I. Banyak umat bertanya tentang Ekaristi

Ada banyak umat non-Katolik yang sering mempertanyakan mengapa umat Katolik merayakan Ekaristi. Mereka sering mempertanyakan dasar alkitabiah dari pengajaran Ekaristi. Sebaliknya, ada juga sebagian umat Katolik yang juga ‘merasa’ bahwa perayaan Ekaristi kurang menyentuh perasaan mereka, sehingga terasa membosankan. Apalagi ditambah dengan khotbah Romo yang terdengar ‘monoton’, dan koor yang kadang terdengar apa adanya, yang dalam beberapa kesempatan terdengar ‘fals‘. Artikel ini hendak memaparkan alasan mengapa Gereja Katolik mengambil Ekaristi sebagai bentuk penyembahan yang tertinggi, yang dirayakan setiap hari sampai akhir zaman. Gereja Katolik merayakan Ekaristi, karena: 1) tunduk terhadap perintah Kristus, 2) melaksanakan pesan terakhir Kristus, 3) hal ini dilakukan oleh seluruh jemaat perdana, dan diteruskan oleh Gereja di sepanjang sejarah sampai saat ini.

II. Tunduk terhadap perintah Kristus

Rasul Yohanes menulis bahwa bukti kita mengasihi Allah adalah jika kita menjalankan semua perintah-Nya (lih. 1 Yoh 5:3). Perintah yang mana? Semua perintah yang telah diberikan oleh Kristus. Sebelum Kristus naik ke Sorga, Dia memberikan perintah, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20) Selain perintah untuk melakukan evangelisasi dan membaptis seluruh bangsa, Kristus menginginkan agar kita dapat melakukan dan mengajarkan semua orang untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Kristus.

Kita tidak mempunyai hak untuk memilih-milih perintah mana yang kita suka dan mana yang tidak, karena kita pandang sulit atau kurang masuk akal. Ketaatan untuk menjalankan semua perintah Kristus adalah merupakan tanda kedewasaan spiritualitas dari seseorang dan sebaliknya kemampuan untuk menjalankan semua perintah Kristus hanya dapat terjadi dengan bantuan rahmat Allah.

III. Ekaristi adalah perintah Kristus yang penting dan yang terakhir

1. Ekaristi adalah menyantap Sang Roti Hidup

Semua perintah Kristus adalah penting. Namun, perintah untuk merayakan Ekaristi – makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya – adalah sungguh amat penting, karena menyangkut keselamatan kita. Rasul Yohanes menuliskan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:54) Gambaran akan peristiwa penting ini telah digambarkan secara samar-samar dalam peristiwa pergandaan roti (lih. Mat 14:13-21; Mrk 6:30-44; Luk 9:10-17; Yoh 6:1-13). Dalam peristiwa pergandaan roti, Yesus menunjukkan bahwa Dia dapat melakukan mukjizat dan memberikan makanan yang berlimpah kepada semua orang yang hadir.

Namun, Kristus datang ke dunia bukan hanya sekedar memberikan makanan fisik; dan bukan hanya untuk melakukan mukjizat. Ketika orang-orang Yahudi melihat bahwa Kristus dapat menggandakan roti dan kemudian ingin menjadikan-Nya sebagai raja, Kristus menolak dan menyingkir ke gunung seorang diri (lih. Yoh 6:15). Dan ketika Ia bertemu dengan orang-orang Yahudi setelah pergandaan roti, Kristus menegaskan kepada mereka bahwa mereka harus bekerja bukan untuk mendapatkan makanan yang dapat binasa, namun untuk makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal (lih. Yoh 6:27).

Makanan yang bertahan sampai pada hidup yang kekal ini adalah Yesus sendiri, sebab Dia adalah Roti Hidup yang turun dari Sorga (lih. Yoh 6:51). Barang siapa yang datang kepada-Nya tidak akan lapar lagi (lih. Yoh 6:35), yang makan roti hidup tidak akan mati (lih. Yoh 6:50-51). Yesus menegaskan bahwa roti ini adalah daging-Nya sendiri (lih. Yoh 6:51) yang memberi hidup kepada dunia. Sebab barangsiapa yang tidak makan daging-Nya dan minum darah-Nya, ia tidak mempunyai hidup (lih. Yoh 6:53) sedangkan barangsiapa yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan dibangkitkan pada akhir zaman (lih. Yoh 6:54). Untuk mempertegas hal ini, Yesus mengatakan, “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yoh 6:55-56) Singkatnya, siapa yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan hidup untuk selama-lamanya (lih. Yoh 6:56,58).

Apakah orang-orang Yahudi mengerti bahwa Yesus berbicara secara harafiah bahwa tubuh-Nya dan darah-Nya adalah benar-benar makanan? Tentu saja. Itulah sebabnya, mereka bertengkar satu sama lain dan mempertanyakan bagaimana mungkin Yesus dapat memberikan daging-Nya untuk dimakan (lih. Yoh 6:52). Namun, Yesus tidak mengkoreksi pandangan mereka, bahkan semakin mempertegas bahwa Tubuh dan Darah-Nya adalah sungguh-sungguh makanan dan minuman (lih. Yoh 6:55). Sampai tahap ini, tidak ada yang salah paham lagi akan maksud Yesus, sehingga para murid-Nyapun mengatakan bahwa ini adalah pengajaran yang keras dan sulit diterima (lih. Yoh 6:60). Mendengar hal ini, Yesus tdiak memberikan penjelasan atau mengkoreksi ajaran-Nya, namun sebaliknya, Ia mengatakan, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?” (Yoh 6:61) Dan mulai dari saat ini, banyak murid-murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Yesus (lih. Yoh 6:66). Lalu, bagaimana dengan para rasul? Yesus tidak mengkoreksi pengajaran-Nya, karena bagi Yesus suatu kebenaran tidak dapat diubah. Untuk mempertegas bahwa pengajaran yang diberikan-Nya adalah sungguh benar: Dia bermaksud mengatakan bahwa tubuh-Nya adalah benar-benar makanan dan darah-Nya adalah benar- benar minuman yang harus dimakan dan diminum agar seseorang memperoleh hidup yang kekal, maka Yesus bertanya kepada para rasul, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (Yoh 6:67) Petrus, yang mewakili para rasul yang lain menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:68-69)

Dari sini, kita dapat melihat, bahwa Yesus tidak memberikan pengajaran bahwa tubuh-Nya dan darah-Nya adalah sekedar simbol, namun sungguh-sungguh Dia mengajarkan bahwa tubuh-Nya adalah benar-benar makanan dan darah-Nya adalah benar-benar minuman. Kita dapat mempunyai sikap seperti orang Yahudi yang bertengkar tentang pengajaran ini, atau seperti para murid yang meninggalkan Yesus karena tidak dapat mencerna dan tidak dapat menerima pengajaran ini. Namun, Yesus tidak pernah bergeming terhadap kebenaran ini. Sebagai murid Kristus,  sudah seharusnya kita mempunyai sikap seperti Petrus, yang walaupun kadang tidak mengerti (atau tepatnya belum sepenuhnya mengerti) ataupun sulit memahami kebenaran ini, tapi tetap mempercayai Kristus yang karena kasih-Nya, ingin bersatu dengan kita dengan memberikan tubuh dan darah-Nya. Mungkin kebenaran ini sulit diterima, karena terdengar “too good to be true“.

2. Ekaristi adalah perintah Yesus yang terakhir sebelum menderita sengsara

Di dalam kelompok para rasul yang tetap mempercayai Sabda dan ajaran Kristus tentang Roti Hidup, Kristus memberikan penjelasan secara bertahap dan mencapai puncaknya di dalam Perjamuan Terakhir. Para rasul mulai melihat bahwa dalam penggandaan roti, Kristus mengambil persembahan dan kemudian Dia mengucap berkat, memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada para murid (lih. Mat 14:19; Mrk 6:41; Luk 9:16; Yoh 6:11). Dan dalam Yohanes 6, dikisahkan bahwa walaupun mungkin saat itu para rasul tidak memahami secara penuh, mereka mengerti bahwa Yesus mengajarkan secara harafiah bahwa makanan dan minuman yang mendatangkan kehidupan kekal adalah tubuh dan darah Kristus sendiri. Dan misteri ini akhirnya mulai tersingkap di malam sebelum Yesus menderita sengsara, yaitu dalam Perjamuan Kudus.

Dalam Perjamuan Kudus inilah, Yesus melakukan hal yang sama ketika Dia menggandakan roti, yaitu: Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikan kepada para murid (lih. Mat 26:26; Mrk 14:22; Luk 22:19). Namun, kali ini, Yesus meneruskan perkataan tersebut dan sekaligus merupakan penegasan dari pengajaran sebelumnya, bahwa roti diubah menjadi tubuh-Nya, yang adalah benar-benar makanan. Dia melanjutkan dengan perkataan “Terimalah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Hal yang sama, Dia lakukan untuk mempertegas bahwa anggur yang telah Dia berkati kemudian menjadi darah-Nya. Setelah mengambil cawan, mengucap syukur dan memberikannya kepada para rasul, Dia berkata “Minumlah kamu semua dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku.” (Mat 26:27-28) Namun, Yesus tidak hanya menunjukkan bahwa Dia mengubah roti menjadi tubuh-Nya dan anggur menjadi darah-Nya. Dia menginginkan agar para murid menyantap dan meminumnya, karena darah-Nya adalah darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (lih. Mat 26:28; Luk 22:20)

Inilah penegasan kembali dari pengajaran roti hidup di Yoh 6, bahwa yang makan tubuh dan darah Kristus akan mendapatkan hidup kekal, karena ternyata mereka yang makan dan tubuh dan darah Kristus telah mengikat perjanjian dengan Kristus sendiri, sehingga dapat memperoleh pengampunan dosa. Dan Perjamuan Suci ini diperintahkan oleh Kristus menjadi peringatan akan Kristus sendiri, sebab Ia mengatakan, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19)

Kapan kita mau memperingati Perjamuan Suci atau Perjamuan Kasih ini, atau perintah Yesus yang terakhir sebelum Ia menderita sengsara? Umat Katolik melaksanakan perintah Kristus ini setiap hari, dalam Misa Harian dan secara khusus dalam Misa Kudus pada hari Minggu, hari di mana seluruh umat Kristen memperingati kebangkitan Kristus.

IV. Jemaat perdana, Bapa Gereja dan kita semua melakukan pesan Yesus

1. Jemaat perdana merayakan Ekaristi

Perintah Kristus yang terekam dalam ingatan para rasul, tetap terus dijalankan oleh para rasul setelah kenaikan Yesus ke Sorga. Di dalam Kisah Para Rasul dituliskan, “Mereka [orang-orang percaya dan telah dibaptis] bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan dan mereka selalu berkumpul untuk memecah roti dan berdoa.” (Kis 2:42) Rasul Paulus menegaskan apa yang dilakukannya bersama dengan para jemaat perdana, yaitu merayakan Ekaristi Kudus (lih. 1Kor 11:23-25) Dan untuk meyakinkan bahwa dalam setiap perayaan Ekaristi, Kristus sungguh-sungguh hadir secara nyata, rasul Paulus menegaskan, “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.” (1Kor 11:27). Kalau hanya simbol, seseorang tidak akan berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan kalau menerima Ekaristi dengan tidak layak. Menjadi berdosa terhadap darah dan tubuh Tuhan karena memang Kristus hadir secara nyata, tubuh, darah, jiwa dan ke-Allahan-Nya.

2. Para Bapa Gereja mengajarkan Ekaristi

Kalau kita menengok ke belakang, maka kita dapat melihat bahwa para jemaat perdana yang diwakili oleh tulisan para Bapa Gereja mempercayai Ekaristi. Para Bapa Gereja seperti: St. Ignatius dari Antiokhia (110), St. Yustinus Martir (sekitar tahun 150-160), St. Irenaeus (140-202), St. Cyril dari Yerusalem (315-386), St. Augustinus (354-430) mengajarkan tentang Ekaristi. Mereka semua percaya akan kehadiran Yesus secara nyata (tubuh, darah, dan ke-Allahan Yesus) dalam setiap perayaan Ekaristi dan bukan hanya sekedar simbol. Berikut ini adalah apa yang mereka paparkan dalam tulisan mereka tentang Ekaristi:

1) St. Ignatius dari Antiokhia (110), adalah murid dari rasul Yohanes. Ia menjadi uskup ketiga di Antiokhia. Sebelum wafatnya sebagai martir di Roma, ia menulis tujuh surat kepada gereja-gereja, berikut ini beberapa kutipannya:

a. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, dia mengatakan, “…Di dalamku membara keinginan bukan untuk benda-benda materi. Aku tidak menyukai makanan dunia… Yang kuinginkan adalah roti dari Tuhan, yaitu Tubuh Kristus… dan minuman yang kuinginkan adalah Darah-Nya: sebuah makanan perjamuan abadi.” ((St. Ignatius of Antioch, Letter to the Romans, 7))

b. Dalam suratnya kepada jemaat di Symrna, ia menyebutkan bahwa mereka yang tidak percaya akan doktrin Kehadiran Yesus yang nyata dalam Ekaristi sebagai ‘heretik’/ sesat: “Perhatikanlah pada mereka yang mempunyai pandangan beragam tentang rahmat Tuhan yang datang pada kita, dan lihatlah betapa bertentangannya pandangan mereka dengan pandangan Tuhan …. Mereka pantang menghadiri perjamuan Ekaristi dan tidak berdoa, sebab mereka tidak mengakui bahwa Ekaristi adalah Tubuh dari Juru Selamat kita Yesus Kristus, Tubuh yang telah menderita demi dosa-dosa kita, dan yang telah dibangkitkan oleh Allah Bapa…” ((St. Ignatius of Antioch, Letter to the Smyrnaeans, 6, 7))c. Dalam suratnya kepada jemaat di Filadelfia, ia mengatakan pentingnya merayakan Ekaristi dalam kesatuan dengan Uskup, “Karena itu, berhati-hatilah… untuk merayakan satu Ekaristi. Sebab hanya ada satu Tubuh Kristus, dan satu cawan darah-Nya yang membuat kita satu, satu altar, seperti halnya satu Uskup bersama dengan para presbiter [imam] dan diakon.” ((St. Ignatius of Antioch, Letter to the Philadelphians, 4))

2) St. Yustinus Martir (sekitar tahun 150-160). Ia menjadi Kristen sekitar tahun 130, oleh pengajaran dari para murid rasul Yohanes. Pada tahun 150 ia menulis Apology, kepada kaisar di Roma untuk menjelaskan iman Kristen, dan tentang Ekaristi ia mengatakan: “Kami menyebut makanan ini Ekaristi, dan tak satu orangpun diperbolehkan untuk mengambil bagian di dalamnya kecuali jika ia percaya kepada pengajaran kami… Sebab kami menerima ini tidak sebagai roti biasa atau minuman biasa; tetapi karena oleh kuasa Sabda Allah, Yesus Kristus Penyelamat kita telah menjelma menjadi menjadi manusia yang terdiri atas daging dan darah demi keselamatan kita, maka, kami diajar bahwa makanan itu yang telah diubah menjadi Ekaristi oleh doa Ekaristi yang ditentukan oleh-Nya, adalah Tubuh dan Darah dari Kristus yang menjelma dan dengan perubahan yang terjadi tersebut, maka tubuh dan darah kami dikuatkan.” ((St. Yustinus Martir, First Apology 66, 20.))

3) St. Irenaeus (140-202). Ia adalah uskup Lyons, dan ia belajar dari St. Polycarpus, yang adalah murid Rasul Yohanes. Dalam karyanya yang terkenal, Against Heresies, ia menghapuskan pandangan yang menentang ajaran para rasul. Tentang Ekaristi ia menulis, “Dia [Yesus] menyatakan bahwa piala itu, … adalah Darah-Nya yang darinya Ia menyebabkan darah kita mengalir; dan roti itu…, Ia tentukan sebagai Tubuh-Nya sendiri, yang darinya Ia menguatkan tubuh kita.” ((St. Irenaeus, Against Heresy, 5, 2, 2.))

4) St. Cyril dari Yerusalem (315-386), Uskup Yerusalem, pada tahun 350 ia mengajarkan, “Karena itu, jangan menganggap roti dan anggur hanya dari penampilan luarnya saja, sebab roti dan anggur itu, sesuai dengan yang dikatakan oleh Tuhan kita, adalah Tubuh dan Darah Kristus. Meskipun panca indera kita mengatakan hal yang berbeda; biarlah imanmu meneguhkan engkau. Jangan menilai hal ini dari perasaan, tetapi dengan keyakinan iman, jangan ragu bahwa engkau telah dianggap layak untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus.” ((St. Cyril of Jerusalam, Catechetical Lectures: 22 (Mystagogic 4), 6))

5) St. Augustinus (354-430), Uskup Hippo, mengajarkan, “Roti yang ada di altar yang dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan, adalah Tubuh Kristus. Dan cawan itu, atau tepatnya isi dari cawan itu, yang dikonsekrasikan dengan Sabda Tuhan, adalah Darah Kristus….Roti itu satu; kita walaupun banyak, tetapi satu Tubuh. Maka dari itu, engkau diajarkan untuk menghargai kesatuan. Bukankah roti dibuat tidak dari satu butir gandum, melainkan banyak butir? Namun demikian, sebelum menjadi roti butir-butir ini saling terpisah, tetapi setelah kemudian menjadi satu dalam air setelah digiling…[dan menjadi roti]” ((St. Agustinus, Sermons, no. 227, ML 38, 1099, FC XXXVIII, 195-196.))

Melalui pengajaran para Bapa Gereja ini, kita mengetahui bahwa sejak abad awal, Gereja percaya dan mengimani bahwa roti dan anggur setelah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Dan, maksudnya Ekaristi itu diberikan supaya kita belajar menjunjung tinggi kesatuan Tubuh Mistik Kristus, yang ditandai dengan kesatuan kita dengan dengan para pemimpin Gereja, yaitu uskup, imam dan diakon. Iman sedemikian sudah berakar sejak jemaat awal, dan ini dibuktikan, terutama oleh kesaksian St. Ignatius dari Antiokhia yang mendapat pengajaran langsung dari Rasul Yohanes. Jangan lupa, Rasul Yohanes adalah yang paling jelas mengajarkan tentang Roti Hidup pada Injilnya (lihat Yoh 6). Jadi walaupun doktrin Transubtantion baru dimaklumkan pada abad 13 yaitu melalui Konsili Lateran ke 4 (1215), Konsili Lyons (1274) dan disempurnakan di Konsili Trente (1546), namun akarnya diperoleh dari pengajaran Bapa Gereja sejak abad awal. Prinsipnya adalah: roti dan anggur, setelah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan, berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Karena itu, walaupun rupa luarnya berupa roti dan anggur, namun hakekatnya sudah berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Oleh kesatuan dengan Tubuh yang satu ini, maka kita yang walaupun banyak menjadi satu.

Dari sini kita melihat adanya kontinuitas dan kekonsitenan dari apa yang diajarkan oleh Yesus, para rasul, murid dari para rasul, jemaat perdana sampai saat ini. Dengan demikian mempercayai bahwa Kristus sungguh hadir secara nyata dalam perayaan Ekaristi mempunyai dasar yang kuat dan seharusnya membuat kita percaya tentang Ekaristi.

V. Bagaimana dengan kita?

Akhirnya, pertanyaannya akhir adalah apakah kita sungguh-sungguh mempercayai bahwa Kristus sungguh hadir (tubuh, darah, jiwa dan keallahan-Nya) dalam rupa roti dan anggur dalam setiap perayaan Ekaristi? Dan apakah kita mempercayai bahwa tubuh-Nya dan darah-Nya dapat memberikan kehidupan kekal, merupakan tanda perjanjian baru, dan dicurahkan untuk pengampunan dosa? Kalau kita sungguh-sungguh mempercayainya, maka doa dan penyembahan apa yang lebih besar dari Ekaristi, di mana Kristus hadir secara nyata dan menginginkan persatuan abadi dengan kita? Apakah kita mengasihi Kristus dan berusaha menjalankan semua perintah-Nya? Kalau ya, maka perintah-Nya adalah termasuk memperingati-Nya dalam perayaan Ekaristi. Dan kita menginginkan untuk memperingati Kristus yang kita kasihi bukan setiap bulan, melainkan lebih sering, yaitu setiap minggu dan bahkan setiap hari. Kalau Kristus ingin dikenang dengan cara Ekaristi, maka siapakah kita yang dapat mengubahnya? Mari, jangan kita mengubah perintah Kristus, namun biarkan Kristus yang mengubah kita, memperbaharui kita lewat Perjamuan Kudus, Perjamuan Kasih.

26 COMMENTS

  1. syalom pak stef dan bu ingrid,
    saya mau tanya, apa dasar gereja katolik merayakan perayaan ekaristi setiap hari berbeda dengan gereja non katolik yang merayakan perjamuan kudus hanya secara berkala ? terima kasih

    • Shalom Candra,

      Yesus berkata “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19). Kalau Yesus mengatakan bahwa Dia ingin diperingati dengan merayakan Ekaristi, maka kita ingin memperingati Kristus setiap hari dan bukan hanya sekali-sekali. Tunduk pada perintah Kristus dan terdorong oleh kasih kepada Kristus, maka kita merayakan Ekaristi setiap hari, sehingga kita dapat bersatu dengan Kristus – dimana Kristus tinggal bersama kita dan kita tinggal bersama Kristus (lih. Yoh 6:56).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Saya menjadi katolik sejak saya smp kls 2….saat ini saya sudah menikah dengan seorang protestan…kami menikah secara protestan…yang saya ingin tanyakan…apakah saya masih bisa menerima sakramen ekaristi?…terima kasih

    • Shalom Lucia,

      Apakah dahulu sebelum Anda menikah, Anda pernah meminta izin kepada pihak Keuskupan, agar Anda dapat menikah secara Protestan? Jika belum, artinya Anda gagal memenuhi ketentuan perkawinan menurut hukum Gereja Katolik. Dalam keadaan sedemikian, maka Anda tidak diperkenankan menerima Ekaristi, karena makna penerimaan Ekaristi atau Komuni kudus tidak saja merupakan persekutuan dengan Tubuh dan Darah Kristus, tetapi juga persekutuan dengan Tubuh Mistik Kristus, yaitu Gereja Katolik. Makna yang kedua inilah yang tidak dipenuhi pada Anda, karena Anda tidak melaksanakan kewajiban Anda sebagai anggota Gereja Katolik untuk memberkati perkawinan Anda menurut ketentuan Gereja Katolik. Selanjutnya tentang hal ini, silakan membaca di artikel ini, silakan klik.

      Maka, sekarang, jika Anda ingin kembali menyambut Ekaristi, pertama-tama silakan Anda mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa, karena Anda tidak mengikuti ketentuan keluarga besar Anda yaitu Gereja Katolik, mengenai pemberkatan perkawinan. Selanjutnya, Anda perlu melakukan konvalidasi perkawinan. Tentang apa itu konvalidasi perkawinan, silakan klik di sini.

      Silakan menghubungi pastor paroki Anda, dan silakan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menjadikan perkawinan Anda sah menurut ketentuan hukum Gereja Katolik. Dan sesudah itu, Anda dapat kembali menerima Komuni Kudus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Berkah Dalem..

    To : Admin

    Dalam menyambut Hosti Suci, bolehkah kita menyambutnya lebih dari sekali dalam satu hari?
    kalau boleh, berapa interval waktu yg di perbolehkan?

    terimakasih sebelumnya.

    salam
    Petrus

    [Dari Katolisitas: Seseorang boleh menerima Komuni dalam Misa dua kali dalam sehari. Jadi jika anda sudah mengikuti Misa perkawinan dan sudah menerima Komuni, lalu anda ke Misa hari Minggu, anda dapat menerima Komuni lagi. Tidak ada ketentuan tentang persyaratan interval waktu. Ketentuannya yang ada dalam Kitab Hukum Kanonik, KHK 917, demikian:

    KHK 917 Yang telah menyambut Ekaristi mahakudus, dapat menerimanya lagi hari itu hanya dalam perayaan Ekaristi yang ia ikuti, dengan tetap berlaku ketentuan kan. 921 § 2. [Kanon 921 § 2 adalah kanon yang menganjurkan seseorang yang dalam bahaya maut untuk menerima Komuni lebih dari sekali pada satu hari].

  4. Shaloom, saya ,mau tanya,

    1. bagaimana terbentuknya Protestanisme ?
    2. mengapa tidak ditemukan Ekaristi di gereja protestan ?
    3. Martin Luther awalnya hanya mengkritik tentang kesalahan praktek indulgensia oleh gereja saat itu, lalu kenapa sekarang gereja protestan tampak begitu berbeda dengan gereja kita(katolik) ???

    sekian pertanyaan saya, cukup tiga, sesuai dengan tritunggal saja. hehehe
    Pace e bene

    [Dari Katolisitas: Protestanisme dipicu oleh keluarnya Martin Luther (yang tadinya adalah imam Katolik) dari kesatuan dengan Gereja Katolik. Tentang Luther dan ekskomunikasinya, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Gereja Protestan tidak mempunyai Ekaristi, sebab mereka tidak mempunyai suksesi apostolik yang dapat membuat Ekaristi menjadi valid. Sekilas tentang Perjamuan kudus di gereja non-Katolik, silakan klik. Lalu mengapa gereja-gereja Protestan nampak bergitu berbeda dengan Gereja Katolik, nampaknya sejalan dengan prinsip ajaran mereka yang tidak mempunyai otoritas tertinggi dalam menginterpretasikan Kitab Suci. Maka akibatnya, setiap pribadi (yaitu para pendiri denominasi) dapat mengklaim interpretasinya yang paling benar, dan memisahkan diri dari kelompok komunitas yang terdahulu. Itulah sebabnya, walaupun beberapa gereja Lutheran masih memiliki kemiripan tata cara ibadah dengan Gereja Katolik, namun ada banyak denominasi lainnya yang jauh berbeda, bahkan dengan tata cara ibadah gereja Lutheran itu sendiri. Selanjutnya tentang Sola Scriptura, klik di sini, dan klik di sini]

  5. Syalom pak stef, Ibu Inggrid dan pengasuh Katolisitas,

    Ada semacam pertentangan dari hati kecil saya yang mungkin tidak seharusnya saya rasakan, saat kita (ke Gereja) mengikuti Misa Kudus. Apakah itu merupakan sebuah KEWAJIBAN kita sebagai hamba Allah untuk memuji serta menyembah Allah atau sebuah HAK kita sebagai Putra Allah untuk menerima Berkat dari Allah Tri Tunggal maha Kudus (termasuk di dalam nya sakramen Maha Kudus)
    Mohon pencerahannya. Semoga para pengasuh senantiasa dibimbing oleh Roh Kudus. Amin
    terimaksih.

    • Shalom Albert,

      Sebenarnya kalau kita menyadari bahwa Ekaristi adalah perintah Yesus sendiri dan pada saat yang bersamaan menjadi cara yang dipilih Yesus untuk menyalurkan rahmat-Nya kepada kita semua, maka kita tidak perlu bingung apakah Ekaristi adalah merupakan kewajiban atau hak. Yesus sendiri memerintahkan kita semua untuk merayakan Ekaristi, ketika Dia berkata: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku” dan “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.” (Mat 26:26-27); “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19). Pada saat yang bersamaan, Dia juga menjadikan perayaan Ekaristi untuk mencurahkan rahmat-Nya, dengan berkata: “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Mat 26:28); “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:54) dan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yoh 6:56).

      Dengan demikian, menjadi kewajiban bagi kita untuk menjalankan semua perintah Kristus, termasuk merayakan Ekaristi, karena tanda bahwa kita mengasihi Kristus adalah dengan menjalankan semua perintah-Nya. Namun, pada saat yang bersamaan, kita juga jangan menjalankan Ekaristi hanya karena kewajiban. Kita harus menyadari bahwa semakin kita berpartisipasi dalam Ekaristi, maka persatuan kita dengan Kristus akan semakin erat. Agar kita lebih menghayati perayaan Ekaristi, maka alangkah baiknya kalau kita semakin memperdalam pengertian kita akan Sakramen ini, yang menjadi sumber dan puncak bagi kehidupan kristiani. Silakan membaca beberapa artikel sehubungan dengan hal ini – silakan klik. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  6. Shalom tim katolisitas
    Saya sering dengar bahwa kata2 di perayaan misa itu semunya ada di alkitab
    Bisakah tim katolisitas menjabarkan kata2 di alkitab yang ada di perayaan misa?
    Terima kasih

    [dari katolisitas: Memang benar bahwa semua kata-kata di Misa mempunyai dasar dari Kitab Suci. Namun, mohon maaf, kami belum dapat menampilkannya saat ini, karena membutuhkan banyak waktu untuk merangkumnya. Suatu saat kami akan mencoba menampilkannya. Mohon kesabarannya.]

    • Salam, Andi

      Saya pernah membaca mengenai Misa dengan Kitab Suci dalam buku karangan Dr. Scott Hahn berjudul Catholic For a Reason III : Kitab Suci dan Misteri Misa. Dalam buku ini dibahas mengenai Kitab Suci dengan Misa. Selain itu, ada juga The Lamb Supper : Misa sebagai Surga di Bumi. Buku kedua lebih memfokuskan hubungan Kitab Wahyu dan Misa. Semoga membantu.

      Pacem,
      Ioannes

  7. saya pernah membaca buku dari penerbit Marian Centre Indonesia yg menjelaskan tentang wawancara seorang wartawan dengan Maria Simma. Di buku itu dikatakan bahwa Maria Simma sering bertemu dengan jiwa-jiwa dari api penyucian, di mana jiwa-jiwa ini meminta untuk didoakan misa kudus. Dari pertemuan-pertemuan dengan jiwa-jiwa dari api penyucian, Maria Simma memperoleh banyak penjelasan tentang Sakramen Ekaristi. Ada jiwa dari api penyucian yang mengatakan kepada Maria Simma bahwa saat menerima komuni kudus umat harus berlutut, tidak boleh menerima dengan tangan, dan untuk pembagian komuni tidak boleh dibagikan oleh diakon karena mereka tidak menerima sakramen imamat.mohon penjelasan dari Romo, soalnya saya tidak terlalu paham dengan hal ini. Salam Damai Kristus.

    • Shalom Wilhelmus,

      Pengalaman Maria Simma dapat dikatagorikan sebagai pengalaman rohani pribadi, yang walaupun dapat mengandung ajaran-ajaran yang baik, namun tidak dapat dikatakan mengikat bagi semua umat Katolik. Sebab segala bentuk wahyu pribadi (bahkan yang sudah diakui oleh Gereja Katolik) sifatnya tidak mengikat umat beriman. Yang mengikat adalah ajaran yang dikeluarkan oleh Magisterium Gereja Katolik, yang mengambil dasar dari Kitab Suci dan Tradisi Suci.

      Dengan demikian, apa yang disampaikan oleh Maria Simma sehubungan dengan penerimaan Ekaristi dengan berlutut dan dengan lidah, dapat dipandang sebagai masukan darinya, sehubungan dengan pengalaman rohaninya; namun hal itu tidak menjadi keharusan untuk diikuti. Jika Anda menganggapnya baik untuk Anda, silakan diikuti, namun jika Anda memilih cara menerima Komuni dengan tangan, asalkan Anda tetap meyakini bahwa yang Anda sambut adalah Tubuh dan Darah Kristus, maka Anda tetap dapat melakukannya. Sebab di dokumen-dokumen Gereja dikatakan bahwa cara penerimaan Komuni dapat dilakukan baik dengan tangan atau dengan lidah, baik berdiri maupun berlutut.

      Silakan membaca di artikel ini, tentang Ketentuan cara menyambut Komuni, silakan klik.

      Sedangkan tentang petugas pembagi Komuni, memang dikatakan dalam Redemptionis Sacramentum (RS), bahwa tugas membagikan Komuni adalah tugas para tertahbis (Uskup, Imam dan diakon tertahbis) namun pada kondisi- kondisi yang sungguh dibutuhkan, maka petugas pembagi Komuni tak lazim, yang terdiri dari kaum awam dapat membantu tugas imam ini:

      RS 88    …. Tanggung jawab imam yang memimpin perayaan Misa untuk membagi komuni, mungkin dibantu oleh Imam-imam lain atau oleh Diakon; dan imam hendaknya tidak melanjutkan perayaan Misa sebelum selesai pembagian Komuni kepada umat. Hanya bila sungguh dibutuhkan, pelayan komuni tak lazim boleh membantu Imam sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.

      RS 154    Seperti  sudah dinyatakan, “pelayan yang selaku pribadi Kristus dapat melaksanakan sakramen Ekaristi, hanyalah Imam yang ditahbiskan secara sah” (lih. KHK Kan 900, 1) Karena itu, istilah “pelayan Ekaristi: hanya dapat diterapkan pada seorang Imam. Di samping itu, berdasarkan pentahbisan suci, pelayan-pelayan yang lazim untuk memberi komuni adalah Uskup, Imam dan Diakon….

      RS 151    Hanya kalau sungguh perlu, boleh diminta bantuan pelayan-pelayan tak lazim dalam perayaan liturgi. Permohonan akan bantuan yang demikian bukannya dimaksudkan demi menunjang partisipasi umat, melainkan, karena kodratnya, bersifat pelengkap dan darurat…..

      Dengan demikian, jika keadaan memang membutuhkan, misalnya karena banyaknya umat yang hadir, maka awam yang ditugaskan secara khusus (petugas pembagi komuni tak lazim/ atau dikenal dengan sebutan prodiakon) dapat membantu tugas imam.

      Selanjutnya, silakan membaca artikel- artikel berikut ini:

      Apakah menerima Komuni dengan tangan diperbolehkan?
      Menerima Komuni dengan tangan atau lidah
      Cara menerima Komuni dua rupa

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  8. inilah keanehan/ketidakkonsistenan orang orang yang tidak percaya pada transubtantiation. di satu sisi mereka mengartikan sebagian besar (mungkin 99,999 persen) kitab suci secara literal (secara harafiah), namun di sisi lain pada saat mereka berurusan dengan Sabda Yesus yang sangat inti (inilah tubuhKu, inilah darahKu) mereka tiba tiba tidak mau mengartikan itu secara literal namun secara figuratif (arti kiasan).

    bagi saya, ini sungguh aneh, tidak konsisten, tidak taat asas, plintat plintut,dsb.
    pertanyaan reflektih dari saya adalah, “apa sih yang saudara mau/inginkan?”.
    Resapilah perkataan Yesus itu dalam dalam. Jika Yesus dapat bangkit dan dapat makan roti dan ikan (setelah kebangkitanNya), maka apa susahnya Yesus mengubah roti dan anggur menjadi tubuh dan darahnNya (meskipun secara kasat mata tetap roti dan anggur). Allahu Akbar. Allah (dan Yesus adalah Allah) maha Besar. Karena ia maha Besar, maka urusan mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan DarahNya adalah urusan kecil.

  9. Shallom Bp Stef/Ibu Inggrid

    Di gereja saat ini sedang ada novena dlm rangka menyambut konggres Ekaristi bulan Juni.

    Mohon dijelaskan apa maksud konggres itu ? Di mana ? Siapa aja yg ikut konggres, dan mau memutuskan apa ?

    terima kasih

    may God bless you all
    Siany

  10. Kita patut bersyukur dengan adanya Ekaristi.
    Ekaristi adalah anugrah, penyelenggaraanNya yang tetap terjaga kesakralanNya,dan layaklah kita bersikap hormat pada peristiwa “Sakral” ini nnan Agung ini.
    Ekaristi juga adalah bukti bahwa Ia menyertai umatNya sampai akhir Zaman.
    Melalui Ekaristi kita juga berarti menghadirkan Dia yang adalah Raja Alam semesta ini, dalam kehidupan semesta kita.
    Sebab Ia sungguh mau agar para pengikutNya memandang pada kemuliaanNya.
    (Bdk Yoh 17:24), dan kita patut juga mensyukuri hal ini, bahwa Gereja mewadahi kerinduan jiwa kita dimana kita beroleh persekutuan denganNya oleh Roh Kudus dan para kudusNya.
    Kita berkumpul mengenang, memuliakan,memuji sekaligus meminta kekuatanNya dalam Ziarah kehidupan ini melalui ibadat Ekaristi.
    Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” (Yohanes 6:53)
    Tanpa Ekaristi meskipun kita hidup oleh iman, pengharapan dan kasih, bagaimana mungkin kita dapat melakukan “Amanat” ini?

    Dan semuanya adalah kasih karuniaNya.
    Berkah Dalem.

  11. Shallom Bp Stef/Bu Inggrid

    Saya mendengan kabar ada kejadian/mukjizat di gereja Kidul Loji Yogyakarta yaitu hosti berubah menjadi darah pd misa Minggu Kerahiman Illahi ?

    Apakah Bp/Ibu sdh mendengar ? Gimana selanjutnya penelitian pihak otoritas gereja ? Mungkin pihak katolisitas sdh tahu..

    thanks & GBU
    feli

    [Dari Katolisitas: Ya, kami sudah mendengarnya. Mari kita serahkan saja hal itu kepada penilaian pihak otoritas Gereja setempat, dalam hal ini Keuskupan Agung Semarang]

  12. Shalom pak Stefanus Tay,

    Saya ingin bertanya, apakah kita bisa mengatakan bahwa Ekaristi adalah Surga dibumi? Saya pernah membaca sepintas tulisan Scot Hann yang menjelaskan keterkaitan ekaristi dengan kitab Wahyu. Dalam kitab Wahyu dituliskan tentang penghormatan se isi surga kepada TUHAN ALLAH. Apakah penghormatan di surga tersebut adalah Ekaristi di dunia? Jadi pada saat Ekaristi Surga dan dunia menjadi satu, sehingga kita dapat mengatakan Ekaristi adalah Surga dalam Dunia? Dalam Doa Bapa Kami sendiri kita ucapkan “Datanglah Kerajaanmu… Diatas Bumi seperti dalam surga” Apakah itu bisa juga kita artikan sebagai Ekaristi? Apakah datangnya Kerajaan TUHAN, atau apa yang sedang terjadi di Surga ketika seluruh isi Surga menyembah TRITUNGGAL ALLAH terjadi bersamaan dalam Ekaristi sehingga menggenapi doa Bapa Kami ” Datanglah KerajaanMu … Diatas bumi seperti di dalam Surga?

    Salam kasih dalam Kristus Tuhan

    • Shalom Dela,

      Kita memang dapat mengatakan bahwa Ekaristi adalah Surga di bumi namun kita tidak dapat mengatakan bahwa penghormatan di Surga adalah Ekaristi di dunia. Di Sorga, manusia melihat dan mengalami Allah sebagaimana adanya Dia, sebagai Allah dalam kemuliaan-Nya. Manusia dimampukan dan diangkat oleh Tuhan untuk dapat mengalami Allah pada tingkat yang tertinggi, sehingga manusia dapat mengalami persatuan dengan Allah dalam derajat yang sempurna. Kesempurnaan persatuan antara manusia dengan Allah Tritunggal Maha Kudus begitu erat dan tak terpisahkan. Kesempurnaan persatuan ini tidak terjadi di dunia ini dan tidak juga digantikan dengan Sakramen Ekaristi.

      Persatuan kita dengan Kristus yang kita alami dalam setiap perayaan Ekaristi menjadi gambaran akan persatuan yang sempurna antara Allah dan manusia. Dalam persatuan ini, kita tidak melihat Kristus sebagaimana adanya Dia, namun kita melihat dan mengalami Kristus yang masih terselubung dalam rupa roti dan anggur. Walaupun terselubung, namun kita sebenarnya dipersatukan dengan keseluruhan Kristus – tubuh, darah, jiwa dan ke-Allahan. Inilah sebabnya persatuan ini menjadi gambaran akan Surga. Persatuan ini digambarkan dalam Kitab Wahyu sebagai Perjamuan Anak Domba.

      Dalam doa Bapa Kami, salah satu doanya adalah “Datanglah kerajaan-Mu, di atas bumi seperti di dalam Surga.” Maksud dari pernyataan tersebut bukanlah terbatas hanya pada Ekaristi, namun bagaimana kehendak Allah dan persatuan dengan Allah terjadi di dunia ini. Kalau mau dihubungkan dengan Ekaristi, tentu saja kita dapat melihat bahwa misteri Paskah (penderitaan, wafat dan kebangkitan) Kristus – yang dihadirkan kembali dalam perayaan Ekaristi – memang menjadi wujud dari rencana keselamatan Allah dan menjadi gambaran persatuan yang sempurna antara Allah dan manusia.

      Akhirnya kita dapat mengatakan bahwa di Sorga semua cara (means) termasuk sakramen-sakramen – termasuk Sakramen Ekaristi – tidak ada lagi dan tidak diperlukan lagi, karena kita tidak lagi memerlukan tanda ketika kita sampai pada tujuan akhir kita. Namun, inti dari Sakramen Ekaristi – yaitu persatuan dengan Allah – terwujud secara lebih sempurna di dalam Surga. Semoga jawaban ini dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  13. Jakarta, 12 April 2012

    Syalom,

    Selamat Paskah,pak Stefanus Tay.

    Saya adalah salah seorang pemandu di lingkungan pada saat masa Pra Paskah yang lalu, membawakan tema yang berkaitan dengan Roti Hidup (Injil Yohanes pasal 6 ayat 48 s/d 58), di dalam menyiapkan bahan-bahan untuk memandu, saya dapatkan dari Paroki dan Katekismus Gereja Katolik (KGK).

    Didalam KGK 1413 halaman 359 : Oleh konsekrasi terjadilah perubahan (transsubstansiasi) roti dan anggur ke dalam tubuh dan darah Kristus. Di dalam rupa roti dan anggur yang telah di konsekrir itu, Kristus sendiri, Dia yang hidup dan dimuliakan, hadir sungguh, nyata, dan secara substansial dengan tubuhNya, darahNya, jiwaNya, dan kodrat IlahiNya. Dengan menerima Ekaristi, kita dipersatukan dengan Kristus dan melalui Dia, kepada Allah Tritunggal, sebab Ekaristi adalah kenangan kurban Yesus dalam ucapan syukur kepada Allah Bapa, oleh kuasa Roh Kudus.

    Saya tidak menemukan penjelasan bahwa pada saat konsekrasi: Kristus sendiri hadir sungguh nyata dengan tubuhNya dan darahNya oleh kuasa Roh Kudus. Mohon petunjuk Bapak, di dalam Perjanjian Baru (Injil Matius/ Markus/Lukas/Yohanes) pasal berapa dan ayat berapakah, saya dapat menemukan penjelasan dimaksud.

    Terima kasih.

    • Shalom B. Antonius,

      Kita tidak akan pernah menemukan kata “transubstantiation” di dalam Kitab Suci, karena kata tersebut baru mulai dipakai sekitar abad 11-12, yang dikokohkan dalam Konsili Latheran 4 tahun 1215. Kata ini untuk menjelaskan perubahan substansi dari roti dan anggur menjadi keseluruhan Kristus. Walaupun kata tersebut tidak ditemukan di dalam Kitab Suci, namun bukan berarti bahwa Kitab Suci tidak menjelaskan perubahan substansi tersebut yang terjadi pada saat konsekrasi. Kita dapat melihat apa yang terjadi pada Perjamuan Terakhir, di mana Yesus berkata “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. ” (Mat 26:26-28) Pada saat Kristus mengucapkan kata “ambillah” dan “makanlah” dan “minumlah” maka terjadi perubahan substansi, karena Kristus tidak mengatakan bahwa roti itu hanya sekedar roti namun telah diubah substansinya menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi darah Kristus. Dengan demikian, pada saat konsekrasi, kata yang sama diucapkan dan dengan kekuatan Roh Kudus, maka misteri ini dihadirkan kembali. Semoga keterangan singkat ini dapat menjawab pertanyaan anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Syalom pak Stefanus Tay,

        Terima kasih atas jawaban Bapak.
        Pada malam perjamuan terakhir sebelum sengsara Yesus, memang benar bahwa di dalam Injil Perjanjian Baru, Yesus hadir secara nyata karena Yesus masih hidup pada saat itu.
        Pada saat sekarang ini, setiap kali Imam merayakan Ekaristi saat konsekrasi, Yesus yg sudah wafat; bangkit dan naik ke surga, apakah memang benar-benar hadir dan nyata? Karena di dalam Injil Perjanjian Baru tidak ada tertulis mengenai hal ini, apakah dogma Ekaristi yang dipakai oleh Gereja Katolik adalah semata-mata ajaran Bapa Gereja (setelah era kepemimpinan Rasul Petrus) yg terdapat di dalam Katekismus Gereja Katolik 1413. Mohon penjelasan Bapak, dimana di dalam Injil Perjanjian Baru (pasal dan ayat berapa) yang menyatakan bahwa Yesus benar-benar hadir dan nyata, pada saat Imam merayakan Ekaristi, khususnya pada saat konsekrasi.
        Terima kasih.

        [dari katolisitas: Lihat diskusi ini – silakan klik, terutama dibagian “memperingati”.]

Comments are closed.