Apakah mukjizat itu dan apakah mukjizat itu nyata dan apakah benar-benar ada orang yang dapat melakukan mukjizat? Berikut ini adalah keterangan yang disarikan dari link ini, silakan klik, tentang mukjizat:
1. Pengertian Mukjizat
Mukjizat adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kodrat alam karena efeknya melampaui kekuatan/ kemampuan mahluk ciptaan. Oleh karena efeknya yang melampaui kekuatan kodrati maka mukjizat disebut sebagai sesuatu hal yang adikodrati, yang melibatkan adanya campur tangan Ilahi. St. Thomas Aquinas mengajarkan, “Efek- efek tersebut dapat disebut sebagai mukjizat yang dilakukan oleh kuasa Ilahi yang dilakukan di luar ketentuan yang umum terjadi pada alam (St. Thomas Aquinas, Contra Gentiles, III, cii), melampaui ketentuan atau hukum alam (St. Thomas Aquinas, Summa Theology I:102:4). Dengan demikian mukjizat dihubungkan dengan “jari Tuhan” (Kel 8:19, Luk 11:20), “tangan Tuhan” (1 Sam 5:6, Ezr 8:31). Tuhanlah yang menjadi penyebab mukjizat; mukjizat terjadi karena sesuai dengan rencana penyelenggaraan Tuhan (St. Thomas Aquinas, Contra Gentiles, III, xcviii).
2. Kuasa Tuhan dalam mukjizat
Kuasa Tuhan terlihat dalam mukjizat dari dua hal :1) langsung melalui perbuatanNya yang terjadi seketika itu juga; 2) tidak langsung/ dengan perantaraan melalui ciptaan-Nya sebagai sarana ataupun alat; yaitu para malaikat (seperti pada Dan 3, Kis 12), manusia seperti melalui perantaraan Musa dan Harun (Kel 7), para Rasul (Kis 2:43), St. Petrus (Kis 3:9), St. Paulus (Kis 19), jemaat perdana (Gal 3:5); ataupun kuasa Tuhan melalui relikwi suci, seperti mantel Nabi Elia (2 Raj 2), tulang- tulang Nabi Elisa (2 Raja 13), jumbai jubah Yesus (Mat 9), sapu tangan Rasul Paulus (Kis 19:12), ular tembaga di jaman Nabi Musa (Bil 21), tabut perjanjian, bejana suci di Bait Allah (Dan 5), dst.
3. Tujuan utama mukjizat
Tujuan utama mukjizat adalah untuk menunjukkan kemuliaan Tuhan. Di Perjanjian Lama mukjizat- mukjizat yang terjadi menyatakan penyelenggaraan Tuhan yang Maha Besar (lih. Kel 10:2, Ul 5:25, Kel 7-10, 1 Raj 18:21-38, 2 Raj 5). Di Perjanjian Baru, kebesaran dan kemuliaan Tuhan dinyatakan pada kisah mukjizat di Kana, mukjizat-Nya yang pertama dicatat dalam Kitab Injil Yohanes (lih. Yoh 2), pada saat Yesus menyembuhkan banyak orang sakit (Mat 9:8, Luk 18:43, Mat 15:31, Luk 19:37, Kis 4:21, dst), dan pada saat membangkitkan Lazarus (lih. Yoh 11). Yesus melakukan mukjizat- mukjizat tersebut bukan agar dikagumi orang, melainkan karena dorongan belas kasih-Nya terhadap manusia yang berdosa dan menderita. Dalam hal misi penyelamatan-Nya, dengan melakukan mukjizat- mukjizat, Kristus membuktikan bahwa Ia adalah Tuhan dan Penguasa alam semesta. Mukjizat-Nya yang terbesar adalah kebangkitan-Nya dari kematian, agar kita yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal (lih 1 Pet 1:3).
Tujuan-tujuan berikutnya merupakan tujuan sekunder, seperti untuk mengkonfirmasi kebenaran dari pesan Ilahi yang disampaikan, atau sebuah kebenaran akan ajaran iman dan moral, seperti dalam kisah Musa (Kel 4), Elia (1 Raja 17:24); dan bagaimana orang Yahudi mengenali Yesus sebagai utusan Tuhan (lih Yoh 6:14, Luk 7:16; Yoh 2:11, Yoh 3:2, Yoh 9:38, Yoh 11:45); dan bagaimana Yesus mengacu kepada perbuatan-Nya (termasuk mukjizat- mukjizat-Nya) untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Putera Allah (lih. Mat 11:4; Yoh 10:37, Yoh 5:36, Mrk 16:17). Para Rasul juga mengajarkan bahwa mukjizat merupakan konfirmasi atas ke-Tuhanan Yesus (lih. Yoh 20:31, Kis 10:38, 2Kor 12:12).
Tujuan sekunder berikutnya adalah untuk memberi kesaksian akan kekudusan, seperti halnya bagaimana Tuhan membela Musa (Bil 12), Elia (2 Raj 1), Elisa (2 Raj 13); demikian juga dalam kisah orang buta yang dicelikkan (Yoh 9:30-) dan dalam proses kanonisasi orang kudus (Santo/a) dalam Gereja Katolik.
Tujuan lainnya adalah untuk mendatangkan kebaikan baik jasmani ataupun rohani sebagai penghargaan terhadap suatu kebajikan, seperti pada kasus janda Sarfat (1Raj 17), tiga pemuda dalam tungku api (Dan 3) dan perlindungan terhadap Dainel (Dan 5).
4. Siapa pembuat mukjizat
Wahyu ilahi mengajarkan kepada kita tentang pelaku mukjizat, sebagai berikut:
a. Hanya Tuhan yang dapat melakukan mukjizat substansial, seperti membangkitkan orang mati, ataupun menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh manusia. Mukjizat- mukjizat sedemikian dilakukan oleh Kristus, dan mukjizat yang terbesar yang dilakukan-Nya adalah kebangkitan-Nya dari mati (lih. Kis 10:40). Kristus melakukan mukjizat- mukjizat untuk menyatakan Kerajaan Allah (Mat 12; Luk 11), dan memberikan kuasa kepada para Rasul-Nya (Mat 10:8) dan para murid-Nya (Luk 10:9, 19) untuk melakukan mukjizat- mukjizat dan menjanjikan bahwa karunia mukjizat ini akan terus ada di dalam Gereja (lih. Mrk 16:17).
b. Mukjizat yang dilakukan oleh para malaikat yang dicatat dalam Kitab Suci selalu dilakukan atas kekuatan Tuhan.
c. Kitab Suci mencatat kuasa roh- roh jahat sebagai suatu kekuatan yang terbatas dapat mengakibatkan mukjizat, seperti para penyihir Mesir (lih. Kel 8:19), kisah Ayub, sebagaimana dikatakan oleh Kristus sendiri (Mat 24:24) dan oleh Rasul Yohanes (Why 9:14). Maka walaupun sepertinya roh- roh tersebut dapat melakukan sesuatu yang di luar kemampuan manusia, namun perbuatan tersebut kekurangan makna dan tujuan yang dapat dikatakan sebagai bahasa Tuhan kepada manusia.
5. Mukjizat Kristus berhubungan dengan inti ajaran-Nya
Mukjizat- mukjizat Yesus memperlihatkan kaitan antara ajaran dan misi-Nya, maksud Kerajaan Allah dan hubungan antara pengajaran dan prinsip terbesar yang kemudian dilestarikan oleh Gereja-Nya. Telah disampaikan bahwa motif mukjizat Yesus adalah belas kasihan Allah, dan belas kasihan ini besifat universal dan tidak mengenal batas ras/ bangsa, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus dalam mukjizat anak kepala rumah ibadat (Mat 8) dan anak perempuan Siro-Fenisia (Mrk 7). Mukjizat-mukjizat yang dilakukan pada hari Sabat menyatakan maksud kedatangan-Nya yaitu menyelamatkan umat manusia dan bahwa Kerajaan-Nya menandai penyempurnaan hukum Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Ajaran tentang sakramen dinyatakan lewat mukjizat di Kana (Yoh 2), tentang kuasa-Nya mengampuni dosa dalam mukjizat-Nya menyembuhkan orang lumpuh (Mat 9), kuasa-Nya yang mengatasi alam dinyatakan dengan menggandakan roti, meredakan angin ribut, mengadakan mukjizat penangkapan ikan, dst. Fokus kebenaran ajaran Kristus adalah kehidupan: Ia datang untuk memberi hidup kepada manusia, yang dinyatakan secara khusus dengan membangkitkan orang mati, seperti pada kasus Lazarus, dan kebangkitan-Nya sendiri dari kematian. Para Rasul mengacu kepada kebangkitan Yesus dari mati untuk menandai kebangkitan jiwa dari kematian dosa menuju kehidupan rahmat, dan menjadi janji dan nubuat kemenangan atas dosa dan maut dalam kebangkitan badan di akhir jaman (1 Tes 4).
Di atas semua itu, mukjizat terbesar setelah kebangkitan Yesus, yang masih terus terjadi sampai saat ini adalah mukjizat Ekaristi, yaitu di mana oleh kuasa Roh Kudus, melalui Sabda-Nya yang diucapkan oleh imam dalam doa konsekrasi, Kristus mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Mukjizat ini terus terjadi dalam setiap perayaan Ekaristi. Karena Kristus sendirilah yang hadir dalam Ekaristi ini, maka Ekaristi adalah “puncak dan sumber seluruh hidup Kristiani ” (KGK 1324).
6. Kesaksian para rasul tentang mukjizat
Kesaksian para rasul tentang mukjizat meliputi dua hal:
a. Mereka berkotbah tentang mukjizat Yesus, terutama kebangkitan-Nya dari mati (lih. Kis 2:22; 10:37) dan mereka sebagai saksi-Nya (Kis 2:32; 1:22) dan kebangkitan Yesus menjadi dasar pengajaran mereka di Yerusalem (lih, Kis 3:15; 4:10; 5:30; 10:40) di Antiokhia (Kisa 13:30-), Athena (Kis 17:31), di Korintus (1 Kor 15), di Roma (Rom 6 :1) dan Tesalonika (1 Tes 1:10)
b. Mereka sendiri melakukan mukjizat dalam nama Yesus, di Yerusalem (lih. Kis 2:43), membangkitkan orang lumpuh (lih. Kis 3:14), menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat (lih. Kis 8:7-8) dan membangkitkan orang mati (Kis 20:10), seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus (Rom 15:18-19, Gal 3:5, 2 Kor 12:12, 1 Kor 12)
7. Kesaksian para Bapa Gereja tentang mukjizat- mukjizat yang terjadi sepanjang sejarah Gereja
a. St. Clement dari Roma dan Ignatius dari Antiokhia mengatakan tentang mukjizat- mukjizat yang terjadi di jaman mereka.
b. Origen menyebutkan bahwa ia telah melihat contohnya bahwa setan- setan telah diusir, banyak orang disembuhkan dan nubuat digenapi (Origen, Against Velsus I, II, III, IV).
c. St. Irenaeus, menanggapi para penyihir di jamannya, mengatakan, “mereka tidak dapat membuat orang buta melihat, membuat orang tuli mendengar dan mengusir setan; dan mereka sangat jauh dari membangkitkan orang mati seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan para Rasul, dengan doa dan seperti telah sering terjadi dalam komunitas, bahwa mereka bahkan berpikir hal itu tidak mungkin (St. Irenaeus, Against Heresies II)
d. Tertullian memberikan kesaksian tentang mukjizat- mukjizat yang terjadi di kalangan jemaat (lih. Tertullian, Apol., xxiii)
e. St. Agustinus memberikan daftar yang panjang tentang mukjizat- mukjizat yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri, dengan menyebutkan nama-nama dan detail- detail yang bersangkutan; yang telah terjadi dalam waktu dua tahun sebelum ia menerbitkan tulisannya (St. Agustinus, City of God XXI.8; Retract., I, xiii)
f. St. Hieonimus menulis buku untuk menanggapi Vigilantus dan membuktikan bahwa relikwi harus dihormati, dengan mengutip makjizat- mukjizat yang terjadi melalui relikwi.
g. St. Gregorius Agung menulis kepada St. Augustinus dari Canterbury agar tidak menjadi sombong dengan banyaknya mukjizat yang Tuhan perkenankan terjadi melalui perbuatan tangannya bagi pertobatan orang- orang Inggris.
Dengan demikian dari awalnya, Gereja Kristus sejak jaman para rasul dan para murid mereka, telah terjadi rantaian mukjizat- mukjizat bersamaan dengan karunia bahasa roh, nubuat, untuk mengusir setan, penyembuhan, dst. Maka keberadaan Gereja, yaitu Kerajaan Allah di dunia, di mana di dalamnya Kristus dan Roh Kudus-Nya hadir, telah ditandai dengan kehidupan para orang kudus yang penuh dengan mukjizat, di berbagai negara dan waktu; merupakan kesaksian yang tak terputuskan tentang mukjizat itu sungguh riil/ nyata (St. Bellarminus, De noits Eccle. LIV- xiv), seperti yang disyaratkan pula dalam proses kanonisasi.
8. Bagaimana sikap terhadap mukjizat
Walaupun mukjizat terjadi di sepanjang sejarah Gereja, mukjizat bukanlah merupakan sesuatu yang terpenting yang harus kita minta setiap kali kita berdoa. Sebab di dalam kerendahan hati kita percaya bahwa Tuhan yang mengetahui segalanya akan memberikan yang terbaik bagi kita. Kita mengakui kebaikan Tuhan dan Tuhan akan mengatur segalanya menjadi baik adanya. Maka jika kita memohon untuk meredakan badai ataupun menghentikan wabah, kita memohon bukan semata untuk terjadinya mukjizat, tetapi lebih kepada memohon kemurahan-Nya untuk memperhatikan permohonan kita, agar dengan cara-Nya sendiri, Ia menjawab permohonan kita sesuai dengan yang kita butuhkan.
Mengadakan mukjizat dalam nama Tuhan Yesus adalah suatu karunia (lih. 1Kor 12:28), yang diberikan Tuhan sesuai dengan kebijaksanaan dan kerelaan hati-Nya, untuk membangun Gereja-Nya. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa mengadakan mukjizat dalam nama-Nya bukan sesuatu yang terutama bagi seorang murid, sebab yang terpenting adalah melakukan kehendak Allah (Mat 7:21-22) yaitu mengasihi Allah dan sesama.
Konsili Vatikan dalam Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium, mengajarkan tentang hal ini demikian:
“Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu, entah yang amat istimewa, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira, sebab karunia- karunia tersebut sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja. Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaannya secara layak/ teratur, termasuk dalam wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).” (Lumen Gentium, 12)
Demikianlah keterangan tentang mukjizat, semoga berguna.
Orang sering mengatakan bahwa hidup kita bagian dari mukjizat, Anugerah Allah; karena merupakan kehendak Allah.Termasuk nasib baik orang yg lepas dari musibah yg fatal sifatnya…Bagaiamana penjelasan, tentang ini? Matur nuwun
[dari katolisitas: Selama kita juga melihat bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi di dunia ini tanpa seizin Tuhan, maka dalam kacamata iman, maka Tuhan juga memelihara umat-Nya setiap saat. Tentang takdir, silakan melihat artikel ini – silakan klik]
apa saja mukzijat yang dilakukan oleh Nabi Elia
[dari katolisitas: Silakan melihat di 1Raj 17:1 ; Yak 5:17; 1Raj 17:14; 1Raj 17:22; 1Raj 18:38; 2Raj 1:10; 1Raj 18:41]
Shalom,
Terima kasih untuk tim katolisitas yang sudah menuliskan artikel tentang mukjizat. Tulisan ini sangat bermanfaat buat saya pribadi, karena menjadi tambahan referensi dalam memberikan renungan di bulan Kitab Suci di bulan September nanti, kebetulan tema BKSN ini tentang Mukjizat.
Shalom Katolisitas,
saya ingin bertanya tentang hal-hal yg jadi pengamatan saya,
Mengapa pendeta-pendeta non Katolik kebanyakan, memiliki kelebihan. kelebihan disini contohnya, mereka bisa bercakap-cakap langsung dengan Tuhan, jadi ketika mereka sendiri menghadapi pergumulan, mereka mendapatkan jawaban dr Tuhan secara langsung.
Ada juga yg mengaku bisa melihat masa depan seseorang/pikiran seseorang karena saking dekatnya mereka dengan Tuhan.
Dan masih banyak lagi, seperti kuasa penyenbuhan, dll.
Saya bisa mengetahui hal2 ini krn sering ikut kebaktian ‘ala’ Kristen, krn notabene saya ikut organisasi kampus yg dmn Kristen dan Katolik jadi satu krn mahasiswa kristiani nya memang sedikit.
Melihat kehebatan-kehebatan dan kesaksian diatas, terkadang membuat saya bertanya-tanya. Mengapa mereka bisa begitu dikenan oleh Tuhan utk berbuat sehebat itu, sedangkan Romo jarang yg bisa seperti itu (atau mungkin saya yg kurang tahu ya)..Untung saya cuma bertanya-tanya,
saya khawatir dgn muda mudi Katolik yg pikirannya masih labil, akan mudah kagum dan bilang ‘Wow di gereja X mukjizatnya luar biasa, ini, itu, di Katolik kan jarang’
Mohon masukan dari Bu Ingrid atau Pak Stef menanggapi hal ini, semoga dengan ini hati saya tidak mudah goyah..
Salam kasih dalam Kristus Tuhan.
Shalom Devi,
Terima kasih atas pengamatan Anda. Ada banyak orang mengatakan bahwa dia dapat bercakap-cakap dengan Tuhan. Namun, sesungguhnya yang perlu diteliti adalah apakah benar-benar wahyu-wahyu pribadi ini benar-benar dari Tuhan. Kalau memang benar-benar percakapan ini dari Tuhan, maka akan terjadi persatuan umat beriman, karena Tuhan tidak mungkin memberikan pesan yang saling bertentangan. Dalam Gereja Katolik, maka kita dapat mengerti secara jelas apa yang ingin Tuhan sampaikan, karena selain Tuhan berbicara secara pribadi dengan kita, maka kita juga mempunyai Magisterium Gereja, yang memberikan kita kepastian iman.
Tentang kesembuhan, sebenarnya kalau kita amati, ada banyak pastor, suster maupun awam di dalam Gereja Katolik, yang diberi karunia karismatik – yang salah satunya adalah karunia kesembuhan. Namun, Gereja Katolik melihat bahwa bukan kesembuhan fisik yang diutamakan, namun pertobatan hati. Itulah misi yang diemban oleh Kristus dan diteruskan oleh Gereja. Sebenarnya, rahmat kesembuhan ini mengalir dalam setiap sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat. Ada banyak juga kesaksian dari pastor yang menjadi alat Tuhan untuk memberikan kesembuhan fisik pada waktu mereka memberikan Sakramen Perminyakan. Bahkan kita juga melihat adanya kesembuhan secara nyata di beberapa tempat, seperti Lourdes. Untuk dinyatakan sembuh secara mukjizat, orang yang sakit harus diperiksa secara medis oleh dokter yang bukan dari Gereja Katolik pertama kali datang ke Lourdes. Setelah mendapatkan kesembuhan, maka orang tersebut harus menjalani pemeriksaan ulang. Dan setiap tahun selama beberapa tahun, orang tersebut harus datang kembali ke Lourdes untuk memastikan bahwa kesembuhan yang diterimanya adalah sungguh merupakan mukjizat. Kalau kita ke sana, maka kita akan melihat dokumentasi dari orang-orang telah disembuhkan.
Memang ada sebagian orang yang tergoda dengan sensasi-sensasi kesembuhan. Namun, kalau kita mau menyadari, kesembuhan fisik ada batasnya. Seseorang yang disembuhkan secara fisik hari ini, juga akan sakit lagi, dan pada akhirnya akan meninggal. Orang sering tidak melihat bahwa mukjizat yang terbesar adalah mukjizat Ekaristi, yang terjadi setiap hari, dan seluruh umat beriman mempunyai kesempatan untuk menyambut Kristus secara nyata dalam rupa roti dan anggur. Jadi, yang terpenting adalah membina iman kaum muda agar mempunyai dasar iman Katolik yang kuat dan tidak mudah tergoda dengan pengajaran-pengajaran maupun sensasi-sensasi yang dapat bertentangan dengan iman Katolik. Kita mengingat kembali sebelum kita menerima Ekaristi “Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya. Tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Devi,
Tentang mukjizat, silakan klik di sini.
Harus diakui, spiritualitas Katolik, yang tercermin dalam ibadah Gereja Katolik dan secara khusus dalam kehidupan para imam/ kaum religius memang tidak menempatkan mukjizat jasmani sebagai yang terpenting ataupun terutama. Spiritualitas Katolik- yaitu spiritualitas Tritunggal Maha Kudus yang berpusat pada Kristus- menempatkan Misteri Paska Kristus yang mendatangkan keselamatan itu sebagai intinya. Maka misteri Paska inilah yang selalu dirayakan dalam setiap perayaan Ekaristi, dan dalam perayaan liturgis lainnya. Dalam perayaan Ekaristi, oleh kuasa Roh Kudus dan melalui Sabda-Nya yang diucapkan oleh imam dalam doa konsekrasi, Kristus mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Mukjizat yang sungguh besar ini terus terjadi dalam setiap perayaan Ekaristi. Maka, jika Ekaristi diterima dengan sikap batin yang benar, dan jika memang dikehendaki oleh Tuhan, dapat terjadi mukjizat kesembuhan, baik jasmani maupun rohani. Namun yang lebih penting dari antara keduanya ini adalah kesembuhan rohani, atau yang lebih dikenal dengan istilah pertobatan, karena melalui pertobatan-lah, seseorang dapat diarahkan untuk bertumbuh dalam kekudusan yang membawanya kepada keselamatan kekal. Sebab orang yang memperoleh mukjizat kesembuhan jasmani, suatu saat pun akan jatuh sakit lagi, dan pada akhirnya juga akan wafat. Namun orang yang beroleh kesembuhan rohani, akan terus berusaha bertumbuh dalam kasih kepada Allah dan sesama, dan perbuatan kasihnya inilah yang akan turut naik bersamanya saat ia beralih dari dunia ini, dan hal inilah yang akan diperhitungkan oleh Tuhan pada saat penghakiman (Mat 16:27;1Pet 1:17). Maka bagi kita umat Katolik, jika kita memperoleh mukjizat kesembuhan jasmani itu adalah bonus, namun sesungguhnya yang lebih penting yang harus kita mohonkan setiap kali adalah kesembuhan rohani (pertobatan yang terus menerus), yaitu kepekaan untuk mengenali dosa/ kesalahan kita dan berjuang memperbaikinya. Oleh sebab itulah kita mendoakan doa tobat di awal perayaan Ekaristi, atau jika kita sedang dalam keadaan berdosa berat, kita mengaku dosa terlebih dahulu dalam sakramen Tobat sebelum menerima Kristus dalam Ekaristi.
Silakan membaca di sini, tentang spiritualitas Katolik, silakan klik.
Nah, jika di samping itu Tuhan berkenan memberikan mukjizat kesembuhan jasmani, tentu itu adalah berkat kemurahan Tuhan. Gereja Katolik juga mengenal terjadinya mukjizat-mukjizat, yang dapat diperoleh dari: 1) menyambut Ekaristi ataupun sakramen pengurapan orang sakit, 2) melalui perantaraan doa syafaat orang kudus, 3) dalam persekutuan doa komunitas gerejawi, 4) doa di tempat-tempat ziarah ataupun 5) melalui doa pribadi. Mukjizat yang diperoleh dari penerimaan Ekaristi misalnya dapat dilihat dari pelayanan Sr. Briege McKenna, kita dapat membaca bukunya, Miracles do happen. Mukjizat yang dapat terjadi melalui doa syafaat orang kudus juga terus terjadi dalam Gereja Katolik, misalnya melalui novena Hati Kudus Yesus, novena tiga Salam Maria, doa Kerahiman Ilahi, novena St. Yudas Tadeus, atau doa- doa dari para Santa santo lainnya, atau mereka yang sudah memperoleh sebutan Yang terberkati, seperti Paus Yohanes Paulus II dan Mother Teresa. Sekilas tentang mukjizat atas doa syafaat Paus Yohanes Paulus II, silakan klik di sini. Selanjutnya, memang ada orang-orang tertentu yang diberi karunia oleh Tuhan untuk mendoakan orang-orang yang sakit. Silakan datang misalnya ke persekutuan doa atau doa penyembuhan yang dilakukan oleh komunitas Rm. Yohanes Indrakusuma O.Carm, atau doa penyembuhan oleh Fr. Gino Hendriques, Fr. Augustine Valooran (kedua imam ini juga pernah beberapa kali datang ke Indonesia) dan banyak persekutuan doa Katolik lainnya, dengan para pendoanya baik imam maupun awam, atau silakan mengajukan ujud doa kepada para biarawan biarawati Karmelit. Mukjizat-mukjizat juga banyak terjadi di tempat-tempat ziarah, seperti di Lourdes, Fatima, Sendangsono, dst. Tentang mukjizat-mukjizat di Lourdes yang sudah diteliti para dokter dan dinyatakan otentik, silakan klik di sini. Atau kesaksian kesembuhan Hany Wijaya dari doa-doa dan air Lourdes yang dapat dibaca di situs ini, silakan klik. Atau kesaksian Wulan di sini, silakan klik.
Selanjutnya, jangan dilupakan bahwa mukjizat juga dapat terjadi, jika Tuhan berkenan, melalui doa-doa pribadi. Namun ya itu tadi, karena Gereja Katolik tidak menekankan mukjizat jasmani, maka keberadaan mukjizat-mukjizat itu tidak diekspos. Contoh misalnya ketika Paus Benediktus XVI memberikan berkat saat audiensi umum, lalu di antara umat ada dua orang yang kerasukan setan dilepaskan seketika dari ikatan iblis, juga tidak diekspos. Beritanya sekilas dapat dibaca di sini, silakan klik, namun tidak secara meluas diketahui ataupun diberitakan orang. Para penjaga (Swiss guards) di sana juga tidak melakukan reaksi apapun; mereka tidak menganggap ini sebagai peristiwa besar, sehingga mungkin saja kejadian semacam ini bukan hal yang langka terjadi di Vatikan. Demikian pula kesaksian Rm. Santo tentang eksorsisme yang dapat dibaca di situs ini, silakan klik.
Jadi, mukjizat-mukjizat memang tetap terjadi di Gereja Katolik, namun bukan itu yang terpenting dalam hal iman. Bahkan jika motivasi mengikuti ibadah adalah untuk menyaksikan mukjizat atau mendapat mukjizat, itu malah sesungguhnya keliru, sebab yang lebih dicari adalah karunianya, namun bukan Sang Pemberi karunia. Padahal kasih yang tulus itu harusnya adalah, kita mengasihi Tuhan yang adalah segalanya bagi kita, entah kita menerima mukjizat atau tidak. Semoga Tuhan menemukan kasih yang tulus di hati kita, dan oleh kebijaksanaan-Nya, memberikan kepada kita yang terbaik demi keselamatan kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai..
Bila seseorang pernah jatuh dan putus asa, merasa Tuhan telah meninggalkan dirinya, hingga suatu ketika ia mengakui dosa-dosanya di sebuah Kapela susteran. Sejak saat itu ia mulai bermimpi suatu kejadian yg belum terjadi, beberapa minggu kemudia kejadian itu terjadi seperti mimpinya itu. Mimpi seperti itu sering terjadi pada dirinya, bila perhatiannya difokuskan pada seseorang (teman dekat/saudaranya), ia akan bermimpi tentang orang tersebut dan apa yang akan dialami dalam pekerjaan/kepribadiannya,dan kemudian akan terjadi seperti mimpinya.
Selama ini, ia tidak berani menceritakan pada orang lain selain aku, takut dianggap paranormal/dukun.
yang ingin kutanyakan “apakah ini karunia atau bukan?”, kalau ini karunia, bagaimana cara menggunakan agar tidak melanggar humu Tuhan.
Ada satu lagi, masih orang yang sama, saat ia khusuk dalam doa, perutnya terasa seperti akan meledak, tapi bila salah satu pundaknya digoyang perlahan, rasa sakit di perutnya akan reda. Itu hanya terjadi saat ia berdoa.
Ada beberapa kali ia berdoa untuk adik, tante dan beberapa sepupu dan ponakan saat mereka sakit. saat ia berdoa (dalam hati), telapak tangannya diletakan pada kepala si sakit. Pada keesokan hari, ia yang terserang sakit, dan si sakit yang didoakan,kondisinya mulai membaik.
Apakah ini juga karunia?
Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih atas penjelasannya.
GBU Katolisitas.org
Salam Sius,
Harus diuji apakah hal itu karunia. Antara lain ujian objektif, waktu dan sikap. Orang itu sendiri harus mau diuji. Ujian objektif pada kesembuhan dilakukan dengan pemeriksaan medik. Ujian objektif atas penampakannya dilakukan dengan menyebutkan mimpinya kepada peneliti segera setelah bangun tidur. Ujian sikap diamati pada yang bersangkutan, apakah pelayanan ini menghasilkan buah-buah roh yang baik (Gal 5: 22-26), juga pada yang disembuhkan, membangun iman atau tidak. Ujian waktu masih diperlukan, yaitu apakah situasi yang baik itu bertahan lama atau sebentar saja.
Jika sungguh karunia, maka si penerima karunia harus mempergunakan sesuai maksud Allah yaitu pengabdian kepada-Nya dan pembangunan iman Gereja-Nya.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Salam,
Saya mau bertanya : “Apakah kita bisa tahu (melalui Karunia Roh mgkn) kalau kejadian (mukjizat) tsb benar dari kuasa Tuhan, atau dr “pencuri-domba”, karena bnyknya pencuri yg menyamar sbg gembala, yg m’gunakan b’bagai cara (spt dng m’gunakan mukjizat palsu,dsb) untuk mencuri domba’ dr Gembala nya……
(Slh satu contohnya seorang Pendeta di Amerika Serikat (klo ga slh nama nya Popov, yg dipercaya membuat mukjizat, namun tnyt pd akhirnya terungkap oleh FBI bahwa dia m’gunakan cara tsb untuk menipu jemaatnya, dan memperoleh keuntungan besar melalui sumbangan’ dr jemaat tsb)
Hal ini bukan b’arti saya tidak percaya akan mukjizat dan kuasa Tuhan, namun krn bnyknya “mukjizat palsu” saya jd bertanya’ bagaimana cara m’bedakan yg memang benar dr kuasa Tuhan…
Dan yg sedikit m’ganjal di hati sy, ketika saya selalu melihat hal” yg dianggap ajaib slalu terjadi pada gereja saudara kita non-Katolik klo mereka melakukan kegiatan KKR di kota saya, slalu ada pemberitaan ttg keajaiban tjd di situ (maaf bukan mksd saya memojokkan mereka, namun dlm hati saya bertanya apakah mereka ini hanya percaya pd Tuhan jika mmg tjd mukjizat—–saya pernah mendengar opini mereka bahwa mukjizat yg terjadi krn pemimpin mereka bnar’ diberkati Tuhan (memunculkan opini pd sebagian jemaat bahwa pemimpin gereja harus bisa membuat mukjizat), dlm hati saya mengatakan apakah setiap mukjizat itu harus sesuatu yg luar biasa yg spektakuler, kita sudah bisa bangun tidur dlm keadaan sehat itu sudah mukjizat Tuhan, dan mereka dan kita mmg terkadang tidak menyadari mukjizat dlm diri kita krn mmg manusia slalu ingin melihat yg benar’ nampak dan nyata bisa dirasakan baru mereka percaya…..
Trima Kasih
Berkah Dalem
Shalom Michael,
Dalam Gereja Katolik mukjizat kesembuhan jasmani juga terus terjadi di sepanjang sejarah, namun hal itu tidaklah menjadi fokus utama pewartaan iman. Sebab yang terpenting adalah mukjizat rohani, yaitu pertobatan dan perubahan hidup ke arah kekudusan, sebab hal inilah yang menghantar kita ke surga (lih. Ibr 12:14). Maka walaupun terjadi mukjizat kesembuhan, dan bahkan kebangkitan orang dari kematian melalui doa perantaraan para Santo/a (tentu dalam kesatuan dengan Pengantaraan Kristus) di sepanjang sejarah Gereja (sumber: buku Saints who raised the dead, True Stories of 400 Ressurection Miracles, karangan Fr. Albert J Hebert, SM, Tan Books and Publishers) tetaplah mukjizat- mukjizat ini tidak terlalu ditonjolkan di dalam Gereja Katolik. Mukjizat kesembuhan jasmani memang dapat terjadi, tetapi bukan segala- galanya bagi umat beriman; sebab orang yang disembuhkan secara jasmani, suatu saat akan jatuh sakit lagi, mungkin sakit yang berbeda. Dan akan sampai waktunya, saat Tuhan tidak menyembuhkan dia lagi, entah secara natural atau secara mukjizat; dan penyakit itu akhirnya menghantar orang tersebut kepada kematian. Dengan kata lain, tidak mungkin ada orang yang mengalami mukjizat kesembuhan terus menerus sampai tidak bisa wafat; dan mukjizat kesembuhan jasmani ini tidak menjamin seseorang pasti masuk surga. Kita semua mengetahui hal ini. Maka yang lebih penting sebenarnya adalah kesembuhan rohani yang membuat kita lebih dekat dan bersatu dengan Tuhan (entah saat kita sedang sehat atau sakit, senang atau susah), sebab persatuan dengan Tuhan inilah yang menghantar kita kepada keselamatan kekal. Mukjizat inilah yang diberikan oleh Tuhan Yesus melalui kehadiran-Nya yang istimewa dalam Ekaristi Kudus. Sayangnya, ada banyak orang yang lebih menyukai dan mengagumi mukjizat- mukjizat kesembuhan jasmani daripada mukjizat ‘rohani’ Ekaristi, yang memang tidak terlihat secara kasat mata.
Dalam hal mukjizat kesembuhan, Gereja Katolik memiliki ketentuan tersendiri sebelum dapat menyatakan bahwa mukjizat tersebut sungguh otentik. Contohnya di Lourdes, untuk dapat dinyatakan sebagai mukjizat, maka kasusnya harus dicatat dengan data yang akurat, yaitu data medis pasien sebelum menerima mukjizat, data medis setelah menerima mukjizat, demikian pula pemeriksaan ulang secara berkala selama beberapa tahun kemudian, untuk membuktikan bahwa kesembuhan tersebut sungguh otentik, dan tidak ada kasus ‘relapse‘/ kembalinya penyakit itu. Semua mukjizat ini dicatat dan dikonfirmasi oleh pihak dokter (yang memeriksa di rumah sakit di sana) bahwa kesembuhan tersebut tidak dapat dijelaskan secara medis, dan kesembuhan tersebut diperoleh instan/ seketika dan bersifat permanen. Silakan anda membaca di link ini: List of Approved Lourdes miracles, silakan klik. Dalam proses beatifikasi orang kudus tertentu, mukjizat kesembuhan yang diperoleh melalui perantaraan/ dukungan doa dari orang kudus tersebut menjadi salah satu syaratnya, seperti yang pernah dijabarkan di sini, silakan klik. Maka nampaknya, mukjizat kesembuhan yang otentik itu mempunyai ciri- ciri: instan, tidak dapat dijelaskan secara medis, tidak re-lapse (relatif permanen) dan umumnya membawa pertobatan.
Bahwa sekarang ada banyak kelompok Kristen non- Katolik, yang menekankan kepada mukjizat kesembuhan, apalagi sampai memakai segala macam ‘trik’/ tipuan untuk membuat kesan seolah- olah terjadi mukjizat padahal tidak, seperti yang terjadi pada beberapa kasus skandal para evangelist yang dapat kita simak di U-tube (termasuk kasus Peter Popov 1987), adalah kenyataan yang memprihatinkan, bahkan menyedihkan. Hal ini bukannya memajukan kegiatan evangelisasi, malah melemahkannya (karena menjadi batu sandungan terutama bagi orang- orang non- Kristen dan atheis), dan malah menimbulkan kesan yang keliru tentang ajaran Kristiani.
Mengenai anggapan bahwa pemimpin Gereja harus orang yang ‘dapat membuat mukjizat’ sebenarnya rancu. Sebab yang membuat mukjizat sebenarnya adalah Tuhan. Jika ada orang- orang yang dapat mengadakan mukjizat itu adalah karena karunia Tuhan, dan bukan dari dirinya sendiri. Kristus sendiri sudah memperingatkan para murid-Nya agar jangan sampai terkecoh oleh para pengajar- pengajar yang palsu. Yesus berpesan, agar kita melihat kepada buah- buahnya (lih. Mat 7:16, 20), untuk mengenali apakah mereka dari Tuhan atau tidak. Sebab jika ternyata kehidupan mereka sendiri tidak memancarkan ajaran Tuhan, atau ajaran mereka tidak sesuai dengan ajaran Kristus; maka Tuhan tidak akan memandang mereka, meskipun mereka pernah membuat banyak mukjizat dalam nama Yesus (lih. Mat 7:22-23).
Maka, mari kita berpegang kepada ajaran yang benar, dan tidak terpengaruh oleh keinginan untuk melihat semacam ‘sensasi’ mukjizat. Jika Tuhan memandang itu berguna bagi perkembangan iman kita, dapat saja Tuhan memberikan mukjizat kesembuhan jasmani kepada kita; tetapi bukan itu yang terpenting; sebab yang terpenting adalah kesembuhan rohani kita, yaitu bagaimana kita dapat menghayati persatuan kita dengan Tuhan Yesus, yang mengubah hidup kita menjadi manusia baru di dalam Dia. Dengan demikian kita melaksanakan apa yang diajarkan oleh Rasul Paulus, “Karena itu kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus duduk, di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” (Kol 3:1-4). Selanjutnya dengan mengarahkan hati kepada Kristus, kita akan lebih dapat bersyukur dan mengenali mukjizat sederhana yang terus menerus terjadi dalam kehidupan sehari- hari, sebab kita mengenali kehadiran-Nya yang menopang hidup kita dalam segala hal. Kita dapat bersyukur dan melihat mukjizat-Nya saat bangun dari tidur dengan keadaan sehat, dapat bernafas tanpa perlu berpikir, dapat tertawa/ bercanda dalam keadaan yang sulit dan seterusnya. Tuhan ada bersama kita, ini adalah mukjizat terindah yang seharusnya terus menerus kita syukuri.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan menanggapi pernyataan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom, Katolisitas
Untuk meyakinkan kita semua, benarkah yang dapat melakukan mujizat?
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan mujizat?
Apakah hanya orang yang mendapat hikmat Tuhan yang dapat melakukannya?
Benny
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.