Pertanyaan:

apa isi buku dead sea scroll tersebut?
Yinengsih

Jawaban:

Shalom Yinengsih,

1. Pengertian

Dead Sea Scrolls adalah sejumlah lembaran kulit, papyrus dan tembaga yang diduga berasal dari tahun 100 BC sampai dengan 135 AD, yang mengandung bagian- bagian dari beberapa kitab dari Perjanjian Lama dan beberapa teks yang tidak termasuk dalam Kitab Suci, dalam bahasa Ibrani dan Aramaic, dan termasuk tulisan- tulisan apokrif, komentar/ penjelasan- penjelasan, lagu-lagu pujian/ hymne, Mazmur dan peraturan- peraturan kelompok sekte Yahudi tertentu; yang ditemukan di gua- gua dekat pantai Utara-Barat Laut mati, sejak tahun 1947.

2. Tentang naskah Dead Sea Scrolls

Informasi tentang naskah yang diketemukan dalam ke-11 gua tersebut dapat anda baca di Wikipedia. Demikian ringkasannya:

Gua #1: Kitab- kitab Yesaya, Ketentuan Komunitas (Yahudi), Habakkuk, Hymne Lagu Syukur, Kejadian Apokrif, Perjanjian kaum Lewi, Kejadian, Keluaran, Imamat, Ulangan, Hakim- hakim, Samuel, Yehezkiel, Mazmur, Mikha, Zefanaya, Yubelium, Kitab Nabi Nuh, Perkataan Nabi Musa, Enokh, Nubuat Apokrif, Instruksi, Peraturan kongregasi, Peraturan penyembahan, Teks Liturgi, Daniel.

Gua #2: Kitab- kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yeremia, Mazmur, Ayub, Ruth, Sirakh, Yubelium, tulisan apokrif tentang Musa, Daud, nubuat, teks Yerusalem baru, Teks Yuridis, Kitab Enokh.

Gua #3: Kitab- kitab Yehezkiel, Mazmur, Ratapan, Yesaya, Yubelium, Perjanjian Yudea.

Gua #4: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Kidung Agung, Daniel, Yosua, Targum, Yesaya, Hosea, Nahum, Midrash, Anthologi Mesianis, Ratapan, Tobit, Imamat, Perjanjian Naftali, Wahyu, Peraturan Komunitas (Yahudi), Dokumen Damaskus, Penulisan kembali kelima Kitab Musa (Pentateuch: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan), Mazmur apokrif, MMT (Miqsat Maase Ha-Torah), Liturgi, Hymne Raja Yonatan, Nyanyian para pemenang, Wahyu Mesianis, Perjanjian Yusuf, teks Yerusalem Baru.

Gua #5: Ulangan, 1 Raja- raja, Apokrif Maleakhi, Peraturan Komunitas, Dokumen Damaskus, Yerusalem Baru.

Gua #6: Kejadian, Imamat, Ulangan, Raja- raja, Kidung Agung, Daniel, Enokh, Samuel, nubuat apokrif, nubuat imamat, Dokumen Damaskus, Penyembahan, Dokumen kalender, Hymne, Kejadian, Ulangan.

Gua #7: Keluaran, Barukh, Enokh, Teks- teks alkitabiah.

Gua #8: Kejadian, Mazmur, Filakteri, Ulangan, Hymne

Gua #9: belum teridentifikasi

Gua #10: Ostrakon

Gua #11: Imamat, Ulangan, Yehezkiel, Mazmur, Ayub, Yubelium, Melkisedek, Kidung Korban Sabat, Yerusalem Baru, Naskah Bait Suci, Filakteri.

3. Pentingnya penemuan tersebut terhadap Kanon Kitab Suci dan Kristianitas

Dari penemuan tersebut dapat diketahui tentang betapa akuratnya penyalinan Kitab Suci yang diteruskan sepanjang sejarah manusia. Penemuan ini dapat memperkaya di bidang penelitian teks Kitab Suci. Sebelum ditemukan Dead Sea Scrolls, manuskrip Kitab Suci dalam bahasa Ibrani adalah dari teks Masoretik di abad ke 10 dan manuskrip Kitab Suci Perjanjian Lama (dalam bahasa Yunani) yang tertua adalah Codex Vaticanus Graecus (1209)- yang ditulis dengan huruf- huruf (uncial letters) abad ke-4 dan Codex Sinaiticus (awal abad ke 19).

Ada banyak teori tentang komunitas Qumran yang menyimpan Dead Sea Scrolls ini. Kebanyakan para ahli memperkirakan bahwa naskah- naskah tersebut adalah milik komunitas Essenes yang ekstrim menganggap bahwa merekalah sisa Israel, yang akan menerima penggenapan janji Allah. Maka, sebenarnya, Dead Sea Scrolls yang ditemukan di Qumran tersebut penting untuk menunjukkan fakta tentang agama Yahudi di Palestina di abad pertama, dan bukan komunitas Kristen di abad pertama.

Menurut Luke Timothy Johnson, seorang pakar Kitab Suci, ada sedikitnya tiga hal yang dapat kita ketahui melalui penemuan Dead Sea Scrolls, (lih. Luke Timothy Johnson, The Writings of the New Testament, (Minneapolis:Augsburg Fortress, 1999), p. 62-65) yaitu:

1. Dari naskah- naskah tersebut, kita ketahui bahwa teks- teks yang dulunya kita pikir tidak cocok atau malah bertentangan, dapat ditemukan berdampingan di komunitas ini.

2. Naskah- naskah di Qumran menunjukkan adanya pengaruh budaya (dalam hal ini pengaruh budaya Yunani) dan adanya perkembangan ajaran, baik di dalam agama Yahudi dan Kristen. Mungkin Josephus [seorang sejarahwan abad awal] mungkin tidak keliru sewaktu menyebutkan bahwa kaum Essenes adalah kaum Yahudi Phytagorean, yang mempraktekkan kemurnian, yang lebih terpengaruh praktek filosofi Yunani, daripada praktek hukum Taurat.

Komunitas Qumran menunjukkan kelompok yang terstruktur dengan otoritas, dengan hukum (legalism) yang kaku/ tegas, dengan peraturan sangsi, dan mempunyai konsep eksplisit tentang akhir dunia/ eskatologi [surga, neraka, kematian, penghakiman] yang akut/ ekstrim. Maka tidak dapat lagi dipegang suatu anggapan bahwa jika komunitas yang terstruktur dengan legalism (hukum yang tegas) maka menjadi tidak peka akan akhir dunia.

3. Qumran memberikan analogi yang jelas antara komunitas sekte Yahudi (Essenes) dengan komunitas Kristen awal. Kemiripan adalah dalam dua hal: 1) kesadaran bahwa mereka ditentang oleh kaum Yahudi secara umum, karena mereka yakin sebagai kelompok yang disebut sebagai ‘sisa Israel’; 2) berdasarkan kesadaran itu mereka meletakkan dasar bagi interpretasi hukum Taurat sesuai dengan karakter kelompok mereka.

Dari kenyatan ini Johnson menyimpulkan bahwa simbolisme dalam Kitab Taurat diinterpretasikan oleh banyak kelompok di mana- mana, dan interpretasi ini dapat saja berbeda- beda. Penyebab perbedaan ini harus ditelusuri dari asal usul dan pembentukan keyakinan mereka. Bagi kita umat Kristen, dasar interpretasi kita adalah pengajaran Kristus yang diteruskan kepada para rasul.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

7 COMMENTS

  1. Dear Katolisitas;

    Apakah Dead Sea scrolls mendukung kanon GK yg memasukkan Deuterokanika.?

    • Shalom Fxe,

      Memang ada dari antara naskah- naskah dalam Dead Sea scrolls tersebut, diketemukan beberapa kitab- kitab Deuterokanonika, seperti kitab Sirakh, Tobit, Barukh; namun juga di naskah- naskah tersebut ditemukan kitab- kitab apokrif, yang tidak termasuk dalam kanon Kitab Suci. Bahwa ada yang ‘mirip’ namun tidak sama seluruhnya, berkenaan dengan naskah-naskah Dead Sea Scrolls tersebut dengan kanon Kitab Suci. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa secara obyektif dan secara umum, ajaran Gereja Katolik tidak dipengaruhi oleh penemuan di Dead Sea Scrolls. Namun dapat diketahui secara obyektif, bahwa kitab- kitab Deuterokanonika merupakan kitab yang berakar dalam kehidupan umat Yahudi pada jaman menjelang kelahiran Kristus, yaitu yang diterapkan dalam komunitas di Qumran. Itulah sebabnya kitab- kitab Deuterokanonika tidak terpisahkan dari kesatuan kitab- kitab Perjanjian Lama yang merupakan kitab- kitab yang memperoleh penggenapannya di dalam kitab- kitab Perjanjian Baru, oleh kelahiran Tuhan Yesus Kristus, yang sudah lama dinubuatkan oleh para nabi.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Terima kasih,

        Dengan ditemukannya kitab2 Deuterokanonika tsb dlm bahasa Hebrew, bukankah berarti kitab2 tsb memang berasal dari tradisi lama Yahudi, dan bukan bukan baru dibuat belakangan oleh komunitas Yahudi berbahasa Yunani?

        • Shalom Fxe,
          Ya benar. Dalam hal ini teks- teks Dead Sea Scrolls merupakan saksi bahwa sebagian kitab- kitab Deuterokanonika yang ditulis dalam bahasa Ibrani memperkuat fakta bahwa tradisi lama Yahudi tidak terpisahkan dengan tradisi Yahudi di abad ke-satu sebelum Masehi, yang sudah mengenal bahasa Yunani.
          Maka, jika kita melihat dari sisi ini, penemuan Dead Sea Scrolls memperkuat posisi Gereja Katolik, yang memang memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika sebagai bagian dari Kitab- kitab Perjanjian Lama, karena sesungguhnya kitab- kitab tersebut tidak terpisahkan dalam kesatuan tradisi Yahudi, di mana Yesus kemudian dilahirkan dan menjadi bagian di dalamnya. Penemuan kitab- kitab Deuterokanonika dalam bahasa Ibrani dalam Dead Sea Scrolls mementahkan anggapan para penolak kitab- kitab Deuterokanonika yang beranggapan bahwa kitab- kitab tersebut tidak asli karena ‘tidak diketemukan naskah Ibraninya’. Sekarang setelah ditemukan naskah asli Ibraninya, tentu argumen tersebut menjadi tidak valid/ sah.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Syalom Saudari Ingrid,

    Apa boleh dikatakan kalau Dead Sea Scroll itu adalah SALAH SATU ELEMEN dalam TRADISI SUCI ?
    Atau boleh kita pandang sebagai KEKAYAAN GEREJAWI kita untuk lebih meneguhkan isi Kitab Suci ?

    Terima kasih atas jawabannya
    Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA

    • Shalom Budi Darmawan,
      Kemungkinan, menurut para ahli sejarah, Dead Sea Scrolls sebenarnya adalah naskah yang dimiliki oleh komunitas Yahudi Pelestina, yang bernama Essenes. Jika demikian, naskah- naskah tersebut tidak berhubungan dengan Gereja awal. Hanya saja karena naskah- naskah tersebut antara lain memuat naskah Kitab Suci Perjanjian Lama yang juga termasuk dalam kanon Kitab Suci, maka sepertinya kedua hal tersebut berhubungan. Padahal sebenarnya tanpa ditemukannya Dead Sea Scrolls, juga tidak ada pengaruhnya bagi ajaran Gereja. Hanya sekarang, setelah ditemukan, maka secara obyektif dapat dilihat bahwa Kitab Suci yang kita miliki sekarang itu memang disalin dari suatu bukti yang cukup otentik, dengan ditemukannya naskah Kitab Suci yang berumur kurang lebih dua ribu tahun.

      Penemuan Dead Sea Scrolls merupakan penemuan penting bagi sejarah manusia, baik bagi umat Yahudi maupun Kristen, yang menguatkan otentisitas kitab- kitab Perjanjian Lama, yang memang sudah ada sejak abad- abad awal (bahkan sebelum masehi), dan bukan rekayasa orang di abad- abad berikutnya. Karena pengertian Tradisi Suci tidak terlepas dari Gereja, yang bersumber pada pengajaran Kristus dan para rasul, maka jika komunitas pemilik Dead Sea Scrolls itu bukan Gereja, maka secara keseluruhan Dead Sea Scrolls itu tidak terhitung sebagai Tradisi Suci. Namun ada catatannya, yaitu karena ada sebagian dari naskah- naskah itu yang sama dengan naskah- naskah dalam kanon Kitab Suci Perjanjian Lama (PL), maka apa yang tertulis di dalam naskah PL tersebut adalah sama dengan Tradisi Suci Gereja, yaitu Kitab Suci Perjanjian Lama.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      Salam kasih

Comments are closed.