Pertanyaan:
Shalom mbak ingrid,
Saya membaca di wikipedia tentang 7 paus yg mempunyai sejarah hidup yg kelam. Menurut agama kita katolik bahwa paus dipilih oleh tuhan. Apa benar ya mbak kisah hidup 7 org paus kita seperti itu? Mohon dijelaskan ya mbak saya bingung Sebelumnya saya ucapkan terimakasih .
Salam sejahtera
sonya
Mulai dari kasus gundik dan memiliki anak tidak sah sampai mengikuti pesta dansa dan melakukan pemufakatan jahat, ternyata Vatikan menyimpan sejarah yang kelam. Memang benar bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Berikut adalah 7 orang Paus yang korup dan berbuat di luar kesuciannya :
7. Paus Clement VII (Paus 1523-1534)
Clement VII (Portrait by Sebastiano del Piombo, c. 1531)
Selain mendukung Protestant Reformation ( sebuah gerakan reformasi di Eropa ketika beberapa denominasi memisahkan diri dari gereja Katolik), Paus Clement VII juga terkenal karena bergabung dengan aliansi antara Perancis, Spanyol dan Jerman. Meskipun menjelang kematian ia bersandar ke kekuatan politik Perancis. Paus Clement VII meninggal dunia pada tahun 1534 setelah memakan jamur beracun.
Clement seringkali mengubah pandangan politiknya mengikuti siapa yang paling kuat dan kaya di setiap waktu. Sebagai hasil ketidak setiannya, seorang pengritiknya, Charles V menyamankan Clement dengan seorang gembala yang telah melarikan diri umatnya dan kembali sebagai serigala, menurut “The Pontificate of Clement VII: History, Politics, Culture” (Ashgate Publishing, Ltd., 2005)
6. Paus Leo X (1513-1521)
Cardinal Giovanni de’ Medici/Pope Leo X (en.wikipedia.org)
Paus Leo X tidak hanya mengijinkan tetapi mendorong jamaahnya untuk membayar dosa-dosa mereka – secara harfiah. Pemimpin agama yang korup ini suka menempatkan harga pada dosa-dosa orang lain dan meminta mereka untuk memberinya uang sebagai imbalan untuk membebaskan kesalahan mereka. Paus Leo X juga mengancam bahwa jiwa jamaahnya tidak akan mampu masuk surga jika tidak membayar sejumlah uang. Leo X menetapkan denda bagi yang melakukan dosa atas kejahatan seperti pembunuhan, inses, dan pencurian, menurut buku “Pope Leo X: Opponent of the Reformation” (Compass Point Books, 2006)
Leo X secara tegas menentang Protestant Reformation, yang diilhami oleh argumen Martin Luther terhadap metode amoral gereja untuk mendapatkan dana berdasarkan ketakutan masyarakat berupa ancaman tidak masuk ke surga.
5. Paus Julius II (1503-1513)
Julius II (en.wikipedia.org)
Meskipun telah mengucapkan sumpah suci sebagai Paus, Julius II dilaporkan memiliki beberapa gundik dan setidaknya satu anak tidak sah (beberapa sumber menunjukkan bahwa ia memiliki dua anak perempuan lain yang meninggal saat anak-anak). Pada tahun 1511, dewan mengajukan tuntutan terhadap Julius II karena tindakan cabulnya. Dewan menyatakan bahwa Julius II menutupi tindakan cabul (boroknya) yang memalukan, menurut Dr Joe J. Payyapilly dalam buku “The Spirit of Holiness” (Xlibris Corporation, 2010).
Meskipun Julius II adalah penggemar seni dan kolektor patung kuno, tapi tidak percaya pada pepatah atau seni yang baik. Julius II memaksa Michelangelo untuk menyelesaikan Sistine Chapel sebelum ia siap untuk melakukannya, menurut buku “The Western Heritage” (Prentice Hall, 2000).
Michelangelo tidak pernah sempat menyelesaikan makam Paus Julius II walaupun telah meninggal, menurut “Christianity: the First Two Thousand Years” (Continuum International Publishing Group, 1997).
4. Paus Alexander VI (1492-1503)
Pope Alexander VI (en.wikipedia.org)
Menurut buku “The Last Judgment “(Macmillan, 2009), Alexander VI terlibat kisah asmara dengan beberapa perempuan termasuk Giulia Farnese (dikenal sebagai Julia the Beautiful), dan memiliki anak tidak sah banyak dengan istrinya dulu, Vannozza dei Cattani (yang pernah dinikahi oleh Alexander VI),
Gaya hidupnya yang hedonistik sangatlah memalukan. Bahkan pada saat kejahatan dan kekerasan marak di jalan-jalan di Roma, Paus malah menyibukkan diri dengan menghadiri pementasan drama komedi, perjamuan mewah, melakukan penyamaran dan pesta dansa. Semua aktifitasnya tersebut dibayar dengan dana gereja, menurut buku “The Borgia Pope” ( Kessinger Publishing, 2006). Sebagai reaksi atas gaya hidupnya yang playboy, menurut rumor yang mulai muncul ke permukaan bahwa Alexander VI sering mengatur pesta seks.
3. Paus Benediktus IX (1032 dan 1048)
Pope Benedict IX (en.wikipedia.org)
Paus Benediktus IX mendapatkan kekuasaan dan kekayaan sejak usia dini karena adanya hubungan yang erat antara keluarganya dengan gereja. Benediktus IX mewarisi gelar Paus karena dia adalah keponakan dari kedua Paus sebelumnya yaitu Paus Yohanes XIX dan Paus Benediktus VIII. Menurut buku “The Rise of the World Medieval, 500-1300” (Greenwood Publishing Group, 2002), saat berumur 20 tahun Benediktus IX dengan cepat sudah menggapai suatu reputasi sebagai Paus yang “kejam dan tidak bermoral” .
Bahkan Paus Viktor III menulis dalam bukunya “The Spirit” tentang Benediktus IX, yang dikatakannya sebagai paus yang begitu keji, busuk dan reputasinya buruk sekalikarena terlibat dalam kasus pembunuhan, perkosaan dan tindakan amoral lainnya.
Saint Peter Damian juga mengatakan hal yang sama tentang Benediktus IX dan menyebut Benekditus IX sebagai “amoralis yang suka berpesta” dan “setan dari neraka yang menyamar sebagai imam”. Dalam tindakan terakhirnya sebagai paus yang korup, Benediktus IX memutuskan untuk menjual gelarnya yang kudus senilai 1.500 pon (680 kilogram) emas sebagai mahar pernikahannya.
2. Paus Yohanes XII (955-964)
Pope John XII (en.wikipedia.org)
John XII mendapatkan gelar Paus pada usia 18 tahun, tapi terkenal sebagai Paus yang malas dan kekanak-kanakan. Kritikan tersebut disampaikan oleh banyak imam dan otoritas keagamaan.
“Patrologia Latina,” kumpulan tulisan-tulisan para pemimpin gereja yang berisi daftar kesalahan yang dilakukan oleh John XII, termasuk dianggap setan, membunuh dan melakukan mutilasi pada orang, melakukan pembakaran dan berjudi. Menurut “A History of the Church in the Middle Ages” (Psychology Press, 2002), para pemimpin gereja juga mengklaim bahwa John XII telah mengubah istana kepausan menjadi sebuah rumah bordil dengan melakukan perzinahan terhadap banyak perempuan, termasuk dua janda dan keponakannya sendiri serta pacar ayahnya dalam waktu yang lama.
John XII menjadi paus selama 9 tahun dan meninggal akibat stroke. Konon meninggal di tempat tidur dengan seorang wanita yang sudah menikah, menurut buku “A History of the Church in the Middle Ages“
1. Paus Stefanus VI (896-897)
Stephen VI (en.wikipedia.org)
Argumen yang mendukung sebagai daftar Paus tidak bermoral yaitu Stephen VI ditetapkan sebagai Paus karena membunuh pendahulunya, Paus Formosus. Stephen VI melakukan hal tersebut sebagai tindakan balas balas dendam karena ia merasa telah dikhianati oleh pendahulunya tersebut.
Stephen mengatur jalannya pengadilan dan memerintahkan mayat Formosus yang telah dikubur selama sembilan bulan untuk digali. Kemudian Stephen melucuti jubah kepausan suci dan takhta di kepala mayat Formosus. Selanjutnya Stephen mengenakan jubah dan meletakkan takhta tersebut ke atas kepalanya sambil mengucapkan mengucap sumpah atas nama almarhum agar tidak bisa diadili.
Selanjutnya Stephen VI menghilangkan mayat Formosus dengan membuangnya ke pemakaman umum. Segera setelah itu, terjadilah gempa di Roma yang menghancurkan basilika kepausan. Kerusakan gempa itu adalah tanda dari Tuhan untuk menghukum perbuatan Stephen.
Menurut A History of the Church in the Middle Ages , setelah gempa tersebut terjadilah kerusuhan yang dilakukan oleh pendukung Formosus dan berhasil menggulingkan kekuasaan Paus Stephen VI. Stephen VI ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah. Di dalam penjara itulah Stephen VI meninggal dunia akibat dicekik oleh penghuni penjara.
Selanjutnya mayat Formosus digali kembali dan dimakamkan di Rover Tiber dengan upacara keagamaan yang sewajarnya.
Jawaban:
Shalom Sonya,
Tidak dapat dipungkiri bahwa memang sejarah mencatat kehidupan beberapa Paus yang hidupnya tidak memberikan kesaksian yang baik tentang imannya. Beberapa contohnya –seperti yang anda tanyakan– saya lampirkan di bawah ini (saya mengambil sumber dari New Advent Encyclopedia dan New Catholic Encyclopedia):
1. Paus Clement VII (1523-1534)
Giulio de’Medici (Clement VII) naik menjadi Paus menggantikan Paus Adrian VI. Di masa kepemimpinannya memang terjadi banyak masalah, yaitu berkembangnya revolusi Protestan, pertentangan politik antara Raja Francis I dan Kaisar Romawi Charles V, dan masalah permohonan pembatalan perkawinan Raja Henry VIII (Raja Inggris) dan kebutuhan untuk mengadakan reformasi Gereja.
a. Paus memihak reformer Protestan?
Setelah menjadi Paus, Clement VII memang menyampaikan keinginannya kepada Kaisar Charles V untuk mengadakan rekonsiliasi dengan para pengikut Luther. Kaisar Charles V menginginkan agar Paus mengadakan konsili, namun Paus menolak. Dua kali Paus bertemu dengan kaisar, namun mereka tidak mencapai kata sepakat, sehingga akhirnya di akhir pontifikat, masalah ini tidak terselesaikan, dan malah semakin parah. Karena sikapnya inilah, kemungkinan ada orang yang mencatatnya sebagai Paus yang kurang tegas, dan seolah membela pihak reformer Protestan. [Kita tidak pernah mengetahui alasan persisnya, namun mungkin saja justru ia ingin mengusahakan rekonsiliasi, tanpa perlu mengeluarkan pernyataan “anathema“, seperti umumnya yang dinyatakan dalam konsili. Namun kemudian sejarah mencatat, bahwa akhirnya konsili tetap diadakan (Konsili Trent 1545- 1563) setelah masa pontifikat Clement VII, karena biar bagaimanapun Gereja perlu menyatakan kembali ajaran benar, dan menolak ajaran yang salah.
b. Paus memihak Perancis?
Terhadap persaingan politik Francis I dan Charles V, Paus berusaha tetap menjaga kondisi status quo, tidak memihak keduanya, namun ternyata tidak semudah itu. Pertikaian antara kedua Raja antara lain disebabkan oleh membelotnya panglima perang Raja Francis I yang bernama Duc de Bourbon, yang kemudian menjadi panglima perang Kaisar Charles V, dengan nama Constable Bourbon. Namun kemudian Kaisar Charles V kekurangan dana untuk membayar tentara di bawah pimpinan Constable tersebut, sehingga para serdadu mengancam akan memberontak. Dalam situasi ini Paus terombang- ambing akan kekuasaan kedua Kaisar. Akhirnya Raja Francis I ditangkap oleh tentara Spanyol dan diasingkan ke Madrid (14 Jan 1526). Raja Francis I lalu menyerahkan klaimnya di Italia. Pada bulan Mei 1526, Paus Clement VII membuat perjanjian dengan Perancis yang bersekutu dengan Venice dan Florence (tempat kelahiran Paus), untuk memeriksa perkembangan kekuasaan Charles V yang menciptakan suasana kegelisahan di Italia, terutama di Florence. Hal ini membuat Raja Charles V marah, dan kemudian menekan Paus untuk membayar tentara perang pimpinan Constable Bourbon. Demi keamanan, Paus setuju untuk membayar 60,000 ducats, dan bahkan tentara kaisar Charles kemudian memaksa pembayaran sebanyak 100,000 ducats. Namun pengorbanan ini ternyata masih dianggap kurang. Tentara bayaran tersebut yang banyak di antaranya adalah Lutheran memaksa Constable Bourbon untuk mengadakan perampokan/ penjarahan kota Roma. Terjadilah the Sack of Rome selama delapan hari, di mana terjadi penjarahan gedung- gedung gereja Katolik, para wanita termasuk para biarawati diperkosa, kedutaan dijarah, para kardinal diculik, dan upacara keagamaan diobrak- abrik dan para tentara berkelahi untuk memperebutkan hasil jarahan. Kerusuhan dan penjarahan ini mengakibatkan pemenjaraan Paus di Castel Sant’Angelo selama sekitar 7-8 bulan. Namun kemudian Paus bebas dan kembali ke Roma tahun 1528, dan akhirnya mengadakan perjanjian damai dengan Raja Charles V. Paus bahkan memahkotai Raja Charles di tahun 1530, dan perjanjian ini setidaknya menjadikan kondisi yang damai di Italia.
c. Paus tidak memihak Inggris?
Situasi menjadi lebih rumit lagi ketika pada saat itu juga terjadi kasus permohonan Anulasi (pembatalan perkawinan Raja Inggris) Henry VIII yang sudah menikah selama 18 tahun dengan Ratu Catherine dari Aragon, tetapi mereka tidak mempunyai keturunan, sehingga Raja Henry VIII berminat untuk menikah lagi dengan Anne Boleyn. Paus menunda untuk memberikan keputusan dengan harapan Raja Henry akan mengurungkan niatnya untuk menikahi Anne Boleyn. Ternyata harapan Paus tidak terjadi. Akhirnya dikeluarkannya keputusan tanggal 23 Maret 1534, tribunal kepausan menyatakan bahwa pernikahan Raja Henry VIII dengan Ratu Catherine tetap adalah perkawinan Kristiani yang sah. Namun sementara itu Raja Henry VIII sudah memisahkan diri dan membentuk skisma, yang kemudian menjadi pemimpin gereja Anglikan di Inggris.
Melihat fakta- fakta di atas, maka memang ceritanya cukup rumit, ada banyak kepentingan politik saat itu yang tidak dapat kita pahami sepenuhnya. Maka cukup sulitlah juga untuk menilai apakah benar Paus “seringkali mengubah pandangan politiknya mengikuti siapa yang paling kuat dan kaya di setiap waktu,” seperti yang dituduhkan. Walaupun sepertinya Paus tidak bermaksud memihak, namun kenyataannya tidak mudah, terutama juga dengan adanya keterlibatan para kaisar dan tentara pada jaman itu.
Para ahli sejarah setuju tentang karakter Paus Clement VII, yaitu ia adalah pertama- tama seorang diplomat, baru kemudian pemimpin rohani. Ia adalah seorang yang pandai namun diplomasinya lemah dan tidak tegas. Namun demikian, kehidupan pribadinya tidak tercela. Ia mempunyai banyak sifat- sifat yang positif, tetapi tidak memiliki sifat- sifat kepahlawanan dan kebesaran jiwa sebagai pemimpin. Mungkin saja sifat- sifatnya tidak populer, namun secara obyektif Paus Clement VII tidak mengajarkan hal yang salah. Ia bahkan dengan gigih mempertahankan ajaran Kristus tentang Perkawinan Kristiani yang tak terceraikan sampai mati (indissolubility of marriage), jika sudah sah sejak awalnya; walaupun taruhannya adalah terjadinya skisma. Di sini malah terlihat bahwa walaupun kepribadiannya mungkin lemah sebagai pemimpin, tetapi ketika sampai pada hal ajaran/ doktrin Gereja, ia tidak mau berkompromi. Jadi bahwa ia tidak memihak Raja Inggris, itu bukan karena urusan politik, tetapi karena ia tidak bisa menyetujui perbuatan Raja Henry VIII yang ingin menikah kedua kalinya.
Pada masa pontifikal Paus Clement VII lahirlah gerakan reformasi Gereja Katolik, yang dipelopori oleh the Oratory of the Divine Love, di Italia, dan kemudian timbullah tokoh- tokoh reformasi Katolik seperti Cajetan, Gian Pietro Carafa (Paulus IV), St. Ignatius dari Loyola (Jesuit), dan St. Angela Merici (Ursulin), dst.
2. Paus Leo X (1513-1521)
Pontifikat Paus Leo X diingat orang terutama karena pada masa kepemimpinannya terjadi pemisahan diri dari Martin Luther (1517) yang dipicu oleh kontroversi soal adanya surat indulgensi, yang sering disalahartikan sebagai penjualan surat pengampunan dosa. Tanggapan ini keliru, sebab maksud surat indulgensi itu bukan ‘membayar/ menyumbang sejumlah uang supaya dosanya diampuni’, tetapi ‘menyumbang sejumlah uang sebagai tanda kasih setelah pertobatan dari dosa’.
Paus Leo X (Giovanni de’ Medici) menjadi Paus pada tahun 1513, diusianya yang ke-38. Ia adalah Paus yang menyukai kesenian, musik, pertunjukan teater, aneka pertandingan, namun ia juga adalah seorang Paus yang murah hati dalam gerakan sosial, mendukung biara- biara, rumah sakit, para pelajar yang miskin, para prajurit, peziarah, pengungsi, penyandang cacat dan sakit, dan ia gemar berderma. Kedua jenis sifat- sifat ini nampak jelas dalam pribadi Paus Leo X. Dalam kepemimpinannya ia mendukung banyak karya sastra, karya seni dan ilmu pengetahuan, sehingga Roma menjadi pusat sastra di Eropa pada saat itu. Paus juga mendukung karya seni, terutama lukisan dan pahatan, dan beberapa tokoh seniman besar seperti Raphael dan Michael Angelo hidup pada masa Paus Leo X.
Di masa kepemimpinannya, Perancis beraliansi dengan Venice bermaksud untuk menguasai Milan, sedangkan Spanyol, dan Inggris beraliansi menentang Perancis. Awalnya Paus tidak memihak namun kemudian ia mengikuti kebijakan para pendahulunya, yaitu menentang rencana Perancis. Tahun 1513 itu juga terjadi rekonsiliasi dengan Perancis, dan para kardinal yang skismatik memperoleh pengampunan dan diterima kembali. Namun keadaan damai ini tidak berlangsung lama. Tahun 1516 Raja Spanyol berperang melawan Perancis dan Venesia, tapi kemudian mereka beraliansi demi memperoleh Italia Utara. Oleh karena itu posisi Paus menjadi terjepit. Dalam hal politik Paus nampaknya memang tidak tegas, namun itu tidak menjadikannya pengajar ajaran sesat. Sebab hal politik memang tidak berkaitan dengan hal doktrin Gereja.
Pada tahun 1517 terjadi Reformasi Protestan di Jerman yang dipelopori oleh Martin Luther. Saat itu Paus memberikan ijin untuk dikhotbahkannya tentang indulgensi di Jerman, agar diperoleh dana untuk membangun basilika St. Petrus di Roma. Tentang dasar pengajaran tentang Indulgensi pernah ditulis di sini, silakan klik. Sekarang mari kita melihat, bagaimana sebetulnya seseorang mendapatkan indulgesi. Tidak pernah Gereja mengajarkan bahwa indulgensi dapat diperoleh dengan uang. Gereja mengajarkan bahwa indulgensi tidak dapat dibeli, namun seseorang mendapatkan indulgensi dengan: 1) perbuatan kasih, 2) perbuatan baik: doa, berpuasa, dan memberikan sedekah/ derma, yang semuanya harus dilakukan dengan disposisi hati yang benar. Derma (almsgiving) selalu menjadi salah satu ungkapan perbuatan kasih (lih. Mat 6:2). Memberikan uang tidak dapat membeli indulgensi, namun memberi uang dengan dasar kasih membuat seseorang dapat memperoleh indulgensi. Kita melihat contoh bagaimana Yesus sendiri memuji persembahan janda miskin (Mk 12:41-44; Lk 21:1-4). Yesus memujinya bukan karena janda miskin memberikan uang, namun karena disposisi hatinya. Sebaliknya Gereja juga tidak memberikan indulgensi kalau seseorang memberikan uang tetapi tidak sebagai ungkapan kasih; sebab semuanya tergantung dari disposisi hati. Semua indulgensi selalu mensyaratkan “disposisi hati yang benar“.
Sayangnya, pada saat itu pengkhotbah Dominikan, Johann Tetzel yang diutus berkhotbah di Juterbog, Jerman, membuat suatu pantun yang memang “salah kaprah”, yang intinya seperti ini, “Begitu terdengar bunyi emas di kotak, bangkitlah jiwa menuju surga.” Maka kesannya seolah-olah orang didorong untuk menyumbang supaya dapat masuk surga. Padahal, jika kita membaca tentang ajaran indulgensi, terlihat bahwa yang dihapuskan dengan indulgensi itu adalah siksa dosa temporal dari dosa-dosa yang sudah diampuni (melalui Sakramen Tobat) dan bukan membebaskan seseorang dari siksa dosa dari dosa yang belum terjadi. Maka, yang mengampuni dosa tetaplah Kristus melalui para imam-Nya, dan sesungguhnya, perbuatan apapun tidak dapat menggantikan peran Kristus untuk mengampuni dan menyelamatkan seseorang. Yang diperoleh dari indulgensi ‘hanyalah’ penghapusan siksa dosa yang harus ditanggung seseorang, dari dosa yang sudah diampuni oleh Tuhan Yesus. (Doktrin Indulgensi terkait dengan doktrin Sakramen Tobat, Api Penyucian, dan mendoakan jiwa orang-orang beriman yang sudah meninggal. Doktrin-doktrin inilah yang kemudian ditolak oleh gereja Protestan).
Praktek korupsi yang terjadi sehubungan dengan penerapan ajaran indulgensi inilah yang diprotes oleh Martin Luther. Dalam 95 thesis yang diletakkan di pintu gereja tersebut tak lama setelah Tetzel datang, thesis no.27 Luther memprotes pantun Tetzel, dan thesis no. 50 dan 86 memprotes pembangunan basilika St. Petrus. Namun Luther sendiri sebenarnya tidak menolak prinsip pengajaran tentang indulgensi; ia hanya menentang penerapannya. Thesis no. 49 membuktikan hal ini di mana Luther mengatakan bahwa indulgensi sebenarnya “berguna”. (Sumber: Martin Luther, Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, 1517, Project Wittenberg, 2 July 2008).
Dan kemudian beberapa konsili, the Councils of Fourth Lateran [1215], Lyons [1245 and 1274] and Vienne [1311-1312]. Dan di Konsili Trente [1545-1563], Paus Pius V membatalkan segala peraturan indulgensi yang melibatkan transaksi keuangan. Maka sampai sekarang, derma tidak termasuk dalam perbuatan yang disyaratkan untuk memperoleh indulgensi. Namun demikian, Gereja tetap mempunyai kuasa untuk melepaskan umat dari siksa dosa temporal akibat dari dosa-dosa yang sudah diakui dalam Sakramen Pengakuan Dosa.
Perlu diketahui di sini, bahwa indulgensi tidak pernah diperjualbelikan/ “for sale” seperti yang dituduhkan. Meskipun indulgensi pada jaman paus Leo X dapat diperoleh dengan menyumbang, namun jangan dilupakan bahwa hati yang bertobat, dan segala persyaratan religius lainnya harus ditepati agar indulgensi tersebut dapat sah diberikan. Jadi bukan semacam membeli surat dan setelah itu dosa diampuni. Bukan demikian, karena sebelum menerima indulgensi, seseorang harus tetap mengaku dosa dan menerima sakramen Tobat terlebih dahulu, dan juga memenuhi persyaratan religius lainnya. Maka, indulgensi bukan untuk menggantikan peran sakramen Pengakuan Dosa maupun silih dosa/ penance yang diberikan kepada umat pada sakramen tersebut oleh imam.
3. Paus Julius II (1503-1513)
Paus Julius II memang dikenal sebagai Paus yang keras dalam kebijakan politik luar negerinya, Paus yang menjadi patron dalam hal seni (arts), namun sayangnya, juga sebagai Paus yang tidak terpuji kehidupannya sebelum menjabat menjadi Paus, karena ia mempunyai anak perempuan yang bernama Felice della Rovere, yang lahir tahun 1483. Tidak lama setelah kelahirannya, ibunya yang bernama Lucrezia Normanni kemudian menikah dengan Bernardino de Cupis, seorang pembesar di casa milik sepupu Paus Julius II. Sedangkan catatan Pompeo Litta, bahwa Paus Julius II mempunyai dua anak lagi yaitu Guilia dan Clarice, adalah keliru, karena kedua anak itu sesungguhnya adalah anak dari Felice (lihat Litta, “Famiglie Celebri Italiane” (Celebrated Italian Families), 1833).
Saya juga membaca sumber Wikipedia (sama dengan sumber yang anda sebutkan), tetapi saya tidak menemukan pernyataan adanya tuntutan dewan (mungkin maksudnya konsili) karena tindakan cabul Julius. Konsili yang dilakukan pada tahun 1511 adalah konsili yang diadakan oleh para kardinal skismatik di Pisa, diadakan oleh para kardinal yang menentang Paus karena tidak setuju dengan kebijakan politiknya yang menentang Perancis, dan bukan karena kehidupan pribadinya.
Walaupun sejarah mencatat hal-hal buruk pada Paus Julius II, yaitu kebijakan politiknya yang keras, yaitu perang untuk melawan pengaruh Perancis atas wilayah Italia dan Kepausan; serta fakta bahwa ia mempunyai seorang anak perempuan sebelum menjadi Paus, namun itu tidak menjadikannya sebagai pengajar yang sesat. Beberapa keputusan Paus Julius II sehubungan dengan pengaturan Gereja adalah: 1) ia mengeluarkan Bulla (Bull) tentang peraturan menentang simony dalam kepemilihan Paus, 2) mendirikan Kepausan di Haiti, San Domingo, Porto Rico, 3) menolak ajaran sesat yang menentang Inkarnasi oleh Piero de Lucca 1511, 4) mengadakan reformasi ordo dan biara, 5) mendirikan sekolah chant gerejawi Capella Julia, 6) mengadakan Konsili Lateran V untuk menghentikan pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan oleh Roman Curia, dan untuk menghentikan rencana- rencana kardinal skismatik; 7) menjadi patron seni. Bramante, Raphael dan Michael Angelo memberikan karya terbaik mereka hidup pada masa kepemimpinan Paus Julius II; 8) meletakkan batu penjuru gedung basilika St. Petrus.
4. Paus Alexander VI (1492- 1503)
Paus Alexander VI memang merupakan salah seorang Paus yang paling kontroversial. Kepemimpinannya diwarnai banyak hal yang sangat negatif, misalnya mempunyai hubungan dengan wanita Roma sampai mempunyai empat orang anak. Oleh karena itu memang hidupnya tidak lurus, ia banyak berpihak melindungi anak-anaknya, terutama Cesare Borgia. Pada masa kepemimpinannya juga terjadi perang dan pembunuhan salah seorang anggota keluarganya, yaitu suami dari salah seorang anak perempuannya. Selanjutnya, silakan membaca di link ini, silakan klik.
Membaca kisah hidup Alexander VI ini kita memang dapat menjadi sangat prihatin, atau mungkin lebih tepatnya tercengang, mengapakah ada seorang Paus yang hidupnya sedemikian. Namun kisah yang benar tidak perlu ditutupi, agar umat Katolik sendiri mengetahui bahwa memang dalam sejarah Gereja, terdapat beberapa Paus yang hidupnya tidak kudus. Paus Leo XIII dalam suratnya kepada Cardinal De Luca (1889) tentang pembelajaran Sejarah Gereja menyatakan, “Para ahli sejarah Gereja mempunyai tugas untuk tidak menyembunyikan apapun pencobaan yang harus diderita oleh Gereja karena kesalahan anak- anaknya, dan bahkan karena kesalahan para pemimpinnya sendiri.” Namun kesalahan yang dimaksud di sini adalah kesalahan pribadi orang yang bersangkutan, dan bukan kesalahan ajaran Gereja. Dengan demikian, martabat kepemimpinan St. Petrus tetaplah terjaga seperti dikatakan oleh St. Leo Agung (440-461), “martabat St. Petrus tidak berkurang bahkan dalam para penerusnya yang tidak layak.”
Dari fakta di atas, terlihat bahwa bahkan dengan situasi yang parah sekalipun, Gereja Katolik tidak sesat ataupun bubar. Sebab para Paus yang tak bermoral itu (contohnya Paus Alexander VI dan Paus Julius II) tidak mempromulgasikan ajaran apapun yang bertentangan dengan ajaran Kristiani. Ini adalah bukti dari janji Kristus sendiri, “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18)
5. Paus Benediktus IX (1032-1048)
Tidak banyak yang dicatat tentang kegiatan kepausan Paus Benediktus IX, kecuali mengadakan 2-3 sinoda di Roma, dan memberikan beberapa hak istimewa kepada gereja- gereja dan biara. Paus Benediktus IX ini memang juga dikenal sebagai paus yang tak bermoral. Kehidupannya yang sedemikian mengakibatkan perpecahan, sehingga dipilihlah seorang Paus tandingan (antipope), yaitu Yohanes, Uskup Sabina (1045), yang mengambil nama Sylvester III. Paus Benediktus memberhentikan Sylvester tahun itu juga, lalu memberikan tahtanya kepada Yohanes Gratian yang mengambil nama Gregorius VI (1045). Tetapi kemudian Benediktus menyesal dan ingin menggeserkan Gregorius. Kekacauan akan adanya tiga paus ini kemudian diatasi oleh Konsili Sutri (1046) dan seorang Uskup Jerman, Suidger, naik menjadi Paus, dan mengambil nama Paus Klemens II. Paus Benediktus masih berusaha kembali menjadi Paus, namun tidak berhasil, dengan naiknya seorang Paus Jerman berikutnya, yaitu Paus Damasus II (1048).
Akhir hidup Paus Benediktus IX tidak diketahui dengan pasti. Ada yang mengisahkan bahwa sampai ia wafat, ia masih terus berusaha kembali naik menjadi Paus. Namun kemungkinan fakta yang benar adalah seperti yang tertulis dalam tradisi biara pertapaan Grottaferrata, yang diturunkan oleh Pemimpin Pertapa Lukas (wafat 1085) yang didukung oleh pahatan dan monumen lainnya di dinding- dinding biara. Dituliskan di sana oleh pemimpin ke empat yang bernama Batholomeus (1065) bahwa Paus Benediktus datang kepada Bartholomeus untuk berkonsultasi. Atas saran Bartholomeus, Paus mengundurkan diri dari kepausan dan meninggal dalam penyesalan atas dosa- dosanya, di Grottaferrata. ((See “St. Benedict and Grottaferrata” (Rome, 1895), a work founded on the more important “De Sepulcro Benedicti IX”, by Dom Greg. Piacentini (Rome, 1747).))
6. Paus Yohanes XII (955-964).
Silakan anda membaca di sini, silakan klik, dan melihat bahwa Paus Yohanes XII ini memang pernah dituduh oleh sinode (963) para uskup (50 uskup Italia dan Jerman) bahwa ia melakukan sakrilegi, simoni, dusta, pembunuhan, percabulan dan incest. Paus Yohanes XII menolak mengakui sinode itu, namun kemudian timbullah kekacauan sampai terjadi penunjukan penggantinya yang mengambil nama Leo VIII, pada saat Yohanes XII masih menjabat sebagai Paus. Tidak ada pengajaran kepausan yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes XII.
7. Paus Stefanus VI (896-897)
Nampaknya ada kesalahan mengutip/ menerjemahkan pada sumber yang anda ambil. Di Wikipedia tidak dikatakan bahwa Paus Stefanus VI membunuh Paus pendahulunya, Paus Formosus. Yang dilakukan oleh Paus Stefanus – yang didukung oleh Kaisar Lambert dari Spoleto- adalah menggali kubur Paus Formosus, mengeluarkan mayatnya untuk diadili dalam sinode Cadaver (897). Seorang diakon ditunjuk untuk menjawab atas nama Paus Formosus, yang diadili karena semasa hidupnya menjalankan tugas sebagai Uskup ketika ia sudah diekskomunikasi, dan menerima tugas kepausan ketika ia menjadi Uskup Porto, dan beberapa tuduhan lainnya. Jasad tersebut kemudian dinyatakan bersalah, dilucuti pakaiannya, dipotong tiga jari tangan kanannya, dan kemudian jenazah Formosus itu dibuang di sungai Tiber. Pengadilan jenazah Formosus ini menimbulkan kerusuhan massa. Kerusuhan berakhir dengan dibunuhnya Paus Stefanus VI dengan dicekik. Demikianlah akhir dari masa kepausan Stefanus VI, yang tidak banyak melakukan tindakan kepausan, kecuali membatalkan ordo- ordo yang didirikan oleh Paus Formosus, dan memberikan beberapa hak istimewa (privileges) kepada gereja- gereja.
Berikut ini adalah juga daftar Paus yang pernah ditanyakan oleh pembaca yang lain:
8. Paus Innocentius III (1198-1216) membantai kelompok Kataris?
Di sini, saya rasa kita perlu melihatnya secara obyektif. Paus Innocentius III dikenal sebagai pembela dan pelindung Iman yang sejati dari ajaran sesat. Kelompok Kataris (yang mengaku sebagai kelompok puritan- yang murni), yang juga terkenal sebagai Albigenses (aliran Kataris dari Albi) memang pada saat itu menyebarkan ajaran yang sesat dengan begitu agresif dan menyebarkannya dengan paksa. Ajaran sesat itu adalah prinsip Dualisme, yang merupakan prinsip pengajaran ajaran sesat Manichaeism yang berakar pada ajaran Gnosticism pada abad pertama. Prinsip Dualisme ini sangat bertentangan dengan ajaran Kristiani. Dualisme percaya akan adanya dua kekuatan, yaitu kekuatan baik dan jahat. Kekuatan baik ini dikatakan sebagai pencipta alam spiritual yang tak kelihatan; sedangkan kekuatan jahat sebagai pencipta dunia material. Dengan demikian, mereka melihat bahwa tubuh/ materi adalah sesuatu yang jahat. Beberapa konsep yang keliru itu misalnya: 1) konsep keselamatan bagi mereka adalah ‘pembebasan dari tubuh’; 2) mereka membenci perkawinan, karena perkawinan memungkinkan terciptanya ‘tubuh’ yang baru 3) mereka mendukung homoseksualitas/ perkawinan sesama jenis; 4) mereka mentolerir/ mendorong tindakan bunuh diri, karena menyebabkan seseorang terlepas dari ‘tubuh’. Di atas semua itu, dengan konsep ‘merendahkan tubuh, mereka tidak menghargai Inkarnasi (Penjelmaan Tuhan Yesus menjadi manusia, dan mengambil ‘tubuh’ manusia). Dan karena Penjelmaan Kristus merupakan salah satu inti Iman Kristiani, maka dapat dimengerti bahwa ajaran Kataris ini sungguh sangat menentang kebenaran iman Kristiani. Semoga kita semua bisa menilai dengan obyektif, bahwa ajaran Kataris ini sungguh menyimpang!
Maka demi menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani, Paus Innocentius mengirimkan dua orang pertapa Cisterian, yaitu Rainer dan Guido kepada kaum Albigenses di Perancis, untuk mengajarkan kepada kaum Albigensian itu ajaran Iman yang benar. Kedua pertapa itu kemudian diikuti oleh Diego, Uskup Osma, dan St. Dominikus, dan dua utusan kepausan, Peter Castelnau dan Raoul. Namun misi ini ditolak dan dihina oleh pihak Albigenses. Maka ketika utusan kepausan, Peter Castelnau dibunuh tahun 1208, Paus Innocentius memutuskan untuk menghadapi mereka dengan kekerasan. Dalam moral teologi, ini disebut sebagai ‘just war’, karena sudah didahului cara-cara perdamaian, namun tidak berhasil, sedangkan kebenaran iman-lah yang menjadi taruhannya. Suatu keputusan yang sangat sulit harus dilakukan oleh Paus Innocentius III untuk menjaga kemurnian ajaran iman. Silakan membaca di link ini lebih lanjut tentang Paus Innocentius III, silakan klik.
9. Paus Urbanus VI (1378- 1389) menyiksa dan memenjarakan 6 kardinal?
Kisah tentang Paus Urbanus VI ini berkaitan dengan kondisi skisma yang dihasilkan setelah Tahta Kepausan dikembalikan dari Avignon ke Roma oleh Paus Gregorius XI (1378) yang mengakhiri Kepausan Avignon. Setelah Paus Gregorius XI wafat, orang-orang Roma mendesak agar Paus dipilih dari Italia, maka para kardinal memilih Paus Urban VI. Di awal kepemimpinannya terjadi pergolakan yang berkaitan dengan pemerintahan Naples, dan ia tidak mendengarkan advis dari para kardinalnya. Akhirnya para kardinal memberontak, dan kemudian 6 kardinal ini ditahan, dan disiksa, 5 di antara mereka dihukum mati. Ini memang adalah suatu perbuatan yang tidak bijaksana. Silakan membaca kelanjutannya di link ini, silakan klik.
Kemudian para kardinal memilih Paus tandingan bernama Clemens VII. Lalu konsili di Pisa diadakan tahun 1409, untuk menyelesaikan hal ini, tapi kemudian malah memilih Paus yang ketiga Alexander V, dan segera diikuti oleh Paus Yohanes XXIII (Paus tandingan/ anti-pope yang memakai nama Paus Yohanes XXIII). Akhirnya Konsili Konstance tahun 1417 menurunkan Paus Yohanes XXIII (paus tandingan tersebut), Paus Avignon (Benediktus XIII), dan Paus Roma Gregorius XII, lalu memilih Paus Martin V untuk meneruskan kepemimpinan Rasul Petrus, dan dengan demikian mengakhiri skisma.
Sejak saat itu, didekritkan bahwa tidak akan ada lagi Konsili yang mempunyai kuasa di atas para Paus, dan tidak ada lagi jalan untuk membatalkan pemilihan Paus oleh seorangpun kecuali oleh Paus itu sendiri.
10. Paus Clement XIV (1769- 1774) membubarkan ordo Jesuit?
Dalam hal ini memang kita tidak dapat mengetahui secara pasti mengapa Paus Clement XIV memutuskan demikian. Dikatakan di dalam Brief untuk membubarkan SJ tersebut tidak disebutkan secara jelas mengapa; namun jika kita melihat deskripsi sejarahnya, kemungkinan ini berkaitan dengan tekanan politik terhadap Paus. Maka St. Alphonsus Liguori mengatakan, “What could the poor pope do when all the Courts insisted on the suppresion [of the Jesuits]?” Atau Jesuit Cordara, “I think we should not condemn the pontiff who, after so many hesitations, has judged it his duty to suppress the Society of Jesus I love my order as much as any man, yet, had I been in the pope’s place I should probably have acted as he did. … (SJ), founded and maintained for the good of the Church, perished for the same good; it could not have ended more gloriously.” Silakan membaca selanjutnya di link ini, silakan klik
11. Paus Gregorius XVI (1831-1846) melarang teknologi kereta api?
Tanggapan ini kelihatannya terlalu berlebihan. Paus Gregorius XVI memang terkenal sangat konservatif dan tidak menyukai hal-hal yang baru. Namun bukan berarti ia melarang secara resmi teknologi kereta api, dan tidak ada dokumen yang menyatakan pandangannya yang demikian secara tertulis. Setahu saya yang mengungkapkan bahwa Paus Gregorius tidak menyukai kereta api adalah Charles Dickens, seorang novelis dari Inggris. Maka hal ini serupa dengan seseorang penulis yang merekam kesan/ pendapat seseorang akan sesuatu. Tentu rekaman komentar ini tidak bernilai mengikat, karena itu sifatnya hanya kesan pribadi.
12. Paus Pius XI (1922-1939) anti komunis tapi pro NAZI?
Tanggapan ini keliru. Bahkan di sumber yang netral di Wikipedia (silakan klik), kita dapat melihat bahwa faktanya tidak demikian. Paus XI terkenal sebagai Paus yang menjunjung tinggi martabat manusia, menentang komunisme, dan eksploitasi kapitalisme internasional. Surat ensikliknya yang terkenal adalah Quadragesimo Anno, yang merupakan salah satu sumber ajaran sosial Gereja yang penting.
Yang benar adalah memang Paus Pius XI dan Adolf Hitler menandatangai perjanjian Concordat 1933, yang dimaksudkan terutama agar negara yang bersangkutan (dalam hal ini Jerman) mengakui dan menjamin hak-hak umat Katolik di negara itu. Namun kenyataannya kemudian Hitler melanggar perjanjian itu, dan bahkan semakin menunjukkan kekerasan terhadap umat Kristiani. Maka pada tahun 1937 Paus Pius XI menulis ensiklik, Mit Brennender Sorge, yang ngecam ideologi Nazi yaitu racisme, totalitarianisme dan pelanggaran Nazi terhadap Concordat. Ensiklik ini mengecam ideologi nasional- sosialisme yang bersifat pagan, mitos rasis dan darah kebangsawanan, dan konsep yang salah tentang Tuhan.
“Whoever exalts race, or the people, or the State, or a particular form of State, or the depositories of power, or any other fundamental value of the human community—however necessary and honorable be their function in worldly things—whoever raises these notions above their standard value and divinizes them to an idolatrous level, distorts and perverts an order of the world planned and created by God; he is far from the true faith in God and from the concept of life which that faith upholds.” (Mit Brennender Sorge 8)
Fakta selanjutnya adalah umat Katolik di Jerman yang mencetak dan menyebarkan surat ensiklik itu dipenjara atau dibuang ke kamp konsentrasi. Hanya sayangnya, hal ini tidak diberitakan oleh dunia Barat; maka Paus Pius XI mengatakan ini sebagai “a conspiracy of silence“. Paus Pius XI tetap pada pendiriannya, dan ia mengajarkan, “Mark well that in the Catholic Mass, Abraham is our Patriarch and forefather. Anti-Semitism is incompatible with the lofty thought which that fact expresses. It is a movement with which we Christians can have nothing to do. No, no, I say to you it is impossible for a Christian to take part in anti-Semitism. It is inadmissible. Through Christ and in Christ we are the spiritual progeny of Abraham. Spiritually, we [Christians] are all Semites” ((Marchione 1997, p.53, as quoted by Wikipedia)).
Pada dasarnya Paus Pius XI mengatakan tidaklah mungkin bagi seorang Kristiani untuk menjadi anti Yahudi. Sebab melalui Kristus dan di dalam Kristus, kita semua adalah keturunan Abraham secara spiritual. Maka secara spiritual umat Kristiani adalah orang Yahudi. Dengan demikian, tidaklah benar bahwa Paus Pius XI pro-Nazi dan anti Yahudi.
13. Paus Pius XII membiarkan holokaus di Roma?
Gambaran yang menyatakan Paus Pius XII pro NAZI dan membiarkan holokaus adalah tuduhan yang keliru. Silakan membaca kesaksian bahkan dari kaum Yahudi sendiri bagaimana Paus malah melindungi mereka, dan berperan dalam menyelamatkan sedikitnya 700, 000 orang Yahudi atau malah 860, 000 orang, menurut Pinchas Lapide, seorang teologian Yahudi dan diplomat Israel dalam bukunya Three Popes and the Jews, seperti dikutip di Wikipedia. Bahwa ada yang mengatakan bahwa sebenarnya Paus XI mungkin dapat berbuat lebih banyak untuk melindungi orang Yahudi/ menyetop holokaus, itu mungkin masih dapat diperdebatkan (walau tetap tidak dapat memuaskan, karena tak seorangpun dari kita mengetahui secara persis keadaan yang dihadapi Paus pada saat itu), tetapi tuduhan yang mengatakan bahwa Paus Pius XII membiarkan holokaus dan tidak melakukan apa-apa untuk menyelamatkan orang Yahudi, itu adalah tuduhan yang sangat keliru. Silakan membaca selanjutnya di sini, silakan klik.
Demikianlah Sonya, yang dapat saya sampaikan menanggapi pertanyaan anda. Bagi saya walaupun sejarah mencatat beberapa Paus yang kontroversial, itu tidak menggoyahkan iman saya, dan malah sebaliknya, makin meyakinkan saya akan janji kesetiaan Kristus untuk menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman (Mat 28:20). Sebab jika hal itu terjadi pada organisasi manusia, maka organisasi itu sudah bubar sejak lama. Namun karena Kristus menjaganya dengan Roh Kudus-Nya, maka Gereja Katolik tetap eksis sampai sekarang. Semoga sebagai umat Katolik, kita semakin mensyukuri akan kasih setia Kristus yang dinyatakan kepada Gereja-Nya, dan marilah kita berdoa bagi Paus yang sekarang, Paus Benediktus XVI agar selalu dibimbing oleh Roh Kudus untuk memimpin kita semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam
saya ingin menanyakan beberapa kebenaran mengenai apa yang tertulis di buku sejarah gelap para paus karena itu membingungkan saya, bolehkan saya mendapat jawaban akan pertanyaan-pertanyaan berikut
1) Apakah Paus Yohanes XII mengelola pelacurandi gereja santo yohanes lateran dengan menunjuk kekasihnya Marcia sebagai pengelolanya ? (sejarah kegelapan para paus elex media)
2) Apakah benar Paus Yohanes XII membutakan mata seorang cardinal untuk mengebiri cardinal yang lain? Siapa kedua cardinal tersebut ?
3) Apakah paus Yohanes XII mati karena murka suami yang istrinya ditiduri paus ini ?
4) Siapa diakon yang ditunjuk Paus Stefanus VI untuk membela paus Formosus ?
5) Apakah benar paus stefanus VI mati karena dicekik?
6) Apakah paus Yohanes XII mengangkat kaisar roma Tahun 962 Otto I tetapi kaisar ini menyingkirkan Yohanes XII dan saat merebut kembali tahta Paus ini malah terbunuh?
7) Yang benar apakah paus Innocentius III mengerakkan perang salib IV (1204) utuk merebut tanah suci tapi gagal dan tentara salip merampok kota konstantinopel atau paus Innocentius karya kepausannya terhambat karena perang salib IV?
Shalom Aloysius,
Pertama-tama, jika kita membaca tulisan-tulisan yang semacam ini, kita perlu melihat, dari manakah sang penulis mengambil sebagai sumbernya. Sebab jika tidak ada, tulisan tersebut tidak dapat dianggap pasti benar. Mengenai prilaku Paus Yohanes XII yang tidak baik, memang diakui dalam catatan sejarah, dan Gereja Katolik juga tidak menutupi tentang hal ini. Namun bagaimana detailnya, memang tidak disebutkan. Sejujurnya tulisan-tulisan yang mendetail tentang hal ini, yang baru ditulis di abad-abad ini, sangatlah sulit untuk dibuktikan kebenarannya, karena langkanya sumber- sumber yang kredibel yang ditulis di sekitar abad tersebut, yang khusus mengulas tentang hal-hal tersebut. Justru karena langkanya sumber-sumber ini, maka ada kecenderungan topik semacam ini diangkat ke permukaan oleh sejumlah orang yang sejak awal tidak menyetujui kepausan, topik ini dijadikan buku atau film, dengan berbagai skenario yang sepertinya bisa dimasukkan/ ditambahkan dengan fakta umum yang sudah diakui oleh sejarah, yaitu bahwa kehidupan moral Paus Yohanes XII ini memang tidak baik, sehingga tidak sesuai dengan panggilan hidupnya sebagai seorang penerus Rasul Petrus. Dari skenario inilah, dapat disebutkan adanya kardinal ataupun orang-orang lain yang diperlakukan tak senonoh oleh Paus. Namun fakta bahwa nama-nama orang tersebut kurang jelas, umumnya hanya disebut first name tanpa nama keluarga dan tanpa sebutan tahun kejadian, juga mengindikasikan bahwa kisah itu dimaksudkan lebih untuk menimbulkan sensasi daripada menyampaikan fakta agar dapat dilacak kebenarannya.
Namun terlepas dari betapapun buruk kehidupan pribadi Paus Yohanes XII, hal itu tidak mengubah apapun tentang doktrin infalibilitas Paus. Karena yang dijamin tidak mungkin salah, itu bukan kehidupan pribadi Paus, tetapi ajaran yang dikeluarkannya dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus. Selanjutnya tentang apa itu infalibilitas Paus, silakan membaca di sini, silakan klik.
Tentang kisah hidup Paus Yohanes XII yang dicatat di ensiklopedia, dapat dibaca di sini, silakan klik.
Sumber yang umumnya diacu oleh sejumlah orang yang mengisahkan tentang buruknya prilaku Paus Yohanes XII, adalah tulisan Liutprand dari Cremona (wafat thn 970), yang bekerja untuk Raja Jerman Otto I, dan yang kemudian diangkat menjadi uskup, oleh pengaruh Raja Otto. Raja Otto I pada mulanya menjalin kerjasama dengan Paus Yohanes XII, namun ketika Raja Otto mensyaratkan kepatuhan Paus kepada Raja, maka Paus berubah pikiran dan kemudian menjalin persekutuan dengan Adelbert, Putera Raja Berengarius, yang adalah musuh Raja Otto I, sehingga hal ini mengakibatkan kemarahan Raja Otto. Raja kemudian menggunakan kekuasaannya untuk mengadakan sinoda yang dimaksudkan untuk menggulingkan Paus Yohanes XII. Dalam sinoda itu disampaikanlah kepada semua uskup yang hadir, dakwaan kepada Paus yang dibacakan oleh Uskup Liutprand. Dan sidang para uskup saat itu menyetujui agar Paus Yohanes XII diberhentikan.
Namun betapapun sepertinya ini masuk akal, tetapi menurut hukum Gereja, sinoda dan penurunan Paus ini cacat hukum, sebab Paus Yohanes XII tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan perkaranya, dan sinoda ini dilakukan atas prakarsa Raja, bukan atas prakarsa Gereja [dalam hal ini para uskup]. Terlepas dari pincangnya fakta yang dapat diperoleh untuk dapat melihat keseluruhan dari kasus ini, adalah suatu fakta bahwa Tuhan Yesus terus menjaga Gereja-Nya sehingga meskipun pernah dipimpin oleh Paus yang sedemikian, namun Gereja tetap eksis, dan ajarannya tidak berubah.
Dugaan bahwa Paus Yohanes XII wafat karena stroke saat melakukan perzinahan, itu disebut dalam catatan sejarah sebagai “according to rumor” (menurut kabar burung); yang disambut oleh Luitprand sebagai akibat dari perbuatan dosanya. Apakah itu benar atau tidak, sekali lagi tidak mengubah apapun tentang ajaran Gereja.
Selanjutnya, kisah sekilas tentang Paus Stefanus VI, sudah disampaikan di atas. Catatan sejarah mengatakan bahwa ia mati dicekik, tetapi siapa yang melakukan tidak dicatat. Sejujurnya, tidaklah perlu bagi kita untuk mengetahui nama orang yang mencekik, atau nama diakon yang ditunjuk untuk menjawab atas nama Paus Formosus yang sudah wafat itu. Catatan sejarah juga memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat diharapkan bahwa segala kejadian dapat direkam dengan sedetail-detailnya. Namun dari catatan sejarah yang sampai kepada kita, kurang lebih sudah dapat menjelaskan kepada kita akan apa yang terjadi pada saat itu. Selanjutnya silakan membaca di link ini, silakan klik.
Tentang Paus Innocentius III, silakan membaca di link ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya mau bertanya mengenai Sejarah Gereja, skisma-skisma yang terjadi,Perang Salib, dan sejarah adanya Paus yang ganda.
Lalu kalau mau melihat dokumen2 Gereja (ensiklik, dekrit, Surat Paus yg lain) saya bisa melihatnya dimana?
Terima kasih
Shalom Antonius,
Secara sekilas tentang Sejarah Gereja, Anda dapat membaca secara online di link ini, silakan klik. Di link New Advent Encyclopedia itu Anda dapat menggunakan fasilitas pencarian sehubungan dengan topik yang ingin Anda ketahui dalam sejarah Gereja. Termasuk tentang daftar para Paus (klik di sini), ada adanya anti-pope(s) (Paus ganda) dalam jangka waktu tertentu dalam sejarah Gereja. Jika Anda mau membaca tentang Paus yang bersangkutan, silakan klik juga di nama tersebut, yang membawa Anda ke artikel yang menuliskan tentang Paus yang bersangkutan.
Juga tentang Perang Salib, klik di link ini
, dan klik di link ini.
Atau jika Anda ingin membaca sejarah Gereja di abad-abad awal, silakan membaca tulisan sejarawan abad awal, yaitu Eusebius, (ada 10 jilid), silakan klik di link ini, lalu klik di setiap jilidnya (Book I- Book X).
Sedangkan tentang keberatan tentang beberapa Paus, silakan membaca di artikel di atas, silakan klik. Tentang Inkuisisi, klik di sini. Tentang Luther dan ekskomunikasinya, klik di sini.
Sedangkan kalau mau membaca ensiklik, dekrit atau dokumen ajaran Gereja yang lain, silakan Anda masuk ke situs Vatikan, vatican.va, klik di sini. Atau kalau Anda sudah tahu judulnya, silakan ketik dulu judulnya di Google, lalu Anda akan dihubungkan ke teks versi bahasa Inggrisnya di link vatican tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
seperti yang bu inggrid sampaikan “Sebab jika hal itu terjadi pada organisasi manusia, maka organisasi itu sudah bubar sejak lama. Namun karena Kristus menjaganya dengan Roh Kudus-Nya, maka Gereja Katolik tetap eksis sampai sekarang.” beberapa orang non-Katolik kerap kali membalas dengan “Gereja Katolik tetap ada untuk menggenapi Kitab Wahyu” bagaimana pendapatnya?
[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu beberapa artikel di bawah ini:
Apakah Gereja Katolik adalah “the Whore of Babylon”?
Apakah binatang pertama dalam Why 13= Gereja Katolik?
Satanisme di Gereja Katolik?
Kerajaan damai 1000 tahun
Mengapa Gereja Katolik tidak mengajarkan Kerajaan literal 1000 Tahun
Apa maksud 1000 tahun dalam Why 20:5?
Dan banyak artikel dan Tanya Jawab sehubungan dengan topik Akhir Jaman, di situs ini. Silakan menggunakan fasilitas pencarian di sudut kanan Homepage, dan silakan ketik kata kunci yang Anda cari, lalu enter. Silakan membaca terlebih dahulu artikel-artikel tersebut.]
Shalom pak Stef & bu Ingrid yg t’kasih…
Sya ad 1 p’tnyaan (yg mugkin klihatan agak sepele) ttg Bishop…
Sering sya m’dngar dr bbrapa sumber, @pn mnonton film2 ttg zaman p’tengahan- yg mna kbnyakan mnunjuk’n bhwa Bishop2 kta slalunya m’pnyai kuasa yg bsar, angkuh, bongkak & sering m’ambil ksempatan atas nma agama & mnindas golongan miskin.
Soaln sya- apakh prkara ini snguh2 brlaku? Bgaimna s’orang bishop yg sharusnya mulia, m’kuti teladan Yesus utk hdup dlm kkurngan harta (Mat 19:23) dpat pla b’sikap spt itu? Bukankh dlm p’jlanan m’jd s’orang bishop, sseorang sdh fham dgn tulus utk hdup mrendah hati..?
Sya fham, gereja t’dri dpd org2 b’dosa jg. Tp skurang2nya hujah sbgni x dpt dpertimbang’n utk kasus2 para bishop. Krna mreka sharusnya m’jd teladan bg umat utk hdup kudus & x mmenting’n ksenangn duniawi… Mlah wlupn skiranya ni b’laku, apakah x ad 1 bntuk teguran @ tkanan dr phak otoritas gereja- kePausan msalnya utk m’bendung bishop2 t’sbut dpd mnyalahguna’n kuasa..?
Sya harap pak & bu dpt m’nangkap maksud kberatan yg sya cuba utara’n… Ap pndangan pak & bu?
Mhon p’cerahan.
Thanx in advance.
Salam dmai dlm Kristus…
[Dari Katolisitas: Namanya juga film fiksi, maka tentu tidak dapat dipastikan kebenarannya. Lain kali kalau Anda melihat film macam itu silakan Anda ingat-ingat siapa nama Bishop itu, di mana dan tahun berapa, silakan dicheck di google. Sejujurnya, memang ada tendensi dari film-film dan pers Amerika untuk memojokkan Gereja Katolik, karena kelantangannya mengkritik moralitas di zaman sekarang, yang ternyata menjadi gaya hidup para insan/ artis/ aktor industri film.]
Tidak semua raja Israel berkenan di mata Allah. Daud & Salomo, Musa & Harun bisa jatuh ke dalam dosa. Adam & Hawa, Kain & banyak contoh lain menunjukkan betapa rapuhnya manusia. Kitab suci tidak menyembunyikan dosa mereka. Perbuatan yg menyimpang ya harus diluruskan, dikecam, ditegur, dihukum scr proporsional. Jika memang ada pribadi paus yg menyimpang, tdk scr otomatis lembaga kepausan ikut divonis bersalah. [Dari Katolisitas kami edit: Metaforanya jika di sebuah gedung sekolah, kepala sekolahnya tidak mampu memimpin sekolah dengan baik, maka tdk hrs gedungnya kita hujat/segel/rubuhkan].
Shallom, saya mendapat artikel ini di tempat lain didalam perdebatan, saya sedikit keliru mengenai hal ini:
====
From 867 to 1049 the Roman church became infested with corrupt immoral popes who claimed to the the head of the “one true church”. Some popes were assassinated by their successors, some had mistresses whose illegitimate sons become popes. One worshipped pagan gods and turned the papal palace into a house of prostitution. Another sold his papacy for money. In 904 Pope Christopher was murdered by Pope Sergius III. Sergius III then had an illegitimate son by an adulteress who became John XI. In 955 Pope John II died in the act of adultery. Finally, in 1059, the Roman people lost their right to elect the pope and a college of cardinals was established to elect future popes. I am reminded of how apostates “profess to know God, but by their deeds they deny Him, being detestable and disobedient, and worthless for any good deed.
======================
Di harapkan dapat memberikan penjelasan sebenar tentang hal itu. saya tahu, artikel itu hanya menipu semata-mata dan saya cuma ingin tahu apakah benar seperti yang dikatakan didalam artikel itu? terima kasih!
Shalom Kebenaran,
Dalam sejarah Gereja, memang terdapat beberapa Paus yang hidupnya tidak sesuai dengan panggilan luhur yang diembannya sebagai penerus Rasul Petrus selaku pemimpin Gereja. Beberapa di antaranya telah pernah diulas di artikel ini, silakan klik.
Tentang Paus Sergius III, nampaknya tidak dapat dipastikan bahwa ia mempunyai anak di luar nikah, yang kelak menjadi Paus Yohanes XI. Sekilas tentang Paus Sergius III, dapat dibaca di link ini, silakan klik. Namun jika hal itu benar sekalipun, tidak membuktikan apapun tentang Infalibilitas Paus, sebab Infalibilitas Paus tidak ada hubungannya dengan kehidupan pribadi para Paus. Tentang Infalibilitas Paus, silakan klik di sini.
Selanjutnya tentang pemilihan Paus. Sejarah memang mencatat bahwa Paus Nicholas II pada tahun 1059 melalui In Nomine Domini, menentukan standar cara pemilihan Paus yang kemudian dikenal sebagai konklaf. Sebelum tahun 1059 pemilihan Paus tidak memiliki standar yang tertentu, sehingga dimungkinkan pemilihan melalui penunjukan dari Paus pendahulunya, ataupun yang melibatkan pengaruh pemimpin sekular. Namun demikian saya tidak menemukan catatan bukti sejarah yang mengatakan bahwa sebelum 1059 rakyat Romalah yang memilih Paus sehingga setelah tahun 1059 rakyat Roma kehilangan haknya untuk memilih Paus/ “the Roman people lost their right to elect the pope“.
Lagipula, jika membaca Kitab Suci, kita ketahui bahwa para Rasul-lah yang memilih rasul lainnya, seperti halnya ketika pemilihan Rasul Matias (Kis 1:15-26). Pemilihan rasul ini tidak dilakukan oleh seluruh jemaat. Dengan demikian, jika Paus Nicholas kemudian menetapkan bahwa pemilihan Paus dilakukan oleh para Kardinal, ini sesuai dengan prinsip ajaran Kitab Suci, sebab para Kardinal adalah para penerus Rasul.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam, Kebenaran
Memang cukup memprihatinkan ketika kita melihat bahwa ada beberapa Paus pendahulu yang tidak menunjukkan teladan hidup Kristiani. Oleh sebab itu, mari kita, sebagai awam, berdoa dan mendukung sepenuhnya para klerus dan religius yang saat ini melayani Gereja. Kita saling mengingatkan dan menguatkan agar para klerus dan religius benar-benar menjalankan panggilan hidup mereka dengan baik, sehingga menjadi saksi dan teladan hidup.
Di sisi lain, kita sebenarnya juga tidak perlu merasa terpojokkan dengan adanya oknum-oknum yang berusaha menunjukkan luka-luka Bunda Gereja. hal seperti ini juga bukannya tidak terjadi di agama maupun institusi manapun. Gereja mjuga mengakui semua keburukan itu dengan rendah hati. Karena, selain Gereja memiliki dimensi kudus dari Kristus, Gereja juga lemah dan manusiawi karena tersusun juga oleh kita, para manusia yang mudah jatuh.
Dibalik kelemahan ini, marilah kita bersyukur karena Allah menunjukkan kebesaranNya dan pemeliharaanNya. Apabila Gereja hanyalah institusi biasa, sudah lama Gereja akan runtuh didera skandal-skandal dan bidaah yang menghadang. Namun, tetap satu dan tegaknya Gereja hingga hari ini adalah bukti penyelenggaraan Ilahi atas Gereja Katolik. Semua skandal itu juga mengingatkan kita bahwa kesucian adalah perjuangan, bukan otomatis. Bahkan seorang Bapa Paus pun harus memperjuangkan kesuciannya setiap hari. Semoga Allah memberi kita rahmat dalam berjuang hidup suci sebagaimana yang Ia telah karuniakan pada Bunda Maria. Amin.
Pacem,
Ioannes
Pro Sonya. Setelah pertanyaan anda mendapat jawaban dari katolisitas saya ingin mendengar tanggapan balik anda setujukah atau ada argumentasi lain. Dengan demikian diskusi akan mengalir dengan baik jangan lalu mengajukan topik lain. Trimakasih Salam damai.
[Dari Katolisitas: Dari nada suratnya, nampaknya Sonya hanya ingin bertanya tentang suatu pernyataan keberatan akan beberapa Paus. Mari kita memberikan kebebasan kepadanya, dalam hal untuk memberikan tanggapan lanjutan atau tidak.]
Shalom..
Dengan adanya kontroversi2 sebegini, apakah paus-paus tersebut masih suci ataupun mungkin sudah pergi ke neraka? Maaf jika soalan ini menyinggung perasaan mana-mana pihak, sebagai seorang Katolik saya berhak bertanya dan mendapatkan jawaban kan? :)
[dari katolisitas: Yang jelas, memang paus-paus yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan bahkan menyesatkan umat tentu saja akan diperhitungkan dalam pengadilan terakhir. Namun, apakah paus-paus tersebut masuk neraka, kita tidak akan pernah tahu, karena kita tidak tahu apakah sebelum akhir hayatnya mereka telah benar-benar menyesali dan meminta pengampunan dari Tuhan. Jadi, biarlah perkara masuk Sorga dan neraka kita serahkan kepada Sang Hakim Agung.]
Shalom,
di atas disebutkan “Pada masa pontifikal Paus Clement VII lahirlah gerakan reformasi Gereja Katolik, yang dipelopori oleh the Oratory of the Divine Love, di Italia, dan kemudian timbullah tokoh- tokoh reformasi Katolik seperti Cajetan, Gian Pietro Carafa (Paulus IV), St. Ignatius dari Loyola (Jesuit), dan St. Angela Merici (Ursulin), dst.”
Apakah ada artikel berbahasa Indonesia mengenai hal-hal apa saja dalam Gereja Katolik yang direformasi oleh reformis2 Katolik ini?
Pengetahuan ini tentu sangat berguna mengingat selama ini istilah “reformis Gereja” kebanyakan mengarah ke Martin Luther.
Terima kasih. GBU
Shalom Agung,
Reformasi di dalam Gereja Katolik sering dihubungkan dengan istilah Counter-Reformation yaitu proses pembaharuan Katolik antara tahun 1560-1648. Dari istilah ini, banyak orang menyangka bahwa reformasi Katolik ini baru terjadi setelah terjadi Reformasi Protestan. Padahal sesungguhnya, reformasi itu telah dimulai di dalam Gereja Katolik, dan Martin Luther adalah seorang reformis Katolik, sebelum ia menjadi Protestan. Dengan menjadi reformis Protestan, ia memang menghambat kemajuan reformasi Katolik, tetapi tidak menghentikannya.
Tokoh-tokoh reformasi Katolik, contohnya adalah Thomas Cajetan, Giovanni Carafa (Paus Paulus IV), St. Ignatius dari Loyola, St. Angela Merici, dst. Pembaharuan tersebut dapat dilihat di dalam ajaran maupun teladan hidup para reformis tersebut, sebagai berikut:
1. Thomas Cajetan (Tommaso De Vio Gaetani Cajetan, 1469-1534)
Thomas Cajetan dikenal sebagai utusan Paus yang pernah diutus untuk bertemu dengan Martin Luther di tahun 1519 untuk mendiskusikan keberatan-keberatannya. Sejarah mencatat bahwa pertemuan itu tidak menghasilkan titik temu karena kemarahan Luther, sebagaimana pernah ditulis sekilas di artikel ini, silakan klik.
Thomas Cajetan dikenal sebagai seorang yang sangat terpelajar, dan sangat saleh. Ia menghadapi masalah-masalah di zamannya dengan tenang dan tanpa takut, dan mengusahakan untuk mengatasinya dengan semakin mempelajari dan mendalami Kitab Suci dan ajaran-ajaran para Bapa Gereja, dengan terus menerapkan kasih untuk menenangkan para penentangnya, untuk memimpin mereka kembali dari pemikiran yang salah. Penting di sini dicatat adalah bahwa Cajetan mendalami ajaran dari St. Thomas Aquinas (dalam Summa Theologica) yang merupakan sintesa ajaran para Bapa Gereja tentang artikel iman Katolik, dan kemudian ia menuliskan buku Commentaries tentang “Summa Theologica” tersebut (1507-1522). Atas dasar pemahaman akan prinsip-prinsip ajaran St. Thomas ini, maka banyak penyimpangan/ kesalahpahaman Luther dapat dijelaskan.
Dalam karya eksegesisnya yang dimulai tahun 1523 sampai saat wafatnya, Cajetan mengerjakan penjelasan biblis yang mendukung otoritas Gereja dan Tradisi Suci, untuk menanggapi posisi Lutheran yang menolak keduanya. Cajetan juga mengerjakan terjemahan literal Kitab Suci, termasuk Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kecuali Kitab Wahyu.
Selain itu Cajetan terkenal dengan tulisan-tulisannya yang memberikan solusi terhadap masalah-masalah moral. Dalam tulisannya, ia tidak memberikan pendapat pribadinya, tetapi memberikan dasarnya secara ilmu pengetahuan, tanpa gaya retorik, namun sederhana dan terus terang.
Ajaran Cajetan yang bernada positif (tidak bernada menyalahkan) memberikan bimbingan kepada banyak orang, dan ketenangannya menjadi teladan. Kebenaran prinsip maupun sikapnya, keterusterangannya, ketulusan, kejujuran dan ketenangannya bahkan diakui oleh mereka yang tidak sependapat dengannya.
3. St. Ignatius dari Loyola (1491-1556)
Semasa mudanya, Ignatius adalah seorang prajurit. Suatu saat dalam pertempurannya di tahun 1521 ia mengalami luka parah di kakinya karena tertembak di Pampeluna dalam pertempuran melawan tentara Perancis. Saat ia dirawat, dan dalam kesakitannya itu ia bertobat. Perubahan tersebut terjadi antara lain karena di tempat ia dirawat tidak ada buku bacaan tentang kisah-kisah ketentaraan yang disukainya, namun yang ada adalah buku-buku kisah tentang Kristus dan para Santa/ Santo. Maka dengan semangat dan dedikasinya sebagai tentara yang mengabdi kepada negara, ia membaca dan memaknai kisah para Santa- Santo itu. Ia terinspirasi untuk mengabdikan hidupnya untuk Kristus, sebagai laskar-Nya, demi memuliakan Tuhan. Hal ini mendorong St. Ignatius untuk menuliskan “Latihan Rohani” (The Spiritual Exercises), yang kemudian mengajarkan semboyannya yang terkenal: Ad Majorem Dei Gloriam/ To the greater glory of God/ Untuk kemuliaan yang lebih besar bagi Allah.
Selanjutnya tentang Latihan Rohani menurut St. Ignatius dari Loyola, silakan klik di sini.
St. Ignatius juga memutuskan untuk belajar, agar dapat menolong orang lain. Ia mendalami ilmu pengetahuan pendidikan, dan menggabungkan kehidupan doa dan pertobatan dengan pengajaran dan studi, dan ini menjadi salah satu prinsip bagi ordo Serikat Yesus (Yesuit) yang didirikannya tahun 1541. Ordo ini merupakan ordopertama yang secara resmi melakukan: misi ke negara-negara asing, pendidikan generasi muda di semua kelas/ jenjang, pengajaran kepada orang-orang miskin, pelayanan kepada orang-orang sakit dan para narapidana, dst.
3. St. Angela Merici (1474- 1540) pendiri Ordo Ursulin
St. Angela memulai karyanya dengan belajar secara otodidak dan kemudian mengabdikan dirinya untuk mengajar/ mendidik anak-anak/remaja putri yang pada zaman itu banyak yang tidak terpelajar. Ia mengumpulkan para wanita yang tidak menikah, dan mereka turun ke jalan untuk mendidik anak- anak perempuan yang mereka temui. Kelompok para wanita ini bertemu dalam doa dan kelas-kelas pengajaran. Kelompok Angela ini lalu menjadi kelompok religius pertama yang mengajar di luar biara, dan ordo pendidikan pertama bagi para wanita. Cara pelayanan yang inovatif ini memberikan kesan yang mendalam bagi banyak orang, termasuk Bapa Paus.
4. Giovanni Antonio Carafa (Paus Paulus IV, 1476-1559)
Di tahun 1524, Paus Klemens VII menugaskan Carafa untuk bergabung dengan Kongregasi Clerks Regular (Theatines). Carafa kemudian dipanggil ke Roma oleh Paus III (1534-1549) untuk duduk di komisi untuk memperbaharui tribunal kepausan, dan untuk membangkitkan kembali ajaran scholasticism, sebab Carafa adalah murid/ penganut yang sangat terpelajar dari St. Thomas Aquinas.
Maka jika dilihat, memang ada perbedaan prinsip antara gerakan para reformis Protestan dan para reformis Katolik. Reformis Protestan mengawali gerakannya dengan mengecam secara publik penyelewengan-penyelewengan yang ada. Penyelewengan tersebut memang serius, tetapi ajarannya sendiri, yang diselewengkan itu sebenarnya adalah ajaran yang baik dan kudus. Namun begitu keraslah mereka menuduh hal tersebut, sampai- sampai hal yang sesungguhnya baik yang diajarkan itu seolah dilupakan (dalam hal ini contohnya adalah ajaran tentang indulgensi dan mendoakan jiwa-jiwa orang-orang yang sudah meninggal). Demikian kerasnya protes yang mereka adakan sampai juga menyerang orang-orang yang mempertahankan ajaran yang baik tersebut, dan mereka menuduh orang-orang tersebut sebagai pengkhianat Gereja (seperti tuduhan kepada Paus sebagai antikristus). Sejalan dengan protes itu, maka disampaikanlah prinsip ajaran baru, misalnya hanya iman saja (sola fide) atau hanya Kitab Suci saja (sola scriptura) yang perlu untuk keselamatan. Akhirnya para reformis Protestan menganggap mereka sendiri sebagai standar kemurnian ajaran, merekalah yang benar, sehingga memisahkan diri dari Gereja. Pemisahan diri dengan Gereja ini membawa juga sikap tidak lagi mau taat kepada Paus, para imamnya tidak lagi hidup selibat, dan mengakibatkan setiap orang secara pribadi sepertinya berhak mengartikan sendiri Kitab Suci dan ajaran iman.
Sedangkan para reformis Katolik itu memulai tidak dengan mengecam, tetapi dengan belajar ataupun menggali kekayaan ajaran iman, yang mereka pelajari dari para pendahulu mereka, yaitu para Bapa Gereja dan para Santo-Santa, dan terutama dari kehidupan Kristus sendiri, yang memberikan segalanya demi meluaskan Kerajaan Allah. Kasih yang total ini mendorong mereka untuk hidup membaktikan diri sepenuhnya dengan hidup selibat bagi Allah, dan memberikan diri untuk pelayanan kasih secara penuh kepada anak-anak, orang muda, termasuk kaum perempuan (di bidang pendidikan), orang miskin dan orang sakit, sebagai tanda bukti bahwa iman harus menjadi kesatuan dengan perbuatan kasih, baru dapat dikatakan sebagai iman yang menyelamatkan. Dalam pengajaran iman, mereka tidak mengemukakan pendapat pribadi, tetapi pengajaran yang mereka terima dari para Bapa Gereja dan para orang kudus sebelum mereka, dan dengan ketaatan mereka kepada Paus sebagai pemimpin Gereja, mereka menjalankan tugas untuk membangun Gereja dari dalam.
Demikianlah, semoga uraian di atas mendorong kita juga turut mengambil bagian, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, untuk membangun Gereja yang didirikan Kristus ini, demi memberikan kemuliaan yang lebih besar kepada Allah. Ad Majorem Dei Gloriam!
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom,
apa itu simoni seperti yang disebutkan di riwayat Paus Yohanes XII di atas?
Teirma kasih. GBU
Shalom Agung,
Istilah ‘simoni’ artinya adalah tindakan menggunakan uang untuk memperoleh kedudukan dalam Gereja. Istilah ini mengacu kepada perbuatan Simon sang penyihir yang dikisahkan dalam Kis 8:9-24. Setelah ia bertobat dan dibaptis, ia mengikut para rasul. Suatu saat ia melihat bagaimana Rasul Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan di atas para pengikut Kristus, dan mereka lalu menerima Roh Kudus. Simon kemudian menawarkan uangnya kepada Rasul Petrus dan Yohanes dan berharap dapat membeli kuasa dari para Rasul itu untuk mendatangkan Roh Kudus. Rasul Petrus menolak pemberian Simon, yang memang tidak mempunyai hak sebagai Rasul, dan bahkan memperingatkan Simon ini atas kejahatan yang ada di dalam hatinya.
Sejarah Gereja Katolik mencatat kisah Paus Yohanes XII yang memang sangat memprihatinkan, sehubungan dengan kehidupan pribadinya yang jauh dari teladan iman yang baik sebagai pemimpin umat. Dalam kepemimpinannya Paus Yohanes XII (955-964), dapat dilihat adanya campur tangan kekuasaan sekular yang umumnya terkait dengan uang, dalam masa kepemimpinannya. Paus Yohanes XII sendiri (nama aslinya adalah Octavianus) dapat naik menjadi Paus atas kehendak dan campur tangan penguasa pemerintah sekular di Roma yang bernama Alberic II. Octavianus dinobatkan menjadi Paus di usia sekitar 18 tahun, setelah Paus Agapetus II wafat.
Setelah menjabat sebagai Paus, Paus Yohanes XII mencampur adukkan otoritas sekular dan rohani di Roma, dan ini menjadi titik tolak terjadinya simoni dalam masa kepemimpinannya. Aliansi-aliansi politik terjadi, demikian juga dengan intrik-intrik yang seharusnya tidak dilakukannya sebagai seorang pemimpin Gereja. Semua perbuatan negatif Paus Yohanes XII ini akhirnya terungkap dalam sebuah Sinoda yang diadakan oleh lima puluh orang Uskup Italia dan Jerman yang diadakan di Vatikan. Kisah selengkapnya, dapat dibaca di link ini, silakan klik.
Membaca kisah-kisah semacam ini, memang kita dapat menjadi prihatin, dan mungkin sebagian orang menjadi semakin apriori terhadap Paus. Namun sebaliknya, kita dapat pula menjadi semakin yakin akan campur tangan Tuhan di dalam menjaga dan melindungi Gereja-Nya. Sebab jika Gereja ini hanya organisasi buatan manusia, tentu sudah lama bubar, sebab telah sempat dipimpin oleh Paus- paus yang sedemikian. Sebab Paus Yohanes XII bukan satu-satunya Paus yang hidupnya tidak mencerminkan panggilan-Nya sebagai penerus Rasul Petrus. Namun demikian sejarah mencatat, bahwa walaupun ada Paus-paus yang tidak melaksanakan tugasnya dengan semestinya, dan bahkan dengan perbuatan-perbuatannya mencoreng muka Gereja, tetapi Tuhan tidak membiarkan mereka menghancurkan Gereja-Nya. Betapa fakta ini sendiri sudah menjadi suatu kesaksian yang kuat untuk membuktikan bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya untuk selalu menyertai Gereja yang didirikan-Nya sampai akhir zaman, dan bahwa kuasa maut tidak akan menguasainya (lih. Mat 16:18, Mat 28:19-20).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
ada apa dengan paus beraninya mengubah hukum Tuhan Salah satu Hukum Taurat Hukum ke IV : Ingat dan Kuduskanlah Hari Sabat/Sabtu. Kembalilah semua saudara-saudaraku umat katolik menguduskan Hari Sabat Sesuai Perintah Tuhan Yesus.
Hormat Saya, Ahun Liem
[Dari Katolisitas: Yang menerapkan Hari Minggu (hari pertama dalam minggu) sebagai hari Tuhan adalah para Rasul. Paus hanya melestarikannya saja. Silakan membaca di link ini untuk membaca bahwa Gereja sejak abad awal sudah menerapkan hari Minggu (bukan Sabtu) sebagai Hari Tuhan. Para Rasul itu, oleh pimpinan Roh Kudus, justru melakukan perintah Kristus, yaitu untuk menguduskan hari Tuhan pada hari pertama minggu yang merupakan hari kebangkitan Kristus dari kematian, sebagai puncak karya keselamatan-Nya menggenapi makna Sabat pada Perjanjian Lama]
Dear Katolisitas,
Bbrp hr yg lalu sy baca disebuah web. muslim mengupas ttg sejarah kelam Kehidupan Sex para Paus, ditampilkan jg cover bukunya dg pnulis Nigel C.
Terus terang sy benar2 kaget dg kenyataan itu. Pdhal kita semua tahu bgmn pss Paus bg umat Katolik, suci… Tp sy berharap itu smua hanya fitnah. Seandainya itu sbg fakta sejarah benar2 sungguh runyam.
Sosok tertinggi yg mjd panutan umat Katolik, bs spt itu….
Lantas pertanyaan dlm lubuk hati sy, apakah saya msh bs meyakini ajaran GK ini benar2 sesuai dg kehendak Yesus??
Apakah tradisi suci GK benar? Sdh berada di rel yg seharusnya? ( hal ini sy kaitkan dg moral para Paus terdahulu, spt dlm buku tsb)
Jangan2 tradisi suci GK ini sudah dibelokkan, demi keuntungan para IMAM kita.Siapa yg bs menjamin??
Mohon dibantu utk kejelasan ini. Jika tdk berkenan pertanyaan ini dibahas terbuka, mohon memberikan balasan dan kejelasannya via email saja.
Sungguh2 saya mhn bantuannya, agar iman sy tdk terombang ambing dg berita tsb.
Trim,s
JBU
Shalom Netral,
Silakan Anda membaca artikel di atas yang membahas tentang keberatan akan beberapa Paus, serupa dengan pertanyaan Anda, silakan klik.
Walaupun kehidupan beberapa Paus yang kontroversial tersebut memang memprihatinkan, namun adalah suatu fakta yang obyektif bahwa meskipun demikian, mereka tidak mengeluarkan ajaran iman yang menyesatkan. Sebab yang dijamin ‘infallible‘/ tidak dapat sesat adalah bukan kehidupan pribadi para Paus itu, tetapi hanya ajarannya yang harus juga memenuhi persyaratan tertentu agar dapat dikatakan sebagai infallible (tidak dapat sesat), yaitu:
1) jika Bapa Paus mengajar atas nama Rasul Petrus (jadi bukan atas nama pribadi) istilahnya “ex-cathedra“;
2) menyangkut pengajaran definitif tentang iman dan moral,
3) pengajaran ini berlaku untuk Gereja secara universal.
Tiga syarat ini dijabarkan dalam Konsili Vatikan II, Lumen Gentium (Konstitusi tentang Gereja), 25, menegaskan kembali apa yang telah ditetapkan dalam Konsili di Konstantinopel (869-70), Lyons (1274) dan Florence (1438-45). Pada saat ketiga syarat di atas terpenuhi, maka pengajaran tersebut dapat dikatakan sebagai pengajaran Magisterium, dan ajarannya dikenal dengan sebutan Tradisi Suci. Dengan demikian, kita dapat tetap berpegang bahwa ajaran Paus yang memenuhi ketiga syarat tersebut adalah benar/ tidak mungkin sesat, karena dijamin oleh Kristus sendiri (lih. Mat 16:18-19).
Selanjutnya tentang topik infalibilitas ini, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syalom bu Ingrid,
saya mo nanya nih…. mengenai sejarah Gereja katolik. faktor-faktor yang memnyebabkan munculnya penganiayaan terhadap Gereja antara lain, 1. kehancuran Yerusalem, dan 2. adanya kepentingan-kepentingan politik dan non-politik… mengapa terjadi demikian???
Shalom Fr. Christ,
Jika kita mempelajari sejarah Gereja, nampaknya penganiayaan terhadap Gereja sudah terjadi sebelum kehancuran Yerusalem. St. Stefanus sudah dibunuh menjadi martir dengan dirajam (lih Kis 7:54-60) tak lama setelah Pentakosta [para ahli Kitab Suci memperkirakan sekitar tahun 34]. Kisah Para Rasul mencatat bahwa setelah Stefanus dibunuh, maka, “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat…” (Kis 8:1). Alasannya penganiayaan itu tentu tidak terlepas dari alasan mengapa orang- orang Farisi dan imam-imam kepala membunuh Tuhan Yesus. Mereka membenci murid- murid Kristus karena para murid itu mengimani Kristus. Hal ini sudah dinubuatkan oleh Kristus sendiri dalam Injil (lih. Mat 5:10-11; Mat 24:9; Mrk 13:9-11; Luk 21:16). Selanjutnya penganiayaan Gereja berlangsung yang dilakukan oleh penguasa Kerajaan Romawi, karena para murid/ jemaat Kristen menolak untuk menyembah Kaisar sebagai dewa/ tuhan maupun dewa- dewi Romawi. Maka pihak penguasa Roma menganggap bahwa jemaat/ umat Kristen ini sebagai ancaman, dan karena itu mereka juga dikejar- kejar dan dianiaya. Pada masa abad- abad awal ini, besarlah resiko untuk menjadi pemimpin/ uskup Gereja, karena nyawa mereka menjadi taruhannya. Silakan membaca selanjutnya dalam Church History karangan sejarahwan dan Bapa Gereja abad awal yang bernama Eusebius, klik di link ini.
Tentang adanya pengaruh kepentingan politik dalam Gereja, kemungkinan berkaitan dengan diadakannya kebebasan beragama oleh Edict Milan yang dikeluarkan oleh Kaisar Konstantin dan Licinius, penguasa Kerajaan Roma di tahun 313, sehingga setelah itu penganiayaan terhadap umat Kristen di Kerajaan Roma berkurang secara signifikan, sehingga Gereja dapat berkembang pesat. Setelah berkembang pesat, maka lambat laun para kaisar juga banyak yang menjadi pengikut Kristus, sehingga di sinilah muncul adanya pengaruh ajaran Kristen ke dalam politik ataupun sebaliknya. Mohon maaf saya tidak dapat menguraikan secara mendetail tentang hal ini, karena itu sama saja menuliskan sejarah Gereja. Silakan jika Frater tertarik untuk membaca saja buku- buku sejarah Gereja setelah Konsili Nicea 325 [dan sebelumnya], untuk dapat mengetahui perkembangan sejarah Gereja. Salah satu buku sejarah Gereja yang baik menurut saya adalah A History of the Church karangan Philip Hughes, (vol 1-3), (New York: Sheed and Ward, 1949).
Adanya pengaruh negatif dari politik (atau non-politik) dalam sejarah Gereja, dan dalam sejarah manusia pada umumnya, merupakan bukti bahwa manusia mempunyai dosa asal, yang diterima dari Adam dan Hawa, sehingga terdapat kecenderungan manusia untuk berbuat yang jahat dan melawan kehendak Allah, dan itu berlaku hingga sekarang.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas
pengen tanya neh apa sih kegiatan sehari-harinya seorang Pope?
Soalnya kalau saya lihat Pope ke mana2 dikawal, ke negara2 adakan Misa, terlihat santai dan terlihat hanya sebagai icon saja…berbeda jauh dengan kehidupan rasul2 di Alkitab yang tiap hari menempuh bahaya maut masuk2 ke daerah pedalaman yang belum kenal Tuhan demi pekabaran Injil…disesah, dipukul, dimasukin penjara itu udah jadi makanan sehari-hari mereka
Apakah karena perbedaan zaman dan perkembangan teknologi sehingga Pope tidak perlu repot2 lakukan seperti rasul2 lakukan?
Maap temen2 Katolik, saya ga bermaksud utk menyinggung, menyerang pope..
Jbu
Shalom Fonda,
Terima kasih untuk pertanyaannya ini. Jadwal Bapa Paus sehari-hari secara umum seperti juga jadwal harian imam-imam yang lain, sekilas mungkin gambarannya seperti dapat dilihat di sini, silakan klik
Sementara jadwal bulanan beliau lebih padat dan sangat bervariasi, contohnya jadwal kerja beliau antara bulan Mei s/d September 2010, dapat dibaca di buletin Vatican yang terbit rutin secara online yaitu “Zenit”, di sini sebagai gambaran saja bagi Anda untuk mengetahui kegiatan rutin dan tugas-tugas seorang Paus, silakan klik
Tugas-tugas Bapa Paus untuk menggembalakan umat Tuhan di seluruh dunia, memecahkan berbagai masalah di dalam Gereja, menjaga hubungan yang penuh kebijaksanaan kasih dengan semua pihak termasuk mereka yang membenci Gereja, memberikan teladan kasih yang nyata melalui seluruh hidupnya yaitu perkataan, perbuatan, pikiran dan keputusan-keputusannya, dan kemudian juga memberikan pengajaran-pengajaran keselamatan yang dari Tuhan dengan segala hikmat-Nya di dalam segala bidang kehidupan manusia. Semua itu adalah tugas-tugas yang menurut hemat saya amat berat dan membutuhkan kekuatan serta hikmat yang terus menerus dari penjagaan Roh Kudus.
Tugas yang berat dan penuh rintangan bukan selalu berarti tugas yang memberikan kelelahan/penderitaan secara fisik, seperti dipukuli atau dimasukkan penjara, tetapi juga tugas-tugas yang memerlukan kesetiaan yang terus menerus dan kedisiplinan yang tinggi dalam menghidupi keteladanan Kristus sendiri. Apalagi dengan hakekat kemanusiaan yang pada dasarnya lemah dan rentan terhadap berbagai godaan dan cobaan.
Dan ya memang benar seperti yang Anda sebutkan mengenai perbedaan jaman, jaman yang berbeda juga menuntut bentuk pengabdian dan pengorbanan yang berbeda dari rasul-rasul Kristus jaman modern ini. Di jaman rasul-rasul perdana dulu, Gereja sedang berada dalam jaman pewartaan dan awal berdirinya di tengah berbagai dominasi budaya paganisme dan agama-agama Yahudi pada waktu itu, sehingga para rasul dalam mewartakan Injil harus mengorbankan diri dengan berbagai siksaan fisik dan tantangan keras para penguasa. Pewartaan Injil yang dilakukan rasul-rasul Kristus jaman sekarang tetap sama bobot dan maknanya, yaitu membawa warta kebenaran Allah kepada umat manusia.
Tetapi Gereja jaman sekarang sudah melewati masa-masa pewartaan awal, sehingga yang menjadi tugas rasul-rasul-Nya sekarang termasuk dan khususnya Bapa Suci adalah menjaga dan menggembalakan warisan iman Kristus dan Gereja-Nya untuk tetap bersama dan setia melaksanakan amanat Kristus yang sejati di sepanjang jaman dengan berbagai arus perubahannya. Bentuk tantangannya lain lagi, bahkan mungkin lebih banyak, hanya dalam bentuk yang berbeda. Setiap jaman membawa tantangannya masing-masing, dan tidak semuanya harus dihadapi dengan perjuangan fisik seperti keluar masuk penjara atau disesah berkali-kali. Dengan jiwa ketaatan yang sama sebagaimana halnya para pengikut Kristus perdana, Bapa Suci dan semua laskar Kristus jaman modern saya yakin mempunyai jiwa pengorbanan yang tidak kalah besar intensitasnya, karena dijiwai oleh Roh Kudus yang satu dan sama.
Kalau situasi memang menuntut demikian, pengorbanan dan kesetiaan Bapa Suci pasti juga akan membuktikan baktinya kepada Tuhan termasuk menyerahkan jiwa raga seperti halnya para rasul perdana. Sekarang pun, dengan sama sekali melupakan kepentingan pribadinya demi melayani kepentingan Gereja sepenuhnya, beliau sudah menyerahkan jiwa dan raganya serta semua keinginan dan kepentingan dirinya sendiri, walaupun bukan dalam bentuk yang sama persis dengan yang Anda sebutkan dialami para pengikut Kristus di jaman para rasul dulu.
Kalau kita ingat kembali apa yang dialami Bapa Paus Yohanes Paulus II, beliau pernah mengalami percobaan pembunuhan oleh Mehmet Ali Agca, namun kemudian setelah Paus pulih dari luka tembakan yang dialaminya, beliau bahkan memberikan teladan dengan mengunjungi penjara Mehmet dan di sana ia menyapanya dan mengampuni dia.
Semoga penjelasan yang jauh dari sempurna ini menjawab pertanyaan Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti – katolisitas.org
SALAM DAMAI dalam KASIH TUHAN JESUS.
Terima kasih atas informasi yg lengkap mengenai topik di atas. Sekarang saya tahu apa yg harus saya jawab atas pertanyaan seperti itu dan yg lebih penting lagi, saya merasa diteguhkan karena diberi pengetahuan/fakta sebenarnya. Beberapa puluh tahun yg lalu (!) majalah Tempo pun pernah menurunkan artikel tentang “Paus Yohanna” yg kemudian dijawab oleh Romo Magnis Suseno (kalau saya tidak salah) namun krn kolom “hak jawab” yg diberikan sangat sempit (barangkali juga diedit), maka jawabannya kurang memuaskan hati saya. Sekarang barulah “dahaga” saya terpuaskan! Selanjutnya, boleh kan jika kami, para pembaca, mereferensikan situs ini bagi teman2 seiman maupun para penanya spt itu?. [dari katolisitas: silakan dengan menyebutkan sumbernya: http://www.katolisitas.org]
Akhirnya, menyambung ajakan ibu Ingrid, maka sekarang tugas kitalah sebagai umat beriman untuk lebih tekun dalam doa, termasuk mendoakan Bapak Paus, para Uskup-Imam-biarawan/wati, baik secara pribadi maupun bersama dlm keluarga/lingkungan; lebih indah lagi kalau didaraskan setiap hari Minggu dalam doa umat.
Shalom,
[herman]
Dear Stef & Inggrid,
Mohon maaf apabila pertanyaan saya pernah ditanyakan sebelumnya, harap ditunjukkan langsung linknya.
Di manakah bisa saya lihat surat2 Bapa Gereja mengenai suksesi apostolik dari St. Petrus ke St. Linus lalu ke Paus Anakletus ?
Terima kasih atas waktunya. Tuhan Yesus memberkati tim Katolisitas.
[Dari Katolisitas: silakan anda membaca di link ini, silakan klik]
rgds,
CaesarAndra
Berkaitan dengan Paus, saya mau bertanya beberapa hal. Kalau bisa jawaban dikirim ke email saya. Tks
1. Saya menemukan ada beberapa nama paus dalam satu masa. Bagaimana bisa menjelaskan masalah ini, kenapa bisa ada beberapa paus dalam satu masa.
a) Paus Silvester II, Paus Yohanes XVII dan Paus Yohanes XVIII (1003)
b) Paus Silvester III, Paus Benediktus IX dan Paus Gregorius VI (1045)
c) Paus Stefanus VI, Paus Romanus dan Paus Theodorus II (897)
d) Paus Urbanus III, Paus Gregorius VIII dan Paus Klemens III ( 1187 )
e) Paus Klemsn VIII, Paus Leo XI dan Paus Paulus V ( 1605 )
f) Paus Sixtus V, Paus Urbanus VII dan Paus Gregorius XIV ( 1590 )
g) Paus Aleksander VI, Paus Pius III dan Paus Julius II ( 1503 )
h) Paus Julius III, Paus Marsellus II dan Paus Paulus IV ( 1555 )
i) Paus Gregorius X, Paus Innocentius V dan Paus Adrianus V ( 1276 )
2. Saya mau mengetahui tentang Paus Damasus II (1048) dan Paus Salestinus IV (1241). Tolong jelaskan sejarah kehidupan masa kekuasaan mereka.
3. Saya menemukan adanya tahun yang “hilang”. Tolong jelaskan masalah ini!
a) Pada masa Paus Salestinus IV. Dia berkuasa tahun 1241. Paus penganti dirinya adalah Paus Innocentius IV yang mulai berkuasa tahun 1243. Nah, ada apa dengan tahun 1242???
b) Pada masa peralihan Paus Nikolas IV ke Paus Selestinus V. Akhir kekuasaan Paus Nikolas IV adalah thn 1292, tapi awal kekuasaan Paus Selestinus V adalah 1294. Nah, ada apa dengan tahun 1293???
4. Dari daftar urutan Paus Yohanes yang ada 23 orang, saya tidak menemukan adalah urutan XVI dan XX. Kemana Paus Yohanes XVI dan Paus Yohanes XX???
Terima kasih atas jawaban. Tuhan memberkati!!!!
Shalom Adrian,
1. Paus Tandingan/ Anti-pope
Sepanjang sejarah Gereja, memang ada beberapa periode di mana terdapat lebih dari satu Paus, dan Paus yang ada di samping Paus yang sah tersebut dikenal dengan nama Anti-Pope (Paus tandingan).
Memang untuk mengetahui secara mendetail, kita dapat membaca di ensiklopedia tentang kajadian sejarah yang terjadi di seputar masa jabatan Paus- paus tersebut. Umumnya Paus tandingan itu diangkat oleh beberapa kardinal/ patriarkh di Roma, atas tekanan dari situasi politik ataupun masalah lainnya. Silakan anda membaca kisah tersebut di sumber http://www.newadvent.org/cathen/
Silakan ketik nama Pausnya di sana (atau nama Anti-pope yang bersangkutan), lalu tekan enter, dan silakan anda membaca di sana. Mohon maaf karena pertanyaan anda begitu banyak, saya tidak dapat menerjemahkannya. Silakan jika anda tertarik untuk membahas contoh salah satu Paus dan anti-Pausnya, silakan anda sebutkan, nanti kami usahakan untuk mengulasnya.
2a. Paus Damasus II (1048)
Masa kepemimpinan Paus Damasus II adalah dari tanggal 17 Juli 1048- 9 Agustus 1048. Ia menjadi Paus dengan dukungan dari Raja Henry III. Paus Damasus II dikenal melalui sinoda reformasi pada tahun 1046. Ketika Paus Klemens II wafat tanggal 9 Oktober 1047, Paus terdahulu (Benediktus IX) yang tersingkirkan kembali ke Roma. Namun delegasi Tusculan yang didukung oleh Raja Henry, yaitu raja yang juga mempunyai gelar Patricius Romanorum, mendukung hingga terpilihnya Paus Damasus II, yang kemudian dilantik pada tanggal 17 Juli 1048. Namun Paus Damasus II hanya memerintah selama 23 hari, karena pada tanggal 9 Agustus di tahun yang sama, ia wafat karena sakit malaria.
(sumber: New Catholic Encyclopedia, The Catholic University of America, Washington: CUA, 1967): Volume IV, p. 625-626)
Setelah Paus Damasus II wafat, ia digantikan oleh Bruno Hugh, atau dikenal dengan nama Paus St. Leo IX yang dilantik pada tanggal 12 Februari 1049.
2b. Paus Salestinus IV (1241)
Paus Salestinus IV, juga mempunyai masa kepausan yang sangat singkat, yaitu dari 25 Oktober 1241- 10 November 1241. Paus Salestinus IV adalah penduduk Milan, kemungkinan seorang biarawan Cisterian. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Gregorius IX, dan kemudian menggantikannya, pada tanggal 25 Oktober 1241, pada masa pertentangan antara pihak kepausan dengan Kaisar Frederick II. Namun Paus Salestinus IV wafat hanya 15 hari setelah diangkat menjadi Paus.
(sumber : New Advent Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/03479a.htm)
3. Tahun yang ‘hilang’?
Nampaknya bukan hilang, tetapi adanya rentang periode, di mana belum terpilihnya Paus yang baru. Pada masa itu Gereja sepertinya ‘menunggu’ sampai terpilihnya Paus; dan sementara itu tetap berjalan seperti biasa, dengan melanjutkan ketentuan seperti yang telah berlaku pada masa sebelumnya.
Menurut catatan sejarah, masa ‘jeda’ terpanjang sampai terpilihnya Paus yang baru, terjadi di tahun 1268-1271. Hal ini menyebabkan Konsili kedua di Lyon, Perancis, (1274) mengeluarkan dekrit bahwa para kardinal pemilih Paus harus tinggal di Roma dalam seklusi yang disebut cum clave (kata Latin yang artinya: dengan kunci), dan mereka tidak diperkenankan meninggalkan Vatikan sampai terpilihnya Paus. Sekarang proses pemilihan tersebut dikenal dengan nama ‘conclave‘ (konklaf), dan dilakukan secara tertutup di kapel Sistina (Sistine Chapel) di Vatikan. Prosesnya sudah pernah ditulis sekilas di sini, silakan klik.
4. Paus Yohanes XVI dan Yohanes XX tidak ada?
Nama Paus Yohanes XVI tidak diambil, karena nama Yohanes XVI pernah diambil oleh sebagai nama Anti Pope/ Paus tandingan (April 997- Februari 998), di masa pemerintahan Paus Gregorius V. Paus (Anti-pope) Yohanes XVI diangkat oleh patricius Crescentius (dan para pengikutnya) yang mengangkatnya. Kemudian di Sinoda Pavia (Pentekosta 997) yang dipimpin oleh Paus Gregorius V, Crescentius di- ekskomunikasi, karena melantik Paus secara tidak resmi.
Nama Yohanes XX tidak diambil, nampaknya karena Paus Yohanes XXI ingin ‘menertibkan’ urutan nama Paus Yohanes ke urutan yang benar. Sebenarnya asal usul adanya ‘tumpang tindih’ urutan Paus Yohanes terjadi setelah Paus Yohanes XIV dilengserkan secara paksa oleh Paus tandingan Bonifasius VII yang mengklaim tahta kepausan dari June 974 sampai Juli 985. Melanjutkan kepemimpinan Paus Yohanes XIV, naiklah seorang warga Roma, yang kemudian juga mengambil nama Yohanes, lalu menjadi Paus Yohanes XV, dilantik bulan Agustus 985. Namun selanjutnya, beberapa naskah (Marianus Scotus, Godfrey dari Viterbo), dan para ahli sejarah menuliskan juga seorang Paus tandingan (penerus Paus tandingan Bonifasius VII) bernama Yohanes yang lain, anak Robertus, yang dikatakan naik tahta selama empat bulan, dan juga disebut Yohanes XV. Dengan demikian Paus yang sah, yaitu Paus XV kemudian disebut juga sebagai Paus Yohanes XVI untuk membedakannya dengan Paus tandingan Yohanes XV. Akibatnya, setelah itu, Paus- paus yang mengambil nama Yohanes, mempunyai dua nomor dibelakangnya, misalnya Paus Yohanes XVI (XVII) yang adalah penerus Paus Yohanes XV yang sah, Paus Yohanes XVII (XVIII), Paus Yohanes XVIII (XIX), Paus Yohanes XIX (Paus XX). Jadi tumpang tindih penggunaan nomor urutan tersebut disebabkan karena Liber Pontificalis mencatat dua tanggal yang berkenaan dengan Paus Yohanes XIV (983), dan di sana terdapat tiga Paus dengan nama Yohanes antara Paus Benediktus VII dan Gregorius V. Untuk menertibkan hal itu, maka Paus Yohanes di abad ke 13, yang semestinya mengambil urutan XX, tidak mengambil nomor urutan XX tersebut, namun XXI. (lih. Duchesne, “Lib. Pont.” 2:17)
Demikian, semoga ulasan di atas dapat menjadi masukan buat anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih atas jawabannya. Apakah salah satu Paus Yohanes yang tidak ada itu adalah Paus Yohana, seorang Paus Wanita????
[Dari Katolisitas: Kisah tentang Paus Yohana adalah dongeng, dan sesungguhnya tidak pernah terjadi. Tentang hal Paus Yohana/ ‘Popess Joan’, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]
Sejarah kelam gereja akibat ulah beberapa paus, bagi saya bukanlah hal yang luar biasa. Yang luar biasa adalah gereja katolik yang tetap bertahan hingga kini. Sekedar perbandingan: dari silsilah Yesus Kristus, ada beberapa tokoh yang hidupnya tidak becus, seperti Daud. Begitu juga dengan gereja. Di sini sepertinya berlaku pepatah Jerman: Ende gut alles gut.
Shalom katolisitas,
Apakah pernah membaca buku “the dark history of popes” karangan Brenda Ralph Lewis? Buku ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh kelompok Gramedia. Saya baca sekilas saja, isinya kelihatannya kurang berimbang, cenderung memojokkan, termasuk disana soal Galileo. Saya tidak membelinya.
Yang membuat saya penasaran sebetulnya adalah mengapa Gramedia yang berlatarbelakng katolik menerbitkan buku ini? Di review-nya juga misalnya, disebutkan berdasarkan arsip sejarah otentik dan sabtu lalu di toko buku di gramedia diletakkan dalam rak yang tertulis “recommended books”.
Saya tentu tidak ingin katolisitas menjawabnya untuk gramedia, tapi mungkin pernah membacanya dan bagaimana sebetulnya isinya?
Terima kasih.
Shalom Teddy,
Saya sendiri punya beberapa buku dalam bahasa Inggris yang menjelek-jelekkan tentang Gereja Katolik, termasuk Paus, namun tidak mempunyai buku jenis ini dalam bahasa Indonesia. Namun, kita tidak perlu sampai terpengaruh dengan buku-buku sensasional seperti ini. Saya sendiri tidak tahu alasan Gramedia untuk menerbitkan buku-buku yang menyudutkan Gereja Katolik. Memang secara bisnis, buku-buku sensasional akan lebih laku dibandingkan dengan buku-buku yang bersifat tradisional. Apakah alasan bisnis yang melatarbelakangi Gramedia untuk menerbitkan buku-buku seperti ini, saya tidak tahu. Coba saja kontak Gramedia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Katolisitas is the best. Saya hanya menyampaikan bahwa katolisitas.org adalah wadah yg sangat baik untuk ajaran gereja katolik indonesia. sudah banyak orang katolik yg semakin berani mewartakan ajaran imannya dan bahkan sudah banyak yg masuk katolik. Terimakasih katolisitas. Ad maiorem dei gloriam….
[Dari Katolisitas: Pujian hanya bagi nama Tuhan. Terima kasih atas dukungan anda. Mohon doa anda untuk kelangsungan karya kerasulan ini]
Bagaimana tanggapan anda tentang komentar ini…Di Vatican City juga terdapat sebuah ‘Obelisk’. Obelisk ialah satu menara yang tinggi di mana ujung di atas nya berupa sebuah piramid. Obelisk asalnya adalah seni orang Mesir kuno dan banyak Obelisk telah dipindahkan dari Mesir dan diletakkan di negara-negara lain contohnya di kota London. Adalah dipercayai Obelisk digunakan oleh Illuminati sebagai sebahagian mercu tanda mereka.
Obelisk yang diletakkan di tengah-tengah bangunan melingkar itu merupakan simbol penyembahan kepada setan. Obelisk juga merupakan simbol penyembahan kepada Dewa Matahari, yang juga merupakan ajaran setan.
Obelisk merupakan simbol kepada tuhan matahari yaitu Amon Re / Ra, thank
[dari Katolisitas: Tentang obelisk sudah pernah diulas di jawaban ini, silakan klik]
salam
memang tidak dipungkiri memang ada sejarah kelam para paus walaupun tdk semua dan tdk smp menggoyahkan gereja katolik.bagaimana cara pemilihan paus pada waktu itu sampai ada paus yang bermoral buruk?apakah sama seperti sekarang?
saya setuju kalau gereja katolik tidak menutup2i kebenaran walaupun itu hal yang memalukan dan akhirnya dibuat ‘senjata’ bagi mereka yang tidak sepaham dengan gereja katolik maupun iman kristiani kita untuk menyerang iman katolik kita.tapi terus terang hal ini tidak melemahkan iman saya,justru menguatkan karena gereja katolik tidak menyembunyikan apapun,hanya kebenaran walaupun itu menyakitkan.bagaimanapun juga paus adalah manusia dan saya masih menaruh hormat kepada beliau beliau ‘presiden’ umat katolik
[Dari Katolisitas: silakan anda klik di link ini untuk mengetahui sejarah perkembangan cara pemilihan Paus, silakan klik. Mohon maaf karena banyaknya pertanyaan ayang masuk kami tidak dapat menerjemahkannya]
Saya seorang Protestan, dan menurut saya Tuhan tidak pernah salah memilih seorang hambaNya, baik itu seorang Sri Paus atau hamba-hamba Tuhan di gereja dengan denominasi lain. Kesalahan selalu terletak pada manusia, sebagaimana dengan Tuhan memilih Yudas dan hamba-hamba Tuhan lain yg jatuh dalam dosa.
Menurut saya yang Tuhan inginkan adalah, Ia rindu memilih manusia yang lemah dan berdosa supaya kekuatan & kuasaNya menjadi sempurna. Namun hal tersebut kembali ke manusianya, apakah manusia tersebut memilih untuk menyerahkan kelemhannya kepada Tuhan dan menjadi alatNya atau tetap hidup dalam dosa dan kelemahannya dan menanggung konsekuensi Ilahi.
Tuhan Yesus Memberkati
Shalom Ivan,
Terima kasih atas tanggapannya. Memang Tuhan tidak pernah salah dalam menentukan segalanya, karena Dia maha tahu dan maha adil serta maha bijaksana. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah benar-benar Tuhan yang memilih para pemimpin tersebut? Namun, satu hal yang pasti adalah Tuhan mengijinkan hal itu terjadi, karena tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa seijin Tuhan. Dan memang salah satu attribut terbesar dari Tuhan adalah Dia mampu menjadikan satu hal yang buruk untuk mendatangkan kebaikan yang lebih tinggi (greater good). Memang benar, kemuliaan Tuhan dapat dinyatakan secara lebih sempurna dalam kelemahan kita. Kita mempercayai bahwa Tuhan memang memberikan rahmat yang cukup kepada setiap manusia. Namun, dengan kebebasannya, manusia sering tidak bekerjasama dengan rahmat Allah, sehingga mendatangkan penghukuman bagi dirinya sendiri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Harta, Tahta & Wanita/Pria= adalah cara iblis menyerang manusia, dan inilah FAKTA YG PALING NYATA dihadapi manusia/umat katolik bahkan sampai ke Paus.
SAAT INI sangat gamblang setiap hari kita mendengar kisah2 seputar “Harta, Tahta & Wanita/Pria” dilakukan oleh siapapun dimanapun. Begitu masif berita (rasanya hampir semua) pejabat pemerintah yg korup; rekayasa yg tidak lucu utk mempertahankan tahta, mengejar harta ataupun karena ‘wanita’ kita kunyah setiap hari.
Bahkan di lingkungan gereja pun demikian bisa terjadi, dan telah ada sejarahnya!
Lalu apa yg bisa (dan mau) kita perbuat?
Pertama & yg terutama : kita harus JUJUR.
Kecenderungan kodrati manusia, kalau bermasalah menjadi malu/takut/mengcover bahkan meng-counter. Misalnya Paus yg bermasalah, tidak perlu kita bela mati2an shg kita ikut kehilangan akal sehat, karena dia tetap manusia yg masih bisa berdosa (bener ndak mbak Ingrid menurut ajaran katolik bahwa Paus msh bs berdosa?). Tetapi sbg Paus, meski beliau tidak mengajarkan ajaran sesat, tetaplah dg teladan hidupnya dia telah mengajarkan nilai kehidupan yg tdk benar yg tdk patut kita tiru dan tdk patut kita bela. Meski Paus mau salah 7x7x pun no problem, krn itu tidak akan mengubah iman saya kepada Yesus Sang Juru Selamat.
Hal-nya indulgensi dikompensasi dg 1)perbuatan kasih dan 2)perbuatan baik termasuk derma?
inilah yg berbahaya krn menyerempet godaan iblis “Harta, Tahta & Wanita” apabila kita tidak sungguh2 tulus & bijak menerapkannya. Terbukti telah (dan sampai saat ini masih sering) di-plintir utk provokasi ke umat. Oleh sebab itu wajiblah para pemimpin umat utk berhati-hati dan memberi contoh ketulusan dan kejujuran! Semoga. Amin. Mohon maaf apabila ada kata yang kurang tepat ataupun kurang berkenan, saya akan senang apabila diberikan masukan / kritikan / pencerahan. Terima kasih. Tuhan Yesus mengasihi kita. Shalom, Alex harjanto
Shalom Alex Harjanto,
Sebenarnya Kitab Suci telah mengajarkan kepada kita tentang ketiga akar dosa di dunia ini, yaitu, “keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup” (1 Yoh 2:15), sehingga memang manusia umumnya jatuh karena hal- hal tersebut. Maka pengandaian ada tentang harta (keinginan mata), tahta (keangkuhan hidup) dan wanita/ pria (keinginan daging) memang cukup relevan.
Di artikel di atas memang kami sudah berusaha memaparkan fakta secara obyektif akan apa yang pernah terjadi dalam sejarah tentang kehidupan beberapa paus. Benar bahwa Pauspun memang dapat berdosa, dan Tuhan Yesus memang tidak pernah menjanjikan bahwa Paus itu akan diluputkan dari dosa. Yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus adalah bahwa mereka akan dijaga dari kesalahan mengajar dalam hal iman dan moral, yang menjadi arti dari ungkapan “kuasa mengikat dan melepaskan” (lih. Mat 16:19, 18:18).Kuasa mengajar tentang iman dan moral di dunia, yang bahkan diperhitungkan di Surga kelak, diberikan kepada para rasul, secara khusus kepada rasul Petrus, dan kepada para penerus mereka, sebab ini berkaitan dengan janji Kristus yang akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman (Mat 28:19-20).
Maka kita dapat melihat pemenuhan janji Kristus ini di dalam diri para rasul. Mereka dapat saja tetap memiliki kekurangan sebagai manusia (dan dengan demikian tidak sempurna dalam memberikan teladan hidup yang sesuai dengan pengajarannya) namun mereka tidak pernah salah dalam mengajarkan sesuatu secara definitif tentang iman dan moral. Kita melihat, hal kelemahan inipun diakui oleh Rasul Paulus (lih. Rom 7:19; 2 Kor 12:9). Jadi, jika para rasulpun tak luput dari kelemahan, maka demikian juga para Paus, dan juga kita semua sebagai umat beriman. Maka memang benar, kita tak perlu menyatakan bahwa Paus itu sudah pasti kudus hidupnya. Tetapi jika kita percaya kepada janji Kristus, kita juga percaya bahwa Tuhan Yesus tidak akan membiarkan Paus manapun untuk menyesatkan Gereja-Nya.
Hal tentang indulgensi, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Silakan anda membaca di sana tentang prinsipnya. Bahkan Martin Lutherpun dalam 95 thesesnya tidak menentang dasar ajaran tentang indulgensi, namun yang ditentang adalah penyimpangan dalam pelaksanaannya. Dari kesalahan yang dilakukan oleh beberapa oknum di masa silam, maka Gereja Katolik memperbaiki diri dengan meluruskan pelaksanaan ajaran tentang Indulgensi, namun tidak mengubah prinsip ajaran tentang Indulgensi yang merupakan harta kekayaan rohani Gereja.
Ya anda benar, bahwa para pemimpin Gereja harus lebih jujur dan berhati- hati, agar tidak jatuh ke dalam dosa apalagi menjadi skandal bagi umat. Oleh karena itu para umat beriman wajib mendoakan para pemimpin mereka agar dapat dibimbing oleh Allah untuk hidup di dalam kekudusan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Alex,
Sebakiknya kita memang sudah tidak perlu direpotkan dengan masalah ini, lihatlah cuman 11 Paus yang skandal [dari Katolisitas: mungkin maksud anda, 11 paus yang kontroversial] aja kok dibesar – besarin. bagaimana dengan RATUSAN Paus yang lain yang hidupnya SANGAT – SANGAT KUDUS & bahkan MENJADI SANTO ?. Bahkan kalau mau di telaah lebih dalam, Paus yang ‘berskandal’ itupun kayaknya MASIH LEBIH KUDUS daripada kita – kita SEKARANG INI. [dari Katolisitas: mungkin maksudnya dalam hal- hal tertentu, lebih kudus. Namun juga harus diterima, ada dari antara mereka yang memang hidupnya secara umum tidak sesuai dengan ajaran Kristus] Daripada menghakimi, lebih baik mari kita menalaah lebih dalam ke diri kita dan memperbaiki diri kita sehingga kita bisa menjadi terang bagi umat yang lain.
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
Dear all,
Ijinkan saya menambahkan pendapat saya:
1. Saya sepakat bahwa Fakta Historis tersebut Ada yang Benar dan Ada yang Tidak Benar-nya.
Seperti halnya dengan History lainnya, banyak pihak dengan kepentingannya sendiri akan meng-expose butir-butir yang dianggap mendukung kepentingannya tersebut, sehingga hasil akhirnya bisa jadi malah berbeda dengan fakta sebenarnya.
(Intermezzo: analogi dengan Apakah Benar Penemu Benua Amerika adalah Colombus (bangsa Eropa), seperti dokumen sejarah yang disepakati bersama s.d. hari ini?)
2. Bagi saya pribadi, suatu Iman adalah faith-able, ketika esensi dan atribut-nya memiliki dimensi kemanusiaan yang riil.
Sebagaimana kita tahu, bahwa substansi iman dikomunikasikan, dipublikasikan, dan diimplementasikan oleh manusia-manusia, yang tentu tidak mungkin tidak memiliki kelemahan & kekurangan.
Kita tahu pula, bahwa sarana publikasi & komunikasi iman tersebut adalah suatu organisasi / institusi yang dijalankan oleh manusia pula (tentu dengan bimbingan roh kudus dan Tuhan sendiri), sehingga adalah sangat manusiawi bila dalam sejarahnya yang panjang, terdapat titik-titik ketidaksempurnaan / konflik / ambisi / ups-and-downs, dsb.
3. Barangkali memang Tuhan pun menghendaki bahwa manusia belajar dari kesalahan / ketidak sempurnaan untuk proses Never-Ending Improvement.
Barangkali, Tuhan amat sayang dengan gereja katolik & umatnya, sehingga memberikan kerikil sandungan, sebagai pembelajaran & titik pijakan untuk menuju perbaikan & pengembangan.
Bayangkan betapa sulitnya kita untuk memperbaiki diri, jika kita tidak tahu betapa kurang-nya kita.
4. On the other edge, saya merasa sulit untuk menumbuhkan faith dalam suatu iman / ajaran yang Impossibly / Ridiculously Perfect, hal ini tentu karena dimensi kemanusiaan tidak mungkin bisa dilepaskan dari proses keimanan tsb.
Sehingga, justru kemungkinan besar, ajaran yang Impossibly Perfect tersebut ada sesuatunya, atau Justru TIDAK IMPLEMENT-ABLE karena begitu perfect-nya.
5. Analogi sederhana:
Hubungan kita dengan pasangan hidup / ortu / anak menjadi erat, loving, caring, trusting, dll., adalah justru ketika kita tahu bahwa manusia-manusia tersebut memiliki kelebihan & kekurangan.
Ketika kita BARU punya impresi bahwa sosok tsb begitu sempurna, cantik/ganteng, alim, rajin berdoa, halus tutur kata, dan semuanya serba sempurna, maka kita baru pada tahap NAKSIR saja, ketika semakin mengenal dan semakin tahu aspek-aspek lain scr lebih komprehensif, maka timbullah rasa CINTA itu. Saya yakin semua dari kita pasti mengalaminya.
Bukankah kita jadi bertanya-tanya jika suami/isrtri kita super perfect? bukankah hubungan kita jadi hambar kalau tidak pernah bertengkar / beda pendapat dengan suami/istri kita krn kekurangannya?
6. Pada akhirnya, IMHO, dengan adanya fenomena di-atas, dan pendirian pribadi-pribadi yang bisa menyikapi kejadian semacam itu secara Objektif dan Realistis, justru merupakan bentuk publikasi yang amat positif bagi Gereja Katolik (dan Umat Katolik) bahwa:
a. Institusi ini sudah amat dewasa, yang kaya beragam pengalaman, serta mampu mengambil sikap yang dewasa pula.
b. Dengan tidak secara membabi-buta bersikap defensif, maka mengkomunikasikan bahwa: “Begini lho pandangan Mainstream yang dianggap benar, dan bagaimana mengambil sikap terbaik atas tindakan individu”.
c. Semua sikap diatas akan memberikan guidance kepada umat tentang How To Deal with daily Problems, yang pasti membentuk sikap iman mainstream.
d. Bagi saya pribadi, sikap yang (setidaknya di Indonesia) tidak defensif, tidak membabi-buta, & dewasa, adalah salah satu faktor rasa nyaman & kecocokan saya dengan ajaran ini.
e. Bagi yg meyakininya, sekaligus memperkuat justifikasi bahwa Sikap yang Dewasa & Rasional tsb adalah identitas pembeda (distinctive) yang positif antara umat Katolik dengan kelompok lain yang Konsep Kebenarannya dianggap tidak sesempurna kita.
Salam,
salam
buku dengan judul sejarah gelap para paus di vatikan oleh brenda ralph lewis dan buku rahasia kehidupan seks para paus oleh nigel cawthome apakah bisa dipercaya ato benar ato hanya isapan jempol seperti buku2 yang lain yang cuma menyerang gereja katolik ato skeptis terhadap iman katolik?
walaupun saya para paus hanya seorang manusia yang takluput dari kesalahan.mohon penjelasannya
Shalom Desy,
Terima kasih atas pertanyaannya. Silakan anda melihat jawaban di atas – silakan klik. Bahwa memang ada beberapa Paus yang tidak menjalankan fungsi dan mandat yang diberikan dengan semestinya, memang terjadi dalam sejarah Gereja. Kristus tidak pernah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan Paus yang pasti suci. Namun Kristus berjanji untuk melindungi Gereja-Nya, yaitu Gereja Katolik. Justru bahwa ada beberapa Paus yang tidak menjalankan fungsinya dengan semestinya, namun Gereja Katolik tetap bertahan sampai saat ini – dengan kesatuan doktrin dan hirarhi – menjadi suatu bukti bahwa Kristus memegang janji-Nya, bahwa Dia akan melindungi Gereja-Nya (lih. Mt 16:16-19). Tanpa perlindungan Kristus, maka Gereja Katolik pasti telah runtuh diterpa oleh begitu banyak bagai, baik dari dalam maupun dari luar. Namun, Kristus berjanji untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir zaman, dan alam maut tidak akan menguasainya. Itulah sebabnya para paus yang tidak menjalanka fungsinya dengan semestinya tidak pernah memberikan ajaran-ajaran doktrinal. Memang cerita-cerita tentang keburukan Gereja Katolik memancing minat baca bagi banyak orang. Bahkan nigel cawthome menulis novel lain dengan tentang kehidupan seksual dari begitu banyak kategori, seperti: presiden Amerika, para diktator, para homo yang terkenal, idola Holywood, termasuk para Paus dari Petrus sampai Paus Yohanes Paulus II. Terus terang, kita tidak perlu menanggapi secara akademis tentang apa yang dikarang oleh pengarang-pengarang seperti ini. Kalau ada yang mau mendiskusikan tentang para Paus yang dipandang salah dalam hal doktrinal, maka kita dapat menanggapinya. Namun, kalau tentang hal-hal kontrovesial seperti buku ini, maka tidak perlu terlalu ditanggapi. Paus memang manusia biasa seperti kita. Perbedaannya, Kristus memberikan kunci Sorga, yaitu dengan mengikat dan melepaskan kepada Petrus dan penerusnya (lih. Mt 16:19). Oleh karena kuasa ini lebih kearah doktrinal, pengajaran iman dan moral, maka diskusi akan menjadi substansial dengan membahas pengajaran iman dan moral.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom,
Dari 12 rasul masih ada 1 orang YUDAS ISKARIOT tetapi apakah itu mejadikan semua rasul sama seperti dia?
salam dalam kasih kristus
Memang Gereja Katolik yang kudus, banyak yang menginginkan keruntuhannya, serangannya bisa dari luar maupun dari dalam. Tapi kita tahu siapa dibalik semua hal itu? Dialah musuh besar Tuhan kita yaitu Iblis dan antek-anteknya. Kita tahu pola-pola serangan yang disebarkan iblis, paling ya itu-itu saja. Serangan kepada pribadinya (Paus, Uskup, Biarawan/ti, Umat juga ) dengan 2 TA, 1 TA/PR, Harta, Tahta, Wanita/Pria. Kalau serangan dari luar sudah jelas segala upaya untuk meruntuhkan Gereja Katolik. Yang paling mengerikan adalah serangan dari dalam. Bukankah begitu? Saya pernah membaca nubuatan kalau paus terakhir adalah antikris, usaha terakhir iblis menghancurkan GK?. Bagaimana umat katolik…? Masih tenang-tenang saja ketika serangan menuju ke pusat GK. Baiklah kita bergantung kepada Tuhan, Tuhan Yesus Kristus Memberkati.
Karena kita percaya bahwa Gereja adalah tubuh mistik Kristus , kita perlu memisahkan soal Paus atau pejabat Gereja lain dengan Gereja yang Kudus itu sendiri .
Saya berpendapat , sejak Adam dan Hawa kesalahan , dosa atau apapun itu bisa terjadi pada siapa saja (juga pada Nabi ) dan inti / akar dari dosa adalah adalah karena keinginan duniawi kita untuk jadi seperti Tuhan ( akibatnya Ibu Hawa & bpk Adam makan buah terlarang ; saya pikir ini hanyalah arti kiasan saja bahwa manusia berdosa karena tidak menyadari jati dirinya yang sudah diciptakan sempurna / sesuai citra Allah ) ; keinginan Nafs kita ( Daud dan Betsheba ) ; kekuasaan , kekayaan , kesuksesan duniawi ( kita semua doyan ini meskipun Tuhan sudah mengingatkan berkali kali bahwa hal inilah yang menghalangi kita untuk mengikuti Dia ) .
Pada dasarnya apabila keinginan itu sudah tinggal dalam pikiran kita , maka kita akan dikontrol keinginan tsb ; apabila ada ancaman bakal gagal maka kita akan makin stress , tidak bisa tidur , kecewa , kuatir dst . Umumnya jarang yang bisa mengontrol pikiran tsb .
Jalan untuk mencapai Damai sejahtera Allah sudah diberikan oleh Kristus , yaitu dengan memanggul salib mengikuti Dia ; inilah dasar dari pelayanan ; yaitu agar kita belajar kerendahan hati ; belajar mendapatkan kemurahan hati , belajar menaruh empaty kepada sesama dan hanya inilah jalan agar kita bisa menanggalkan keinginan 2 duniawi kita .
Semoga pelayanan kita memberi manfaat kepada kita untuk mengenal Kasih Allah .
Paulus
Shalom Paulus,
Gereja sebagai Tubuh mistik Kristus memang terdiri dari para kudus dan para pendosa (saints and sinners). Maka memang, Gereja disebut kudus pertama- tama adalah karena Kepalanya, yaitu Kristus adalah kudus, dan bukan semata karena anggota- anggotanya. Namun demikian, karena Kristus menghendali agar kita semua anggota- anggota-Nya menjadi kudus seperti Dia, maka kita semua harus berjuang untuk hidup kudus. Bahwa ketika kita masih hidup du dunia ini, maka akan selalu bergumul dengan godaan- godaan, itu memang realita, namun itu bukan alasan bagi kita untuk ‘menyerah’ saja. Hidup kita ini semacam ujian iman, dan kita harus menghadapinya bersama Yesus, agar kita dapat hidup sesuai dengan janji baptis kita yaitu ‘mati terhadap dosa untuk hidup bagi Tuhan’ (lih. Rom 6:11), atau menolak setan dan segala tipu dayanya, untuk hidup sesuai dengan perintah Tuhan.
Jadi anda benar, bahwa kuncinya adalah kita mau memanggul salib, artinya meninggalkan segala perbuatan daging untuk hidup di dalam Roh Kudus, dan manmpakkan buah Roh Kudus dalam kehidupan kita (lih. Gal 5:19-25). Maka jika kita melihat ada umat Katolik yang hidup tidak sesuai dengan ajaran Kristus, yang pertama- tama perlu kita lakukan adalah berdoa bagi mereka. Jika memungkinkan, dan kita mengenal mereka, tentu ada baiknya kita memberitahu mereka agar jangan terus melakukan dosa tersebut (lih. Mat 18:15-17), namun tentu cara memberitahukannya juga penting, yaitu harus dengan lemah lembut dan atas dasar kasih. Selanjutnya memang terserah kepada orang itu apakah ia mau menerima saran kita atau tidak, kita tidak dapat memaksakannya. Kita percaya Tuhanlah yang pada akhirnya akan menghakimi kita, dan janganlah kita menghakimi mereka, walaupun nampaknya telah bersalah. Pada saat yang sama, kita juga harus jujur menilik ke dalam diri kita, supaya jangan sampai kitapun jatuh ke dalam dosa yang sama.
Demikianlah juga, pada saat kita membaca sejarah, saat kita membaca adanya beberapa Paus yang hidupnya tidak mencerminkan ajaran Kristus. Kita boleh prihatin, namun kita tetap percaya bahwa pada akhirnya Tuhanlah yang mengadili mereka. Fakta tersebut malah membuat kita semakin menyadari kelemahan kita sebagai manusia, dan pada saatnya, kagum akan penyertaan Tuhan atas Gereja-Nya, sehingga walaupun Gereja pernah dipimpin oleh orang- orang yang lemah, namun tetap Tuhan menjaga keutuhan Gereja dan ajaran- ajarannya hingga saat ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Isa Inigo,
Saya setuju dengan anda, bahwa 3 Pilar Kebenaran Gereja ( TIM ; T = Tradisi Suci, I = Injil, M = Magisterium Gereja ) yang DIBERIKAN dan DIJAGA oleh YESUS beserta PARA RASULNYA kepada PARA BAPA GEREJA dari dulu, sekarang dan selama – lamanya akan SELALU JAUH MELEBIHI KESEMPURNAAN, ABADI, TETAP & TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH. Meskipun CUMAN 13 Paus yang tidak bermoral dibandingkan dengan 241 Paus yang hidupnya KUDUS & BERJUANG MATI – MATIAN demi Yesus. dan ke-13 Paus inipun TIDAK diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk memberikan pengajaran dalam Gereja. Memang HARUS BENAR – BENAR KUDUS, RENDAH HATI barulah para Paus tersebut memberikan pengajaran yang TETAP BERDASARKAN TIM. Semakin aku cinta pada Gereja Katolik. Amin
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
Shalom Pak Budi,
Rasanya perlu sedikit koreksi nih, tulisan bapa “Meskipun cuma 13 Paus yang TIDAK BERMORAL…. tidak tepat karena setahu saya, setidaknya Paus Pius XI dan XII itu hanya digunjingkan saja tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Bahkan Paus Pius XII itu sudah bergelar Venerable, setingkat dibawah beatifikasi, atau 2 tingkat di bawah Santo.
Tuhan Yesus memberkati.
Terimakasih atas bacaan 13 paus kontroversial. Dari 265 paus sampai Paus Benedictus XVI sekarang ini, ada 13 yang kontroversial itu. Namun kaum anti Gereja lebih suka membesar-besarkan yang 13 itu yang sudah juga kasusnya sudah lama berlalu dan kalau dibaca secara jernih tak separah apa yang dilakukan pemerintah-pemerintah kerajaan dunia sampai kini. 13 oknum itu sama sekali tidak mengutak-atik Ajaran Gereja Katolik, selain perilaku moralnya saja buruk [dari Katolisitas: mohon dibaca kembali dengan teliti, tidak semua dari ke 13 Paus itu mempunyai perilaku moral yang buruk]. Beda sekali dengan pemimpin gereja-gereja protestan atau anglikan yang (maaf ya), ketika perilaku moralnya buruk, mereka lalu mengubah ajarannya (lihat saja buku karya Scott & Kimberly Hahn “Rome Sweet Home”, terbitan Dioma, Malang tahun 2000). Nyatanya, Gereja berjalan terus dengan Roh Kudus membimbing dan Kristus menjaga sehingga Gereja Katolik tak kan binasa sesuai janji-Nya, bahkan makin berkembang sampai ke ujung bumi juga di pelosok Indonesia. Viva Katolik! Salam: Isa Inigo
Shalom Bp. Isa Inigo,
“…bahkan makin berkembang sampai ke ujung bumi juga di pelosok Indonesia.” Setuju, Bapak!
Di kala saya sempat terombang-ambing dan meragukan kebenaran Gereja Katolik karna pengetahuan yang sangat minim tentangnya, namun syukurlah ada satu kesadaran yang membuat saya bertahan. Yaitu, saya melihat, bahkan di kampung saya, di pedalaman Kalimantan Barat — daerah yang dulu pasti sangat sulit didatangi — Gereja Katolik tetap berdiri di sana dengan sifatnya yang “satu” itu. Saya sungguh kagum saat itu, karna merasa: kalau Gereja Katolik di kampung saya adalah sama dengan Gereja Katolik di pusat sana (juga dengan Gereja Katolik di manapun), maka padanya pasti ada sesuatu yang sangat istimewa.
Memang betul, Gereja Katoliklah yang paling istimewa.
Salam,
Lukas Cung
Shalom mbak ingrid,
Saya membaca di wikipedia tentang 7 paus yg mempunyai sejarah hidup yg kelam. Menurut agama kita katolik bahwa paus dipilih oleh tuhan. Apa benar ya mbak kisah hidup 7 org paus kita seperti itu? Mohon dijelaskan ya mbak saya bingung Sebelumnya saya ucapkan terimakasih .
Salam sejahtera
sonya
[…..(diedit) Dari Katolisitas: pertanyaan selengkapnya dan jawabannya sudah ditayangkan di atas, silakan klik]
shalom mbak Ingrid,
Terimakasih atas penjelasannya yg lengkap mbak ingrid. Semoga iman katolik kita semakin dikuatkan. amin
salam dalam kasih kristus
Sonya
Comments are closed.