Orang biasanya mengalami stress atau depresi karena dua hal : Pertama, mendambakan sesuatu tapi tidak kesampaian. Kedua, tidak mendambakan atau mengharapkan suatu hal, tetapi hal tersebut menimpa atau datang padanya. Kata-kata imam dalam homili ini cukup masuk akal.
Permasalahan yang selama ini terjadi dalam hidup juga demikian. Pasangan suami-istri yang lama menikah stress karena tidak punya anak, tetapi pasangan pemuda yang tidak mengharapkan anak dan ingin bersenang-senang malah hamil di luar nikah. Repot ya jadi orang.. Ke kiri salah, ke kanan salah. Intinya adalah hal-hal harus terjadi semau gue dan serencana gue.
Dua permasalahan tersebut terjadi pada diriku dalam suatu pergumulan yang sama : panggilan-Nya. Sepanjang pergumulanku dalam melakukan discernment dan pemurnian batin, kedua hal ini terjadi. Peristiwa pertama, hal yang tidak aku harapkan datang padaku, yakni ketika aku merasakan bisikan-Nya untuk mempersembahkan hidup sepenuhnya hanya untukNya. Aku tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Walaupun aku dibesarkan dalam latar pendidikan Katolik, tidak pernah terlintas bahwa menjadi imam adalah sesuatu yang cool atau menginspirasi. Selain itu, aku saat itu berpikir bahwa sudah jelas orangtuaku akan menolak jika aku memutuskan untuk menjawab panggilan-Nya. Pergumulan awal sudah cukup sulit.
Peristiwa kedua, hal yang aku harapkan untuk datang, tapi terancam tidak dapat terwujud. Ini muncul ketika aku sudah bergumul cukup jauh untuk masalah panggilan tersebut. Aku yakin Tuhan memang memanggilku dan menginginkanku untuk mengikutiNya dengan menyerahkan diri seutuhnya. Ketika semangat itu tetap membara dan jalan-jalan mulai terbuka, aku berhadapan dengan salah satu cobaan yang tak terhindar : konflik dengan orang tua. Konflik tersebut tidak terelakkan sekalipun aku telah menjelaskan bahwa proses menjadi imam tidak semudah dan secepat yang dibayangkan. Butuh bertahun-tahun hingga seseorang ditahbiskan menjadi imam, sehingga Tuhan bisa menuntunku kembali jika memang menjadi imam bukan jalanku. Namun, orangtua, terutama mamaku, berkeras untuk menolak. Sempat terlintas apakah sebaiknya aku mempertimbangkan kembali untuk menunda rencana masuk ke biara. Sempat terlintas pula jika seandainya jawabanku padaNya tidak akan terwujud.
Lucunya, jawaban untuk kedua hal tersebut adalah sama : memenuhi kehendak Allah. Aku memilih untuk melakukan sama seperti yang Bunda Maria lakukan, menjadikan apa yang Tuhan kehendaki sebagai kehendakku. Di peristiwa pertama, aku berjuang memasrahkan impianku menjadi peneliti dan dosen, rencana hidup, dan kekhawatiranku mengenai keluarga ke tangan Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu. Demikian pula dengan peristiwa kedua, aku memasrahkan bila seandainya Tuhan memang mau menunda atau bahkan tidak memilihku sebagai imam-Nya. Aku rela. Karya Tuhan sungguh nyata. Semenjak aku menyerahkan diri dalam peristiwa pertama, aku mendapat dukungan, bimbingan, dan petunjuk mengenai panggilanku. Semenjak aku menyerahkan diri dalam peristiwa kedua, justru panggilanku semakin dikuatkan dan diteguhkan. Seminggu setelah pertengkaran hebat tersebut, orangtuaku mengatakan bahwa mereka akan belajar merelakanku dan mempersembahkanku pada Allah. Bahkan, kita sekarang dapat membahas mengenai panggilanku dengan gembira.
Mungkin benar bahwa permasalahan hidup seseorang bukan masalah keinginannya terpenuhi atau tidak. Tuhan jelas tahu apa yang terbaik buat kita, dan dalam kehendak-Nya, kita pasti mendapat jalan yang terbaik. Sekalipun, jalan tersebut awalnya terlihat berbeda dari yang kita inginkan sehingga kita bersedih dan stress. Tapi, semua akan indah pada waktu-Nya (Pkh 3:11). Dengan demikian, hanya dalam memenuhi kehendak Kristuslah kita akan menemukan kebahagiaan terbesar dan kekal. Tuhan, aku mau gulaliku besar, berwarna warni, dan berbentuk bulat. Tapi, kalau Tuhan maunya gulaliku berbeda dari yang aku mau, ya nggak apa-apa deh. Yang penting, aku tahu rasanya pasti manis.
“Ketika aku meilhat seseorang sedang sedih, aku selalu berpikir ia sedang menolak sesuatu dari Yesus” – Beata Teresa dari Kalkutta
Terima kasih…memberiku pencerahan terhadap pergumulan yang sedang kuhadapi, berserah pada kehendak Bapa…saat seperti tak ada jalan, saat hati ingin menyerah…sungguh indah
Syukur kpd Allah,yg telah menuntunku menemukan artikel ini, kiranya pergumulan2 yg sama sering aku alami,sungguh indah bila kita mau berserah pd Allah, meletakkan sgala kekhawatiran & ketakutan kita di hadapan-Nya,membiarkan-Nya menyatakan kehendak-Nya dlm diri kita, sehingga hati kita pun siap menjalaninya..sangat melegakan. Thank you so much. Tuhan berkati.
Artikel di atas sangat baik buat saya utk merubah sikap dan tingkah laku saya terhadap istriku, dan orang tuaku,…Tapi aku yakin itu cobaan buat aku, dan psti Tuhan akan memberi suatu kenyatan,..Bagi saya walaupun sudah 3 tahun blm mendapt keturunan, ak ttp semngt
Puji Tuhan, syalom katolisitas.
Setelah membaca artikel di atas, jiwa saya juga bergejolak sehubungan dengan menemukan panggilan hidup. Perenungan saya berkisar tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan Yang Maha Esa.
Seringkali saya bertanya pada Tuhan, “Tuhan ada berapakah orang yang ada di sorga, dan ada berapa yang di neraka ?” . Setelah saya bertanya saya mendapat jawaban dari diri saya sendiri, “Bagianmu adalah beritakan Injil Keselamatan”.
Jika saudara seiman saya ada di Afrika kekurangan makan dan malnutrisi, apa yang dapat saya lakukan ?
Jika polutan di udara sudah begitu beracun, apa yang dapat saya lakukan ?
Jika sumber daya alam tidak mendukung pertambahan jumlah penduduk, apa yang terjadi ?
Bukankah kita satu di dalam persekutuan ? Apakah Doa Bapa Kami, ” ….. jadilah Kehendak-Mu di bumi seperti di sorga ……”, hanya sekedar di ucapkan saja ?
Waaah maaf nih saya juga termasuk orang yang mencari kemurnian iman, sehingga terjadilah kehendak Tuhan di bumi seperti di sorga, di gereja seperti di sorga, di rumah tangga seperti di sorga……dsb.
Terimakasih, semoga kemanusiaan juga bersatu
Salam Pardohar
Terimakasih,artikel ini sangat mengena bagi saya.
Ya,belajar utk mengerti kehendak Allah dengan selalu bersikap pasrah dan taat,sekalipun sepertinya semua tak sesuai dengan keinginan kita.
tetap semangat :)
Berkah Dalem
Comments are closed.