Memang ada orang yang menduga bahwa Easter berasal dari nama dewi Isthar (dari Sumeria) atau dewi Eostre/ Astarte (dari Teutonik). Memang sekilas bunyinya mirip, seperti halnya juga, bahwa besar kemungkinan kata “Easter” berakar dari kata “Eostur”, yang berarti “musim kebangkitan” (season of rising) yang mengacu kepada musim semi. Maka kata “Easter” digunakan di Inggris, “Eastur” di bahasa Jerman kuno, sebagai kata lain musim semi. Sedang di negara- negara lain, digunakan istilah yang berbeda: “Pascha” (bagi Latin dan Yunani), ” Pasqua” (Italia), “Pascua” (Spanyol), “Pasen” (Belanda), …dst yang semua berasal dari kata Ibrani (“Pesach”) yang artinya “Passover”.

Jika kita melihat kepada bahasa Jerman, kata Ostern (yang artinya Easter) berasal dari kata Ost (east atau terbitnya matahari), dan berasal dari bentuk kata Teutonik yaitu erster (artinya yang pertama/ first) dan stehen (artinya berdiri/ stand) yang kemudian menjadi ‘erstehen’ (bentuk kuno dari kata kebangkitan/ resurrection), yang kemudian menjadi ‘auferstehen’ (kata kebangkitan dalam bahasa Jerman sekarang). Jadi kata Ester/Eostur dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi Easter, adalah setara dengan kata Oster dalam bahasa Jerman yang kemudian menjadi Ostern. Maka jika ada kemiripan bunyi Easter dengan Isthar itu hanya kebetulan, dan tidak dapat dipaksakan bahwa bahwa keduanya berhubungan. Ini serupa dengan memaksakan kata “belum” dalam bahasa Indonesia, yang dianggap mengacu kepada kata “bloom” (artinya berkembang) dalam bahasa Inggris, yang bunyinya mirip tapi tidak ada hubungan sama sekali, karena artinya pun lain. Jadi bukan berarti karena sebutan Easter mirip dengan Isthar atau Eostre, maka ucapan “Happy Easter” berkaitan dengan penyembahan berhala. Sebab bagi umat Kristen, perayaan Easter/ Pascha/ Paska itu bersumber dari penggenapan nubuat Perjanjian Lama di dalam kurban Salib Kristus yang memberikan buah Kebangkitan.

Mungkin menarik untuk diketahui bahwa William Tyndale (1494-1536), seorang tokoh pemimpin Protestan, ahli dan penerjemah Kitab Suci yang terkenal, adalah yang pertama kali memasukkan kata “Easter” di dalam Kitab Suci terjemahan bahasa Inggris, dan bersamaan dengan itu ia juga menyebutkan kata Passover. Jadi penggunaan kata “Easter” itu bukan ‘penemuan’ Gereja Katolik.

Jangan lupa bahwa sedikit banyak nama hari- hari dalam bahasa Inggris semua dapat dihubungkan dengan asal- usul pagan. Sebab Sunday, berkaitan dengan matahari (Sun), Monday, dengan bulan (moon), Tuesday dengan dewa Tiu, Wednesday dengan dewa Woden, Thursday dengan dewa Thor, Friday dengan Freya, Saturday dengan Saturnus. Jadi jika mau konsisten, sebaiknya mereka yang menolak menyebut Easter, juga menolak semua nama hari dalam bahasa Inggris yang kedengarannya juga berbau pagan. Namun, Gereja Katolik menguduskan hal-hal yang dulunya mengacu kepada pagan, dengan memberi arti/ makna baru dan mengkonsekrasikannya kepada Tuhan. Seperti bangunan gereja- gereja pada abad- abad pertama yang tidak mereka bangun sendiri, melainkan dulunya bekas kuil- kuil pagan yang sudah ditinggalkan, lalu dirombak dan disesuaikan dengan prinsip dan kebutuhan ibadah Kristiani, dan dikonsekrasikan kepada Kristus. Allah penguasa segalanya, juga berkuasa menguduskan segala sesuatu di dalam nama-Nya.

Dengan demikian, tidak perlulah kita risau jika menggunakan kata “Easter”, karena bagi kita umat Kristiani kata itu tidak mengacu kepada Isthar, tetapi kepada “Eostur”, “erster- stehen/ erstehen” yang artinya mengacu kepada kebangkitan, yaitu Kebangkitan Kristus. Jangan lupa bahwa Kitab Suci menyebutkan tanda kelahiran Kristus dengan bintang di timur (Mat 2:2,9) sehingga makna Terang di Timur (East) memperoleh makna yang baru dan sempurna, setelah kelahiran dan terutama Kebangkitan Kristus.

20 COMMENTS

  1. hmm maaf nih admin, saya masih ingin diskusi mengenai kata ini.. easter juga di tandai dengan telur dan kelinci paskah… untuk dewi isthar sendiri yang merupakan dewi dari kesuburan (fertility) and sex, dikatakan kelinci dan telur itu merupakan lambang dari kedua hal tersebut. Yang mau saya tanyakan..? bagaimanakah hubungan telur dan kelinci paskah dengan kebangkitan kristus..??? ataukah ini sama halnya dengan natal yang ditandai dengan pohon natal….

    • Shalom Petronela,

      Pertama-tama, kita perlu melihat apa yang esensial dan apa yang tidak esensial jika kita mau berkomentar soal penggunaan lambang- lambang dalam perayaan iman kita. Sebab sejujurnya, tanpa telur dan kelinci, kitapun dapat merayakan Paskah; dan sepanjang pengetahuan saya, tidak ada lambang telur dan kelinci dalam perayaan liturgi umat Katolik. Ini lain ceritanya dengan lambang lilin Paskah dalam upacara cahaya di liturgi Malam Paskah. Lilin yang menggambarkan Terang Kristus, memiliki nilai yang lebih melekat kepada makna Paskah. Kristus sebagai Terang Dunia, mengalahkan kegelapan dosa dan maut, dengan kebangkitan-Nya dari kematian.

      Maka simbol telur dan kelinci, itu nampaknya hanya dipopulerkan oleh sejumlah orang untuk maksud tertentu, yang tidak berkaitan liturgi masa Paskah. Mungkin untuk maksud menarik minat anak-anak, atau hanya sebagai elemen dekorasi. Kebetulan saja maknanya memang bisa dihubungkan, maka, jadilah simbol itu turut mewarnai suasana Paskah. Telur yang kerap dimaknai sebagai bakal kehidupan baru, dihubungkan dengan Paskah yang olehnya umat beriman memperoleh kehidupan baru bersama Kristus, seperti pernah diulas di jawaban ini, silakan klik; ataupun kelinci (walaupun nampaknya tidak begitu populer), mungkin dihubungkan dengan kenyataan bahwa melalui Paskah dan sakramen Baptis yang umumnya dirayakan pada masa Paskah, maka bertambahlah jumlah ‘anak-anak rohani’ bagi Gereja. Sebab orang-orang yang dibaptis, diangkat menjadi anak-anak angkat Allah di dalam Kristus, dan juga menjadi anggota Gereja-Nya.

      Maka sekalipun digunakan simbol-simbol itu dalam rangka Paskah, tentu artinya tidak ada kaitannya dengan dewi Isthar. Rahmat Allah yang bekerja menyempurnakan kodrat manusia (grace perfects nature) memang dapat memberikan arti yang baru dari suatu lambang tertentu yang sudah umum dikenal oleh manusia. Arti yang baru itu, yang mengarah kepada Allah, tidak dapat disejajarkan dengan arti lamanya, yang karena keterbatasan pemahaman manusia, juga diartikan terbatas sampai pada tingkat tertentu.

      Selanjutnya tentang pembahasan arti pohon cemara sebagai pohon natal, silakan klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Sudah, sudah ! Jangan berpanjang-panjang dalam hal “Happy Easter”. Aku umat awam jadi bingung. Pokoknya, Hari Raya Paskah dan Happy Easter itu buat aku berarti Hari untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus dari kematianNya dimana kematianNya di kayu salib diperingati pada hari Jum’at Agung sebelum hari Minggu Paskah.

    [Dari Katolisitas: Anda benar. Tetapi ada baiknya kita mengetahui asal usulnya, agar tidak mudah digoyahkan jika ada sejumlah orang yang mengatakan hal-hal yang tidak benar, dengan menuduh bahwa Easter berhubungan dengan Isthar. Sebab menurut Rasul Petrus, kita memang perlu mempertanggungjawabkan iman kita, namun tetap harus dengan lemah lembut dan hormat (lih. 1 Pet 3:15). ]

    • Thanks untuk penjelasannya. Memang benar kita perlu tahu asal usulnya karena banyak saudara kita dari gereja lain yang tetap “ngotot” bahwa Paskah adalah Passover bukan Easter.

  3. Mengetahui latar belakang /sejarah itu bagus n perlu. Mungkin cara Israel jaman dulu dlm ber Pi [dari Katolisitas: apakah Pi, itu?]. Mirip seperti Paulus di Athena ‘memberitakan Allah yang tdk dikenal’. Selain itu memahami Paskah dlm kontek sekarang juga asyiik.

    So no big deal lah, yg penting pemahaman kita dg Paskah konteksnya benar. Penggunaan istilah bukan masalah besar.

    Anyway, thank you untuk penjelasan nya, Tuhan memberkati

  4. Saya ingin menggaris bawahi :

    Tetapi bagi kita umat Kristiani, Easter itu tidak mengacu kepada mereka. Yang kita akui adalah Easter berhubungan dengan perayaan kebangkitan, yaitu kebangkitan Kristus. Hal yang mungkin dulu sudah ada dalam suatu budaya tertentu, yang mungkin juga merayakan musim semi dan musim kehidupan baru ini, disempurnakan dan digenapi di dalam Kristus yang adalah Putera Allah yang menjelma menjadi manusia, yang bangkit dari alam maut, untuk memberikan hidup baru yang kekal kepada dunia. Maka segala perayaan yang sudah ada di jaman kuno (jika memang ada) itu merupakan gambaran samar- samar akan kebenaran tentang adanya Kebangkitan yang digenapi dalam arti sesungguhnya di dalam Kristus.

    Dan setuju dengan penjelasan ini.

    Karena banyak orang Kristen dan Katolik di Indonesia sekarang malah menggunakan kata Happy Passover karena tidak mau menggunakan kata Happy Easter (digunakan di semua negara berbahasa Inggris termasuk di negara di mana saya tinggal) kalau saya lihat di Wiki :

    The Jewish people celebrate Passover as a commemoration of their liberation over 3,300 years ago by God from slavery in ancient Egypt that was ruled by the Pharaohs, and their birth as a nation under the leadership of Moses. It commemorates the story of the Exodus as described in the Hebrew Bible especially in the Book of Exodus, in which the Israelites were freed from slavery in Egypt.

    dan karena saya tinggal di negara yang sebagian warganya merayakan Passover dan beda dengan Paskah/Easter.

    Jadi sebaiknya rekan rekan tidak menggunakan kata Happy Passover bukan?

    Terima kasih

    • Shalom Margaretha,

      Nampaknya tidak benar jika Gereja Katolik di Indonesia (ataupun di negara lainnya) sekarang menggunakan istilah Happy Passover. Dari manakah Anda memperoleh informasi ini? Bagi Gereja Katolik, tetap ucapannya adalah Selamat Paskah atau Happy Easter. Berita yang beredar, entah di internet ataupun pesan di BB adalah adanya sejumlah umat dari gereja-gereja non-Katolik yang menyebarkan suatu pandangan bahwa penggunaan kata “Easter” itu keliru, kemungkinan karena mengacu kepada apa yang ditulis di Wikipedia, atau sumber-sumber yang menghubungkan Easter dengan dewi Isthar ataupun Eostre, sebagaimana telah dibahas di atas. Namun tentu saja, bagi umat Kristiani, Easter tidak berkaitan dengan Isthar atau Eostre.

      Passover memang mempunyai konotasi pembebasan bangsa Israel dari penjajahan Mesir, dan penyeberangan bangsa Israel melalui Laut Teberau, seperti yang tertulis dalam Kitab Keluaran. Saat itu, malaikat maut, yang melihat darah anak domba di ambang pintu rumah bangsa Israel, akan melewati (pass-over) rumah keluarga itu dan tidak mengambil nyawa anak sulung mereka. Demikianlah Allah menjatuhkan tulah yang terakhir kepada bangsa Mesir, di mana semua anak sulung mereka wafat, baik anak mereka maupun hewan peliharaan mereka, sebab mereka tidak mengoleskan ambang pintu rumah mereka dengan darah anak domba. Di Perjanjian Lama, Allah menyelamatkan bangsa Isreal dengan darah kurban anak domba, yang menjadi gambaran samar-samar akan pengorbanan Kristus di Perjanjian Baru.

      Maka bagi Gereja peristiwa itu telah digenapi dengan kurban Anak Domba Allah, yaitu Kristus, melalui pengorbanannya di kayu salib, yang diikuti dengan kebangkitan-Nya. Maka fokus utama dalam perayaan Paskah umat Kristiani bukan lagi adalah darah anak domba yang menyelamatkan bangsa Israel dari penjajahan Mesir (melalui peristiwa Passover), melainkan fokusnya adalah kebangkitan (Eostur/ erster- stehen/ erstehen) Anak Domba Allah yang menyelamatkan umat manusia dari penjajahan dosa.

      Itulah sebabnya Gereja tetap memakai istilah Paskah atau Easter yang mengacu kepada kebangkitan Kristus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  5. Kenapa terlalu banyak meragukan apa yang ada di dalam Gereja Katolik..yang dibutuhkan dalam sifat orang kristiani itu iman yang mampu percaya akan Tuhan bukannya malah keraguan seperti para teman yang bertanya…..

    Tapi inti hidup saya adalah saya mencari Tuhan dan bukan nya kata-kata dari manusia yang juga banyak berbelok dari kebenaran.

    • Mohon di uji benarkah
      Easter = Paskah?
      Adakah kata “Easter” dalam terjemahan “alkitab bahasa inggris?” Atau “paskah” dalam alkitab bahasa inggris “passover”?

      Patut diketahui, supaya Ъ salah..:) Kata Easter berasal dari kata “Ishtar” dimana Ishtar adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus. Siapakah Tamus?

      Salah satu anak nuh bernama Ham. memiliki seorang anak bernama Cush dan menikah dengan seorang wanita bernama Semiramis. Cush dan Semiramis memiliki seorang putra bernama Nimrod (Kej 10:8-10).

      Nimrod dalam bahasa Ibrani berarti ‘pemberontak’. Nimrod adalah pencipta sistem Babilonia dimana ia menciptakan tatanan pemerintahan dan hukum dasar perdagangan ekonomi.

      Nimrod adalah orang pertama yang memperkenalkan penyembahan setan (satanic worship). Nimrod begitu bejat sampai ia bersetubuh dengan ibu kandungnya sendiri yaitu Semiramis. Sang ibu kemudian hamil dan melahirkan anak bernama Tamus.

      Ketika Nimrod meninggal, Semiramis mendoktrinasi pengikutnya bahwa Nimrod telah naik ke tahtanya di matahari dan harus dipuja sebagai Baal yaitu sang dewa matahari. Semiramis sendiri menyatakan bahwa ia datang di Bumi melalui peristiwa dimana ia turun dari bulan dan ‘mendarat’ di sungai Efrata ( Irak). Peristiwa ini dinamai Ishtar Easter.

      Nimrod yang dipuja sebagai dewa matahari,
      Semiramis dipuja orang sebagai dewa bulan,
      Tamus disembah dgn gelar Queen of Heaven atau Ratu Surga (Yeremia 7:18 dan Yeremia 44:17-25).

      Pada Alkitab bahasa inggris, kata “Paskah” diterjemahkan sebagai “Passover” bukan “Easter”. ( Matius 26:17-19 )

      Kesimpulan
      Paskah atau Passover yang kita rayakan adalah perayaan kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan kematian sdgkan Easter (atau Ishtar) adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus

      [Dari Katolisitas: pesan ini digabungkan karena masih satu topik, dan dikirim oleh pembaca yang sama]:

      WQWkarena Tuhan Yeshua berasal dari ibrani maka kita perlu kembali ke akar ibrani, akar yunani penuh dengan penyembahan berhala dan sikretisme. Hati hati kalau belajar agama yang bersumbner dari helenisme penuh penyembahan berhala

      • Shalom Akar Ibrani,

        1. Easter berasal dari kata Isthar?

        Telah kami sampaikan di atas, bahwa kata Easter tidak ada hubungannya dengan Isthar. Umat Kristiani memiliki alasan tersendiri untuk menyebut perayaan kebangkitan Yesus dengan kata “Easter” (bahasa Inggris), yaitu dari kata Eostur/ Ester, sedangkan kata “Ostern” (Easter dalam bahasa Jerman) berasal dari kata Ost, erster- stehen, yang kemudian menjadi ‘auferstehen’, kata ‘kebangkitan’ dalam bahasa Jerman sekarang.

        Anda tidak dapat memaksakan agar kami umat Kristiani menerima anggapan Anda bahwa Easter berhubungan dengan Isthar, karena bukan itu dasar yang diambil oleh umat Kristiani di Inggris maupun Jerman, untuk mengartikan “kebangkitan”. Kisah yang Anda sampaikan tentang Isthar itu mengambil sumber dari mana? Sebab ada pula sejumlah orang yang menghubungkan Isthar dengan nama dewi Sumeria/ Babilonia, jadi bukan perayaan kebangkitan dewi Tamus. Maka kisah itupun bermacam-macam versinya. Memang nama Kush dan Nimrod disebut dalam Kitab Kejadian, namun detail kisah selanjutnya yang Anda sebutkan itu tidak tercantum dalam Kitab Suci. Di ayat manakah tertulis bahwa Nimrod menikahi ibunya sendiri (Semiramis) dan kemudian anak mereka bernama Tamus? Di ayat manakah tertulis bahwa Nimrod adalah dewa matahari, Semiramis adalah dewa bulan dan Tamus adalah Ratu surga? Jika ini adalah legenda Babilonia, maka tidak dapat diandaikan bahwa orang-orang Kristiani di Inggris atau Jerman mengenal legenda ini -dan bukan saja mengenal tapi terpengaruh olehnya- sehingga kemudian mengacu kepada dewi Isthar atau kebangkitan Tamus (yang konon disebut peristiwa Isthar) untuk menyebut hari kebangkitan Yesus. Jika ada kemiripan bunyi itu hanya kebetulan, dan tidak dapat dipaksakan bahwa bahwa keduanya berhubungan. Ini serupa dengan memaksakan kata “belum” dalam bahasa Indonesia, yang dianggap mengacu kepada kata “bloom” (artinya berkembang) dalam bahasa Inggris, yang bunyinya mirip tapi tidak ada hubungan sama sekali, karena artinya pun lain.

        Tidak benar bahwa semua kitab Suci terjemahan bahasa Inggris memakai kata Passover dan tidak ada kata Easter. William Tyndale (1494-1536), seorang tokoh pemimpin Protestan, ahli dan penerjemah Kitab Suci yang terkenal, adalah orang yang pertama kali memasukkan kata “Easter” di dalam Kitab Suci terjemahan bahasa Inggris, dan bersamaan dengan itu ia juga menyebutkan kata Passover. Itulah sebabnya dalam terjemahan Inggris Kitab Suci Protestan KJV, disebut kata “Easter” di Kis 12:4, walaupun di versi terjemahan Inggris lainnya menggunakan kata Passover (NAB, RSV, JB), dan Pasch (Douay Rheims). 

        2. Hati hati kalau belajar agama yang bersumber dari helenisme penuh penyembahan berhala?

        Walaupun Kitab Suci Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, itu tidak menjadi tanda bahwa agama Kristiani berasal dari Helenisme. Bahasa Yunani adalah bahasa Internasional di daerah kekuasaan Romawi pada saat itu. Bahkan Kitab Suci Perjanjian Lama telah diterjemahkan ke bahasa Yunani atas perintah Raja Mesir Ptolemeus II Philadelphus (287-247 BC), untuk memperkaya koleksi perpustakaan besar yang dibangunnya di Aleksandria. Terjemahan ini dikenal dengan nama Septuaginta, dan menurut para ahli Kitab Suci, kitab Septuaginta inilah yang dipergunakan oleh Tuhan Yesus dan para murid-Nya; sebab ketika mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama, Yesus hampir selalu mengutip dari Kitab Septuaginta tersebut. Tentu saja kita tidak dapat mengatakan, bahwa karena Kristus mengutip dari Septuginta (terjemahan Yunani), maka ajaran Yesus bersumber dari Helenisme. Ini adalah kesimpulan yang sangat keliru, karena bahasa Yunani tidak identik dengan helenisme dan penyembahan berhala.

        Karena bahasa Yunani pada zaman Yesus dan para Rasul adalah bahasa yang umum digunakan, juga di daerah Galilea dan sekitarnya tempat Yesus mengajar, maka sungguh masuk akal jika Injil dan kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Siapapun pengajar/ tokoh publik pada saat itu menyampaikan ajarannya dalam bahasa Yunani. Bahasa Aram adalah bahasa dialek kaum Yahudi, namun tidak secara luas digunakan di seluruh propinsi Romawi. Maka walaupun Yesus juga berbicara dalam bahasa Aram, yang di beberapa kesempatan dicatat dalam Injil, namun hal ini tidak mengabaikan kenyataan bahwa bahasa Yunani adalah bahasa yang umum digunakan di kawasan Romawi saat itu. Oleh karena itu bahasa Yunani digunakan pula dalam terjemahan Kitab Suci Perjanjian Lama, dan menjadi bahasa asli dari Kitab-kitab Perjanjian Baru. Kekecualian adalah Injil Matius, yang menurut tulisan St. Irenaeus (180 AD – St. Irenaeus adalah murid St. Polycarpus yang adalah murid Rasul Yohanes), pertama ditulis dalam bahasa Aram, namun kemudian diterjemahkan ke bahasa Yunani. Ketiga Injil kanonik lainnya, dan surat-surat para Rasul dalam PB ditulis dalam bahasa Yunani. Meskipun para Rasul menulis dalam bahasa Yunani, namun tidak dapat dikatakan bahwa tulisan para Rasul ini berbau helenisme, apalagi menghubungkan tulisan mereka dengan penyembahan berhala. Baik Tuhan Yesus maupun para Rasul itu jelas menentang penyembahan berhala, dan kalau ada sejumlah orang menuduh sebaliknya, malah mereka akan kesulitan mencari dasarnya, sebab Kitab Suci maupun Tradisi Suci para rasul jelas melarang penyembahan berhala.

        Demikian yang dapat saya sampaikan untuk menanggapi pernyataan Anda. Ada baiknya tidak langsung menuduh, sebelum mempelajari terlebih dahulu duduk persoalannya.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- katolisitas.org

        • Terima kasih untuk penjelasannya, kebetulan saya baru membaca postingan di fb dan ternyata hasil copasan mas bro Akar Ibrani.
          Tapi jujur saya lebih memilih penjelasan mbak Inggrid.

      • Saya setuju sekali bhw akar yunani penuh dgn penyembahan berhala. Tapi manuskrip-manuskrip injil kuno byk tertulis dlm bhs yunani ini. Tak satupun tertulis dlm bhs ibrani. Anehnya lagi Yesus berbahasa Aramaik bkn Ibrani.

        [dari katolisitas: Silakan melihat link ini – silakan klik. Sebenarnya, kalau boleh tahu, apa yang Anda permasalahkan ya?]

  6. Dear Katolisitas,

    Saya mau bertanya mengenai adanya pedapat bahwa Yesus wafat di hari Rabu. menurut pendapat kelompok ini, Yesus wafat di hari persiapan paskah, menjelang “Sabat Besar” Paskah haggah yang jatuh pada hari kamis, bukan Sabat hari ketujuh. Berikut linknya untuk penjelasan detail dari mereka:

    http://www.sarapanpagi.org/kapan-yesus-kristus-disalib-vt306.html#p652

    Biasanya saya memahami Markus 16, dimana Yesus justru sempat merayakan paskah haggadah, yang menjadi perjamuan malam terakhir. Karena Yesus sempat merayakan paskah haggadah, berarti Yesus wafat setelah hari kamis, maka disimpulan Dia wafat di hari jumat.

    Tapi bagaimana kita memahami Yoh 19:14, bahwa Yesus disalib di hari “persiapan paskah?”

    Salam kasih,
    Heinriz

    [Dari Katolisitas: Kami sudah pernah menanggapi pertanyaan serupa di jawaban ini, silakan klik, lihat point 5, dan mohon juga membaca dialog berikutnya]

    • alender masehi dimulai jam 00.00 sedangkan kelender ibrani dimulai jam 18.00. Ini kronologisnya
      Jam masehi. <–kamis—– <Minggu
      ___________________00_____15_____00_____________00___________00____
      Jam ibrani. 18 .18.1818<..hke 1
      Tuhan Yeshua ditangkap hari ke 4 sesuai kalender yahudi atau kamis dini hari kemudian diadili, akhirnya disalib pada jam 3 petang Tuhan Yeshua wafat, sebelum masuk sabbath sebelum jam 18.00 Tuhan Yeshua sdh dikuburkan itu hari ke 5. Dan Tuhan Yeshua bangkit pada hari pertama Yahudi kalau kita menyebut hari minggu, maka Benar Tuhan Yeshua 3 hari 3 malam berada dalam kubur sesuai kalender Yahudi. Jadi jumat agung itu versi masehi dan tidak cocok, dan jumat agung bukan tradisi Yahudi saat ititu. Jika Tuhan Yeshua mati hari jumat mka tdk cocok 3 hari 3 malam, ohon di renungkan kiranya bisa menjad bahan perenungan. Tuhan memberkati.

      [dari katolisitas: Silakan melihat jawaban tentang hal ini di sini – silakan klik]

  7. Terima kasih u penjelasannya, sangat bagus dan sangat jelas. Tapi kalo boleh saya bertanya lagi, mengapa d ensiklopedi kaltolik (yg katanya sdh disahkan oleh gereja), kata easter ditulis berhubungan dg Isthar (easter relates to Isthar)?Mengapa bukan berhubungan dengan eostur? Bisakah tolong dijelaskan jg? Terimakasih sebelumnya.

    • Shalom Antonius,

      Saya kurang paham, ensiklopedi Katolik apa yang anda pakai sebagai referensi; dan saya kurang tahu apakah di sana terdapat imprimatur dan nihil obstat dari pihak otoritas Gereja Katolik. Sebab di Ensiklopedia Katolik yang saya ketahui, (New Catholic Encyclopedia dari Catholic University of America dan New Advent Encyclopedia) tidak disebutkan bahwa Easter berhubungan dengan Isthar.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Shallom,

        Salah satu referensi yang banyak dipakai oleh pengguna internet adalah : http://www.newadvent.org/cathen/.

        Apakah situs ini bisa dipakai sebagai referensi ?

        http://www.newadvent.org/cathen/05224d.htm
        The English term, according to the Ven. Bede (De temporum ratione, I, v), relates to Estre, a Teutonic goddess of the rising light of day and spring, which deity, however, is otherwise unknown, even in the Edda (Simrock, Mythol., 362); Anglo-Saxon, eâster, eâstron; Old High German, ôstra, ôstrara, ôstrarûn; German, Ostern. April was called easter-monadh. The plural eâstron is used, because the feast lasts seven days. Like the French plural Pâques, it is a translation from the Latin Festa Paschalia, the entire octave of Easter. The Greek term for Easter, pascha, has nothing in common with the verb paschein, “to suffer,” although by the later symbolic writers it was connected with it; it is the Aramaic form of the Hebrew pesach (transitus, passover). The Greeks called Easter the pascha anastasimon; Good Friday the pascha staurosimon. The respective terms used by the Latins are Pascha resurrectionis and Pascha crucifixionis. In the Roman and Monastic Breviaries the feast bears the title Dominica Resurrectionis; in the Mozarabic Breviary, In Lætatione Diei Pasch Resurrectionis; in the Ambrosian Breviary, In Die Sancto Paschæ. The Romance languages have adopted the Hebrew-Greek term: Latin, Pascha; Italian, Pasqua; Spanish, Pascua; French, Pâques. Also some Celtic and Teutonic nations use it: Scottish, Pask; Dutch, Paschen; The correct word in Dutch is actually Pasen Danish, Paaske; Swedish, Pask; even in the German provinces of the Lower Rhine the people call the feast Paisken not Ostern. The word is, principally in Spain and Italy, identified with the word “solemnity” and extended to other feasts, e.g. Sp., Pascua florida, Palm Sunday; Pascua de Pentecostes, Pentecost; Pascua de la Natividad, Christmas; Pascua de Epifania, Epiphany. In some parts of France also First Communion is called Pâques, whatever time of the year administered.

        Salam Damai dan terima kasih banyak

        • Shalom Antonius,

          Pertama- tama, mari kita ketahui bersama, bahwa imprimatur dan nihil obstat dari pihak otoritas Gereja kepada suatu buku atau tulisan, dapat menjadi filter pertama, bahwa suatu tulisan tersebut secara umum tidak mengajarkan hal yang bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Namun demikian, bukan berarti bahwa setiap kata, titik dan koma dari tulisan tersebut dijamin pasti 100% benar dan persis sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja, dan bernilai infallible.

          Demikianlah halnya dengan tulisan di New Advent Encyclopedia. Secara umum tulisan- tulisan di sana memang baik; dan ensiklopedia itu mempunyai imprimatur dan nihil obstat, dan karena itu kami di Katolisitas sering mengacu kepada tulisan- tulisan di sana. Nah, berkaitan dengan Easter, di sana tertulis:

              Easter

          “The English term, according to the Ven. Bede (De temporum ratione, I, v), relates to Estre, a Teutonic goddess of the rising light of day and spring, which deity, however, is otherwise unknown, even in the Edda (Simrock, Mythol., 362); Anglo-Saxon, eâster, eâstron; Old High German, ôstra, ôstrara, ôstrarûn; German, Ostern.

          Di sini kita melihat bahwa Ven. Bede (673-735) menuliskan pandangannya tentang asal usul kata Easter. Ven. Bede sendiri adalah seorang pengarang dan ahli sejarah Inggris, dan pada saat ia menuliskan tentang asal usul kata Easter ini, ia menyampaikan pendapat pribadinya yang tidak memiliki kekuatan hukum seperti jika seorang Paus mendefinisikan suatu ajaran. Yang disampaikan di sini adalah suatu pandangan dari Ven. Bede, dan kita tidak harus menempatkannya sebagai suatu kebenaran.

          Intinya di sini, seperti yang telah diuraikan di atas, memang ada banyak perkiraan tentang asal usul kata Easter, tetapi bagi kita umat Kristiani, Easter berasal dari Eostur atau Ostern (Ost/ erster dan stehen dalam bahasa Jerman) yang berkaitan dengan arti ‘kebangkitan’. Hal inilah yang kurang lebih juga disampaikan dalam New Catholic Encyclopedia, book V, yang dikeluarkan oleh the Catholic University of America.

          Jadi, tidak menjadi masalah, jika seandainya memang ada budaya masyarakat yang pada jaman tertentu yang mengakui adanya dewi Estre itu (atau bahkan Isthar). Tetapi bagi kita umat Kristiani, Easter itu tidak mengacu kepada mereka. Yang kita akui adalah Easter berhubungan dengan perayaan kebangkitan, yaitu kebangkitan Kristus. Hal yang mungkin dulu sudah ada dalam suatu budaya tertentu, yang mungkin juga merayakan musim semi dan musim kehidupan baru ini, disempurnakan dan digenapi di dalam Kristus yang adalah Putera Allah yang menjelma menjadi manusia, yang bangkit dari alam maut, untuk memberikan hidup baru yang kekal kepada dunia. Maka segala perayaan yang sudah ada di jaman kuno (jika memang ada) itu merupakan gambaran samar- samar akan kebenaran tentang adanya Kebangkitan yang digenapi dalam arti sesungguhnya di dalam Kristus.

          Mungkin relevan jika kita mengacu pada apa yang disampaikan dalam dokumen Konsili Vatikan II, Pernyataan tentang hubungan Gereja dengan agama- agama bukan Kristiani, Nostra Aetate, 2:

          “Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.”[4]

          Maka Gereja Katolik tidak menolak untuk merayakan Kebangkitan, karena memang Kebangkitan itu benar dan sungguh terjadi di dalam Kristus. Jika memang ada budaya kuno yang telah merayakan kebangkitan/ kehidupan baru di musim semi, itu bisa saja terjadi; tetapi kebangkitan dan kehidupan baru yang dirayakan oleh iman Kristiani tidak mengacu kepada perayaan tersebut, tetapi kepada kebangkitan dan kehidupan baru di dalam Kristus.

          Demikian, semoga ulasan di atas bermanfaat bagi kita semua.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Apakah tradisi tsb sesuai alkitab atau akar ibrani, atau ada kitab suci yang mengesahkan

            [Dari Katolisitas: Tradisi Gereja merayakan hari Kebangkitan Kristus sudah dicatat dalam Kitab Suci, dan dirayakan oleh Gereja sejak abad awal. Tentang hal ini sudah ditulis si artikel ini, silakan klik. Maka Tradisi merayakan Kebangkitan Kristus bukan berasal dari akar Ibrani, tetapi dari Tradisi para Rasul, yang telah dilakukan oleh Gereja sejak abad pertama]

  8. Sehubungan dengan perayaan paskah, ada satu pembahasan yg ini saya tanyakan.

    Bahwa ucapan selamat “happy easter” itu salah kaprah. Karena..Easter sendiri asal katanya berasal dr seorang dewi Isthar. Dan perayaan easter yg diceritakan d alkitab, itu dirayakan oleh raja Herodes yg notabene bukan seorang kristiani. Sehingga ucapan “Easter” sebaiknya diganti dg kata “Passover” yg lebih alkitabiah, sehingga lebih cocok kata “Happy Passover”. Pembahasan ini memang dibuat oleh seorang pendeta kristen. Saya ingin tahu dari sudut pandang katolik seperti apa. Apakah benar kata “Happy Easter” tidak boleh dipakai (krn mengacu pada penyembahan berhala)?

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.