Pertanyaan:

Bu Ingrid,
menurut penjelasan ibu, Adam dan Hawa kehilangan Rahmat pengudusan dan ke-empat karunia preternatural gifts sebagai akibat dari dosa asal, sehingga manusia mempunyai kecenderungan berbuat dosa, atau disebut sebagai concupiscentia/concupiscence. Jika concupiscentia/concupiscence adalah akibat dari dosa berarti mereka melakukan dosa terlebih dahulu baru akibatnya mempunyai concupiscentia/concupiscence? Pada saat mereka belum berdosa berarti tidak mempunyai concupiscentia/concupiscence, mengapa mereka bisa berbuat dosa padahal belum mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa?

Mengenai malaikat yang melawan Allah, bukankah mereka sebelumnya juga tinggal di surga sebelum mereka melawan Allah. Ataukah malaikat pada saat itu juga belum tinggal di surga (di taman eden atau di bumi atau …) sehingga bisa berbuat dosa atau lucifer melawan Allah pada saat dia ada di luar surga?

Ataukah semuanya ini karena baik manusia maupun malaikat diberi kehendak bebas sehingga bisa memilih sendiri untuk bersatu dengan Allah atau melawan Allah dan itu bisa terjadi baik di dalam maupun di luar surga?
Terima kasih, Chandra

Jawaban:

Shalom Chandra,

  1. Pertama-tama, kita perlu ketahui bahwa Taman Eden tidak sama dengan surga. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Jadi bahwa Adam dan Hawa dapat jatuh di dalam dosa, bukan berarti ada dosa di surga, dan bukan pula berarti nanti jika manusia masuk surga, ada kemungkinan manusia dapat jatuh ke dalam dosa seperti Adam dan Hawa.
    Menurut St. Thomas Aquinas, yang ada pada Adam dan Hawa pada saat mereka diciptakan adalah rahmat pengudusan/ “sanctifying grace” dan 4 jenis karunia yang disebut ‘preternatural gifts’ yaitu: 1) keabadian atau immortality, 2) tidak ada penderitaan, 3) pengetahuan akan Tuhan atau ‘infused knowledge’ dan 4)berkat keutuhan atau ‘integrity’ maksudnya, adalah harmoni atau tunduknya nafsu kedagingan pada akal budi. Namun, Adam dan Hawa belum sampai melihat Tuhan muka dengan muka, yaitu mengenal Allah dengan sempurna di dalam Allah sendiri.
    Rahmat pengudusan dan ke-empat karunia preternatural gifts ini yang hilang akibat dosa asal, sehingga manusia mempunyai kecenderungan berbuat dosa, atau disebut sebagai concupiscentia/ concupiscence. Concupiscence/ kecenderungan berbuat dosa ini adalah mencakup keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yoh 2:16). Maka pada saat Pembaptisan, kita dikaruniai rahmat pengudusan (yang hilang akibat dosa Adam dan Hawa) sebagai pintu gerbang yang akan menghantar kita kepada kebahagiaan ilahi yaitu “mengambil bagian di dalam kodrat ilahi” (2 Pet 1:4), walaupun concupiscentia tersebut masih ada pada kita (sebagai akibat dosa asal), agar dapat kita kalahkan untuk mencapai kekudusan (lihat KGK 1264).
    Kesempurnaan kebahagiaan surgawi inilah yang dijanjikan Allah pada jiwa-jiwa para kudus yang bersatu dengan-Nya di surga, sebab mereka akan memandang Allah muka dengan muka, atau disebut sebagai ‘beatific vision‘. Dalam kondisi memandang Allah muka dengan muka, kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yoh 3:2) melihat Allah di dalam Allah; dan dalam keadaan ini seseorang tidak akan berbuat dosa lagi.
  2. Maka,  di surga hanya ada malaikat yang baik, sedangkan setan atau malaikat yang ‘jahat’ (fallen angel) tidak ada di surga, tapi di neraka.  Sebab pada saat Allah menciptakan malaikat, Ia memberi kesempatan kepada mereka untuk memilih untuk taat pada-Nya atau tidak, dan Lucifer yang diciptakan sebagai malaikat yang elok rupa, menjadi sombong dan menolak untuk taat pada Tuhan. Kisah kejatuhan Lucifer ada pada Yes 14:12-14, dan Yeh 28:14-17.
  3. Jadi Allah selalu menciptakan sesuatu yang baik, (malaikat dan manusia) namun sang ciptaan-Nya itu dapat menolak untuk taat kepada-Nya seperti yang terjadi pada Lucifer dan kawan-kawannya dan juga Adam dan Hawa. Penolakan manusia pertama terjadi di Eden sedangkan penolakan malaikat terjadi sesaat setelah ia diciptakan. St. Thomas Aquinas mengatakan malaikat terang dipisahkan dari malaikat gelap/ jahat (fallen angels): Malaikat terang di surga, malaikat jahat di neraka. Maka kesimpulannya, di surga tidak ada manusia maupun malaikat yang dapat berbuat dosa, sebab semua penghuni surga telah dipenuhi oleh rahmat Allah, karena telah bersatu dengan Allah.

Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai pertanyaan Chandra, semoga menjawab pertanyaan anda.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati, https://katolisitas.org

14 COMMENTS

  1. Saya baru saja menerima Jesus sebagai juru selamat saya saya tahu dan perpaca jika Tuhan telah menciptakan manusia untuk kemuliaan-Nya, dan saya percaya setelah saya meninggal , jesus akan datang dan membantu saya yang percaya kepadaNya dan saya akan hidup di surga dengan Nya, untuk kemuliaan-Nya.

    pertanyaan saya adalah berada di surga kita semua tidak bersih dari dosa?, karena kita semua tahu jika manusia punya dosa karena sebelum ADAM dan HAWA yang tergoda oleh Lucifer malaikat yang mengkhianati Allah… jadi pertanyaan saya adalah apakah tuhan tau kalau lucifer bakal berkianat? Kalau memang tau kenapa tuhan masih menciptakan manusia yang pastinya akan di goda oleh Lucifer dan tuhan pun pasti tau kalau adam dan hawa pasti jatuh kedalam dosa jadi mengapa demikian? Kalau memang demikian apakah manusia merupakan bidak2 dari tuhan karena sedang bermain dengan Lucifer? Terus kalau kita telah di panggil oleh tuhan ..apakah kita benar2 bersih dari dosa? Sedangkan malaikat tuhan yang di ciptakan sempurna aja bisa berkhianat? Lalu kalau bersih dari dosa apakah kita berarti tidak seperti ROBot yang seperti di film2 yang menyembah tidak berbuat apa2. Demikian pertanyaan saya..karena masih ada sesuatu yang mengganjal di hati saya walaupun saya sudah di babtis ..terimakasih..

    • Shalom Anonymous,

      Silakan untuk terlebih dahulu membaca artikel di atas yang menjelaskan tentang keadaan manusia pertama Adam dan Hawa pada saat mereka diciptakan, silakan klik. Sebab Taman Eden tempat manusia diciptakan itu tidak sama dengan Surga. Tentang hal ini, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik

      Tuhan itu Maha Tahu, maka Allah sudah tahu bahwa pada saat menciptakan para malaikat, maka sebagian dari mereka akan menolak Dia. Dan demikian juga pada saat Allah menciptakan manusia. Allah sudah tahu bahwa sejumlah manusia yang diciptakan-Nya akan menolak Dia. Namun Allah tetap menciptakan para malaikat dan manusia juga, sebab penciptaan tersebut tak terpisahkan dari hakekat Allah yang Mahabaik, sehingga memancarkan kebaikan-Nya dengan memberikan keberadaan kepada para mahluk ciptaan-Nya tersebut tanpa pandang bulu.

      Mungkin baik jika Anda membaca tanya jawab berikut ini, silakan klik, karena pertanyaannya serupa dengan pertanyaan Anda.

      Sedangkan tentang kejatuhan malaikat/ iblis, klik di sini.

      Tuhan tidak menciptakan manusia untuk dijadikan seperti wayang atau robot, sebab manusia diciptakan Allah memiliki akal budi dan kehendak bebas. Demikianlah, pada saat memanggil kita agar menjadi kudus dan diselamatkan, maka Allah memberikan rahmat-Nya sehingga kita dapat mengimani Dia. Namun untuk sampai kepada kekudusan dan keselamatan itu, kita manusia harus bekerja sama dengan kehendak bebas kita untuk mewujudkannya. Jika kita mengandalkan rahmat Tuhan dan terus menanggapinya juga dengan perbuatan yang sesuai dengan iman kita, maka Tuhan akan menguduskan kita dan akhirnya kelak membawa kita masuk dalam Kerajaan Surga.

      Selanjutnya tentang Apakah Surga itu, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Dear bu Inggrid,

    Saya baru menemukan link mengenai pembahasan ini, sedangkan saya ada pertanyaan yang kurang lebih sama di link yang berbeda, maaf jadi merepotkan.
    Mengenai pejelasan bu Inggrid di poin 1 diatas, saya ada pertanyaan; Mengapa tidak sejak semula Allah menciptakan Adam dan Hawa untuk tinggal di sorga dan memiliki “beatific vision” sehingga tidak perlu ada kemungkinan Adam dan Hawa untuk berbuat dosa? Mengapa Allah menciptakan manusia pertama dan menempatkan mereka di taman eden yang bukan sorga dalam arti kediaman atau Rumah Allah sendiri sehingga bisa senantiasa memandang wajah Allah dari muka ke muka sehingga dari awal tidak perlu ada dosa, mengapa sepertinya terkesan harus menunggu ada dosa dosa dulu, datang Yesus Kristus sebagai juruselamat dan akhirnya membawa kita semua masuk ke dalam sorga?
    Maafkan jika ada kata atau kalimat yang kurang tepat. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih.

    Dalam kasih Kristus,

    Stefan

    • Shalom Stefan,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang mengapa sejak semula Allah tidak menciptakan manusia dalam kondisi memandang Allah muka dengan muka atau beatific vision. Esensi dari beatific vision adalah memandang Allah muka dengan muka, mengetahui dan mengasihi Allah sebagaimana adanya Dia. Dengan kata lain, Tuhan dan manusia saling mengetahui dan mengasihi. Karena kasih tidak memaksa, maka diperlukan kebebasan dari manusia untuk menjawab kasih Tuhan. Dalam konteks kebebasan inilah, Tuhan menciptakan manusia di taman Firdaus, sehingga manusia dapat secara bebas memberikan dirinya kepada Allah. Namun, manusia telah gagal untuk mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu, sehingga manusia berbuat dosa. Namun, Tuhan kita adalah Tuhan yang begitu besar, yang dapat mendatangkan kebaikan dari hal yang buruk. Itulah yang dinyanyikan dalam Misa malam Paskah: “O, dosa yang membahagiakan, karena dosa manusia pertama, maka kita mendapatkan Sang Penebus”. Jadi, mari kita membalas kasih Allah dengan cara mengasihi-Nya melebihi segala sesuatu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Dear Pak Stefanus,

        Terima kasih untuk jawaban pak Stef mengenai pertanyaan saya sebelumnya. Namun sepertinya saya masih agak bingung dan kurang paham. Pertanyaan pertama adalah:

        mengapa tidak semula Allah menciptakan manusia di surga (memandang Allah muka dengan muka)? Apakah karena kebijaksanaan ilahi yang memberikan manusia kehendak bebas sehingga bisa memilih untuk tunduk dan taat pada perintah Allah secara bebas? sedangkan Allah maha tahu, dan Dia tahu bahwa manusia akan jatuh dalam dosa.

        Lalu pertanyaan kedua adalah mengapa pada saat akhir jaman nanti pada saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya dan mengadili orang hidup dan mati dan semua orang benar akan masuk dalam kebahagiaan surgawi dalam arti tempat kediaman Allah sendiri dan baru mengalami beatific vision (dimana di suga itu manusia tidak lagi mungkin untyk berbuat dosa), mengapa Allah menempatkan manusia untuk hidup kekal bukan di bumi seperti sejak awal mula Allah menciptakan dan menetapkan mereka manusia (adam & hawa) di taman eden?

        ini menjadi pertanyaan saya sejak lama dan sampai sekarang belum mendapat jawabannya. Saya mohon kesediaannya untuk memberikan pencerahan.

        Atas kasih dan pelayanannya saya ucapkan terima kasih banyak. Tuhan Yesus memberkati.

        Stefan

        • Shalom Stefan,

          Allah tidak menempatkan manusia di Sorga pada awalnya, karena untuk menikmati kebahagiaan di Sorga bersama-sama dengan Allah, maka manusia harus memberikan dirinya dan mengasihi Allah secara bebas. Sebelum pria dan wanita mengikat diri dalam perkawinan, maka yang perlu dilakukan oleh mereka adalah memberikan diri mereka secara bebas. Kita tidak dapat mengharapkan bahwa tanpa memberikan diri secara bebas maka seorang wanita tiba-tiba ada di dalam kehidupan perkawinan. Kasih tidak memaksa. Kalau Tuhan tiba-tiba memaksakan manusia untuk memberikan dirinya kepada Tuhan, maka Tuhan sebenarnya memaksakan kasih-Nya dan tidak menghargai kehendak bebas manusia. Walaupun Allah mengetahui bahwa manusia pertama jatuh dalam dosa, namun dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan juga mempunyai rencana yang lebih baik, yaitu mendatangkan Sang Penebus bagi manusia.

          Kebahagiaan kekal yang sesungguhnya – yaitu memandang Allah muka dengan muka / beatific vision – adalah kebahagiaan yang sesungguhnya lebih membahagiakan secara tak terhingga dibandingkan dengan kebahagiaan seperti yang dialami oleh Adam dan Hawa di taman Firdaus. Dalam beatific vision, kodrat manusia (in the natural order) diangkat sedemikian rupa, sehingga manusia dapat mengetahui dan mengasihi Allah sebagaimana adanya Dia (in the order of grace). Seolah-olah kita masuk dalam kehidupan pribadi Allah dan dimampukan untuk mengetahui dan mengasihi Allah dalam kacamata Kristus bersama dengan Roh Kudus. Jadi, dalam beatific vision, kita berpartisipasi secara sempurna dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus. Rasul Paulus mengatakan “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1Kor 2:9).

          Silakan merenungkannya lagi. Mungkin ada gunanya juga membaca artikel ini – silakan klik. Kalau ada pertanyaan lagi, silakan menyampaikannya kepada kami dan kami akan menjawab semampu kami.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • Dear Pak Stefanus,

            Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas jawabannya yang jelas dan membuat saya jadi mengerti.

            Kalau saya boleh menyimpulkan jawaban Pak Stef kira-kira seperti beikut ini: Jadi sejak semula Allah menciptakan Adam dan Hawa dan menempatkan mereka di taman Eden dengan satu maksud,bahwa kelak (pada saat yang tepat menurut kehendak dan kebijaksanaan Allah), Allah akan membawa mereka berdua masuk dalam sorga dan mengalami beatific vision. Atau dengan kata lain, taman Eden sebagai persiapan sebelum masuk sorga dan memandang wajah Allah dari muka ke muka. Setelah Allah memandang layak bahwa mereka berdua telah hidup dalam kesempurnaan,kekudusan dan taat pada kehendak Allah, maka Allah akan memberikan sorga. Namun sayangnya Adam dan Hawa memilih untuk tidak taat dan akhirnya dosa masuk dalam kehidupan manusia sejak saat itu. Dengan demikian dibutuhkan penyelamatan dan penebusan dosa, dan terpenuhi secara sempurna dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang memberikan harapan hidup kekal bagi manusia dalam sorga dan bersatu dengan Allah. [dari katolisitas: Karena memang manusia tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari belenggu dosa]

            Berarti memang sejak semula Allah menciptakan bumi sebagai tempat sementara kepada manusia untuk dapat menanggapi kasih Allah dengan kehendak bebasnya, dan setelah waktu yang ditentukan maka Allah akan
            akan memberikan kepenuhan kebahagiaan yaitu beatific vision. [dari katolisitas: “Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” (2Pet 3:13)]

            Apakah benar kesimpulan saya ini? maafkan kalau pertanyaannya membingungkan dan salah dalam komposisi kalimat. Apabila ada kesalahan konsep maka saya mohon pencerahan.

            Terima kasih banyak. Tuhan Yesus memberkati.

            Stefan

          • Kalau manusia tidak diciptakan di Surga karena Tuhan ingin manusia memilih secara bebas untuk mengasihi Tuhan, kemudian dimanakah Tuhan menciptakan malaikat? Bukankah malaikat juga memiliki kehendak bebas? Kalau malaikat diciptakan di Surga, bukankah itu menghilangkan dimensi kehendak bebas pada malaikat? dan juga di Surga tidak ada dosa, jadi apakah itu berarti malaikat tidak diciptakan di Surga karena ada malaikat yang memberontak?

            [dari katolisitas: Tuhan menciptakan malaikat bukan di Surga dalam pengertian melihat Allah muka dengan muka. Setelah mereka memutuskan untuk mengasihi Allah, maka mereka masuk ke dalam Kerajaan Surga]

          • Lalu dimanakah Tuhan menciptakan malaikat? Apakah sama dengan manusia di bumi?

            Lalu, dikatakan bahwa ketika malaikat memberontak, mereka tidak memiliki kesempatan untuk bertobat karena pengetahuan mereka sudah sempurna sehingga ketika mereka menolak Tuhan, mereka menyadarinya dengan sungguh bahwa mereka menolak. Berbeda dengan manusia yang tidak memiliki pengetahuan yang sempurna sehingga penolakan atas kasih Tuhan dapat disebabkan karena ketidaktahuan manusia itu. Mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia dengan pengetahuan yang sempurna kalau begitu? Mengapa Tuhan tidak menciptakan malaikat dengan pengetahuan yang tidak sempurna?

          • Shalom Kwack,

            1. Di mana malaikat diciptakan?

            Malaikat adalah makhluk rohani yang murni, sehingga untuk menciptakan mereka sesungguhnya tidak dibutuhkan tempat. Namun St. Thomas Aquinas, mengutip para Bapa Gereja, mengajarkan bahwa para malaikat diciptakan di suatu tempat jasmani/ corporeal; bukan karena mereka tergantung dari tubuh. Tetapi mereka diciptakan di suatu tempat jasmani untuk menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara para malaikat itu dengan kodrat jasmani manusia. Sebab alam semesta diciptakan terdiri dari makhluk jasmani/ corporeal dan rohani. Maka makhluk rohani diciptakan untuk mempunyai hubungan juga dengan makhluk corporeal, untuk membimbing/ memerintah (sebagaimana tugas malaikat pelindung atas manusia). Maka dikatakan oleh St. Isidore, bahwa langit tertinggi adalah langitnya para malaikat (lih. Ul 10:14). St. Agustinus juga mengajarkan demikian, bahwa para malaikat tersebut diciptakan di cakrawala yang tertinggi (tempat yang tertinggi dari tempat fisik/ jasmani/ corporeal)

            Sedangkan tempat penciptaan manusia, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

            2. Mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia dengan pengetahuan yang sempurna, dan malaikat dengan pengetahuan yang tidak sempurna?

            Adalah kebijaksanaan Tuhan untuk menciptakan segala sesuatu dengan tingkatan-tingkatannya. Maka kita melihat ada tingkatan dalam mahluk-mahluk ciptaannya, dari mahluk bersel satu sampai mahluk ciptaan yang kompleks seperti manusia. Demikian pula manusia, yang walaupun merupakan mahluk rohani namun diciptakan juga dengan tubuh yang terbatas dalam banyak hal, dalam ruang dan waktu, mengalami perkembangan dari janin, lahir menjadi anak-anak, dewasa, sampai tua dan wafat. Maka keterbatasan inilah yang membuat pemahaman manusia tidak sempurna. Sedangkan pada malaikat mereka tidak mempunyai tubuh; sehingga apa yang membatasi manusia, tidak ada pada mereka. Pengetahuan mereka tidak bertumbuh seperti pada manusia; dari tidak tahu, menjadi tahu lalu menjadi ahli. Pada malaikat mereka telah menerima pengetahuan yang sudah sempurna/ ahli, sejak awalnya. Konsekuensinya, sebagai mahluk rohani yang murni, mereka mempunyai pengetahuan yang sempurna, jauh melebihi pengetahuan manusia. Karena itu, jika dengan pengetahuan ini mereka masih memutuskan untuk menolak Allah, maka hukuman yang mereka terima menjadi lebih berat. Sebab kepada siapa diberi lebih banyak maka ia juga lebih banyak dituntut, jika tidak dipenuhi, maka akan diganjar dengan lebih banyak pukulan (lih. Luk 12:47-48).

            Mengapa kita tak dapat menukarkan kodrat kesempurnaan pengetahuan malaikat dengan manusia? Karena segala sesuatu yang diciptakan Allah mempunyai kodratnya masing-masing, dan tidak dapat dicampuradukkan. Maka sebagaimana kodrat manusia juga tidak dapat ditukar dengan kodrat binatang atau sebaliknya; demikianlah kodrat malaikat tidak dapat dicampur aduk/ ditukar dengan kodrat manusia.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

        • Salam kasih saudara Stefan,

          Apa yang saya pahami dari kitab Kejadian dalam PL, adalah karena pada awalnya memang sudah menjadi rencana atau rancangan Allah bahwa bumi dan segala isinya diciptakan Tuhan untuk manusia. Dalam hubungan kasih-Nya, Allah bermaksud ingin bekerjasama dengan manusia yang juga merupakan hasil ciptakan-Nya agar beranak cucu sehingga menambah banyaknya jumlah manusia memenuhi bumi yang akan menaklukan dan menguasai atas hewan dan atas seluruh bumi (lih. Kej. 1:26-28). Selain itu pula karena TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (lih. Kej.2:15).

          Selanjutnya kita tahu bahwa Allah adalah Maha Kasih, maka sudah barang tentu Allah pastinya tidak mengharapkan manusia jatuh dalam dosa walau sesungguhnya Allah tahu akan ‘resiko’ itu. Namun sebaliknya dalam menyatakan hubungan kasih-Nya dengan manusia, sedari awal mula Allah malah telah memberikan Adam dan Hawa ‘kepercayaan penuh’ dalam merealisasikan ‘misi’ kehidupan sebagai manusia di dunia dengan:
          • menerima apa yang menjadi berkatnya untuk menaklukkan dan menguasai atas bumi dan isinya,
          • memenuhi tanggungjawabnya untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden, dan juga tentunya
          • menjalankan komitmennya untuk setia dengan janjinya agar tidak meraba dan memakan buah dari satu pohon yang telah ditentukan-Nya.

          Sedangkan Kasih Allah sendiri adalah terbuka dan tidak memaksa sifatnya, oleh sebab itu diperlukan
          o ‘kebebasan’ dari manusia untuk menanggapi kasih Allah dan
          o ‘kedisplinan diri’ dari manusia untuk berbuat sesuai kasih Allah serta
          o ‘ketaatan’ dari manusia untuk menghargai kasih Allah
          supaya ‘kerjasama’ Allah dengan manusia dalam hubungan ‘saling’ kasih-Nya ini bisa berlanjut terus menuju pada kehidupan kekal di bumi seperti halnya di sorga.

          Namun pada kenyataannya manusia pertama yang diciptakan-Nya telah gagal menjalankan misi kehidupannya sesuai dengan kehendak Allah, hingga mereka harus menanggung segala konsekwensinya, yaitu jatuh dalam dosa kebinasaan. (lih. Kej.3:16-19, 23). Meskipun demikian, Tuhan adalah Maha Kasih. Penyertaan kasih-Nya kepada manusia sangat besar dan tiada batas (lih. Kej.3:21-22), maka tidaklah menjadi heran bilamana Tuhan sanggup mendatangkan kebaikan walau dari hal yang buruk.

          Peace and Best Wishes
          Anastasia Rafaela

  3. Syallom Bu Ingrid,
    saya ingin menanyakan apakah malaikat daerah teritorial nya hanya ada di Sorga dan Neraka, apa mungkin malaikat juga turun ke dunia ini, apakah malaikat penyelamat (guardian angel),atau malaikat pencabut nyawa memang ada atau diakui oleh Gereja?Lalu sebenarnya bentuk malaikat itu sendiri apa berupa materi atau berebentuk seperti apa?apakah boleh kita meminta perlindungan malaikat Allah?
    Terima kasih

    • Shalom Joan Heru,
      Silakan anda membaca jawaban berikut ini, silakan klik, semoga menjawab sebagian pertanyaan anda.

      Malaikat yang baik berada di surga, namun juga ada malaikat- malaikat Tuhan yang diutus oleh Tuhan untuk melindungi manusia, yang dikenal sebagai malaikat pelindung. Sedangkan malaikat yang jahat (sering disebut ‘fallen angels/ demons) ada di neraka.

      Malaikat ini tidak mempunyai tubuh/ materi, sehingga tidak terlihat oleh mata manusia. Kekecualian memang ada pada kasus- kasus tertentu, seperti halnya pada kisah dalam Kitab Suci, misalnya saat malaikat menampakkan diri pada Yakub dan bergulat dengannya (Kej 32:24-28) yang sudah pernah diulas di sini, silakan klik, atau malaikat Rafael menampakkan diri kepada Tobia dalam diri Azarya (lih. Tob 5).

      Sepanjang pengetahuan saya, Gereja Katolik tidak mengajarkan secara khusus tentang malaikat pencabut nyawa. Jika waktunya tiba bagi kita untuk berpulang ke rumah Bapa, maka kita akan meninggal dunia. Lagipula, kematian dalam iman Katolik bukan merupakan sesuatu yang menakutkan, karena merupakan awal dari kehidupan yang abadi bersama Tuhan, tentu jika yang meninggal ini dipandang Allah layak untuk bersatu dengan-Nya.

      Lalu tentang topik malaikat pelindung, silakan klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Bu Ingrid,
    menurut penjelasan ibu, Adam dan Hawa kehilangan Rahmat pengudusan dan ke-empat karunia preternatural gifts sebagai akibat dari dosa asal, sehingga manusia mempunyai kecenderungan berbuat dosa, atau disebut sebagai concupiscentia/concupiscence. Jika concupiscentia/concupiscence adalah akibat dari dosa berarti mereka melakukan dosa terlebih dahulu baru akibatnya mempunyai concupiscentia/concupiscence? Pada saat mereka belum berdosa berarti tidak mempunyai concupiscentia/concupiscence, mengapa mereka bisa berbuat dosa padahal belum mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa?

    Mengenai malaikat yang melawan Allah, bukankah mereka sebelumnya juga tinggal di surga sebelum mereka melawan Allah. Ataukah malaikat pada saat itu juga belum tinggal di surga (di taman eden atau di bumi atau …) sehingga bisa berbuat dosa atau lucifer melawan Allah pada saat dia ada di luar surga?

    Ataukah semuanya ini karena baik manusia maupun malaikat diberi kehendak bebas sehingga bisa memilih sendiri untuk bersatu dengan Allah atau melawan Allah dan itu bisa terjadi baik di dalam maupun di luar surga?
    Terima kasih
    [dari katolisitas: telah dijawab – silakan klik]

Comments are closed.