandungan bagi manusia yang rasional, tapi sekali lagi, Yesus tidak mengajarkan kanibalisme. Jika mau dikatakan bahwa ajaran Kristiani sering dianggap batu sandungan, itu adalah karena iman Kristiani mengajarkan tentang keselamatan umat manusia yang diperoleh melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus (lih. 1 Kor 1:23). Kurban salib Kristus ini memang bagi sejumlah orang terlihat sebagai kebodohan ataupun batu sandungan, namun bagi kita umat Kristiani, kurban Kristus itu menunjukkan kekuatan Allah dan hikmat Allah (1 Kor 1:24), dan membuktikan kasih Allah yang tiada terbatas, agar kita dapat disembuhkan dari dosa, melalui bilur-bilur-Nya (1 Pet 2:24).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Jika boleh saya tambahkan dear katolisistas, sebenarnya tentang kanibalisme ini harus juga melihat dr kelanjutan pembicaraan Yesus tentang Roti hidup dalam Yohanes 6:63 “Rohlah Ұaήg memberi hidup; daging tidak berguna. Perkataan-perkataan Ұaήg Kusampaikan kepadamu adalah roh dan hidup.”

        Saya mengutip penjelasan dr Kitab Suci Komunitas Kristiani, edisi pastoral katolik tentang ayat tsb sbb:
        Yesus berbicara tentang kesediaan-Nya memberi kita daging-Nya, tetapi hal ini tidak boleh diartikan sebagai lanjutan dari agama Yahudi, di mana orang memakan daging dari binatang Ұaήg dikurbankan. Dalam kebudayaan Ibrani, daging dan darah berarti “dunia bawah”, di mana manusia bergerak dan di mana tak seorangpun bisa berkomunikasi dengan Allah. Ekaristi itu berbeda. Inilah tubuh atau daging dari Kristus Ұaήg telah bangkit dan Ұaήg telah diubah oleh Roh, Ұaήg bekerja dalam diri kita secara rohani dan menghantar kita ke dalam persatuan dengan Allah.

        Semoga penjelasan diatas dpt membantu memperjelas masalah kanibalisme ini.

        [Dari Katolisitas: Ya, yang kita terima adalah Tubuh dan Darah Kristus yang telah bangkit, dalam keseluruhannya dengan Jiwa-Nya dan ke-Allahan-Nya, sehingga kita dapat memperoleh kehidupan Allah (hidup ilahi).]

Comments are closed.