Dalam Mat 16:19 dituliskan “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Apakah maksud dari kunci ini? “Kunci” yang diberikan di sini maksudnya adalah kuasa untuk memimpin dan mengatur Kerajaan Sorga. Dan karena Kerajaan Sorga yang ada di dunia ini adalah Gereja, maka Rasul Petrus (dan para penggantinya) diberi kuasa untuk memimpin Gereja. Karena Gereja direncanakan oleh Yesus untuk terus eksis sampai akhir jaman (Mat 16:18; 28:19-20), maka kuasa memimpin ini diberikan juga kepada para penerus Rasul Petrus.

Di Perjanjian Lama, memang tugas “pemegang kunci” ini telah digambarkan oleh Eliakim (Yes 22) yang diberi tanggungjawab untuk memegang kunci Rumah Raja Daud, sebagai pengatur rumah tangga, yang menjadi simbol kekuasaan Kerajaan Yehuda. Dengan diberikannya kuasa ini kepada Eliakim, tentu bukan berarti Eliakim menjadi “lebih tinggi daripada” Raja Daud. Pemberian kunci ini hanya dimaksudkan agar Eliakim menjadi pengurus, pengajar bagi kerajaan raja Daud. Di Perjanjian Baru, oleh Yesus, Sang Raja keturunan Daud, kerajaan Yehuda disempurnakan menjadi Gereja-Nya yang dibangun di atas Rasul Petrus (Mat 16:18-19). Maka dengan analogi yang sama, kuasa yang diberikan oleh Yesus kepada Rasul Petrus juga tidak membuat Petrus lebih tinggi daripada Yesus. Sebab biar bagaimanapun, Yesus tetaplah Sang Pemilik kunci yang menguasai kunci itu. Jadi kunci yang disebutkan itu baik yang di kitab Yesaya 22:22 maupun Why 3:7, adalah kunci Kerajaan yang sama, sebab memang sudah sejak dahulu, Allah mempersiapkan Kerajaan Allah, dari bangsa Israel di kerajaan Yehuda pada jaman Raja Daud, sampai sekarang saat Kerajaan-Nya nyata di dalam Gereja Katolik yang didirikan-Nya. Pada PL tugas mengatur rumah/ kerajaan Daud diberikan kepada Eliakim, sedangkan pada PB, tugas mengaturKerajaan Surga diberikan kepada Rasul Petrus dan para panerusnya.

Kuasa ‘mengikat dan melepaskan’ disebutkan oleh Flavius Josephus, seorang ahli sejarah di abad ke -1, sebagai otoritas untuk mengatur, yang mengikat atau melepaskan masyarakat dari suatu kewajiban, untuk menghukum atau untuk mengampuni, dan untuk menentukan sesuatu sebagai sesuatu yang sah atau tidak sah, boleh atau tidak boleh dilakukan. Kuasa ‘mengikat dan melepaskan’ ini diberikan oleh Ratu Alexandra (76-67 BC) kepada kaum Farisi. Kuasa inilah yang sering menjadi pertentangan antara para Rabi golongan Shamma dan Hillel, pada jaman Yesus, karena yang diikat oleh golongan yang satu dilepaskan oleh yang lain, demikian sebaliknya. Di sini Josephus tidak meragukan bahwa maksud ungkapan ‘mengikat dan melepaskan’ itu berkaitan dengan otoritas. ((lihat Stanley L. Jaki, The Keys of the Kingdom (Chicago: Franciscan Herald Press, 1986), p.43)) Yesus mengakhiri kesimpangsiuran ini dengan memberikan otoritas yang benar kepada Petrus, yang dipercayakan untuk memimpin Gereja-Nya. Maka istilah ‘kunci’ ini adalah untuk menggambarkan pemberian kuasa yang penuh dan otoritas/ kuasa yang penuh, absolut dan tertinggi yang diberikan Yesus kepada Rasul Petrus. Jadi “kunci” ini bukanlah hanya berarti kunci pintu masuk saja (pembuka pintu bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus untuk mengimani-Nya), tetapi seluruh kunci bagi semua pintu rumah/ Kerajaan Allah tersebut, yang menyangkut seluruh kepemimpinan umat beriman. Tugas ini kemudian dijalankan oleh Magisterium (Paus dan para uskup dalam persekutuan dengan Paus), yaitu tugas/ wewenang untuk mengikat atau melepaskan dalam hal pengajaran iman dan moral (Mat 16:19; 18:18). “Kunci” ini selain untuk membuka dan menutup Kerajaan Allah di Surga, adalah untuk juga kunci untuk mengatur Kerajaan Allah yang ada di dunia ini, yaitu di dalam Gereja. Menurut para Bapa Gereja, termasuk di sini, selain kuasa mengajar, adalah kuasa untuk mengampuni dosa (Mat 16:19).

Maka menurut Suarez, seorang Teolog Scholastik yang menggabungkan ajaran St. Gregorius dan St. Maximus, kuasa memegang kunci ini meliputi tiga hal, yaitu kuasa memberikan sakramen- sakramen, kuasa memimpin/ mengatur dan kuasa untuk mendefinisikan ajaran iman dan moral (lihat Suarez, De Poenit., disp xvi). Jadi di sini “kunci” bukan sesuatu yang dibagi-bagikan sama rata kepada semua pengikut Kristus. Interpretasi yang “kunci” pada PB harus melihat juga konteks penggenapan yang dimaksud pada PL, sebab pemberian kunci kerajaan Yehuda pada PL hanya diberikan kepada Eliakim, maka pada PB, juga hanya kepada Rasul Petrus. Sedangkan karena Yesus menginginkan agar Kerajaan-Nya/ Gereja-Nya terus bertahan sampai akhir jaman, maka pemberian “kunci”/ wewenang ini berlangsung terus kepada para penerus Rasul Petrus. Dan karena secara prinsip: yang diberi wewenang selalu tidak pernah mengatasi Yang Memberi wewenang, maka Petrus (dan penerusnya) yang diberi wewenang tidak akan pernah menjadi lebih tinggi daripada Kristus Sang Pemberi wewenang. Sebab apapun yang ditetapkan oleh Petrus adalah yang menjadi ketetapan Kristus dan Petrus hanya menjalankan tugas ini, sesuai dengan wewenang yang diberikan kepadanya.

26 COMMENTS

  1. Shalom tim katolisitas
    saya pernah melihat debat antara Katholik vs Protestan, di situ dipaparkan oleh ahli dari Protestan bahwa semua bukti yang dipaparkan oleh Katholik dari bapa-bapa Gereja sebenarnya tidak menunjukkan bahwa Gereja Roma merupakan yang utama di antara yang setara (first among equals?). Hal ini disebabkan karena dalam kutipan-kutipan yang dipakai dari para bapa Gereja tidak ada yang secara eksplisit menunjukkan bahwa Gereja Roma merupakan pemimpin dari jemaat-jemaat lainnya. Menurutnya, yang terjadi ialah begitu ada kata atau tulisan dari para bapa gereja yang menyinggung atau mendukung St. Petrus dan gereja Roma, maka oleh Katholik langsung dianggap sebagai bukti bahwa gereja Roma merupakan yang utama. Benarkah hal tersebut? apakah ada buku-buku dalam bahasa Indonesia yang membahas mengenai para bapa gereja secara lengkap?
    Setelah memuji St. Petrus, Yesus malah menegurnya, “enyahlah iblis”. oleh saudara2 Protestan hal ini merupakan bukti bahwa St. Petrus bisa salah, jelmaan iblis, dsb. mohon pencerahannya tim katolisitas.
    Terima kasih sebelumnya.

    • Shalom Kefas,

      Silakan untuk terlebih dahulu membaca artikel seri Keutamaan Paus, silakan klik di artikel berikut ini:

      Keutamaan Petrus 1: Menurut Kitab Suci
      Keutamaan Petrus 2: Bukti sejarah tentang keberadaan Rasul Petrus di Roma
      Keutamaan Petrus 3: Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma
      Keutamaan Petrus 4: Menurut dokumen paling awal Gereja
      Keutamaan Petrus 5: Dalam Gereja di Lima Abad Pertama

      Tentang ‘Petros’ dan ‘Petra’
      Keutamaan Gereja Roma (Primus Inter Pares)

      Semoga dengan membaca artikel-artikel tersebut Anda dapat melihat secara obyektif tentang keutamaan Gereja Roma di bawah pimpinan Uskup Roma (yaitu Paus, yang melanjutkan kepemimpinan Rasul Petrus) di antara Gereja-gereja di daerah lainnya.

      Sedangkan penjelasan mengenai perkataan Yesus, “Enyahlah Iblis…. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku” (Mat 16:23) menurut A Catholic Commentary on Holy Scripture, gen.ed. Dom Orchard OSB, tentang ayat tersebut adalah:

      Melalui pernyataan tersebut terlihat bahwa Rasul Petrus saat itu belum dapat memahami jalan yang direncanakan Allah. Maka tanpa disadari Petrus bahkan memainkan peran sang penentang [yaitu setan]. Melalui Petrus, setan yang telah meninggalkan Tuhan Yesus untuk sementara (lih. Luk 4:13) memperbarui godaannya sebagaimana pernah diajukannya kepada Yesus (lih. Luk 4:1-11). Bahwa teguran Yesus kepada Rasul Petrus ini tetap dicatat dalam Injil, ini menunjukkan kejujuran dan ketepatan sang penulis Injil dalam melaporkan rangkaian kejadian. Ia tidak hanya mencatat ucapan Yesus yang baik tentang janji keutamaan bagi Rasul Petrus, namun juga ucapan-Nya yang keras, yang menegur Petrus karena ia berpikir menurut pikiran manusia yang menentang pikiran Allah.

      Selanjutnya dalam buku penjelasan Injil dari St. Thomas Aquinas, Catena Aurea, yang merangkum penjelasan para Bapa Gereja tentang ayat Mat 16:23:

      Ungkapan tersebut maksudnya:

      St. Hieronimus: Sepertinya berkata; Adalah kehendak-Ku dan kehendak Bapa-Ku, bahwa Aku harus mati bagi keselamatan umat manusia; [tapi] kamu hanya berpikir tentang kehendakmu, bukan agar biji gandum itu jatuh ke tanah agar biji itu melahirkan banyak buah. Karena itu, karena kamu mengatakan apa yang bertentangan dengan kehendak-Ku, kamu disebut sebagai ‘penentang-Ku’. Sebab ‘setan’ diartikan ‘penentang’ atau ‘musuh’.

      Origen: Tapi kata-kata yang ditujukan kepada Rasul Petrus dan kepada mereka yang kerasukan setan itu tidak sama – tidak seperti anggapan orang. Kepada Petrus, kata-Nya, “Get thee behind me, Satan“, artinya, “Ikuti aku, kamu yang menentang kehendak-Ku”. Sedangkan kepada setan, dikatakan, “Go thy way, Satan,” atau, Pergilah seturut jalanmu, setan. Jalan setan itu bukan mengikuti Yesus, ( “behind Me“/ di belakang Yesus), tetapi ‘into everlasting fire‘, yaitu neraka.

      Maka Yesus berkata kepada Petrus, “Get thee behind me,” seperti kepada seseorang yang karena ketidaktahuan-nya, tidak mengikuti jalan Kristus. Dan Kristus menyebutnya ‘setan’, sebagai seseorang yang karena ketidaktahuannya menentang Tuhan….

      Maka, paham yang menyamakan Petrus dengan setan karena ayat Mat 16:23 adalah paham yang diambil tergesa-gesa dan karena itu keliru. Karena kalau melihat pada ayat-ayat selanjutnya, kita tahu bahwa meskipun Rasul Petrus pernah berbuat kesalahan-kesalahan, namun ia bertobat, dan Tuhan tetap memilihnya sebagai pemimpin para Rasul-Nya (lih. Luk 22:32; Yoh 21:15-19) sehingga janji dalam Mat 16:18-19 tidak pernah dibatalkan Tuhan Yesus. Setelah turunnya Roh Kudus, Rasul Petruslah yang tampil berkhotbah dan membaptis banyak orang (lih.Kis 2), membuat banyak mukjizat dalam nama Yesus (Kis 3:1-10, 5:12-16), termasuk membangkitkan orang mati (Kis 9:32-43); membuat keputusan besar dalam Konsili Yerusalem (lih. Kis 15). Rasul Petrus juga menuliskan suratnya kepada jemaat yang kemudian dibukukan dalam Kitab Suci, dan dengan demikian suratnya itu bagi Gereja adalah sabda Tuhan yang tertulis.

      Sungguh, jika orang mau menggunakan akal sehatnya, dalam membaca semua yang tercatat dalam Kitab Suci ini, ia akan mengetahui bahwa Rasul Petrus tidak mungkin sama dengan setan/iblis.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas

  2. Shalom, saya mau bertanya
    pada Matius 16:19 “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan didunia ini akan terlepas di sorga.”
    berarti apakah Keselamatan Abadi hanya ada pada Gereja Katolik saja? mengingat St Petrus adalah Paus pertama, dan apakah arti dari “dan apa yang kau lepaskan di dunia akan terlepas di sorga”? Apakah berarti gereja non-katolik tidak bisa masuk kedalam Kerajaan Sorga?
    terima kasih.

    • Shalom Berly,

      Kuasa ‘mengikat dan melepaskan’ disebutkan oleh Flavius Josephus, seorang ahli sejarah di abad ke -1, sebagai otoritas untuk mengatur, yang mengikat atau melepaskan masyarakat dari suatu kewajiban, untuk menghukum atau untuk mengampuni, dan untuk menentukan sesuatu sebagai sesuatu yang sah atau tidak sah, boleh atau tidak boleh dilakukan. Kuasa ‘mengikat dan melepaskan’ ini diberikan oleh Ratu Alexandra (76-67 BC) kepada kaum Farisi. Kuasa inilah yang sering menjadi pertentangan antara para Rabi golongan Shamma dan Hillel, pada jaman Yesus, karena yang diikat oleh golongan yang satu dilepaskan oleh yang lain, demikian sebaliknya. Di sini Josephus tidak meragukan bahwa maksud ungkapan ‘mengikat dan melepaskan’ itu berkaitan dengan otoritas (lihat Stanley L. Jaki, The Keys of the Kingdom (Chicago: Franciscan Herald Press, 1986), p.43). Yesus mengakhiri kesimpangsiuran ini dengan memberikan otoritas yang benar kepada Petrus, yang dipercayakan untuk memimpin Gereja-Nya. Maka istilah ‘kunci’ ini adalah untuk menggambarkan pemberian kuasa yang penuh dan otoritas/ kuasa yang penuh, absolut dan tertinggi yang diberikan Yesus kepada Rasul Petrus. Jadi “kunci” ini bukanlah hanya berarti kunci pintu masuk saja (pembuka pintu bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus untuk mengimani-Nya), tetapi seluruh kunci bagi semua pintu rumah/ Kerajaan Allah tersebut, yang menyangkut seluruh kepemimpinan umat beriman. Tugas ini kemudian dijalankan oleh Magisterium (Paus dan para uskup dalam persekutuan dengan Paus), yaitu tugas/ wewenang untuk mengikat atau melepaskan dalam hal pengajaran iman dan moral (Mat 16:19; 18:18). “Kunci” ini selain untuk membuka dan menutup Kerajaan Allah di Surga, adalah untuk juga kunci untuk mengatur Kerajaan Allah yang ada di dunia ini, yaitu di dalam Gereja. Menurut para Bapa Gereja, termasuk di sini, selain kuasa mengajar, adalah kuasa untuk mengampuni dosa (Mat 16:19).

      Sedangkan tentang pertanyaan, Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka?, sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.

      Dan penjelasan yang lebih lengkap tentang makna EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus)-  klik di sini.

      Perlu kita ketahui bahwa hal masuk tidaknya kita ke dalam Kerajaan Surga itu adalah hak prerogatif Allah. Penentuan itu berdasarkan atas keputusan Tuhan yang mengadili setiap orang secara pribadi, dan bukan keputusan massal yang sama terhadap sejumlah orang. Maka walaupun kita mengetahui secara prinsip inti ajaran ini, namun penerapannya terhadap masing-masing pribadi manusia, itu hanyalah Tuhan yang mengetahuinya, dan biarlah kita serahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan Tuhan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Ingrid@ saya selalu bingung jika ada pertanyaan yang mengatakan bahwa “apa agamanya Yesus dan kapan/di mana Yesus memerintahkan muridNya untuk memelihara umatNya didalam gereja katolik? Dan pertanyaan sama juga sebenarnya agama para bapa gereja mula2 yang mana, sehingga akhirnya gereja katolik ngotot dan bersikeras bahwa Petrus adalah paus pertama bagi gereja katolik?
        Terima kasih…!

        • Shalom Salsa,

          Pertama- tama, mari kita melihat kepada apakah sebenarnya definisi ‘agama’, supaya kita mengetahui apakah pernyataan Anda itu tepat atau tidak.

          Silakan selanjutnya membaca uraian tentang definisi agama, silakan klik.

          Dalam Glossary Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa agama adalah “A set of beliefs and practices followed by those committed to the service and worship of God. The first commandment requires us to believe in God, to worship and serve him, as the first duty of the virtue of religion” atau “Satu perangkat kepercayaan dan tindakan yang diikuti oleh mereka yang berkomitmen untuk melayani dan menyembah Allah. Perintah pertama menuntut kita untuk percaya pada Tuhan, untuk menyembah dan melayani Dia, sebagai tugas pertama dari kebajikan agama.”  (Silakan selanjutnya membaca uraian tentang definisi agama, silakan klik.)

          Dengan mengacu kepada definisi di atas, kita mengetahui agama itu adalah kebajikan yang dimiliki oleh manusia untuk menyembah Tuhan. Maka, karena Kristus adalah Tuhan, Kristus tidak perlu beragama; walaupun ketika mengambil rupa manusia sebagai seorang Yahudi, Ia tunduk kepada segala hukum Taurat Perjanjian Lama yang berlaku bagi kaum Yahudi. Selanjutnya, karena tujuan Yesus datang ke dunia adalah untuk menggenapi Perjanjian Lama tersebut dalam Perjanjian Baru, maka yang dilakukan Yesus, adalah Ia mendirikan Gereja-Nya yang di dalamnya berlakulah hukum Perjanjian Baru. Melalui Gereja-Nya itulah, anggota-anggotanya dapat menjalankan kebajikan agama sesuai dengan hukum Perjanjian Baru, sebagaimana yang diajarkan oleh-Nya kepada para Rasul-Nya dan para penerus mereka.

          Maka hal selanjutnya yang menjadi penting adalah Gereja apakah yang didirikan-Nya? Nah, pencarian yang jujur akan hal ini, akan menghantar seseorang kepada Gereja Katolik. Karena Gereja Katolik adalah satu-satunya Gereja yang didirikan Kristus, di atas Rasul Petrus (Mat 16:18) dan yang dilanjutkan di sepanjang sejarah oleh para penerusnya.

          Jika Anda ingin melanjutkan dialog tentang hal ini, saya mengundang Anda untuk membaca terlebih dahulu beberapa artikel ini:

          Sejak Kapan Gereja disebut Gereja Katolik?

          Keutamaan Petrus 1: Menurut Kitab Suci
          Keutamaan Petrus 2: Bukti sejarah tentang keberadaan Rasul Petrus di Roma
          Keutamaan Petrus 3: Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma
          Keutamaan Petrus 4: Menurut dokumen paling awal Gereja
          Keutamaan Petrus 5: Dalam Gereja di Lima Abad Pertama

          Tentang ‘Petros’ dan ‘Petra’
          Keutamaan Gereja Roma (Primus Inter Pares)

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. syalom..

    pada waktu perjamuan kudus, Yesus memecahkan roti menjadi 3. Ada seseorang mengatakan kepada saya bahwa maksudnya adalah gereja Tuhan, akan terbagi menjadi 3 yaitu katolik roma, katolik ortodoks dan protestan. Apakah itu benar?
    trima’s

    • Shalom Anna,

      Kita tidak mengetahui menjadi berapa bagian-kah Yesus memecahkan roti pada saat Perjamuan Terakhir. Sepanjang pengetahuan saya yang ditulis di Kitab Suci adalah bahwa Yesus mengambil roti, mengucap berkat dan memecah-mecahkannya, namun tidak dituliskan menjadi berapa bagian.

      Seandainya roti tersebut dipecah menjadi dua atau tiga atau lima sekalipun, tidak untuk diartikan bahwa Yesus menghendaki Gerejanya (Tubuh Mistiknya) terpecah menjadi dua, tiga atau lima atau sejumlah angka lainnya. Sebab yang tertulis secara eksplisit dalam Injil Yohanes adalah Yesus menghendaki agar Gerejanya yang terdiri dari mereka yang mengimani Dia, itu tetap satu.

      Demikian kutipannya:

      “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:20-21)

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Ingrid@ pada waktu perjamuan terakhir Yesus memecahkan roti lalu memberi kepada muridNya, dan setelah itu Yesus mengangkat cawan dan memberkati lalu memberi kepada muridNya untuk diminum.
        Jadi, pertanyaan saya adalah kenapa gereja katolik setiap perjamuan or prosesi misa di bagian komuni umat hanya menerima hosti (tubuh Kristus) tapi anggur (darah Kristus) tidak disertakan seperti yang dilakukan oleh Yesus di perjamuan terakhir…!
        Terima kasih…

        [dari Katolisitas: untuk menemukan jawaban pertanyaan Anda, silakan membaca dua artikel ini: “Mengapa komuni satu rupa maknanya sama dengan dua rupa?”” dan “Mengapa Komuni satu rupa, mengapa dua rupa?“]

  4. Shalom Ibu Ingrid.

    Saya ingin bertanyakan mengenai berita Pope John Paul II dan Pope Benedict 16 telah memeluk agama Islam. Berita tersebut sedang hangat di perkata di Internet dan juga surat-surat khabar di serata dunia. Soalan saya

    1.Adakah berita ini benar?
    2.Apakah sumber yang dapat menafikan berita tersebut?

    sekian

    adrian

    [dari Katolisitas: silakan membaca penjelasan yang sudah kami berikan untuk pertanyaan yang sama yang ada di link-link ini: silakan klik di sini dan klik di sini]

  5. Pertanyaan:

    saya ingin bertanyakan maksud 3 anak kunci yang tergantung di pinggang santo Petrus.

    [dari Katolisitas: Anda dapat menemukan jawaban pertanyaan Anda di artikel ini, silahkan klik.]

  6. Salam damai dalam nama Kristus,

    Saya tergoda untuk bertanya sbb:
    Gereja Roma Katolik menyatakan bahwa tahta Bapa Suci adalah penerus Tahta Petrus Rasul dan rasul Petus telah dipilih Tuhan sebagai pemimpin dari para rasul yang lain, sehingga persatuan dengan rasul Petrus adalah persatuan dengan Bapa Suci sebagai pengganti Petrus.
    Tetapi dalam sejarahnya Rasul Petrus juga menjadi Uskup pertama di antiokhia, yang sampai sekarang diteruskan oleh Patriakh Ignatius IV, yang jadi pertanyaan saya, bukankah tahta Petrus di antiokhia, ( gereja di Anthiokia) juga sesuai dengan sabda Tuhan ” …di atas batu karang ini akan Kudirikan gerejaKu…” dalam arti bukan gereja Roma saja yang didirikan di atas Petrus tetapi gereja di Antiokhia juga didirikan di atas Petrus.
    mohon tanggapannya, terima kasih. GBU

    • Shalom Justin,
      Mat 16:18 yang mengatakan ” …di atas batu karang ini akan Kudirikan GerejaKu…”, itu mengacu kepada Petrus dan imannya akan Kristus. Nah misi Rasul Petrus, seperti yang dikatakannya, adalah juga mewartakan Injil baik kepada orang Yahudi, maupun bangsa-bangsa lain, agar mereka juga percaya kepada Kristus (Kis 15:7). Maka Rasul Petrus dan juga Paulus bersama-sama mendirikan Gereja di Roma, yang dianggap sebagai pusat dunia pada saat itu, agar Injil dapat diwartakan ke seluruh ujung bumi, sesuai dengan amanat Yesus (Mat 28:19-20). Saya baru saja sekilas membahas mengenai hal ini di jawaban ini, silakan klik.

      Dengan demikian, peran Patriarkh Antiokhia tentu juga mempunyai hubungan dengan Petrus, namun tidak dapat dikatakan gereja Antiokhia lalu menjadi pusat yang sama dengan Roma. Jika kita membaca sejarah Gereja, dan tulisan para Bapa Gereja, kita akan mengetahui bahwa sepanjang sejarah Gereja Roma, -yang dipimpin oleh Rasul Petrus dan para penerusnya- mempunyai otoritas atas gereja-gereja lainnya. Karena jika ada permasalahan, ataupun ajaran sesat di kawasan gereja tertentu, maka Gereja di Roma selalu yang dihubungi untuk memberi penyelesaiannya. Hal ini sudah dapat kita ketahui terjadi di abad awal, melalui surat Rasul Clemens (Paus yang ke-4) dalam surat pertamanya kepada jemaat di Korintus (96) dan surat St. Ignatius kepada jemaat di Roma (106). Tulisan-tulisan Bapa Gereja di abad-abad berikutnya juga mendukung kedudukan otoritas Paus (penerus Rasul Petrus) di Roma.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  7. Saya ingin bertanya tentang arti Limbas Infantium.
    Dan siapa siapa sajakah yang berada di sana?
    Trima kasih atas penjelasannya
    Salam Damai

  8. Pak Stef dan Bu Ingrid, Salam. Perkenankanlah saya bertanya mengenai dasar pendirian Hirarki Gereja. Dalam keterangan mengenai kuasa Petrus sebagai pemimpin para rasul dikutipkan Mat 16:18. Namun seorang teman Protestan menyangkalnya sebagai pendirian hirarki, selain bahwa paling tidak Petrus dipercaya sebagai pemimpin para rasul. Bagaimana diterangkan bahwa hal itu menjadi dasar pendirian hirarki Gereja? Demikianlah pertanyaan saya. Maju terus Katolisitas. Selamat Natal 2009 dan Tahun Baru 2010. Shalom. Isa Inigo

    • Shalom Isa Inigo,
      Sebenarnya jawaban singkatnya adalah, karena Rasul Petrus telah ditunjuk sebagai Batu Karang, tempat Yesus mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18) dan Yesus berjanji bahwa akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman (Mat 28:19-20), dan bahwa maut tidak akan menguasainya (artinya Gereja-Nya tidak akan dibiarkannya tersesat oleh kuasa Iblis) maka konsekuensinya Yesus pasti menyertai Petrus dan para penerus Petrus demi penggenapan janji-Nya itu. Sebab kalau janji Yesus itu hanya diberikan kepada Petrus, dan tidak kepada para penggantinya, artinya, Gereja bisa disesatkan, dan ini bertentangan dengan perkataan Yesus sendiri di Mat 16:18.

      Jadi dengan ayat Mat 16:18, maka Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul dan para pengikut-Nya yang lain, yaitu Gereja. Dengan kepemimpinan Petrus ini, maka kita ketahui Yesus menginginkan adanya seorang pemimpin yang mewakili-Nya untuk memimpin umat-Nya. Lalu di ayat yang lain seperti Yoh 20:22-23, kita mengetahui bahwa Yesus memberikan kuasa mengampuni dosa kepada para rasulnya, dan ini tidak diberikannya kepada sembarang pengikut-Nya yang lain. Kita juga mengingat bagaimana Yesus mengutus ketujuh puluh murid untuk mewartakan Injil. Maka ini juga salah satu yang menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus membagikan rahmat-Nya dengan melibatkan perantaraan para rasul dan para murid-Nya yang tertentu. Dengan logika yang telah disebutkan di atas, kuasa ini diberikan juga kepada para penerus Rasul dan murid tersebut, sebab tidak semua orang yang percaya kepadaNya hidup pada masa para rasul dan para murid tersebut.

      Selanjutnya, sabar ya, kami memang dari dahulu bermaksud menampilkan artikel tentang Bapa Paus, namun kelihatannya belum terpenuhi sampai sekarang, yang ada hanya beberapa tanya jawab tentang infalibilitas dan Magisterium. Siakan anda membaca tanya jawab tentang hal-hal tersebut dahulu dari yang sudah ada di situs ini, dan jika masih ada yang belum terjawab, mohon bersabar dulu sampai kami dapat menuliskannya dalam artikel Paus yang lebih lengkap.

      Walaupun sedikit terlambat, saya dan Stef juga mengucapkan Selamat Natal 2009 dan Tahun Baru 2010.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid & Stef- http://www.katolisitas.org

      • Terima kasih Bu Ingrid atas jawaban mengenai Hirarki Gereja Katolik yang didirikan Kristus. Hal ini akan saya jadikan bahan dialog dengan teman-teman protestan dan agama-agama lain agar saya pun belajar mempertanggungjawabkan apa yang saya imani dengan hormat dan lemah lembut. Dengan adanya http://www.katolisitas.org yang dilayani Pak Stef dan Bu Ingrid serta romo-romo, saya merasa percaya diri dan jauh lebih baik dalam menjawab pertanyaan dari sahabat-sahabat khususnya dari teman yang beragama Protestan dan Islam. Saya merasa bahwa setelah saya mengutarakan jawaban dari katolisitas, mereka jauh lebih hormat pada iman Katolik karena orang Katolik sendiri tahu apa yang diimani, dan saya pun sebagai orang Katolik makin percaya dan berani dengan kasih mewartakan apa yang saya imani. Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Katolisitas. Saya mendoakan agar Katolisitas berkembang, mungkin saja tak hanya menjadi website yg bagus, tetapi berkembang lebih jauh lagi dan makin bermanfaat, menjangkau makin banyak orang. Setelah Pak Stef dan Bu Ingrid kembali ke Indonesia, tentu akan lebih banyak pelayanan yang yang menunggu Pak Stef dan Bu Ingrid di samping pekerjaan pokok. Saya doakan agar Pak Stef dan Bu Ingrid tetap sehat. Shalom: Isa Inigo

        • Shalom Isa Inigo,
          Terima kasih atas doa dan dukungan anda terhadap Katolisitas. Kami bersyukur kepada Tuhan, jika situs ini bisa membantu anda dan para pembaca yang lain, dan tentu kami juga bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, telah memperkenalkan kami dengan begitu banyak saudara/i dalam Kristus melalui situs ini. Sungguh, Tuhan dapat memakai banyak cara untuk mempersatukan umat-Nya dalam kasih.
          Semoga Tuhan juga memberkati karya kerasulan yang anda lakukan sehari-hari. Salam hangat kami untuk anda sekeluarga dan kerabat anda.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid & Stef – http://www.katolisitas.org

      • Shalom Ibu ingrid,
        Kalau Petrus memang menjadi kepala para rasul jaman Yesus, bagaimanakah dia mengatur para rasul dgn dogma2 & aturan2 yang harus ditetapkan & pusat Gereja harus di Roma, padahal yang saya baca di yerusalem tempat para rasul berkumpul & bila ada perkara2 yang sulit dijawab oleh jemaat maka harus dibawa ke yerusalem untuk diberi jawaban yang sesuai dgn firman Tuhan. Dan apakah Petrus juga mengatur ttg liturgi, tata gereja & aturan lainnya kepada para rasul lain mengingat jaman itu belum ada administrasi yang baik bahkan gereja mula2 adalah tidak resmi & sering dikejar2 pemerintah roma. Dan pula para rasul memberitakan injil [setahu saya] tidak sperti ajaran katolik tp memberitahukan Yesus yang tersalib & bangkit kmengalahkan maut & mengampuni dosa serta memberi keselamatan.

        • Shalom Budi Yoga,

          Jika kita mempelajari Kitab Suci, fakta sejarah dan tulisan para Bapa Gereja, kita akan mengetahui bahwa Rasul Petrus memimpin Gereja yang dimulai di Yerusalem pada sekitar tahun 33-37. Namun kemudian, Petrus berkeliling mewartakan Injil -tidak hanya di Yerusalem- sebab Kristus berpesan, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (lih. Kis 1:8). Maka Rasul Petrus dan Paulus menaati perintah Yesus ini, dengan melakukan perjalanan ke daerah-daerah di luar Yerusalem untuk memberitakan Injil. Mereka mendirikan Gereja di Roma, seperti kesaksian para Bapa Gereja, terutama St. Irenaeus (dalam Against Heresies 3,3, 2-3, in ANF 1:415-16). Rasul Petrus dan Paulus kemudian dibunuh sebagai martir di sana, dan hasil ekskavasi mengkonfirmasi keotentikan penemuan tersebut, "Ekskavasi menunjukkan bahwa Petrus dihukum mati di daerah Vatikan." (lihat. Oscar Cullmann, Peter, Disciple, Apostle, Martyr, Philadelphia: Westminster Press, 1953, p, 152).

          Bahwa Rasul Petrus melakukan perjalanan pewartaan Injil ke Roma (yang saat itu juga disebut sebagai Babilonia), bukanlah sesuatu yang aneh, karena pada saat itu Roma dianggap sebagai pusat dunia, sehingga penginjilan ke sana adalah bentuk pelaksanaan perintah Kristus untuk memberitakan Injil sampai ke ujung dunia. Bukti bahwa Rasul Petrus pergi ke Roma kita ketahui dari tulisannya sendiri (lih. 1 Pet bukti sejarah dan tulisan para Bapa Gereja yang mengatakan demikian, seperti yang ditulis oleh Stef di sini, silakan klik.

          Demikian daftar perjalanan Rasul Petrus, menurut para ahli sejarah, dan juga berdasarkan Alkitab (sumber: Warren Carroll, The Founding of Christendom, A History of Christendom, vol.1., Front Royal, Va: Christendom College Press, 1985, p. 422:

          Pelayanan Apostolik St. Petrus (30-67)

          Tahun 30 Kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus, Pentakosta
          30-37 Petrus memimpin Gereja di Yerusalem.
          38-39 Perjalanan Petrus di Samaria dan di pantai Palestina.
          40-41 Petrus di Antiokhia
          42 Dipenjara di Yerusalem, dibebaskan, dan keberangkatan ke tempat lain
          42-49 Persinggahan yang pertama di Roma
          49 Diusir dari Roma oleh edict Claudius yang menentang kaum Yahudi
          49-50 Di Yerusalem, dalam Konsili Apostolik [seperti tertulis dalam Kis 15].
          50-54 Di Antiokhia, Bitinia, Pontus, Asia dan Kapadokia
          54-57 Persinggahan yang kedua di Roma: Injil Markus ditulis di bawah pengarahan Petrus
          57-62 Di Bitinia, Pontus dan Kapadokia, Markus di Alexandria, Mesir
          62-67 Persinggahan yang ketiga di Roma, menuliskan surat 1 Pet dan 2 Pet Markus ada bersama Petrus di Roma.
          67 Dibunuh sebagai martir di Roma, dikuburkan dekat Nekropolis di Vatikan.

          1. Maka benar jika dikatakan Yerusalem adalah tempat pertama Gereja terbentuk dan di Yerusalemlah pertama kali diadakan Konsili Apostolik untuk membahas perkara-perkara sulit dalam Gereja, seperti masalah sunat bagi kaum non- Yahudi. Hal ini dicatat dalam Kisah para Rasul (lih. Kis 15). Kita ketahui bahwa Petrus berbicara untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan setelah ia menjelaskan, maka semua terdiam (Kis 15: 12). Keputusan Petrus ini kemudian diulangi dan ditegaskan oleh Yakobus.

          Selanjutnya memang Petrus tidak menetap di Yerusalem, sesuai dengan perutusannya yang tidak hanya terbatas kepada bangsa Yahudi, sebab Allah memilihnya (bersama dengan Rasul Paulus), supaya dengan perantaraan mereka bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (Kis 15:7; Kis 9:15). Maka bahwa kedua Rasul ini menuju Roma tidaklah menjadi sesuatu yang aneh, dan bahwa kemudian keduanya meletakkan dasar pendirian Gereja di Roma, yang menjadi pusat dunia, agar berita Injil dapat diberitakan ke seluruh ujung bumi sesuai dengan amanat Kristus (lih. Mat 28: 19-20).

          Kemudian, dari tulisan para Bapa Gerejalah kita mengetahui bahwa sejak didirikan, Gereja Roma telah mempunyai otoritas atas gereja- gereja yang lain. Ini sesuai dengan perkataan Yesus sendiri yang mendirikan Gereja-Nya atas Rasul Petrus (Mat 16:18). Selanjutnya tentang topik ini saya mohon kesabarannya, sebab akan saya tuliskan dalam artikel terpisah.

          2. Perlu diketahui bahwa sakramen, tata liturgi dan tata aturan Gereja lainnya, tidak semata-mata ditentukan oleh Rasul Petrus. Sakramen- sakramen itu didirikan oleh Kristus sendiri, dan sudah mulai diterapkan pada jaman jemaat awal oleh para rasul, hanya mungkin saja ritual bakunya tidak persis seperti sekarang. Ingatlah bahwa sebelum Petrus ke Roma, para rasul sudah sering bersekutu sejak kenaikan Yesus ke surga. Di sinilah awal mulanya terbentuk tata ibadah Gereja seperti yang ada dalam Gereja Katolik, yaitu: pengajaran para rasul, persekutuan, pemecahan roti dan doa (lih. Kis 2:42).

          Tata perayaan Misa Kudus yang terbagi menjadi 2 bagian (liturgi Sabda dan Ekaristi) sebetulnya mempunyai akar dari ajaran Kristus sendiri pada saat Ia menampakkan diri kepada dua murid-Nya di Emmaus (lih. Luk 24: 13-35); di mana Yesus menjelaskan Kitab Suci, baru kemudian memecahkan roti. Hal ini yang sampai sekarang diterapkan dalam Misa Kudus. Sedangkan untuk pengembangan tata liturgi yang lebih detail dapat dilihat dalam tulisan Bapa Gereja, seperti yang dituliskan oleh St. Yustinus Martir (100-165), yang menuliskan jalannya liturgi Baptis dan liturgi Ekaristi dalam bukunya First Apology, bab 61-67, (lihat. Cyril Richardson, Early Christian Fathers, New York, A Touchstone: Simon & Schuster, 1996, p. 282, 288). Ajaran tentang Ekaristi ini dituliskan juga oleh St. Ignatius Martir (35-98) yang adalah murid langsung dari St. Yohanes dan juga St. Irenaeus (180) yang adalah murid St. Polykarpus, yang juga adalah murid Rasul Yohanes. Ajaran inilah yang diteruskan dengan setia oleh Gereja Katolik sampai sekarang.

          3. Maka jika kita membaca tulisan-tulisan para Bapa Gereja, maka kita ketahui bahwa pengabaran Injil dari para rasul, tidak hanya dalam bentuk pewartaan sabda, tetapi juga dalam bentuk "pemecahan roti" atau perayaan Ekaristi. Keduanya ini, baik pewartaan sabda maupun Ekaristi, berpusat pada Kristus dan mewartakan Kristus yang tersalib dan bangkit mengalahkan maut untuk menyelamatkan manusia. Silakan anda membaca artikel Sudahkah kita pahami Ekaristi, silakan klik dan Ekaristi Sumber dan Puncak Kehidupan Kristiani, silakan klik, untuk melihat dasar Alkitab dan pengajaran Bapa Gereja tentang Ekaristi, yang tidak lain adalah menghadirkan kembali Misteri Paska Kristus yang satu-satunya itu: yaitu wafat-Nya di salib, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, agar kita yang mengambil bagian di dalamnya dapat beroleh rahmat Allah yang tercurah melalui kurban Kristus itu.

          Jadi, tulisan para Bapa Gereja yang menghubungkan kita dengan pengajaran para rasul, menyampaikan kepada kita bahwa pewartaan Injil sejak Gereja awal tidak pernah terlepas dari perayaan Ekaristi, yang menjadi puncaknya. Karena di dalam Ekaristi umat menerima Kristus sendiri yang hadir di dalamnya, sama seperti ketika Ia menampakkan diri di Emmaus. Maka, tidak benar bahwa pengabaran para rasul tidak seperti ajaran Katolik. Justru sebaliknya, Gereja Katolik menjaga dengan setia pengajaran para rasul dalam pewartaaan Injil, yaitu tidak hanya melalui pendengaran akan Sabda, tetapi juga dengan menyambut kehadiran Sang Sabda tersebut dalam rupa hosti dan anggur. Dengan demikian pewartaan Kristus yang telah wafat dan bangkit, mengampuni dosa dan memberi keselamatan, dapat sungguh-sungguh dialami oleh semua umat beriman. Sebab Kristus Tuhan kita yang mengatasi ruang dan waktu, hadir kembali di tengah kita oleh kuasa Roh Kudus-Nya, supaya kitapun dapat mengalami berkat dan rahmat-Nya seperti halnya yang tercurah atas mereka yang hidup pada jaman Ia hidup di dunia.

          Demikian Budi, semoga keterangan di atas ini dapat sedikit memberikan gambaran atas pentingnya pemahaman kita atas Tradisi para Rasul, agar kita dapat semakin memahami ajaran Kristus dan pewartaan Injil-Nya.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  9. Mohon maaf kalau OOT.
    Marilah kita membiasakan diri untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kata yang sering salah penggunaannya adalah kata DARI dan DARIPADA, seperti pada kalimat diatas:
    “apa berarti Petrus lebih tinggi DARI Yesus?”
    “bukan berarti Eliakim menjadi “lebih tinggi DARI” Raja Daud”
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia seharusnya kata (yang huruf besar) yang lebih tepat adalah “DARIPADA”:
    “da·ri·pa·da p kata depan untuk menandai perbandingan: buku ini lebih bagus — buku itu”
    (sumber Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/)

    Dalam bahasa Inggris “DARIPADA” = THAN dan “DARI” = OF.
    Jika kita salah memakai kata tersebut maka terjemahan ke bahasa asing lain (misal bahasa Inggris) menjadi kacau dan mengaburkan arti yang dimaksud sebenarnya.
    Sayapun masih sering salah dan belum menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tapi mari kita mulai membiasakan diri. Terima kasih.
    Shalom,

    • Shalom Abin,
      Terima kasih atas masukan anda. Ya, yang benar adalah “daripada”/ than dan bukannya “dari”/ from. Jadi yang benar adalah:
      “bukan berarti Eliakim menjadi “lebih tinggi daripada” Raja Daud.”
      “kuasa yang diberikan oleh Yesus kepada Rasul Petrus juga tidak membuat Petrus lebih tinggi daripada Yesus.”
      Saya sudah memperbaikinya dalam artikel di atas.
      Sekali lagi terima kasih.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  10. bu inggrid, saya menemukan bahasa yunani dari Matius 16:19 di situs http://www.sarapanpagi.org/batu-dasar-jemaat-vt381.html
    ____________________________________________________________________________________

    16:19 LAI TB, Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

    KJV, And I will give unto thee the keys of the kingdom of heaven: and whatsoever thou shalt bind on earth shall be bound in heaven: and whatsoever thou shalt loose on earth shall be loosed in heaven.

    TR, και δωσω σοι τας κλεις της βασιλειας των ουρανων και ο εαν δησης επι της γης εσται δεδεμενον εν τοις ουρανοις και ο εαν λυσης επι της γης εσται λελυμενον εν τοις ουρανοις

    Translit Interlinear, kai {dan} dôsô {Aku akan memberikan} soi {kepada mu} tas kleis {kunci-kunci} tês basileias {Kerajaan} tôn ouranôn {Surga} kai {dan} ho ean {(apa saja yang)} dêsês {engkau ikat} epi {di atas} tês gês {bumi} estai dedemenon {(akan diikat/ akan dilarang)} en {di} tois ouranois {surga} kai {dan} ho {(apa saja)} ean lusês {engkau melepaskan} epi {di atas} tês gês {bumi} estai {akan menjadi} lelumenon {terlempas} en {di} tois ouranois {surga}
    ____________________________________________________________________________________

    ternyata dari bahasa Yunaninya, Kunci yg diberikan kepada Petrus, tidak hanya 1 (yaitu kunci-kunci). Siapa saja yg bisa menerima kunci-kunci ini?

    • Shalom Alexander Pontoh,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Mt 16:19. Memang di beberapa terjemahan, seperti RSV, NASB, KJV menggunakan kata “keys” (jamak dari key), yang sesuai dengan Yunani (kleis, G2807). Dan kata “keys” ini juga dipakai di Why 1:18.

      Mari kita melihat Mt 16:18-19, yang mengatakan:

      18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
      19 Kepadamu akan Kuberikan kunci (kunci-kunci) Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.

      Kata-kata yang saya garis bawah di atas merujuk kepada orang yang sama, yaitu Petrus. Kunci atau kunci-kunci melambangkan otoritas, sama seperti yang dipakai di Yesaya 22:22, yang mengatakan “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.” Dalam Yesaya, otoritas ini atau kunci ini diberikan kepada Elyakim bin Hilkia (lih Yes 22:20) dan dalam Mt 16:19, kunci (kunci-kunci) ini diberikan kepada Petrus.

      Oleh karena itu, kita tidak perlu memperdebatkan kunci atau kunci-kunci, namun kepada siapa kunci atau kunci-kunci tersebut diberikan. Dan kunci atau kunci-kunci tersebut diberikan oleh Yesus kepada satu orang, yaitu Petrus. Dan di ayat Mt 16:18 dikatakan bahwa Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang (Petra, feminim dari Petros), yang mengacu kepada Petrus. Para rasul yang lain dapat saja menjadi batu dasar yang lain, seperti yang disebutkan di Why 21:14, namun Yesus hanya mendirikan Gereja-Nya dan memberikan kunci (kunci-kunci) – yang melambangkan otoritas penuh – kepada Petrus (tunggal) dan bukan kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain. Tanya jawab yang lain, yang berhubungan dengan hal ini, dapat dibaca di sini (silakan klik). Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  11. saya masih ada pertanyaan ttg kunci. ini pertanyaan saya sendiri.
    jadi… kunci itu sebetulnya kuasa. apa mungkin seperti surat kuasa diatas materai kalau di jaman modern ini?

    jadi… ketika Yesus berkata “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga” kepada Petrus, berarti Yesus memberikan wewenang (hanya) kepada Petrus untuk mengatur / mengepalai Gereja. Hanya saja Yesus tidak menulis Surat Kuasa diatas materai yg diberikannya kepada Petrus.

    saya menangkap maksudnya begini, salah kah saya?
    apakah kerajaan Sorga = Surga? seingat saya, dulu guru agama katolik saya di sekolah mengatakan kalau kerajaan surga jangan dibayangkan ada temboknya, ada rajanya, ada tentaranya tetapi kerajaan surga adalah (saya agak lupa, ini seingat saya) perkumpulan orang (Gereja) yg memiliki damai suka cita di dunia ini (bumi)

    apakah kunci Kerajaan Sorga untuk membuka dan menutup pintu kerajaan Sorga?
    Jadi… jika kepada Petrus diberikan kunci (yaitu wewenang mengatur / mengepalai Gereja) apa berarti Petrus lebih tinggi dari Yesus?
    Alexander

    [Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.