Apakah Interpretasi Kitab Daniel 7?

Perikop Daniel bab 7 tersebut memang mengandung makna simbolis yang tidak begitu saja mudah diartikan. Karena terdapat juga latar belakang historis yang turut berpengaruh dalam hal ini. Menurut interpretasi St. Jerome (Hieronimus),  ke-empat binatang yang disebutkan dalam Kitab Daniel 7: 1-28 dapat diartikan sebagai empat kerajaan di dunia yang berpengaruh yang pada waktu itu, yaitu:

1. Binatang ke-1: singa, yang melambangkan kerajaan Babilonia, yang brutal dan kejam, namun yang penuh kemewahan dan hawa nafsu. Sayap elang menggambarkan keangkuhan kerajaannya yang perkasa.

2. Binatang ke-2: beruang, yang melambangkan kerajaan Medo- Persia, yang keras dan cermat. Terdapat tiga macam interpretasi tentang ketiga tulang rusuk dalam mulut kerajaan Persia tersebut: 1) ketiga raja setelah kerajaan Persia terbagi menjadi 3 bagian yang dikisahkan dalam kisah Belshazzar dan Darius, 2) ketiga raja Persia yang meneruskan Raja Koresh, namun intepretasi ini tidak menyertakan ke-3 nama raja itu – sebab secara keseluruhan menurut sejarah ada 14 raja Persia; 3) dapat diinterpretasikan sebagai Kerajaan Babilonia- Khaldea, Media, dan Persia yang memang ketiganya pada masa itu sering dianggap sama.

3. Binatang ke-3: macan tutul dengan 4 kepala, yaitu melambangkan kerajaan Makedonia,  dengan jenderal pemimpinnya, yaitu: Ptolemy, Seleucus, Philip Arrhidaeus dan Antigonus.

4. Binatang ke-4: binatang yang menakutkan dengan sebelas tanduk, yang melambangkan kerajaan Romawi yang sangat berkuasa, dan ke-sepuluh tanduknya melambangkan ke- 10 kerajaan atau kaisar yang muncul dari kerajaan Romawi, yang kemudian membagi daerah kekuasaan kerajaan tersebut. Tanduk ke-11 yaitu raja yang ke-11 melambangkan sang Antikristus. Raja ke-11 akan mengalahkan ketiga Raja yang dilambangkan oleh ketiga tanduk yang jatuh, dan interpretasi yang disebutkan adalah Raja Mesir, Raja Afrika Utara, dan Raja Ethiopia.

Interpretasi lainnya adalah raja ke -11 mengacu pada Raja Antiokhus Epifanes. Namun demikian, Raja Antiokhus dengan segala perbuatannya yang jahat tidak sepenuhnya sesuai dengan deskripsi tentang tanduk ke-11. Sebab kematian Raja Antiokhus tidak mengakhiri dominasi kerajaan Syria ataupun kerajaan yang berkuasa lainnya. Mempertimbangkan kesesuaian antara penjabaran sang Antikristus atau sang “manusia durhaka” seperti disebutkan oleh Rasul Paulus dalam 2Tes 2:3-12 dengan ‘tanduk yang ke-11′, maka secara literal dan historis raja ke -11 ini mengacu kepada raja Antiokhus Epifanes, tetapi secara lebih penuh, gambaran ini mengacu kepada sang Antikristus di akhir zaman, di mana Raja Antiokhus hanyalah merupakan gambaran samar-samar tentangnya. Tanduk yang mempunyai mata dan mulut yang menyombong itu menggambarkan bagaimana sang Antikristus itu meninggikan/ menyombongkan  dirinya sendiri sebagai ‘allah’ (lih 2 Tes 2:4).

Jadi menurut St. Jerome, binatang-binatang ini melambangkan akan kerajaan-kerajaan di dunia yang dikenal dengan kekerasan, kekejaman dan kesombongannya. Lalu dikatakan bahwa binatang ini kemudian dibinasakan di hadapan Allah sebagai ‘Yang Lanjut Usianya’. (Dan 7:9-13) Jadi pesannya di sini adalah bahwa pada akhirnya, Allah akan mengalahkan kejahatan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa yang besar di dunia.

Dalam kitab Wahyu juga disebutkan ke-empat binatang seperti dalam Why 4:2-11, namun maknanya berbeda dengan ke-empat binatang buas yang disebutkan dalam kitab Daniel 7 tersebut. Dalam Kitab Wahyu disebutkan ke-empat binatang itu malah menyembah dan memuji Tuhan bersama dengan 24 tua-tua yang ada di sekitar tahta Allah (ay. 4). Tua-tua inilah ‘orang-orang kudus milik yang Maha Tinggi’ (Dan 7:22). Keempat binatang yang disebutkan dalam Why 4:2-11 menggambarkan sifat-sifat rohani yang sempurna dari para rasul, atau bahkan dari keempat pengarang Injil/ evangelis, yaitu 1) singa, yang melambangkan keberanian dan kekuatan, 2) anak sapi melambangkan keuntungan bagi manusia, 3) binatang dengan muka seperti muka manusia, melambangkan akal budi dan kebijaksanaan; dan 4) burung nasar, sebagai lambang kemampuan untuk terbang tinggi dan cepat.

Kisah yang kemungkinan diinterpretasikan sebagai figur Antikristus itu terdapat pada perikop Why 13. jika diperhatikan dikatakan bagian-bagian binatang ini juga menyerupai macan tutul, beruang dan singa, seperti penjabaran pada Kitab Daniel, hanya saja digabungkan. Maka ketujuh kepala dan kesepuluh tanduk menggambarkan keseluruhan penganiaya umat Tuhan, dari awal dunia sampai akhir jaman. Ketujuh kepala menggambarkan tujuh raja/ kerajaan yang menganiaya Gereja. Kesepuluh tanduk menggambarkan para penganiaya yang tingkatnya lebih rendah daripada ketujuh raja tersebut. Binatang lain yang keluar dari bumi (ay.11) adalah nabi palsu di jaman Antikristus yang melakukan mukjizat-mukjizat. Namun yang terpenting, binatang ini akhirnya dikalahkan oleh orang-orang kudus (Why 15:2) yang menuruti perintah Allah (Why 14:12).

Penjelasan tentang interpretasi kitab Daniel dan Wahyu ini memang membuat kita tertegun; sebab dapat membuat kita semakin menyadari bahwa tanpa bantuan dari para pakar Kitab Suci, dalam hal ini St. Jerome (Hieronimus) yang sudah diakui oleh Gereja, maka akan cukup sulit mengartikan lambang-lambang yang ada dalam Kitab Suci. Oleh bantuan mereka, kita mengetahui bahwa ‘singa’ dalam kitab Daniel (Dan 7:4), tidak sama artinya dengan ‘singa’ di kitab Wahyu 4:7, dan juga tidak sama dengan istilah “Singa” dari Yehuda yang menjadi salah satu istilah yang melambangkan Yesus (Why 5:5).

Semoga uraian singkat ini menumbuhkan sikap kerendahan hati dalam diri kita untuk mengakui bahwa pada bagian-bagian tertentu, kita harus belajar menimba pengetahuan dari para pakar Kitab Suci yang telah diakui oleh Gereja, dan tidak menggantungkan pemahaman kita menurut penjelasan ahli sejarah saja atau bahkan perkiraan pribadi semata. Sebab nubuatan dalam Kitab Suci bukanlah untuk ditafsirkan menurut kehendak pribadi (lih. 2 Pet 1:20-21), melainkan untuk ditafsirkan dalam kesatuan dengan bagaimana Gereja mengartikannya, sebab Roh Kudus yang mengilhami penulisan nubuat itu adalah Roh Kudus yang sama yang membimbing para Bapa Gereja itu untuk menginterpretasikannya.

Sumber:
1. Douay Rheims Holy Bible, Rev. George Leo Haydock, (Duarte, California: Catholic Treasures 1859, 2006)
2. St Jerome’s Commentary on Daniel, translated by Geason L. Archer, Jr (Grand Rapids: Baker, 1958)
3. A Catholic Commentary on Holy Scripture, gen ed. Dom Orchard (New York: Thomas Nelson and Sons, Ltd, 1953)

4 COMMENTS

  1. Salut…. buat Pak Stef & Bu Ingrid akan “spirit” yang anda pegang…., yang penting….akan ditinggikan Nya……”meremdah” adalah ilmu yang “tidak pernah bisa dilawan apapun” , ditekan?…. memang sudah rendah…kosong…., semoga Roh Kudus selalu datang “mengangkat” & “mengisi” Katolisitas yang anda cita-citakan…. dan bermanfaat untuk semua orang yang berkehendak baik. Amin. Tuhan memberkati. Salam, Thomas Soeharto.

  2. salam damai Romo..
    di atas dituliskan bahwa ada binatang yg keluar, dan itu merupakan nabi palsu ? Nah, apakah nabi setelah YESUS KRISTUS, adalah nabi2 palsu mo….?

    • Shalom Antonius,

      Tentang ciri- ciri nabi-nabi palsu telah banyak disebutkan di dalam Kitab Suci seperti dalam Yer 14:14; Yer 23:25-26; Mat 7:15, 24:11, 24:24; 2Pet2:1, dst.

      Namun yang dibicarakan di kitab Daniel tentang keempat binatang tersebut memang tidak otomatis mengacu kepada nabi palsu, sebagaimana telah diuraikan di atas. Tentang binatang yang terakhir, yaitu tanduk yang ke-11, itu mengacu kepada figur Anti Kristus (yang juga disebutkan di Why 13), namun di sana tidak disebutkan identitasnya secara eksplisit, sehingga hingga saat ini memang ada banyak interpretasi tentang hal itu. Tentang AntiKristus menurut Katekimus Gereja Katolik, klik di sini.

      Tentang pertanyaan: Apakah akan ada nabi-nabi lain setelah Yesus?  Nampaknya sebaiknya kita berpegang pada Katekismus, yaitu:

      KGK 65    “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.” (Ibr 1:1-2). Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, adalah Sabda Bapa yang tunggal, yang sempurna, yang tidak ada taranya. Dalam Dia Allah mengatakan segala-galanya, dan tidak akan ada perkataan lain lagi. Hal ini ditegaskan dengan jelas oleh santo Yohanes dari Salib dalam uraiannya mengenai Ibrani 1:1-2:
      “Sejak Ia menganugerahkan kepada kita Anak-Nya, yang adalah Sabda-Nya, Allah tidak memberikan kepada kita sabda yang lain lagi. Ia sudah mengatakan segala sesuatu dalam Sabda yang satu itu… Karena yang Ia sampaikan dahulu kepada para nabi secara sepotong-sepotong, sekarang ini Ia sampaikan dengan utuh, waktu Ia memberikan kita seluruhnya yaitu Anak-Nya. Maka barang siapa sekarang ini masih ingin menanyakan kepada-Nya atau menghendaki dari-Nya penglihatan atau wahyu, ia tidak hanya bertindak tidak bijaksana, tetapi ia malahan mempermalukan Allah; karena ia tidak mengarahkan matanya hanya kepada Kristus sendiri, tetapi merindukan hal-hal lain atau hal-hal baru” (Carm. 2,22).

      KGK 66    “Tata penyelamatan Kristen sebagai suatu perjanjian yang baru dan definitif, tidak pernah akan lenyap, dan tidak perlu diharapkan suatu wahyu umum baru, sebelum kedatangan yang jaya Tuhan kita Yesus Kristus.” (DV 4). Walaupun wahyu itu sudah selesai, namun isinya sama sekali belum digali seluruhnya; masih merupakan tugas kepercayaan umat Kristen, supaya dalam peredaran zaman lama kelamaan dapat mengerti seluruh artinya.

      KGK 67    Dalam peredaran waktu terdapatlah apa yang dinamakan “wahyu pribadi”, yang beberapa di antaranya diakui oleh pimpinan Gereja. Namun wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka untuk “menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”, melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi dalam rentang waktu tertentu. Di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, maka dalam kesadaran iman, umat beriman tahu membedakan dan melihat dalam wahyu-wahyu ini apa yang merupakan amanat otentik dari Kristus atau para kudus kepada Gereja.Iman Kristen tidak dapat “menerima” wahyu-wahyu yang mau melebihi atau membetulkan wahyu yang sudah dituntaskan dalam Kristus. Hal ini diklaim oleh agama-agama bukan Kristen tertentu dan sering kali juga oleh sekte-sekte baru tertentu yang mendasarkan diri atas “wahyu-wahyu” yang demikian itu.

      Dengan demikian, kita mengetahui bahwa tidak akan ada nabi- nabi lain setelah Kristus yang menyampaikan wahyu umum yang baru, karena wahyu umum telah disampaikan secara definitif oleh Kristus, sehingga tidak diperlukan lagi wahyu umum yang baru.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • dear antonius
      dari bnyak situs2 yg ada di dunia ini menyatakan bahwa nabi palsu tersebut adalah nabi isa as yg terdapat dlm kitab suci islam alquran dan setelah saya cermati memang banyak kemiripin tentang akhir jaman menurut kedua agama yaitu kristen dan islam, tp alangkah terkejutnya saya ternyata sama tp terbalik.
      saya sering jalan2 dan bertemulah sama situs faithfreedom yg di pelopori ali sina, seorang mutadin asal iran, dia yg selalu kritis terhadap ajaran agama sebelumnya dan sangat ekstrim… [Dari Katolisitas: diedit. Informasi yang kami sampaikan di situs ini adalah berdasarkan ajaran iman Katolik yang setia kepada ajaran Magisterium Gereja. Maka sedapat mungkin kami tidak menuliskan ajaran dari pandangan pribadi. Khusus tentang nubuatan, termasuk nubuatan akhir zaman, Kitab Suci sangat jelas mengatakan, “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Ptr 1:20-21). Mari berpegang kepada sabda Tuhan ini, dan tidak menggantungkan pengertian kita kepada berbagai pandangan pribadi tentang nubuatan dalam Kitab Suci)].

Comments are closed.