I. Iman kita kepada Kristus yang bangkit dapat membangkitkan.
Kitab Kejadian menggambarkan hukuman akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa, yaitu ketika Tuhan berkata “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kej 3:19) Dari sini kita melihat bahwa kematian merupakan konsekuensi dari dosa. Gereja Katolik menegaskan hal yang sama, bahwa kematian adalah akibat dari dosa (KGK, 1008; GS, 18). Drama kematian inilah yang terjadi pada peristiwa kematian Lazarus. Namun, di dalam Kristus tidak ada kematian, melainkan orang yang percaya akan dibangkitkan. Dan pada drama kebangkitan Lazarus inilah, Yesus secara tidak langsung membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan, yang berkuasa atas hidup dan mati, karena Ia adalah Kebangkitan dan Hidup (lih. Yoh 11:25). Paus Benediktus pada surat gembala Prapaskah kepausan 2011 menuliskan:
“Pada Hari Minggu Kelima, ketika diwartakan pembangkitan Lazarus, kita diperhadapkan kepada misteri terakhir dari keberadaan kita: “Akulah kebangkitan dan kehidupan … Percayakan engkau akan hal itu?” (Yoh. 11:25-26). Bagi Komunitas Umat Beriman Kristiani inilah saatnya untuk dengan tulus-ikhlas,─bersama dengan Martha,─ menaruhkan segenap harapannya kepada Yesus dari Nazaret itu: “Ya, Tuhan, saya percaya, bahwa engkaulah Kristus, Putra Allah, yang datang ke dalam dunia ini” (Yoh. 11:27). Persekutuan dengan Kristus di dalam hidup ini, mempersiapkan kita untuk dapat mengatasi batas-batas kematian, sehingga kita masuk ke dalam hidup abadi bersama dengan Dia. Iman kepercayaan kepada kebangkitan orang mati dan harapan akan kehidupan kekal itu membuka mata kita kepada arti makna yang terdalam dari keberadaan kita: Allah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk kebangkitan dan kehidupan, dan kebenaran ini memberikan arti yang otentik dan pasti kepada sejarah manusia, kepada kehidupan pribadi dan sosial laki-laki dan perempuan, kepada budaya, politik dan ekonomi. Tanpa terang iman itu, segenap jagat-raya akan berakhir, tertutup dalam liang kubur dan tidak akan ada lagi masa depannya, tidak akan ada lagi harapannya.“
Dalam terang iman Kristen inilah, maka kita memperoleh pengharapan akan kehidupan yang baru bersama Kristus. Cerita Lazarus yang dibangkitkan oleh Kristus, yang adalah kebangkitan dan hidup, yang kemudian bangkit dari antara orang mati, menjadikan iman kita tidaklah sia-sia (lih. 1Kor 15:14). Sama seperti Lazarus, kita juga sering mati karena dosa. Dan pembebasan dari kematian akibat dosa hanya mungkin kalau Kristus memberikan rahmat-Nya dan pada saat yang bersamaan, kita mau keluar dari kegelapan dosa menuju terang.
II. Bacaan minggu ke-lima masa Prapaskah
Pada bacaan minggu ke-lima masa Prapaskah, kalender Gereja Katolik memberikan bacaan dari Yeh 37:12-14; Maz 13-:1-8; Rom 8:8-11; Yoh 11:1-45 atau Yoh 11:3-7,17,20-27,33-45. Berikut ini adalah bacaan dari Yoh 11:1-45:
(1) Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. (2) Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.
(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” (4) Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus.(6) Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; (7) tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” (8) Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?” (9) Jawab Yesus: “Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. (10) Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.”
(11) Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” (12) Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; (15) tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.” (16) Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.”
(17) Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. (18) Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. (19) Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
(20) Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. (21) Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. (22) Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” (23) Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” (24) Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” (25) Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (27) Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”(28) Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.” (29) Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. (30) Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. (31) Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. (32) Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” (33) Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: (34) “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” (35) Maka menangislah Yesus.
(36) Kata orang-orang Yahudi: “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!” (37) Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?” (38) Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.
(39) Kata Yesus: “Angkat batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.” (40) Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (41) Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. (42) Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” (44) Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” (45) Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
III. Telaah ayat Yoh 11:1-45
a. (Ayat 1- 5) Latar belakang perikop: Menceritakan tentang Lazarus, orang yang dikasihi Yesus sedang sakit. Lazarus ini adalah saudara dari Marta, adik dari Maria – yang pernah meminyaki kaki Yesus dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Maria dan Marta kemudian mengirimkan berita kepada Yesus, bahwa Lazarus sakit. Setelah Yesus mendengar bahwa orang yang dikasihi-Nya – Lazarus – sakit, maka Yesus sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Dia berada. Dia menegaskan bahwa penyakit yang diderita Lazarus tidak akan mendatangkan kematian, namun akan mendatangkan kemuliaan.
b. (ayat 6-10) Yesus mengajak para murid untuk mengunjungi Lazarus di Betania: Setelah Yesus memutuskan untuk tinggal dua hari lamanya, maka Yesus kemudian mengajak para rasul untuk mengunjungi Lazarus di Betania. Yesus yang tadinya menyingkir dari Yudea ke daerah sungai Yordan, kemudian mengajak para rasul ke Betania, sekitar 2 mil (sekitar 3 km) dari Yerusalem. Pernah mengalami akan dilempari batu, maka murid mencoba memperingatkan Yesus untuk tidak kembali ke daerah Yudea.
c. (ayat 11-16) Percakapan Yesus dengan murid-Nya: Pada bagian ini, Yesus menjelaskan bahwa Lazarus telah tertidur atau mati. Dan sekali lagi, Yesus menyatakan bahwa kematian Lazarus dapat berguna, sehingga para murid dan banyak orang akan semakin percaya.
d. (ayat 17-27) Percakapan Yesus dengan Marta: Ketika Yesus dan para rasul tiba di Betania, maka Lazarus telah empat hari berada di dalam kubur. Mendengar bahwa Yesus telah tiba, maka Marta bergegas menemui Yesus. Maria mengatakan bahwa kalau Yesus datang sebelumnya, maka Lazarus pasti tidak akan mati. Namun, Marta tetap menyatakan kepercayaannya kepada Yesus, Anak Allah (lih. ay.27). Dalam percakapan inilah Yesus menyatakan, bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup (ay.25), dan menyatakan bahwa Lazarus akan bangkit. Namun, Marta tidak menangkap dengan jelas, apakah Yesus akan membangkitkan Lazarus sekarang atau pada saat kebangkitan badan.
e. (ayat 28-35) Percakapan Yesus dengan Maria: Marta kemudian memberitahu Maria bahwa Yesus datang. Dengan bergegas Maria bertemu dengan Yesus, tersungkur di bawah kaki-Nya dan mengatakan hal yang sama bahwa kalau seandainya Yesus ada di situ, maka Lazarus tidak akan mati. Terdorong oleh perasaan kasih, maka Yesus turut menangis.
f. (ayat 36-38) Orang banyak berkomentar: Orang banyak yang menyaksikan Yesus menangis, mengatakan bahwa Yesus sungguh mencintai Maria dan saudara-saudaranya. Namun, orang banyak ini kemudian mempertanyakan mengapa Yesus yang telah melakukan begitu banyak mukjizat tidak dapat membangkitkan Lazarus dari mati.
g. (ayat 39-45) Yesus membangkitkan Lazarus: Kemudian Yesus pergi ke kubur, dan setelah berdoa, Yesus berbicara langsung dengan Lazarus untuk keluar dari kubur. Melihat mukjizat ini, maka banyak orang yang percaya kepada Yesus.
IV. Tafsir ayat Yohanes 11:1-41
a. (ayat 1-5) Sahabat-sahabat Yesus mengalami penderitaan
Perikop ini terjadi setelah orang-orang Yahudi ingin menangkap dan melempari Yesus dengan batu, karena mengatakan bahwa Dia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya menyingkir ke seberang Yordan, tempat Yohanes Pemandi membaptis (lih. Yoh 1:28), mungkin di Bethabara (the house of confidence atau rumah yang penuh keyakinan). Ketika berada di tempat inilah, maka datang utusan dari Maria dan Marta memberitahu Yesus, bahwa Lazarus, saudara Maria dan Marta, yang tinggal di Betania sedang sakit parah.
Betania, yang terletak sekitar 3 km dari Yerusalem, artinya adalah rumah penderitaan (the house of suffering) . Yesus juga beberapa kali tinggal di rumah Lazarus (lih. Yoh 12:1; Mt 21:17; Mk 11:1; Mk 11:11-12). Betania juga menjadi tempat tinggal Simon si kusta (lih. Mt 26:6; Mk 14:3).
Ada perdebatan di antara para ahli Alkitab, apakah Maria, saudara Lazarus adalah Maria Magdalena, atau Maria yang mengurapi kaki Yesus. Ada yang mengatakan sama, namun ada juga yang mengatakan bahwa ketiganya adalah tiga wanita yang berbeda. Tradisi Gereja Katolik mengatakan bahwa ketiga wanita ini mengacu kepada orang yang sama. ((Scott Hahn, Catholic Bible Dictionary (New York: Doubleday Religion, 2009), p.588-589))
Maria Magdalena: Magdala adalah salah satu kota di pinggiran danau Galilea, antara Tiberias dan Kapernaum. Yesus telah mengusir tujuh roh jahat dari Maria Magdalena (lih. Mk 16:9; Lk 8:2). Kita juga tahu bahwa dia adalah salah satu perempuan yang melayani rombongan Yesus (lih. Lk 8:2), yang juga salah seorang saksi mata dari penyaliban Kristus (lih. Mt 27:56; Mk 15:40; Yoh 19:25), penguburan Yesus (lih. Mt 27:61; Mk 15:47) dan juga saksi dari kubur yang kosong (lih. Mt 28:1-10; Mk 16:1-8; Lk 24:10), serta dia juga disebutkan secara spesifik dan sendiri dalam penampakan Yesus. (lih. Mk 16:9; Jn 20:1-18). Tradisi mengidentifikasikan Maria Magdalena dengan perempuan berdosa yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak (lih. Lk 7:36-50). Maria Magdalena ini adalah juga Maria, saudara Lazarus dan Marta dari Betania: yang dipuji oleh Yesus, yang memilih untuk bersimpuh diam di dekat kaki Yesus dan mendengarkan Yesus (lih. Lk 10:39-42). Dia menyaksikan kebangkitan Lazarus (lih. Yoh 11) dan juga adalah perempuan yang mengurapi kaki Yesus di Betania (lih. Yoh 12:3-8).
Dari latar belakang ini, kita dapat melihat bahwa Yesus memang mempunyai hubungan yang istimewa dengan Lazarus, Maria dan Marta. Itulah sebabnya, Maria dan Marta mengirimkan utusan bahwa orang yang Yesus kasihi – Lazarus – sedang sakit parah. Sungguh suatu pesan yang mempunyai konotasi suatu kepercayaan yang begitu besar. Pesan itu seolah-olah ingin mengatakan “Sudahlah cukup kalau Engkau mengetahui bahwa orang yang Engkau kasihi (Lazarus) sedang sakit. Dan kami percaya akan tindakan-Mu.” Dan dalam perikop ini juga ditegaskan bahwa Yesus memang mengasihi Maria, Marta dan Lazarus (ay.5)
Apakah kita juga mempunyai sikap yang percaya seperti Maria dan Marta, yang mempercayakan semua keputusan di tangan Yesus atau apakah kita mempunyai sikap yang memaksa bahwa Yesus harus melakukan apapun yang kita inginkan? Dalam hubungan yang berdasarkan kasih, maka sikap seperti Maria dan Marta inilah yang tepat, karena kasih senantiasa menginginkan yang baik bagi orang yang dikasihinya. Oleh sebab itu, kalau mereka percaya bahwa Yesus mengasihi mereka, maka juga percaya bahwa Yesus akan melakukan yang terbaik untuk Lazarus. Akankah kita yang mungkin sedang berada di Betania atau rumah penderitaan dapat menemukan Yesus yang berada di Bathabara, yang menjadi rumah yang penuh kepercayaan? Sahabat-sahabat Yesus telah membuktikan bahwa menaruh kepercayaan kepada Yesus pada saat menderita tidaklah sia-sia. Bagaimana dengan anda?
b. (ayat 6-10) Kasih menanggung segalanya.
Namun, apa yang dilakukan oleh Kristus yang mengasihi Lazarus yang sedang sakit? Bukannya cepat-cepat datang ke rumah Lazarus di Betania, namun, Dia justru seolah-olah menunda kedatangan, dengan tinggal di daerah itu selama dua hari lamanya (ay.6). Setelah dua hari, baru Yesus mengatakan bahwa Dia ingin kembali ke Yudea. Kalau Yesus mengasihi Lazarus, mengapa Dia seolah-olah menunda? Jawabannya adalah agar para murid percaya (ay.15), agar Marta mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (ay.27), supaya semua orang percaya kepada Yesus (45). Penundaan ini menjadi penting, karena Yesus ingin membuktikan bahwa Dia, yang adalah Allah benar-benar mampu membangkitkan Lazarus yang benar-benar telah mati. Kalau Yesus langsung datang, mungkin orang dapat memberikan argumentasi, bahwa Lazarus sebenarnya belum benar-benar mati. Namun, kalau telah empat hari (ay.39) Lazarus wafat dan telah mengeluarkan bau, maka tidak ada lagi orang yang dapat menyangkal bahwa Yesus membangkitkan orang yang telah mati. Dengan demikian, kemuliaan Allah dapat dinyatakan dengan sempurna (ay.40).
Selain ingin menyatakan kemuliaan Allah, Yesus yang mengasihi Lazarus tidak membiarkan orang yang dikasihi-Nya menderita. Oleh karena itu, Yesus mengatakan kepada para rasul “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” (ay.7) Namun, para murid mengingatkan Yesus, bahwa sebelumnya orang-orang Yahudi telah hendak menangkap (lih. Yoh 10:39) dan melempari Yesus dengan batu (lih. Yoh 10:30). Mungkin para murid juga ketakutan, bahwa mereka juga akan ditangkap dan juga dilempari batu.
Dan kemudian Yesus meyakinkan para murid, bahwa yang terpenting adalah berjalan bersama Yesus. Mungkin dalam ketakutannya, para murid lupa bahwa Yesus adalah terang dunia, dan barang siapa mengikuti Yesus tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan akan mempunyai terang hidup. (lih. Jn 8:12) Selama seseorang berjalan dalam terang, atau lebih tepatnya bersama dengan Sang Terang, maka kakinya tidak akan terantuk (ay.9).
c. (ayat 11-16) Penderitaan mendatangkan kemuliaan
Setelah menyatakan niat-Nya untuk kembali ke Yudea, Yesus kemudian menjelaskan bahwa Dia bukan kembali ke Yerusalem, namun ingin pergi ke Betania. Yesus mengatakan bahwa Dia ingin membangunan Lazarus yang tertidur. Para murid tidak mengerti mengapa Yesus ingin membangunkan orang yang tertidur biasa (lih. ay12-13), sehingga Yesus mengatakannya dengan lebih jelas, bahwa Lazarus telah meninggal (ay.15). St. Agustinus menekankan bahwa memang benar bagi para murid – yang tidak bisa membangunkan orang mati – maka Lazarus adalah mati. Namun, bagi Yesus, yang sungguh Allah dan penguasa kehidupan, maka Lazarus hanyalah tertidur. Sebagian dari orang tertidur mempunyai mimpi buruk dan sebagian lagi mempunyai mimpi indah. Demikian juga pada saatnya kita meninggal, setiap orang tertidur dan dibangkitkan harus mempertanggungjawabkan apa yang diperbuatnya.
Yesus mengatakan “tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya” (ay.15). Hal ini sama saja dengan mengatakan kalau beberapa hari yang lalu aku hadir di rumah Lazarus, maka aku akan menyembuhkan orang yang sakit. Namun, karena waktu itu Aku tidak hadir dan Lazarus telah mati, maka Aku dapat membangkitkannya dari kematian. Dan peristiwa yang luar biasa ini menjadi salah satu bukti bahwa Yesus adalah sungguh Allah, yang berkuasa terhadap kematian. Kemudian, Tomas atau Didimus mengajak teman-temannya untuk bersedia mati bersama Yesus (ay.16). Kita juga dipanggil seperti Tomas, yang mau melakukan apa saja bersama Yesus. Dan kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus: “Barangsiapa hendak mengikut Aku, maka ia harus menyangkal dirinya, memanggul salibnya dan mengikut Aku” (Mt 16:24).
d. (ayat 17-27): Yesus adalah kebangkitan dan hidup
Ketika Yesus tiba di kota Betania, maka Lazarus telah meninggal selama empat hari (ay.17). Mungkin satu hari diperlukan untuk menemukan Yesus, dan Yesus tinggal dua hari di seberang sungai Yordan (Bathabara), serta satu hari lagi perjalanan dari Bathabara ke Betania. Namun, yang jelas, Lazarus benar-benar telah meninggal. Dikatakan bahwa banyak orang Yahudi yang datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka. Dan dalam tradisi Yahudi, maka upacara kematian akan ada pemain musik dan orang-orang yang ramai menangis dengan keras dan bahkan mereka sering menggunakan orang yang pekerjaannya adalah menangis. Di tengah-tengah situasi inilah, Marta mendengar kedatangan Yesus dan dengan bergegas, Marta kemudian menemui Yesus (ay.20).
Marta menyatakan bahwa seandainya Yesus ada di situ, Lazarus pasti tidak akan mati, dan bahkan sekarangpun Allah akan memberikan segala sesuatu yang Yesus minta (ay.21). Dan Yesus menjawab “Saudaramu akan bangkit” (ay.22). Namun, jawaban Yesus dirasakan tidak terlalu tegas atau dapat mempunyai beberapa arti, karena Yesus tidak menyatakan kapan Lazarus akan dibangkitkan – apakah sekarang atau nanti. Kita juga sering mengalami hal seperti ini pada saat kita menuntut Yesus untuk memberikan jawaban yang jelas bagi kita, seperti: kapan, sekarang, nanti, bagaimana, dll. Namun Yesus tidak memberikan jawaban yang lengkap dalam menyatakan rencana-Nya. Dia akan memberikan jawaban tahap demi tahap sesuai dengan kondisi kehidupan kita. Pada saat kita menjalankan perintah-Nya, maka Dia kemudian akan memberikan pernyataan yang lain, sehingga lama-kelamaan kita masuk dalam kepenuhan rencana-Nya. Di sinilah perlunya iman, sehingga kita dapat percaya akan segala sesuatu yang Dia nyatakan, terutama dalam perintah-perintah-Nya, yang telah dinyatakan di dalam Kitab Suci maupun oleh Gereja Katolik.
Marta yang percaya akan kebangkitan badan, kemudian menjawab “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” (ay.24). Kemudian, Yesus mempertegas identitas-Nya, yaitu sebagai kebangkitan dan hidup. Yesus mengatakan “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Di ayat 25-26 ini, Yesus memberikan tiga pernyataan dan satu pertanyaan:
(a) Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Berarti Dialah yang berkuasa untuk membangkitkan dan menghidupkan. Yesus bukan mengatakan bahwa Dia dapat membangkitkan, namun kebangkitan dihubungkan dengan Diri-Nya, di mana tanpa Diri-Nya maka tidak terjadi kebangkitan bagi semua orang. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 994) menuliskan “Yesus menghubungkan iman akan kebangkitan itu dengan pribadi-Nya: “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25). Pada hari kiamat Yesus sendiri akan membangkitkan mereka, yang percaya kepada-Nya (Bdk. Yoh 5:24-25; 6:40.) yang telah makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya (Bdk. Yoh 6:54.). Dalam kehidupan-Nya di dunia ini Yesus telah memberikan tanda dan jaminan untuk itu, waktu Ia membangkitkan beberapa orang mati (Bdk. Mrk 5:21-42; Luk 7:11-17; Yoh 11.) dan dengan demikian mengumumkan kebangkitan-Nya sendiri, tetapi yang termasuk dalam tatanan yang lain. Kejadian yang sangat khusus ini Ia bicarakan sebagai “tanda nabi Yunus” (Mat 12:39), tanda kanisah (Bdk. Yoh 2:19-22.): Ia mengumumkan bahwa Ia akan dibunuh, tetapi akan bangkit lagi pada hari ketiga (Bdk. Mrk 10:34.)”
(b) Yang percaya akan hidup walaupun sudah mati. Pernyataan ini berkaitan erat dengan mukjizat yang akan dilakukan oleh Yesus, yaitu kepada Lazarus. Yesus menyatakan bahwa Lazarus yang telah percaya kepada-Nya akan dibangkitkan. Namun, pernyataan ini juga berhubungan dengan orang percaya yang telah mengalami kematian, karena semua orang percaya akan mendapatkan kehidupan abadi di dalam Kerajaan Sorga.
(c) Yang percaya dan hidup tidak akan mati untuk selamanya. Pernyataan ini berkaitan erat dengan Maria, Marta, para rasul dan orang-orang yang percaya kepada Kristus pada waktu itu. Mereka yang hidup dan percaya kepada Kristus tidak akan mati untuk selama-lamanya. Yesus bersabda, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia… Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman… Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 6:51-58)
(d) Percayakah engkau? Setelah memberikan tiga pernyataan tersebut, maka Yesus bertanya kepada Marta dan juga kita semua, apakah kita percaya akan pernyataan Yesus? Dan sudah seharusnya kita mengikuti jawaban dari Marta “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” (ay.27). Dengan jawaban ini, maka iman Marta telah disempurnakan oleh Kristus. Dia yang tadinya mungkin hanya melihat Kristus sebagai orang yang mampu membuat mukjizat, sekarang dia percaya bahwa Kristus adalah Sang Mesias, Anak Allah, sumber dari segala kehidupan, karena Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (lih. Yoh 14:6).
Tanya jawab antara Yesus dan Marta menggambarkan bahwa seseorang di dalam penderitaan sering mempertanyakan dengan akal budinya tentang penderitaannya. Dan penderitaannya hanya dapat diterimanya dengan penuh kepercayaan dan tidak putus pengharapan dengan mengaitkannya dengan Kristus. Hanya dengan berfokus pada Kristus yang terlebih dahulu menderita, maka kita akan mempunyai perspektif yang berbeda dalam menghadapi penderitaan. Penderitaan menjadi suatu cara untuk membuat seseorang dapat bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih. Rasul Paulus justru bermegah dalam kesengsaraannya, karena kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (lih. Rm 5:3-5)
e. (ayat 28-35) Tersungkur di depan kaki Yesus
Setelah Marta bertemu dengan Yesus dan dikuatkan imannya, maka dia kemudian pergi menemui Maria yang masih berada di dalam kampung. Maria berkata bahwa Sang Guru memanggil Marta (ay.28). Rasul Yohanes tidak mengatakan bagaimana dan kapan Yesus memanggil Maria. Namun, yang jelas, begitu Maria mendengar kabar sukacita itu, bahwa Sang Guru yang dinantikannya telah datang, maka dia bergegas menemui Yesus, yang masih berada di tempat perjumpaan-Nya dengan Marta (ay.30). Bisa dibayangkan betapa Maria merasakan suatu sukacita yang mendalam mendengar bahwa Sang Guru yang dinantikannya telah datang. Maka dengan kabar ini, Maria bangkit dan mendapatkan Yesus. Dan orang-orang Yahudi yang berada di sana yang sedang menghibur keluarga yang sedang bersedih, kemudian mengikuti Maria, karena berfikir bahwa Maria akan pergi ke makam Lazarus. Dan tanpa disadari, mereka nanti akan menjadi saksi-saksi akan mukjizat yang akan dilakukan oleh Kristus. Menurut adat Yahudi, makam biasanya terletak di luar kampung.
Dan ketika Maria melihat Yesus, dia tersungkur dan mengucapkan kata yang sama dengan apa yang diucapkan Marta “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” (ay.32). Karena Maria dan Marta adalah saudara yang mempunyai iman yang sama, kesedihan yang sama, maka mereka mengucapkan kata-kata yang sama. Namun, tidak seperti Marta, Maria tersungkur di depan kaki Yesus. Maria, yang dipenuhi dengan kesedihan dan sekaligus kegembiraan melihat Gurunya datang, dia tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya dan kemudian langsung tersungkur.
Dan melihat tangisan Maria dan orang-orang yang berada di sekitarnya, maka masygullah (RSV = deeply moved in spirit; KJV = groaned in the spirit) dan terharulah (RSV, KJV= troubled) hati Yesus. Ayat ini membuktikan bahwa Yesus juga mempunyai perasaan seperti manusia. Dia mengerti kesedihan dan kegalauan hati kita dalam derajat yang sempurna, karena Kristus adalah manusia yang sempurna. (lih. KGK, 472-473)
KGK, 472 Jiwa manusiawi ini, yang diterima Putera Allah, benar benar dilengkapi dengan kemampuan untuk mengetahui secara manusiawi. Kemampuan ini sebenarnya tidak mungkin tanpa batas: is bertindak dalam kondisi historis keberadaannya dalam ruang dan waktu. Karena itu, Putera Allah, ketika Ia menjadi manusia, hendak bertambah pula dalam kebijaksanaan dan usia dan rahmat” (Luk 2:52). Ia hendak menanyakan apa yang seorang manusia harus belajar dari pengalaman. Dan ini sesuai dengan kenyataan bahwa dengan sukarela Ia mengambil “rupa seorang hamba” (Flp 2:7).
KGK, 473 Tetapi pada waktu yang sama, dalam pengetahuan manusiawi yang sesungguhnya dari Putera Allah, nyata pula kehidupan ilahi pribadi-Nya. “Kodrat manusiawi Putera Allah mengenal dan menyatakan dalam diri-Nya bukan dari diri sendiri, melainkan berdasarkan hubungan-Nya dengan Sabda segala sesuatu, yang dimiliki Allah” (Maksimus Pengaku Iman, qu. dub. 66). Itu berlaku pada tempat pertama mengenai pengetahuan langsung dan batin, yang Putera Allah terjelma miliki tentang Bapa. Dalam pengetahuan manusiawi-Nya Putera juga menunjukkan pengetahuan ilahi tentang pikiran hati manusia yang rahasia.
Tergerak oleh belas kasihan, maka Yesus bertanya “Di manakah dia kamu baringkan?” (ay.34) Kristus bukannya tidak tahu di mana Lazarus dibaringkan, namun Dia bertanya untuk menarik perhatian mereka, iman dan pengharapan mereka. Dan mereka kemudian mengantar Yesus ke tempat penguburan Lazarus. Kemudian dikatakan Kristus menangis (wept) (ay.35). Kata menangis di sini menggunakan (Yun = dakrúō), yang sebenarnya berarti meneteskan air mata, tanpa perlu untuk mengeluarkan suara. Sedangkan Maria dan Marta menangis dengan menggunakan kata (Yun = klaíō) yang menjadi tangisan yang keras, jeritan, sebagai suatu reaksi akan kematian. Yesus hanya meneteskan air mata ketika sahabat-Nya meninggal, namun Yesus menangisi Yerusalem (Yun = klaíō), yang penuh dosa dan tidak mau bertobat (lih. Lk 19:41). Bukan kematian fisik yang membuat Yesus sampai menangis, namun dosa. Dosa inilah yang memang membawa penderitaan dan tetesan keringat darah, serta kematian Kristus. Namun, dengan kuasa-Nya, Kristus bangkit dan naik ke Sorga, dan memberikan rahmat demi rahmat kepada umat-Nya. Bagi Kristus, kematian fisik adalah sesuatu yang bersifat sementara, namun kematian spiritual adalah bersifat kekal, yang dapat memisahkan manusia dengan Tuhan untuk selamanya.
f. (ayat 36-38) – Banyak orang di luar Kristus tidak percaya.
Menyaksikan Yesus meneteskan air mata, maka orang-orang Yahudi berkata “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!” (ay.36) Mereka tahu bahwa Yesus mengasihi sahabat-sahabat-Nya, namun mereka tidak mempercayai bahwa Yesus dapat membangkitkan orang mati, sehingga mereka berkata “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?” (ay.37) Mereka berkata “tidak sanggup” kepada Yesus. Inilah yang membedakan antara orang-orang yang menjadi sahabat Kristus dan orang-orang di luar Kristus. Sahabat-sahabat Kristus mempunyai kesempatan untuk mendengarkan Kristus, bertanya dan kemudian mendapatkan jawaban pasti dari Kristus, seperti pernyataan bahwa kematian Lazarus akan membawa kemuliaan Tuhan (ay.4) dan membuat banyak orang percaya (ay.15), serta pernyataan bahwa Kristus adalah kebangkitan dan hidup (ay.25).
Sama seperti umat Gereja Katolik, maka kita semua yang telah dibaptis dan disatukan dalam Tubuh Mistik Kristus mendapatkan suatu keistimewaan. Keistimewaan ini terletak pada kedekatan dengan Kristus dan Gereja yang didirikan-Nya, sehingga kebenaran dapat diterima dalam kepenuhannya. Hanya ada di dalam Gereja Katolik, Gereja yang didirikan Kristus, maka seseorang akan mendapatkan kebenaran yang penuh, cara yang penuh, sehingga dapat sampai kepada tujuan akhir, yaitu Sorga. Dengan kata lain, keanggotaan di dalam Gereja Katolik membuat kita mempunyai akses terhadap semua kepenuhan kebenaran yang dinyatakan oleh Kristus yang secara konsisten dan murni diwariskan oleh Gereja Katolik dari satu generasi ke generasi yang lain.
g. (ayat 39-45) – Kebangkitan dan pembebasan
Bagian ini menceritakan bagaimana Yesus membangkitkan Lazarus. Yang pertama kali dilakukan oleh Yesus adalah menyuruh mereka untuk mengangkat batu penutup makam. Menurut adat istiadat Yahudi, rakyat kebanyakan dan orang-orang miskin biasanya dikuburkan dalam kuburan umum (lih. Yer 26:23; 2Raj 23:6). Sedangkan orang-orang yang kaya biasanya dikuburkan di dalam gua (lih. Yes 22:16; Mt 27:60), yang kemudian ditutup dengan batu yang dilabur warna putih (lih. Mt 23:27). Dikatakan di ayat Mt 23:27 “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Untuk membangkitkan orang mati, maka tahap pertama yang dilakukan oleh Yesus adalah membuka penutup yang terlihat bersih dan memperlihatkan seluruh kejelekan dan seluruh kotoran yang mungkin ada di dalamnya. Cara ini adalah sama untuk membawa seseorang pada pertobatan. Seseorang harus membiarkan Kristus membuka hatinya, dan membawa seluruh apa yang ada di dalam kegelapan kepada terang, sehingga hal-hal buruk yang tidak terlihat jelas dapat terlihat sangat jelas. Kesadaran akan keburukan yang terpampang di depan mata, membuat seseorang menyadari dosa-dosanya dan memperoleh kesembuhan.
Marta yang tahu bahwa saudaranya telah meninggal selama empat hari, mengatakan bahwa saudaranya, Lazarus, telah mengeluarkan bau (ay.39). Demikian juga dengan dosa, semakin lama dipupuk, maka dia akan mengeluarkan bau busuk yang sulit hilang. Namun, untuk menghilangkan dosa tidak ada cara lain kecuali membawanya ke tempat terang, sehingga terjadi pertobatan. Pertobatan pertama atau perjalanan menuju ke tempat terang pertama adalah terjadi pada saat kita dibaptis, dimana rasul Paulus menegaskan bahwa barang siapa dibaptis, dia mati bersama Kristus dan kemudian bangkit bersama Kristus (lih. Rm 6:4). Pertobatan kedua atau perjalanan menuju terang yang kedua adalah terjadi secara terus menerus di dalam kehidupan umat beriman. Pertobatan ini dapat terjadi dalam Sakramen Tobat – untuk dosa-dosa berat – dan Sakramen Ekaristi dan doa-doa pribadi – untuk dosa-dosa ringan.
Kalau seseorang menolak untuk dibawa ke tempat terang, seperti pernyataan Marta, maka Kristus mengingatkan kepada kita semua “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (ay.40). Atau dengan kata lain, Kristus telah mengatakan bahwa Dialah kebangkitan dan hidup, dan di dalam Dia tidak ada kegelapan, sehingga orang yang percaya kepadanya akan hidup dan tidak akan pernah berjalan dalam kegelapan. Jadi mengapa engkau meragukannya? Kadang mungkin cobaan yang dialami seseorang terlihat dan terasa terlalu berat, sehingga seseorang kurang percaya akan penyelenggaraan ilahi, melupakan bahwa Kristus lebih besar dari semua percobaan.
Setelah mereka mengangkat batu itu, maka Yesus menengadah ke langit dan berdoa, mengucap syukur dan mengatakan bahwa Bapa senantiasa mendengarkan Sang Putera. Dalam Trinitas, walaupun ada Tiga Pribadi, namun mereka mempunyai satu hakekat (essence), sehingga kehendak mereka adalah satu. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (lih. Yoh 4:34). Mengapa Yesus berdoa sebelum melakukan mukjizat? Dari ayat 42, maka kita melihat bahwa apapun yang dilakukan oleh Kristus adalah untuk memberikan instruksi kepada umat Allah.
Apa yang dilakukan oleh Yesus juga mengungkapkan bahwa doa memegang peranan penting untuk membawa seseorang yang telah mati terhadap dosa untuk menuju kepada terang atau pada pertobatan. Doa memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat mengubah kebiasaan buruk. Inilah yang terjadi pada pertobatan St. Agustinus. Dia telah mencoba berubah dengan kekuatan sendiri selama bertahun-tahun, namun tidak berhasil. Setelah dia mempunyai penyerahan kepada Tuhan, maka rahmat Tuhan menjadi berdayaguna (efficacious) dan dapat benar-benar membawa perubahan.
Setelah penyerahan di dalam doa, maka Yesus berseru dengan suara keras “Lazarus, kemarilah keluar!” (ay.43). Seruan keras dari Yesus, seolah-olah ingin mendobrak dan mengalahkan kematian, juga untuk mengalahkan kegelapan dosa, karena kematian adalah akibat dari dosa. St. Agustinus mengaitkan hal ini dengan Kristus yang mengalahkan dosa yang telah menjadi kebiasaan (habitual sin). St. Agustinus dalam bukunya “On the Sermon of the Lord on the Mount” mengatakan bahwa ada tiga perbedaan dosa: di hati, di perbuatan, dan di kebiasaan, sehingga mengakibatkan seolah-olah ada tiga kematian. Satu adalah di rumah, yaitu saat hati memberikan persetujuan akan keinginan; kedua, ketika keinginan tersebut dibawa keluar rumah atau dituruti dalam perbuatan; ketiga, ketika perbuatan dosa tersebut menjadi kebiasaan, sehingga seolah-olah menarik pendosa tersebut ke kubur dan sulit untuk melepaskan diri. Inilah sebabnya, Kristus juga membangkitkan tiga orang yang telah mati dengan perkataan yang berbeda-beda: (a) Talita Kum / Hai Anak, bangunlah! (Mrk 5:41; Luk 8:54); (b) Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! (Luk 7:14); (c) Lazarus, kemarilah keluar! (Yoh 11:43). Diperlukan Kristus yang berseru dengan suaru keras atau diperlukan rahmat Allah yang luar biasa untuk dapat melepaskan kita dari dosa yang telah menjadi kebiasaan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK, 1865. Dosa menciptakan kecondongan kepada dosa; pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang sama mengakibatkan kebiasaan buruk. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang salah, menggelapkan hati nurani dan menghambat keputusan konkret mengenai yang baik dan yang buruk. Dosa cenderung terulang lagi dan diperkuat, namun ia tidak dapat menghancurkan seluruh perasaan moral.
KGK, 1866. Kebiasaan buruk dapat digolongkan menurut kebajikan yang merupakan lawannya, atau juga dapat dihubungkan dengan dosa-dosa pokok yang dibedakan dalam pengalaman Kristen menurut ajaran santo Yohanes Kasianus dan santo Gregorius Agung (Bdk. mor 31,45.). Mereka dinamakan dosa-dosa pokok, karena mengakibatkan dosa-dosa lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain. Dosa-dosa pokok adalah kesombongan, ketamakan, kedengkian, kemurkaan, percabulan, kerakusan, kelambanan, atau kejemuan [acedia].
Dan dosa-dosa pokok ini, yang telah menjadi kebiasaan harus dilawan dengan kebajikan, yang merupakan kebiasaan baik dari jiwa, sebagai contoh: a) kesombongan yang merupakan kesalahan menilai diri sendiri harus dilawan dengan kerendahan hati; b) ketidakmurnian yang merupakan penyimpangan keinginan-keinginan daging harus dilawan dengan kemurnian, dll.
Firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan pernah kembali dengan sia-sia. Demikian juga, seruan lantang dari Yesus membuat Lazarus yang telah mati selama empat hari datang keluar dengan kaki dan tangan terikat oleh kain kafan dan muka tertutup dengan kain peluh (ay.44). Firman yang sama seharusnya memberikan kepada kita efek yang sama, yaitu membuat kita semua keluar dari kegelapan dosa dan kemudian terbebas dari dosa, sama seperti Yesus mengatakan “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” (ay.44). Biarkan pendosa yang bertobat pergi atau mendapatkan kebebasan. Kebebasan ini hanya mungkin di dapat kalau seseorang memegang kebenaran, bahwa Yesus adalah Anak Allah yang sanggup membangkitkan dan memberikan kehidupan, sehingga orang yang percaya kepada-Nya akan hidup walaupun dia telah mati. Ini juga memberikan pengharapan baru kepada seluruh umat Allah, karena kita tidak akan pernah mati melainkan memperoleh hidup bahagia untuk selama-lamanya bersama dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga. Harapan baru yang membebaskan ini akan membantu banyak orang untuk percaya kepada Kristus, Sang Kebangkitan dan Hidup (ay.45)
V. Percaya dan mengikuti Kristus memberikan kehidupan yang kekal.
Dari perikop ini kita belajar bagaimana kita harus percaya kepada Kristus, Sang Kebangkitan dan Hidup, karena di dalam Kristus tidak ada kematian. Selama kita percaya kepada Kristus dan hidup menurut perintah-perintah-Nya, maka kita tidak akan hidup walaupun kita sudah mati, karena bagi Kristus, kematian bukanlah akhir dari segalanya, namun merupakan awal kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan yang memungkinkan kita melihat Allah muka dengan muka. Hanya dengan percaya kepada Kristus, maka orang yang hidup tidak akan mati dan yang mati akan tetap hidup. Kita yang tadinya hidup dalam kegelapan dan melalui pembaptisan telah dibawa oleh Kristus kepada terang, harus tetap hidup sebagai anak-anak terang (lih. Ef 5:8). Apa yang telah kita mulai dengan Roh, janganlah kita mengakhirinya di dalam daging (lih. Gal 3:3).
Catatan: Artikel ini dipakai untuk pendalaman Kitab Suci di Paroki Regina Caeli – Pantai Indah Kapuk, tanggal 6 April 2011.
Syalom. Sy pnasaran tentang mujizat Tuhan Yesus yang membangkitkan orang mati sbnyak 3x it sampai yg terakhir pada Lazarus. Setahu sy ada dikatakan bahwa Yesus adalah Yg sulung bkenaan dgn kebangkitan. Nah pertanyaan sy adalah bagaimana Tuhan Yesus bisa d katakan yg sulung/ptama kali bangkit jika sebenarnya sdah ada 3 org sebelum peristiwa kebangkitanNya itu yg telah Ia bangkitkan? Apakah kematian ketiga orang yg dbangkitkan Yesus it berbeda dgn kematian Yesus? Atau kebangkitannya yg berbeda? Dan tambahan pertanyaan bagaimana dgn peristiwa2 tentang mati suri dsb yg seolah2 ada yg bangkit dr kematian begitu? Terima kasih atas kesediaannya utk menjawab. Salam… Read more »
Shalom Jericho, Yang dimaksud bahwa Yesus adalah ‘yang pertama bangkit dari mati’, adalah yang pertama bangkit dari kematian dan mempunyai hidup yang baru dengan tubuh kebangkitan, sebagaimana yang dinyatakan di dalam Injil. Orang-orang yang dibangkitkan Yesus dari kematian (anak perempuan Yairus, pemuda dari Nain, dan Lazarus), memang hidup kembali di dalam kehidupan mereka seperti sebelumnya, namun akhirnya mereka semua wafat, dan tidak bangkit lagi (sampai di akhir zaman nanti saat ada kebangkitan badan bagi semua orang). Maka kebangkitan mereka itu sifatnya sementara saja, hanya menjadi salah satu mukjizat Yesus yang menandai ke-Allahan Yesus. Namun, setelah wafat-Nya, Kristus bangkit dan kemudian… Read more »
terima kasih bu Ingrid.. lalu ttg yg mati suri? apakah mereka jg dpt dkatakan bangkit spti ketiga org yg dbangkitkan Yesus? terima kasih.
Shalom Jericho, Nampaknya tidak demikian. Sebab mukjizat yang dilakukan oleh Yesus benar-benar dilakukan dalam keadaan orang-orang tersebut telah jelas meninggal dunia. Khususnya pada kasus Lazarus, Yesus sengaja menunggu sampai ia wafat empat hari (Yoh 11:17), baru Yesus datang mengunjunginya, untuk melakukan mukjizat tersebut, yaitu membangkitkan Lazarus dari kematian.Kasusnya agak berbeda dengan keadaan mati suri, yang umumnya masih dalam perdebatan bahkan oleh para dokter sendiri, karena kasus itu tidak dapat menunjukkan secara meyakinkan secara scientific bahwa orang-orang yang mengalaminya sungguh-sungguh sudah mati. Beberapa kejadian nampaknya semacam perubahan drastis akan denyut jantung, atau kehilangan kesadaran total selama beberapa saat, namun kemudian keadaan… Read more »
terima kasih ats pnjelasannya bu Ingrid. sy sdh mengerti skrg. :) Smoga Tuhan Yesus slalu mnyertai stiap tulisan yg dtuliskan oleh tim katolisitas oleh inspirasi Roh Kudus demi kemuliaan Bapa kita.
Salam sejahtera, perkenalkan nama saya Danny. Begini, saya tertarik dengan perikop Luk 7:11-17 mengenai Yesus yang membangkitkan anak muda di Nain. Saya ingin bertanya, sebenarnya siapa anak muda di Nain tersebut? Lalu apa motivasi Yesus untuk menyembuhkan anak muda di Nain? Dan bagaimana reaksi masyarakat mengenai tindakan Yesus? Terima kasih atas perhatiannya.
Shalom Danny, Dalam perikop Lukas 7:11-17, tidak diceritakan siapakah anak muda tersebut, kecuali bahwa anak muda yang telah meninggal dan dibangkitkan oleh Yesus adalah anak tunggal dari seorang Janda. Motivasi Yesus membangkitkan anak muda dari Nain adalah: (1) tergerak oleh belas kasihan (ay.13); (2) Untuk membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan dan kemudian semua orang dapat memuliakan Allah (ay.16); (3) Memberikan keyakinan kepada orang-orang bahwa Allah telah melawat umat-Nya (ay.16). Walaupun mereka mengatakan bahwa seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah umat Allah, namun dari perkataan Yesus, kita melihat bahwa Dia telah membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan, karena Dia membangkitkan orang… Read more »
Syalom pak Stef..
Ijin share ya..Artikelnya bagus,kiranya bisa jd berkat bagi semua pembaca..
[dari katolisitas: silakan untuk membagikan artikel yang ada di katolisitas.org, dengan menyebutkan sumbernya, yaitu: katolisitas.org, sehingga bagi yang mau bertanya maupun memberikan tanggapan terhadap artikel tersebut dapat menghubungi kami,]