Bunda Maria mengetahui bahwa Yang dikandung dalam rahimnya adalah Anak (Putera) Allah, sebab inilah yang dikatakan oleh malaikat itu kepadanya, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi” (Luk 1:31-32). Maka dalam hal ini, Bunda Maria mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana untuk mengaruniakan Putera-Nya untuk menyelamatkan manusia, melalui penjelmaan-Nya menjadi manusia di dalam rahimnya.
Namun apakah artinya hal ini sepenuhnya, atau hal-hal apakah yang akan dialaminya sebagai akibat dari melahirkan dan membesarkan Putera Allah, belum diketahui secara mendetail oleh Bunda Maria, pada saat ia menerima Kabar Gembira dari malaikat itu. Hal ini baru terungkap sedikit demi sedikit sejalan dengan perjalanan hidupnya. Justru karena inilah, Bunda Maria menunjukkan teladan imannya, bahwa meskipun ia tidak sepenuhnya mengetahui rencana Allah sampai sedetail-detailnya, namun ia percaya dan dengan setia menjalaninya dengan penuh penyerahan diri kepada Allah.
Tak lama setelah menerima Kabar Gembira dari malaikat tentang penjelmaan Yesus Sang Penyelamat, melihat bagaimana hal itu tergenapi di dalam rahimnya, dan saat ia melahirkan Yesus di Betlehem yang disambut dengan paduan suara surgawi (Luk 2:13-15) dan penghormatan dari para majus (lih. Mat 2:11), Bunda Maria menerima kabar lainnya dari Simeon di bait Allah. Yaitu bahwa peran keibuannya harus dilalui di dalam penderitaan: bahwa pedang akan menembus jiwanya (lih. Luk 2:35). Ini nyata dalam pengungsiannya bersama bayi Yesus dan St. Yusuf ke Mesir (Mat 2:13-15) untuk menghindari pembunuhan anak-anak di Betlehem atas titah Raja Herodes. Ini suatu tanda bahwa sejak awal kehadiran Kristus di dunia, Ia sudah ditolak oleh bangsa-Nya sendiri. Bunda Maria dan St. Yusuf adalah orang-orang pertama yang turut mengambil bagian dalam penderitaan Yesus ini, ditolak, hidup sebagai pengungsi, dalam kemiskinan sebagai orang-orang yang tersingkirkan. Puncak penderitaan Bunda Maria yang merupakan penggenapan nubuat Simeon bahwa ‘sebuah pedang akan menembus jiwanya’ (Luk 2:35) adalah ketika Bunda Maria berdiri di kaki salib Kristus, dan melihat bagaimana Putera-Nya dihina dan disiksa sampai wafat. Kenyataan yang terpampang di hadapannya ini menjadi sangat berlawanan, bahkan sepertinya merupakan penyangkalan total dari apa yang pernah didengarnya dari malaikat, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi… dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:32-33). Namun Maria tetap teguh berdiri mendampingi Puteranya dengan kesetiaan seorang hamba, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” (lih. Luk 1:38). Pengosongan diri Maria inilah yang mungkin disebut sebagai pengosongan diri yang paling dalam yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia, yang oleh Bapa Paus Yohanes Paulus II, sebagai “the deepest kenosis (self-emptying) in human history.” (lihat Redemptoris Mater, 18-19). Para ibu yang pernah menyaksikan anaknya meninggal dunia di depan matanya akan lebih dapat memahami betapa dalamnya duka cita Bunda Maria saat itu. Apalagi dalam hal ini, Yesus disiksa sampai wafat karena difitnah, padahal Ia tidak melakukan kesalahan sedikitpun.
Nah, maka penyingkapan rencana keselamatan Allah dalam kehidupan Bunda Maria terjadi secara bertahap; dan hal ini tidak secara penuh diketahui oleh Bunda Maria sejak awal. Di sinilah berperan ketaatan iman Bunda Maria, sebagaimana dijelaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Redemptoris Mater:
“Ketika Keluarga Kudus kembali ke Nazaret setelah kematian Raja Herodes, di sana dimulailah kehidupan mereka yang tersembunyi dalam jangka waktu yang lama. Bunda Maria “yang percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana” (Luk 1:45), menghidupi sabda ini hari demi hari….
Sepanjang tahun-tahun kehidupan Yesus yang tersembunyi di rumah di Nazaret, kehidupan Maria juga “tersembunyi bersama Kristus di dalam Tuhan” (lih. Kol 3:3) oleh iman. Sebab iman adalah suatu kontak dengan misteri Tuhan. Setiap hari Maria selalu ada di dalam kontak yang terus menerus dengan misteri yang tak terperikan dari Tuhan yang menjelma, sebuah misteri yang melampaui apapun yang dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Sejak menerima Kabar Gembira, pikiran Bunda Maria telah diperkenalkan kepada pembaruan yang radikal dari pewahyuan diri Tuhan dan telah menyadari misteri tersebut. Maria adalah orang yang pertama dari “mereka yang sederhana” yang tentangnya Yesus akan bersabda: “Bapa, … Engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari mereka yang bijak dan pandai, dan menyatakannya kepada orang-orang sederhana” (Mat 11:25). Sebab “tak seorangpun mengenal Anak selain Bapa” )Mat 11:27). Jika demikian, bagaimana Maria dapat “mengenal Sang Putera”? Tentu saja Maria tidak mengenal Kristus sebagaimana Bapa mengenal-Nya; namun ia adalah orang yang pertama dari mereka yang tentangnya Bapa “telah memilih untuk menyatakan diri-Nya” (lih. Mat 11:26-27; 1Kor 2:11)….
Maka Maria terberkati, sebab “ia telah percaya”, dan senantiasa percaya hari demi hari di tengah segala pencobaan dan kemalangan di masa kanak-kanak Yesus, dan lalu di sepanjang tahun kehidupan yang tersembunyi di Nazaret, di mana Ia “tunduk kepada mereka” (Luk 2:51)…. Dan ini adalah jalan di mana Maria, sepanjang tahun-tahun, hidup di dalam ke-intiman dengan misteri Putera-nya, dan melangkah maju di dalam “peziarahan iman“, sementara Yesus “bertumbuh di dalam kebijaksanaan … di hadapan Allah dan manusia.” (Luk 2:52)…
Namun demikian, ketika Yesus ditemukan di bait Allah, dan ibu-Nya bertanya, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Yesus yang berumur dua belas tahun menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Dan Penginjil menambahkan: “Dan mereka (Yusuf dan Maria) tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka” (Luk 2:48-50). Yesus menyadari bahwa “tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak” (lih. Mat 11:27); maka bahkan ibu-Nya, yang kepadanya telah dinyatakan misteri ke-Allahan-Nya secara paling lengkap, hidup di dalam keintiman dengan misteri ini hanya oleh iman! Hidup berdampingan dengan Putera-nya di bawah satu atap, dan dengan setia menjaga “persatuannya dengan Puteranya”, Maria “melangkah maju dalam peziarahan iman“, seperti yang ditekankan oleh Konsili Vatikan II. Dan demikianlah, di sepanjang kehidupan Kristus di hadapan umum (lih. Mat 3:21-35), hari ke hari digenapilah di dalam diri Maria, berkat yang diucapkan oleh Elisabet pada saat kunjungan Maria, “Terberkatilah ia yang telah percaya” (Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater 17).
Semakin kita merenungkan kehidupan Kristus dan Keluarga Kudus di Nazaret, semakin kita dapat melihat teladan iman Bunda Maria, yang dalam ketaatan, kesederhanaan dan kesetiaan, menyerahkan kehidupannya ke dalam pimpinan tangan Tuhan. Kehidupannya di dunia sebagai ibu Tuhan Yesus diwarnai oleh banyak ujian dan penderitaan, namun Bunda Maria tidak beranjak dari imannya yang teguh: “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu, ya Tuhan”, sebab ia yakin dan percaya bahwa “apa yang dikatakan Tuhan kepadanya akan terlaksana”.
Semoga, seperti Bunda Maria, kita semakin bertumbuh dalam iman hari demi hari, sebab kita percaya bahwa apa yang dijanjikan oleh Tuhan kepada kita yang percaya kepada-Nya, akan terlaksana.
Salam,
Apakah maria benar2 direncanakan Allah sebagai ibu kandung Yesus? Kalau iya siapa yg menyatakan bahwa maria ibu kandung maria? [dari Katolisitas: maksud Anda ibu kandung Yesus?] Allah atau elizabeth? Sampai sejauh mana maria tahu rencana Allah? Karena sampai kematian Yesus di salib dan bangkit maria tidak mengerti rencana Allah, maaf banyak pertanyaan.
[Dari Katolisitas: Ya, sabda Allah menyatakan bahwa Allah merencanakan Maria sebagai ibu kandung Yesus. Yang menyatakan bahwa Maria adalah ibu kandung Yesus adalah Allah melalui malaikat-Nya itu malaikat Gabriel. Hal ini kita ketahui dari Injil Lukas (lih Luk 1:35). Elisabet kemudian meneguhkan hal ini saat memberi salam kepada Maria (lih. Luk 1:42). Memang Maria tidak langsung mengetahui dan mengerti rencana Allah, namun ia menyimpan segala sesuatunya di dalam hatinya dan merenungkannya (Luk 2:19,51). Justru karena ia tidak sepenuhnya mengetahui rencana Allah namun tetap taat dan bekerja sama dengan rahmat Allah itu, maka Bunda Maria menjadi teladan iman bagi kita semua, yang juga semasa hidup kita tidak dapat secara sempurna mengetahui rencana Allah. Bunda Maria selalu taat kepada rencana Allah dengan terus melakukan bagiannya untuk melahirkan, membesarkan dan menyertai Kristus, bahkan sampai di kaki salib-Nya, saat hampir semua murid-murid-Nya meninggalkan Dia. Demikianlah kita juga selayaknya setia beriman kepada Allah dan taat melaksanakan perintah-perintah-Nya sampai akhir hidup kita, walaupun melalui berbagai tantangan dan ujian hidup.]
Trimakasih utk klarifikasinya bahwa maria tidak tahu rencana Allah dan ya tentu saya belajar dari ketaatan maria, yang saya bisa terima bahwa yang dlm keadaan bingung maria tahu bahwa pesan dari malaikat Allah adalah maria akan melahirkan seorang anak bayi yang mana sdh ditetapkan oleh Allah dan maria tidak tahu awal rencana Allah dan rencana Allah kedepannya dan pesan Allah lewat malaikat di Lukas 1:31 adalah hanya melahirkan bukan di katakan akan melahirkan dan menjadi ibu ini yang membuat pengajaran jd rancu ( bkn bunda ilahi) dan peran maria adalah membesarkan Yesus. Elizabeth tidak punya kuasa apa pun termasuk perkataannya yang mengesahkan bahwa ya maria bunda Allah. Trimakasih.
Shalom Kayro,
Nampaknya Anda salah paham dengan tanggapan kami.
Bunda Maria memang tidak langsung mengetahui sepenuhnya akan rencana Allah, namun ia mengetahui bahwa Allah merencanakan bahwa ia akan melahirkan seorang yang akan disebut “Anak Allah yang Maha Tinggi….” (Luk 1:32), dan dengan demikian ia akan mengandung dan melahirkan Sang Putera Allah (Luk 1:35). Namun apakah yang akan dialaminya secara persis sebagai ibu yang melahirkan Sang Anak Allah itu, Maria tidak langsung mengetahuinya secara persis pada saat malaikat itu memberitakan Kabar Gembira tersebut. Maria tidak tahu, misalnya bahwa ia akan melahirkan di kandang yang demikian hina, dan tak ada orang yang bersedia memberikan tempat yang layak baginya untuk melahirkan Sang Putera Allah tersebut; namun bersamaan dengan itu, para malaikat akan nampak dan menyanyikan kidung kemuliaan bagi Allah, dan para gembala akan dan para majus akan datang bersujud di hadapan Sang Puteranya itu. Maria juga tidak mengetahui bahwa menjadi ibu dari Sang Putera itu juga berarti harus menyertai-Nya sampai akhir di kaki salib Putera-Nya pada saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia.
Namun Bunda Maria tahu bahwa ia akan menjadi bunda yang melahirkan Putera Allah dan karena itu ia disebut Bunda Allah, seperti perkataan Elisabet saudaranya. Perkataan Elisabet itu bukan perkataan dari dirinya sendiri, sebab dikatakan di ayat sebelumnya bahwa Elisabet itu penuh dengan Roh Kudus. Lalu dengan suara nyaring ia berkata, “Diberkatilah engkau [Maria] di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?….” (Luk 1:42=43). Elisabet diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk mengatakan perkataan tersebut, dan fakta behwa perkataan itu ditulis dalam Injil, maka itu adalah bagian dari Sabda Allah. Maka sebagaimana malaikat itu diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk menyatakan bahwa Maria akan menjadi Bunda Allah karena akan melahirkan Anak Allah, demikian pula, Elisabet diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk menyatakan bahwa Maria adalah Bunda Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
shalom ingrid,
semua yg hidup ada di muka bumi ini tidak akan pernah ada yg ada tahu dengan rencana Allah dalam hidup masing2 manusia termasuk maria dan ya manusia akan tahu rencana ALLAH setelah di nyatakan pada manusia seperti yg terjadi pada maria walau dengan keadaan bingung dan maria mendapat satu tanggung jawab yg luar biasa dari ALLAH makanya maria di katakan berbahagia di antara wanita di muka bumi ini yg dipilih Allah utk melakukan karyaNya tetapi apakah maria tahu rencana ALLAH setelah kelahiran YESUS? tentu tidak tetapi ya saya setuju kalau maria tahu rencana ALLAH setelah diberitahukan oleh malaikat.
tentu maria menjadi ibu buat Yesus tetapi bukan sebagai ibu darah daging dari maria dan yusuf, Yesus di jaga dan tinggal bersama mereka sampai pada saat YESUS memulia pelayananNya, ( “Elisabet diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk menyatakan bahwa Maria adalah Bunda Allah” ) perlukah penegasan ALLAH mengatakan maria sebagai bunda ALLAH dari mulut seorang elizabeth? saya rasa Allah kita tidak seperti itu ALLAH akan menyatakn sendiri :) dan perkataan elizabeth bukanlah perkataan sabda matius 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.
Saya mau bertanya karena saya sulit memahami pengajaran gereja katolik dikatakan Elisabet diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk mengatakan perkataan tersebut, dan fakta behwa perkataan itu ditulis dalam Injil, maka itu adalah bagian dari Sabda Allah. Maka sebagaimana malaikat itu diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk menyatakan bahwa Maria akan menjadi Bunda Allah karena akan melahirkan Anak Allah” Gereja katolik percaya maria bunda Allah/ratu sorga dalam pengertian saya setelah membaca bag yg saya copy paste, berarti anggaplah maria di sorga apakah posisi maria disorga adalah sebagai ibu kandung YESUS?
Shalom Kayro,
Memang benar bahwa sesungguhnya Allah tidak memerlukan manusia untuk menyatakan siapakah Diri-Nya. Namun pada kenyataannya, Allah melibatkan manusia untuk menyatakan Diri-Nya. Bahkan ayat Mat 3:17 yang Anda kutip itu, dapat sampai kepada kita, karena pewartaan Rasul Matius, yang menuliskan perkataan itu di dalam Injilnya. Dalam hal ini, Rasul Matius, didorong oleh Roh Kudus untuk menuliskan pernyataan Allah Bapa, yang menyatakan bahwa Kristus yang baru saja dibaptis oleh Yohanes Pembaptis itu adalah Anak-Nya yang terkasih.
Demikian pula ada banyak pernyataan Allah tentang Diri-Nya, yang disampaikan kepada kita melalui orang-orang yang dipilih-Nya, yang kemudian dicatat dalam Kitab Suci. Baik Rasul Petrus maupun Paulus berkali-kali menyebutkan bahwa Kristus adalah Tuhan (Kis 2:36; 2Kor 1: 19; Rm 9:5; Flp 2:5-11, dst).
Para Rasul (Matius dan Yohanes) dan murid para Rasul (Markus dan Lukas) itu menuliskan wahyu Allah atas ilham Allah, dalam Injil yang mereka tulis. Fakta bahwa perkataan dari Elisabet itu dicatat dalam Injil Lukas, membuktikan bahwa Roh Kudus yang mendorong Elisabet untuk berkata-kata, adalah Roh Kudus yang sama yang mengilhami Lukas untuk menuliskannya. Kitab Suci sendiri mengajarkan bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, …dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim3:16). Dengan demikian, kita tidak bisa memilih-milih ayat menurut pemikiran kita sendiri dengan mengatakan bahwa ada ayat-ayat tertentu dalam Kitab Suci sesungguhnya tidak diperlukan, sedangkan ayat-ayat yang lain diperlukan. Atau, menerima pernyataan Rasul Petrus dan Paulus, tetapi tidak menerima pernyataan Elisabet, padahal jelas dalam Injil dituliskan bahwa perkataan tersebut diserukan oleh Elisabet ketika ia penuh dengan Roh Kudus (lih. Luk 2:42-43). Gereja Katolik tidak memilih-milih ayat Kitab Suci, melainkan mengajarkan keseluruhan (katolikos)-nya. Gereja Katolik menerima seluruh pernyataan Wahyu Allah di dalam Kristus Sang Sabda, dalam keseluruhan Kitab Suci, Tradisi Suci dan ajaran Gereja.
Bunda Maria, adalah ibu kandung Kristus, sebab ketika menjelma menjadi manusia, Kristus memang terbentuk dalam rahim Bunda Maria. Namun demikian, hal ini terjadi oleh kuasa Roh Kudus, dan bukan karena campur tangan benih laki-laki. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
Setelah Tuhan Yesus naik ke Surga, tentulah Bunda Maria tetap adalah ibu kandung Yesus. Sebab Tuhan Yesus naik ke Surga dengan Tubuh kebangkitan-Nya; Ia tidak melepaskan Tubuh manusia yang pernah dikenakan-Nya saat mengambil rupa manusia. Tubuh itu hanya diubah menjadi tubuh yang mulia, dan tubuh yang mulia inilah yang juga dijanjikannya kepada kita yang percaya kepada-Nya, jika kita dibangkitkan kelak. Itulah sebabnya dikatakan bahwa Kristus menjadi yang sulung dari segala ciptaan untuk bangkit dari orang mati (Kol 1:15-22), saat kita semua masih menantikan penggenapan janji kebangkitan badan di akhir zaman nanti. Sama seperti jika kita dan ibu kandung kita meninggal dunia, maka di Surga kelak (kita mempunyai pengharapan demikian) ibu kandung kita tetaplah ibu kandung kita, demikianlah Bunda Maria tetaplah adalah ibu Tuhan Yesus di Surga. Itulah sebabnya Bunda Maria memperoleh tempat yang istimewa di Surga. Tentang hal ini, sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam,
Loh iya toh Sudah jelas rencana Allah menjadi manusia ya hrs melalui proses seperti manusia makanya Allah lapar, haus, sedih, senang sama seperti manusia umumnya cuman tidak berdosa tidak seperti maria berdosa dan lahirnya yang merupakan hasil sex emang ada cara lain sih langsung aja datang ke dunia menjelma jadi manusia tapi kan Allah bukan Allah gampangan.lagian seperti dewa turun dari kayangan yang menjelma jadi manusia.
Klo memang maria tetap sebagai bunda Allah di sorga jadi Yesus yang sebagai Allah pencipta langit dan bumi serta manusia termasuk maria itu posisinya di sorga itu apa ya? Apakah Anak yang tetap harus menghormati ibu? Sedangkan Anak ada sebelum maria dan bumi di bentuk dan di ciptakan. Apa Di sorga waktu itu sudah ada ibu yang kudus diturunkan ke bumi utk persiapan rencana Allah?
Tentang perkara perkataan elizabeth saya tidak bisa mempermasalahkan pengajaran gereja katolik yang mengatakan bahwa itu sabda Allah karena tercatat di alkitab dan utk membenarkan bahwa maria adalah bunda Allah.
Di sorga tidak ada kawin dan mengawinkan Tuhan Yesus berfirman:
“Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.” (Matius 22:30) klo ada artinya akan sama seperti di bumi sedangkan ketika sudah Di sorga fokus utama di sorga hanya ada pujian dan penyembahan utk Allah bukan soal ketemuannya sama orang2 yang di cintai.
ketika di sorga manusia menaikkan pujian dan penyembahan kepada Anak apakah akan terjadi juga sama kepada maria? Mengingat gk meninggikan maria sebagai ratu sorga. Trimakasih
Shalom Kayro,
Anda benar, bahwa Allah bukan Allah gampangan, maka tidak mungkin Allah memilih orang berdosa untuk melahirkan Putera-Nya. Maka jika Anda mengatakan bahwa Bunda Maria manusia berdosa, Anda menentang prinsip dasar yang Anda pegang sendiri, yaitu bahwa Allah bukan Allah gampangan. Allah pasti menghendaki kesempurnaan, jika itu adalah menyangkut pewahyuan Diri-Nya. Jika Anda membaca Kitab Suci Perjanjian Lama, dan melihat betapa Allah sangat menguduskan tabut perjanjian-Nya yang berisi dua loh batu 10 perintah Sabda Allah, roti manna dan tongkat imam Harun (Ibr 9:4), betapa Allah pasti menguduskan Tabut Perjanjian Baru yang mengandung Kristus, Sabda Allah yang menjadi manusia, Sang Roti Hidup, dan Sang Imam Agung, yang menjadi penggenapan dari Perjanjian Lama itu!
Silakan Anda membaca terlebih dahulu artikel-artikel tenteng Bunda Maria di situs ini, dan Anda akan mengetahui bahwa sejak abad-abad awal, Gereja telah percaya akan kesucian Bunda Maria, wanita yang telah dipilih oleh Kristus menjadi Bunda-Nya. Hal bahwa Maria layak disebut Bunda Allah itu bahkan diajarkan juga oleh para pendiri Gereja Protestan. Silakan membaca di sini, silakan klik.
Bunda Maria di Surga adalah wanita yang telah menerima kemuliaan dari Kristus Puteranya, karena telah purna tugasnya di dunia. Tentang penggambaran Maria sebagai tabut perjanjian Allah di Surga, dicatat dalam Kitab Wahyu (lih. Why 11:19-12:1). Memang Bunda Maria sebagai Bunda Allah, tidak sama hakekatnya dengan Allah. Sebab Bunda Maria adalah ciptaan, sedangkan Allah adalah Pencipta. Namun Injil sendiri mengatakan bahwa Sabda Allah yang adalah Allah sendiri, menjelma menjadi manusia (Yoh 1:1,14), dan karena itu Ia memilih seorang manusia ciptaan-Nya untuk menjadi ibu yang mengandung dan melahirkan-Nya. Dan wanita ini adalah Bunda Maria, dan karena peran Maria sebagai ibu yang melahirkan ‘Sang Sabda Allah ini yang adalah Allah’ maka Bunda Maria disebut sebagai Bunda Allah. Jadi, jika Gereja Katolik menghormati Bunda Maria, itu alasan utamanya adalah karena Allah telah terlebih dahulu menghormati Maria dengan memilihnya untuk menjadi ibu yang melahirkan Putera-Nya ke dunia.
Jika Gereja Katolik menyebut Bunda Maria adalah Ratu Surga, itu disebabkan karena Kristus Puteranya adalah Sang Raja Semesta alam. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Dengan menyebut Maria sebagai Bunda Allah ataupun Ratu Surga, Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa ada hal kawin dan dikawinkan di surga seperti pengertian kawin dan dikawinkan di dunia ini. Hal perkawinan yang ada di Surga adalah perjamuan kawin Anak Domba (Why 19:7-9), yang tidak sama artinya dengan perkawinan dunia. Sebab perjamuan kawin Anak Domba itu, adalah persatuan antara Kristus Sang Anak Domba Allah dengan Gereja-Nya sebagai Tubuh-Nya. Di dalam persekutuan dengan Kristus itulah kita melihat persekutuan antara setiap anggota Kristus, dan persatuan dengan Kristus ini tidak meniadakan persatuan kita dengan sesama anggota Kristus. Sebab demikianlah yang diajarkan dalam 1 Kor 12.
Sebelum Anda melanjutkan dialog dengan kami, silakan membaca terlebih dahulu tanya jawab dan artikel tentang Bunda Maria yang sudah cukup banyak ditayangkan di situs ini. Karena apa yang serupa dengan apa yang Anda tanyakan sebenarnya sudah sering ditanyakan oleh banyak pembaca yang lain, dan juga sudah kami tanggapi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam,
Alkitab tidak pernah berbicara gereja Gedung atau organisasi yang di maksud oleh Yesus tetapi YESUS adalah kepala Gereja dan anda dan saya adalah jemaatNya bayangkan didalam Tubuh GK banyak terjadi penyelewengan2 banyak pastor2 yang dipecat karena berkelakuan bejat.
saya sudah baca semua TJ soal maria dan artikel maria dan inti yang saya ambil adalah tidak ada bukti nyata bahwa maria adalah wanita suci yang mana ASUMSI gereja katolik percaya menurut ajaran turun temurun dari bapa2 gereja awal mengatakan bahwa maria dosanya dihilangkan/dihapus dan keputusan bapa2 gereja mengatakan bahwa maria kudus yang sampai sekarang kudus yang dimaksud gereja katolik saya masih ngak bisa dimengerti karena yang di maksud kudus/suci itu hanya untuk diberikan kepada sang Ilahi pada itu tetapi sekarang seperti janji YESUS utk yang percaya YESUS di sebut kudus dan utk maria kalau pun diampuni dosa maria saya masih percaya tetapi bukan berarti maria tidak bisa berdosa lagi kalau maria tidak bisa berdosa lagi artinya maria harus punya posisi menjadi ilahi atau ketika maria mati ya sudah pasti maria tidak bisa berdosa lagi sedangkan sebelum bapa2 gereja katolik menyatakan maria kudus rasul paulus mengatakan dalam Roma 3:10 seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar , seorangpun tidak. Roma 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dikatakan “SEMUA, TIDAK ADA YANG BENAR ” apakah bapa2 gereja katolik menolak ini atau membuat pengecualian untuk maria dan kenyataannya adalah asumsi yang di musyawaratkan bersama utk dijadikan bahwa maria adalah suci tak bernoda, Allah memakai maria sebagai alat agar rencana Allah bisa hadir di dunia karena maria hidupnya benar dihadapan ALLAH dan hidupnya maria melakukan apa kata hukum taurat dan pada kenyataannya maria setelah melahirkan Yesus maria masih melakukan tradisi Yahudi utk setiap wanita yang melahirkan agar di tahirkan kembali itu kenyataannya ada di alkitab.
Pengasuh setuju maria lahir dari hubungan sex dan bagai mana dengan orang tua maria? apakah mereka pun dikuduskan Allah sehingga mempunyai anak perempuan yang kudus yang akan dipakai sebagai alat rencana Allah? yang mana kita tahu dosa awal itu muncul setelah hubungan sex (termasuk utk janin/bayi dalam kandungan) dari dosa adam dan hawa yang seharusnya di turunkan ke setiap orang termasuk maria dihapuskan dengan kematiannya di kayu salib, kalau maria itu kudus mengapa maria bersama2 dengan murid2 Yesus menunggu kedatangan Roh Kudus? yang mana semua orang percaya tahu bahwa pencurahan janji Roh Kudus gratis kepada semua orang yang percaya di mulai setelah kenaikan Tuhan YESUS.
Pernyataan maria dihapus dosanya karena Allah mempunyai rencana keselamatan utk manusia sangatlah tidak adil dan tentu anda percaya bahwa ALLAH maha adil tidak mungkin ciptaanNya mendapatkan bagian di sorga tapi tidak menderita mengabarkan Firman Tuhan seperti petrus, paulus, stefanus dan murid2 Yesus yang lain yang harus menderita penganiyayaan karena nama Yesus.
Yesus harus lahir dari manusia makanya Yesus merasa lapar haus marah sedih ketakutan tetapi tidak berbuat dosa kalau dalam posisi sebagai Allah karena Allah harus lahir dari seorang yang kudus maka itu smua tidak ada artinya dan ketika di hari penghakiman nanti Yesus tidak akan di dakwa oleh manusia tetapi karena Yesus sudah melakukan, merasakan, menderita sama yang seperti manusia rasakan makanya tidak ada celah sedikit pun utk memprotes Dia karena apa yang dirasakan manusia sudah Dia rasakan itulah mengapa Yesus harus lahir dari manusia.
salam kasih
Shalom Kayro,
1. Tentang Gereja
Anda benar, bahwa pertama-tama Gereja (ekklesia) tidak untuk diartikan sebagai gedung, tetapi sebagai jemaat. Namun jemaat yang dimaksudkan oleh Yesus di sini, adalah jemaat yang dibangun-Nya di atas Rasul Petrus (Mat 16:18-19) dan para penerusnya, sebab Yesus mengatakan akan menyertai jemaat-Nya itu sampai akhir zaman (Mat 28:19-20). Nah, maka Kristus menghendaki agar Gereja-Nya yang adalah Tubuh Mistik-Nya (yang tidak kelihatan), juga memiliki tanda jalur apostolik (yang kelihatan). Tentang hal ini sudah dibahas di sini, silakan klik.
Nah, memang dari sejarah kita mengetahui bahwa ada kalanya Paus -yang berperan sebagai penerus Rasul Petrus- itu hidup tidak sesuai dengan panggilan sucinya; demikian juga sejumlah uskup dan imam. Namun ini tidak membatalkan sabda Yesus yang telah menentukan bahwa Gereja-Nya dibangun di atas Rasul Petrus dan para rasul (Mat 16:18, 18:18, Ef 2:20). Sebab tidak semua Paus, Uskup dan imam itu buruk kelakuannya, dan meskipun ada yang buruk, namun mereka -terutama Paus- tidak mengeluarkan pernyataan ajaran iman apapun yang menentang ajaran Kristus dan para Rasul. Demikianlah, maka infalibilitas Paus, yang dijamin oleh Kristus, memang hanya terbatas kepada:1) ajaran iman dan moral; 2) ajaran yang berlaku bagi seluruh Gereja universal, dan 3) ajaran definitif yang dinyatakan dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus. Maka infalibilitas itu tidak untuk diartikan bahwa Paus sendiri tidak pernah salah dalam seluruh hidupnya. Fakta negatif tentang kehidupan beberapa Paus juga tidak ditutup-tutupi oleh Gereja Katolik. Kita dapat membacanya di dalam ensiklopedia Katolik, dan sekilas pernah pula kami ulas di sini, silakan klik. Fakta tersebut, semakin membuka mata kita akan kebenaran sabda Yesus, bahwa Ia sendiri akan melindungi Gereja yang didirikan-Nya sehingga tidak mungkin binasa, walaupun pernah dipimpin oleh orang-orang yang kurang berintegritas. Sebab jika bukan karena kuasa Allah sendiri, Gereja ini tidak akan bertahan sampai sekarang.
Lagipula, kita tidak bisa melihat Gereja hanya dari segelintir orang yang gagal melaksanakan imannya, namun juga dari teladan begitu banyak orang juga yang berhasil mewujudkan imannya dalam perbuatan kasih yang nyata. Dan Gereja Katolik tidak kekurangan contoh dalam hal ini di sepanjang sejarahnya. Teladan hidup para Santo dan Santa adalah contohnya, yang seharusnya mendorong kita untuk berjuang hidup lebih baik setiap hari.
2. Tentang ajaran mengenai Bunda Maria
Anda menganggap bahwa ajaran tentang Maria “hanyalah asumsi Gereja“, berdasarkan apa yang diajarkan oleh Bapa Gereja. Sejujurnya, anggapan sedemikian lahir dari anggapan bahwa para Bapa Gereja itu tidak dipimpin oleh Roh Kudus, sehingga hanya mengajarkan ajaran manusia atau asumsi manusia. Namun kenyataannya, kita memperoleh Kitab Suci itu juga dari para Bapa Gereja, yang telah lebih dahulu memasukkan pengajaran Kristus dan para Rasul itu, ke dalam ajaran mereka. Gereja Katolik melalui Paus Damasus (382) itulah yang pertama kali menentukan kitab-kitab mana yang termasuk dalam kanon Kitab Suci, berdasarkan dari kitab-kitab mana yang telah diajarkan oleh para Rasul dan para penerus mereka, dalam ajaran-ajaran mereka. Maka Kitab Suci (ajaran Kristus dan para Rasul yang tertulis) itu asalnya dari Tradisi Suci (ajaran Kristus dan para Rasul yang tidak tertulis). Tradisi Suci para Rasul -yang diajarkan oleh para Bapa Gereja- itu sudah ada lebih dulu sebelum Kitab suci ditentukan di abad ke-4. Para Bapa Gereja itu adalah para murid dan penerus Rasul, yang dengan setia mengajarkan apa yang telah mereka terima dari para pendahulu mereka. Mereka itu hidup lebih dekat dengan zaman Kristus dan para Rasul, sehingga pemahaman mereka tentang makna/ arti dari suatu ungkapan dalam bahasa aslinya, lebih tepat daripada pemahaman kita, yang hidup berabad-abad terpisah dari zaman Kristus. Mereka lebih memahami konteksnya, gaya bahasanya, latar belakang budaya masyarakat di zaman Kitab Suci itu ditulis, dan mereka itu yang memang telah mempersembahkan hidup mereka untuk membaca, merenungkan dan mengajar seluruh Kitab Suci kepada jemaat. Sehingga, tentu saja ajaran mereka lebih tepat/ benar, dan bukan sekedar asumsi. Jika seseorang tidak menerima ajaran mereka, artinya ia menganggap pengertiannya sendiri, yang sebenarnya juga adalah asumsinya, lebih tepat/benar daripada pengertian Gereja yang telah diimani sejak abad-abad awal. Itu memang adalah hak orang tersebut, tetapi Gereja Katolik tidak mengambil sikap demikian. Kami umat Katolik lebih percaya kepada ajaran Gereja, ketimbang pandangan pribadi kami sendiri. Sebab Kristus memberikan kuasa mengajar yang tidak mungkin salah kepada Gereja, dan bukan kepada setiap orang secara pribadi. Faktanya, interpretasi yang didasari oleh pandangan pribadi inilah yang menghasilkan perpecahan gereja sampai sekitar 28.000 denominasi di seluruh dunia dewasa ini. Ironisnya, walaupun berpegang kepada Kitab Suci yang sama dan masing-masing denominasi sama-sama mengklaim pengertian yang dari Roh Kudus, namun secara obyektif yang diajarkan tidak sama. Ini adalah bukti, bahwa paham “Kitab Suci saja” sebagai sumber ajaran iman, tidaklah benar, sebab Kitab Suci sendiri tidak mengatakan demikian. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Fakta ini membuka mata kita semua- jika kita sungguh terbuka untuk mencari dan menemukan kebenaran- bahwa jika Kitab Suci diberikan kepada Gereja, maka Gerejalah yang paling dapat dan berhak menginterpretasikannya dengan benar. Sebab Kitab Suci ditulis oleh anggota-anggota Gereja (dalam PL: oleh para nabi yang adalah anggota prefigurasi Gereja; sedangkan dalam PB: oleh para rasul dan muridnya rasul), sehingga jika kita ingin memahami maksud tulisan mereka, tentu kita perlu memperhatikan apakah yang diajarkan oleh mereka, termasuk ajaran mereka yang tidak tertulis dalam Kitab Suci. Sebab jika kita mengakui Kitab Suci tidak mungkin salah, seharusnya kitapun mengakui bahwa Gereja yang menetapkannya juga tidak mungkin salah dalam pengajarannya. Sebab penetapan Kitab Suci itu hanyalah salah satu dari ajaran Gereja.
3. Tentang interpretasi Rom 3:23
Pandangan yang menentang ajaran Gereja tentang Bunda Maria yang tidak bernoda dosa umumnya mengambil ayat ini sebagai dasarnya, “… semua orang berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Rm 3:23). Padahal sesungguhnya, keistimewaan Bunda Maria tidak membatalkan ayat tersebut. Hanya saja, untuk memahami ayat tersebut perlu dipahami konteksnya. Sebab dalam mengartikan suatu ayat Kitab Suci, kita perlu membaca ayat itu dalam kesatuan dengan perikopnya, dan juga dengan ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci. Demikianlah cara membaca Kitab Suci yang diajarkan oleh Gereja, sebagaimana diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri (lih. Luk 24:13:35).
Sebelum Rom 3:23, di perikop yang sama, ayat 9 dan 10 Rasul Paulus mengatakan, “…. mereka [orang Yahudi maupun non-Yahudi] semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” Sebenarnya di sini Rasul Paulus mengutip Mazmur 14, khususnya ayat 3, “Mereka semua telah menyeleweng, semua-nya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.” Mazmur 14 ini ditulis Raja Daud yang menyampaikan ratapannya tentang besarnya pemberontakan bangsa Israel. Sebab musuh Raja Daud pada saat Mazmur itu ditulis, tidak lagi hanya bangsa-bangsa non-Yahudi, tetapi bangsa Yahudi itu sendiri, bahkan orang terdekat dan anggota keluarganya sendiri, yaitu Raja Saul dan Absalom. Maka Raja Daud menggunakan kata “semua” untuk menyatakan semua golongan, baik Yahudi maupun non Yahudi- namun bukan untuk menyatakan semua orang. Jadi di sini Daud menggunakan gaya bahasa hiperbolisme, seperti yang umumnya dapat ada dalam pembicaraan. (Selanjutnya tentang gaya bahasa dalam Kitab Suci, klik di sini). Kita ketahui demikian, karena segera sesudah menyebutkan “semua orang melakukan kejahatan”, Raja Daud menyebutkan “umat-Ku” (ay. 4) dan “angkatan yang benar” (ay.5). Kalau semua orang (dalam arti setiap orang tanpa kecuali) adalah jahat seperti yang disebutkan pada ayat 3 tersebut, siapakah yang disebut Raja Daud sebagai “angkatan yang benar” tersebut? Sama konteksnya dengan perkataan Raja Daud, Rasul Paulus juga menggunakan kata “semua” dalam ayat Rom 3:23. Artinya, semua golongan telah berdosa terhadap Tuhan, tidak hanya orang-orang non- Yahudi, namun orang-orang Yahudi juga. Jadi yang ingin disampaikan di sini adalah, tidak adanya perbedaan antara orang yang bersunat dan tidak bersunat, kedua kelompok itu mempunyai dosa- dosa yang dilakukan oleh pribadi- pribadi di dalamnya, dan keduanya memerlukan kasih karunia Allah untuk dibenarkan di dalam iman akan Yesus Kristus.
Jadi perikop ini tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa” dalam arti mutlak. Sebab Yesus adalah perkecualiannya, demikian juga anak- anak yang di bawah usia akal budi (under the age of reason), serta Bunda Maria juga termasuk kekecualian di sini. Pesan utama yang hendak disampaikan oleh ayat Rm 3:23 adalah bahwa secara umum, manusia dari segala golongan, telah berbuat dosa dan membutuhkan Kristus sebagai Penyelamatnya.
4. Apakah orang tua Maria juga dibebaskan dari noda dosa?
Dalam Kitab Suci tertulis bahwa Kristus adalah Mesias, Imam Besar Pengantara satu-satunya kepada Allah Bapa, maka Ia adalah Yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa (Ibr 7:26). Keterpisahan Kristus secara total dengan dosa, mensyaratkan kekudusan ibu-Nya juga, sebab penjelmaan-Nya sebagai manusia, mengambil tempat di tubuh ibu-Nya, dan dengan demikian melibatkan tubuh ibu-Nya itu. Maka, ibu yang mengandung Kristus pun harus terpisah sama sekali dengan dosa (tanpa noda dosa), sebab Kristus yang dikandungnya adalah Allah yang tidak bernoda dosa. Nah, pertanyaan selanjutnya adalah, sejak kapan Maria dijadikan Allah tanpa dosa? Karena sabda Allah mengajarkan bahwa kehidupan manusia dimulai sejak terbentuk dalam rahim ibu (lih. Ayb 31:15, Mzm 139:13), maka Gereja mengajarkan bahwa Bunda Maria dikuduskan Allah, sejak ia terbentuk di dalam kandungan ibunya. Namun rahmat Tuhan yang istimewa ini, memang hanya diperuntukkan untuk Bunda Maria saja, karena yang menjadi ibu yang mengandung Yesus, ya hanya Bunda Maria saja. Ibu dari Bunda Maria (St. Anna) tidak mengandung Yesus, maka tidak menerima rahmat yang sama dengan rahmat yang diberikan kepada Bunda Maria yang mengandung Yesus. Maka pengudusan Bunda Maria dari noda dosa asal tidak mensyaratkan pengudusan ibunya juga. Adalah hak Allah untuk memberikan rahmat-Nya secara berbeda-beda kepada manusia seturut kesanggupan masing-masing (Mat 25:15).
Nah, maka jika Maria diberi lebih banyak rahmat daripada semua orang yang lain, itu adalah karena tugas khususnya sebagai Bunda Sang Putera Allah. Namun rahmat dalam diri Maria itu adalah pemberian Allah, dan bukan karena diri Maria sendiri. Karena kuasa Kristuslah, Bunda Maria dapat dikandung tanpa noda dan dibebaskan dari dosa seumur hidupnya. Bunda Maria menerima keistimewaan rahmat ini dari Misteri Paska Kristus, yang ia peroleh secara antisipatif, artinya: sebelum peristiwa kematian Yesus dan kebangkitan-Nya itu terjadi. Kuasa Kristus Sang Putera Allah yang tidak terbatas oleh waktu dan tempat, memungkinkan-Nya untuk dapat memberikan kuasa-Nya kepada Maria ibu-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya.
5. Apakah pengudusan Bunda Maria itu melanggar prinsip Allah yang Maha adil? Karena Bunda Maria tidak mengalami penderitaan mengabarkan Firman seperti para Rasul?
Pengudusan Bunda Maria itu justru menunjukkan keadilan Allah. Sebab oleh karena Allah mempercayakan peran yang begitu besar kepada Maria dalam mewujudkan rencana keselamatan-Nya, maka, Ia perlu memperlengkapi Maria dengan rahmat yang begitu besar pula. Anda menganggap bahwa Maria kurang menderita jika dibandingkan dengan para Rasul? Betapa kelirunya pandangan ini! Sebab Bunda Maria sudah lebih dahulu mengalami penderitaan, sebelum para rasul itu menderita mewartakan Sang Firman. Bunda Maria menanggung resiko dirajam ketika menyetujui bahwa ia akan mengandung seorang Anak, yang bukan dari suaminya sendiri. Ketika hampir tiba saatnya melahirkan ia dan St. Yusuf tunangannya kembali ke kota asal moyang mereka, namun tak ada kerabat yang mau menerima mereka. Bunda Maria terpaksa melahirkan di kandang hewan yang hina, di tempat yang sangat tidak wajar untuk melahirkan untuk standar manusia normal. Bunda Maria dan St. Yusuf harus mengungsi ke Mesir demi menghindari pembunuhan bayi yang diperintahkan oleh Raja Herodes,… dst. Dan jangan lupa, bahwa Simeon telah menubuatkan penderitaan Bunda Maria yang begitu hebat, yaitu bahwa pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:35). Ini tergenapi ketika ia [Bunda Maria] berdiri di kaki salib Kristus (lih. Yoh 19:25) dan menyaksikan dengan matanya sendiri, Putera-nya yang menderita, menumpahkan darah dan wafat dengan cara yang demikian tragis. Jika Anda seorang wanita, Anda mungkin dapat lebih memahami penderitaan yang dialami Bunda Maria; dan tidak akan menyangka yang sebaliknya, bahwa Bunda Maria kurang menderita jika dibandingkan para Rasul. Adakah penderitaan yang melebihi penderitaan seorang ibu, yang melihat sendiri bagaimana Anak-nya difitnah, dihina, disiksa sedemikian hebatnya sampai wafat, dan tubuh-Nya nyaris hancur tak menyerupai manusia lagi? Sebab sebelum para Rasul menanggung derita memberitakan Firman, Bunda Maria telah lebih dahulu menanggung derita, yang mencapai puncaknya saat ia menyertai ‘Sang Firman yang menjadi manusia itu’- sampai di kaki salib-Nya, saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia.
6. Allah harus lahir dari seorang yang kudus?
Berikut ini saya kutip kembali pernyataan Anda yang sejujurnya tidak jelas bagi saya:
“Yesus harus lahir dari manusia makanya Yesus merasa lapar haus marah sedih ketakutan tetapi tidak berbuat dosa kalau dalam posisi sebagai Allah karena Allah harus lahir dari seorang yang kudus maka itu smua tidak ada artinya dan ketika di hari penghakiman nanti Yesus tidak akan di dakwa oleh manusia tetapi karena Yesus sudah melakukan, merasakan, menderita sama yang seperti manusia rasakan makanya tidak ada celah sedikit pun utk memprotes Dia karena apa yang dirasakan manusia sudah Dia rasakan itulah mengapa Yesus harus lahir dari manusia.“
Komentar saya dari apa yang saya pahami dari pernyataan ini:
Memang sudah menjadi rencana Allah bahwa Putera-Nya mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan umat manusia. Namun karena Putera-Nya ini adalah Allah, maka adalah hak Allah untuk memilih melalui manusia seperti apa, Ia akan dilahirkan. Dan sesuai dengan hakekat-Nya sebagai Allah yang kudus inilah, maka Allah memilih seorang manusia untuk dikuduskan-Nya, sehingga layak mengemban tugas sebagai ibu-Nya.
Pernyataan di atas, yang kurang tanda baca, sehingga menjadi kurang jelas, sepertinya mencampur- adukkan kedua kodrat dalam diri Yesus. Padahal tentang hal ini, prinsipnya sederhana, yaitu: ketika mengambil rupa manusia, Kristus tetap adalah sungguh Allah, walaupun Ia juga sungguh manusia. Kemanusiaan Yesus tidak meniadakan ke-Allahan Yesus, dan juga sebaliknya. Maka kemanusiaan Yesus tidak untuk dipertentangkan dengan ke-Allahan-Nya. Sebagai manusia, Yesus memang sama seperti kita dalam segala sesuatu, kecuali bahwa Ia tidak berdosa (lih. Ibr 4:15), artinya, terpisah sama sekali dengan dosa. Maka sesungguhnya, ajaran Gereja tentang Bunda Maria merupakan konsekuensi dari ajaran tentang ke-Allahan Yesus, yang mensyaratkan pula kesempurnaan manusia yang olehnya Tuhan Yesus dapat lahir ke dunia sebagai manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Sejahtera team Katolistas.
Saya ingin menanyakan tanggapan pihak Katolik akan situs ini:
http://www.jesus-is-savior.com/False%20Religions/Roman%20Catholicism/catholic_heresies-a_list.htm
Salam
Shalom Carl,
Sebenarnya, kalau dipelajari, argumentasi atau lebih tepat serangan mereka kepada Gereja Katolik kurang kuat, dan bahkan cenderung bersifat tuduhan semata tanpa argumentasi yang memadai. Argumentasi dari situs tersebut, pernah dipakai oleh salah satu pembaca situs katolisitas, yang dapat Anda lihat di sini – silakan klik. Silakan melihat alur diskusi tersebut. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terimakasih atas tanggapannya Bpk Stef. Saya akan mencoba membaca diskusi di link yang anda berikan tadi.
Salam Kasih dalam Kristus Tuhan
Dalam satu tahun ini saya berusaha begitu dekat dengan Bunda Maria…
Tetapi yang saya pertanyaan adalah :
1. Saya memiliki medali wasit Bunda Maria ( http://suciharto.blogspot.com/2012/05/santa-maria-dari-medali-wasiat.html )
Apakah saya di izinkan menggunakan medali wasiat sebagai semacam jimat, Jika di larang apa alasanya karena Bunda Maria mengatakan barang siapa yang menggunakan medali wasiat akan diberikan karunia? Adakah batasan – batasan yang masih diperbolehkan jika menggunakan medali wasiat?
2. Setiap hari saya selalu berdoa rosario, tetapi saya tidak menggunakan peristiwa gembira, sedih dan lain – lain dalam doa rosario, apakah itu diizinkan tanpa mengguanakan peristiwa – peristiwa tersebut?
Shalom Krisna,
Rosario, skapulir, miraculous medals – seperti yang Anda gambarkan – adalah termasuk dalam sakramentali. Sakramentali ini berbeda dengan sakramen. Lihat penjelasan ini – silakan klik. Dari pengertian sakramentali berguna bagi umat beriman untuk mengingatkan kita akan kasih Allah, sehingga dapat menuntun kita kepada kekudusan. Sebagai contoh, medali tersebut dapat Anda pakai, dan mengingatkan Anda akan kehidupan St. Katerina Laboure dan kasih dari Bunda Maria, sehingga semakin mendekatkan Anda kepada Yesus. Namun, janganlah benda-benda tersebut dianggap sebagai semacam ‘jimat’. Justru kalau kita menganggapnya sebagai jimat, kita malah berdosa.
Rosario juga merupakan devosi, yang sebenarnya tidak terikat oleh aturan yang sangat baku. Namun, inti dari rosario bukanlah sekedar berdoa 6x Bapa Kami, 53x Salam Maria. Yang terpenting adalah merenungkan Kristus baik dengan peristiwa gembira, terang, sedih, mulia. Dengan demikian, pada saat kita melakukan doa rosario, maka yang menjadi fokus adalah Kristus sendiri. Silakan melihat FAQ ini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Bunda Maria mengetahui bahwa Yang dikandung dalam rahimnya adalah Anak (Putera) Allah, sebab inilah yang dikatakan oleh malaikat itu kepadanya, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi” (Luk 1:31-32). Maka dalam hal ini, Bunda Maria mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana untuk mengaruniakan Putera-Nya untuk menyelamatkan manusia, melalui penjelmaan-Nya menjadi manusia di dalam rahimnya.
Namun demikian, ketika Yesus ditemukan di bait Allah, dan ibu-Nya bertanya, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Yesus yang berumur dua belas tahun menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Dan Penginjil menambahkan: “Dan mereka (Yusuf dan Maria) tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka” (Luk 2:48-50).
dari 2 paragraf di atas (copas dari Katolisitas), tampak ada “kontradiksi”.
di satu sisi Bunda Maria tahu bahwa anaknya adalah Anak Allah yang maha tinggi, namun di sisi lain penginjil menulis bahwa mereka (Yusup dan Maria) tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus bahwa Ia harus berada di rumah BapaNya.
mohon penjelasan.
Shalom Yusup,
Bunda Maria mengetahui bahwa Anak yang dikandungnya adalah Anak Allah yang Mahatinggi (lih. Luk 1:31-32), tetapi ia tidak tahu secara persis apakah maknanya ataupun konsekuensinya bahwa Anaknya itu adalah Anak Allah yang Mahatinggi. Jadi Bunda Maria tidak mengetahui bahwa pada usia 12 tahun itu, saat Yesus sudah menginjak usia yang dianggap dewasa bagi budaya Yahudi, Yesus itu memilih untuk tinggal di bait Allah yang disebut-Nya sebagai “rumah Bapa-Ku” (Luk 2:49). Bunda Maria tidak mengetahui mengapa Yesus melakukan hal ini tanpa memberitahukannya terlebih dahulu- walaupun pada akhirnya, Yesus kembali pulang dan tinggal bersama Bunda Maria dan St. Yusuf di Nazaret, sampai saat-Nya melakukan pelayanan kepada publik di usia-Nya yang ke- 30 tahun. Bunda Maria tidak memahami bahwa Yesus melakukan hal itu antara lain juga untuk memberikan pengajaran kelak kepada umat beriman yang mengimani Dia, bahwa melalui peristiwa ini, Yesus menunjukkan secara implisit, bahwa Ia adalah sungguh Anak Allah, sehingga layaklah Ia berada di bait Allah, yang disebutnya sebagai “rumah Bapa-Ku”. Bahkan, Yesus itu sendiri adalah bait Allah, sehingga Ia mengatakan, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh 2:19), untuk mengacu kepada wafat dan kebangkitan-Nya. Semua ini masih merupakan misteri bagi Bunda Maria pada saat itu. Bunda Maria tidak memahami sepenuhnya, hal kesatuan antara Yesus dengan Allah yang Mahatinggi yang adalah Bapa-Nya. Bunda Maria belum memahami bahwa bait Allah menjadi suatu tanda yang penting, karena menggambarkan tubuh Kristus yang akan wafat dan bangkit. Hal ini baru sedikit semi sedikit semakin dipahaminya, saat ia menyimpan perkara itu dan merenungkan semua itu di dalam hatinya (lih. Luk 2:51).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Ingrid,
banyak terima kasih atas uraian yang memuaskan ini.
saya menjadi sadar (dari uraian Ibu) bahwa Bunda Maria, meskipun penuh rahmat, adalah manusia sepenuhnya juga (jadi semua pengalaman imannya juga harus bertahap tidak langsung tersibak semuanya). Wah jadi semakin yakin / diteguhkan bahwa Bunda Maria memang teladan iman yang paling utama.
GBU
Comments are closed.