Pertanyaan:

Ibu atau Mbak Inggrid yang baik, terima kasih dan syukur pada Allah atas penjelasan tentang akhir jaman. Saya telah mencoba mencari buku berbahasa Indonesia dari yang berhak Wewenang Mengajar Gereja Katolik kok nggak ketemu-ketemu
Syukurlah ada situs https://katolisitas.org yang dibimbing oleh Romo pembimbing: Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ.. Ya…ini yang kutunggu.
Namun saya masih penasaran apakah ada buku / literatur berbahasa Indonesia yang mengulas tentang ini ya…?
Saya sangat membutuhkan untuk memberi penjelasan kepada umat di lingkungan karena ada umat potensi yang sangat percaya adaya rapture ini.
Apakah benar dari jaman adam sampai saat ini orang – orang yang sudah meninggal tidak ada yang disurga kecuali 144.000 orang ?
Saya sangat senang jika mbak Inggrid berkenan menjawab pertanyaan saya ini.
Salam Damai dalam Kristus, Syofian HP

Jawaban:

Shalom Syofian,

Sebenarnya, yang mengajarkan bahwa hanya ada 144.000 orang di surga adalah mereka yang menginterpretasikan secara literal ayat ini, “Dan aku [Yohanes] mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.” (Why 7:4). Sepengetahuan saya, yang mempunyai pengertian ini, terutama adalah Sekte Saksi Yehova. Namun umumnya mereka tidak mengartikan secara literal bahwa 144.000 orang ini adalah keturunan suku Israel.

Sayangnya mereka yang meng-interpretasikan ayat Why 7:4 secara literal, tidak meng-interpretasikan juga ayat berikutnya yaitu di Why 7:9-10:

“Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.”

Karena di ayat 9-10 ini malah jelas bahwa yang di surga adalah kumpulan orang yang banyak sekali tak terhitung dari segala bangsa. Maka interpretasi yang umum dikenal oleh Gereja Katolik adalah, 144.000 ini sebagai 100 kali 12 kali 12 mempunyai arti figuratif, yang artinya sejumlah besar orang. (Sumber: A Catholic Commentary on Holy Scripture, gen ed. Dom Orchard, New York: Thomas Nelson and Sons Ltd., 1953, p.1200)

Memang di dalam Alkitab, khususnya di kitab Wahyu, banyak terdapat bahasa lambang, sehingga memang tidak mudah diartikan. Dan memang untuk hal yang merupakan nubuat, sebaiknya kita berpegang kepada pengajaran Rasul Petrus:

“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Pet 1: 20-21).

Bersyukurlah kita umat Katolik, karena kita mempunyai Magisterium Gereja, yang berbicara atas kuasa yang diberikan Kristus, sehingga kita tidak mudah dibingungkan oleh berbagai ajaran dan tafsiran tentang nubuatan yang sering kita dengar di sana sini. Gereja Katolik memang lebih menekankan kepada apa yang menjadi pesan Kristus, yaitu “berjaga-jaga, berdoa, dan hidup dalam kekudusan”, sebab sebenarnya hal inilah yang terpenting daripada mengetahui kapan akhir jaman, ataupun siapa-siapa yang masuk surga dan yang masuk neraka.

Dengan demikian, kita tak perlu risau dengan makna angka 144.000 (Why 7:4), sebab selayaknya kita juga melihat kesatuan maknanya dengan Why 7:9-10 tersebut. Mari membaca Kitab Suci dengan melihat konteksnya dan dalam kesatuan dengan ayat-ayat lainnya, sehingga kita dapat memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh tentang makna yang ingin disampaikannya.

Akhirnya, mohon maaf, karena saya tidak tahu apakah ada buku tentang akhir jaman menurut ajaran Gereja Katolik yang sudah dituliskan dalam bahasa Indonesia. Namun jika anda mau mengambil artikel yang tertulis di situs  ini, silakan saja, hanya kami mohon agar anda menyebutkan sumbernya, yaitu www.katolisitas.org, supaya jika ada yang mau bertanya lebih lanjut atau memberi masukan dapat menghubungi kami.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

7 COMMENTS

  1. bagaimana bila “144.000” harus dan memang dimaknai secara literal,,, sanggupkah akan hal ini? dan apakah kunci dari surga? apakah pemaknaan dari gereja katholik memang anda yakini 100%? apakah anda sudah menutup kemuningkinan-kemungkinan pemaknaan yang lain yang mungkin anda rasa benar? gereja katholik pun adalah berisi sekelompok manusia sama seperti kita walaupun memang pemahaman tentang agama jauh lebih baik dari kita, tapi apakah itu semua menutup kemungkinan bahwa manusia bisa salah menginterpretasikan sesuatu?

    • Shalom Johan,

      Terima kasih atas begitu banyak komentar yang masuk dari Anda. Terus terang saya tidak dapat memasukkan semua komentar Anda, karena keterbatasan waktu untuk menanggapi. Saran saya, cobalah untuk berfokus pada satu topik bahasan, sehingga waktu yang ada dapat dipergunakan untuk menyusun argumentasi dengan baik. Sebagai contoh, Anda dapat memilih topik seperti tentang 144,000. Kalau ini yang menjadi pilihan diskusi Anda, maka silakan melihat argumentasi yang telah diberikan dalam tulisan di atas dan silakan memberikan sanggahan yang baik, sehingga terjadi diskusi yang membangun.

      Menurut saya, masalahnya bukanlah sanggup atau tidak sanggup – seperti pernyataan yang Anda berikan – namun manakah yang benar. Kalau Anda bertanya apakah pemaknaan dari Gereja Katolik saya yakini seluruhnya, maka jawaban saya adalah yakin dengan sepenuh hati. Dan keyakinan saya akan kebenaran yang dinyatakan oleh Gereja Katolik adalah lebih besar daripada keyakinan akan interpretasi yang saya berikan maupun yang Anda berikan. Keyakinan ini bukan bersumber pada kepintaran oknum-oknum, namun pada janji Kristus yang melindungi Gereja-Nya dari kesesatan pengajaran (lih. Mat 16:16-19).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Ibu Inggrid yang baik,
    Terima kasih atas ijinnya.
    Kami sudah mencetakkan untuk 4 orang teman di Lingkungan Gisela Goris Parki RM.
    Saya juga mencatumkan alamat situs plus penanggungjawab situs Prof.Dr.BS Mardiatmaja, SJ.
    Supaya artikel tersebut lebih dipercaya, dan benar.
    Maaf ada pertanyaan berikutnya dari umat lingkungan
    Setahu saya setelah meninggal umat beriman, masuk ke api pencucian setelah bersih, kemudian diangkat kesurga atau selamanya di api pencucian, baru setelah pengadilan masuk ke neraka. namun ada komentar dari umat yang cukup disegani bahwa ” Surga saat ini belum ada banyak orang, orang yang lepas dari pencucian menunggu dulu di tempat penantian seperti yang tertulis dalam syahadat para rasul (mungkin alam barzah dalam istilah muslim). Baru setelah pengadilan akhir jaman umat beriman baru masuk ke surga. Kemuadian kerajaan 1000 tahun, armagedon baru surga. jadi masih jauh untuk bicara tentang surga.
    Saya meragukan komentar beliau karena Para santo itu kan umat beriman yang saat ini sudah berbahagia di surga, demikian pula tentang ajaran katekumen tentang Gereja mulia, gerea berziarah dan gerea yang menderita. Pandangan saya saat ini seperti diatas apabila umat beriman itu sudah bersih maka bisa langsung masuk ke surga, tidak menunggu pengadilan terakhir. Pengadilan terakhir itu untuk yang belum bersih atau juga masih hidup waktu Tuhan datang.
    Dengan hormat dan penuh harap Ibu/Mbak Inggrid membantu meluruskan persepsi saya.

    Ada pertanyaan lagi dari beliaunya bahwa pengakuan dosa itu tidak menghapus dosa asal, dosa asal tetap ada, buktinya setelah dibabtis kita masih malu kalau telanjang padahal adam dan hawa tidak malu…… waduh, waktu katekumen saya diajarkan kalau semua dosa yang melekat pada waktu itu dihapus. Hanya akibat dari dosanya harus kita tanggung. Misal pencuri, dibabtis, dosanya dihapus namun akibat.konsekuensinya untuk dipenjara masih ada. Begitu ibu inggrid….. jadi pertanyaan kedua apa benar pembabtisan menghapus segala dosa kita?
    Terima kasih dan matur nuwun atas bimbingannya. Semoga Tuhan yesus kristus senantiasa melimpahkan rahmat dan berkatnya kepada Ibu inggrid, Amin,

    • Shalom Syofian,

      Jika anda merasa artikel dan tanya jawab yang ada di situs ini membantu anda, silakan anda membagikannya kepada teman/ kerabat anda, dengan menyertai alamat situs ini dan melampirkan catatan keterangan situs yang ada di footer yang ada di halaman muka situs ini. Sekarang tentang pertanyaan anda:

      1. Hal Api Penyucian, Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum/ Pengadilan Terakhir. Silakan membaca artikel Bersyukurlah ada Api Penyucian (bukan Api Pencucian) di sini, silakan klik. Gereja Katolik mengajarkan bahwa setelah seseorang meninggal, ia langsung diadili secara pribadi oleh Yesus. Pengadilan ini disebut Pengadilan Khusus. Jika orang itu dipandang-Nya layak masuk kerajaan Surga, maka jiwanya masuk surga, jika tidak, maka jiwa orang itu masuk ke neraka. Sedangkan jika orang itu dipandang oleh Yesus layak masuk surga namun masih perlu dimurnikan/ disucikan (bukan dicuci) sebelum dapat bersatu dengan Tuhan di surga, maka jiwa orang itu masuk Api Penyucian.

      Sedangkan pada Pengadilan Umum/ Terakhir setelah kebangkitan badan di akhir jaman, setiap orang akan diadili bukan secara pribadi namun secara publik di hadapan segala mahluk ciptaan Allah. Maka ini merupakan pengulangan Pengadilan Khusus namun dilakukan di hadapan semua orang, di mana kebenaran akan ditegakkan: segala yang salah dinyatakan salah, yang benar dinyatakan benar.Maka tidak ada kebenaran relatif di sini. Sesudah Pengadilan Terakhir ini maka semua orang, tubuh dan jiwanya (tidak hanya jiwa saja) masuk ke surga atau ke neraka, dan Api Penyucian tidak ada lagi. Selanjutnya tentang Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum/ Terakhir, silakan klik di sini.

      Maka tidak benar bahwa surga itu sekarang masih belum banyak penghuninya, ataupun sekarang jiwa-jiwa masih menunggu sampai pengadilan di akhir jaman. Ajaran yang demikian, yang dikaitkan dengan adanya kerajaan literal 1000 tahun dan perang armagedon, dan sesudah itu baru ada kerajaan surga itu bukan pengajaran Gereja Katolik. Silakan membaca juga tanya jawab di sini tentang kerajaan 1000 tahun, menurut pandangan Gereja Katolik, yang berdasarkan Kitab Suci dan pengajaran Bapa Gereja, silakan klik.

      2. Di syahadat para rasul memang disebut " Aku percaya akan Allah…dan akan Yesus Kristus, ….. yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat, dan dimakamkan, yang turun ke tempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati, yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa…."

      Di sini memang benar dikatakan tempat penantian, karena pada waktu itu orang-orang benar yang meninggal dari jaman Adam sampai ke jaman sebelum Kristus belum dapat masuk ke surga, karena Yesus belum "membuka" pintu surga dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Maka sebelum korban Yesus di salib, memang jiwa-jiwa mereka masih menanti di pangkuan Abraham, seperti yang kita ketahui dari Luk 16:22. Maka tempat ini memang layak disebut tempat penantian walaupun bagi jiwa- jiwa orang benar mereka akan menanti di pangkuan Abraham/ the bosom of Abraham. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus datang untuk menjemput jiwa-jiwa orang benar ini untuk membawa mereka ke surga, sebab Yesuslah yang disebut yang Sulung dan lebih utama dari segala yang diciptakan, yang Sulung yang bangkit dari antara orang mati, yang oleh korban salib-Nya mendamaikan umat manusia dengan Allah dan memimpin mereka untuk masuk ke surga (lih. Kol 1 :15-20). Berikut ini adalah yang diajarkan oleh Katekismus:

      KGK 633    Kitab Suci menamakan tempat perhentian orang mati, yang dimasuki Kristus sesudah kematian-Nya “neraka”, “sheol” atau “hades” (Bdk. Flp 2:10; Kis 2:24; Why 1:18; Ef 4:9)., karena mereka yang tertahan di sana tidak memandang Allah (Bdk. Mzm 6:6; 88:11-13).. Itulah keadaan semua orang yang mati sebelum kedatangan Penebus, apakah mereka jahat atau jujur (Bdk. Mzm 89:49; I Sam 28:19; Yeh 32:17-32.). Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka semua mempunyai nasib sama. Yesus menunjukkan hal itu kepada kita dalam perumpamaan tentang Lasarus yang miskin, yang diterima (Bdk. Luk 16:22-26.)”dalam pangkuan Abraham“. “Jiwa orang jujur, yang menantikan Penebus dalam pangkuan Abraham, dibebaskan Kristus Tuhan waktu Ia turun ke dunia orang mati” (Catech. R. 1,6,3). Yesus tidak datang ke dunia orang mati untuk membebaskan orang-orang terkutuk dari dalamnya (Bdk. Sin. Roma 745: DS 587)., juga tidak untuk menghapuskan neraka (Bdk. DS 1011; 1077.), tempat terkutuk, tetapi untuk membebaskan orang-orang benar, yang hidup sebelum Dia (Bdk. Sin. Toledo IV 625: DS 485; bdk juga Mat 27:52-53.).

      Maka Jiwa-jiwa orang benar yang berada di tempat penantian hanya mempunyai dua alternatif setelah kedatangan Kristus, yaitu ke Api Penyucian atau ke Surga. Yang masuk ke Api Penyucian pasti pada akhirnya akan masuk ke Surga. Namun, Setelah Kristus turun ke tempat penantian, maka pangkuan Abraham atau bosom of Abraham tidak ada lagi. Setelah kebangkitan Kristus hanya ada: 1) Sorga, 2) Api Penyucian, dan 3) Neraka.

      3. Jadi pengertian anda tentang pengertian Gereja sudah benar, bahwa Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus terdiri dari Gereja yang sudah mulia di surga, Gereja yang masih berziarah di dunia, dan Gereja yang sedang dimurnikan di Api Penyucian (lih. KGK 954). Karena Tubuh Kristus hanya satu dan tidak mungkin terbagi-bagi, maka ketiga fase Gereja yang adalah Tubuh Mistik Kristus tersebut juga merupakan satu kesatuan.

      4. Sakramen yang menghapus dosa asal adalah Sakramen Pembaptisan. Namun akibat dosa asal yaitu penderitaan, penyakit, kematian dan concupiscentia/ kecenderungan untuk berbuat dosa memang masih tetap dibiarkan tinggal di dalam diri kita. Concupiscentia ini memang tetap ada dalam diri kita yang sudah dibaptis, agar kita berjuang mengalahkannya dan bertumbuh dalam kekudusan, agar kelak layak menerima mahkota keselamatan. Katekismus mengajarkan demikian:

      GK 1263    Oleh Pembaptisan diampunilah semua dosa, dosa asal, dan semua dosa pribadi serta siksa-siksa dosa Bdk. DS 1316.. Di dalam mereka yang dilahirkan kembali, tidak tersisa apa pun yang dapat menghalang-halangi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Baik dosa Adam maupun dosa pribadi demikian pula akibat-akibat dosa, yang terparah darinya adalah pemisahan dari Allah, semuanya tidak ada lagi.

      KGK 1264    Tetapi di dalam orang-orang yang dibaptis tetap ada beberapa akibat sementara dari dosa: penderitaan, penyakit, kematian, kelemahan yang berhubungan dengan kehidupan (seperti misalnya kelemahan tabiat), serta kecondongan kepada dosa, yang tradisi namakan concupiscentia [keinginan tak teratur] atau, secara kiasan, "dapur dosa" [fomes peccati]. Karena keinginan tak teratur "tertinggal untuk perjuangan, maka ia tidak akan merugikan mereka, yang tidak menyerah kepadanya dan yang dengan bantuan rahmat Yesus Kristus menantangnya dengan perkasa. Malahan lebih dari itu, ‘siapa yang berjuang dengan benar, akan menerima mahkota’ (2 Tim 2:5)" (Konsili Trente: DS 1515).

      Jadi memang benar, Sakramen Pengakuan dosa memang tidak menghapus dosa asal, melainkan dosa pribadi. Sedangkan, Sakramen Pembaptisan memnghapus semua dosa, baik dosa asal, dosa pribadi dan siksa dosa. Maka misalnya, jika seseorang dibaptis lalu ia meninggal dunia, maka ia dapat langsung masuk surga. Namun katekismus mengatakan, bahwa Pembaptisan tidak menghapus akibat dosa asal (lih. KGK 1264), sebab kita memang justru harus bergumul dengannya agar bertumbuh dalam kekudusan.

      4. Agak sulit untuk membayangkan kondisi Adam dan Hawa sebelum mereka jatuh ke dalam dosa asal. Memang mereka dikatakan telanjang dan tidak malu, karena menurut St. Thomas Aquinas, sebelum dosa asal, Adam dan Hawa mempunyai "the gift of integrity", di mana segala keinginan daging patuh terhadap akal budi. Hal inilah yang tidak lagi dimiliki oleh semua manusia sekarang yang mewarisi dosa asal Adam (tentu kecuali Yesus dan Bunda Maria); di mana manusia sekarang memiliki concupiscentia/ kecenderungan untuk berbuat dosa. Paus Yohanes Paulus II dalam pengajarannya Theology of the Body (Teologi tubuh) memang mengajarkan kita untuk melihat tubuh bukan dengan nafsu keinginan daging. Terutama, Bapa Paus mengajarkan agar para suami dapat menghormati tubuh istrinya sebagai ungkapan kasih yang mengatasi keinginan daging.

      Demikian uraian saya tentang pertanyaan anda, semoga bermanfaat.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  3. Ibu atau Mbak Inggrid yang baik, terima kasih dan syukur pada Allah atas penjelasan tentang akhir jaman. Saya telah mencoba mencari buku berbahasa Indonesia dari yang berhak Wewnang Mengajar Gereja Katolik kok nggak ketemu-ketemu
    Syukurlah ada situs http://www.katolisitas.org yang dibimbing oleh Romo pembimbing: Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ.. Ya…ini yang kutunggu.
    Namun saya masih penasaran apakah ada buku / literatur berbahasa Indonesia yang mengulas tentang ini ya…?
    Saya sangat membutuhkan untuk memberi penjelasan kepada umat di lingkungan karena ada umat potensi yang sangat percaya adaya rapture ini.
    Apakah benar dari jaman adam sampai saat ini orang – orang yang sudah meninggal tidak ada yang disurga kecuali 144.000 orang ?
    Saya sangat senang jika mbak Inggrid berkenan menjawab pertanyaan saya ini.
    Salam Damai dalam Kristus
    Syofian HP
    [Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

    • Salam damai sejahtera

      Barangkali 144.000 tersebut adalah orang2 yang sempurna yang akan muncul sebelum zaman antikris

      Mac

      • Shalom Machmud,

        Seperti saya tuliskan di atas, maka 144.000 orang tersebut bukan untuk di-interpretasikan secara literal. Sebab jika anda konsisten menginterpretasikan secara literal maka malah 144,000 harusnya malah bukan dari orang-orang sempurna yang akan muncul sebelum zaman Antikristus, melainkan, seperti tertulis di sana, “seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.” (Why 7:4). Maka, Gereja Katolik melihat ayat tersebut dalam kaitannya dengan ayat berikutnya (Why 7:9) yang menyatakan bahwa angka tersebut merupakan angka figuratif, yang menunjukkan jumlah kumpulan besar yang tidak terhitung banyaknya.
        Mohon maaf ya Machmud, saya tidak akan memperpanjang diskusi ini, sebab saya sudah mengatakan intertpretasi yang disetujui oleh Gereja Katolik, dan saya tidak dapat menuliskan interpretasi yang lain daripada itu.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

Comments are closed.