Pertanyaan:

Mat 7:12″ Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. Ada yang mengatakan firman ini adalah peraturan Emas. Mohon penjelasan?

Lacius Dalius

Jawaban:

Shalom Lacius,

Memang Mat 7:12 yang mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”, sering disebut peraturan emas/ the Golden Rule; mengingat bahwa prinsipnya sungguh sederhana namun begitu indah dan penting dalam membina hidup kebersamaan dengan sesama kita.

Berikut ini adalah keterangan yang saya terjemahkan dari penjelasan dalam The Navarre Bible:

“Peraturan emas ini memberikan kepada kita sebuah patokan untuk menyadari kewajiban kita terhadap sesama, dan kasih yang harus kita berikan kepada sesama. Namun demikian, jika diinterpretasikan secara superfisial, peraturan ini dapat menjadi peraturan yang egois. [Padahal] peraturan ini tidak berarti, “Saya memberi kamu sesuatu supaya kamu memberiku sesuatu”, tetapi bahwa kita harus berbuat baik kepada sesama tanpa pamrih: kita cukup pandai untuk tidak memberi batas dalam hal sebanyak apa kita mengasihi diri sendiri. Peraturan ini disempurnakan oleh “perintah Yesus yang baru” (lih. Yoh 13:34), ketika Ia mengajar kita untuk mengasihi sesama sebagaimana Ia telah mengasihi kita.” (The Navarre Bible, St. Matthew, Jose Maria Casciaro, ed.,(Dublin, Ireland: Four Courts Press, reprint 1993), p. 82)

Sedangkan penjelasan dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, Dom Orchard ed.  adalah:

“Peraturan emas (lih. Luk 6:31)- Pesan keseluruhan Kitab suci yang digenapi oleh Tuhan Yesus dirangkum dengan ini: Di dalam segala sesuatu yang menyangkut sesama (cinta kasih, pengampunan, dst) tolok ukur sikap yang terbaik bagi kita adalah perlakuan yang kita inginkan untuk kita terima (meskipun tidak/ belum kita terima) dari sesama kita. Hal ini menghilangkan keinginan yang kita miliki di dalam diri sendiri atau lebih tepatnya membaginya dengan sesama sehingga memperbaiki suatu keseimbangan. Injil Matius mengajarkan kasih kepada sesama yang melibatkan kasih kepada Tuhan sebagai motivasinya (lih. Mat 22:34-40). Untuk rumusan negatif tentang the Golden Rule, lihat Tob 4:15: “Apa yang tidak kausukai sendiri, janganlah kauperbuat kepada siapapun.”

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

6 COMMENTS

  1. Beriman Sejati Berarti Sepi Ing Pamrih ?
    1. Selalu didengungkan , diajarkan dan dianjurkan agar umat katolik ( dan sebenarnya umat lain juga ) dalam menjalankan kegiatan / kehidupan di dunia ( keluarga, pekerjaan , masyarakat ) hendaknya tanpa pamrih.
    2.Apakah prinsip hidup tanpa pamrih realistik? Bagaimana mungkin manusia hidup tanpa pamrih? Pasti ada saja pamrihnya. Cowok mencintai cewek pasti ada embel-embel pamrihnya sekalipun tidak diungkapkan. Pekerja di pemerintahan dan perusahaan swasta juga punya pamrih. Rohaniwan/ti juga punya pamrih. Jadi bagaimana memaknai prinsip “tanpa pamrih” agar manusia tidak menjadi munafik, karena “tanpa pamrih” tidak mungkin dilaksanakan seratus persen.
    3.Andaikata “tanpa pamrih” pun dalam hubungan dengan sesama manusia dilaksanakan seratus persen, maka dalam hubungan dengan Tuhan, manusia juga tidak mungkin tanpa pamrih. Pamrih utama manusia kepada Tuhan ialah mengharapkan keselamatan , pengampunan dan penebusan dosa dari Sang Penebus. Justru para rohaniwan /ti dan katekis awam mengajarkan kepada kita baik sadar maupun tidak sadar untuk beriman secara pamrih , dalam pengertian penyerahan diri total kepada Yesus dengan mengharapkan keselamatan dari padaNYa.

    • Shalom Herman Jay,

      Sesungguhnya perlu didefinisikan terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan pamrih ini. Sebab umumnya kita menghubungkan pamrih dengan ‘balas jasa’ untuk kepentingan pribadi. Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan definisi ‘pamrih’ sebagai berikut: “maksud yang tersembunyi untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kepentingan khusus yang ingin dikejar untuk diri sendiri.” Nah, maka dapat dimengerti mengapa ajaran iman mengajarkan agar kita berbuat baik tanpa ‘pamrih’. Sebab motivasi kita berbuat baik bukanlah untuk meminta orang membalas perbuatan baik kita, atau agar kita memperoleh keuntungan bagi diri sendiri. Namun kita berbuat baik karena karena melakukan perintah Tuhan, yang terlebih dahulu melakukannya untuk kita. Prinsip dasar perintah Tuhan ini adalah ‘the Golden Rule‘ yang sebenarnya telah Tuhan tanamkan di dalam hati setiap manusia, yang dapat mengarahkan setiap orang kepada hukum cinta kasih, yang mengarahkan kita kepada Allah, yang adalah Kasih (1Yoh 4:8); agar kita dapat hidup berbahagia. Fokus kepada Allah inilah yang membedakan motivasi untuk berbuat baik, antara seorang dengan orang yang lain. Walau perbuatannya mungkin sama, namun motivasi yang melatarbelakanginya itu yang membedakannya: apakah suatu perbuatan baik itu dilakukan demi keuntungan sendiri atau dilakukan atas dasar iman dan dengan demikian bersifat adikodrati, demi kasih kepada Tuhan dan sesama.

      Maka mencintai tanpa mencari keuntungan diri sendiri inilah yang diajarkan dalam ajaran iman, maksudnya adalah kita mencintai orang lain sebagaimana yang Tuhan kehendaki, agar dengan demikian bukan hanya kita saja yang diarahkan kepada Allah, tetapi orang lain yang kita kasihi-pun juga dapat mengalami kasih Allah melalui kita. Kasih kepada sesama atas dasar kasih kepada Allah inilah, yang menjadi inti ajaran iman kita, dan kelak kita akan diadili atas dasar prinsip kasih ini (lih. Mat 25:31-46). Sebab kasih yang sedemikian menjadikan kita semakin mirip dengan Kristus yang telah terlebih dahulu mengasihi kita dengan sempurna, demi kasih-Nya kepada Allah Bapa.

      Jika kita mengenali prinsip ini, maka kita tidak akan mengacaukan arti ‘pamrih’ menurut definisi yang umum kita kenal, dengan pengharapan kita akan keselamatan kekal. Sebab dari hakekatnya saja sudah berbeda. Pamrih mengacu kepada keuntungan pribadi (umumnya inipun dihubungkan dengan berbagai keuntungan/ kepentingan jasmani dan harta duniawi), sedangkan pengharapan akan keselamatan kekal itu mengacu kepada kepentingan rohani dan harta surgawi. Hal keselamatan kekal bagi semua orang ini memang merupakan kehendak Tuhan (lih. 1Tim 2:4); dan untuk maksud itulah Allah mengutus Putera-Nya yang tunggal ke dunia (lih. Yoh 3:16).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Dear tim Katolisitas

    Ijinkan saya sharing sebentar mengenai permasalahan yg menimpa saya belakangan ini dan saya juga mohon doa dan sarannya utk mslh saya ini.
    Dulu saya ini sering mengPHP wanita (4-5 wanita kl tidak salah), saya melakukan ini karena dulu saya prnh disakit wanita juga. Jd ini lebih ke balas dendam.
    Cuma lambat laun saya sadar, perbuatan saya ini salah. Dan sejak saat itu saya memutuskan utk bertobat (cuma saya belum mengakukan dosa ini ke romo)
    Namun, stlh saya bertobat justru saya merasa tmbh sial. 3 cewek yang saya dekati belakangan ini, selalu berakhir gagal. Yang satu ini penipu, yang satu mengalami mslh kejiwaan, dan yg trkhr ini meninggalkan saya tanpa alasan yg jelas.
    Yg mw saya tanyakan, apakah kesialan saya ini krn saya belum mengaku dosa? ataukah memang saya saja yg sedang sial? Llau apa yg hrs saya lakukan? mohon bantuannya tim katolisitas. Trma ksh sebelumnya

    • Shalom AndyKur,

      Sabda Tuhan mengajarkan prinsip sederhana, jika kita ingin hidup bahagia. Yaitu apa yang kita inginkan orang lain perbuat kepada kita, kita perbuat kepada orang lain. Atau dengan rumusan lain: Apa yang tidak kita inginkan orang lain perbuat kepada kita, jangan kita perbuat kepada orang lain. Inilah yang umum dikenal sebagai ‘the Golden Rule‘, sebagaimana tertulis di artikel di atas, silakan klik.

      Jika kita melanggar prinsip ini, maka adakalanya kita memetik sendiri buahnya. Dan Allah dapat mengizinkan kita mengalami konsekuensi dari perbuatan kita, agar kita belajar dari kesalahan kita, agar tidak lagi diulangi di masa mendatang. Nampaknya, inilah yang sedang terjadi pada diri Anda. Maka, langkah yang terbaik yang dapat Anda lakukan adalah secepatnya Anda mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa, dan berjuanglah untuk bangkit dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang lalu. Kita percaya bahwa tidak ada dosa yang terlampau besar untuk diampuni oleh Tuhan, asalkan kita sudah dengan sungguh-sungguh bertobat.

      Semoga Tuhan membukakan jalan bagi Anda, untuk memulai lagi suatu awal yang baru, dalam membina hubungan persahabatan dengan orang lain. Dan pada waktunya nanti, semoga Anda mendapatkan pasangan hidup yang mengasihi Anda dan bersama-sama saling menguatkan dalam iman, pengharapan dan kasih dalam Tuhan Yesus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Terima kasih bu Inggrid untuk nasihatnya

        Saya akan segera mengakukan dosa saya dan kalau boleh saya mohon doanya jg dr bu Inggrid dan tim katolisitas agar saya cpt mendapat pasangan hidup yg mw menerima saya apa adanya

  3. Mat 7:12″ Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. Ada yang mengatakan firman ini adalah peraturan Emas. Mohon penjelasan?

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.