Pertanyaan:
Salam Katolisitas,
Saya menemukan artikel dari [dari Katolisitas: nama penulis tidak ditampilkan] di bawah ini [dari Katolisitas: link kami hapus]:
Di situ dikatakan bahwa: 1. Kaum Injili mengajak umatnya untuk bekerja sama dengan Katolik untuk menyadarkan Katolik, yang intinya, agar Katolik meninggalkan Gereja Katolik dan memeluk kebenaran versi Injili. 2. Mengajak kaum Injili mengetahui bahwa dasar kesatuan organisasi yang digembar-gemborkan Katolik adalah salah, dan yang benar ialah kesatuan organik.
Pertanyaan saya, apakah benar bahwa Gereja Katolik mendasarkan diri pada kesatuan organisasi dan bukan spiritual seperti dituduhkan kaum Injili? Bagaimana pula menghadapi kaum Injili yang mau berdialog dengan tujuan jelas mempertobatkan kaum Katolik? Di situ juga disebut pengelompokan kaum Katolik menjadi 6 jenis, dan jenis Katolik biasa dan Katolik Injili/Karismatik saya kira akan menjadi sasaran mereka untuk dipertobatkan. Di artikel itu ada data sekelompok umat Katolik Jakarta yang setelah berdialog dengan kaum injili lalu berpamitan kepada pastor paroki untuk membentuk gereja baru Tiberias. Juga perkembangan Katolik Injili di Amerika dan Amerika Latin yang sangat pesat. Mohon tanggapan atas kegelisahan saya atas gerakan Kristen Injili tersebut. Terima kasih atas jawaban tim katolisitas.
Salam saya: Adriana Primawati.
Jawaban:
Shalom Adriana,
Terus terang, artikel yang anda maksud, bukanlah hal yang baru, dan saya pikir umat Katolik-pun sudah mengetahuinya, bahwa banyak dari saudara- saudari kita dari gereja Kristen non- Katolik yang menganggap bahwa Gereja Katolik itu ‘sesat’ dan ‘perlu dipertobatkan’. Namun jika kita umat Katolik memahami apa yang sesungguhnya diajarkan oleh Gereja Katolik, maka sesungguhnya, kita akan mengetahui bahwa ajaran Gereja Katolik tidak ‘sesat’. Sebaliknya, Gereja Katolik mengajarkan ajaran yang murni, karena tetap sama dari sejak jaman jemaat awal sampai sekarang. Bahwa ada orang- orang yang salah paham tentang hal ini, tidak perlu membuat kita menjadi gelisah. Jika seorang Katolik memahami imannya dengan sungguh- sungguh, maka ia tidak akan pernah ingin untuk berpindah ke gereja lain; dan karenanya tidak dapat diajak untuk meninggalkan Gereja Katolik. Oleh karena itu, memang tantangan dari kita umat Katolik adalah untuk semakin memahami iman kita, agar kita dapat memberikan pertanggungan jawab atas iman dan pengharapan kita kepada mereka yang mempertanyakannya.
Tanggapan bahwa Gereja Katolik merupakan kesatuan yang melulu organisasi adalah tanggapan yang sangat keliru. Gereja Katolik merupakan kesatuan yang sifatnya organis, walaupun juga terlihat secara organisasi/ hirarkis, mempunyai elemen ilahi (tak kelihatan) namun juga elemen manusiawi (yang kelihatan). Seandainya Gereja Katolik itu melulu bersifat organisasi manusia, maka sudah lama bubar. Kenyataannya bahwa sampai sekarang Gereja Katolik masih eksis selama lebih dari 2000 tahun, itu karena karya Roh Kudus. Perkembangan organik Gereja dilihat dari perkembangan ajaran Gereja, yang mempunyai dasar dari pengajaran Kristus dan para rasul yang diteruskan oleh para Bapa Gereja. Pengajaran Gereja Katolik selalu mempunyai akar dari pengajaran Kristus dan para rasul, bagaikan pertumbuhan organik dari suatu tanaman dari biji, kemudian menjadi pohon yang kecil, lalu menjadi pohon yang besar dan rindang.
Ada banyak orang menyangka bahwa Gereja tidak perlu kelihatan secara struktural/ organisasi, tetapi hanya organik saja, antara sesama orang yang mengimani Kristus, walaupun doktrin yang diajarkan berbeda atau tidak sama. Hal ini tidak sesuai dengan gambaran Gereja yang didirikan Kristus sendiri di atas Rasul Petrus, yang diberi kuasa oleh Kristus untuk ‘mengikat dan melepaskan’ (lih. Mat 16:18-19) yang artinya mengajar dan menentukan hal-hal yang mengikat atau tidak mengikat sehubungan dengan iman dan moral. Silakan anda membaca artikel seri tentang Gereja, dan juga artikel tentang Keutamaan Petrus yang ada di situs ini, jika anda ingin mengetahui ajaran Gereja Katolik tentang hal ini.
Bahwa ada orang yang menganalisa bahwa ada 6 jenis umat Katolik, silakan saja, tetapi kriteria pengelompokan itu sendiri merupakan pendapat pribadi sang penulis. Kenyataan ada umat yang kemudian berpamitan kepada Pastor dan membentuk gereja baru, itu adalah gambaran fakta yang memprihatinkan. Gereja sejati adalah Gereja yang dibentuk oleh Kristus sendiri atas dasar Rasul Petrus, dan bukannya sesuatu yang didirikan oleh manusia, kemudian mengatakan bahwa itu didirikan oleh Kristus.
Jadi mari kita sama- sama berdoa agar kita diberi rahmat kebijaksanaan untuk menghayati makna/ hakekat Gereja.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Katolisitas,
Bicara mengenai kaum Injili, banyak sekali penginjilan berupa seruan “menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat”(Lordship of Christ), bahkan Katekis saya pun berseru demikian. Mereka juga mengajak untuk melakukan Sinner’s Prayer/Salvation Prayer. Bagaimana pandangan Katolik mengenai ini? Apakah cara penginjilan seperti ini dapat diterima?
Terima kasih.
Shalom Mario,
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat memang seharusnya kita lakukan, karena dikatakan bahwa “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rm 10:10). Hal ini menjadi salah satu ungkapan iman. Namun, ungkapan iman bukan hanya dengan cara ini, karena iman yang baik adalah tidak memilih-milih perintah Allah, namun menjalankan semua perintah Allah. Dengan demikian, iman yang baik akan bersumber pada kasih karunia Allah (lih. Ef 2:8), yang menuntun orang kepada baptisan (lih. Mrk 16:16) dan dalam hidupnya terus melaksanakan hukum kasih (lih. Gal 5:6).
Jadi, penginjilan yang hanya menekankan menerima Kristus saja tidaklah cukup, namun harus dibarengi dengan pesan kasih Allah yang direalisasikan dalam diri Kristus, pertobatan, menuntun pada baptisan, dan akhirnya pada penerimaan sakramen-sakramen, dan perjuangan dalam kekudusan. Dan bagi kita umat Katolik yang telah dibaptis, dalam setiap perayaan Ekaristi, kita juga memperbaharui iman kita dalam doa Aku Percaya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya sudah mencoba diskusi dgn tmn non Katolik. Karena dlm diskusi itu tidak ada titik temu akhirnya teman saya itu saya ajak untuk studi banding tentang ajaran gereja masing-masing, tapi teman saya itu tidak mau. Saya jadi bingung, walaupun saya tau kalau teman saya itu berpikiran yg negatif dgn Katolik, tetapi saya saran dia untuk belajar dari sudut pandang Katolik dia tolak juga. Sehingga saya berkesimpulan kalau belajar agama harus diimbangi dgn disiplin ilmu yg lain juga biar bisa kritis mempertanggungjawabkan iman kita. Klu belajar agama tidak diimbangi disiplin ilmu lain bisa membuat kita menjadi fanatik buta. Klu gk salah psikologi bisa menjelaskan definisi fanatik, mohon koreksi karna ini pendapat saya pribadi. Salam katolisitas. GBU.
Shalom Petrus,
Hal yang utama yang perlu diperhatikan di dalam diskusi kita dengan saudara- saudari kita yang Kristen non-Katolik adalah bahwa pada hakekatnya kita semua percaya akan Kristus sebagai Tuhan dan Penyelamat kita. Dan ini sungguh merupakan persamaan yang luar biasa menyatukan. Selebihnya dalam dialog adalah kita menyampaikan dasar- dasar ajaran iman Katolik, yang semuanya bersumberkan kepada Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Dapat saja mereka berbeda pendapat akan hal ini, dan kita tidak dapat memaksa agar mereka serta merta menerimanya. Namun setidak-tidaknya kita menyampaikan bahwa setiap ajaran iman Katolik mempunyai dasar, dasar ini adalah dasar yang kuat karena tidak didasari oleh pandangan pribadi, melainkan atas ajaran Kristus dan para Rasul yang sudah diterima sejak Gereja awal dan dilestarikan secara turun temurun sampai saat ini.
Maka atas dasar saling menghargai, dapat saja kedua pihak mempelajari dasar ajaran iman masing- masing, tetapi pada akhirnya, yang diperlukan adalah keterbukaan, kerendahan hati dan ketulusan hati untuk mencari kepenuhan kebenaran. Hal ‘mengubah hati’ ini adalah pekerjaan Roh Kudus, dan bukan pekerjaan manusia semata. Maka menurut hemat saya, kunci utamanya bukan disiplin ilmu duniawi; namun adalah kemauan untuk dibimbing oleh Roh Kudus, dan sikap tidak membatasi diri dengan pemahaman pribadi dengan mengatakan “pengertian ini adalah atas inspirasi Roh Kudus yang berbicara langsung pada saya”. Karena sejarah membuktikan, jika pemahaman pribadi macam ini menjadi acuan terakhir, malah menghasilkan perpecahan dalam tubuh Gereja. Memang prinsip logika (jika Anda artikan ini sebagai dasar disliplin ilmu) penting, sebab oleh logika kita dihantar untuk mempercayai ajaran- ajaran yang tidak saling bertentangan satu sama lain; namun demikian, pada akhirnya diperlukan kerendahan hati untuk menentukan sikap iman: “Akankah saya mempercayai ajaran ini, jika memang Tuhan mewahyukannya demikian?”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Sedikit sharing, semoga bisa berbagi dalam penguatan iman katolik.saudara/i seiman dalam Kristus Yesus dalam Persekutuan Penuh Gereja Katolik, pendalaman iman katolik memang sangat perlu selalu ditingkatkan agar kita semakin menghayati iman katolik kita. dulu saya juga kurang memahami kekayaan iman katolik, tetapi dengan membaca sumber – sumber iman katolik spt internet , buku yang benar, puji Tuhan sekarang saya sungguh merasa kaya tanpa merasa kekurangan dalam gereja Katolik. satu hal yang sungguh indah dan tidak akan dijumpai digereja manapun adalah ekaristi kudus. dengan menghadiri ekaristi kudus kita sungguh hadir bersama Kristus sendiri ( ingat Ekaristi kudus hanya dapat diterimakanoleh IMAM GEREJA KATOLIK ), saya tidak perlu kotbah yang indah dan memukau dengan kata-kata yang indah dari seorang Imam karena itu sangat duniawi ukurannya dan tak bisa menggantikan Ekaristi Kudus ( para Rasul Kristus dan Orang-orang Kudus juga tidak semuanya pandai kotbah). tidak perlu tempat yang mewah ( karena Kristus hadir dalam kesederhanaan ). saudara/i ku seiman katolik, marilah kita semakin memperkaya iman katolik kita dengan memahami dan menghayati Misa Kudus yang sangat sempurna dengan sepenuh hati dan hati yang terbuka, hayatilah misa mulai dari pembukaan sampai berkat penutup maka anda akan merasakan rahmat Ilahi yang berlimpah, resapkan dan hayati kata demi kata, nyanyian demi nyanyian, dan seluruh rangkaian misa, maka anda akan merasa sungguh sempurna dalam iman, dan ingatlah bahwa setiap Imam Mengangkat Hosti (saat Konsenkrasi) saat itu juga Kristus hadir di tengah kita. Semoga sharing ini bisa berbagi dan menambah keteguhan Iman Katolik kita sebagai warga gereja yang di dirikan oleh Rasul Kristus sendiri yaitu santo Petrus.
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas sharing anda. Semoga berguna bagi semua yang membacanya.]
Salam Kasih buat Team Katolisitas,
Saya sungguh sungguh bersyukur kepada Allah atas berkat dalam rupa iman Katolik kepada saya. Akhirnya saya ketemu gereja yang Tuhan Yesus sendiri dirikan.
Salam Hormat dari saya,
Linda Miriam
Saya tidak punya niatan untuk meninggalkan GK yang sudah saya anut sejak lebih dari 60 tahun, setelah saya dibaptis umur 12 tahun. Pada hemat saya kekecewaan atau semacamnya hidup sebagai umat GK tidak akan diselesaikan dengan meninggalkannya dan berpindah ke G lain.Tetapi itu tidak berarti bahwa semuanya OK-OK saja dan tidak ada “kekecewaan” dan rasa kurang puas.
Sebagai warga GK selama ini saya “berusaha sendiri” untuk meng-update pemahaman saya tentang ajaran Katolik dengan ikut dan melakukan berbagai kegiatan seperti misdinar, pemuda K, mahasiswa K, guru K, sarjana K, ikut retret, rekoleksi, menjadi pengurus Dewan Paroki, baca buku, buka website tentang macam-macam segi ajaran K, bertukuar pikiran dengan orang-orang K, ikut kelompok Garam dan Terang Dunia, dan seabreg kegiatan lain.Akhir-akhir ini jbahkan uga memutar CD beirsi khotbah dan renungan dari para pendeta dalam dan luar negeri yang saya (dan istri) ikuti dengan cukup tekun.
Selain CD juga channel TV khususnya TBN dan LIFE yang termasuk paket INDOVISION. Semua itu selama ini terasa amat bagus, memberikan banyak masukan tentang banyak masalah iman dan penghayatan serta pengamalannya. Dalam amat banyak hal semua itu secara amat jelas dan nyata memberikan masukan yang amat bermanfaat tentang banyak hal yang jarang/tidak saya peroleh dari para gembala GK, terutama seperti yang seharusnya diperoleh dalam ribuan misa kudus yang telah saya hadiri sejak lama.melalui khotbah para gembala. Hal itu terutama menyangkut pemahaman firman Tuhan seperti termuat dalam KS, baik PL maupun PB. Amat banyak dari perolehan saya dari khotbah dan pengajaran para pendeta maupun non-pendeta Protestan itu sungguh amat bagus dan berguna dalam melengkapi amat banyak hal yang nyatanya tidak saya peroleh dari para gembala GK
, terutama lewat khotbah- khotbah-khotbah mereka dalam misa kudus. Baik dari segi isi maupun cara penyampaiannya tidak sungguh tidak berlebihan bila saya katakan bahwa mereka (pendeta bahkan non-pendeta) amat bagus, menarik, tuntas, jelas dan “sungguh-sungguh” dibanidingkan dengan gembala GK pada umumnya, kecuali dua tiga gelintir gembala. Yang pasti bagi orang K yang kehausan dan merasa mempeoleh banyak hal yang selama puluhan tahun merupakan hal yang langka dan tidak kunjung terpuaskan oleh kegiatan saya sebagai umat K yang mengalami pembinaan iman sebagaimana yang ditrima dan dialami oleh uamt K “kebanyakan” yang pada umumnya teramat terbatas pemahamannya tentang firman Tuhan seperti lebanyakan umat Protestan.
Pertanyaan yang amat sahih untuk dikemukakan yang menunut jawaban jujur dari kita semua warga GK terutama para gembala antara lain adalah:(1) Benarkah kesan seperti yang saya amati tsb. bahwa pemahan sebagian besar umat K terhadap firman seperti teruraian dalam PL dan PB memang serendah seperti yang saya rasakan? (2) Jika benar demikian, tidakkah perlu dilakukan telaah mendasar dan luas untuk mencoba menjawab mengapa bisa demikian? (3) Jika memang begitu, apa sebenarnya yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya?
Jika memang jawabannya memang tidak ada yang kurang, keliru, atau salah, ya sudah tidak perlu dilakukan apa-apa. Mari kita jalan sebagaimana umat menghayati imannya seperti selama ini dengan pemahaman iman yang minim dan tidak berkembang, yang merasa Ok-OK saja dengan cara-cara menghayati iman secara amat konvensional seperti selama ini dengan banyak sikap dan gaya hidup beriman yang cenderung adem ayem tanpa kesadaran akan betapa minimnya pemahaman (sebagai dasar pengamalan) firman dan ajaran Tuhan. Semua itu bisa-bisa karena kita lalai mengutamakan cara kita membawa umat untuk melengkapi bekal dan gaya hidup rokhani Katolik.seperti yang telah diwahyukan Tuhan dan diajarkan Yesus lewat seluruh hidupNYA yang berakhir di kayu salib.
Soenardi
Bapak Soenardi Yth
Saya menyadari bahwa berkotbah atau berhomili (memberi renungan) tidaklah mudah. Banyak faktor harus dilatih supaya trampil seperti: teknik komunikasi, dialog, artikulasi, isi dan pemhaman teologi kitab suci dan pemahaman konteks pendengar dan budaya umat yang mendengarkan/ recipient. Pedoman homili dan latihan sekarang ini terus digalakkan untuk calon imam dan imam. Semoga hal ini bisa memenuhi kebutuhan umat termasuk harapan bapak Soenardi. Kepuasan pendengar saat rama berkotbah bermacam – macam, dan harus dipenuhi oleh seorang pembawa khotbah. Ini adalah kesulitan tersendiri. Kedua harus disadari bahwa setiap imam memiliki kekhasan karakter yang berbeda, ada yang tampil kalem ada yang penuh semangat. Suarapun kadang ada yang keras ada yang halus hampir tak terdengar. Jadi pelatihan demi pelatihan terus dijalankan di seminari dan bina lanjut imam. Tapi saya senang ada yang memberi masukan demikian. Para imam lemah dalam mengemas Sabda Allah untuk ‘dijual’/ disampaikan kepada umat. Para pendeta pintar dalam mengemas namun ada kekurangan isi, kadang tidak menarik bahkan lompatan ide gagasan, dan kadang terjadi karena tidak fokus pada satu tema. Para imam umumnya mengemukakan isi teologi dengan benar, bagus idenya, tapi kemasan tidak bagus sehingga tidak laku dijual. Di situlah kekurangannya. Semoga di hari mendatang bapak bisa menyaksikan rama pandai berkotbah. Saya juga masih belajar menjadi pengkotbah yang baik bukan tenar, menjadi pengkhotbah yang mengubah hati umat bukan membuat umat terpukau setelah itu tidak menemukan nilai Sabda Allah.
salam
Rm Wanta
Tambahan dari Ingrid:
Shalom Bp. Soenardi,
Izinkan saya untuk turut menyampaikan pandangan saya dalam hal ini. Saya menghargai usaha bapak untuk mendalami Sabda Tuhan, dan keputusan bapak untuk tetap berada dalam kesatuan dengan Gereja Katolik; saya rasa hal ini sangat baik. Namun pertanyaannya kemudian, apakah bapak sudah menggali pengajaran dari Gereja Katolik sendiri dengan usaha yang maksimal? Sudahkah mendengarkan pengajaran dari channel – channel TV Katolik (seperti EWTN/ Eternal World Television Network) atau radio Katolik dan membaca buku- buku Katolik? Ataupun membaca situs- situs Katolik yang baik, seperti Catholic Answers, New Advent Encyclopedia, Catholic culture? Atau sudah pernahkah mendengarkan rekaman khotbah Archbishop Fulton Sheen, Mother Angelica, Scott Hahn, dst? Lagipula, sebagai umat Katolik, mencari pengetahuan tentang iman tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan rohani yang baik (tekun berdoa dan merenungkan firman Tuhan, dan rajin mengikuti Misa Kudus dan menerima sakramen Pengakuan dosa).Karena sebenarnya ajaran Gereja Katolik sangat kaya, dan sungguh sangat indah, riil dan relevan dalam kehidupan kita umat beriman. Dan spiritualitas Katolik sungguh merupakan spiritualitas yang berpusat pada Kristus sendiri, dan persatuan dengan Kristus dalam Ekaristi inilah yang memampukan kita untuk hidup di dalam Dia untuk menghadapi apapun yang terjadi di dalam hidup ini.
Memang, ajaran Gereja Katolik tidak menekankan kepada kemakmuran dan tidak disampaikan dengan kata- kata indah, namun lebih kepada mengajarkan kita menghadapi hidup ini (termasuk dengan pergumulan dan salib kita masing- masing) dengan kekuatan yang dari Tuhan Yesus sendiri. Saya pernah juga menyimak pengajaran dari para pendeta, dan membaca buku- buku yang dikarang oleh para pengajar Kristen non Katolik. Tentu ada hal yang baik yang dapat saya tangkap, tetapi, bagi saya, pengajaran yang terlengkap tetap ada di dalam Gereja Katolik, yang menyingkapkan secara lebih menyeluruh, tentang tujuan hidup dan makna kehidupan ini, termasuk mengapa ada penderitaan di dunia ini, mengapa ada kalanya Tuhan mengizinkan terjadi pergumulan dalam kehidupan ini, bagaimana sesungguhnya makna iman dan pengharapan Kristiani, dst.
Jadi jika boleh saya mengusulkan, alangkah baiknya jika Bp. Soenardi juga melakukan usaha yang sama untuk menggali informasi tentang ajaran iman Katolik yang sungguh indah dan lengkap itu. Dewasa ini sudah mulai banyak sumber- sumber informasi yang dapat kita baca atau kita dengarkan tentang ajaran iman Katolik. Silakan Bapak memilihnya, dan simak juga kisah kesaksian hidup orang- orang yang seperti Bp. Soenardi, yang bertahun- tahun mencari kebenaran dan pemahaman akan firman Tuhan, dan akhirnya menemukannya di Gereja Katolik. Banyak dari mereka malah adalah pendeta- pendeta yang cukup terkenal, yang rela untuk meninggalkan ‘comfort zone’- mereka, agar dapat menerima kepenuhan kasih Kristus dan kebenaran-Nya dalam Gereja Katolik. Silakan menyimak kisah mereka di acara Journey Home di sini, silakan klik Di sana ada ratusan kisah, dan anda dapat mendengarkan kisah yang menakjubkan dari Tim Staples, Scott Hahn, Marcus Grodi sendiri ataupun David Twellman (seorang yang pernah selama 13 tahun menjadi pendeta Methodis, namun kemudian menjadi Katolik, dan kini menjadi salah seorang dari pembimbing hal Alkitab dalam situs ini).
Saya tidak tahu, apakah Bapak pernah membaca artikel di situs ini, Mengapa kita memilih Gereja Katolik?, silakan klik. Jika belum, silakan membaca di sana, semoga tulisan itu dapat memberikan sedikit inspirasi bagi Bapak sekeluarga.
Akhirnya, walau seperti disampaikan oleh Romo Wanta, bahwa sudah dilakukan upaya pelatihan imam dalam hal pengajaran/ khotbah ini; namun juga perlu disadari bahwa kita sebagai umat juga perlu untuk terus diperbaharui di dalam iman dan kasih. Jika kita sudah mengetahui ada yang kurang di dalam Gereja kita ini, mari kita bertanya, apakah yang dapat kita lakukan untuk turut memperbaikinya? Tentu kita dapat mulai memperbaikinya dari diri kita sendiri, dengan berjuang untuk mempelajari iman Katolik, namun juga dalam bentuk yang lain, misalnya mendukung pendidikan para calon imam (dukungan dana), ataupun setia mendoakan para imam kita setiap hari dengan doa rosario, misalnya. Mari kita melakukan apa yang dapat kita lakukan, dan selebihnya, kita serahkan kepada Tuhan yang memberikan pertumbuhan rohani di dalam diri kita, dan di dalam Gereja- Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Romo Wanta
Saya ada tiga pertanyaan sama Romo
1. Kemana harus melapor bila seorang Imam melakukan korupsi uang paroki.
2. Apakah seorang Imam boleh mempunyai usaha pribadi
3. Bolehkah seorang Pastor kepala paroki cuti sampai 40 hari
Catatan : paroki saya ada 3 pastor yang satu ada Ziarah ke Yerusalem 2 minggu bersama umat dan satunya lagi cuti bertepatan dengan yang pergi ke Ziarah dan tinggal yang satu ini umurnya sudah 85 th dan sakit-sakitan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Stefanus AT
Stefanus AT Yth
Jika anda menemukan bukti yang sahih tentang apa yang anda ceritakan silakan melaporkan ke keuskupan di mana dia berdomisili. Seorang imam tidak boleh berdagang kecuali mendapat izin dan ditugaskan oleh Uskup. Libur atau cuti seorang imam sesuai KHK 1983 bisa sampai 1 bulan tidak lebih, namun kebajikan pastoral tentang hal itu diberikan penuh kepada Uskup setempat. Libur bisa minimal 2 minggu, seorang pastor paroki tidak boleh meninggalkan parokinya selama 1 bulan lebih secara berturut turut. Maka kalau cuti lebih dari 40 hari itu bertentangan dengan norma yang ada.
salam
Rm Wanta
Yth. Romo Wanta dan Ibu Ingrid,
Terima kasih untuk tanggapan terhadap apa yang saya ungkapkan dalam surat terdahulu itu. Sayang bahwa mungkin karena keterbatasan saya untuk menyusun dan mengungkapkan pokok-pokok pikiran dan keterbatasan medium tulis ini, rupanya terdapat kekaburan tentang inti permasalahan yang saya ingin kemukakan seperti yang saya coba rumuskan dalam tiga pertanyaan menjelang akhir tulisan terdahulu itu. Bertolak dari pengalaman dan pengamatan pribadi dalam peningkatan pengetahuan (dan tentu saja pengamalan) iman, pertanyaan-pertnanyaan itu merupakan usaha untuk mengangkat dan memproyeksikannya pada kehidupan umat pada umumnya yang sepertinya tidak berbeda jauh dari apa yang saya alami dan peroleh dari GK dan para gembalanya. Jadi bukan pertama-tama apa yang dapat dan perlu saya lakukan (banyak dari padanya sudah saya lakukan), melainkan seberapa banyak dan mendalam pemahaman umat pada umumnya (umat kebanyakan) dengan hanya menggantungkan diri pada apa yang dapat diperoleh dalam kegiatan kehidupan rohani rutin , yang kongkirtnya terbatas pada misa hari Minggu dengan homili yang porsi, kedalaman, efektifitas, dan dampaknya pada peningkatan pemahaman iman umat terasa cukup minim. Sementara itu dirasakan secara luas bagaimana (tidak) efektifnya kegiatan pendalaman iman di tingkat paroki, ligkungan dll. Itulah sebenarnya yang merupakan inti dan concern utama pada surat terdahulu seperti terumuskan pada tiga pertanyaan pada alinea sebelum terakhir.
Sekali lagi terima kasih. Mohon maaf kalau dengan tambahan inipun saya masih tidak berhasil mengungakpak apa yang sebenarnya berkecamuk dalam diri saya.
Salam,
Soenardi
Shalom Bp. Soenardi,
Pertama- tama saya mohon maaf jika saya salah menangkap maksud bapak. Memang harus diakui, perkembangan iman umat Katolik perlu ditingkatkan. Untuk hal ini memang kita tidak dapat mengandalkan hanya dengan mengikuti Misa Kudus sekali seminggu dan mendengarkan khotbah sekitar 15-20 menit di gereja. Kita semua perlu bertumbuh di dalam iman, dan dalam kecintaan kita akan Tuhan dan Sabda-Nya. Itulah sebabnya misalnya, dalam bulan Kitab Suci nasional ini setiap keluarga dianjurkan untuk membaca Kitab Suci bersama, dan para orang tua agar mengajarkan kepada anak- anak mereka tentang Sabda Tuhan. Bukankah ini yang dibahas di dalam pertemuan lingkungan pada bulan ini.
Maka walaupun mungkin benar ada banyak orang Katolik yang tidak dengan sungguh- sungguh memahami imannya, namun setidaknya, kita mengetahui dari pihak pemimpin Gereja Katolik di Indonesia, usaha- usaha peningkatan iman umat sudah (mulai) dilakukan. Apakah usahanya sudah cukup? Tentu pertanyaan ini dapat menghasilkan jawaban berbeda- beda, namun saya setuju dengan bapak bahwa nampaknya kurang memadai atau setidaknya perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, memang kita sebagai sesama anggota Gereja Katolik harus berjuang untuk bertumbuh di dalam iman dan turut membangun Gereja sesuai dengan kemampuan kita masing- masing. Inilah yang saya coba tuliskan dalam komentar saya terdahulu, bahwa usaha membangun Gereja selalu dimulai dari diri kita sendiri. Sebab sebelum kita dapat membagikan sesuatu kepada orang lain, kita harus terlebih dahulu memilikinya. Kita perlu memahami iman Katolik kita terlebih dahulu, sebelum dapat membagikannya kepada sesama saudara/i seiman. Dan wajarlah jika kita menimba pengetahuan akan iman Katolik dari sumber- sumber yang berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, agar kita dapat memperoleh pengetahuan akan iman yang benar dan dalam kepenuhannya.
Maka jika bapak sudah melakukannya, tentu itu baik sekali. Namun dari tulisan bapak terdahulu, saya memperoleh kesan bahwa bapak menganggap bahwa sumber- sumber di Gereja Katolik masih kurang memadai (mohon maaf jika saya salah mengerti). Oleh karena itu saya mengusulkan agar bapak meninjau beberapa sumber (baik melalui siaran TV Katolik (misal EWTN), situs- situs Katolik (EWTN, Catholic Answers, Fish Eaters, Catholic culture, situs Vatican, dll), rekaman para pembicara Katolik (Mother Angelica, Archbishop Fulton Sheen, Scott Hahn, Tim Staples, Bible Series-nya Jeff Cavins, CD seri pengajaran yang dikeluarkan oleh Lighthouse Catholic Media, dll), tulisan- tulisan para orang kudus dan Bapa Paus (khususnya Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI), ataupun buku- buku tentang iman Katolik, agar dapat memperoleh siraman rohani yang sesuai dengan iman Katolik. Di atas semua itu, persatuan dengan Kristus dalam Ekaristi Kudus, haruslah menjadi fokus utama dalam kehidupan rohani kita. Jadi, saya memang mengusulkan, agar kita semua menimba pengetahuan akan iman Katolik dari Gereja Katolik sendiri dan tidak mencarinya dari sumber- sumber yang tidak berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik. Karena sesungguhnya Gereja Katolik sangatlah kaya dalam hal harta ilahi, maka yang perlu kita mohon kepada Tuhan, adalah agar kita dapat memahami, menghayati dan mensyukurinya tiap- tiap hari.
Bahwa bapak merasa bahwa “ada sesuatu yang kurang” dalam pertumbuhan umat Katolik, selayaknya dipandang dengan kacamata yang positif. Sebab fakta ini dapat menjadi faktor pendorong, agar bapak dapat turut serta menyumbangkan talenta bapak untuk membangun Gereja Katolik, tentu setelah mengisi diri dengan pemahaman yang benar akan iman Katolik. Kita dapat memulai dari keluarga kita sendiri, berdoa bersama dan merenungkan Kitab Suci, lalu kemudian kita dapat mengumpulkan saudara/i di lingkungan/ wilayah dalam paroki kita. Pertumbuhan iman dapat dimulai dari hal- hal kecil dan sederhana, namun kelak Tuhan dapat menumbuhkannya menjadi besar. Dengan demikian kita tidak hanya ‘meratapi’ apa yang kurang di Gereja Katolik, namun bersama Tuhan, kita berusaha untuk memperbaikinya. Bersama Yesus kita membangun Gereja-Nya. Alangkah indahnya!
Marilah kita sadari bahwa kita semua dipanggil untuk bekerja di ladang Tuhan, dan marilah kita mohon kepada Tuhan agar Ia memampukan kita untuk melaksanakannya, demi kemuliaan nama-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bp. Soenardi,
Saya harus berterima kasih kepada Scott Hahn, yang karna bukunya “Rome Sweet Home” (terjemahan Bahasa Indonesia), telah membuat saya lebih memahami misteri agung Ekaristi – yang sebelumnya sama sekali saya acuhkan keistimewaannya.
Dari bukunya, saya menjadi sadar bahwa orang Katolik “diberi makan” dari Tubuh dan Darah Kristus yang diterima dalam perayaan Ekaristi. Dengan demikian, Tuhan Yesus sendiri yang memberikan diriNya untuk menjadi kekuatan/daya bagi orang-orang yang menerima Sakramen Ekaristi.
Selama ini saya berharap “diberi makan” dari cara-cara, seperti: khotbah-khotbah, nyanyian-nyanyian, bahasa roh, buku-buku rohani. Tetapi saya baru sadar: dengan menerima Sakramen Ekaristi, saya telah “diberi makan” oleh Tuhan Yesus sendiri; saya bisa begitu dekat denganNya melebihi cara apapun juga, karna Ia hadir dalam diri saya, dalam aliran darah saya, dan saya menjadi tabernakel hidup. Maka, hidup saya harus kudus dan semakin kudus.
Mendengarkan sabda Tuhan melalui bacaan kitab suci memang sangat menarik.
Mendengarkan sabda Tuhan melalui khotbah-khotbah memang sangat menyenangkan.
Kalau ditambah dengan menerima Kristus dalam Sakramen Ekaristi…Oooooo… tak ada kata-kata yang mampu kuucapkan untuk menyebutkan karunia yang teramat indah dan istimewa ini. Saya baru percaya setelah mengalaminya.
Di misa kudus itu memang sudah lengkap; nyanyi – ada, kitab suci – ada, khotbah – ada, Ekaristi – hanya ada di misa kudus.
Di Gereja Katolik itu memang universal; bacaan kitab suci harian – ada, bulan kitab suci – ada, bulan rosario – ada, hierarki – meliputi semua suku dan bangsa.
Di Gereja Katolik ada sarana istimewa untuk membantu saya menuju ke pertobatan sejati, yaitu Sakramen Pengakuan Dosa. Anda tak yakin? Coba saja, dan rasakan suasana damai pada saat itu yang dilingkupi oleh kuasa ilahi.
Dan, Bp. Soenardi, doakan saya ya, agar semakin menghayati Ekaristi.
Lukas Cung
jawaban buat Bapak sebenarnya sangat sederhana: Hayatilah Ekaristi Kudus dengan benar maka Ia akan melengkapi Bapak dengan semua karuniaNya yang Bapak butuhkan. Para Santo dan Santa tidak banyak yang terpelajar, dan pintar dan mengetahui segala sesuatunya. Justru karena kesederhanaan dan “ketidaktahuan “mereka mereka mampu melihat Tuhan. Semua santo dan santo menempatkan penghayatan yang sangat utama dalam Ekaristi Kudus. Bagi umat Katolik, Ekaristi Kudus menjadi makanan kita dalam peziarahan dunia ini, sekaligus makanan kita kelak di sana. Sebab Ekaristi Kudus sendiri adalah santapan para malaikat. (di PL, sesebutkan demikian, cuma lupa ada di bagian mana??-mohon koreksi)
[Dari Katolisitas: Sebaliknya umat-Mu telah Kauberi santapan malaikat menjadi makanannya, tanpa susah payah mereka Engkau telah mengirimkan dari sorga roti yang telah disediakan…. (Keb 16:20). ‘Santapan malaikat’ pada PL ini mengacu kepada manna yang diberikan Allah kepada bangsa Israel di padang gurun, namun makna ini digenapi dengan lebih sempurna dalam PB oleh Kristus Sang Roti Hidup, seperti dijelaskan oleh Kristus sendiri dalam Yoh 6: 48-51]
Sdr. Johanes, tanggapan Anda pada September 7, 2010 at 9:41 pm di atas ditujukan kepada siapa?
Kalau ditujukan kepada saya, maka saya ucapkan banyak terima kasih atas saran Anda. Saya memang berusaha keras untuk itu.
Lukas Cung
Maaf sdr Lukas, baru baca komentarnya.
Tanggapan saya tgl 7 sep ditujukan kepada Bpk. Soenardi
Mohon maaf karena kurang lengkap..Terimakasih
@Pak Soenardi:
Salam kenal,
Mulai dari sekarang setelah bapak membaca seluruh artikel di sini (yang saya yakin akan butuh waktu bertahun tahun untuk membacanya) maka semoga segala kehausan bapak akan terpenuhi. Semoga web ini menyebabkan Bapak tidak lagi mencari cari sumber2 lain lagi. Kadang kadang kita menjadi sangat bodoh: mengapa kita belajar ilmu lain kalau ilmu dasar tidak kita kuasai;contoh : mengapa belajar logaritma, kalau matematika saja kita lemah?
Kalau Bapak mau mengembangkan iman maka seharusnya Bapak kuasai dulu dasar iman Katolik dengan benar. Pertanyaannya: sudah seberapa dalamkah? Hanya Bapak yang bisa menjawabnya.
Saran: Jangan terpengaruh dengan kothbah kothbah yang indah sebab belum tentu yang berkothbah bisa menjalaninya. Kalau yang berkotbah(yang katanya penuh urapan) saja tidak bisa menjalani , bagaimana yang mendengar bisa menjalani? Sebagai contoh: Pdt. Benny Hinn . Siapa yang tidak kenal? Bagus?apakah dia bisa menjalankan apa yang dia kotbahkan? Apa yang terjadi dengan rumah tangganya? .
Ada banyak tulisan Bapa Gereja yang sungguh teramat bagus dibanding dengan kotbah2, seperti tulisan Paus Yohanes Paulus II. Sudahkah Bapak baca?Paus Yohanes Paulus II, bukan hanya berkotbah saja, tapi dia menjadikan hidupnya sebagai “kotbah hidup” yang bisa beliau saksikan buat semua orang di muka bumi ini. Semoga Bapak menjadi kuat!
Dan yang terpenting adalah ini: Kotbah BUKAN inti ajaran Kristus, Intinya dalam :Kasihilah TUHAN ALLAHmu dan kasihilah sesamamu diwujudkan secara NYATA dan TERUS MENERUS sampai sekarang dalam EKARESTI KUDUS. Inilah inti iman kita: TUBUH DAN DARAH TUHAN dalam EKARESTI KUDUS. Itu sudah jauh dari cukup bbuat hidup kita. Amin.
Gereja katolik memang memiliki ajaran yang sangat dalam dan perlu iman yg kokoh dan permenungan untuk memahami berbagai ajaran iman katolik. untuk itulah saya sering mengatakan kepada istri saya (yang dulunya beragama kristen protestan) bahwa ajaran gereja katolik terlihat jelek dari luar tetapi sangat luar biasa berkilaunya jika didalami. sedangkan ajaran gereja non katolik luar biasa indah nya telihat dari luar tetapi tidak dalam ajaran dan landasan nya. untuk itulah saya berpesan kepada umat2 katolik agar senantiasa menggali kekayaan iman katolik kita yang tiada duanya, karena saya sendiri yakin dengan iman saya dalam gereja katolik jika kita benar-benar mengerti ttg ajaran gereja, iman kita tak akan pernah goyah. tak ada gunanya kita mencemooh dan menjelek2kan orang yang berusaha menyerang kita dengan ajaran2nya, tetapi sebaliknya kita harus bersyukur bahwa dengan adanya masalah ini, kita akan semakin giat lagi untuk mendalami kebenaran ajaran2 gereja katolik. semoga kita dikuatkan dan diberi semangat untuk lebih giat lagi untuk memperdalami iman kita yang bagi saya luar biasa indah dan sucinya ini…….GBU……….
sangat setuju dan acungan jempol buat jawaban sdr. Saung.JMV di atas. Memang demikian adanya yang selama ini terjadi dalam Kekristenan. Bahkan saya sangat yakin ada banyak pendeta dan evangelist protestan yang datang membaca dan belajar dari web katolisitas ini. Semoga mereka tidak hanya menerima sebagian sebagian kebenaran dari Gereja Katolik tetapi dengan penuh kerendahan hati menyatakan keesaan iman dalam keutuhan kebenaran dalam Gereja Katolik itu sendiri. Satu iman, satu baptisan dan satu meja perjamuan dalam Gereja yang satu,kudus,katolik dan apostolik. sekaligus kita semua mengaminkan doa Tuhan Yesus : Supaya mereka menjadi satu. AMIN
Yang sesat itu sebenernya siapa sih? yg dikutuk di konsili Trent itu sebenernya siapa sih? menolak Sakramen2, menolak Bunda Maria, menolak Paus, hanya Kitab Suci, Sekali selamat ttp selamat…?
anathema sit buat Protestanisme
[dari katolisitas: yang menjadi masalah adalah mereka / kaum Protestan menolak konsili-konsili.]
Diluar gereja katolik apa saja bisa kamu peroleh, kecuali keselamatan… ST.Stevanus
[dari katolisitas: Saint Augustine (died A.D. 430): “No man can find salvation except in the Catholic Church. Outside the Catholic Church one can have everything except salvation. One can have honor, one can have the sacraments, one can sing alleluia, one can answer amen, one can have faith in the name of the Father and of the Son and of the Holy Ghost, and preach it too, but never can one find salvation except in the Catholic Church.” (Sermo ad Caesariensis Ecclesia plebem) ]
Just need to add:
Sy rasa pintu ke Surga akan terbuka bagi mereka yang sungguh-sungguh mengimani katolik dan melaksanakan nya, bukan sekedar katolik dan sy rasa percaya saja tidak cukup….menjadi katolik saja tidak cukup……kita wajib percaya, mengimani dan melaksanakan semua perintah Nya…itu baru cukup.
agree or disagree…I love the Catholic Church.
Regards,
Angela s
beradu argumentasi mengenai iman kekatolikan tidak akan ada habisnya, pihak pihak yang saling berargumen akan mencari celah di mana kita bisa menerobos masuk untuk mempengaruhi iman kita sebagai orang katolik. Bagi saya secara pribadi mengimani katolik adalah percaya dan yakin akan iman kita sendiri seperti yang telah diajarkan beribu tahun yang lalu sampai saat ini, semakin kita ingin mengetahui misteri iman maka semakin kita tidak mengenal iman kita , keingintahuan dalam memperdalam, mengupas, menelaah, memperbandingkan, mencari rahasia yang terdalam dari suatu makna iman makin menjauhkan kita dari iman yang sebenarnya dan makin membuat kita tidak mengetahui apa yang sebenarnya (mencari tahu tapi malah tidak tahu).
Shalom Kusuma,
Terima kasih atas komentarnya. Memang dalam berdialog, kita mungkin tidak dapat sampai pada titik temu. Namun, satu hal yang harus kita lakukan adalah mencoba untuk mempertanggungjawabkan iman Katolik (lih. 1 Pet 3:15). Dan apakah yang berdialog dengan kita dapat menerima atau tidak, bukan menjadi tanggung jawab kita lagi, karena hanya Roh Kudus sendiri yang dapat membuka hati seseorang. Harapannya, kalau kita dapat memaparkan iman Katolik dengan baik, maka orang yang berdialog dengan kita akan dapat melihat bahwa iman Katolik sebenarnya dapat dipertanggungjawabkan, mempunyai dasar yang kuat dan didukung oleh Alkitab.
Sebenarnya, kalau kita berusaha menguak misteri iman, maka kita akan semakin dapat mengasihi iman kita. Dengan mengasihi iman kita, maka kita akan semakin ingin tahu lebih dalam tentang iman kita. Kuncinya adalah, kita harus menguak misteri iman bersama dengan Gereja, sehingga kita mendasarkan pengertian kita kepada pengajaran Gereja, yang pasti tidak akan bertentangan dengan Alkitab. Dan ini adalah tugas dari setiap umat Katolik, yaitu untuk mengetahui dan mengasihi iman Katolik, sehingga kita dapat mewartakannya kepada seluruh bangsa. Mari kita bersama-sama belajar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
kunci pintu surga memang ada di tangan rasul petrus, tapi bukan berarti penerus petrus sama dengan rasul petrus, trus pada saat meninggal kan petrus mewariskan dua kunci di roma dan di anthiokhia gimana dong?
Shalom Niko,
Topik tentang arti "kunci- kunci" (the keys) kerajaan surga sudah dibahas di artikel sini, silakan klik, yaitu pada sub-judul: Petrus sebagai pemegang Kunci Kerajaan Allah, dan diberi kuasa "mengikat dan melepaskan"
Maka "kunci" di sini menyangkut otoritas kepemimpinan Gereja dengan kuasa "mengikat dan melepaskan". Fakta bahwa Rasul Petrus juga mendirikan Gereja (jemaat) di Antiokhia selain di Roma, tidak mengganggu arti bahwa ia adalah satu- satunya pemimpin tertinggi Gereja di dunia, yang di atasnya Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Boleh nimbrung sedikit. Memang ada saja yang selalu melihat rumput tetangga selalu lebih hijau. Pada hal kehijauan di rumah sendiri sangat ijo royo-royo (hijau sekali), tetapi keindahan kehijauan itu tidak nampak, karena yang dilihat hanya di luarnya saja. Gereja memiliki kekayaan liturgis yang luar biasa yang tidak ditemukan di tempat lain. Kekayaan itu perlu digali, diresapkan dan dipraktekkan dalam hidup menggereja. Katakan liturgis Ekaristi, tidak akan dijumpai selain di dalam Gereja Katolik. Oleh karena itu janganlah selalu melihat rumput tetangga selalu lebih hijau. Tolonglah explore kekayaan Gereja Katolik yang tiada duanya. Bravo!!!
Saya bukan seorang Katolik yang taat banget. Tapi saya yakin bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus diatas Santo Petrus. Dan Alkitab mengatakan demikian. Apa lagi yang harus diragukan? Semua bisa ditelusuri sampai ke akar-akarnya. Kalau ada kelakuan/tindakan/sikap dan lain sebagainya dari segelintir umat Katolik yang salah atau mengecewakan/menyakitkan itu bagi saya bukan halangan untuk mempercayai dan meyakini Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Yesus. Yang salah disini bukan Gerejanya atau agamanya tapi manusianya karena Gereja tidak pernah mengajarkan demikian. Yang menjadi patokan bagi saya adalah Ajaran Gerejanya bukan manusianya, karena manusia itu daging, lemah dan punya kehendak bebas (walaupun tahu itu dosa kadang juga dilakukan, mari kita periksa diri kita sendiri ; bukankah sering demikian?)
Siapakah kita ini sampai berani menganggap bahwa kita lebih Mengetahui daripada Para Rasul yang adalah Murid dari Yesus sendiri? Bahkan bersama-sama dengan Dia didalam karya PengajaranNya di dunia ini?
Ok, orang boleh mengatakan bahwa Ajaran Yesus itu sudah dibengkokkan/dirubah oleh Gereja Katolik, tapi dasarnya apa untuk menuduh demikian? Alkitab? Bahkan semua ajaran di Gereja Katolik Alkitabiah?
Kalau orang mengatakan bahwa pengajaran yang diteruskan oleh Para Rasul/Bapa Gereja (Tradisi Suci) yang berasal dari Yesus itu salah atau sudah dibelokkan oleh Penerusnya, pertanyaan saya ‘Bagaimana saya bisa mempercayai pengajaran dari orang yang hidup (masih hidup) dijaman ini yang mengklaim bahwa mereka mendapat penglihatan,nubuat atau apalah namanya? sementara Para Rasul atau penerusnya yang hidup dijaman Yesus dianggap salah dan tidak mendapat karunia-karunia istimewa dari Allah? Sepanjang sejarah sudah cukup banyak bukti tentang orang-orang yang terberkati/terurapi oleh Allah, kita abaikan itu semua?
Mari saudara-saudari seiman dalam Gereja Katolik kita saling menguatkan, saling mendoakan agar Allah Bapa Yang Di Surga senantiasa membimbing kita agar tetap teguh dalam keyakinan di dalam Gereja kita. Jangan pernah kita menghakimi orang lain apapun pilihannya tetapi berdoalah untuk mereka. Allah Bapa kita adalah Allah Yang Pengasih dan Penyayang.
Bagiku “Kebenaran Tidak Memerlukan Tipu Muslihat Untuk Meyakinkannya”
Salam untuk team Katolisitas, maju terus. GBU.
Simon
perkembangan ajaran gereja itu apa ya?
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Saya bukan orang Katolik yg fanatik.Tapi punya kenyakinan yang kuat dng ajaran Katolik.Mengapa orang Kristen non Katolik selalu mencari cari cara agar orang Katolik mengikuti anda.Padahal jelas bahwa TUHAN menyerahkan KUNCI PINTU SURGA kepada St Petrus,dimana St Petrus adalah Paus I.Bagaimana kalian bisa masuk ke Surga bila kalian tidak percaya dng Hirarki Gereja Katolik.Apakah kalian akan masuk ke Surga lewat jendela atau pintu belakang dng mencongkelnya?
Kita tidak perlu mencari cari apa yang ada diluar gereja Katolik, berdialog boleh tapi untuk hal-hal yang berhubungan dengan ajaran ajaran iman dan theologi no compromi. Bagi ayng sudah memahami ajaran gereja Katolik dengan mendalam pasti tidak akan mau mencari-cari hal yang ada diluar gereja Katholik. Orang berpindah pindah gereja mungkin saja banyak hal-hal yang diluar ajaran atau teologi, mencarai-cari hal yang menyenangkan pribadinya. bravo para defender Catholic.
Semenjak dunia dijadikan, semenjak itu pulalah Gereja katolik hadir. Akan mengejutkan jika beberapa dr antara orang Katolik meninggalkan Gerejanya hanya karena mendapat propaganda dr mereka yg tidak seiman dengannya.Pantaskah Kaum injili, Saksi Yehuwa dll, dipercaya padahal mereka berdiri diatas keyakinan bahwa orang lain [Gereja Katolik] salah? Kalau Gereja Katolik salah, apakah sebabnya mereka benar, padahal Alkitab yg mereka yakini sebahagian atau seluruhnya didasarkan pada pengakuan iman para Bapa-bapa Gereja, Uskup dan Paus Gereja Katolik?
Comments are closed.