[Hari Minggu Biasa X: 1Raj 17:17-24; Mzm 30:2-13; Gal 1:11-19; Luk 7:11-17]
Setelah sekian minggu kita merayakan perayaan khusus, kini liturgi menyebut hari Minggu ini sebagai “Minggu Biasa.” Meskipun demikian, hari Minggu bagi kita tidaklah menjadi hari yang biasa-biasa saja, meskipun disebut Minggu biasa. Pasalnya adalah, karena Tuhan kita adalah Allah yang luar biasa. Ia luar biasa dalam banyak hal, namun terutama dalam berbelas kasih. Ia melindungi, menyembuhkan dan bahkan membangkitkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Bacaan Pertama dan Injil mengisahkan bagaimana Allah membangkitkan orang yang sudah mati tubuhnya. Namun demikian, secara lebih luas Allah juga membangkitkan orang yang mati rohaninya, yaitu dari kehidupan lamanya untuk masuk dalam kehidupan yang baru di dalam Kristus Yesus Putra-Nya. Ini terjadi pada Rasul Paulus, yang kita dengar di Bacaan Kedua. Bacaan-bacaan ini mengajak kita melihat ke dalam kehidupan kita masing-masing, untuk melihat betapa Allah telah selalu menyertai dan selalu peduli dengan segala pergumulan hidup kita. Ia “menarik kita ke atas” (lih. Mzm 30:2) untuk meluputkan kita dari para “musuh” kita, entah itu ketakutan, kejahatan, kesedihan, keputusasaan, dan sejenisnya. Ia peduli dan murah hati kepada kita yang menaruh harap kepada-Nya.
Dalam Bacaan Injil, tertulis kisah bagaimana Tuhan Yesus membangkitkan seorang pemuda yang telah meninggal di Nain. Dikisahkan bahwa ketika Yesus masuk ke kota, ada iring-iringan orang banyak yang menyertai usungan jenazah pemuda itu. Ia adalah anak tunggal dari seorang janda. Melihat itu, hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Yesus peduli pada kesusahan janda itu yang telah kehilangan anak satu-satunya yang menjadi tumpuan hidupnya. Yesus tidak menunggu rombongan itu untuk lewat di hadapan-Nya tetapi Ia yang menghampirinya. Di Injil tertulis, “Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya,” dan kemudian Yesus membangkitkan pemuda itu dengan berkata, “Bangkitlah” (Luk 7: 14). Cara ini tentu sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh Nabi Elia ketika membangkitkan anak janda di Sarfat. Nabi Elia “membujurkan badannya di atas anak itu tiga kali” dan berseru kepada Tuhan agar membangkitkan anak itu (lih. 1Raj 17:17-24). Namun Yesus hanya “menyentuh” usungan jenazah itu. Dan dengan otoritas-Nya sendiri, Yesus berkata “bangkitlah” kepada jenazah itu, dan jenazah itu hidup kembali. Ini adalah salah satu mukjizat besar yang membuka mata kita akan ke-Allah-an Yesus. Sebab tak pernah ada seorang pun yang dapat melakukan hal seperti ini, jika ia bukan sekaligus juga adalah Tuhan. Para nabi ataupun orang kudus yang melakukan mukjizat membangkitkan orang mati, melakukannya atas kuasa Allah, namun Kristus, atas kuasa-Nya sendiri. Melihat perbuatanNya yang ajaib ini, “Semua orang itu ketakutan, dan mereka memuliakan Allah sambil berkata… Allah telah mengunjungi umat-Nya!” (Luk 7:16) Sesungguhnya, jika seseorang membaca Kitab Suci dengan hati yang jujur, tentunya ia akan melihat betapa melalui kejadian ini Tuhan Yesus telah menyatakan ke-Allahan-Nya, tanpa perlu berkata, “Aku ini Allah”. Permenungan Injil hari ini membuka mata hati kita akan kemahakuasa-an Tuhan Yesus, namun juga kerahiman-Nya yang tak terbatas. Tuhan kita adalah Allah mahabesar yang mengatasi segalanya—namun juga maha-menyertai—yang ada di tengah-tengah kita dan peduli akan kesusahan umat-Nya.
Dalam kepedulian-Nya, sampai sekarang Yesus masih terus “menyentuh” kita untuk membangkitkan dan memulihkan kita, entah dari kematian rohani, yaitu dari dosa-dosa kita, ataupun dari segala penyakit dan luka-luka di batin kita. St. Sirilus mengatakan, “Ia [Yesus] melakukan mukjizat tersebut tidak hanya dengan perkataan, tetapi juga dengan menyentuh usungan jenazah itu, untuk tujuan agar kamu dapat tahu bahwa Tubuh Kristus yang kudus itu berkuasa untuk menyelamatkan pemuda itu. Sebab Tubuh itu adalah Tubuh Kehidupan dan Sabda mahakuasa yang menjadi daging, yang menjadi Empunya kuasa tersebut. Sebab seperti besi yang dikenakan ke api menjadi panas seperti api, demikian juga daging, ketika disatukan dengan Sabda yang menghidupkan segalanya, ia [Tubuh itu] sendiri juga menghidupkan dan menghalau kematian” (St. Cyril, in Catena Aurea, Luk 7:11-17). Mari kita mengingat akan perlindungan dan pertolongan Tuhan yang telah terus menerus kita terima di sepanjang hidup kita. Mari kita bersyukur dan memuji Tuhan untuk segala kebaikan dan kepedulian-Nya kepada kita. Tuhan Yesus adalah Tuhan yang sama yang bersabda, “Jangan menangis!” (Luk 7:13), sebab Ia akan memberikan yang terbaik kepada kita. Di saat kita menerima Tubuh Kristus dalam perayaan Ekaristi hari ini, marilah kita rasakan dan alami, sentuhan tangan Sang Putra Allah itu, yang berkata, “Bangkitlah!” agar kitapun dapat bangkit mengikuti Dia, dan menjadi seorang yang juga peduli kepada kesusahan sesama kita.
“Tuhanlah kekuatanku, pelindung dan pembebasku, Allah dan penolongku…. Engkau yang selalu peduli akan kesusahan umat-Mu, aku bersyukur dan memuliakan Engkau!”