Pertanyaan:
Pengasuh yth, saya umur 50 tahun pensiun dini dari BUMN, beristeri, 3 anak 1 cucu, sudah 7 tahun pengurus lingkungan gereja katolik, sering mendoakan umat untuk kesehatan, rejeki dll. Namun karena banyaknya pergumulan seperti anak laki usia 19 tahun kawin, cucu meninggal usia 4 hari, gagal jadi anggota dewan, hampir semua bisnis gagal, bahkan tertipu orang lain. Baru-baru ini saya menghindar menjadi pengurus lingkungan (dengan alasan kembali ke lingkungan sesuai wilayah tempat tinggal ), karena sadar semua orang sekitar meningkat, tapi kami malah menurun kesejahteraannya. Saya pikir bagaimana membawa renungan (khotbah) sekali sebulan dihadapan umat,mendoakan sesama berejeki dengan melimpah padahal rejeki kami sendiri belum ada titik terang dan gagal atau tidak betah melakukan berbagai usaha menambah pendapatan.
Mohon pencerahan terimakasih
Jawaban:
Shalom Kakjujur,
Nampaknya yang perlu ditanyakan kepada diri kita semua yang bertekad melayani Tuhan adalah apakah motivasinya adalah sungguh untuk mengasihi Tuhan. Sebab jika kasih kepada Tuhan yang menjadi pendorong kita, maka kita tidak mudah berputus asa walaupun banyak kesulitan ataupun rintangan yang akan kita hadapi. Kita harus selalu mengingat bahwa Allah telah lebih dahulu mengasihi kita, dengan mengutus Kristus Putera-Nya untuk menyelamatkan kita, sehingga apapun yang kita lakukan di dunia ini tidaklah sebanding dengan apa yang sudah dilakukan-Nya bagi kita. Maka memang bukan kemakmuran duniawi yang menjadi motivasi dalam pelayanan kita kepada Tuhan, seolah kita baru melayani kalau sudah diberkati Tuhan, atau sebaliknya, kalau kita belum diberkati sesuai dengan harapan kita, maka kita berhenti saja melayani Tuhan. Sebab jika demikian, motivasi kita dipertanyakan, kita ini mau melayani Tuhan, untuk kepentingan Tuhan atau untuk kepentingan diri kita sendiri?
Kitab Suci sendiri mengatakan kepada kita, bahwa jika kita mau melayani Tuhan, malah harus bersiap-siap menghadapi pencobaan (lih. Sir 2:1-18). Namun kalau kita bertekun, tetap takut akan Tuhan, percaya kepada-Nya dan berharap yang baik, maka kita tidak akan kehilangan ganjaran kita. Tuhan yang penyayang dan pengasih akan mengampuni dosa kita dan menyelamatkan kita pada saat kemalangan (lih. Sir 2:8-9,11). Artinya adalah Tuhan tidak akan meninggalkan dan membiarkan kita yang mengasihi dan melayani Dia, dan pasti Ia akan membuka jalan bagi kita agar kita mampu menghadapi apapun pencobaan yang Tuhan izinkan terjadi di dalam kehidupan kita (lih. 1 Kor 10:13).
Maka kita perlu melihat pencobaan yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita sebagai ujian iman. Jangan sampai ujian itu berlalu, tanpa menambah iman kita tetapi malah melemahkannya. Adalah lebih mudah untuk memuji Tuhan ketika berkat Tuhan sedang melimpah dalam hidup, namun jika dalam keadaan yang sukar kita masih dapat memuji Tuhan dan tetap percaya akan kebaikan-Nya, itu adalah ‘lompatan’ iman. Sebab justru dalam keadaan yang sulit itu, iman kita diuji, dan jika kita mampu bertekun dan melewati kesulitan tersebut bersama Tuhan, maka kita membuktikan kemurnian iman kita kepada Tuhan. Rasul Paulus menulis demikian:
“… kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (1 Pet 1:5-7)
Sebab keselamatan dan kemuliaan yang dijanjikan Allah bagi kita itu dicapai melalui penderitaan, sebagaimana kita lihat di dalam kehidupan Kristus sendiri:
“Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah -yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan- yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.” (Ibr 2:10)
Maka jika Tuhan mengizinkan terjadi pencobaan dan penderitaan di dalam hidup kita, kita harus melihatnya dari kacamata yang positif, yaitu bahwa Tuhan ingin agar menyempurnakan dan menguduskan kita semakin menyerupai Kristus. Ia adalah Seorang “Penyembuh” yang terluka (wounded healer), dan Ia mengundang kita juga yang adalah anggota-anggota-Nya untuk juga menjadi ‘penyembuh’ bagi sesama kita juga, walaupun kitapun juga mengalami luka-luka di dalam kehidupan rohani kita. Maka yang pertama-tama perlu kita mohon adalah agar Tuhan menyembuhkan kita dari luka-luka batin kita itu, supaya kemudian kitapun dapat dipakai Tuhan untuk meringankan beban sesama yang mungkin juga mengalami luka-luka batin yang serupa.
Di samping itu, pengalaman kegagalan -entah di dalam bisnis atau dalam hal mendidik anak-anak- harus membuat kita berintrospeksi, apakah ada kesalahan yang telah kita lakukan, yang dapat kita perbaiki. “Apakah saya telah melibatkan Tuhan di dalam hidup saya, dalam pekerjaan saya setiap hari, dan sebelum memutuskan sesuatu yang penting dalam bisnis? Apakah prinsip bisnis dijalankan sesuai dengan ajaran Tuhan (prinsip kejujuran, keadilan dan kasih)? Apakah saya sudah cukup rajin dan ulet, tak pernah menyerah dalam pekerjaan saya? Apakah saya sudah menanamkan iman Katolik sejak anak-anak berusia dini? Apakah saya berdialog dengan anak tentang iman, bahkan sekarang setelah mereka berkeluarga? Apakah saya sudah melihat bahwa anak (dan cucu) adalah berkat dari Tuhan dan milik Tuhan? Apakah saya menyadari bahwa Allah adalah Sang Pemberi hidup yang berhak memberikan dan mengambil hidup ini -sebab bukan hidup di dunia ini yang terpenting, tetapi hidup bersama-Nya di surga kelak? Apakah saya sudah mengisi pikiran saya dengan hal-hal surgawi? Apakah saya sudah bersyukur kepada Tuhan untuk rahmat keluarga: istri dan anak-anak saya? Apakah saya sudah bersyukur atas kasih dan pemeliharaan Tuhan atas saya dan keluarga selama ini?….Pertanyaan- pertanyaan reflektif ini dapat terus dikembangkan di dalam waktu doa Anda, dan semoga Roh Kudus menyingkapkan kepada Anda, hal-hal yang kurang berkenan kepada Tuhan, dan yang perlu diperbaiki untuk kehidupan Anda selanjutnya. Anda dapat kemudian mencari pastor Paroki untuk mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa, dan terimalah rahmat pengampunan dari Allah yang menyembuhkan luka-luka di batin Anda.
Semoga dengan bantuan rahmat Tuhan, Anda dimampukan untuk melihat kehidupan di dunia ini dengan sikap yang lebih positif. Sikap yang sedemikian lebih memberikan inspirasi kepada orang-orang yang akan Anda layani di lingkungan Anda. Sebab bukanlah suatu patokan bahwa orang yang mendoakan memohon rejeki harus lebih dahulu berlimpah dalam rejeki. Justru dalam kelemahan kita, kita memohon kepada Tuhan, dan kita percaya bahwa kuasa Tuhan akan dinyatakan dengan lebih sempurna (lih. 2 Kor 12:9). Betapa sungguh ayat ini sudah digenapi di dalam kehidupan orang-orang percaya!
Maka, dengan iman akan kasih Tuhan yang adalah Bapa bagi kita semua, yang tahu akan segala kebutuhan kita, mari kita memohon kepada-Nya agar mempunyai iman seperti yang dicatat dalam kitab Habakuk:
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Hab 3:17-18)
Selanjutnya tentang topik mengapa Tuhan membiarkan penderitaan, klik di sini.
Tentang kesaksian iman, Memaknai Penderitaan, klik di sini.
Mari, jangan ragu untuk mengasihi Tuhan dan melayani Dia, walaupun mungkin kehidupan kita sendiri tidaklah terlalu mulus menurut ukuran dunia. Kita percaya, jika kita berjalan bersama Tuhan di dalam kehidupan ini, maka Ia akan memampukan kita melihat segala sesuatunya yang terjadi di dalam kehidupan kita dari kacamata yang positif: “Semuanya ini terjadi untuk menghantarkan saya untuk lebih dekat kepada Tuhan yang begitu mengasihi saya.”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bentuk-bentuk Berkat
Ada pendapat orang kristen non katolik sebagai berikut :
Jika warung atau usaha seseorang tidak begitu maju atau cenderung bangkrut, maka disimpulkan usahanya tidak diberkati.
Apakah kesimpulan sederhana tersebut mencerminkan kebenaran ilahi?
Bagaimana kita mengetahui bahwa penderitaan atau pun kebangkrutan dapat saja menjadi berkat dari Tuhan?
Shalom Herman Jay,
Nampaknya itu adalah kesimpulan yang diambil terlalu tergesa-gesa. Tidak seharusnya kita ‘menyalahkan’ Tuhan, dengan mengatakan bahwa usaha kita tidak diberkati oleh-Nya, jika usaha tersebut nampak tidak maju/ bangkrut. Sebab untuk kemajuan suatu usaha, diperlukan juga kerjasama dari pihak orang yang melakukan usaha tersebut. Maka sebelum mengambil kesimpulan apapun, sebaiknya orang yang bersangkutan memeriksa dirinya sendiri, apakah ia sudah melakukan segala yang dilakukannya dengan sebaik-baiknya: seperti sudahkah ia rajin/ ulet dalam usaha, sudahkah usaha dikelola dengan profesional, sudahkah ia jujur dan melakukan segala sesuatunya sesuai dengan perintah Tuhan, sudahkah ia mempelajari dengan sungguh bidang yang sedang digelutinya, sudahkah ia menerapkan prinsip kasih dan keadilan kepada para pekerjanya ataupun rekan usahanya, sudahkah ia berdoa/ melibatkan Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan, sudahkah ia mencari Tuhan dan Kerajaan-Nya (lih. Mat 6:33) dalam kehidupan sehari-hari, dst.
Jangan kita terlalu cepat menghubungkan segala bentuk kesukaran hidup dengan kehendak Tuhan, sebab seringkali hal itu disebabkan karena keputusan kita sendiri. Jangan pula kita berpikir bahwa kita perlu “berhitung” dengan Tuhan, atau kita ber-amal/ menyumbang dengan harapan Tuhan akan membalas kita berlipat kali ganda secara jasmani. Jika ini motivasinya, maka bukan kasih kepada Allah yang mendorong kita, melainkan cinta diri, sebab yang menjadi fokus utama sebenarnya adalah diri sendiri. Silakan Anda membaca selanjutnya artikel ini, silakan klik. Tuhan tentu berkuasa memberkati dan dapat melimpahkan berkat-Nya seturut kehendak-Nya, tetapi bukan bagian kita untuk ‘mengatur’ agar Dia melakukan hal itu terhadap kita sesuai dengan rencana kita.
Sedangkan tentang bagaimana mengetahui bahwa penderitaan/ kesukaran hidup dapat menjadi berkat Tuhan, itu kita ketahui jika kita menjalani semuanya itu bersama Tuhan Yesus dan di dalam Tuhan Yesus. Hanya dengan menyatukan penderitaan kita dengan penderitaan Tuhan Yesuslah, kita menemukan makna dalam penderitaan/ kesulitan hidup kita; dan kita akan menerima buah-buahnya yang menyelamatkan. Tentang hal ini sudah pernah dibahas sekilas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pengasuh yth, saya umur 50 tahun pensiun dini dari BUMN, beristeri, 3 anak 1 cucu, sudah 7 tahun pengurus lingkungan gereja katolik, sering mendoakan umat untuk kesehatan, rejeki dll. Namun karena banyaknya pergumulan seperti anak laki usia 19 tahun kawin, cucu meninggal usia 4 hari, gagal jadi anggota dewan, hampir semua bisnis gagal, bahkan tertipu orang lain. Baru-baru ini saya menghindar menjadi pengurus lingkungan (dengan alasan kembali ke lingkungan sesuai wilayah tempat tinggal ), karena sadar semua orang sekitar meningkat, tapi kami malah menurun kesejahteraannya. Saya pikir bagaimana membawa renungan (khotbah) sekali sebulan dihadapan umat,mendoakan sesama berejeki dengan melimpah padahal rejeki kami sendiri belum ada titik terang dan gagal atau tidak betah melakukan berbagai usaha menambah pendapatan. Mohon pencerahan terimakasih.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Kakjujur Yth,
Tetaplah semangat!! Mohonkan pada Tuhan ketabahan dan iman yang tidak akan goyah kepadaNya. Umur boleh tua, namun tetap semangat. Semuanya pada akhirnya akan disingkapkan oleh Tuhan, baik buruknya akan diketahui Kakjujur. Tuhan mencintai Anda!
Salam penuh cinta dan damai,
Selly.
Shalom Bapak yang Jujur..
_____________________________
Non es longe a regno Dei (Mark 12 : 34)
_____________________________
Sudah 7 tahun pengurus lingkungan gereja katolik, sering mendoakan umat untuk kesehatan, rejeki dll.. apakah bapak seorang Prodiakon?
seharusnya lewat peristiwa2 tersebut Bapak semakin bertumbuhkembang Imannya, dan juga kepekaan Batin terhadap sesama sudah semakin terasah. Bukan waktu yang sebentar Bapak melakukan kegiatan tersebut (semoga bukan Rutinitas semata), dan saya kira cukup hebat, karena jarang sekali ada orang yang melakukan hal2x yang telah dilakukan oleh Bapak..
Bapak tidak perlu khawatir mengenai kurangnya kesejahteraan, Percayalah dan Jangan Bimbang..
jikalau Bapak akan mendoakan seseorang Doakanlah apa yang sekiranya mereka butuhkan, dan jika minta untuk didoakan mengenai Rejeki.. Doakanlah.. Doakanlah.. dan Doakanlah..
Berdoa untuk seseorang tidak perlu menunggu dalam keadaan / kondisi yang Baik dalam hal materi^^
misalnya… Bapak adalah seorang Romo.. dan ada umat yang ingin didoakan agar mendapatkan jodoh dan nantinya dapat langgeng menikah dan supaya rejekinya lancar.. adakah Bapak yang saat itu adalah seorang Romo akan bertanya dalam hati : “waduh.. saya saja sampai saat ini belum mendapatkan jodoh dan Rejeki saya juga masih seret.. “, dan berkata : Iya saya doakan tapi nanti dulu yaa..
Hihihiii… saya rasa hal ini cukup menggelikan..
Dan Kalau memang benar2 mendesak sekali, Bapak juga jangan menolak permintaan untuk menjadi pengurus dalam lingkungan.. mungkin dengan menolaknya, umat yang menawarkan menjadi kecewa dan akhirnya semakin jauh nantinya..
Bapak tidak perlu ragu, mintalah Rahmat dan pertolongan surgawi, contohnya seperti yang pernah dilakukan oleh St. Yohanes Maria Vianey, dalam Katolisitas juga telah dipublikasikan kisah perjalanan hidupnya..
Tetap semangaat.. Biarlah api yang ada dalam dirimu terus menyala..
_________________________________________________________________
Be Humble..
Rendah Hatilah.. Maka Allah akan semakin berkenan kepadamu..
_________________________________________________________________
[Dari Katolisitas: Nasehat untuk bertumbuh dalam kerendahan hati sebenarnya berlaku untuk kita semua]
Berkah Dalem Gusti..
Fiat Voluntas Tua^^
Shalom kakjujur,
terima kasih untuk sharingnya. Usia saya masih jauh lebih muda dari bapak, juga belum berkeluarga jadi permasalahan2 yang saya alami mungkin tidak sampai setengah permasalahan yang bapak alami. Namun kalau boleh, saya ingin memberikan apa yang saya pelajari.
Yang pertama, pelayanan dan berkat adalah dua hal yang terpisah dan tidak seharusnya dihubung-hubungkan. Kita mendapat berkat itu karena Tuhan memang mau memberkati kita, usaha2 kita dll, bukan karena kita sudah melayani Tuhan.
Kita melayani itu memang karena kita ingin melayani Tuhan, mencintai Tuhan, bukan karena kita sudah mendapat berkat atau ingin mendapat berkat, bukan karena keuangan kita sudah baik dan anggota keluarga sehat semua.
Kalau boleh saya pakai contoh yang bapak ceritakan di atas. Bagaimana mendoakan sesama kelimpahan rejeki padahal kita sendiri masih ngga jelas rejekinya. Menurut saya, kita bisa tetap mendoakan sesama agar berlimpah rejeki sambil juga berdoa agar kita sendiri rejekinya berlimpah, tapi kita juga harus ingat bahwa berkat Tuhan tidak (selalu) menjadikan segala sesuatu lancar jaya persis seperti yang kita mau.
Apabila setelah kita berdoa agar rejeki berlimpah tapi yang terjadi malah kita ditipu orang, yang harus kita lakukan adalah belajar dari pengalaman ditipu itu (selama kita masih punya tenaga dan pikiran, sehat jasmani rohani). Apa yang harus kita hindarkan dimasa datang agar tidak terulang kejadian yang sama, sambil kita tetap berdoa agar Tuhan memberkati usaha kita. Mungkin saja berkat yang diberikan Tuhan itu bukan berupa materi (untuk saat ini) tapi semangat pantang menyerah, kejujuran, disiplin, tenaga dll.
Kalau boleh saya sarankan, bapak tetap melayani (mungkin menerima kembali tawaran sebagai pengurus lingkungan). Jangan ragu-ragu pak. Karena apapun yang kita lakukan buat Tuhan, meskipun kelihatannya sia-sia, sebenarnya tidak akan pernah sia-sia.
Terima kasih. Tuhan memberkati bapak dan keluarga.
Comments are closed.