Sebenarnya, apakah ada Kristus di dalam gereja-gereja Protestan? Bagaimana pandangan Gereja Katolik tentang hal ini? Begitulah beberapa pertanyaan yang muncul dari pembaca katolisitas.

Memang patutlah disayangkan bahwa di dalam sejarah Gereja, terjadi perpecahan yang membawa dampaknya sampai sekarang. Hal perpecahan ini memang tidak sesuai dengan kehendak Kristus yang menghendaki Gereja-Nya Satu (lih. Yoh 17:20-21). Bagaimana Gereja memandang hal ini? Kita dapat melihat apa yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik dalam Konsili Vatikan II, Unitatis Redintegratio (Dekrit tentang Ekumenisme):

3. (Hubungan antara saudara-saudari yang terpisah dan Gereja Katolik)

“Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awalmula telah timbul berbagai perpecahan (Lih. 1Kor 11:18-19 ; Gal 1:6-9 ; 1Yoh 2:18-19), yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak dihukum (Lih. (1Kor 1:11- dan 1Kor 11:22). Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, kadang-kadang bukan karena kesalahan kedua belah pihak. Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan dibesarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja Katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih. Sebab mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibaptis secara sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja Katolik, meskipun persekutuan ini tidak sempurna. Perbedaan- perbedaan yang ada dalam derajat yang berbeda di antara mereka dan Gereja Katolik- baik perihal ajaran dan ada kalanya juga dalam tata-tertib, maupun mengenai tata-susunan Gereja, memang menciptakan banyak hambatan, kadang menjadi hambatan yang serius, terhadap persekutuan gerejawi yang penuh. Gerakan ekumenis bertujuan mengatasi hambatan-hambatan itu. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan dalam Kristus. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan (Lih. St. Agustinus, Uraian tentang Mzm 32, Ur.II, 29: PL 36, 299).

Kecuali itu, dari unsur-unsur atau nilai-nilai, yang keseluruhannya ikut berperanan dalam pembangunan serta kehidupan Gereja sendiri, beberapa bahkan banyak sekali yang sangat berharga, yang dapat ditemukan di luar kawasan Gereja Katolik yang kelihatan: Sabda Allah dalam Kitab suci, kehidupan rahmat, iman, harapan dan cinta kasih, begitu pula kurnia-kurnia Roh kudus lainnya yang bersifat batiniah dan unsur-unsur lahiriah. Itu semua bersumber pada Kristus dan mengantar kepada-Nya, dan memang selayaknya termasuk gereja Kristus yang tunggal.

Tidak sedikit pula upacara-upacara agama kristen, yang diselenggarakan oleh saudara-saudari yang tercerai dari kita. Upacara-upacara itu dengan pelbagai cara dan menurut bermacam-ragam situasi masing-masing Gereja dan jemaat sudah jelas memang dapat menyalurkan hidup rahmat yang sesungguhnya, dan harus diakui dapat membuka pintu memasuki persekutuan keselamatan.

Oleh karena itu Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja katolik.

Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai Jemaat dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh Kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah, selama berziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkan dari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurut rencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruh kepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi.” (UR 3)

Dengan berpegang pada pengajaran ini, maka kita dapat melihat apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik:

1. Kristuspun ada di dalam gereja- gereja Protestan, sebab Kristus, di dalam kebijaksanaan-Nya dapat memakai banyak cara untuk menuntun manusia kepada keselamatan. Namun kepenuhan Kristus dan kepenuhan upaya- upaya penyelamatan hanya ada di dalam Gereja Katolik yang didirikan oleh Kristus di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16:18).

2. Karena kepenuhan Kristus, rahmat dan kebenaran-Nya ada di dalam Gereja Katolik, maka sebagai umat Katolik kita sesungguhnya dituntut banyak (lih. Luk 12:48), dan hal ini harus mendorong kita untuk mewartakannya. Kesadaran bahwa Kristus ada juga di dalam gereja- gereja yang lain tidak dimaksudkan agar kita tidak perlu mewartakan kepenuhan Kristus. Sebaliknya, kita perlu memahami iman Katolik yang kita terima sebagai warisan iman dari para Rasul agar kitapun dapat memiliki kehendak yang sama dengan Kristus dan para Rasul, yaitu mengusahakan persatuan Gereja-Nya, seperti yang didoakan oleh Kristus dalam Yoh 17.

3. Di jaman dahulu memang terjadi perpecahan (pemisahan diri) antara sekelompok jemaat yang dipimpin oleh tokoh- tokoh tertentu, dengan Gereja Katolik; dan hal ini memang tidak sesuai dengan kehendak Kristus. Biarlah mengenai hal ini, kita serahkan kepada Tuhan saja untuk menilai semua orang yang terlibat sehingga terjadi perpecahan itu. Namun, sebaiknya kita mengakui bahwa pada generasi- generasi selanjutnya, dapat muncul orang- orang yang sungguh- sungguh tulus mencari Tuhan sesuai dengan hati nuraninya, sehingga mereka ini tidak dapat dipersalahkan sebagai ‘memisahkan diri’ dari Gereja Katolik. Sebab jika orang- orang semacam ini mencari terus dengan suara hati yang murni, mereka akan dapat sampai kepada Gereja Katolik, seperti yang terjadi pada Cardinal Henry Newman di abad ke 19(1801- 1890), dan Scott Hahn di abad ini, yang kisah kesaksian hidupnya telah kita kenal lewat bukunya Rome Sweet Home, dan juga banyak tokoh/umat Protestan lainnya yang akhirnya menjadi Katolik. Kisah kesaksian hidup mereka yang kemudian bergabung ke pangkuan Gereja Katolik dapat kita simak, di link ini, silakan klik. [Di sana ada 616 video kesaksian bagaimana seseorang yang belum mengenal Gereja Katolik, ataupun yang tadinya ‘membenci’ Gereja Katolik, akhirnya malah menjadi Katolik, antara lain, setelah mendalami Kitab Suci dan sejarah Gereja, yang memuat ajaran para Bapa Gereja]. Jangan kita lupa, bahwa perpecahan yang terjadi di masa silam pun akhirnya dapat membawa seseorang kepada persatuan penuh dengan Gereja Katolik, seperti yang baru-baru ini terjadi tanggal 10 November 2010 pada 5 orang uskup Anglikan yang menyatakan surat pengunduran diri mereka sebagai uskup Anglikan, karena mereka bergabung sepenuhnya dengan Gereja Katolik. Beritanya dapat anda baca di sini, silakan klik.

4. Maka tugas kita sebagai umat Katolik adalah mendalami iman kita, melaksanakannya dan menyebarkannya. Sebab, walaupun kita percaya bahwa Kristus ada di dalam gereja- gereja lain, dan kebenaran-Nya bahkan ada juga di dalam agama- agama lain, namun kepenuhan Kristus dan kebenaran-Nya hanya ada di dalam Gereja Katolik. Itulah sebabnya kita sebagai umat Katolik mempunyai tanggungjawab yang besar, sebab jika kita sudah menemukan kepenuhan kebenaran ini kita tidak dapat begitu saja meninggalkannya, hanya demi kepentingan pribadi, misalnya karena urusan pekerjaan, pernikahan ataupun selera/ perasaan pribadi. Sebab jika kita menempatkan kepentingan pribadi di atas kepenuhan kebenaran ini, malah kita menjauhkan diri dari jalan yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yesus sendiri untuk menyelamatkan kita. Kasus ini menjadi berbeda dengan kasus seseorang yang bukan karena kesalahannya sendiri, belum dapat menemukan Kristus dan Gereja-Nya yang hadir dalam kepenuhan-Nya dalam Gereja Katolik. Silakan membaca selanjutnya tentang topik ini di artikel ini, silakan klik, dan di sini, silakan klik.

Semoga kita diberi kebijaksanaan oleh Tuhan untuk dapat mengakui keberadaan Kristus di tengah umat Kristen non- Katolik, yang adalah juga saudara- saudari kita dalam Kristus, namun pada saat yang sama, kitapun teguh di dalam iman Katolik dan dalam Gereja Katolik, karena di dalamnya, Kristus hadir dalam kepenuhanNya.

17 COMMENTS

  1. Shalom Aleikhem,
    Smoga kita semua diberkati Kristus Yesus
    Saya ingin mengomentari artikel ini dengan menyatakan bahwa meski Gereja tak memberikan beban dosa perpecahan kepada generasi Protestan yang memang terlahir sebagai protestan, namun bukan berarti SEMUA generasi Protestan masa kini bebas dari beban dosa perpecahan itu.
    Bagi jemaat protestan yang memiliki disposisi hati yang positif (baca: berkehendak baik terhadap Gereja Katholik) memang tak ikut menanggung beban dosa perpecahan.
    Namun bagi para jemaat protestan maupun (terutama) para pemuka denominasi protestan yang secara sadar bersikukuh mengambil sikap melawan pengajaran Gereja Katholik dan melakukan pelecehan secara sadar terhadap Dogma Gereja serta terhadap Sakramen-Sakramen Gereja, mereka tetap berada pada bayang-bayang dosa perpecahan karena tak mau membuka hati nurani terhadap karya Roh Kudus yang notabene tetap menyertai Gereja yang Satu yang sejak awal didirikan oleh Kristus Yesus.

    Kemudian mengenai redaksional artikel ini, saya hanya ada “sedikit” koreksi mengenai adanya “tulisan yang tidak tepat” yaitu pada kalimat sebagai berikut:

    <>

    Dalam kalimat tersebut dituliskan tentang 5 orang Kardinal Anglikan yang bergabung ke dalam Gereja Katholik. Itu tidak akurat. Seharusnya dituliskan: “…5 orang PRELAT Anglikan…”
    Demikian sekedar sharing pendapat dan sedikit koreksi dari saya.
    Semoga berkenan bagi penulis dan bermanfaat bagi saudara dan saudari terkasih dalam Kristus Yesus.

    Tuhan Memberkati

    [dari katolisitas: Terima kasih atas koreksinya. Setelah melihat sumber beritanya, kami ganti menjadi “uskup”. Tidak semau prelat adalah uskup, dan uskup yang memang membawahi keuskupan (prelature) tertentu juga disebut prelate.]

  2. Shallom Stefanus….Saya 10 tahun yang lalu adalah Katholik yang berpindah Kristen. .Saya pernah menulis di website ini ketika terjadi persilatan kata antara Anna seoarang ex Katholik dan anda .Disini .Anda tidak bijaksana menjelekan gereja Kristen lagi dengan mengatakan Gereja Kristen tidak mencapai kebenaran yang utuh .Hanya Gereja Katholik yang utuh dalam kebenaran.Stefanus….ini memang website Katholik.Tapi anda tidak sepantasnya mencari /menuduhkan kesalahan pada Gereja Krsiten untuk membangun citra baik pada gereja Katholik ya..Hanya karena memisahkan diri dari gereja Katholik.Fakta adalah tidak benar.Ex Katholik yang berpindah ke Kristen.Biasanya mereka menemukan Kebenaran dalam Kristus.Saya rasa rata rata mereka tidak pernah kembali jadi seorang Katholik.Hal lain…Gereja Katholik memang yang pertama.Tapi bukan berarti yang duduk di Magisterium adalah Petrus. Petrus adalah seorang Rasul yang luar biasa.Dia dipilih Yesus langsung. .Dia tidak sama dengan i pastor Katholik di Magisterium yang manusia biasa atau pendeta Kristen yang yang bisa disamakan dengan Petrus.Jauh berbeda .iSaudara Stefanus Saya sarankan daripada anda membuang pemikiran dan energi untuk menjatuhkan image gereja Kristen 1..Lebih baik anda memusatkan untuk membangun yang sudah dibaptis jadi Katholik tetap kuat dalam Kirstus seterusnya serta tidak terhilang ditengah jalan dalam pengikutannya dengan Yesus. Seperti saudara saya,teman temanku,keponakanku.Saya prihatin dengan mereka karena mereka merasa tetap Katholik tapi sudah tidak ke gereja hari Minggu,ke dukun,bersedia menjual l Yesus demi satu perkawinan.,Maaf kehidupan mereka sudah seperti orang yang tidak pernah mengenal Yesus Ini info fakta buat anda..Walau sudah dibaptis.Intinya kehidupan mereka tidak berbeda dengan orang yang tidak mengenal Yesus.2.Stefanus…info buat anda.Anda bisa browsing di You Tube .Seorang bekas Jendral Saksi Yehova menyusup ke gereja Katholik. . dari awal kebaktian sampai achir.Jadi Stefanus….cuma itu yang ingin saya sampaikan.Saya sangat berharap ke depan anda bijaksana Gereja Kristen sudah berdiri berkembang sendiri diluar Katholik. Jadi tidak bisa dikatakan gereja Kristen dalam gereja Katholik.Serta tidak akan menyatu satu lagi seperti harapan anda..Tuhan Yesus memberkati.

    • Shalom Fransisc,

      Terima kasih atas komentar Anda. Tentu saja kami masih ingat akan diskusi dengan Anda yang dapat dilihat di sini – silakan klik. Kalau Anda mau, Anda juga dapat melanjutkan diskusi di link tersebut.

      Sebenarnya tidak ada maksud kami untuk menjelekkan agama Kristen non-Katolik. Karena katolisitas adalah website bernafaskan Katolik, tentu saja kami berusaha untuk menulis sesuai dengan apa diajarkan oleh Gereja Katolik. Dan jangan melupakan bahwa apa yang kami tuliskan juga disertai dengan dasar-dasar. Dan kalau Anda bersedia, maka Anda juga dapat berpartisipasi dalam dialog. Jadi, tidak ada yang berniat membangun citra baik dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam situs katolisitas.org ini.

      Bahwa ada yang berpindah dari Gereja Katolik ke gereja lain memang adalah kenyataan. Namun, tidak dapat disangkal juga bahwa ada banyak umat Kristen non Katolik yang juga berpindah ke Gereja Katolik, termasuk ada begitu banyak pendeta di Amerika, yang kemudian berpindah ke Gereja Katolik. Kalau Anda melihat arsip EWTN, ada sekitar 755 audio file tentang conversion storiessilakan klik.

      Dan tentang tuduhan-tuduhan Anda yang lain, saya pikir saya tidak perlu menanggapinya, kecuali kalau Anda memang ingin berdiskusi tentang dogma dan doktrin. Diskusi tentang kasus-kasus tidak akan membawa kita pada diskusi yang membangun, karena memang ada umat Katolik yang tidak menjalankan imannya dengan baik, dan sebaliknya memang ada umat Kristen non-Katolik yang juga tidak menjalankan imannya dengan baik.

      Pada akhirnya, memang keputusan berada di tangan Anda apakah memang Anda ingin tetap di gereja non-Katolik. Namun, menurut saya, alangkah baiknya, kalau memang keputusan seseorang meninggalkan gerejanya adalah karena keputusan matang yang berdasarkan dogma dan doktrin. Semoga demikian. Dan kalau memang Anda ingin berdiskusi tentang dogma dan doktrin, maka dengan keterbatasan yang ada, saya akan berusaha untuk menjawabnya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • Dear Fransisc… Jesus be with you…
      Setuju… Tp aku boleh kasih masukan sedikit ya… Sepengetahuanku istilah “Kristen” berarti “Pengikut Kristus”, tp di masa kini maknanya bergeser hingga cuma merujuk pada Gereja Protestant sehingga dalam masyarakat umum bahkan dalam kita sendiri (Katolik-Protestan) terjadi pergesaran pemahaman. Pengikut Kristus adalah semua Gereja Kristus sehingga Katolikpun adalah Kristen. Bahkan Kristen yang paling tua. Jd penggunaan kata Kristen dibandingkan dengan Katolik saya rasa kurang tepat

      [Dari Katolisitas: Ya, menjadi Katolik, itu adalah juga menjadi Kristen, bahkan dalam arti yang sebenarnya, sebab dengan menjadi Katolik, berarti mengikuti keseluruhan Kristus, termasuk seluruh ajaran-Nya, dan Gereja-Nya.]

      Saya salut dengan anda karena saya simak anda seorang pencari kebenaran Kristus. Saya seorang Katolik yg sangat percaya bahwa Kristus ada dalam setiap Gereja yg membabtis dalam nama Bapa Putera dan Roh Kudus. Saya percaya akan Sakramen dan semua perangkat Gereja, tp buat saya itu semua adalah hanya sarana penyalur bagi apa yg lebih utama yakni Iman sendiri. Kita jangan pernah lupa bahwa Gereja dalam kacamata sosial tetap merupakan sebuah lembaga.

      [Dari Katolisitas: Gereja melalui sakramen merupakan sarana yang menyalurkan rahmat Tuhan. Namun Allah dapat tetap bekerja di luar sakramen, seperti misalnya mendorong orang supaya beriman kepada Kristus, pada saat ia sendiri belum menerima sakramen apapun.
      Terdapat dua dimensi dalam Gereja, yaitu dimensi yang terlihat dan tak terlihat, manusiawi namun juga ilahi. Maka Gereja memang dapat dihubungkan sebagai lembaga yang kelihatan, tetapi menurut ajaran Kitab Suci, Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus dan Mempelai Kristus (lih. Ef 5:22-33).]

      Gerejapun pasti punya kekurangan. Karena apa? Karena Gereja manapun yg jalani adalah manusia, Dan manusia itu kurang. Seandainya yg jalani Malaikat mungkin lebih baik dari kita hehehehe. Tp Kristus adalah Sempurna. Sehingga jangan berkiblat pada Gereja (lembaga dunia) tp berkiblatlah pada Yesus sendiri. Jika kita berkiblat pada Gereja (dalam arti lembaga dunia) kita akan kecewa karena tidak dipungkiri di sana banyak ditemukan praktek2 yg tidak menggambarkan Kristus sendiri.

      [Dari Katolisitas: Di sini nampak bahwa pandangan Anda terpusat pada dimensi menusiawi, sehingga Anda mengatakan demikian. Sebab walaupun Gereja beranggotakan manusia, namun kita harus melihat bahwa Kepala Gereja adalah Kristus yanga dalah kudus. Kristuslah yang menguduskan Gereja, dan ini nampak jelas dalam para orang-orang kudus-Nya yang kita kenal sebagai Santo dan Santa].

      Banyak jemaat kita dan juga saudara non-Kristen sering melihat laku para jemaat sebagai patokan untuk menilai Kristus sendiri. Keburukan yg mereka temukan di sana akhirnya jd pusat perhatian orang2 tersebut. Dimulai dengan hafal tante dan om ku ini ga pernah ke Gereja lagi, akhirnya mulai memperhatikan si pastor ini yg suka sama suster itu, si pendeta ini yg kawin lagi terus tinggalkan Yesus, si Uskup ini yg melecehkan si itu, si Paus ini yg terlibat skandal politik itu, dan masih banyak lagi.

      [Dari Katolisitas: Maka perlu kita melihat dengan lebih berimbang. Sebab memang anggota Gereja beragam, ada pendosa dan ada juga yang kudus. Mari jangan menutup mata terhadap keberadaan orang-orang kudus dalam Gereja, baik yang sudah dikanonisasi, maupun yang belum atau bahkan tak pernah dikanonisasi; dan juga akan rahmat pengudusan yang Tuhan sediakan dalam Gereja-Nya.]

      Intinya bagi saya kita tidak perlu terlalu fanatik terhadap Gereja, tp kita perlu fanatik tentang Kristus. Karena banyak orang yg saat ini justru mentuhankan agama. Kita sebagai Kristen sejati harus selalu ingat, Katolik dan Protestan bukanlah Tuhan, yg Tuhan adalah Yesus Kristus.

      [Dari Katolisitas: Menyampaikan ajaran Gereja apa adanya tidak sama dengan fanatik. Sebab ‘fanatik’ berkonotasi kepada entusiasme yang berlebihan sampai menjadi tidak kritis lagi. Kami di Katolisitas hanya menyampaikan ajaran iman Katolik, sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja Katolik. Kami tidak mengatakan kata-kata kasar kepada pihak lain, dan kami tetap menghormati pandangan setiap pengunjung situs ini. Sebagai murid Kristus, kita tidak boleh fanatik, bahkan fanatik tentang Kristus, jika kita memahami definisi ‘fanatik’. Sebab sebagai murid Kristus, kita tetap harus mempertanggungjawabkan iman dan pengharapan kita dengan lemah lembut dan hormat (1Ptr 3:15), dan sikap ini jauh berbeda dengan sikap orang yang fanatik. Memang Katolik dan Protestan bukan Tuhan, dan tidak ada yang sedang men-tuhankan salah satu di antara keduanya di sini.]

      Buat bpk. Stefanus Tay… Terima kasih sharingnya, saran saya judulnya diganti aja, karena judul tersebut tetap berbau provokatif (walaupun anda tidak bermaksud seperti itu) apalagi diakhiri dengan tanda tanya yg seakan memberi kesan meragukan. Konteks bahasan-nya kan tentang Kristus dalam gereja selain Katolik. Di atas anda menjelaskan bahwa Gereja Katolik juga mengiyakan bahwa Kristus juga ada di sana, Karena memang ADA, saya rasa tidak perlu pakai tanda tanya lagi.

      [Dari Katolisitas: Judul di atas dibuat berdasarkan dari pertanyaan nyata yang masuk ke redaksi Katolisitas, dan bukan karena kami yang mengada-ada. Adalah hak kami untuk menampilkan pertanyaan apa adanya, untuk menyampaikan realita yang ada; sebab bukannya tidak mungkin para pembaca juga dapat ditanyai pertanyaan serupa.]

      Yang terakhir, buat Fransisc maupun Bpk. Stefanus.
      Saya sedikit malu kita sama-sama pengikut Kristus harus berdebat tentang Kristus sendiri. Kostum, Sakramen, nyanyian boleh beda, tpi Yesus Kristus itu, baik secara Ilahi maupun manusiawi adalah satu.

      Semoga kita yg berbeda dalam perangkat dunia, semakin satu dalam Iman Kristus. Ameeeeennnn….
      Inigo Ife

      [Dari Katolisitas: Menjadi tanggungjawab kita bersama untuk berdialog dengan kasih, tanpa menyembunyikan kebenaran itu sendiri. Mari berdoa bagi kesatuan Gereja, sebagaimana diinginkan oleh Kristus sendiri, sebagaimana dicatat dalam Yoh 17:20-21.]

  3. Salom Pak Stef,
    Beberapa tanya jawab sudah saya baca, tetapi saya belum mendapatkan apa yang saya rasa perlu bagi kesatuan gereja….memang kita jangan pernah mengatakan gereja kita lebih baik atau lebih benar dari yang lain….karena itu akan menimbulkan perpecahan yang baru.
    Karena saya masih percaya bahwa Tuhan Yesus bisa berbicara melalui Roh Kudus kepada siapa saja yang Dia inginkan…..
    Pendapat saya, bukan hanya kepada atau hanya Magisterium gereja katolik saja Tuhan memberikan pewahyuan penafsiran FirmanNya, tetapi saya juga percaya Roh Kudus juga bisa “berbicara” kepada hamba2Nya baik Kristen ataupun Katolik….tentang pewahyuan penafsiran KS.
    Apakah saudara setuju dengan hal ini?

    Dan saya dalam hal yang satu ini tidak bisa ditawar-tawar lagi….bahwa keselamatan hanya kita dapat melalui pengorbanan Tuhan Yesus sesuai dengan berita KS baik secara tertulis maupun lisan ….bukan dari yang lain….
    Apakah saudara juga setuju dengan hal ini?

    Salam persatuan….
    Terimakasih. Tuhan Yesus memberkati.

    [dari katolisitas: Silakan membaca tanya jawab di atas – silakan klik]

  4. Shalom,

    Saya mau tanya, saya kalau saya masuk Katolik tapi pada hari minggu sekali2 ibadah di Gereja protestan apa tidak apa2? oiya saya saat ini masih protestan.

    Terima kasih

    • Shalom Anggi,

      Terima kasih atas kerinduan Anda untuk mau masuk ke dalam Gereja Katolik. Mungkin yang perlu direnungkan dalam kondisi yang Anda alami adalah apakah yang mendorong Anda untuk masuk ke Gereja Katolik. Artikel ini mungkin dapat membantu Anda – silakan klik. Pertanyaan yang kedua adalah: mengapa kalau Anda menjadi Katolik kemudian masih menginginkan untuk sekali-sekali pergi ke gereja Protestan?

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Shalowm,

        sy Katolik dr bayi, tp dahulu sy jg ke gereja2 lain, ada karena tugas sekolah, ikut teman, diajak atasan, retret, KKR, kepingin tahu, dll.
        Ternyata yg paling cocok utk sy adalah gereja Katolik, sungguh Tuhan tdk sembarangan memilih sy menjadi seorang Katolik dan sekarang sy sangat mensyukuri hal ini.

        Tetap Semangat Anggi.

      • Mohon maaf sebelumnya saya baru bisa balas, alasan saya mau masuk Gereja Katolik atau masuk Katolik terus terang sebelum saya sakit karena saya merasakan ketenangan waktu saya beberapa kali ikut Misa di paroki dekat rumah saya tetapi setelah saya sakit saya jadi bisa sesuka hati saya mengunjungi Tuhan Yesus dalam Tabernakel dan bisa minta doa berkat dan doa penyembuhan dari Romonya, oiya dan kotbah para Romo yang lebih tenang, santai tapi jelas dan berisi.

        Dan alasan saya masih mau ke Gereja protestan, alasan saya karena suasana Gereja protestan saya yang santai, mungkin karena saya sudah terbiasa ke Gereja protestan.

        • Shalom Anggi,

          Memang Tuhan menyentuh orang dengan cara yang berbeda-beda, termasuk dengan merasakan keheningan dan ketenangan batin ketika mengikuti Misa. Namun, pada akhirnya, kalau kita ingin sungguh-sungguh memutuskan untuk masuk ke satu agama, maka perasaan tenang, santai, bukan lagi yang menjadi paling utama. Karena perasaan dapat berubah-ubah, maka perasaan tidak dapat menjadi pijakan dari iman kita. Kalau kita memaksakannya juga, maka kita akan dengan gampang terombang-ambing akan iman kita.

          Jadi, saran saya, cobalah untuk mundur sedikit dan kemudian mulai mencari dengan sungguh-sungguh Gereja yang didirikan oleh Kristus. Anda bisa mulai dengan membaca artikel ini – silakan klik. Kalau Anda mempunyai pertanyaan sehubungan dengan artikel tersebut, maka Anda dapat mendiskusikannya dengan kami. Dengan demikian, kalaupun satu saat Anda masuk ke Gereja Katolik, maka Anda telah mempunyai alasan yang sungguh-sungguh kuat, yaitu bukan berdasarkan perasaan, namun berdasarkan satu keyakinan yang tetap bahwa Kristus sendiri yang mendirikan Gereja Katolik. Dengan menjadi anggota Gereja Katolik, maka Anda dapat bertumbuh terus dalam sakramen-sakramen, terutama melalui Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengampunan Dosa.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  5. Shalom Bu Inggrid,
    Terima kasih atas penjelasannya, pertanyaan dan pernyataan saya di atas ada yang salah yaitu “Adakah Kristus di gereja- gereja Protestan?” dari penjelasaan Bu Inggrid saya percaya Kristus ada di gereja-geraja non Katolik juga bahkan pada diri setiap orang, karena siapa yang mengasihi sesamanya berarti juga mengasihi Kristus. Saya mohon maaf atas pernyataan dan pertanyaan saya terutama kepada umat Protestan, saya percaya Kristus mencintai kita semua dan menghendaki kita semua selamat.Saya juga berharap umat Protestan melihat Katolik secara “benar” jangan hanya dari kacamata Protestan.
    Catatan : Judul bukunya “Perempuan dan Naga” oleh David Michael Lindsey, bukan ” Wanita dan Naga”. Terima kasih

  6. Dear Bu Ingrid,

    Terima kasih atas penjelasan ibu atas pertanyaan sdr Antonius, akan tetapi ada beberapa hal yang masih membingungkan.

    Dari kutipan UR-3, “Oleh karena itu Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja katolik”

    Sejauh saya pahami, itu ditujukan kepada saudara2 kita yang ada dalam Gereja2 yang mempunyai ikatan Apostolik sebagaimana di jelaskan dalam Konsili Lateran jauh sebelum adanya Protestanism. Saya meyakini bahwa gerakan Ekumeni Gereja Katoik lebih di prioritaskan untuk usaha pemersatuan kembali Gereja2 yang terpisah tapi masih memiliki ikatan Apostolik. Bagaimana mungkin menyatukan gereja yang tidak mempunyai ikatan Apostolik ke dalam Gereja Katolik, yang paling mungkin adalah menyatukan umatnya agar kembali kepangkuan Gereja yang didirikan oleh Kristus dan digembalakan oleh Petrus dan suksesi nya.

    Mohon tanggapannya. Terima kasih
    Gerardus

    • Shalom Gerardus,

      Menurut pengetahuan saya, Unitatis Reditegratio itu adalah dokumen Konsili Vatikan II yang dituliskan tentang saudara- saudari kita yang terpisah dari Gereja Katolik, yaitu gereja- gereja Kristen non-Katolik yang tidak mengakui kepemimpinan Paus. Termasuk di sini adalah gereja- gereja Protestan dan gereja- gereja Timur Ortodoks. Sedangkan untuk dokumen tentang Gereja- gereja Timur yang ada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik, adalah Orientalium Ecclesiarum.

      Berikut ini saya kutip paragraf 3 Unitatis Redintegratio yang menjelaskan tentang hal ini:

      3. (Hubungan antara saudara-saudari yang terpisah dan Gereja Katolik)

      Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awal mula telah timbul berbagai perpecahan, yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak di hukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, yang seringnya karena kesalahan orang- orang di kedua belah pihak. Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan dibesarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja Katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih. Sebab mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibaptis secara sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja Katolik, meskipun persekutuan ini tidak sempurna. Perbedaan- perbedaan yang ada dalam derajat yang berbeda di antara mereka dan Gereja Katolik- baik perihal ajaran dan ada kalanya juga dalam tata-tertib, maupun mengenai tata-susunan Gereja, memang menciptakan banyak hambatan, kadang menjadi hambatan yang serius, terhadap persekutuan gerejawi yang penuh. Gerakan ekumenis bertujuan mengatasi hambatan-hambatan itu. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan dalam Kristus. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja Katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan

      Kecuali itu, dari unsur-unsur atau nilai-nilai, yang keseluruhannya ikut berperanan dalam pembangunan serta kehidupan Gereja sendiri, beberapa bahkan banyak sekali yang sangat berharga, yang dapat ditemukan diluar kawasan Gereja katolik yang kelihatan: Sabda Allah dalam Kitab suci, kehidupan rahmat, iman, harapan dan cinta kasih, begitu pula kurnia-kurnia Roh kudus lainnya yang bersifat batiniah dan unsur-unsur lahiriah. Itu semua bersumber pada Kristus dan mengantar kepada-Nya, dan memang selayaknya termasuk gereja Kristus yang tunggal.

      Tidak sedikit pula upacara-upacara agama kristen, yang diselenggarakan oleh saudara-saudari yang tercerai dari kita. Upacara-upacara itu dengan pelbagai cara dan menurut bermacam-ragam situasi masing-masing Gereja dan jemaat sudah jelas memang dapat menyalurkan hidup rahmat yang sesungguhnya, dan harus diakui dapat membuka pintu memasuki persekutuan keselamatan.

      Oleh karena itu Gereja-gereja Jemaat-jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja katolik.

      Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai Jemaat dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah, Selama berziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkan dari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurut rencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruh kepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi.”

      Sedangkan apa itu gerakan ekumenisme, disebutkan di paragraf no.4:

      “…. Yang dimaksudkan dengan “Gerakan Ekumenis ialah: kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha, yang – menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi – diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat kristen; misalnya: pertama, semua daya-upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian-penilaian serta tindakan-tindakan, yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang terpisah, dan karena itu mempersukar hubungan-hubungan dengan mereka; kemudian, dalam pertemuan-pertemuan umat kristen dari berbagai Gereja atau Jemaat, yang diselenggarakan dalam suasana religius, “dialog antara para pakar yang kaya informasi, yang memberi ruang kepada masing-masing peserta untuk secara lebih mendalam menguraikan ajaran persekutuannya, dan dengan jelas menyajikan corak-cirinya. Sebab melalui dialog itu semua peserta memperoleh pengertian yang lebih cermat tentang ajaran dan peri hidup kedua persekutuan, serta penghargaan yang lebih sesuai dengan kenyataan. Begitu pula persekutuan-persekutuan itu menggalang kerja sama yang lebih luas lingkupnya dalam aneka usaha demi kesejahteraan umum menurut tuntutan setiap suara hati kristen; dan bila mungkin mereka bertemu dalam doa sehati sejiwa. Akhirnya mereka semua mengadakan pemeriksaan batin tentang kesetiaan mereka terhadap kehendak Kristus mengenai Gereja, dan sebagaimana harusnya menjalankan dengan tekun usaha pembaharuan dan reformasi.

      Bila itu semua oleh umat Katolik dilaksanakan dengan bijaksana dan sabar dibawah pengawasan para gembala, akan membantu terwujudnya nilai-nilai keadilan dan kebenaran, kerukunan dan kerja sama, semangat persaudaraan dan persatuan. Semoga dengan demikian lambat-laun teratasilah hambatan-hambatan, yang menghalang-halangi persekutuan gerejawi yang sempurna, dan semua orang kristen dalam satu perayaan Ekaristi dihimpun membentuk kesatuan Gereja yang satu dan tunggal. Kesatuan itulah yang sejak semula dianugerahkan oleh kristus kepada Gereja-Nya. Kita percaya, bahwa kesatuan itu tetap lestari terdapat dalam Gereja Katolik, dan berharap, agar kesatuan itu dari hari ke hari bertambah erat sampai kepenuhan zaman.”

      Ya, jadi memang gerakan ekumenisme ini menuju puncaknya dengan persatuan dengan Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik dalam satu perayaan Ekaristi. Untuk mencapai hal ini memang kita semua perlu berdoa dengan sungguh dan sedapat mungkin melakukan bagian kita, pertama- tama dengan mengenali iman Katolik kita sehingga dapat memberikan pertanggungjawabannya kepada saudara- saudari kita yang terpisah, agar mereka juga dapat memahaminya dan merenungkannya sebagai kebenaran yang dari Tuhan Yesus sendiri.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  7. Dear pengasuh katolisitas.org,
    Beberapa waktu yang lalu saya membaca buku tentang Wanita dan Naga yang mengulas penampakan-penampakan Bunda Maria, saya membaca tentang Martin Luther dan Protestanisme, asal muasal sola fide. Dan juga perlakuan orang Protestan terhadap orang-orang Katolik di Irlandia pada abad lampau. Jelas orang-orang Protestan menentang/ memusuhi Katolisme, sekarang dengan begitu banyak denominasi apakah mereka masih bisa disebut Kristen, karena menurut Katolik merekalah yang keluar jalur, sehingga lahir penafsiran2 alkitab ‘dicocok’ kan dengan kebutuhan. Terus terang teologi kemakmuran ala Protestan sangat menggangu pemikiran saya, sangat kontras dengan teladan santo-santa yang mau menderita demi orang lain. Pertanyaan saya, mohon maaf kalau agak keras; Apakah Kristus ada di gereja-gereja Protestan? Apakah gereja Protestan itu yang disebut dalam kisah, tentang seorang bukan murid Yesus mengusir setan dalam namaNya? Bukankah Kristus menghendaki persatuan bukannya perpecahan? Demikian terima kasih.
    Antonius Widya.

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

    • Syalom Ibu Ingrid

      Jawaban yang menyejukkan hati.

      Mengenai perpecahan , saya rasa itu adalah kehendak Tuhan.
      Sama seperti bangsa Israel yang terpecah menjadi Israel dan Yehuda di zaman Rehabeam dan semua itu di-izinkan Tuhan sebab ada maksud-2 tertentu yang sudah direncanakan Tuhan buat umatnya.
      Begitu juga Kristen terpecah menjadi Katolik dan Protestan serta denominasi lainnya pastilah ada maksud dan rencana Tuhan buat umatnya.
      Bagi kita umat Katolik yang terpenting marilah kita tetap melaksanakan ajaran dan perintah Kristus untuk bisa mengasihi walaupun ajaran kita berbeda dengan ajaran Protestan.

      Laras

      • Shalom Laras,

        Sebenarnya, tidak mungkin Tuhan menghendaki perpecahan. Tuhan Yesus menghendaki agar para muridnya bersatu, dan itu tertulis dalam Yoh 17:20-21 demikian:

        “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:20-21)

        Maka kita ketahui, bahwa Tuhan Yesus menginginkan persatuan dan bukannya perpecahan. Fakta bahwa sekarang terjadi perpecahan atau tepatnya pemisahan diri beberapa kelompok komunitas gerejawi dari Gereja yang didirikan oleh Kristus, itu bukan karena kehendak Tuhan, tetapi karena faktor manusianya yang karena satu dan lain hal kemudian tidak lagi mempertahankan persatuan itu. Demikian juga dengan perpecahan antara Israel dan Yehuda. Bahwa Tuhan mengizinkan hal- hal tersebut terjadi, itu adalah karena Tuhan menghormati kehendak bebas manusia; dan meskipun demikian Tuhan mampu mengubah keadaan terburuk sekalipun untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang tulus mengasihi Dia (lih. Rom 8:28).

        Jadi dalam hal ini memang kita sebagai sesama murid Kristus harus saling mendoakan, saling mengasihi, dan mengusahakan persatuan di antara kita.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- katolisitas.org

Comments are closed.