Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya yang Mahatinggi, untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi, dan kesetiaan-Mu di waktu malam, dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus. Dengan iringan kecapi. Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya Tuhan, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak sorai (Mazmur 92 : 2 – 5)
Terlambat memang tidak enak, karena efek negatifnya bisa sambung menyambung. Pagi tadi saya terlambat mengejar bis nomor 26 yang berangkat setiap pukul delapan lebih dua puluh tujuh menit, walau saya sudah berlari-lari dengan tas bergantung di pundak. Bis nomor 26 adalah bis yang akan membawa saya ke tempat kursus saya sehari-hari. Keterlambatan itu sebenarnya akibat berantai dari keterlambatan saya keluar dari rumah, untuk menaiki trem pukul delapan lebih duapuluh yang akan membawa saya sampai di stasiun bis tepat pukul delapan dua puluh lima. Dalam keadaan tidak terlambat, saya masih punya dua menit untuk berjalan ke platform bis nomor 26, dan saya akan sampai di kelas saya sebelum dimulai pukul sembilan tepat. Kelas saya memang selalu dimulai sangat tepat waktu. Bila sejak keluar rumah saya sudah terlambat, saya harus naik trem di jadwal lima menit berikutnya dan saya hanya bisa berdoa bis no 26 berangkat sedikit terlambat, yang sayangnya hal itu jarang terjadi. Terlambat masuk ke dalam kelas menimbulkan rasa jengah bagi diri sendiri dan mengusik konsentrasi teman-teman yang sudah berada di dalam kelas. Saya juga akan kehilangan petunjuk-petunjuk penting dari pembicara berkaitan sistem yang akan dipakainya saat mengajar atau tugas yang nanti akan diberikan. Dan rentetan kerugian ini masih bisa saya lanjutkan. Bekal makan siang yang saya siapkan secara terburu-buru tidak sempat saya tutup dengan baik di dalam kotaknya, sehingga ketika saya mengejar bis yang melaju, sebagian isinya tumpah di dalam tas dan mengotori tas kesayangan saya. Semuanya berawal dari terlambat keluar dari rumah.
Tentu saja waktu yang tersedia bagi saya tidak perlu sesempit itu, bila saya melakukan antisipasi waktu yang cukup sejak berangkat dari rumah, yaitu selalu mengusahakan untuk keluar rumah sejak pukul delapan tepat atau kurang. Ada sesuatu yang membuat antisipasi yang seharusnya saya lakukan itu gagal, yaitu kebiasaan menunda. Menunda untuk melakukan hal yang penting dan kegagalan memprioritaskan hal yang paling penting. Menunda, terutama hal-hal yang bersifat rutinitas dan kewajiban, apalagi bila hal itu sebuah pekerjaan yang memerlukan pengorbanan, memang godaan yang sering saya hadapi. Sebuah kegiatan yang kita sukai seringkali membuat kita menunda melakukan hal lain yang penting yang seharusnya kita prioritaskan untuk dikerjakan. Kecenderungan ini ditangkap di dalam Amsal 6 : 10, “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring”.
Memang bukan mengantuk atau berlambat-lambat bangun dari tempat tidur yang membuat saya terlambat. Menempatkan prioritas kegiatan sangat berperan. Bila saya memilih untuk tidak membuka email atau Facebook, melihat foto teman-teman masa SMA yang baru saja mengadakan reuni, dan memilih segera mematikan komputer untuk segera bersiap berangkat, kemungkinan besar tidak akan ada adegan mengejar bis yang sudah terlanjur bergerak meninggalkan stasiun. Keputusan untuk bangkit dari kursi dan mematikan komputer atau menunda membuka internet di pagi hari adalah sebuah keputusan besar yang harus dibuat kebanyakan manusia di jaman komunikasi maya ini. Bila saya tidak segera mengambil keputusan tentang hal ini, waktu-waktu bersama keluarga dan bahkan waktu-waktu yang seharusnya menjadi milik Tuhan dalam doa pribadi menjadi taruhannya. Kemampuan mengatur waktu dan menempatkan prioritas perlu terus menerus saya pelajari di dalam pergerakan tekonologi komunikasi dan pergaulan dunia maya yang berkembang dengan luar biasa pesat selama sepuluh tahun terakhir. Facebook dan email dengan cepat telah menggantikan waktu-waktu doa pribadi di awal hari, atau merenggut kebersamaan bercengkerama bersama suami dan anak-anak. Sebuah terobosan teknologi komunikasi yang nyaris memutus komunikasi dengan orang terdekat di dalam keluarga. Ia mendekatkan teman yang terpisah waktu dan jarak. Tetapi kalau tidak hati-hati, ia juga sekaligus menjauhkan orang-orang yang berada di samping kita, yang seharusnya menjadi perhatian kita yang paling utama.
Bila hal-hal yang kita sukai atau yang kita anggap penting lebih mendominasi perhatian dan waktu kita daripada hal-hal yang seharusnya kita kerjakan dan itu menyangkut waktu-waktu doa, maka kebiasaan menunda menjadi serius. Mungkin ada kesalahan menempatkan prioritas di sana. Beberapa teman yang saya jumpai dalam sebuah kelompok doa bercerita bahwa mereka seringkali “merasa” tidak punya waktu untuk berdoa dan sejenak merenungkan Firman Tuhan sekalipun mereka ingin. Rasanya sulit sekali memasukkan waktu doa rutin ke dalam jadwal harian yang telah begitu padat dan mereka mengharapkan ada lebih dari 24 jam per hari supaya mereka lebih bisa mempunyai waktu luang untuk berdoa. Itulah masalahnya,mencari waktu luang untuk berdoa. Menunda sampai kita merasa semua pekerjaan sudah selesai untuk mulai berdoa. Tidakkah seharusnya berdoa dan menyediakan waktu khusus untuk Tuhan menjadi prioritas nomor satu yang mendahului kegiatan yang lain ? Kedekatan relasi yang kita bangun bersama Tuhan akan berbeda bila kita berdoa dan membaca FirmanNya di saat seluruh tubuh masih segar dan kondisi prima, dibandingkan kalau kita menempatkannya di waktu yang tersisa dari kegiatan rutin kita saat mata telah berat dan badan telah lunglai siap untuk tidur. Maka waktu untuk berdoa sesungguhnya bukan dicari, tetapi diciptakan. Bentuk lain dari menunda adalah mengatakan pada diri sendiri, besok saya akan berdoa lebih baik dan menyediakan waktu khusus, karena hari ini saya sudah lelah sekali dan saya berjanji besok akan lebih baik. Bandingkan jika saya mengatakan demikian, hari esok belum menjadi milik saya, satu-satunya yang saya miliki adalah hari ini, saat ini. Maka saya akan berdoa sekarang juga, saat ini juga, dan begitulah kita katakan hal itu setiap hari, sehingga kita menjadikannya kebiasaan. Jika kita memilih sikap yang kedua,kita akan mendapati diri kita telah berhasil mempunyai waktu doa yang khusus sambil merenungkan FirmanNya di setiap hari.
Tuhan tidak pernah menunda-nunda berkatNya karena cintaNya kepada kita. Tuhan yang memberi kita hidup, Dia yang mengajarkan arti hidup karena cinta, oleh cinta, dan dalam cinta. Sesungguhnya Dia jugalah Pihak yang pertama kali menangis bersama kita saat kita menghadapi kepedihan dan penderitaan hidup. Dia sudah sepantasnya mendapat waktu yang terbaik dari seluruh hari, karena Dia jugalah yang telah memberikan kita hari dan kesehatan untuk melaluinya. Namun itulah cinta Tuhan. Dia tidak pernah menuntut. Dia menunggu kita memutuskan untuk memberikan waktu kita kepadaNya dengan kesadaran, kebebasan, dan cinta. Bukan dengan terpaksa atau karena sekedar merasakannya sebagai kewajiban dan rutinitas.
Seberapa pentingnya Tuhan dalam hidup saya juga tercermin dalam menghadiri perayaan Ekaristi. Alangkah baiknya berusaha untuk datang beberapa menit sebelum Misa dimulai, supaya bisa berdoa dan menyapaNya terlebih dulu secara cukup. Bahkan meluangkan waktu khusus di rumah sebelum berangkat untuk bersiap-siap secara rohani supaya saya sungguh siap dan layak berjumpa denganNya. Maka tidak menunda dan cermat menempatkan prioritas menjadi sangat penting dalam relasi saya dengan Tuhan. Seperti halnya penundaan saya berangkat ke tempat kursus membuat saya mengalami berbagai kerugian berantai, menunda waktu-waktu doa dan menunda membangun relasi yang intim dengan Tuhan membuahkan kerugian berantai yang mungkin tidak saya duga sebelumnya. Jika tiba-tiba saya mendapati hati dipenuhi iri hati, dendam, kurang belaskasihan, menghakimi, malas, korupsi waktu dan uang, hilangnya damai sejahtera dalam relasi dengan sesama, maka itulah saatnya saya perlu mengenali mungkin ada suatu penundaan serius yang sedang saya lakukan. Itulah saatnya saya datang kepada Tuhan tanpa menunda lagi. Saya jadi teringat kata-kata dari seorang kudus, saya lupa nama beliau, ini pesannya: “Orang-orang yang selalu berdoa sulit untuk jatuh ke dalam dosa. Sebab doa yang tak jemu-jemu menghindarkan kita dari kecenderungan untuk berbuat dosa.” (uti)
salam Bu Inggrid,
saya mau bertanya mengenai jam-jam untuk berdoa.apakah ada spesifikasi untuk umat kristian untuk berdoa pada jam-jam tertentu?contohnya jam 6.00 untuk doa pagi, jam 3 petang untuk doa kerahiman ilahi dan seterusnya? saya mohon dukungan dan penerangan bu ingrid sebab saya pena terbaca buku ( tapi lupa tajuknya).dimana dalam buku itu, di nyatakan waktu-waktu untuk berdoa, ternyata sangat bagus kalau di ikutkan juga. tapi saya lupa untuk menyalin.terima kasih,
Shalom Fonny,
Menurut hemat saya, tidak ada patokan jam-jam doa yang harus ditepati oleh semua umat Katolik. Namun demikian, menurut tradisi dan devosi, ada jam-jam tertentu di mana doa-doa tertentu didaraskan. Misalnya jam 6 pagi, jam 12 siang dan jam 6 sore didaraskan doa Malaikat Tuhan. Jam 3 petang, untuk mendoakan doa Kerahiman Ilahi, menghormati jam wafatnya Tuhan Yesus Kristus. Lalu ada doa Lauds (doa pagi) dan Vespers (doa senja) dalam Ibadat Harian (The Liturgy of the Hour/ doa brevier) yang dapat dilakukan pada pagi dan sore/malam hari. Sedangkan kalau di biara-biara, selain pagi dan sore hari, terdapat juga doa sebelum tengah hari, doa tengah hari dan sesudah tengah hari, demikian pula pada malam hari, sebelum tidur. Walaupun jamnya mungkin dapat bervariasi menurut tradisi kongregasi biara yang bersangkutan, namun pada prinsipnya sama, terdapat jam-jam tertentu yang dikhususkan untuk berdoa, baik Perayaan Ekaristi, doa Ibadat Harian, rosario, adorasi ataupun doa-doa devosi lainnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam,
Bila umat Katolik ingin lebih membangun hidup doa harian, saya sangat menyarankan untuk mendaraskan DOA OFISI/BREVIARY. Ada pembagian dalam Doa Ofisi sbb: lauds (pagi setelah bangun tidur), doa sebelum tengah hari, doa tengah hari, vesper (setelah sun terbenam), doa malam (compline), dan ada bacaan ofisi tengah malam.
Doa Ofisi adalah doa RESMI/ofisial Gereja sebagai jawaban perintah Tuhan: pray withaut ceasing. “The purpose of the Divine Office is to sanctify the day and all human activity. The Office is… the prayer not only of the clergy but of the whole People of God.” (Canticum Laudis). Kalau kita berdoa Ofisi, artinya kita berdoa BERSAMA seluruh anggota Gereja untuk menguduskan seluruh waktu dalam satu hari. Doa-doa lain seperti Rosari, Kerahiman Illahi dan lain-lain adalah doa devosional yang kita lakukan secara sendiri-sendiri dgn intensi sendiri2 pula. Kelebihan lain doa ofisi adalah: setiap hari content berbeda (jadi tidak bosan), sistematis sesuai tema liturgi hari itu, mencuplik perikop2 kitab suci secara merata, sehingga bila kita lakukan rutin boleh dibilang kita sudah membaca banyak bagian Kitab Suci.
Bagi kaum awam, memang sangat sulit untuk menjalankan semua siklus doa dalam sehari, tetapi awam dapat ikut serta SEBAGIAN: misal lauds (doa pagi) dan compline (doa malam), atau kalau masih sempat ditambah vesper. Buku cetak Doa Brevir sangat tebal, tidak praktis kita bawa-bawa ke tempat kerja atau ke kampus misalnya. Tetapi sekarang sudah era digital. Versi lengkap Doa Ofisi bisa anda akses di http://WWW.UNIVERSALIS.COM. Maka kita dapat berdoa diam-diam, entah di Bus, saat macet di toll, atau waktu jam istirahat di kampus dll. Kita tinggal buka web atau wap, orang lain yg lihat kita mungkin menyangka kita sedang ber-facebook atau ber-twitter …. Saya sendiri masih dalam taraf berusaha mengatur hidup doa saya. Biasanya saya ambil bagian di vesper (pas bermacet ria pulang kerja), sedangkan karena pagi biasa buru-buru saya biasanya doa Angelus (jarang lauds karena cukup panjang). Dan kalau malam masih ada waktu cukup, saya usahakan Compline (doanya cukup pendek, jadi tidak bikin ngantuk). Semua saya lakukan lewat handphone. Sayang, saya masih sering sekali bolong! Demikian sedikit ajakan dari saya. Terima kasih.
salam damai,
Terima kasih Bu, utk doa novena 3 salam maria ya..bila kapan jam yang ssuai utk di doakan?
[Dari Katolisitas: Menurut pengetahuan kami, tidak ada ketentuan khusus tentang jam untuk berdoa novena 3 Salam Maria. Maka silakan Anda menentukan waktu yang baik bagi Anda untuk berdoa, di mana Anda dapat mendoakannya tidak tergesa- gesa, namun juga tidak terlalu larut malam sehingga Anda sudah terlalu lelah/ mengantuk]
Saya menantikan jawaban doa sdh hampir setahun.Bahkan saya brdoa pukul 6pagi,9pagi,12siang,3sore,6sore.9malam,12malam,3pagi.itu saya lakukan brturut2 slama 9hari sesuai novena pribadi sy.Slain doa pagi&malam yg sll sy lakukan.Tapi sampe skrg doa blm dijawab jg.Sy merenung apa krn doa sy yg trlalu dipaksakan bkn atas dasar kesadaran,kebebasan&cinta spt renungan diatas.stlh itu sy hentikan cara brdoa sy yg berturut2 sesuai jam itu krn ketidakiklasan sy dlm berdoa.Sy ingin sekali iklas&konsentrasi dlm brdoa…
Shalom Mery,
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan doa yang dilakukan berturut- turut ataupun doa novena. Doa yang setia di doakan dapat membentuk sikap kerendahan hati, karena kita menyadari bahwa kita sungguh- sungguh bergantung kepada kemurahan hati dan belas kasihan Allah. Sikap yang berserah pada Allah inilah yang harus ada pada kita, pada waktu kita berdoa. Kita dapat saja memohon/ meminta (lih. Luk 11:9-13), kita tetap dapat berseru kepada-Nya minta tolong, tetapi kita juga harus punya iman yang teguh bahwa Allah Bapa yang mengasihi kita itu mengatasi segalanya sehingga Ia yang paling mengetahui apa yang kita butuhkan, apa yang terbaik bagi kita, dan kapan saatnya Ia menjawab doa kita.
Sebagai contohnya, St. Monika berdoa selama 17 tahun demi pertobatan anaknya, Agustinus. Doa dan air mata St. Monika akhirnya terjawab juga. Anaknya, Agustinus itu akhirnya bertobat, dan bahkan menjadi imam, dan Uskup, lalu menjadi orang kudus/ Santo. St. Agustinus menjadi salah seorang Bapa Gereja yang penting dalam sejarah Gereja, dan ajaran- ajarannya dipegang sebagai dasar yang melengkapi ajaran- ajaran Kitab Suci.
Maka, jangan bosan berdoa, teruslah berpegang kepada janji Allah bahwa: Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh 3:11).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
shalom Merry,
ada 3 hal doa : doa yang langsung di jawab tuhan,doa yang menunggu waktu Tuhan menjawab,doa yang tidak d jawab Tuhan. Mengapa kita merasa doa kita tidak d dengar / di jwb Tuhan?? mungkin karena
1.sbg penghalang doa kita sampai ke TUhan krn dosa.
2.karena belum d jawab Tuhan karena Tuhan menguji iman kita
3. Memang tidak dikabulkan doa kita oleh tuhan
kalau menurutku jalan yang terbaik
1.kita intropeksi diri sudahkah kita mohon ampun pada tuhan
2.adakah kita menyimpan kepahitan/dendam pada orang lain
3.sudah kah kita melepaskan pengampunan pada orang lain tsb
4.Bersabar dan tunggu janji & jawaban doa dari Tuhan.
Banyak kesaksian yang memerlukan kesabaran dalam menanti jawaban doa dari Tuhan
jangan putus asa Merry doa mu jangan d batasi dengan berapa kali kamu berdoa tp ketulusan hatimu dalam berdoa yg dilihat Tuhan
Sebelum kata terucap pun Tuhan sudah tahu apa yang ad di hatimu.GBU always
shalom mery
dalam berdoa kadang kita perlu diam untuk mendengarkan Tuhan bicara
kita tidak perlu bicara terus…berdiam diri depan sakramen mahakudus sangat menyejukkan
dan itu juga suatu doa…kalau kamu peka bisa merasakan apa yang Tuhan inginkan
dan ingat Tuhan punya kehendak bebas artinya kita tidak bisa mengatur Tuhan
jadi jangan putus asa berdoa terus senantiasa…dan percayalah doamu dikabulkan
mengenahi masalah waktu dikabulkan tidaknya suatu doa hanya Allah yang tahu
cobalah doa novena 3 kali salam maria… siapa tahu bisa membantumu mery
ada beberapa kali doa saya terkabul melalui novena 3 kali salam maria
sesudahnya jangan lupa bikin misa ucapan syukur di gereja kalau sudah terkabul
semoga dapat menambah masukkan
doh..langsung kena di saya ini… Thnx God
Membaca sambil meneteskan air mata. Berkecamuk antara kesal, kecewa, putus asa karena sering aku tidak memanfaatkan setiap kesempatan pertama untuk apa yang harus aku lalukan. Terimakasih atas renungan yang sangat indah.
Terimakasih…satu peringatan dan share yang cukup mengesankan. GBU. Amen.
Terimakasih bu Tuti atas pencerahannya, semoga,…setiap orang menjadikan relasi dengan Tuhan sebagai suatu prioritas yang utama dalam kehidupannya yang tidak bisa ditunda-tunda,..dan terimakasih juga atas share, tepat waktu dalam segalah tindakan, tugas dan pekerjaan kita setiap hari…amin,,, Gbu.
Terima kasih Bu Tuti, atas renungan nya.
Saya yang sudah cukup tua ini sering merasa masih perlu diingatkan kembali karena walaupun sudah tau teorinya, tapi kadang-2 terdorong untuk berlengah-lengah sebentar (yg sering menjadi keterusan). Kalau saya menoleh kemasa lalu, akan teringat kembali saat di mana hidup ini penuh buah berlimpah-limpah; naum juga ada periode kemandegan yang akhrinya menjadi penyesalan karena diakibatkan oleh kemanjaan dan kesembronoan kita sendiri.
Hidup teratur dalam kebiasaan-2 yang baik adalah kunci prasyarat kesehatan jiwa dan badan dan sukses dalam karier (profesional dan rumah tangga). Kita sudah dilatih oleh orang tua kita sejak bayi; ada saat minum ASI, tidur, mandi dsb. Ketika sekolah, kita harus tidur dan bangun pada waktunya, ada jam untuk makan-main-nonton tv-belajar-berdoa. Kalau ke gereja Minggu, diusahakan pada jam yang sama! Demikian juga ketika kita bekerja sebagai karyawan atau pemilik usaha. Semua itu tidak akan dirasakan sebagai beban rutinitas hidup jika kita selalu ingat bahwa kita tidak hidup untuk diri kita; tetapi sebagai persembahan pada keluarga, boss, anak buah, masyarakat dan akhirnya Bapa di Surga tinggi. Doa harus dipandang sebagai cara mengisi “baterai” jiwa agar tetap semangat. Doa pagi sebagai sarana minta kurnia, kekuatan dan keselamatan Tuhan agar hari ini kita mampu melipat-gandakan talenta yang dipinjamkan Tuhan. Doa malam untuk mohon ampun dan syukur atas karunianya sambil berharap agar hidup dan karya kita besok bisa lebih baik daripada hari ini. Amin.
Tuhan aku datang padamu dengan segala kerendahan hatiku, maafkan aku Tuhan karena selama ini aku suka menunda doaku di pagi hari. aku terlalu sibuk dengan rutinitas dan kesenangan duniawiku. Terimakasih buat pencerahanMu Tuhan, ajarku untuk lebih mendahului firmanMu, karena Engkau tidak pernah terlambat dalam memberikan berkat kepadaku. Biarkan roh kudusmu selalu menyertai hati dan pikiranku Tuhan, sehingga aku dapat menjadikan Engkau prioritas dalam hidupku. aku berdoa di dalam nama anakMu Tuhan yesus juruslamat kami yang hidup. amien. thanks to mba uti Gbu
Yang terkasih Sdr Valen, Sdr Caecilia, Sdr Adriana, Sdr Julianti, dan Sdr Gallant, saya juga mengucapkan terimakasih atas apresiasi, sharing, dan doanya. Kita masih sama-sama berjuang ya. Semoga dengan saling menguatkan dan saling mendoakan, kita bersama-sama bergerak makin dekat lagi kepada Bapa dan mengikuti sepenuhnya teladan Yesus Kristus Tuhan kita yg memberi kita damai sejati. Ya, kita semua dipanggil untuk menjadi kudus dan untuk melayaniNya dg sukacita. Bila saudara saudari sekalian juga tergerak untuk berbagi pengalaman imannya dan berkenan mengirimkannya untuk menjadi berkat bagi kita semua di sini, kami akan bersyukur sekali. Sekali lagi terimakasih.
Renungan yang begitu pas!! benar-benar diingatkan untuk mengutamakan hal-hal yang semestinya, selama ini masih sering terjebak dalam berbagai alasan yang membenarkan dan memaklumkan penundaan untuk mengerjakan hal2 yg penting, Hontou ni Arigatou Mbak Uti!! GBU!!
Thank you sudah mengingatkan kembali akan ‘prioritas utama’ and memberikan Tuhan yg terbaik, bukan sisa-sisa dari waktu kita. Terima kasih.
Tuhan memberkati Mbak Uti dalam semua karya pelayananmu. Amin.
Bu Uti, terima kasih renungannya bagus banget. Salam sejahtera dan doa dari saya: Adriana Primawati.
Duh, mbak Uti. Bagus sekali renungannya.
Saya seringkali melakukan hal seperti itu. Menunda-nunda doa malam, sehingga pas waktu doa dah ngantuk bukan kepalang.
Kehabisan waktu untuk bercengkerama bersama suami dan anak-anak sepulang dari kantor, padahal waktu untuk online buka FB atau e-mail bisa bermenit-menit.
Sungguh renungan yang membuat saya tersadar.
Mulai hari ini, saya akan memprioritaskan Tuhan dan keluarga, setelah itu hal-hal lain.
Sekali lagi trims ya mbak Uti. Tuhan Yesus Memberkati.
Sungguh suatu renungan yg indah,memang tidak bisa dipungkiri, aktivitas di dunia maya semacam facebook sungguh bisa membuat seseorang lupa waktu, lupa kewajiban2 dan menunda pekerjaan yg lain. saya pun dulu jg begitu, namun sekarang saya berusaha untuk mengurangi keterikatan saya dengan facebook dan menggunakan sarana jejaring sosial facebook dengan lebih bijak.terima kasih atas sharingnya yg bagus dari Caecilia Triastuti, Tuhan memberkati senantiasa,amin
Comments are closed.