Pertanyaan:
Dear katolisitas,
Saya ingin bertanya, manusia pada akhirnya akan meninggal. Apakah kematian setiap orang itu memang sudah waktunya atau adakah orang yg bisa dikatakan meninggal sebelum waktunya? Bagaimana pendapat Gereja mengenai hal ini? Mohon penjelasannya. Trims, Thomas.
Jawaban:
Shalom Thomas,
Kematian adalah berakhirnya kehidupan kita di dunia ini. Rasul Paulus menggambarkan kematian sebagai peralihan hidup manusia: “kemah tempat kediaman kita di bumi” dibongkar, untuk menuju “suatu tempat kediaman di sorga” yang kekal (2 Kor 5:1).Maka, melalui kematian, memang tubuh kita akan binasa, namun jiwa kita akan tetap hidup selamanya. Pertanyaannya apakah berakhirnya kehidupan seseorang di dunia ini sudah waktunya atau adakah kematian sebelum waktunya?
Pertanyaan ini mensyaratkan kita mengetahui secara prinsip pengetahuan ilahi Tuhan (the divine foreknowledge of God) yang tiada terbatas (Sumber: Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 41):
1. Tuhan mengetahui semua kejadian yang nyata, baik di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang (scientia visionis). – De fide.
Dalam hal ini, Tuhan melihat semuanya itu sebagai ‘saat ini’, sebab Ia tidak terbatas oleh waktu.
2. Dengan pengetahuan akan penglihatan (scientia visionis), Tuhan telah melihat terlebih dahulu dengan kepastian yang tidak mungkin salah, segala tindakan di masa yang akan datang yang ditimbulkan dari kehendak bebas manusia. – De fide.
Dalam pengertian inilah Yesus telah lebih dahulu mengetahui bahwa Yudas Iskariot akan mengkhianati-Nya, namun Ia tidak men-takdirkan Yudas untuk mengkhianati-Nya. Yudas menggunakan kehendak bebasnya untuk mengkhianati Yesus, dan Yesus mengizinkan hal itu terjadi, untuk mendatangkan kebaikan yang lebih besar dari kejahatan Yudas. [Oleh pengkhianatan Yudas, Yesus wafat dan bangkit dari mati, untuk mendatangkan keselamatan bagi manusia dengan mengalahkan kuasa dosa dan maut].
Maka dengan kedua prinsip ini, kita mengetahui bahwa Allah telah mengetahui dari sejak awal mula, akan segala yang akan terjadi dalam kehidupan tiap-tiap orang, termasuk kapan dan bagaimana kita akan meninggal dunia. Namun Ia tidak mentakdirkannya demikian, karena sedikit banyak ada faktor kehendak bebas manusia yang terlibat, ataupun ada faktor penderitaan yang diizinkan oleh Tuhan untuk terjadi dalam kehidupan seseorang dengan tujuan untuk mendatangkan kebaikan yang lebih besar. Karena Tuhan Maha tahu, Ia sudah terlebih dahulu mengetahui semuanya ini.
Manusia dapat meninggal dunia karena sesuatu yang kelihatannya tiba-tiba dan tak terduga, seperti kecelakaan lalu lintas atau bencana, tetapi juga dapat terjadi karena akumulasi kebiasaan hidup yang kurang baik, misalnya bekerja tanpa istirahat, makan tidak teratur atau tidak seimbang, kurang berolah raga, terkena polusi, dst. Hal-hal ini kemudian menjadikan seseorang jatuh sakit, dan kemudian meninggal. Allah sudah mengetahui sejak awal, akan apa yang menjadi pilihan kita dalam hidup ini yang dapat menghantar kepada kematian kita. Maka tidak ada yang menjadi “surprise” bagi Tuhan; dan dengan demikian, kita tidak dapat berkata bahwa seseorang meninggal sebelum waktunya, seolah-olah Tuhan sudah menentukan suatu waktu, tapi kemudian terjadi sesuatu yang di luar rencana/ pengetahuan Tuhan. Maka yang benar adalah Tuhan mengizinkan kematian seseorang terjadi, yang jika diperhatikan merupakan akibat dari sesuatu yang telah lebih dahulu terjadi, entah itu penyakit, kecelakaan, kejadian tragis, dst., namun semua kejadian yang negatif tersebut bukan rancangan Allah. Allah hanya mengizinkan semua itu terjadi, untuk membongkar ‘kemah manusia di bumi’ untuk memberikan kehidupan abadi.
Memang pada akhirnya kita harus menerima hal penderitaan dan kematian sebagai suatu misteri yang tak sepenuhnya dapat kita pahami pada saat kita masih hidup di dunia ini. Namun sebagai orang beriman, mari berpegang pada ajaran Kristus, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, …..takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat 10: 28)
Sebab kehidupan kita yang sesungguhnya bukan yang di dunia ini, tetapi kehidupan yang kekal bersama Tuhan di surga. Dan memang yang menentukan apakah kita bisa masuk dalam surga atau tidak adalah Tuhan. Maka “takut kepada Tuhan”/ fear of the Lord, ini harusnya membawa kita kepada kebijaksanaan yang mengakui bahwa hidup kita ini ada di tangan Tuhan, dan kita harus mengisinya dengan sebaik-baiknya dengan menjalankan kehendak dan perintah-perintah-Nya, agar pada saatnya nanti Tuhan menerima kita sebagai milik-Nya dan mengizinkan kita memasuki kehidupan ilahi bersama-Nya di surga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Bagaimana kalau ada seseorang yang mengalami musibah kebakaran dimana rumahnya ludes terbakar. Kemudian pemilik rumah itu mengatakan bahwa hal itu terjadi karena mungkin Tuhan ingin mengatakan kepada pemilik rumah itu untuk merenovasi rumahnya. Apakah mungkin Tuhan mengatakan sesuatu kepada seseorang melalui hal seperti itu?
[dari katolisitas: Pertama, orang tersebut harus lebih berhati-hati, kalau memang sebab dari kebakaran adalah karena kecerobohan. Kedua, kalau memang bukan karena kesalahan sendiri, ya memang harus diterima dengan sabar sebagai bagian dari hidup. Yakin, bahwa semuanya tetap dalam kendali Tuhan. Ketiga, hal ini semakin mengingatkan bahwa semua yang ada di dunia ini memang bersifat sementara dan akan musnah.]
apakah kematian orang percaya pada TUHAN, dia bisa layak hidup di sorga nanti?
Shalom Will Fridus,
Kematian orang percaya pada Tuhan tidak layak hidup di Sorga, karena pada dasarnya kita tidak dapat membeli Sorga dengan apa yang kita percayai dan apa yang kita lakukan. Walaupun dibutuhkan iman, pengharapan dan kasih untuk sampai ke Sorga, namun orang yang sampai ke Sorga terutama adalah karena belas kasih Allah. Dengan demikian, untuk mencapai Sorga seseorang hanya dapat mohon belas kasih Allah dan setiap saat harus sampai pada akhirnya harus terus bekerjasama dengan rahmat Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
shalom…
mengenai tajuk artikel ini saya teringat akan nenek sy yg baru sahaja meninggal dunia pada bulan lepas..
dan saya ingin sekali bertanya mengenai amalan “bomoh” atau bobohizan(panggilan bg di negeri kami)..biasanhanya “bobohizan ” ini akan di panggil pada hari ke7 selepas kematian seseorg dan saya sendiri pn xpasti apa tugas dan peranan “bobohizan” masa tu.cuma pa yg sy nmpk, bobohizan itu akan membaca2 mentera smpi keesokan hari(1hari) dan pada malam tepat jam 12 biasanya, kononnya roh si mati akan merasuk bobohizan dan pd masa itu, sanak saudara boleh berkomunikasi dgn si mati melalui bobohizan tu.jadi pertanyaan saya, apakah amalan ini bertentangan dgn agama kristian??
salam kasih
Shalom Monica,
Saya terus terang kurang paham dengan “bomoh” atau “bobohizan” yang anda katakan. Tetapi dari keterangan yang anda sampaikan, kelihatannya seperti ‘memanggil roh orang mati’. Jika itu keadaannya, maka itu tidak sesuai dengan iman Kristiani. Kita tidak boleh memanggil arwah dan berkomunikasi dengan arwah (lih Ul 18:10-12). Yang boleh dilakukan adalah mendoakan arwah orang yang sudah meninggal agar Tuhan berbelas kasihan kepadanya. Silakan membaca tanya jawab di sini, silakan klik untuk mengetahui alasannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam Bu Ingrid
Saya sungguh terkesan untuk semua tulisan dan penjelasan ibu untuk semua pertanyaan,saya hanya mau mengatakan saya senang dan berdoa semoga ibu dan keluarga tetap diberkati Tuhan sehingga banyak orang makin dikuatkan dan terhibur.
Tuhan memberkati.
Dear Inggrid;
saya setuju dgn jawaban anda.Memang Allah tidak menentukan maut(Keb.1:13) Sebab Allah telah menciptakan manusia utk kebakaan (Keb.2:23a),tetapi krn dengki setan,maka maut masuk kedunia(Keb.2:24a).
Tetapi,selain yg telah ditanyakan Machmud.(Hizkia)ada beberapa ayat yg mengesankan Allah menentukan saat kematian dan hal ini membingungkan saya. misalnya
1.Ul.32:39b Akulah yg mematikan dan yg menghidupkan
2.1Sam 2:6 Tuhan mematikan dan menghidupkan
3.Kej.6:13 Aku telah memutuskan utk mengakhiri hidup sagala mahluk
4.Pkh.3:2..ada waktu utk lahir,ada waktu utk meninggal
5.Pkh 7:17 b mengapa engkau mau mati sebelum waktumu?
6.Pkh 8:4 Tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian
Demikian mohon pencerahannya.Terima kasih atas pelayanannya
Shalom
kusnadi
Shalom Kusnadi,
Memang terdapat beberapa ayat di dalam Kitab Suci, khususnya di Perjanjian Lama yang menggambarkan seolah-olah Allah mendatangkan kematian, sebagai contohnya, air bah pada jaman Nabi Nuh (lih. Kej 6:13), kehancuran Sodom dan Gomora (lih. Kej. 19), atau bagaimana Allah menghancurkan pasukan Mesir yang mengejar bangsa Israel ke dalam Laut Merah (lih. Kel 14). Hal ini memang harus diakui sebagai suatu misteri keadilan Allah, yang dengan kebijaksanaan-Nya memutuskan untuk tidak mentolerir dosa manusia, dan mengizinkan hukuman terjadi atas kejahatan manusia. Dalam hal ini, Allah yang Maha Tahu-pun sudah mengetahui dari sejak awal bahwa pada jaman tertentu, manusia tertentu akan menentangnya dan berbuat kejahatan. Maka Iapun sudah mengetahui sejak awal akan apa yang akan dilakukan-Nya atau apa yang akan terjadi demi menegakkan keadilan-Nya. Dalam hal inilah, dikatakan Allah ‘mematikan dan menghidupkan’, karena memang Allah-lah yang berkuasa atas hidup dan mati manusia.
Hanya karena keterbatasan bahasa manusia untuk menggambarkan ke-Mahakuasaan dan keadilan Allah itu, maka tertulislah ayat-ayat yang demikian, yang pada intinya menggambarkan:
1) Kekuasaan Allah terhadap kehidupan kita (karena Allah yang menciptakan kita, dan atas ijin-Nya lah kita berpulang/ meninggal dunia).
2) Dengan keadilan-Nya, Allah dapat mengizinkan manusia menanggung akibat dari dosa/ kesalahan mereka. St. Agustinus pernah berkata, bahwa dengan keadilan-Nya Allah berhak menentukan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan (seperti, "upah dosa adalah maut" Rom 6:23 ), kejahatan dengan kebaikan, kebaikan dengan kebaikan; namun Allah tidak pernah membalas kebaikan dengan kejahatan.
Nah, dengan kemahakuasaan dan keadilan Tuhan inilah sebaiknya kita mengartikan ayat-ayat di PL mengenai Allah "mematikan dan menghidupkan", atau "berkuasa atas hari kematian", sebab segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia terjadi atas ijin Tuhan, namun kita harus percaya hal itu adil adanya, karena Allah Maha Adil.
Sedangkan ayat yang mengatakan "….janganlah bodoh! Mengapa engkau mau mati sebelum waktumu" (Pkh 7:17) dapat diartikan bahwa:
1) Ayat itu merupakan ajaran untuk tidak berbuat dosa atau disebut ‘kebodohan’ yang dapat mendatangkan hukuman terhadap diri sendiri. Pada ayat sebelumnya, yaitu ay.9 dikatakan, "…amarah menetap dalam dada orang bodoh." Jadi di sini kita melihat ay.17 bermaksud antara lain mengajar agar kita tidak bersikap bodoh dengan menyimpan amarah, sebab orang yang menyimpan amarah dapat mendatangkan kematian bagi dirinya sendiri lebih cepat dibandingkan jika ia tidak pemarah.
2) "Mati" di sini dapat juga diartikan sebagai keadaan memusatkan diri kepada kebutuhan duniawi, tanpa mengindahkan perkara-perkara rohani, sehingga meskipun seseorang masih hidup, tapi ia dapat dikatakan mati secara rohani. Dalam pengertian inilah Yesus pernah bersabda, "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati…" (Mat 8:22) Karena Yesus ingin menekankan di sini bahwa untuk mengikut Dia, maka memang harus diperlukan ketetapan hati untuk menempatkan Tuhan di prioritas utama dalam hidup kita. Orang-orang yang menolak untuk datang kepada Tuhan karena masih terikat oleh segala kesibukan dunia adalah orang-orang yang ‘mati’ secara rohani. Dengan demikian mereka adalah orang-orang yang ‘mati’ sebelum mereka meninggal dunia.
Demikian uraian saya sehubungan dengan pertanyaan anda, semoga bermanfaat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Ingrid
Bagaimana dengan kematian Hizkia , bukankah dia sudah di vonis untuk mati, namun Tuhan masih memberikan kesempatan hidup sampai 15 tahun ? Yang membawa akibat keturunannya menjadi sida-sida dinegeri asing.
Apakah karena doa dan airmata Hizkia maka rencana dan keputusan Tuhan menjadi batal / ditunda ?
Terima ksih
Mac
Shalom Machmud,
Berpegang pada pengajaran bahwa Allah dengan pengetahuan Ilahi-Nya yang mengatasi ruang dan waktu telah mengetahui segala sesuatunya sejak dari awal mula dunia, maka untuk kasus Raja Hizkia, Allahpun telah mengetahui sejak awal bahwa Ia akan ‘menguji’ Hizkia, dengan memberitahukan bahwa ia akan mati, namun kemudian karena doa Hizkia yang tulus, Allah akan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup 15 tahun lagi.
Jadi dalam hal ini, Allah sudah mengetahui segalanya, walaupun Allah tidak mentakdirkan ciptaan-Nya seolah hanya menjadikan mereka boneka wayang saja. Pengajaran ini memang cukup sulit dibayangkan, justru karena pengertian kita sebagai manusia akan waktu berjalan terbatas dan linear. Kita hanya tahu sesuatu terjadi di masa lampau dan sekarang ini, sedangkan yang akan terjadi di waktu mendatang, kita tidak tahu. Kita manusia terbatas oleh ruang dan waktu, sedangkan Allah tidak. Ia mengatasi segala sesuatu yang sudah/ sedang/ akan terjadi pada segala ciptaan-Nya. Penghayatan akan pengajaran ini sungguh membantu kita untuk bertumbuh dalam kerendahan hati, baik dalam menyikapi segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, maupun dalam sikap kita berdoa. Sebab, Allah yang Maha Besar dan Maha Kasih telah mengetahui segalanya yang terbaik bagi keselamatan kita umat-Nya, maka selayaknya kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada pimpinan tangan Tuhan.
Berkaitan dengan topik ini silakan membaca rangkaian artikel ini: Apakah berdoa itu percuma: bagian-1 membahas kesalahan persepsi yang menganggap bahwa Tuhan tidak campur tangan dalam hidup kita (silakan klik); bagian-2 membahas kesalahan persepsi bahwa Tuhan sudah menentukan/ mentakdirkan segala sesuatunya dalam hidup manusia (silakan klik); bagian-3 membahas kesalahan persepsi bahwa kita dapat mengubah keputusan Tuhan (silakan klik); bagian ke-4 membahas bagaimana seharusnya sikap batin kita jika kita berdoa (silakan klik).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Dear katolisitas,
Saya ingin bertanya, manusia pada akhirnya akan meninggal. Apakah kematian setiap orang itu memang sudah waktunya atau adakah orang yg bisa dikatakan meninggal sebelum waktunya? Bagaimana pendapat Gereja mengenai hal ini? Mohon penjelasannya. Trims, Thomas
[Dari Admin Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.