Pertanyaan:
Ada teman Protestan yang menuliskan pendapatnya tentang Bunda Maria sebagai berikut, bagaimana saya harus menjawabnya?
Tidak ada sedikitpun ajaran Alkitab mengajarkan harus mengangkat Maria sebagai ratu sorga, sumber berkat, perantara Allah dan manusia, dan menyembahnya seperti Allah ….karena dia hanya dipilih Tuhan dan kandungannya dipakai Tuhan untuk inkarnasi ke dunia.
Yang dilahirkan Maria hanya kemanusiaan YESUS bukan keilahiannya.
Mengatakan Tuhan dilahirkan saja sudah berarti penghujatan karena Tuhan adalah kekal.
Melahirkan YESUS tidak menyelamatkan manusia, melainkan hanya melalui darah YESUS saja manusia ditebus dan diselamatkan.
YESUS hanya satu tidak ada yang lain tetapi orang seperti Maria ada berjuta-juta Tuhan bisa memilih dan memakainya sebagai alat ditangan-Nya.
Bukan saja saya tetapi YESUS sendiri dan para Rasul juga tidak pernah menganggap Maria seperti yang gereja anda tinggikan secara kebablasan itu.
Makanya kenapa pula kita harus mengiakan semua ajaran dusta yang terjadi.
Saya mengatakan: siapakah yg lebih mengenal YESUS dari pada bunda Maria??? Coba anda bayangkan Maria merawat YESUS dari kecil, memandikannya, menyusuinya, Maria bersama Tuhan selama hidupnya.
Dia menjawab: Maria lebih banyak mengenal kemanusiaan YESUS tetapi sering berlaku lancang dan lupa akan keilahian YESUS sehingga di Alkitab tercatat hanya dua kali Maria berbicara dengan YESUS dan keduanya ia kena tegur karena tidak mengenal siapa sebenarnya YESUS.
Jadi anda persis seperti Maria yang hanya mengenal YESUS sebagai manusia tetapi tidak sadar siapa sebenarnya Dia itu.
Makanya giatlah mendalam Kitab Suci agar tidak menyeleweng terus kerjanya.
Saya mengutip Injil LUKAS:(28) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Dia menjawab: Semua anak anak Tuhan juga mendapat berkat dan karunia keselamatan dari Tuhan dan ROH KUDUS selamanya menyertainya juga.
YESUS juga mengatakan bahwa Dia juga menyertai semua orang percaya.
Matius 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
KESIMPULAN:
Ajaran mak telah kebablasan dengan mengangkatnya tidak lumrah manusia lagi melainkan seperti ilahi. Tidak ada sedikitpun keharusan mengistimewakan Maria di atas semua orang orang yang agung di dalam Kitab Suci.
Saya mengutip lagi: (42) lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
Dia menjawab: Ayat ini jelas mengatakan diberkati “di antara” bukan “di atas” semua perempuan.
Istilah “Full of Grace” yang dalam bahasa Yunaninya “”plaras karitos” hanya terdapat di dalam dua tempat di PB (KJV),dan tidak satupun ditujukan kepada Maria yaitu :
1.And the Word became flesh, and dwelt among us, and we beheld His glory, glory as of the only begotten from the Father, full of grace and truth (John 1:14).
2.And Stephen, full of grace and power, was performing great wonders and signs among the people (Acts 6:8).
Yang pertama menyangkut diri YESUS dan kedua Stepanus. Dalam hal ini Stepanus tidak pernah ditinggikan sedemikian rupa seperti yang diperlakukan kepada Maria.
Lukas 1:28 And the angel came in unto her, and said, Hail, thou that art highly favoured, the Lord is with thee: blessed art thou among women.
Yang ada di Katekismus gereja RK istilah full of grace diterjemahkan dengan istilah “ave gratia plena” (hail full of grace) adalah terjemahan bahasa Latin dari PB (Vulgata) yang dibuat oleh Jerome. Terjemahan Vulgata ini sering keliru.
Istilah “highly favoured” dalam bahasa Yunaninya adalah “kexaritomena”, dan ini tidak sama artinya dengan full of grace.
kexaritomena = highly favored, make accepted. make graceful.
Berbicara mengenai pemberian karunia dari Tuhan adalah biasa di dalam Alkitab, ada banyak orang yang mendapat bermacam-macam karunia dari Tuhan tetapi tidak satupun yang ditinggikan sedemikian rupa sehingga menjadikan mereka status tidak berdosa,dll seperti yang diberikan kepada Maria.
Hakim hakim 5:24 Diberkatilah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, melebihi perempuan-perempuan lain, diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di dalam kemah.
Di sini Yael juga mendapat berkat melebihi perempuan lain tetapi tidak merubah statusnya menjadi Ratu Surga misalnya.
KESIMPULAN:
Berkat kepada Maria hanya berkat kepada manusia biasa saja, tidak ada bedanya dengan yang lain, sehingga meninggikan Maria seperti ilahi hanyalah ajaran yang sudah kebablasan saja dan penuh kepalsuan.
Aida
Jawaban:
Shalom Aida,
1. Maria adalah Ratu Surga?
Dasar ajaran Katolik tentang Maria adalah Ratu Surga, silakan klik di sini.
Memang tidak ada ayat di Kitab Suci yang mengajarkan kita untuk menyembah Maria seperti menyembah Allah. Namun Kitab Suci mengajarkan kita untuk menghormati ayah dan ibu kita (lih. Kel 20: 12); oleh karena itu kita menghormati Bunda Maria, karena ia adalah ibu Tuhan Yesus dan ibu kita juga -karena Tuhan Yesus memberikannya untuk menjadi ibu kita (lih. Yoh 19:26-27). Silakan klik di sini untuk memahami dasarnya, mengapa Gereja Katolik menghormati Bunda Maria.
2. Yang dilahirkan Maria hanya kemanusiaan Yesus dan bukan keilahian-Nya?
Setiap perempuan yang melahirkan, melahirkan seorang pribadi, dan bukan hanya melahirkan ‘kemanusiaan’- nya saja. Maka sangat tidak masuk akal jika dikatakan bahwa Bunda Maria melahirkan hanya kemanusiaan Yesus saja. Yang dilahirkan oleh Bunda Maria adalah seorang Pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang selain manusia, Ia juga adalah sungguh- sungguh Allah. Oleh karena itu Maria disebut sebagai “Bunda Allah”, karena yang dilahirkannya adalah Yesus yang adalah Tuhan. Itulah sebabnya bahkan ayat- ayat dalam Kitab Suci juga menyebut Maria sebagai Bunda Tuhan (lih. Luk 1:43), atau menyebutkan Maria sebagai seorang perempuan yang melahirkan Putera Allah (lih. Mat 1:23, Luk 1:35, Gal 4:4).
Jadi memang yang dilahirkan oleh Bunda Maria adalah Tuhan Yesus pada saat Ia menjelma menjadi manusia, namun menurut kekekalan, saat Ia sudah ada bersama- sama dengan Allah Bapa di awal mula dunia, memang bukan Bunda Maria yang melahirkan-Nya, namun asalnya adalah dari Allah Bapa sendiri, sebagaimana diucapkan dalam kalimat syahadat Nicea:
“Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putera Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad.
Allah dari Allah,
Terang dari terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
Sehakikat dengan Bapa,
Segala sesuatu dijadikan oleh-Nya….”
Nampaknya pemahaman teman anda itu agak rancu, karena ia tidak menerima penjelasan para Bapa Gereja tentang bagaimana memahami ajaran bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia, seperti yang pernah dibahas di sini, silakan klik.
Karena pemahamannya keliru, maka ia menuduh yang bukan- bukan; bahkan menuduh seolah penghormatan kepada Bunda Maria adalah ‘ajaran dusta‘ ataupun penghujatan kepada Allah. Padahal kalau kita melihat apa yang terjadi dalam sejarah Gereja, justru pemahaman teman anda itu yang tidak benar, dan menyerupai ajaran sesat Nestorius di abad ke 4-5 yang dikecam oleh para Bapa Gereja, karena tidak menyampaikan seluruh kebenaran seperti yang diajarkan oleh para rasul.
3. Teman anda mengatakan bahwa ‘Bunda Maria lancang‘?
Pandangan bahwa Bunda Maria lancang, adalah suatu pandangan yang luar biasa keliru. Tuduhan bahwa Tuhan Yesus menegur Bunda Maria ketika Maria berbicara kepadanya, juga adalah interpretasi yang salah. Hal jawaban Tuhan Yesus terhadap perkataan Maria, yang sering disalahtafsirkan sebagai penyangkalan, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Selayaknya kita tidak dengan cepat menghakimi sesama, apalagi menghakimi orang yang dipilih Allah untuk melahirkan Kristus Putera-Nya, yaitu Bunda Maria. Bunda Maria tidak pernah lancang, dan marilah kita mendoakan orang- orang yang dalam ketidaktahuan mereka, menghakiminya sedemikian.
4. Kitab Suci tidak mengajarkan keharusan mengistimewakan Maria?
Memang tidak ada kata literal yang menyatakan “istimewakanlah Maria” dalam Kitab Suci, tetapi Kitab Suci mengajarkan tentang keistimewaan Bunda Maria, demikian:
1) Tidak ada satu tokohpun dalam Kitab Suci dan dalam sejarah manusia sepanjang segala abad, selain dari Bunda Maria, yang dipercaya oleh Tuhan untuk mengandung dan melahirkan Kristus Putera Allah yang Tunggal (lih. Luk 1:35). Maka perannya ini sangat unik dan istimewa.
2) Kitab Suci sendiri menyebutkan tentang Maria, bahwa segala keturunan akan menyebutnya berbahagia (Luk 1:48).
3) Kepada Bunda Maria saja, malaikat Tuhan mengatakan, “Kecharitomene“/ “hail, full of grace“, atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atas dasar edisi Vulgata terjemahan St. Jerome, “Salam, hai engkau yang penuh rahmat (telah dipenuhi rahmat)” (lih. Luk 1:28).
5. Apa arti sebenarnya dari “kecharitomene“?
Untuk memahami arti kecharitomene dalam Luk 1:28, kita melihat kepada kata kerja dalam kalimat tersebut, yaitu kata “charitoo“. Kata kerja ini juga digunakan dalam Ef 1:6 dalam bentuk yang berbeda yaitu echaritosen, yang artinya ia mengaruniai rahmat/ “he graced” or bestowed grace.
“supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” (Ef 1:6)
Di sini, echaritosen mengacu kepada kegiatan yang terjadi sesaat, sebuah kegiatan yang telah berlalu (Blass and DeBrunner, Greek Grammar of the New Testament, p. 166). Sedangkan, kecharitomene adalah charito dalam bentuk pasif sempurna/ perfect passive participle, menunjukkan suatu kesempurnaan dengan hasil yang permanen. Kecharitomene menunjukkan adanya kontinuitas dari suatu kegiatan yang telah selesai sempurna (H. W. Smyth, Greek Grammar [Harvard Univ Press, 1968], p. 108-109, sec 1852:b; also Blass and DeBrunner, p. 175). “Highly favoured” (kecharitomene) di sini merupakan bentuk perfect passive participle dari kata kerja charitoo, yang artinya dikaruniai dengan rahmat (charis) seperti yang disebut dalam Ef 1:6
Sedangkan dalam konteks Yoh 1:14 dan Kis 6:8, kata asli rahmat dalam “full of grace” adalah dalam bentuk kata benda, charis (bukan dalam bentuk past participle dari kata kerja ‘charitoo‘). Kedua ayat tersebut menyebutkan adanya keadaan ‘penuh rahmat’ tanpa menekankan prosesnya/ keadaan sebelumnya: 1) Yesus yang menjelma menjadi manusia adalah penuh rahmat/ kasih karunia (Yoh 1:14) dan 2) Stefanus yang penuh rahmat/ karunia saat melakukan mukjizat dan tanda- tanda. Maka kedua ayat tersebut memang mengatakan “penuh rahmat” namun kata aslinya memang bukan charitoo/ “kecharitomene” seperti pada Luk 1:28 tersebut, yang kalau diterjemahkan secara literal seharusnya adalah “engkau yang telah dikaruniai rahmat dengan sempurna”/ “you who have been made full of grace/ highly favoured.”
Untuk memahami makna suatu kata kerja dalam bahasa Yunani kita perlu melihat adanya faktor “tenses” (ada 7 tenses dalam bahasa Yunani: aorist, present, imperfect, future, pluperfect dan future perfect). Menurut J. Gresham Machen, seorang pakar bahasa Yunani, “Perfect tense dalam bahasa Yunani menjelaskan adanya keadaan saat ini sebagai hasil dari suatu perbuatan di masa lalu’ (J. Gresham Machen, New Testament Greek for Beginners, p. 187). Contoh tentang perfect tense ini adalah perkataan Yesus kepada Iblis dalam Mat 4:4,7,10, di mana dikatakan, “Ada tertulis”, yang kalau diterjemahkan secara literal adalah: “Ada tertulis di masa lalu dan sekarang masih berlaku”. Contoh lainnya adalah dalam Luk 1:28, dalam perkataan malaikat kepada Bunda Maria, yang menyatakan bahwa ia ‘sudah dipenuhi rahmat di masa yang lalu sampai saat ini’. Keadaan Maria ‘dipenuhi rahmat dengan sempurna di masa lalu (karena bentuk perfect tense dari kata kerja ‘dikaruniai’) inilah yang membuat para Bapa Gereja mengartikan bahwa Bunda Maria telah dikuduskan oleh Allah Bapa sejak awal mula.
Itulah sebabnya banyak para Bapa Gereja, terutama mereka yang berbahasa Yunani, mengajarkan bahwa Bunda Maria itu sudah disucikan Allah sebelum menerima kabar gembira dari malaikat, contohnya: Gregorius Thaumaturgus (205-270), Yohanes Sang Teolog (400), dan Theodotus dari Ancyra (awal abad 5). Theodotus mengajarkan: “Perawan yang tak berdosa, tidak bernoda, tanpa cacat, tanpa tersentuh, tanpa cela, kudus dalam tubuh dan jiwa, seperti bunga lili yang mekar di antara semak duri …. Bahkan sebelum kelahiran Kristus, ia telah dikuduskan bagi Allah … Murid yang kudus, … bijaksana di dalam pikiranmu, bersatu dengan Tuhan di dalam hatimu, perkataanmu layak dipuji, tetapi terlebih lagi perbuatanmu…. (Theodotus, Homily 6:11 dalam Fr. Luigi Gambero, Mary and the Fathers of the Church, p. 268)
5. Maria tidak ada bedanya dengan Yael, isteri Heber?
Jika kita memahami arti kecharitomene, maka kita mengetahui bahwa Yael tidak dapat disetarakan dengan Bunda Maria, sebab kepada Yael tidak pernah dikatakan bahwa ia adalah “kecharitomene“/ ‘yang telah dikaruniai rahmat dengan penuh/sempurna oleh Allah.’
Yael dikatakan terberkati karena ia dengan keberaniannya ‘meminjamkan’ tangannya untuk mengalahkan musuh bangsa Israel sesuai dengan rencana Allah (lih Hak. 4:17-22). Bunda Maria, juga dengan keberanian ‘meminjamkan’ rahimnya agar Allah dapat melaksanakan rencana-Nya untuk mengalahkan musuh seluruh umat manusia, yaitu dosa dan maut, dengan mengutus Putera-Nya, Yesus Kristus, agar menjelma menjadi manusia. Dengan demikian, Yael dipuji dalam Kitab Suci dan disebut sebagai “diberkatilah” ia melebihi perempuan- perempuan yang di dalam kemah (lih. Hak 5:24); sedangkan Bunda Maria dipuji di antara semua perempuan (lih. Luk 1:42). Maka penghormatan kepada Maria ini jelas lebih tinggi daripada penghormatan kepada Yael.
Di sini Kitab Suci mengajarkan kepada kita, bahwa kita tidak dapat menyamakan Bunda Maria dengan semua manusia, karena memang hanya ia saja – di sepanjang sejarah manusia, tidak ada seorangpun yang lain- yang dipilih oleh Tuhan sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan Kristus Sang Putera Allah. Oleh karena itu, dari kidung pujian Magnificat, kita membaca, “Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku [Maria] berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan- perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” (Luk 1:48-49)
Demikianlah maka untuk memahami Kitab Suci, kita perlu melihat kaitan ayat- ayat antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru, dan jangan memilih- milih ayat sesuai dengan pemahaman sendiri, sebab jika demikian maka tidak dipahami keseluruhan makna yang ingin disampaikan. Jika kita saja lebih menghormati ibu kita (yang mengandung dan melahirkan kita) daripada perempuan yang lain, maka tentu Tuhan Yesus juga lebih menghormati ibu-Nya daripada kepada semua perempuan yang lain. Maka jika kita umat Katolik menghormati Bunda Maria, itu pertama- tama karena: 1) kita mengikuti teladan Allah Bapa sendiri yang telah terlebih dahulu menghormati Maria dengan memilihnya untuk melahirkan Kristus Sang Putera Allah dan 2) kita mengikuti teladan Yesus dan pesan-Nya untuk menerima Maria sebagai ibu kita (lih. Yoh 19:26-27). Bukankah jika kita mengasihi seseorang dengan sungguh, maka kita juga ikut mengasihi ibu dari orang itu? Maka, jika ada orang- orang yang tidak menerima ajaran ini, kita tidak perlu memaksa mereka, namun juga pandangan mereka tidak perlu membuat kita goyah, sebab penghormatan kepada Bunda Maria justru menunjukkan bahwa kita sungguh mengasihi Allah, sebab kita melakukan apa yang sudah dilakukan Allah sendiri kepada Bunda Maria, seperti yang tertulis juga dalam Kitab Suci. Maka tidak ada ajaran yang kebablasan ataupun palsu, seperti yang dituduhkan oleh teman anda itu.
Semoga uraian di atas semakin menumbuhkan kasih dan penghormatan kita kepada Bunda Maria sebagai tanda kasih kita kepada Allah yang telah memilihnya secara istimewa untuk melahirkan Kristus Sang Penyelamat kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom, Bapak, Ibu semua, selamat menyambut Natal dan Tahu baru. Tuhan berkati selalu
Ibu Ingrid, apa sih sejarahnya, sampai adanya goa Maria, dan doa novena 3 x Salam Maria, terimakasih
Shalom Fransiskus Dany,
Selamat menyambut Natal dan Tahun Baru 2012 bagi Anda juga.
Novena Tiga Salam Maria adalah salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria, untuk menghormati Bunda Maria dan kuasa yang diberikan dari Allah kepada Bunda Maria untuk mendoakan umat beriman. Ada banyak orang kudus yang merekomendasikan devosi ini. Di antara mereka adalah: St. Mechtildes, St. Antonius dari Padua, St. Leonardus dari Porto Mauritio, St. Alfonsus Liguori, St. Bonaventura, St. Yohanes Berchmans, St. Yohanes Maria Vianney, St. Antonius Padua, dst. Banyak Paus juga menganjurkan novena ini, seperti Paus Pius IX, Leo XIII, St. Pius X, dan Urban II. Untuk teksnya, silakan klik di sini. Untuk membaca lebih lanjut tentang sejarahnya, silakan klik di sini.
Sedangkan untuk gua Maria, sepanjang pengetahuan saya, itu disebabkan karena banyak umat/ gereja ingin memperingati penampakan Bunda Maria di grotto Massabieille di Lourdes, Perancis pada tahun 1858. Memang penampakan Bunda Maria di Lourdes tersebut termasuk penampakan yang telah disetujui/ diakui oleh Vatikan sebagai penampakan yang otentik. Sekilas tentang penampakan di Lourdes pernah diulas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Seorang Maria adalah manusia luar biasa, wanita istimewa yang dipilih Allah untuk menjadi bagian dari rencana Allah itu sendiri untuk menyelamatkan manusia, turun ke dunia menjadi manusia didalam diri Anak Manusia untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa yang merintangi hubungan mesra antara Allah dan manusia. Melalui kerendahan hati dan pengorbanannya sebagai seorang manusia dan ibu yang harus merelakan anaknya untuk menderita dan wafat di kayu salib karena dosa-dosa manusia, Maria adalah manusia yang patut di puji dan di teladani kehidupannya. Menghormati dan meneladani kehidupan seorang wanita bernama Maria itu adalah suatu keharusan bagi kita sebagai pengikut Kristus ini, tetapi tindakan melebih-lebihkannya dengan menghormatinya sebagai sumber pengharapan hidup ini adalah suatu tindakan yang berlebihan.
Saya sebut berlebihan karena dapat menimbulkan dualisme iman yang akhirnya menimbulkan keragu-raguan bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya Penyelamat yang telah dinubuatkan Allah, bahkan Tuhan Yesus sendiri dengan tegas pernah berfirman kepada murid-Nya, Thomas : …”Aku adalah Jalan dan Kebenaran Kan hidup. Tidak ada seorang pun datang kepada Bapa tanpa melalui Aku “…..tindakan penghormatan ke Bunda Maria yang berlebihan dapat membiaskan iman kita kepada Anak Manusia, karena Bapa sendiri pernah berkata : Demikianlah seharusnya agar Bapa dimuliakan didalam Anak…..karena itu Iman, Pengharapan dan Kasih hanya ada didalam diri Anak Manusia, supaya Bapa dipermuliakan didalam Anak Manusia, dan tidak ada keselamatan lain selain dari Dia yang telah turun ke dunia didalam diri Anak Manusia, untuk membuat jalan agar manusia dapat kembali kepada Bapa, dimana jalan itu telah digenapi-Nya melalui penderitaan dan wafat-Nya di kayu salib………
Saya menyadari memang tidak semua Sabda Tuhan dituliskan didalam Alkitab, tetapi apabila kita mengakui adanya suatu kebenaran karena adanya suatu kebiasaan atau tradisi kebaikan yang muncul di dalam lingkungan kita dalam kondisi tertentu memang bisa menjadi sesuatu yang kita sebut Kebenaran, sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah, tetapi untuk mengakui sesuatu kebiasaan atau tradisi yang diajarkan lingkungan kita s harus disinkronkan / dikorelasikan dengan Sabda Tuhan yang telah ditulis didalam alkitab.
Ini bukan berarti saya masa bodoh dan tidak menghormati Bunda Maria, bahkan saya katakan tidak mau meneladani tindakan dan karya agung Bunda Maria adalah suatu kerugian besar, saya hanya mencoba meletakkan pada tempatnya saja.
Karena itu jika ada yang bertanya tentang dimana jalannya, apa itu yang disebut Kebenaran, dan apa yang disebut Hidup, jawabannya hanya ada didalam diri : YESUS, yang disebut Kristus itu.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, karena ini hanya sekedar sumbangsih dari perenungan hidup saya. Makasih. God Bless You. Berkah Dalem.
Salam Kasih,
Dody Gondes
Shalom Dody,
Nampaknya anda harus mendefinisikan terlebih dahulu, apakah yang anda maksud dengan penghormatan yang berlebih- lebihan kepada Maria. Sebab jika yang anda maksudkan adalah jika orang sampai lebih menghormati Maria daripada menghormati Tuhan, maka ini memang keliru, dan Gereja Katolik juga tidak mengajarkan demikian. Namun kalau menghormati Maria sebagai ibu (lih. Yoh 19:26-27) maka penghormatan itu merupakan tindakan yang dilakukan demi kasih kita kepada Tuhan Yesus yang memberikan ibu-Nya agar menjadi ibu kita juga. Dan inilah sebenarnya yang dilakukan oleh umat Katolik.
Jadi penghormatan kepada Bunda Maria memang tidak seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang mengurangi penghormatan kita kepada Kristus, melainkan mendukungnya. Maka Gereja Katolik juga tetap mengajarkan bahwa Tuhan Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh 14:6); sebab memang hanya melalui Kristus-lah kita sampai kepada Allah Bapa. Namun penghormatan kepada Bunda Maria tidak pernah terlepas dari penghormatan kepada Kristus, yang menghantar kita kepada Bapa, oleh sebab itu penghormatan kepada Bunda Maria tidak bertentangan dengan ayat ini. Mungkin sebenarnya, yang menjadi masalah di sini adalah: pemahaman anda tentang Pengantaraan Kristus, adalah hanya Kristus saja tanpa melibatkan yang lain (pengantaraan secara eksklusif) sedangkan Gereja Katolik, mengambil dasar dari Kitab Suci dan Tradisi Suci, mengajarkan Pengantaraan yang hanya melalui Kristus, namun Kristus yang adalah Sang Kepala ini tidak terlepas dari anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja (pengantaraan secara inklusif), yang terdiri dari para orang kudus-Nya, secara khusus Bunda Maria, ibu-Nya.
Selanjutnya tentang Pengantaraan Yesus yang inklusif ini dan dasar- dasar Kitab Sucinya, silakan klik di sini. Sedangkan tentang Apakah itu devosi kepada Bunda Maria, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih Pak Stefanus atas jawaban yang sudah diberikan pada saya.
Saya tidak menanyakan tentang Maria Bunda Allah, tapi Bapak menjawab panjang lebar tentang pernyataan Martin Luther, John Calvin dan Zwingli tentang Maria.
Saya juga tidak befikir seperti yang Pak Stefanus tulis buat saya berikut ini :
Dan pada waktu dilahirkan maka ke-Allahan Yesus tiba-tiba masuk ke dalam bayi Yesus, sehingga mulai ada Yesus yang mempunyai kodrat sungguh Allah dan sungguh manusia. Dan tepat sebelum Yesus meninggal, maka tiba-tiba ke-Allahan Yesus meninggalkan Yesus, sehingga yang tersalib adalah Yesus dengan kodrat manusianya? Dan kemudian, Yesus yang hanya mempunyai kodrat manusia, kemudian turun ke tempat penantian, dan pada hari ke-tiga ketika Dia bangkit, maka ke-Allahan Yesus yang telah menunggu tiba-tiba bersatu kembali dengan Yesus? Menurut anda, ikatan apakah yang ada untuk mempersatukan kodrat Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia? Apakah ikatan ini dapat terputus dan menyambung kembali berkali-kali? Apakah waktu Yesus menderita, ikatan ini terputus? Apakah waktu Yesus makan, tidur, maka kodrat Allah juga tidak ada lagi pada diri Yesus, karena kalau Allah tidak dilahirkan, maka tidak mungkin dia juga makan dan tidur. Atau apakah anda mempercayai bahwa ketika Yesus menjadi manusia, maka Dia tidak mempunyai kodrat Allah?
Saya hanya ingin bertanya :
Jika Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah mengapa Yesus bisa mati ?
Bukankah Yesus itu 100% Allah dan manusia ?
Mungkinkah ALLAH BISA MATI, dan jika mati apakah YESUS BERHENTI SEBAGAI ALLAH ?
Itu saja pertanyaan saya bukan yang lain, juga bukan tentang Maria.
Dan kalau pak Stefanus ingin bertanya pada saya :
apakah Martin Luther, John Calvin dan Zwingli bersalah dengan mengeluarkan tulisan di atas?
Jawabnya : MEREKA TIDAK SALAH.
Yang salah adalah kalau gereja atau siapa saja yang menganggap bahwa Yesus adalah 100% Allah dan 100 % manusia.
Tidak ada manusia yang seperti itu sekalipun dia adalah Yesus sendiri.
Jika pak Stefanus bertanya :
ikatan apakah yang ada untuk mempersatukan kodrat Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia?
Ini jawabannya : PENGURAPAN TANPA BATAS
Yesus adalah 100% manusia yang mendapat PENGURAPAN TANPA BATAS dari Allah dan Roh Kudus sehingga Yesus tidak akan pernah berdosa selama hidupnya, namun Yesus memiliki nafsu yang sama seperti kita manusia; kalau lapar perlu makan, mengantuk dan tidur dan pasti juga punya naluri sex yang sama seperti kita pada waktu Yesus bersama dengan perempuan-perempuan genit bekas pelacur, tapi Yesus tidak pernah jatuh dalam dosa.
Koq bisa demikian sebab Allah dan Roh Kudus ada bersama dengan Yesus.
Pak Stefanus juga apabila menerima pengurapan yang sama seperti Yesus, pasti bapak bisa membuat segala mujizat apa saja.
Jangankan membuat air menjadi anggur atau memberi makan 5000 orang, dengan 5 roti dan 2 ikan. Memberi makan orang seantero Jakarta pun bapak pasti bisa.
Sayang pengurapan tanpa batas itu hanya diberikan pada Yesus seorang saja, tidak pada yang lain.
Apakah ikatan ini dapat terputus dan menyambung kembali berkali-kali?
Dapat, sebab pengurapan ilahi bisa hilang, jika manusia berbuat dosa atau menanggung dosa orang lain
Tetapi pada waktu Yesus harus menanggung dosa umat manusia sebagai tugas yang diberikan oleh Allah Bapa, maka Allah dan Roh Kudus meninggalkannya (sebab Allah & Roh Kudus tidak bisa bersatu dengan dosa) oleh sebab itulah Yesus di dalam penderitaannya berseru : Allahku Allahku mengapa engkau meninggalkan daku, dan kemudian Yesus mati dan dikuburkan.
Jika Yesus adalah Allah maka Yesus tidak akan pernah mati, dan tidak perlu untuk berteriak pada Allah Bapa.
Sebab Yesus adalah manusia 100% sama seperti kita, maka Yesus juga merasakan ketakutan luar biasa di taman Getsemani sebelum disalibkan dan juga bisa mati tapi dibangkitkan lagi oleh Allah Bapa dan Roh Kudus (Yesus tidak bangkit sendiri).
Saya berharap pak Stefanus mau untuk memberikan tanggapan atas jawaban saya ini, jika memang jawaban saya ini salah, maka saya bisa meluruskannya.
Saya yakin gereja Katolik yang meng-klaim didirikan oleh Yesus tidak salah mengenali siapa Yesus itu manusia 100% atau Allah & Manusia 100%.
Dan juga pengajaran Magesterium gereja yang meng-klaim ajarannya tidak pernah salah bisa menuntun saya dengan memberikan penjelasan yang benar supaya saya bisa kembali di jalan yang lurus.
Tanggapan dari team Katolisitas sangat saya tunggu-tunggu, supaya pikiran saya tidak ter-ombang-ambingkan oleh pikiran2 yang salah tentang siapa Yesus itu sebenarnya
Shalom
Gery
Shalom Gery,
Terima kasih atas tanggapannya. Sebenarnya artikel dan diskusi di situs ini tentang ke-Allahan Kristus sudah cukup banyak dan dilakukan secara panjang lebar. Namun, walaupun telah ada cukup banyak, namun mungkin Anda belum sempat membacanya. Oleh karena itu, saya menyarankan agar Anda dapat membaca terlebih dahulu beberapa artikel kristologi, sehingga Anda dapat mengerti terlebih dahulu apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik. Silakan membaca link-link di bawah ini.
Berikut ini adalah jawaban yang saya berikan atas tanggapan yang anda berikan.
1. Tentang kodrat Yesus, anda menuliskan “Yesus adalah 100% manusia yang mendapat PENGURAPAN TANPA BATAS dari Allah dan Roh Kudus sehingga Yesus tidak akan pernah berdosa selama hidupnya, namun Yesus memiliki nafsu yang sama seperti kita manusia; kalau lapar perlu makan, mengantuk dan tidur dan pasti juga punya naluri sex yang sama seperti kita pada waktu Yesus bersama dengan perempuan-perempuan genit bekas pelacur, tapi Yesus tidak pernah jatuh dalam dosa. Koq bisa demikian sebab Allah dan Roh Kudus ada bersama dengan Yesus.
Pak Stefanus juga apabila menerima pengurapan yang sama seperti Yesus, pasti bapak bisa membuat segala mujizat apa saja. Jangankan membuat air menjadi anggur atau memberi makan 5000 orang, dengan 5 roti dan 2 ikan. Memberi makan orang seantero Jakarta pun bapak pasti bisa. Sayang pengurapan tanpa batas itu hanya diberikan pada Yesus seorang saja, tidak pada yang lain.“
Dari jawaban anda di atas, maka anda hanya percaya bahwa Yesus adalah sungguh manusia namun bukan sungguh Tuhan. Lebih jauh anda mengatakan bahwa Yesus juga mempunyai naluri seks yang sama seperti kita, walaupun anda menegaskan bahwa Yesus tidak jatuh dalam dosa. Menurut saya, diskusi kita seharusnya berfokus pada apakah “Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia” atau apakah “Yesus hanya sungguh manusia”. Mengapa umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia? Karena memang Kitab Suci memberikan dua kenyataan ini, yang menunjukkan bahwa Kristus sungguh Allah dan sungguh manusia. Gereja Katolik tidak menolak kemanusiaan Yesus dan hal yang sama Gereja Katolik tidak menolak ke-Allahan Yesus. Dalam beberapa artikel di atas, maka beberapa bukti yang membuktikan bahwa Yesus sungguh Allah adalah sebagai berikut:
a) Pertama-tama, ketika berusia 12 tahun dan Ia diketemukan di Bait Allah, Yesus mengatakan bahwa bait Allah adalah Rumah Bapa-Nya (lih. Luk 2:49). Dengan demikian, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Putera Allah.
b) Pernyataan ini ditegaskan kembali oleh Allah Bapa pada saat Pembaptisan Yesus, saat terdengar suara dari langit, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.”(Luk 3:22).
c) Pada saat Yesus memulai pengajaranNya, terutama dalam Khotbah di Bukit (Delapan Sabda Bahagia), Ia berbicara di dalam nama-Nya sendiri, untuk menyatakan otoritas yang dimiliki-Nya (Mat 5:1-dst). Ini membuktikan bahwa Ia lebih tinggi dari Musa dan para nabi, sebab Musa berbicara dalam nama Tuhan (lih. Kel 19:7) ketika Ia memberikan hukum Sepuluh Perintah Allah; tetapi Yesus memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri, “Aku berkata kepadamu….” Hal ini tertera sedikitnya 12 kali di dalam pengajaran Yesus di Mat 5 dan 6, dan dengan demikian Ia menegaskan DiriNya sebagai Pemberi Hukum Ilahi (the Divine Legislator) itu sendiri, yaitu Allah. Demikian pula dengan perkataan “Amen, amen…”, pada awal ajaranNya, Yesus menegaskan segala yang akan diucapkan-Nya sebagai perintah; bukan seperti orang biasa yang mengatakan ‘amen’ diakhir doanya sebagai tanda ‘setuju’.
d) Jadi dengan demikian Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Taurat Allah yang hidup, suatu peran yang sangat tinggi dan ilahi, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi untuk mempercayai Yesus sebagai Sang Mesias. Hal ini dipegang oleh banyak orang Yahudi yang diceriterakan dengan begitu indah dalam buku Jesus of Nazareth, yaitu dalam percakapan imajiner seorang Rabi Yahudi dengan Rabi Neusner, mengenai bagaimana mencapai kesempurnaan hidup. Kesempurnaan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus ketika Ia berbicara dengan orang muda yang kaya, “Jika engkau mau sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan bagikanlah kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Mat 19:21). “Aku” di sini hanya mungkin berarti Tuhan sendiri.
e) Yesus menyatakan DiriNya sebagai Seorang yang dinantikan oleh para Nabi sepanjang abad (lih. Mat 13:17). Ia juga berkata,“…supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, … sampai Zakharia… semuanya ini akan ditanggungkan pada angkatan ini!” (Mat 23:34-36). Secara tidak langsung Ia mengatakan bahwa darah-Nya yang akan tertumpah dalam beberapa hari berikutnya merupakan rangkuman dari penumpahan darah orang yang tidak bersalah sepanjang segala abad.
f) Yesus sebagai Tuhan juga terlihat dengan jelas dari segala mukjizat yang dilakukan dalam nama-Nya sendiri, yang menunjukkan bahwa kebesaran-Nya mengatasi segala sesuatu. Yesus menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41) menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16), mengusir setan (Mat 8:28-34), mengampuni dosa (Luk5:24; 7:48), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19).
g) Pada saat Ia menyembuhkan orang yang lumpuh, Yesus menyatakan bahwa Ia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa (Mat 9:2-8; Luk5:24), sehingga dengan demikian Ia menyatakan DiriNya sebagai Tuhan sebab hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa.
h) Pada beberapa kesempatan, Yesus menyembuhkan para orang sakit pada hari Sabat, yang menimbulkan kedengkian orang-orang Yahudi. Namun dengan demikian, Yesus bermaksud untuk menyatakan bahwa Ia adalah lebih tinggi daripada hari Sabat (lih. Mat 12:8; Mrk 3:1-6).
i) Yesus juga menyatakan Diri-Nya lebih tinggi dari nabi Yunus, Raja Salomo dan Bait Allah (lih. Mt 12:41-42; 12:6). Ini hanya dapat berarti bahwa Yesus adalah Allah, kepada siapa hari Sabat diadakan, dan untuk siapa Bait Allah dibangun.
j) Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan, dengan berkata “Aku adalah… (I am)” yang mengacu pada perkataan Allah kepada nabi Musa pada semak yang berapi, “Aku adalah Aku, I am who I am” (lih. Kel 3:14):
Pada Injil Yohanes, Yesus mengatakan “Aku adalah….” sebanyak tujuh kali: Yesus menyatakan Dirinya sebagai Roti Hidup yang turun dari Surga (Yoh 6:35), Terang Dunia (Yoh 8:12), Pintu yang melaluinya orang diselamatkan (Yoh 10:9), Gembala yang Baik yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh 10:10), Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25), Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6), Pokok Anggur yang benar (Yoh 15:1).
Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber air hidup yang akan menjadi mata air di dalam diri manusia, yang terus memancar sampai ke hidup yang kekal (Yoh 4:14). Dengan demikian Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber rahmat; hal ini tidak mungkin jika Yesus bukan Tuhan, sebab manusia biasa tidak mungkin dapat menyatakan diri sebagai sumber rahmat bagi semua orang.
Yesus menyatakan, “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6); dan dengan demikian Ia menempatkan diri sebagai Pengantara yang mutlak bagi seseorang untuk sampai kepada Allah Bapa.
Ia menyatakan bahwa “… kamu akan mati dalam dosamu… jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia” (Yoh 8:24) yang datang dari Bapa di surga (lih. Yoh 21-29).
Yesus mengatakan, “Aku ini (It is I)…”, pada saat Ia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan meredakan badai.
Yesus mengatakan, “Akulah Dia,” pada saat Ia ditangkap di Getsemani.
Ketika Yesus diadili di hadapan orang Farisi, dan mereka mempertanyakan apakah Ia adalah Mesias Putera Allah, Yesus mengatakan, “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.”
Mungkin yang paling jelas adalah pada saat Yesus menyatakan keberadaan DiriNya sebelum Abraham, “…sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58)
Dengan demikian, Yesus menyatakan DiriNya sudah ada sebelum segala sesuatunya dijadikan. Dan ini hanya mungkin jika Yesus sungguh-sungguh Tuhan. Mengenai keberadaan Yesus sejak awal mula dunia dinyatakan oleh Yesus sendiri di dalam doa-Nya sebelum sengsara-Nya, “Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” (Yoh 17:5)
k) Dengan keberadaan Yesus yang mengatasi segala sesuatu, dan atas semua manusia, maka Ia mensyaratkan kesetiaan agar diberikan kepadaNya dari semua orang. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat 10:37). Ia kemudian berkata bahwa apa yang kita lakukan terhadap saudara kita yang paling hina, itu kita lakukan terhadap Dia (lih. 25:40). Ini hanya dapat terjadi kalau Yesus adalah Tuhan yang mengatasi semua orang, sehingga Dia dapat hadir di dalam diri setiap orang, dan Ia layak dihormati di atas semua orang, bahkan di atas orang tua kita sendiri.
l) Yesus menghendaki kita percaya kepada-Nya seperti kita percaya kepada Allah (lih. Yoh 14:1), dan Ia menjanjikan tempat di surga bagi kita yang percaya. Dengan demikian Ia menyatakan diriNya sebagai yang setara dengan Allah Bapa, “Siapa yang melihat Aku, melihat Bapa, (Yoh 14:9), Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yoh 10:38). Tidak ada seorangpun yang mengenal Anak selain Bapa, dan mengenal Bapa selain Anak (lih. Mat 11:27). Yesus juga menyatakan DiriNya di dalam kesatuan dengan Allah Bapa saat mendoakan para muridNya dan semua orang percaya, ”… agar mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau…” (Yoh 17:21). Ini hanya mungkin jika Ia sungguh-sungguh Tuhan. Pernyataan Yesus ini berbeda dengan para pemimpin agama lain, seperti Muhammad dan Buddha, sebab mereka tidak pernah menyatakan diri mereka sendiri sebagai Tuhan.
m) Ketika Yesus menampakkan diri kepada para murid setelah kebangkitan-Nya, Thomas, Rasul yang awalnya tidak percaya menyaksikan sendiri bahwa Yesus sungguh hidup dan ia berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku”. Mendengar hal ini, Yesus tidak menyanggahnya (ini menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah), melainkan Ia menegaskan pernyataan ini dengan seruanNya agar kita percaya kepadaNya meskipun kita tidak melihat Dia (Yoh 20: 28-29).
n) Yesus menyatakan Diri sebagai Tuhan, dengan menyatakan diriNya sebagai Anak Manusia, yang akan menghakimi semua manusia pada akhir jaman (lih. Mat 24:30-31), sebab segala kuasa di Surga dan di dunia telah diberikan kepada-Nya, seperti yang dikatakanNya sebelum Ia naik ke surga, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus…” (Mat 28:18). Dengan demikian, Yesus menyatakan diriNya sebagai Pribadi Kedua di dalam Allah Tritunggal Maha Kudus, dan dengan kuasaNya sebagai Allah ini maka ia akan menghakimi semua manusia di akhir dunia nanti, seperti yang dinubuatkan oleh nabi Daniel (Dan 7:13-14). Yesus tidak mungkin membuat pernyataan sedemikian, jika Ia bukan sungguh-sungguh Tuhan.
Adalah lebih baik kalau anda membaca terlebih dahulu beberapa link yang telah saya berikan sebelum melanjutkan diskusi ini terlalu jauh. Dari tanggapan Anda di atas, cobalah untuk menguraikan lebih jauh tentang istilah yang Anda gunakan, yaitu “pengurapan tanpa batas”? Bagaimana anda mendefinisikan hal ini? Apakah pengurapan tanpa batas ini melebihi nabi dan juga malaikat? Kalau ya, dimana kelebihannya dan perbedaannya? Dimanakah kita dapat menemukan referensi akan hal ini di Kitab Suci? Apakah istilah atau pengertian ini juga pernah ditulis di abad 1 – abad 5? Kalau ada siapa yang mengatakannya kalau tidak ada kapan munculnya dan apakah alasannya?
Anda mengatakan bahwa Yesus mempunyai naluri seks seperti manusia lain, dapatkan anda menjelaskan darimana nafsu ini datangnya? Apakah nafsu seks seperti yang dikenal manusia sekarang ini adalah merupakan kodrat manusia yang diciptakan menurut gambaran Allah, atau sebagai akibat dosa asal? Kalau naluri seks ini sebagai akibat dosa asal dan Yesus juga mempunyai naluri seks seperti manusia pada umumnya, apakah kemudian Yesus berdosa?
2. Anda menuliskan “Apakah ikatan ini dapat terputus dan menyambung kembali berkali-kali?
Dapat, sebab pengurapan ilahi bisa hilang, jika manusia berbuat dosa atau menanggung dosa orang lain
Tetapi pada waktu Yesus harus menanggung dosa umat manusia sebagai tugas yang diberikan oleh Allah Bapa, maka Allah dan Roh Kudus meninggalkannya (sebab Allah & Roh Kudus tidak bisa bersatu dengan dosa) oleh sebab itulah Yesus di dalam penderitaannya berseru : Allahku Allahku mengapa engkau meninggalkan daku, dan kemudian Yesus mati dan dikuburkan.
Jika Yesus adalah Allah maka Yesus tidak akan pernah mati, dan tidak perlu untuk berteriak pada Allah Bapa.
Sebab Yesus adalah manusia 100% sama seperti kita, maka Yesus juga merasakan ketakutan luar biasa di taman Getsemani sebelum disalibkan dan juga bisa mati tapi dibangkitkan lagi oleh Allah Bapa dan Roh Kudus (Yesus tidak bangkit sendiri).“
Kalau ikatan Yesus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus dapat terputus sementara waktu, yaitu ketika Yesus menanggung dosa manusia, maka kemudian apakah kodrat dari Yesus pada waktu itu? Bukankah upah dosa adalah maut (Rom 6:23)? Apakah dengan demikian, Yesus kemudian mengalami maut dan dihukum di neraka? Bukankah hukuman di neraka bersifat selamanya?
Mengapa Yesus berseru “Eli, Eli, Lama Sabakhtani”? (Mat 27:46) Anda dapat melihat jawaban ini – silakan klik. Tentang penderitaan di taman Getsemani, silakan melihat jawaban ini – silakan klik.
3. Kemudian Anda memberikan pertanyaan: “Jika Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah mengapa Yesus bisa mati ? Bukankah Yesus itu 100% Allah dan manusia ?
Mungkinkah ALLAH BISA MATI, dan jika mati apakah YESUS BERHENTI SEBAGAI ALLAH ?
Itu saja pertanyaan saya bukan yang lain, juga bukan tentang Maria.“
Pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan bukanlah hal yang baru. Bahkan dalam sejarah Gereja, kita dapat melihat pertanyaan-pertanyaan yang serupa. Mari kita berdiskusi tentang mengapa kalau Yesus, sungguh Allah Dia dapat mati? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu membedakan antara kodrat (nature) dan pribadi (person). Cobalah anda mulai dengan memberikan definisi kodrat (nature) dan pribadi (person).
Pada saat seseorang lahir, meninggal, maka semuanya merujuk pada pribadi bukanlah kodrat. Kalau mau spesifik, kita tidak dapat mengatakan bahwa yang meninggal adalah seorang laki-laki, karena laki-laki tersebut dapat juga seorang ayah, atau seorang suami, dll. Namun, kita dapat mengatakan bahwa yang meninggal adalah Pak Petrus, yang mempunyai atribut: laki-laki, seorang suami, seorang ayah dari 6 anak, dll. Oleh karena itu, pada waktu Yesus meninggal, yang meninggal bukanlah kodrat-Nya sebagai manusia dan Tuhan, namun pribadi Yesus sendiri, yang memang sungguh Allah dan sungguh manusia. Dengan demikian, adalah benar kalau dikatakan bahwa Tuhan mati di kayu salib, karena Yesus (sebuah pribadi), yang adalah Tuhan, memang meninggal di kayu salib.
Dalam artikel kristologi ini – silakan klik, kami menuliskan demikian:
Pengertian tentang ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus sangatlah penting, jika kita ingin mengenal siapa Yesus yang sesungguhnya. Tanpa pemahaman ini, kita akan mempunyai gambaran yang keliru tentang Yesus Kristus. Dewasa ini kita mengenal teori-teori baru dari para peneliti Alkitab/ exegete modern yang berusaha memisahkan Kristus yang kita imani dengan Yesus menurut sejarah (the Christ of Faith and the Jesus of history). Pandangan ini sesungguhnya berakar dan tidak terlepas dari pendapat yang mengatakan bahwa selama hidup-Nya di dunia (33.5 tahun) Yesus itu ‘hanya’ manusia biasa, bukan Tuhan [walaupun disertai oleh Allah Bapa dan Roh Kudus secara istimewa]; dan baru setelah kebangkitan-Nya, Yesus adalah Tuhan.
1) Pandangan di atas mengambil dasar utama dari Fil 2: 6-11 yang mengatakan bahwa Kristus Yesus, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia…. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib….” Pandangan ini dikenal dengan ajaran Martin Luther,Protestant Kenotic Christology,[2] yang pada dasarnya bukan memahami bahwa Yesus mempunyai 2 kodrat (yaitu Allah dan manusia) dalam satu Pribadi-Nya semasa hidup-Nya di dunia, melainkan membaginya menjadi dua tahapan: tahap pengosongan (state of self- emptying) dan tahap pemuliaan (state of exaltation) sesudah kebangkitan. Dengan demikian, Luther tidak membedakan kodrat dan Pribadi Yesus, sehingga sebenarnya ajarannya mempunyai kemiripan dengan campuran ajaran Arianism dan Monophisitism, ajaran yang menyimpang pada abad ke-3 dan ke-5.
Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan mengetahui bahwa interpretasi yang dipegang oleh Bapa Gereja adalah bahwa yang dimaksud oleh Paulus dalam “pengosongan diri” ini adalah bahwa Pribadi kedua dari Trinitas yaitu Sang Firman Allah, mengambil rupa manusia melalui Inkarnasi, agar dengan demikian Ia dapat menderita dan mati. Maka dikatakan Ia yang “dalam rupa Allah…. mengambil rupa seorang hamba” sehingga di dalam rupa tersebut Ia “merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati …di kayu salib.” Maka disini yang tidak dipertahankan Kristus adalah ketidakterbatasanNya sebagai Allah, bahwa sebagai Allah Ia tidak mungkin menderita dan mati, sedangkan dengan menjelma menjadi manusia Ia dapat menderita dan mati. Maka dari teks itu sendiri sebenarnya tidak menunjukkan bahwa dengan mengambil rupa sebagai manusia, Yesus berhenti menjadi Allah. Sebab dari kodrat-Nya, Allah tidak mungkin berhenti menjadi Allah, ataupun berubah dari yang sempurna -dalam Trinitas- menjadi tidak sempurna -karena pada satu periode Allah tidak berupa Trinitas. Karena kalau demikian, maka Allah mempertentangkan Diri-Nya sendiri dan ini tidak mungkin (lih.2 Tim 2:13). Silakan membaca artikel bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada, silakan klik, untuk melihat dengan akal budi kita, bagaimana Tuhan tidak mungkin berhenti menjadi Tuhan, atau berubah menjadi tidak sempurna. Di atas semua itu, mari kita merenungkan kebenaran yang tertulis dalam Mzm 49:8-9, bahwa seorang manusia tidak akan bisa memberikan tebusan (dosanya) kepada Allah; maka untuk itu, untuk menjadi tebusan dosa bagi banyak orang, maka Yesus tidak mungkin ‘hanya’ manusia, Ia harus sekaligus Allah, agar dapat menyelamatkan umat manusia dengan wafat-Nya di kayu salib.
Jika kita memahami kodrat Allah, maka kita mengetahui bahwa Allah tidak dapat menjadi tidak sempurna. Allah Trinitas adalah Allah yang maha sempurna dan kekal, alfa dan omega, dan sungguh tidak terbatas oleh waktu. Maka jika ada yang terbatas dalam diri Yesus itu adalah karena keterbatasan kodrat manusia (yang terbatas oleh ruang dan waktu), sedangkan kuasa-Nya sebagai Allah tetap sempurna. Karena itulah, dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia Ia dapat mengampuni dosa dalam nama-Nya sendiri (Mt 9:2-8; Mk 2:3-12; Lk 5:24, 7:48), melakukan banyak mukjizat dalam nama-Nya (Mat 8: 26; 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), menyembuhkan yang sakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31) dan membangkitkan orang mati dalam nama-Nya sendiri (Luk 7:14; Yoh 11:39-44), dan para malaikatpun melayani Dia (Mat 3:11). Ini tidak mungkin terjadi, jika pada waktu penjelmaan-Nya Ia bukan Allah. Silakan membaca lebih lanjut dalam artikel ini, silakan klik untuk melihat secara obyektif betapa banyaknya bukti yang menunjukan bahwa pada saat hidup-Nya di dunia Yesus itu sungguh-sungguh Allah, dari segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan-Nya. Untuk menilai bahwa ucapan dan perbuatan Yesus itu “hanya” perbuatan manusia biasa adalah sikap yang “menutup mata” terhadap kenyataan yang sesungguhnya tidak perlu dibuktikan. Menolak untuk percaya bahwa selama 33.5 tahun hidup-Nya di dunia Yesus bukan Tuhan, adalah suatu bentuk distorsi pengenalan akan Pribadi Yesus. Ini hampir saja serupa bahwa seseorang menolak kenyataan bahwa matahari itu sumber terang, walaupun sudah jelas-jelas cahayanya tersebar ke mana-mana.
Mereka yang menganggap Yesus “hanya” manusia biasa semasa hidupnya, menyetarakan Dia dengan para nabi sebelum Kristus. Padahal, kita mengingat bahwa bahkan para nabi tersebut, tidak pernah mengampuni dosa ataupun melakukan mukjizat dalam nama mereka sendiri, ataupun mengajar dengan otoritas mereka sendiri. Lihat saja bagaimana ungkapan ayat-ayat Alkitab dalam PL, dimana berkali-kali disebutkan, “Berfirmanlah Allah kepada (Musa/ nabi-Nya)…. “, sedangkan dalam Injil, Yesus tak terhitung mengatakan, “Tetapi Aku berkata kepadaMu….” Jangan lupa bahwa para nabi bahkan sudah menubuatkan kedatangan hamba Tuhan yang adalah Allah sendiri. Selanjutnya, silakan klik di sini untuk membaca nubuat-nubuat para nabi akan kedatangan Yesus, yang adalah Tuhan.
4. Dari semua diskusi di atas, maka menurut hemat saya, diskusi harus mengarah pada pembuktian apakah Yesus sungguh Allah, karena tidak ada yang menyangkal kemanusiaan Yesus. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, Gereja Katolik mengakui bahwa Yesus sungguh manusia, yang mempunyai sifat manusia, bertindak sebagaimana layaknya manusia, kecuali dalam hal dosa. Namun, karena Kitab Suci yang sama juga mengajarkan bahwa Yesus juga Allah, maka Gereja Katolik mempercayainya. Jadi, kalau anda mau, dari sisi anda silakan mulai dengan pembuktian bahwa Yesus bukanlah Allah. Dari sisi saya, saya akan membuktikan bahwa Yesus adalah Allah, walaupun Dia juga mempunyai kodrat manusia. Dan silakan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya beri warna merah. Karena keterbatasan waktu, saya tidak dapat melayani diskusi ini tanpa batas. Jadi, saya akan membatasi diskusi dalam tiga putaran. Semoga hal ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih atas uraian panjang Pak Stef untuk diskusi tentang ke-Allah-an Yesus.
Semoga saudara Gery Mudaya dapat memberikan paparan yang jelas untuk argumennya bahwa, “Yesus adalah 100% manusia yang mendapat PENGURAPAN TANPA BATAS dari Allah dan Roh Kudus sehingga Yesus tidak akan pernah berdosa selama hidupnya, namun Yesus memiliki nafsu yang sama seperti kita manusia.”
Saya sangat mengharapkan saudara Gery Mudaya dapat memberikan paparan dengan rinci dan konstruktif untuk menyanggah pendapat Bapak Stef di atas. Tentu paparan itu harus alkitabiah. (saya membayangkan ada ayat di Kitab Suci yang tertulis, Yesus berkata, “Saya 100% manusia yang mendapatkan PENGURAPAN TANPA BATAS dari Allah dan Roh Kudus sehingga saya tidak akan pernah berdosa selamanya. Namun saya memiliki nafsu sama seperti manusia.”)
Selama ini saya melihat alur diskusi di katolisitas.org antara pengasuh situs ini dengan saudara-saudara non-Katolik (terutama Kristen Protestan) cenderung berlangsung dengan semangat mencari kesalahan, bukan kebenaran. Ketika pengasuh situs ini sudah memaparkan argumentasinya untuk memperkuat kebenaran yang diyakininya, para pengkritik (yang mungkin tidak bisa menjawab) mencari-cari kesalahan lain. Berputar-putar. Lalu ngotot bahwa Katolik salah. Titik.
Saya harap Saudara Gery Mudaya tidak seperti itu. Bapak Stef sudah menjawab pertanyaan Saudara Gery. Sekarang silakan jawab pertanyaan balik dari Bapak Stef. Dan dari situ kita semua bisa bersama-sama belajar untuk mencari kebenaran sejati siapa Yesus sebenarnya.
Saya dan tentu seluruh pembaca di forum ini mengharapkan diskusi yang dewasa, bijaksana dan mencerahkan kita semua. Kami berharap Saudara Gery bisa memenuhi permintaan sederhana ini.
Salam Damai
-adven-
Shalom pak Stef (dan sdr Gery Mudaya).
Sudah lengkap sekali dan detail rasanya apa yang pak Stef utarakan dalam tulisan diatas sebagai jawaban kepada sdr Gery Mudaya. Semoga uraian diatas dapat menjadi dasar dan kunci awal dalam sdr Gery Mudaya mempelajari kodrat Yesus yang sesungguhnya.
Sedikit saya menambahkan, kalau menurut pak Stef relevan, kepada sdr Gery Mudaya kiranya dapat membaca pula surat Ibrani sebagai berikut:
Ibr 1:1 : Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
Ibr 1:2 : maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
Ibr 1:3 : Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk disebelah kanan Yang Maha Besar, di tempat yang tinggi,
Dalam Ibr 1:2, dengan jelas dikatakan: “maka pada zaman akhir ini Ia [Ia=Allah] telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya [Nya=Allah; Anak-Nya=Anak Allah (Yesus)], yang telah Ia [Allah] tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia [Dia=Yesus] Allah telah menjadikan alam semesta.
Dalam Ibr 1:3, dengan jelas pula dikatakan: “Ia [Ia=Yesus] adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya [Nya=Yesus] yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia [Ia=Yesus] selesai mengadakan penyucian dosa, Ia [Ia=Yesus] duduk disebelah kanan Yang Maha Besar [Yang Maha Besar=Allah], di tempat yang tinggi,
Terhadap pertanyaan sdr Gery :
Jika Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah mengapa Yesus bisa mati? Bukankah Yesus itu 100% Allah dan manusia? Mungkinkah ALLAH BISA MATI, dan jika mati apakah YESUS BERHENTI SEBAGAI ALLAH ?
Kiranya sdr Gery juga dapat melanjutkan membaca surat Ibrani sebagai berikut:
Ibr 5:7 : DALAM HIDUP-NYA SEBAGAI MANUSIA, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Ibr 5:8 : DAN SEKALIPUN IA ADALAH ANAK, ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.
Jadi mestinya jelas sudah bagi sdr Gery akan KEMANUSIAAN dan SEKALIGUS ke ALLAHAN Yesus.
Perihal bagaimana Allah “membuat mati” Putra-Nya memang adalah misteri bagi umat manusia, sebagaimana Abraham sampai “mau dan mampu” mengorbankan anak kandungnya sendiri pun, apabila kita renungkan, sudah merupakan tindakan yang bagi sebagian besar dari kita sulit dicerna, yang hampir dapat dikatakan sebagai misteri, hanya karena ketaatannya pada Allah. Demikian pula Yesus dengan ketaatannya pada Bapa-Nya mau menderita dan mati bagi umat-Nya.
Salam dalam kasih Yesus & Bunda-Nya.
[dari katolisitas: yang berhubungan dengan hal ini adalah artikel kesempurnaan rancangan keselamatan Allah ini – silakan klik]
Bapak Stefanus yang terkasih serta sdr Adven Sarbani yang baru saya kenal
Saya akan berusaha untuk menjawab pertanyaan Bapak yang ditulis dengan warna merah sbb :
Dari tanggapan Anda di atas, cobalah untuk menguraikan lebih jauh tentang istilah yang Anda gunakan, yaitu “pengurapan tanpa batas”? Bagaimana anda mendefinisikan hal ini? Apakah pengurapan tanpa batas ini melebihi nabi dan juga malaikat? Kalau ya, dimana kelebihannya dan perbedaannya? Dimanakah kita dapat menemukan referensi akan hal ini di Kitab Suci?
Pengurapan tanpa batas ialah pengurapan ilahi yang diberikan kepada Putra Manusia Yesus yang diutus oleh Allah Bapa didalam menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan umat manusia dan itu tertulis di dalam :
YOHANES 3:34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.
Apakah pengurapan tanpa batas ini melebihi nabi dan juga malaikat? Kalau ya, di mana kelebihannya dan perbedaannya?
Pengurapan tanpa batas ini pengurapan yang melebihi dari pada pengurapan yang diberikan pada para Nabi. Nabi diberikan pengurapan kasus per kasus tidak untuk setiap segi kehidupan manusia, sedangkan malaikat nampaknya tidak diberikan pengurapan seperti manusia.
Apakah istilah atau pengertian ini juga pernah ditulis di abad 1 – abad 5? Kalau ada siapa yang mengatakannya kalau tidak ada kapan munculnya dan apakah alasannya?
Pak Stefanus, saya hanya umat biasa dan tidak pernah sekolah seminari, saya hanya belajar Kitab Suci jadi saya tidak tahu, mohon dimaafkan. Barangkali belum pernah ditulis di abad2 itu sebab pembukaan Firman Tuhan tidak sejelas seperti yang kita dapatkan seperti saat sekarang ini.
Anda mengatakan bahwa Yesus mempunyai naluri seks seperti manusia lain, dapatkan anda menjelaskan darimana nafsu ini datangnya? Apakah nafsu seks seperti yang dikenal manusia sekarang ini adalah merupakan kodrat manusia yang diciptakan menurut gambaran Allah, atau sebagai akibat dosa asal? Kalau naluri seks ini sebagai akibat dosa asal dan Yesus juga mempunyai naluri seks seperti manusia pada umumnya, apakah kemudian Yesus berdosa?
Naluri sex itu timbul akibat dari dosa, namun bedanya dengan Putra Manusia Yesus walaupun Dia adalah manusia tetapi Dia tidak bisa berbuat dosa.Setiap manusia pasti memiliki naluri sex, tapi tidak ada manusia yang tidak pernah berdosa kecuali Yesus.
Selanjutnya Pak Stefanus bertanya :
Kalau ikatan Yesus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus dapat terputus sementara waktu, yaitu ketika Yesus menanggung dosa manusia, maka kemudian apakah kodrat dari Yesus pada waktu itu? Bukankah upah dosa adalah maut (Rom 6:23)? Apakah dengan demikian, Yesus kemudian mengalami maut dan dihukum di neraka? Bukankah hukuman di neraka bersifat selamanya?
Pak Stefanus, bukankah pada waktu Putra Manusia Yesus disalibkan dan mati Allah Bapa meninggalkannya ? Sudah pasti kodratnya adalah manusia 100% , oleh sebab itulah saya bertanya apakah Allah bisa mati jika Dia Allah 100% dan Manusia 100%?
Di dalam jawaban Bapak tertulis berikut :
Maka disini yang tidak dipertahankan Kristus adalah ketidakterbatasanNya sebagai Allah, bahwa sebagai Allah Ia tidak mungkin menderita dan mati, sedangkan dengan menjelma menjadi manusia Ia dapat menderita dan mati. Maka dari teks itu sendiri sebenarnya tidak menunjukkan bahwa dengan mengambil rupa sebagai manusia, Yesus berhenti menjadi Allah. Sebab dari kodrat-Nya, Allah tidak mungkin berhenti menjadi Allah, ataupun berubah dari yang sempurna -dalam Trinitas- menjadi tidak sempurna.
Jika Yesus bukan manusia 100% yang mendapatkan pengurapan tanpa batas, bisakah kita manusia meniru Dia menjadi manusia yang sempurna ? Manusia tidak mungkin meniru Allah, oleh karenanya Yesus menjadi manusia 100% supaya kita bisa mencapai kesempurnaan sama seperti Dia yang sempurna.
Upah dosa itu maut, tepat sekali, namun Yesus tidak pernah berdosa jadi maut dan neraka tidak berkuasa atas diriNya.
Selanjutnya bapak menulis :
Karena itulah, dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia Ia dapat mengampuni dosa dalam nama-Nya sendiri (Mt 9:2-8; Mk 2:3-12; Lk 5:24, 7:48), melakukan banyak mukjizat dalam nama-Nya (Mat 8: 26; 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), menyembuhkan yang sakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31) dan membangkitkan orang mati dalam nama-Nya sendiri (Luk 7:14; Yoh 11:39-44), dan para malaikatpun melayani Dia (Mat 3:11). Ini tidak mungkin terjadi, jika pada waktu penjelmaan-Nya Ia bukan Allah.
Hanya satu yang tidak dapat dilakukanNya sendiri, bangkit dari kematian (Kitab Suci mencatat bahwa Dia dibangkitkan oleh Allah Bapa dan Allah Roh Kudus) dimana ayatnya jika sdr Adven bertanya cobalah tanyakan pada pak Stefanus pasti beliau tahu.
Jika Dia Allah 100% dan Manusia 100% tentunya sebagai Allah Dia bisa bangkit sendiri. Oleh sebab Dia manusia 100% maka Dia harus dibangkitkan oleh Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.
Terima kasih pak Stefanus telah memberikan pada saya untuk berdiskusi sampai tiga putaran, saya menunggu nasehat nasehat bapak Stefanus selanjutnya.
Untuk sdr Adven mohon maaf jika jawaban saya tidak memuaskan anda, tidak pernah terbersit dalam pikiran saya untuk mencari-cari kesalahan, saya sepenuhnya ingin mencari kebenaran dan kadang-kadang bisa saja kebenaran itu menyakitkan hati.
Gery
Shalom Gery Mudaya,
Terima kasih atas tanggapannya. Mari sekarang kita membahas tanggapan anda satu-persatu.
Dari tanggapan anda, maka terlihat bahwa anda bersikeras menolak bahwa Yesus bukanlah sungguh Allah dan sungguh manusia, namun bersikukuh bahwa Yesus adalah sungguh manusia dengan pengurapan tanpa Batas dari Allah dan Roh Kudus, sehingga Yesus tidak pernah berdosa. Dan pengurapan tanpa batas ini, anda dasarkan pada ayat Yoh 3:34 yang menuliskan “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.”
Namun, ayat yang anda berikan (Yoh 3:34) tidak memberikan kedalaman esensi dari diskusi. Kita tentu saja dapat melihat bahwa ada banyak karakter dari Kristus, seperti Dia adalah Roh yang menghidupkan (1Kor 15:45); Pengantara pada Bapa (1Yoh 2:1); Imam Besar (Ibr 3:1); Anak tunggal Bapa (Yoh 1:14); Permulaan dan Akhir (Rev 1:8); Gembala dan Pemelihara Jiwa (1Pe 2:25); Roti Hidup (Yoh 6:48-51); Mempelai Pria (Mat 9:15); Bintang Timur yang gilang-gemilang (Why 22:16); Cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah (Ibr 1:3), dan masih banyak lagi sebutan-sebutan yang lain. Namun, semua itu hanyalah atribut-atribut, yang menuntun kita pada satu esensi dari diskusi, yaitu apakah Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia? Dengan demikian, kalau anda tidak setuju bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia, namun berpegang bahwa Yesus adalah hanya seolah-olah dipandang sebagai manusia ‘super‘, maka anda harus memberikan argumentasi sebaliknya, karena ada banyak ayat-ayat di dalam Kitab Suci yang membuktikan bahwa Yesus adalah sungguh Allah, seperti yang telah saya berikan di atas. Namun, di satu sisi, kalau anda memberikan sisi kemanusiaan Yesus, maka saya tidak menolaknya, karena saya juga mempercayai Yesus adalah sungguh Allah yang juga mempunyai kodrat manusia. Oleh karena itu, anda sendiri harus membuktikan dengan satu argumentasi bahwa Yesus bukan Allah. Dari sisi saya, saya telah membuktikan di beberapa ayat di atas, bahwa Yesus adalah sungguh Allah.
Dengan demikian, apa yang anda paparkan tentang pengurapan tanpa batas sesungguhnya hanya menyentuh sedikit saja dari sosok Kristus. Inilah sebabnya anda sulit menemukan tulisan-tulisan dari para Bapa Gereja awal yang menyinggung tentang hal ini. Para Bapa Gereja tidak meributkan pengurapan tanpa batas, namun mereka lebih menekankan ke-Allahan dan ke-manusiaan Kristus yang terikat dalam hypostatic union. Sejarah Gereja tidak mempunyai mempersoalkan tentang pengurapan tanpa batas, namun senantiasa memberikan penjelasan tentang kesalahan orang-orang yang terlalu menekankan kemanusian Yesus sehingga melupakan ke-Allahan Yesus, atau sebaliknya terlalu menekankan ke-Allahan Yesus sehingga melupakan kemanusiaan Yesus. Jadi, kita dapat melihat bahwa tidak ada diskusi pengurapan tanpa batas di abad-abad awal, karena bukan itu yang menjadi esensi dari Yesus Kristus.
Diskusi tentang nafsu seks dalam diri Yesus, anda mengatakan “Naluri sex itu timbul akibat dari dosa, namun bedanya dengan Putra Manusia Yesus walaupun Dia adalah manusia tetapi Dia tidak bisa berbuat dosa.Setiap manusia pasti memiliki naluri sex, tapi tidak ada manusia yang tidak pernah berdosa kecuali Yesus.” Point yang saya berikan adalah anda mengatakan bahwa Yesus mempunyai nafsu seks namun tidak pernah berdosa. Dan anda mengatakan bahwa nafsu seks adalah akibat dari dosa. Dengan demikian, kalau nafsu seks adalah akibat dari dosa dan Yesus mempunyai nafsu seks, maka bukankah secara tidak langsung anda ingin menyampaikan bahwa Yesus berdosa karena mempunyai nafsu seks? Atau dengan kata lain, apakah anda berpendapat bahwa Yesus bisa berdosa (posse peccare) dan bisa tidak berdosa (posse non peccare), atau Yesus tidak bisa berdosa (non posse peccare)?
Tentang Allah yang mati, saya telah memberikan argumentasi tentang perbedaan antara kodrat dan pribadi (person) di thread sebelumnya (silakan klik) di bagian akhir. Kalau anda tidak setuju dengan argumentasi yang saya berikan, maka anda dapat menyanggahnya dengan memberikan argumentasi. Tidak ada yang menyanggah bahwa Yesus tidak pernah berdosa, karena sebagai Allah, Yesus tidak bisa dan tidak dapat berdosa dan kalau kedatangan-Nya adalah untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa, maka tidak mungkin Yesus berdosa.
Saya memberikan beberapa ayat untuk membuktikan ke-Allahan Yesus. Kalau anda tidak menyetujuinya, maka silakan memberikan argumentasi dan mencoba menjawab argumentasi yang telah saya berikan. Anda mengatakan tentang Yesus yang dibangkitkan dari kematian. Dikatakan di dalam Kisah Para Rasul “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.” (Kis 2:32; bdk Mat 16:21; Mat 17:9; Luk 9:22; Kis 4:10; Kis 10:40; Kis 13:37; Rom 4:25; 1Tes 1:10). Namun jangan lupa bahwa Kitab Suci yang sama mengatakan bahwa Yesus telah bangkit dan bukan Yesus telah dibangkitkan. (lih. Yoh 2:22; Yoh 21:14; Kis 17:3; Rom 8:34; 1Tes 4:14; 2 Tim 2:8; Why 1:5) Dari sini, kita melihat bahwa dalam kemanusiaan-Nya, maka Yesus dibangkitkan oleh Allah Bapa, namun di sisi yang lain, karena Yesus sungguh Allah, maka Dia bangkit dengan kekuatan-Nya sendiri. Di sinilah kita dapat melihat bahwa Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus, tidak pernah melakukan segala sesuatunya sendiri, namun senantiasa dalam konteks Trinitas.
Sebagai umat Kristen, sudah seharusnya kita mengambil semua ayat-ayat yang disebutkan dalam Kitab Suci tanpa memilih-milih. Kitab Suci yang sama, menunjukkan bahwa ‘Yesus dibangkitkan’ dan juga menunjukkan ‘Yesus telah bangkit”, yang menunjukkan bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Dan itulah yang dipercayai Gereja Katolik. Semoga jawaban ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Bapak Stefanus yang dikasihi Tuhan,
Terima kasih telah memberikan saya penjelasan yang cukup lengkap tentang Yesus.
Akan tetapi saya masih tetap berkeyakinan bahwa Yesus itu manusia 100 % sama seperti kita, bukan Allah 100 % dan manusia 100%.
Oleh sebab itu saya ingin menuliskan tentang pendapat saya tentang SIAPAKAH YESUS ITU ?
Saya tahu bahwa banyak ajaran gereja diluar katolik yang tidak bisa menerima pengajaran bahwa Yesus it u manusia 100 % (bukan sungguh Allah sungguh manusia), berikut ini uraiannya mudah2an bisa menjawab semua pertanyaan yang pak Stefanus tanyakan pada saya :
SIAPAKAH YESUS ?
Orang-orang yang hidup dalam zaman Yesus yakin pasti bahwa Yesus adalah seorang manusia. Sebagai seorang manusia ,bahkan yang super sekalipun,tidak ada orang yang ragu-ragu sebab semua pernah hidup seperti kita menurut catatan sejarah.
Mengapa ada orang yang ragu-ragu Tuhan Yesus itu Allah ?
SEBAB ALLAH DAN MANUSIA ITU LAIN, sangat berbeda,seperti bumi dan langit.
Allah itu pencipta, manusia itu ciptaanNya.
Allah itu kekal, manusia itu bisa mati.
Allah itu tak terbatas, manusia itu terbatas.
Allah itu tak tampak, manusia itu tampak.
Allah itu maha kuasa, manusia itu lemah, dstnya.
Ada banyak perbedaan antara Allah dan manusia.
Mengapa Yesus dikatakan Allah ?
Kalau banyak yang ragu2 itu tidak aneh, sebab Allah dan manusia itu sangat berbeda.
Murid2 ini hidup dengan Tuhan Yesus, mereka melihat manusia Yesus ini 100% manusia dan ini pasti tidak diragukan sama sekali.
Seharusnya murid2 ini yang paling tidak percaya bahwa Yesus itu Tuhan ,sebab dengan mata kepala sendiri menyaksikan bahwa Yesus itu manusia penuh, tetapi mengapa mereka percaya ? Justru Tuhan Yesus bertanya kepada mereka, siapakah Dia ?
Bukankah ini bisa menambah ke-ragu2an mereka sebab mereka tahu Tuhan Yesus itu manusia biasa ? Tidak ! Sebab Yesus itu Allah, meskipun manusia penuh.
Mula2 murid2 mengenalNya sebagai manusia penuh, 100 % dan per-lahan2 mereka mulai melihat ada sesuatu yang lain,yang ajaib dalam manusia ini.
Mereka tetap belum mengerti dan klimaksnya di Golgota, waktu Ia mati dan bangkit.
Makin lama mereka makin mengerti tetapi masih ada banyak pertanyaan2 kunci yang mengunci pikirannya sehingga tidak bisa mengenali ke-Ilahian Yesus dengan penuh.
Semua data-data telah mereka sesudah Tuhan Yesus naik ke surga, tetapi pikirannya tetap terkunci. Baru sesudah Rohkudus turun dan membuka pikirannya, mereka dapat melihat dengan se-jelas2nya bahwa Yesus itu Tuhan dan Allahnya (Luk 24 : 45).
Pikiran manusia tidak bisa mengerti bahwa ada seorang manusia bernama Yesus yang sebetulnya Allah, sebab perbedaannya terlalu besar seperti kertas dan besi, itu berbeda se-gala2nya.
Tetapi murid2 dan semua orang menyaksikan bahwa meskipun Yesus hidup sebagai manusia, tetapi ada perbedaan yang nyata, Ia tidak berdosa Ibr 4 : 15..
Ia juga dicobai seperti manusia dan semua orang serta murid2Nya melihat hal ini, tetapi tidak berdosa.
Beberapa orang menuduhNya berdosa, sebab mereka tidak melihat sendiri, hanya dengan logikanya mereka membabi buta.
Banyak orang sederhana dan tulus sungguh2 terkejut, disentakkan pikirannya ketika melihat Yesus.
Misalnya orang buta sejak lahir (Yoh 9 : 33), Nikodemus seorang guru Yahudi (Yoh 3 : 2 ; 19 : 38. Tentara2 Romawi yang kasar dan yang tidak ada sangkut pautnya dengan Yesus (Mat 27 : 54 ; 28 : 4. Bahkan Pilatus yang menghukum mati juga tersentak (Mark 15 : 44), tidak ketinggalan, juga musuh2Nya (Mat 28 : 11), bahkan Gamaliel yang tulus itupun sadar bahwa Yesus ini seorang yang langsung dari Allah, meskipun ia tidak tahu bagaimana hubungannya atau cara mengirimnya, tetapi ia yakin bahwa Yesus itu dari Allah (Kis 5 : 38-39).
Murid2 akhirnya mendapatkan data2 yang lengkap bahwa Yesus itu manusia penuh seperti mereka tetapi juga berasal dari Allah, bukan dari dunia (Yoh 3 : 13 ; 8 : 23).
Inilah Yesus yang betul, Dia berasal dari atas, bukan seperti kita, manusia yang berasal dari bawah , dari orang tua kita.
Tetapi Yesus itu bukan dari bawah, bukan dari kehendak seorang laki2 (Yoh 1 : 13) tetapi dari surge yang datang menjadi manusia seperti kita.
PENDAPAT BANYAK ORANG TENTANG YESUS
Pada waktu itu pikiran orang banyak masih tercampur dengan macam2 pendapat, termasuk penjelmaan2 untuk mencari jawaban dari hal2 aneh yang terjadi.
Misalnya : HERODES yang juga tertuduh karena membunuh Yohanes Pembaptis yang suci mengatakan Yesus itu Yohanes Pembaptis (meskipun waktu Yohanes mati, Yesus sudah pelayanan dengan heran) Mat 14 : 2.
Mereka menghubungkan Putra Manusia Yesus dengan nabi2 yang heran seperti ELIA atau nabi2 lainnya.
Memang ini dua soal yang sulit untuk logika manusia. Bagaimana Allah menjelma menjadi manusia (yaitu Yesus) dan bagaimana manusia bisa menjadi allah (Yoh 1 : 12 ; 10 : 35).
Rencana Allah bagi orang percaya.keduanya menjadi batu sandungan bagi orang2 yang hanya beribadah dengan kekuatan akalnya tanpa kelimpahan pertolongan Rohkudus.
Ini termasuk rahasia2 kerajaan surga yang ajaib untuk pikiran manusia (Mar 13 : 11)
YANG PERTAMA adalah Allah menjadi manusia , sama seperti kita, menebus, menolong dan mengangkat manusia.
Ini adalah tanda kasih ilahi bagi manusia supaya manusia jangan binasa tetapi bisa mendapat hidup yang kekal (Yoh 3 : 16).
Sebab itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia datang dari atas bukan dari bawah (Yoh 3 : 31/ 6 : 38 / 8 : 23& 42 / 16 : 30 – Luk 9 : 20), Ia tidak ada dalam rentetan orang2 yang akan turun ke dunia seperti Abraham,dan Lewi, itu ada dalam satu rentetan (Ibr 7 : 9-10).
Yesus bukan termasuk golongan rentetan Adam I (atau manusia jenis I), tetapi Dialah yang memulai jenis Adam II (1Kor 15 : 47), Ia datang dari atas dan membuat cabang dari rentetan manusia jenis I (Adam I) yaitu orang2 yang mau percaya pada Tuhan Yesus dengan kelahiran baru menjadi jenis Adam II seperti Kristus yang turun dari surga.
Ini adalah rencana penebusan Allah bagi manusia, melepaskan manusia dari neraka. Menebus manusia dari iblis sehingga boleh diselamatkan.
YANG KEDUA yaitu rencana Allah yang membuat manusia biasa yang sudah jatuh dalam dosa, turunan Adam I, yang mau percaya, dilahirkan kembali dalam jenis Adam II dan diolah untuk menjadi seperti Allah.
Yesus sudah membuktikan bahwa rencana Allah itu benar dan sudah terbukti dalam diriNya, yang sudah menjadi manusia seperti kita, dicobai dalam segi hidup seperti kita, tetapi tidak jatuh dalam dosa, melainkan tetap dalam kesucian (Ibr 4 : 15).
Tuhan Yesus adalah manusia jenis II yang menjadi sulung dalam kebangkitan orang mati jenis II (tidak bangkit seperti Lazarus, anak Yairus, putra janda Naim, Eutikus dsb).
Ini rencana yang luar biasa dan sudah selesai, contohnya pada waktu Yesus bangkit lalu naik ke surga dan duduk dikanan Allah Bapa.
Ini jalan yang sudah dibuka untuk orang yang mau percaya, yang juga bisa mengikuti jalur ini dan naik sampai di sebelah kanan Allah Bapa menjadi seperti Kristus, sehingga Allah menjadi kepala Kristus, Kristus menjadi kepala laki2 dan laki2 menjadi kepala perempuan (1 Kor 11 : 3). Rencana Allah pasti jadi Ayub 42 : 2 ; Luk 1 : 37. Ini jalur yang kedua yang juga sulit bagi pikiran manusiawi, tetapi sudah jadi dan akan terus menghasilkan orang2 yang sempurna seperti Kristus, kalau umat Tuhan yang percaya mau diolah.
PENGAKUAN PETRUS berbeda dengan Matius dan Lukas, bukan karena tidak sama, tetapi justru semua itu saling melengkapi Mat 16 : 16. Tuhanlah Kristus Putra Allah yang hidup Mark 8 : 29. Engkau adalah Kristus. Luk 9 : 20 Kristus yang daripada Allah. Kristus = Yang Diurapai = Mesias. Petrus dan hampir semua orang Yahudi kenal Kristus, sebab tokoh ini di-tunggu2 sebagai pembebas dari bangsa Israel.
Kristus ini dijanjikan Allah kepada bangsa Israel (Ul 18 : 15-19).
Ada banyak nubuatan2 tentang Kristus seperti Yes 7 : 14 ; 9 : 5. Semua orang Yahudi tahu dan menungguNya meskipun tidak mengerti dengan jelas siapakah Dia.
Seluruh Kitab Suci bersaksi tentang Mesias, tetapi orang2 Yahudi tidak mengerti dan justru menolak Masias atau Kristus yang sudah dikirim Allah Yoh 6 : 38-39.
Sebetulnya sudah banyak tanda2 yang diberikan Allah untuk kelahiran sampai pelayanan Yesus. Masih banyak orang2 yang ingat segala sesuatu tentang Putra Manusia Yesus, baik tentang kelahiranNya atau kematianNya.
Dengan akal saja manusia sulit untuk mengerti hal2 yang diluar jangkauan akalnya.
Manusia bukan saja mempunyai akal tetapi juga roh yang dibutakan oleh penghulu dunia ini 2Kor 4 : 4. Sebab itu kalau ini tidak dilepaskan / dibukakan, manusia itu sulit percaya.
Setiap kali kita bersaksi kepada orang lain, perlu dengan kuasa Kis 1 : 8 supaya orang2 yang mendenar itu dilepaskan lebih dahulu dari kebutaan yang dibuat iblis, supaya matanya terbuka dan dapat mengerti kebenaran2 ilahi yang sebetulnya begitu jelas buat orang yang mau percaya. Kalau kita bisa percaya, maka kita bisa melihat Dia dan berubah seperti Dia 2Kor 4 : 17-18.
Ini akan mengubah kita luar biasa dan kita bisa menerima segala perjanjian Allah yang indah2 itu. Yesus itu memang Allah dan bisa percaya kepada Yesus dengan betul itu berarti se-gala2nya.
Kita akan mengalami semua janji2Nya dan akan berubah menjadi seperti Dia dari satu tingkat kemuliaan kepada tingkat kemuliaan berikutnya, terus tumbuh sampai seperti Kristus Efe 4 : 13. Jadi Tuhan Yesus itulah Kristus yang dijanjikan Allah sejak dari taman Eden Kej 3 : 15 yang berasal dari Allah, jadi Kristus itu manusia penuh seperti kita, tetapi Ia juga Allah meskipun Ia tidak memakai sifat2 dan tanda2 keilahianNya Pil 2 : 6-7. Ia mengosongkan diriNya dari segala kemampuan ilahi, hanyalah pribadiNya yang ada untuk menjadi manusia seperti kita Ibr 2 : 17 ; 5 : 7 dan diberi satu tubuh manusia, tubuh daging seperti kita Ibr 10 : 5.
Dengan cara ini Ia menanggung dosa manusia dan mati seperti manusia yang berdosa untuk menebus kita.
Kalau Ia Allah, Ia tidak bisa mati. Ia menjadi sama seperti kita dan mengalami hal2 yang sama, juga dorongan2 naluri daging/ sex dari dalam dan godaan2 dari luar, semua dialaminya tetapi tidak sampai berdosa. Ia menjadi contoh dan jalan bagi kita Yoh 14 : 6
CONTOH YANG DITIRU 1Kor 11 : 1 . Kita bisa meniru Kristus, sebab Dia sama seperti kita. Kalau Dia hidup sebagai Allah (istilah umum sebagai “dewa”) bagaimana kita bisa meniru Dia, bagaimana kita bisa mengikuti jalan hidupNya ?
Tetapi Yesus menjadi tepat seperti kita itu sebab diisi dengan Roh Allah sehingga menjadi Allah di dalam manusia Mat 1 : 23 (Inilah yang saya katakan mendapat pengurapan tanpa batas) dan inilah kuncinya untuk hidup seperti Kristus.
Dengan Roh Allah kita sanggup Zak 4 : 6 ; Pil 4 : 13 dan memang Dia sudah menjadi contoh bagi kita.
Salah satu tanda untuk membedakan roh2 dari iblis / setan dan Roh Kudus adalah pengakuan ini bahwa Yesus telah turun menjadi manusia dalam dunia 1Yoh 4 v: 2 ; 2Yoh 7.
MENGAPA IBLIS TIDAK MAU MENGAKUI YESUS SEBAGAI MANUSIA ?
Sebab iblis cs hendak menipu manusia 1Yoh 4: 3 bahwa tidaklah mungkin manusia itu bisa hidup suci seperti Kristus, pasti banyak dosanya, pasti gagal, sebab manusia bukan seperti Kristus. Dialah Allah, bukan seperti kita.
Justru ajaran yang benar mendorong orang beriman untuk tidak putus asa, belajar hidup seperti Kristus, meskipun kadang2 ada yang sering gagal dan jatuh, tetapi bangkitlah berdiri, sebab Yesus adalah contoh kita, yang memakai tubuh daging sama seperti kita dan Ia sudah berhasil hidup suci, sempurna tanpa salah sebagai contoh bagi kita.
Iblis hendak membuat manusia putus asa, supaya tidak tekun hidup seperti Kristus. Iblis hendak mengatakan bahwa meniru Kristus itu sia2 dengan menuduhkan segala dosanya dan mengatakan bahwa Yesus tidak datang dalam keadaan manusia, tetapi dalam keadaan ilahi, super, ini penyesat dan dari iblis.
Kalau kita mengakuinya maka kita ada pengharapan dan kalau kita memakai cara2 Yesus, penuh dan dipimpin Rohkudus, limpah dengan firman Tuhan, jalan seperti Kristus, maka kita juga akan menjadi seperti Kristus, bahkan menjadi mempelaiNya.
Jangan ragu2 Yesus adalah manusia 100 %.
Pribadi kita berasal dari rentetan orang2 yang lahir dalam garis keturunan Adam I, tetapi pribadi Yesus datang dari atas, tidak seperti kita bawah, tetapi semua memakai tubuh manusia yang sama.. Dipimpin oleh Roh Allah yang sama, Rohkudus sanggup membuat semua manusia yang mau taat dan percaya, menjadi sama dengan contoh yang pertama menjadi Adam II. Dan Yesus adalah jalan Yoh 14 : 6 , sehingga siapa yang menurut Dia, jalan di jalan yang sama akhirnya akan menjadi mulia dan ajaib seperti Dia dalam kemulianNya disebelah kanan Allah Bapa.
Tuhan Yesus yang sangat mulia, Dia Allah yang maha mulia, tetapi Ia rela menjadi hina, hilang segala kemuliaan dan kuasaNya, menjadi lebih miskin dari manusia (bukan dalam hal uang, tetapi dalam tingkatan dan kemuliaan, Ia menjadi manusia yang paling rendah), sebab segala dosa umat manusia ada diatasNya, dengan demikian Ia membuat kita lepas dari dosa.
Ini rencana Allah yang besar.
Semua rahasia keilahian dan kemanusiaan ala Yesus ini maksudnya untuk ini.
Supaya manusia diangkat dari kejatuhannya, menjadi orang tebusan lalu terus meningkat menjadi orang2 yang sempurna seperti Yesus 1Kor 11 : 1 ; 1Yoh 3 : 2.
Oleh sebab itu kita harus mengerti baik2 tentang siapa Yesus Allah yang menjadi manusia, yang menjadi contoh dan jalan bagi kita.
Yesus berbuat banyak mujizat, ajaib dan kuasa sebab Dia adalah Imanuel (Yoih 3 : 2)
Tapi Dia juga pernah minta kemuliaan ilahi (Yoh 17 : 5)
KESIMPULAN :
Yesus memang Allah , tetapi selama hidupnya di dunia Dia adalah manusia (bukan sungguh Allah sungguh manusia). Memang benar akibat dari dosa maka timbul naluri sex, jadi sebab Yesus itu manusia sungguh maka Dia juga punya naluri sex, tetapi Dia bisa menguasai nya sehingga tidak berdosa. Jika Yesus yang bapak katakan sungguh Allah dan sungguh manusia tidak mempunyai naluri sex, maka Dia tidak memenuhi kreteria sebagai manusia.
Tentang Yesus dibangkitkan pak Stefanus sudah berikan ayat2nya sbb : (Kis 2:32; bdk Mat 16:21; Mat 17:9; Luk 9:22; Kis 4:10; Kis 10:40; Kis 13:37; Rom 4:25; 1Tes 1:10).
Selanjutnya bapak menulis : Namun jangan lupa bahwa Kitab Suci yang sama mengatakan bahwa Yesus telah bangkit dan bukan Yesus telah dibangkitkan. (lih. Yoh 2:22; Yoh 21:14; Kis 17:3; Rom 8:34; 1Tes 4:14; 2 Tim 2:8; Why 1:5) Dari sini, kita melihat bahwa dalam kemanusiaan-Nya, maka Yesus dibangkitkan oleh Allah Bapa, namun di sisi yang lain, KARENA YESUS SUNGGUH ALLAH, MAKA DIA BANGKIT DENGAN KEKUATANNYA SENDIRI, ayat-ayat yang bapak berikan sama sekali tidak menunjukkan bahwa Yesus bangkit sendiri. Jika Dia bangkit sendiri, maka hal itu menjadi berlawanan dengan firman yang dikatakan pada murid-2nya, seperti ayat2 yang bapak tulis diatasnya.
BUAT SAUDARAKU ADVEN SARBANI :
Saya hanya ingin menyampaikan apa yang telah saya pahami dari pembelajaran saya selama ini tentang kitab suci, jika saudara mau percaya , puji Tuhan. Jika tidak juga puji Tuhan segala puji hanya bagi Tuhan
BUAT SAUDARAKU VINENSIUS BUDI :
Terima kasih telah memberikan ayat-ayat dalam buku Ibrani, hanya saja sayangnya ayat2 tsb tidak menunjukkan bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Tapi setidaknya saudara perduli akan Yesus , Allah yang menjelma menjadi manusia.
Salam buat semua pembaca katolisitas, team katolisitas dan semua yang mengasihi Yesus.
Gery
Shalom Gery,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya tidak akan membahas tanggapan anda satu persatu, karena sebenarnya tanggapan anda mengarah pada satu kesimpulan seperti yang anda tuliskan “Yesus memang Allah , tetapi selama hidupnya di dunia Dia adalah manusia (bukan sungguh Allah sungguh manusia)” Paham ini disebut paham protestant kenotic Christology. Kami telah menuliskan artikel tentang hal ini di sini – silakan klik. Secara prinsip, paham ini sulit diterima, karena Allah tidak dapat berhenti menjadi Allah. Dengan mengatakan bahwa Yesus memang Allah, namun selama hidupnya di dunia Dia adalah manusia dan bukan Allah, adalah sama saja dengan mengatakan bahwa Allah berhenti menjadi Allah. Dan hal ini menjadi bertentangan dengan kodrat Allah sendiri yang kekal dan tidak mungkin berhenti menjadi Allah. Alasan yang lain adalah dengan menganggap Yesus adalah manusia biasa, maka pengorbanannya di kayu salib dilakukan oleh manusia. Dan pertanyaannya adalah bagaimana kurban yang dilakukan oleh manusia biasa dapat mempunyai efek menyelamatkan seluruh umat manusia, dari masa sebelum Kristus, pada waktu Kristus dan zaman setelah Kristus?
Semua hal yang anda tuliskan dalam Kitab Suci yang memperlihatkan bahwa Kristus mempunyai kodrat manusia adalah saya yakini, karena Gereja Katolik mempercayai bahwa Kristus memang sungguh Tuhan. Namun sebaliknya, Kitab Suci yang sama juga menuliskan bahwa Kristus adalah sungguh Allah. Dan hal terakhir ini yang tidak dapat anda terima. Silakan membaca link yang saya berikan terlebih dahulu. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Bapak Stefanus yang dikasihi Tuhan
Terima kasih atas tanggapannya, Pak Stefanus masih menyisakan pertanyaan sbb :
Dan pertanyaannya adalah bagaimana kurban yang dilakukan oleh manusia biasa dapat mempunyai efek menyelamatkan seluruh umat manusia, dari masa sebelum Kristus, pada waktu Kristus dan zaman setelah Kristus?
Jawabannya : Jika semua itu dikerjakan oleh Allah Bapa , apakah ada yang mustahil ?
Apalagi manusia Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, jika Yesus itu manusia biasa memang tidak mungkin, tetapi di dalam Allah semuanya menjadi mungkin.
Logika manusia memang tidak bisa mengerti tentang hal ini, namun jika kitra mempunyai logika Kristus (pikiran Kristus) maka semuanya akan menjadi jelas.
Sebab itu kita perlu memiliki pikiran Kristus, supaya kita bisa memahami apa yang dikerjakan oleh Kristus.
Saya rasa sudah cukup diskusi kita tentang Yesus ini, jadi tidak perlu untuk diperpanjang lagi. Pak Stefanus masih punya banyak pertanyaan dari teman-teman yang lain dan ini memerlukan waktu untuk menjawabnya. Sekali lagi terima kasih atas waktu dan pendapat bapak Stefanus yang diberikan pada saya .
Buat sdr alexander wang :
Saya sangat senang punya seorang sahabat yang begitu mencintai Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebagian dari apa yang saudara tanyakan sudah ada dalam tulisan saya SIAPAKAH YESUS, saudara bisa membacanya disana sebab sudah ditayangkan oleh team katolisitas. Saya akan menjawab pertanyaan saudara berikut ini :
Alexander Wang : Bila ternyata Allah meninggalkan Yesus di salib sehingga Yesus mati dalam kodrat manusia saja, bearti Allah menyangkal DiriNya sendiri karena sebelum penyaliban, Allah “bersatu” dengan Yesus, dan sekarang saat penyaliban, Allah kabur, menyelamatkan Diri sendiri?
Gery : Allah tidak pernah menyangkal diriNya, memang benar Allah Bapa dan Roh Kudus meninggalkan manusia Yesus, seperti yang terucap dari mulut manusia Yesus ELLI ELLI LAMASABATHANI (TuhanKu mengapa Engkau meninggalkan Aku), hal ini disebabkan pada saat itu Yesus menanggung dosa seluruh umat manusia. Kita tahu bahwa ALLAH itu suci dan kudus adanya, jadi tidak mungkin kesucian bisa bersatu dengan dosa, oleh sebab itu Allah meninggalkanNya.
Gery
Shalom Gery Mudaya,
Terima kasih atas tanggapan anda. Kebenaran yang diwartakan tidaklah lengkap, kalau kita mengatakan bahwa selama di dunia ini, Yesus hanya mempunyai kodrat manusia. Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kodrat manusia, namun Kitab Suci yang sama juga menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan. Justru karena Yesus mempunyai kodrat Allah, maka pengorbanan-Nya mempunyai efek masa lalu, pada waktu itu dan masa depan. Dengan kata lain, karena tingginya kehormatan yang menjadi kurban (yang adalah Allah) serta didasari oleh kasih yang tak terhingga, membuat kurban Kristus bernilai tak terhingga dan membuat rahmat demi rahmat mengalir dari kurban kayu salib. Saya telah menuliskan tentang hal ini dalam artikel “Kesempurnaan Rancangan Keselamatan Allah” di sini – silakan klik.
Kalau anda memberikan jawaban tidak ada yang mustahil bagi Allah Bapa atas pertanyaan “kalau Kristus bukan Allah selama di dunia ini, mengapa pengurbanan-Nya memberikan efek yang luar biasa”, maka sebenarnya alasan ini kurang kuat. Dengan alasan yang sama, maka anda juga seharusnya dapat menerima bahwa Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Lebih jauh, alasan yang anda berikan juga sesungguhnya bertentangan, karena Allah-pun tidak dapat melakukan kontradiksi. Dengan konsep yang anda pegang, maka anda berpendapat bahwa Yesus sebelum turun ke dunia adalah Allah, pada waktu di dunia adalah manusia, dan setelah naik ke Sorga Dia menjadi Allah kembali. Pernyaan tersebut sebenarnya saling bertentangan. Di dalam Allah tidak ada perubahan atau dengan kata lain Allah tidak dapat berhenti menjadi Allah. Kalau Yesus adalah Allah, maka sebelum, pada waktu, setelah Inkarnasi, maka Dia adalah Allah. Saya sudahi diskusi sampai di sini, karena masing-masing pihak telah memberikan argumentasinya. Tentang Eli Eli Lama sabakhtani, silakan membaca penjelasan ini – silakan klik. Terima kasih atas kesempatan berdiskusi dengan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
saudara Gery Mudaya yang dikasihi Tuhan Yesus
terima kasih atas pujiannya tapi saya hanyalah hamba yang menjalankan apa yang seharusnya saya jalankan yaitu mencintai Tuhan Yesus, sungguh Allah sungguh manusia. sebenarnya saya sudah melihat penegasan pak Stef bahwa diskusi akan ditutup karena masing-masing pihak telah memberikan pendapatnya. tetapi jika diizinkan oleh pak Stef, saya ingin menambahkan: tanpa bermaksud menggurui, izinkanlah saya menguti Yes 53:4
“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.” (LAI-TB)
“Sebenarnya penyakit kitalah yang ditanggungnya, sengsara kitalah yang dideritanya, padahal kita menyangka penderitaannya itu hukuman Allah baginya.” (LAI-BIS)
Pak Stef, mohon koreksinya bila pendapat saya tidak sejalan dengan Gereja Katolik
Di sini terlihat bahwa Yesaya bernubuat tentang Yesus Kristus. Yesaya mengatakan bahwa penyakit kita lah yang ditanggungnya, sengsara kitalah yang dipikulnya, dgn kata lain dosa kita lah yang dipikulnya. perhatikan Yesaya tidak menggeser kepemilikan dosa. Yesaya menulis penyakit (milik) kitalah yang dipikul. dosa itu tetap milik kita, tidak pernah menjadi milik Yesus. Ini sesuai dengan Ibr 4:15. (saya lupa di mana ayat yang menyatakan bahwa Allah menjadi sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa. jadi saya kutip yang mirip.)
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. ” (LAI-TB)
Yesus tidak berbuat dosa, tidak ada alasan bagi Bapa dan Roh Kudus untuk meninggalkan Yesus. Yesus memanggul dosa kita tetapi dosa tidak pernah memiliki kesempatan untuk masuk. dosa ada di punggung Yesus tetapi dosa itu tidak mampu merembes ke dalam. justru ini lah keistimewaan Kristen karena mengajar bahwa Tuhan mau menanggung dosa manusia. Tuhan tidak memiliki dosa, tapi Tuhan mau menanggung dosa manusia. Seruan Eli Eli lama sabaktani menurutku itu adalah penggenapan Ibr 4:15 bahwa Yesus mampu merasakan kelemahan dan kepedihan manusia yang terbeban oleh dosa miliknya
izinkanlah saya bertanya pada anda, saudara Gery:
1. Apakah anda tidak pernah merasa (seakan-akan) Allah meninggalkan Anda di mana anda ingin berteriak Eli Eli lama sabaktani? Pernahkah anda merasakan terasing karena dosa anda? terasing bukan hanya dari manusia melainkan juga Allah? Apakah anda sadar bahwa sebenarnya Allah tidak meninggalkan saudara meski anda telah berteriak demikian? Apakah anda tidak terpikir bahwa seruan Yesus itu tidak menandakan bahwa Bapa meninggalkan dirinya? Bukankah seruan itu lebih ke arah menunjukkan bahwa Yesus, meski Allah, mampu merasakan penderitaan dan keterasingan yang diakibatkan dosa kepada manusia?
2. Apakah Anda tidak berpikir bahwa dengan menganggap Yesus ditinggalkan oleh Bapa, sesungguhnya anda menggenapi nubuat Yesaya yaitu kita merasa bahwa Yesus ditindas, ditulah, dipukul, dihukum Allah, padahal kesalahan kitalah yang ditanggungnya?
3. saya sangat menganjurkan anda membaca link yang diberikan oleh pak Stef mengenai Eli Eli lama sabaktani, sungguh suatu pencerahan.
terima kasih
Tuhan Yesus yang Tersalib beserta anda
Oh Bunda Maria dari La Salette, ajarlah kami untuk lebih memilih catut daripada palu
Gery Mudaya yg terkasih,
bagi saudara Gery ‘kebenaran’ itu menyakitkan, namun bagi saya mencari, mengetahui dan sampai memiliki kebenaran itu sungguh membahagiakan.
Saya bersyukur telah dibaptis dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus seperti yg diajarkan Yesus kepada murid-muridnya sebelum Yesus naik ke sorga. Saya bersyukur Gereja Katolik memegang teguh pengajaran-pengajaran Yesus melalui pengantaraan para rasul walau logika dunia tidak mengerti dan senantiasa menghujatnya. Saya bersyukur Yesus senantiasa menyertai jemaat-Nya seperti yang sudah dijanjikan-Nya (Matius 28:18-20).
Begitu banyak yang saya syukuri karena saya menyadari tentang kebenaran itu Gery..
Sebab saya percaya hanya dalam Yesus ada jalan, kebenaran, dan hidup. Itu yg saya pegang. Bagi saya namanya jalan kebenaran itu pasti hanya satu, dan di mana letak jalan itu harus dapat kita telusuri jejaknya mulai dari awal pembuatannya. Hanya dalam pengajaran Gereja Katolik, saya bisa menemukan jejak-jejak kebenaran pengajaran Yesus itu, mulai dari jemaah perdana sampai penggembalaan Paus Benediktus XVI sekarang ini.
Begitu banyak darah yg tertumpah dari saudara-saudara dan kakak-kakak iman kami, demi mempertahankan keyakinan iman bahwa Yesus adalah Allah, penyelamat dunia, Anak Allah yg hidup. Keyakinan iman ini memang tidak masuk di logika manusia, namun itulah kebenaran.
Saudara Gery tentu mengerti bagaimana kisah Yesus menampakkan diri kepada Tomas (Yoh 20: 24-29). Murid-murid semua mengatakan pada Tomas, “Kami telah melihat Tuhan!”, tapi Tomas tidak percaya. Lalu saat Yesus datang, dan meminta Tomas mengulurkan tangannya dan menucucukkan ke dalam lambung-Nya. Apa yg Tomas katakan, “Ya Tuhanku dan Allahku!”
Yesus tidak menolak disebut Allah, justru Dia berkata, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagilah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Ya, Gery, saya tidak melihat Yesus, tapi berkat pengajaran para rasul, saya percaya bahwa Yesus Tuhan dan Allah. Itu yg membuat saya berbahagia. Itu kebenaran bagi saya.
Sehingga bagi saya apa yg Gery yakini dan itu menyakitkan hati Gery, sangatlah tidak berdampak apa-apa, karena Gery hanya bermain di logika saudara sendiri, dan menutup mata terhadap kebenaran sejati.
Salam damai Gery, senang bisa berkenalan dengan Anda, semoga perbedaan keyakinan ini tidak membuat kita jadi tidak bersaudara.
Kasih Tuhan menyertai kita, saudaraku.
-Adven-
Sungguh sangat menarik teori saudara Mudaya jabarkan dan saya memiliki beberapa keberatan:
1. Bagaimana Anda menjelaskan bahwa Yesus dikandung tanpa campur tangan seorang pria? Bila Yesus adalah manusia biasa yang diberi Pengurapan Tanpa Batas (PTB), harusnya Dia tetap memiliki ayah biologis. ini tidak konsisten dengan Warta Malaikat
2. Bagaimana Anda bisa menjelaskan seruan Elizabeth yang menyatakan Maria adalah ibu Tuhan-ku? (Luk 1:43). Bila teori Anda benar, Yesus hanyalah manusia yang menerima PTB, bagaimana mungkin Roh Kudus meng-ilhami Elizabeth untuk mengakui Maria adalah ibu Tuhan dan secara tidak langsung mengakui Yesus adalah Tuhan? ini tidak konsisten seruan Elizabeth
3. Bagaimana Yesus, yang menurut Anda adalah manusia yang meski menerima PTB tetap bukan Allah, dapat berkata bahwa Ia dan Bapa adalah satu. Untuk orang Yahudi saja, ini sudah hujat. Bagaimana mungkin para rasul rela menjadi martir di atas iman yang tidak konsisten ini?
4. Memang benar bahwa Simeon tidak akan mati sebelum melihat Mesias (Yesus), yang diurapi Allah (Luk 2:26) tapi bukankah Yes 43:1-7 menegaskan bahwa Mesias (Penebus) adalah Allah sendiri sehingga yesus adalah Allah? Ataukah Yesaya mendapatkan wahyu dari Allah yang tidak konsisten?
5. Yesus menandakan KeTuhananNya dengan mengampuni dosa (Luk 5:20). bila Anda menyatakan bahwa salah satu manifestasi dari PTB adalah menghapus dosa, kenapa gak sekalian aja bilang manifestasi dari PTB adalah menjadi Allah karena hanya Allah yang berwenang menghapus dosa? (coba baca Luk 5:21 atau baca perikop ini secara keseluruhan). nah apakah manusia + PTB = Allah? Teori anda semakin membingungkan…
6. Bagaimana mungkin Yesus yang menurut Anda adalah manusia (+PTB) dapat membagikan Tubuh dan DarahNya sebagai korban penebus dosa manusia? Korban Penebus Dosa haruslah Anak Domba Tanpa Cacat. saya lebih percaya Yesus sebagai Anak Domba Paskah Tanpa Cacat dari pada Yesus adalah Anak Domba dengan Pengurapan Tanpa Batas. Apa gunanya PTB itu selain jalan-jalan di atas air dan aneka ragam mukjizat lainnya? PTB tidak menjadikanmu Kurban Tak Bernoda. Yang menjadikan Yesus sebagai Anak Domba Paskah Tanpa Cacat adalah kodrat Allah Putra-Nya yang tidak mungkin bercacat.
7. Menurut saya ini lah indahnya Gereja Katolik. Dogma Maria Theotokos (Bunda Allah) mendukung Dogma Yesus sungguh Allah sungguh manusia dan sebaliknya. Transubstansiasi mendukung Yesus sungguh Allah sungguh manusia dan sebaliknya. terpisahkan dari Gereja Katolik dan dogma nya menyebabkan banyak kesimpang-siuran.
Bukankah Kasih yang terbesar adalah seseorang yang rela mati bagi sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13). Bila ternyata Allah meninggalkan Yesus di salib sehingga Yesus mati dalam kodrat manusia saja, bearti Allah menyangkal DiriNya sendiri karena sebelum penyaliban, Allah “bersatu” dengan Yesus, dan sekarang saat penyaliban, Allah kabur, menyelamatkan Diri sendiri? Bukankah Allah itu kasih? (1 Yoh 4:8). jika benar bahwa Yesus wafat dalam kodrat manusia saja, dan Allah meninggalkan Yesus di salib, maka sebenarnya yang wafat di salib hanyalah manusia bernama Yesus, manusia yang ditipu oleh Allah. Salib bukan lagi lambang penyelamatan, melainkan lambang pengkhianatan. Salib bukan lagi lambang solidaritas Allah utk manusia tapi lambang Allah meninggalkan manusia. Salib bukan lah lambang Kasih melainkan lambang keegoisan terselubung. Allah bukanlah Imanuel, karena pada saat paling memalukan, menyedihkan, menakutkan dan menyakitkan, Allah maunya kabur, cuci tangan, duduk, ongkang-ongkang kaki di Surga. Allah bukan lagi kasih yang terbesar karena toh bukan Dia yang wafat bagi sahabat-sahabat, yang wafat kan manusia Yesus yang meski diberi PTB tetap aja bukan Allah. Bahkan Yesaya bisa protes karena Yesaya telah mengatakan bahwa Allah sendirilah yang menjadi Penebus. nyatanya yang jadi penebus adalah manusia + PTB. Saya menolak percaya kepada Allah yang seperti ini. Saya mengimani Allah yang Imanuel, yang adalah Kasih Terbesar, yang rela menjadi manusia dalam Yesus Kristus, sungguh Allah sungguh manusia, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar, yang rela wafat di salib demi menanggung dosa manusia dan kemudian bangkit dan naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa. titik. tidak ada istilah pengurapan tanpa batas. tidak ada adopsi. tidak ada tinggal-meninggalkan, tidak ada Yudas yang disulap menjadi mirip Yesus. tidak ada Yesus sebagai Malaikat Agung, atau aneka sebutan untuk ciptaan tertinggi. tidak ada tipuan dan trik. yang ada adalah Kasih.
saya cuma mau mengatakan bahwa tolong saudara Mudaya, bila anda Katolik, yakinlah Petrus dan suksesor-nya adalah penjaga iman yang pasti. Bila Anda adalah Kristen non-Katolik, jangan mudah percaya akan tawaran teologi eksotik aneh-aneh karangan sekte-sekte gak jelas. Bila anda non-Kristen, maukah Anda percaya pada Kasih yang telah rela disalib itu?
terima kasih
Dalam Salib ada keselamatan
In Cruce salus
Salam damai dalam Kasih Tuhan kita Jesus Kristus.
Terima kasih kepada Pak Tay yg telah memberi uraian yg bagus sekali atas pertanyaan dan keberatan2 Pak Mudaya; terima kasih kepada Pak Wang dan Pak Sarbani atas sharing dan renungannya. Apa yg anda uraikan dan sharingkan makin membuka mata saya bahwa sebetulnya iman kita itu bukan sesuatu hal yg membabi buta sama sekali, tapi ada dasar tertulisnya (yaitu Alkitab dan tulisan para Bapak Gereja) yg kemudian dijelaskan oleh Magisterium Gereja Katolik. Namun karena ini suatu misteri Ilahi, pada suatu titik tertentu, kita dituntut untuk percaya mutlak kepada Tuhan seperti seorang anak kecil.
Terima kasih juga kpd Pak Mudaya krn berkat anda, saya bisa menyimak uraian Pak Tay yg dalam mengenai iman Kristen dalam kesatuan dgn gereja Roma.
Pertanyaan-2 seperti itu, sedikit-banyak, pasti juga muncul dalam hati semua orang yg imannya berkembang sesuai dgn perjalanan hidupnya, pengalaman batin serta perkembangan nalarnya. Sebetulnya, kalau bisa memilih, saya lebih ingin menjadi orang beriman dgn pandangan dan cara yg sederhana saja tapi percaya penuh kepada Dia. Namun karena kita terus tumbuh dan bergaul dengan orang2 yg berpandangan lain, maka mau tak mau kita juga harus mendalami dan mempertanggung-jawabkan iman kita, bukan?
Uraian Pak Tay juga menyadarkan saya bahwa kadang2 (hingga sering kali) kita yg (umat) awam mempunyai pengertian yg salah (walaupun tidak sengaja) tentang suatu ajaran iman karena kurangnya katekisasi sejak belia. [Pemahaman iman model Pak Mudaya barangkali juga ada dlm benak umat katolik. Kesalah-pahaman spt itu kadang terlontar dlm sharing Alkitab di lingkungan]. Untunglah, kekurangan pengetahuan iman dan teologi saya ini bisa “di trade off kan” dengan kesejukan yg saya nikmati dalam kebersamaan dalam gereja Katolik. (Barangkali ini ciri khas orang Katolik namun juga sekaligus kelemahannya).
Terima kasih.
Salah 1 pesan dari 7 pesan terakhir Tuhan Yesus untuk menerima Bunda Maria sebagai Ibu kita juga.
[Dari Katolisitas: Ya, benar, dan pesan itu dicatat dalam Yoh 19:26-27. Semoga kita sebagai murid- murid Kristus diberi keterbukaan dan ketulusan hati untuk mewujudkan kehendak Yesus ini.]
” sungguh adalah kewajiban kita untuk mendoakan temen2 kita yg mudah dipengaruhi ajaran2 yg keliru yg tidak sesuai dengan kebenaran iman maupun kebenaran sejarah….”.
Ada teman Protestan yang menuliskan pendapatnya tentang Bunda Maria sebagai berikut, bagaimana saya harus menjawabnya?
Tidak ada sedikitpun ajaran Alkitab mengajarkan harus mengangkat Maria sebagai ratu sorga, sumber berkat, perantara Allah dan manusia, dan menyembahnya seperti Allah ….karena dia hanya dipilih Tuhan dan kandungannya dipakai Tuhan untuk inkarnasi ke dunia.
Yang dilahirkan Maria hanya kemanusiaan YESUS bukan keilahiannya.
Mengatakan Tuhan dilahirkan saja sudah berarti penghujatan karena Tuhan adalah kekal.
Melahirkan YESUS tidak menyelamatkan manusia, melainkan hanya melalui darah YESUS saja manusia ditebus dan diselamatkan.
YESUS hanya satu tidak ada yang lain tetapi orang seperti Maria ada berjuta-juta Tuhan bisa memilih dan memakainya sebagai alat ditangan-Nya.
Bukan saja saya tetapi YESUS sendiri dan para Rasul juga tidak pernah menganggap Maria seperti yang gereja anda tinggikan secara kebablasan itu.
Makanya kenapa pula kita harus mengiakan semua ajaran dusta yang terjadi.
Saya mengatakan: siapakah yg lebih mengenal YESUS dari pada bunda Maria??? Coba anda bayangkan Maria merawat YESUS dari kecil, memandikannya, menyusuinya, Maria bersama Tuhan selama hidupnya.
Dia menjawab: Maria lebih banyak mengenal kemanusiaan YESUS tetapi sering berlaku lancang dan lupa akan keilahian YESUS sehingga di Alkitab tercatat hanya dua kali Maria berbicara dengan YESUS dan keduanya ia kena tegur karena tidak mengenal siapa sebenarnya YESUS.
Jadi anda persis seperti Maria yang hanya mengenal YESUS sebagai manusia tetapi tidak sadar siapa sebenarnya Dia itu.
Makanya giatlah mendalam Kitab Suci agar tidak menyeleweng terus kerjanya.
Saya mengutip Injil LUKAS:(28) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Dia menjawab: Semua anak anak Tuhan juga mendapat berkat dan karunia keselamatan dari Tuhan dan ROH KUDUS selamanya menyertainya juga.
YESUS juga mengatakan bahwa Dia juga menyertai semua orang percaya.
Matius 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
KESIMPULAN:
Ajaran mak telah kebablasan dengan mengangkatnya tidak lumrah manusia lagi melainkan seperti ilahi. Tidak ada sedikitpun keharusan mengistimewakan Maria di atas semua orang orang yang agung di dalam Kitab Suci.
Saya mengutip lagi: (42) lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
Dia menjawab: Ayat ini jelas mengatakan diberkati “di antara” bukan “di atas” semua perempuan.
Istilah “Full of Grace” yang dalam bahasa Yunaninya “”plaras karitos” hanya terdapat di dalam dua tempat di PB (KJV),dan tidak satupun ditujukan kepada Maria yaitu :
1.And the Word became flesh, and dwelt among us, and we beheld His glory, glory as of the only begotten from the Father, full of grace and truth (John 1:14).
2.And Stephen, full of grace and power, was performing great wonders and signs among the people (Acts 6:8).
Yang pertama menyangkut diri YESUS dan kedua Stepanus. Dalam hal ini Stepanus tidak pernah ditinggikan sedemikian rupa seperti yang diperlakukan kepada Maria.
Lukas 1:28 And the angel came in unto her, and said, Hail, thou that art highly favoured, the Lord is with thee: blessed art thou among women.
Yang ada di Katekismus gereja RK istilah full of grace diterjemahkan dengan istilah “ave gratia plena” (hail full of grace) adalah terjemahan bahasa Latin dari PB (Vulgata) yang dibuat oleh Jerome. Terjemahan Vulgata ini sering keliru.
Istilah “highly favoured” dalam bahasa Yunaninya adalah “kexaritomena”, dan ini tidak sama artinya dengan full of grace.
kexaritomena = highly favored, make accepted. make graceful.
Berbicara mengenai pemberian karunia dari Tuhan adalah biasa di dalam Alkitab, ada banyak orang yang mendapat bermacam-macam karunia dari Tuhan tetapi tidak satupun yang ditinggikan sedemikian rupa sehingga menjadikan mereka status tidak berdosa,dll seperti yang diberikan kepada Maria.
Hakim hakim 5:24 Diberkatilah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, melebihi perempuan-perempuan lain, diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di dalam kemah.
Di sini Yael juga mendapat berkat melebihi perempuan lain tetapi tidak merubah statusnya menjadi Ratu Surga misalnya.
KESIMPULAN:
Berkat kepada Maria hanya berkat kepada manusia biasa saja, tidak ada bedanya dengan yang lain, sehingga meninggikan Maria seperti ilahi hanyalah ajaran yang sudah kebablasan saja dan penuh kepalsuan.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Dear Aida
Suatu kepercayaan yang sudah mendarah daging sulit, bahkan tidak mungkin untuk dirubah.
Jadi sebaiknya anda tidak perlu untuk bersusah payah mengingatkan atau apalah namanya.
Tapi satu hal yang ingin saya tanyakan pada anda :
Apakah anda setuju dengan apa yang ditulis oleh Ibu Ingrid berikut ini :
Setiap perempuan yang melahirkan, melahirkan seorang pribadi, dan bukan hanya melahirkan ‘kemanusiaan’- nya saja. Maka sangat tidak masuk akal jika dikatakan bahwa Bunda Maria melahirkan hanya kemanusiaan Yesus saja. Yang dilahirkan oleh Bunda Maria adalah seorang Pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang selain manusia, Ia juga adalah sungguh- sungguh Allah.
Yesus memang Allah, tapi apakah mungkin Allah dilahirkan oleh seorang manusia ?
Jadi menurut saya sangat masuk akal jika yang dilahirkan adalah “kemanusiaan” Nya .
Mana mungkin Allah tinggal selama 9 bulan 10 hari di dalam rahim seorang manusia ?
Dan apakah anda juga percaya bahwa selama 33,5 tahun kehadiranNya didunia Dia (Yesus) sebagai Allah dan sebagai manusia 100% ?
Dan pada saat Yesus mati apakah Dia berhenti sebagai Allah ?.
Sebab setahu saya Allah tidak pernah mati.
Bagaimana menurut anda dan ibu Ingrid
Gery
Shalom Gery,
Terima kasih atas tanggapan anda. Anda tidak setuju dengan pernyataan Maria Bunda Allah? Silakan membaca artikel ini terlebih dahulu – silakan klik. Dalam artikel tersebut telah dijelaskan secara panjang lebar tentang topik ini. Kalau anda tidak mau memikirkan argumentasi yang diberikan oleh katolisitas, maka dapatkah anda memikirkan pendapat dari pendiri Protestan – Martin Luther, juga John Calvin dan Zwingli berikut ini?
Martin Luther:
Maria Bunda Allah:
“Rasul Paulus (Gal 4:4) mengatakan, “Tuhan mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan.” Perkataan ini yang kupegang sebagai kebenaran, sungguh- sungguh menegaskan dengan teguh bahwa Maria adalah Bunda Allah.”[93]
“Konsili tersebut [Efesus] tidak menyampaikan sesuatu yang baru tentang iman, tetapi telah memperkuat iman lama, melawan kesombongan baru Nestorius. Artikel iman ini- bahwa Maria adalah Bunda Allah- sudah ada di dalam Gereja sejak awal dan bukan merupakan kreasi baru dari Konsili, tetapi presentasi dari Injil dan Kitab Suci.”[94]
“Ia [Maria] layak disebut tidak saja sebagai Bunda Manusia, tetapi juga Bunda Allah … Adalah pasti bahwa Maria adalah Bunda dari Allah yang nyata dan sejati.”[95]
John Calvin
Maria Bunda Allah
“Elisabet memanggil Maria Bunda Allah, karena kesatuan kedua kodrat dalam pribadi Kristus adalah sedemikian sehingga manusia yang mortal yang ada dalam rahim Maria adalah juga pada saat yang sama Allah yang kekal.”[109].
Zwingli
Maria Bunda Allah
“Telah diberikan kepada-Nya apa yang tidak dimiliki oleh ciptaan yang lain, bahwa di dalam dagingnya, Ia melahirkan Allah Putera.”[114]
“Aku sangat yakin bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil sebagai seorang Perawan murni yang melahirkan bagi kita Putera Allah dan pada saat melahirkan dan setelah melahirkan selamanya tetap murni, tetap perawan.[115]
Menurut anda, apakah Martin Luther, John Calvin dan Zwingli bersalah dengan mengeluarkan tulisan di atas? Pada dasarnya, gelar Maria Bunda Allah adalah bukan untuk meninggikan Maria, namun untuk melindungi kodrat Yesus, yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Secara filosofi, seseorang melahirkan sebuah pribadi bukan kodrat, atau seseorang melahirkan seseorang (pribadi yang terdiri dari tubuh dan jiwa) dan bukan sebuah kemanusiaan. Inilah sebabnya dikatakan bahwa Maria Bunda Allah, karena Maria melahirkan Yesus, yang walaupun sungguh manusia namun juga sungguh Allah. Dengan mengatakan bahwa Maria Bunda Allah, maka sama saja kita mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. Apakah Allah mati? Silakan membaca kenotik teologi di sini – silakan klik. Saya telah memberikan artikel tentang Maria Bunda Allah dan pendapat dari para pendiri Protestan.
Mungkin anda dapat memikirkan topik ini dari sisi lain. Mengikuti jalan pemikiran anda, apakah dengan demikian, pada waktu malaikat memberi kabar gembira kepada Maria, maka sebenarnya hanya kemanusiaan Yesus yang dikandung di dalam rahim Maria, dan kemudian ke-Allahan Yesus menunggu di luar Maria sampai kemudian Yesus dilahirkan? Dan pada waktu dilahirkan maka ke-Allahan Yesus tiba-tiba masuk ke dalam bayi Yesus, sehingga mulai ada Yesus yang mempunyai kodrat sungguh Allah dan sungguh manusia. Dan tepat sebelum Yesus meninggal, maka tiba-tiba ke-Allahan Yesus meninggalkan Yesus, sehingga yang tersalib adalah Yesus dengan kodrat manusianya? Dan kemudian, Yesus yang hanya mempunyai kodrat manusia, kemudian turun ke tempat penantian, dan pada hari ke-tiga ketika Dia bangkit, maka ke-Allahan Yesus yang telah menunggu tiba-tiba bersatu kembali dengan Yesus? Menurut anda, ikatan apakah yang ada untuk mempersatukan kodrat Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia? Apakah ikatan ini dapat terputus dan menyambung kembali berkali-kali? Apakah waktu Yesus menderita, ikatan ini terputus? Apakah waktu Yesus makan, tidur, maka kodrat Allah juga tidak ada lagi pada diri Yesus, karena kalau Allah tidak dilahirkan, maka tidak mungkin dia juga makan dan tidur. Atau apakah anda mempercayai bahwa ketika Yesus menjadi manusia, maka Dia tidak mempunyai kodrat Allah?
Kalau anda ingin berdiskusi lebih dalam tentang topik ini, silakan untuk membaca link-link yang saya berikan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan. Semoga dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Pak stef,
Devosi kepd Bunda seringkali mengalahkan untuk berdoa atau membaca Alkitab.
Sudah 5 tahun lebih saya berkumpul dengan komunitas atau lingkungan, yang saya dapatkan adalah mereka sangat jarang untuk berdoa kepada Yesus atau membaca Alkitab. Mereka hanya berdoa rosario atau senakel berjam-jam dan menganggap itu sangat penting daripada berdoa & membaca Alkitab , alasannya karena kita adalah orang Katolik.
Dulu pernah ada Pemahaman Alkitab Katolik, mereka sama sekali buta tentang Alkitab bahkan untuk membuka kitab-kitab Perjanjian Lama mereka kesulitan.
Inilah sebabnya saya melihat bukan salah devosi kepada Bunda tapi alangkah lebih penting bila kita berdoa & membaca Alkitab.
Suatu saat dalam merenungkan Alkitab, Tuhan bekata seandainya engkau berdevosi kepada Maria maukah kamu menyediakan waktumu 10x lipat waktumu untukku ?
Saya terkejut dan berpikir kalau devosi 0,5 jam maka harusnya untuk Yesus 0,5×10=5 jam, apalagi 1jam jadi harus 10 jam untuk Yesus.
Trims, mungkin beda sisi pendapat saya dgn Pak Stef tapi itulah apa yg saya terima dari Tuhan.
Shalom Budi Yoga,
Terima kasih atas masukan anda. Pertama, kita memang harus melihat bahwa ada yang memang perlu diperbaiki dalam Gereja, walaupun kita jangan sampai melupakan Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus. Perbaikan ini adalah termasuk memberikan pendalaman Kitab Suci kepada umat. Dan saya melihat bahwa beberapa tahun terakhir ini, ada beberapa pertemuan yang disusun dari keuskupan setiap tahun, seperti masa Adven, Prapaskah, dan bulan Kitab Suci. Kalau lingkungan aktif menjalankannya, maka dalam satu tahun ada 12x pertemuan. Dan diharapkan waktu-waktu yang lain, umat juga dapat terjun dalam kegiatan gereja, baik kategorial maupun teritorial.
Kedua, bahwa ada umat yang tidak terbiasa membuka Kitab Suci memang itu adalah sesuatu yang harus diperbaiki. Idealnya adalah umat harus diberikan pengertian bahwa telah tersedia kalender Gereja untuk bacaan misa harian (Tahun I dan Tahun II) dan misa Mingguan (A, B, C). Kalau umat Katolik mengikuti bacaan ini, maka dalam waktu 3 tahun, dia akan mendapatkan gambaran yang menyeluruh dari Kitab Suci. Di satu sisi, ada cukup banyak juga umat Katolik yang rajin untuk membaca Kitab Suci, walaupun dia rajin berdevosi kepada Bunda Maria. Dengan kata lain, kita tidak dapat mengatakan bahwa seseorang yang berdevosi kepada Bunda Maria berarti tidak mengenal Kitab Suci.
Namun, satu hal yang menonjol dari orang-orang yang berdevosi kepada Bunda Maria, yaitu mereka menangkap esensi dari Kitab Suci dan mencoba menjalankannya, yaitu dalam kasih dan kerendahan hati. Mereka belajar dari Bunda Maria, bagaimana untuk setia kepada Yesus dan hidup dalam kerendahan hati. Hal yang lain yang harus diperhatikan adalah devosi kepada Bunda Maria tidak mengurangi devosi kepada Kristus. Coba anda perhatikan doa rosario, yang dapat anda baca di sini – silakan klik dan diskusi ini – klik ini, yang sebenarnya doa rosario adalah doa yang berfokus pada Kristus sendiri. Dengan demikian, apa yang anda katakan “Tuhan berkata…” perlu dikaji ulang, karena menempatkan devosi kepada Maria terpisah dari Kristus. Seperti yang saya tuliskan dalam jawaban saya kepada anda, doa rosario tidak membawa orang jauh dari Tuhan, melainkan semakin membawa orang untuk mengasihi Tuhan. Buktinya? Lihat kehidupan santa-santo, yang senantiasa berdoa rosario, dekat dengan Bunda Maria, sehingga mereka dapat mengasihi Kristus dengan lebih sungguh. Itulah resep yang diberikan oleh para santa-santo, yang dapat kita tiru, sehingga kitapun dapat mengasihi Kristus dalam kerendahan hati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.