Kitab Suci menyebutkan bahwa ketika dilahirkan sebagai manusia, Tuhan Yesus dilahirkan di kota Betlehem (lih. Mat 2:1, 5-6, Luk 2:4-6), sebagai penggenapan dari nubuat Nabi Mikha (lih. Mi 5:1). Betlehem sendiri artinya adalah “rumah roti”, sehingga cocok dengan salah satu sebutan Yesus sendiri, sebagai Sang Roti Hidup (lih. Yoh 6:35). Sang Roti Hidup memilih untuk lahir di Betlehem: di “rumah roti”. Sedangkan dikatakan bahwa Kristus dilahirkan di kandang, itu dihubungkan dengan kenyataan bahwa Injil Lukas menyebutkan bahwa Ia “dibaringkan di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Luk 2:7). Palungan adalah tempat makan ternak, sehingga disimpulkan bahwa Tuhan Yesus dilahirkan di kandang ternak, sehubungan dengan penjabaran Luk 2:8.
Maka tidak disebutkan secara eksplisit dalam Kitab Suci bahwa Tuhan Yesus lahir di kandang domba, namun dengan ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Tuhan Yesus dilahirkan di kandang atau di tempat di mana ternak bernaung dan makan. Tidak disebutkan bahwa ternak tersebut adalah domba namun tak jarang sering digambarkan demikian. Kemungkinan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa di Yerusalem dan sekitarnya memang umum terdapat kandang domba, dan Tuhan Yesus sendiri menggambarkan diri-Nya sebagai gembala domba (lih. Yoh 10:14).
Namun tradisi Gereja menghubungkan keadaan tempat kelahiran Yesus dengan nubuat nabi Yesaya, maka kandang ternak yang dimaksud diinterpretasikan sebagai kandang lembu dan keledai. Itulah sebabnya banyak lukisan kandang Natal ataupun patung kelahiran Yesus, yang menggambarkan lembu dan keledai di dekat bayi Yesus. Sebab dikatakan demikian, “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.” (Yes 1:3). Bahkan ternak lembu dan keledai mengenali pemilik dan palungan tempat makanan mereka, namun bangsa Israel tidak mengenali Pemilik mereka (yaitu Allah); mereka tidak mengenali Kristus Sang Roti Hidup yang turun dari surga untuk menjadi santapan rohani bagi mereka.
Jangan takut sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar utk seluruh bangsa . hari ini telah lahir bagimu juruselamat yaitu : Yesus Tuhan di kota Daud.Lukas 2 : 10
Seorang anak telah lahir utk kita,seorang putra telah di berikan utk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya & namanya di sebut Raja Damai.
(yesaya 9 : 6).
Natal membawa Damai, bagi orang yg mau menerimanya.
[Dari Katolisitas: Pesan digabungkan karena dari pengirim yang sama untuk topik yang sama]
Yohanes 1 : 1-2 Yesus Kristus adalah Firman yg menjadi manusia.
Pada mulanya Firman, Firman itu bersama-sama dgn Allah & Firman itu Yesus Kristus adalah Allah.
Firman itu telah menjadi manusia, diam di antara kita , kita melihat kemuliannya yaitu kemulian yg di berikan kpdnya sbg anak tunggal Bapa penuh kasih karunia & kebenaran. Pengertian anak Ibn bukan walad hubungan sex suami istri.
[Dari Katolisitas: Yesus lahir dari Roh Kudus, melalui Perawan Maria], Yesus Kristus adalah Firman Allah yg menjadi jasa manusia. [Dari Katolisitas: Yesus adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia / bukan jasa manusia, lih. Yoh 1:14]
Anak Allah menunjukan Firman yg hidup.
katolisitas: saya mau bertanya nih apakah Yesus itu Benar Anak Allah? Kalo Yesus Itu anak Allah berarti ada dua tuhan? kenapa kita tidak berdoa kepada allah kenapa kita harus memohon kepada Yesus?
[dari katolisitas: Silakan membaca ini- silakan klik]
Salam Damai Kristus Bu Ingrid,
Ini melenceng jauh dari masa Natal. Saya tertarik tentang Betlehem yang berarti rumah roti dan Yesus sebagai roti hidup. Sejalan dengan penglihatan Nabi Zakharia tentang sengsara Kristus sebagai berikut :
12:10 “Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung. 12:11 Pada waktu itu ratapan di Yerusalem akan sama besarnya dengan ratapan atas Hadad-Rimon di lembah Megido.
Nah Hadad-Rimon disini bukankah dia Dewa Gandum bu Ingrid. Pada saat itu yang dirayakan bahwa Dewa Hadad Rimon harus mati terlebih dahulu baru dia menjadi biji gandum yang nanti mengenyangkan manusia dengan roti. Kematiannya dirayakan dengan meratap dan menangis.
Apakah ide roti hidup berasal dari legenda ini? Ataukah bisa saya katakan sebenarnya yang menciptakan tokoh Dewa Hadad Rimon adalah penglihat yang melihat ke masa depan yaitu pada masa Kristus dan dia mengartikannya dalam bentuk berbeda?
Mohon tanggapannya ya Bu Ingrid
Salam…
Shalom Bernardus Aan,
Jika kita ingin memahami ajaran Kristus, mari kita mengacu kepada perkataan Kristus sendiri. Yesus menyebut diri-Nya sebagai Roti Hidup yang turun dari Surga, untuk membandingkannya dengan roti manna yang diberikan Allah kepada bangsa Israel di padang gurun dalam perjanjian ke Tanah Terjanji di Perjanjian Lama. Di Perjanjian Baru, Kristus adalah Roti Hidup yang menjadi santapan rohani bagi bangsa pilihan Allah yang baru, yaitu Gereja, dalam peziarahannya sampai ke Tanah Terjanji yang sesungguhnya yaitu Surga. Jadi Kristus tidak menghubungkan diri-Nya sebagai Roti Hidup dengan Dewa Gandum Hadad Rimon!
Demikianlah yang Yesus katakan dalam perikop Roti Hidup (Yoh 6:25-59):
Mari mengacu kepada ayat- ayat Kitab Suci sendiri untuk memperoleh pemahaman akan suatu ayat Kitab Suci, dan tidak menghubungkannya dengan arti yang asing dan tidak ada hubungannya dengan ajaran Kristiani.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam, Bernadus Aan
Sebenarnya cukup menarik bahwa banyak kisah, legenda, atau hal apapun diluar kristiani yang memiliki kemiripan dengan ajaran kristiani. Semisal, banyak pembandingan antara Krishna dengan Yesus, atau peristiwa Wahyu di pulau Patmos dengan legenda kuno Babilonia.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa sesuatu yang muncul terlebih dahulu sebelum hal berikutnya muncul bukan merupakan penanda bahwa hal yang sebelumnya merupakan sumber dari hal berikutnya itu. Dengan kata lain, prinsip “setelah yang ini, berarti disebabkan oleh ini” atau “post hoc, ergo propter hoc” tidak bisa diberlakukan sepenuhnya karena banyak hal di dunia yang terjadi dan tidak sejalan dengan prinsip tersebut. Yang penting adalah kita memahami dan memegang ajaran Kristus dalam pengertian kristiani pula.
Pacem,
Ioannes
salam damai Kristus,
dear Katolisitas.org,
ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan mengenai Natal sendiri, yaitu:
1. seperti yang kita tahu, dalam perayaan natal kita selalu membuat kandang domba. Mengapa Tuhan lahir di kandang domba? Bukan seperti yang ada dalam kitab saudara kita, bahwa Ia lahir di bawah pohon kurma, bukan di kandang, adakah dasar biblis yang dapat menjelaskan?
2. Natal, Yesus lahir di Bethlehem, apakah bisa dijelaskan, bagaimana sebenarnya keadaan iklim Bethlehem kala itu? Gurun kah? Atau memang dingin dengan salju? Karena kalau sekarang, sebagian besar Eropa sedang musim dingin. Aksesoris2 natal juga sebagian besar mencerminkan salju, dsb.
Mohon penjelasannya ya karena saya pun sering menemui hal serupa pertanyaan tersebut di atas dari saudara kita umat lain, lalu apa yang harus aku jelaskan kepadanya supaya tidak salah paham?
Shalom Shoji,
1. Di manakah Tuhan Yesus lahir ?
Tentang Di manakah Yesus dilahirkan menurut Kitab Suci, sudah dibahas di sini, silakan klik.
Kitab Suci tidak menyebutkan bahwa Tuhan Yesus Kristus dilahirkan di bawah pohon kurma.
2. Pada musim apakah Yesus dilahirkan?
Menurut perhitungan musim, pada bulan Desember sampai Februari/ Maret adalah musim dingin di Yerusalem dan sekitarnya (termasuk Betlehem yang berjarak kira- kira 6 mil/ 9.6 km dari Yerusalem). Yerusalem dan sekitarnya termasuk salah satu kota di Israel yang terdingin, kemungkinan disebabkan karena letaknya yang menempati dataran tinggi. Suhu musim dingin di Yerusalem adalah 6- 19 derajat Celsius, namun dapat juga mencapai -3 derajat Celsius dan sewaktu-waktu terjadi turunnya salju.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam, Bu Inggrid dan Shoji
Bu Inggrid,
Saya pernah membaca artikel Katolisitas bahwa pemilihan tanggal 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Yesus memang tidak menitikberatkan pada kesesuaian historis, melainkan lebih kepada penghayatan spiritual untuk merayakan dan menyatakan syukur atas datangnya Kristus ke dunia.
Namun, sekedar rasa ingin tahu, jikalau pada Desember suhu udara menjadi demikian dingin, apakah berarti kelahiran Kristus yang tidak kita ketahui secara pasti ini lebih kecil kemungkinannya untuk terjadi di musim dingin? Pada musim dingin, menurut saya sulit dibayangkan para gembala membawa para domba mereka untuk merumput apalagi bermalam di tempat terbuka. Mungkin Bu Inggrid mengetahui penjelasan dalam tradisi atau kebudayaan Yahudi kuno.
Shoji,
Saya mencoba menduga apakah mungkin penyebab anda bertanya mengenai musim di hari kelahiran Yesus dikarenakan suasana winter yang begitu kental dalam perayaan Natal modern pada umumnya. Jikalau benar demikian, menurut saya suasana winter lebih dikarenakan perayaan Natal yang lazim dirayakan di zaman modern ini berasal dari tradisi Eropa yang lazim diiringi dengan salju karena bertepatan dengan musim dingin, White Christmas. Seiring perkembangan budaya, tradisi ini menjadi terkenal di seluruh dunia. Untuk asal mula tradisi Natal Eropa, seperti pohon natal, pernah dibahas dalam situs ini.
Pacem,
Ioannes
Shalom Ioannes,
Memang titik berat perayaan Natal pada tanggal 25 Desember adalah nilai spiritualnya, namun demikian, sebagaimana telah diuraikan di artikel ini, silakan klik, lihat point 2, penentuan tanggal 25 Desember juga bukan tidak ada dasarnya. St. Yohanes Krisostomus berargumentasi bahwa Natal memang jatuh pada tanggal 25 Desember, berdasarkan tentang perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis.
Nah sekarang, bagaimana konsistensinya dengan gembala yang menjaga ternaknya di alam terbuka pada waktu malam? Menurut keterangan iklim di Yerusalem dan sekitarnya (termasuk Betlehem), dikatakan bahwa musim dingin dimulai sejak pertengahan Desember sampai pertengahan Maret. Dengan demikian, tanggal 25 Desember relatif terletak di awal musim dingin. Memang dikatakan bahwa dapat terjadi salju turun pada musim dingin di Yerusalem, walau tidak dikatakan pasti musim dingin disertai dengan salju. Mengingat suhu rata- rata musim dingin di Yerusalem adalah sekitar 6-19 derajat Celcius (walau dapat pula ‘drop’ sampai minus 3 derajat Celcius), maka dapat dikatakan musim dingin di Yerusalem relatif lebih “mild” jika dibandingkan dengan musim dingin di Eropa ataupun Amerika dan Kanada. Maka marilah kita tidak terlalu dirisaukan dengan detail semacam ini, sebab jika misalnya saja di Wisconsin, Amerika Serikat, yang umumnya terkenal dengan salju yang begitu tebal di musim dingin, namun Natal tahun 2011 yang lalu, di beberapa tempat di sana tidak turun salju. Maka wajarlah kita tidak dapat memastikan tentang keadaan musim dingin di Yerusalem pada saat kelahiran Yesus. Bahwa Injil mencatat bahwa para gembala menjaga ternak di waktu malam, tentulah suhu saat itu masih ‘bearable‘ bagi para gembala, yang standar ketahanan terhadap iklim dinginnya pasti tidak sama dengan ketahanan kita yang hidup di daerah tropis. [Sebab mungkin saja bagi para gembala suhu 8-10 derajat itu adalah sejuk, namun bagi kebanyakan kita itu sudah serasa seperti di kulkas]
Namun Anda benar, bahwa kemungkinan kebiasaan menghubungkan dekorasi Natal dengan salju, itu berhubungan dengan penghayatan umat Kristen di Eropa dan Amerika, di mana mereka umumnya mengalami turunnya salju di sekitar bulan Desember.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.