[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini merupakan kelanjutan dari topik: “Beragama atau tidak beragama sama saja?”, silakan klik di sini untuk membaca topik tersebut.]
Pertanyaan:
Salam damai sejahtera
Pengasuh Katolisitas
Anda menulis sbb :
Namun umumnya, berawal dari suatu kesadaran untuk bertanya kepada diri sendiri: “JADI UNTUK APA SAYA HIDUP DI DUNIA INI ?”
Bagaimana jawabannya ?
Terima kasih
Salam
Mac
Jawaban:
Shalom Machmud,
Pertanyaan, “Jadi untuk apa saya hidup di dunia ini?” sesungguhnya merupakan suatu refleksi seseorang kepada dirinya sendiri untuk menemukan makna dan tujuan hidup. Cepat atau lambat setiap manusia umumnya akan bertanya seperti ini di dalam hatinya. Ini adalah sesuatu yang umum, karena sebenarnya Tuhan sendiri yang menanamkan dalam diri setiap orang untuk mempertanyakan tujuan akhir hidup yang akan dicapainya. Tuhan yang menciptakan kita, menanamkan di dalam hati kita kerinduan hati untuk kembali kepada-Nya, darimana kita berasal, dan tujuan akhir tempat kita berpulang.
Tuhan menginginkan semua manusia hidup berbahagia. Maka semua manusia umumnya mencari kebahagiaan, dan ini adalah sesuatu yang normal. Namun sayangnya, sering kali definisi kita tentang kebahagiaan, berbeda dengan definisi kebahagiaan menurut Tuhan. Pengertian kebahagiaan menurut Tuhan, diajarkan oleh Kristus di dalam Delapan Sabda Bahagia (lih. Mat 5).
Katekismus Gereja Katolik kemudian mengajarkan:
KGK 1718 Sabda bahagia sesuai dengan kerinduan kodrati akan kebahagiaan. Kerinduan ini berasal dari Allah. Ia telah meletakkannya di dalam hati manusia, supaya menarik mereka kepada diri-Nya, karena hanya Allah dapat memenuhinya:
“Pastilah kita semua hendak hidup bahagia, dan dalam umat manusia tidak ada seorang pun yang tidak setuju dengan rumus ini, malahan sebelum ia selesai diucapkan” (Agustinus, Mor. eccl. 1,3,4).
“Dengan cara mana aku mencari Engkau, ya Tuhan? Karena kalau aku mencari Engkau, Allahku, aku mencari kehidupan bahagia. Aku hendak mencari Engkau, supaya jiwaku hidup. Karena tubuhku hidup dalam jiwaku, dan jiwaku hidup dalam Engkau” (Agustinus, Confession. 10,29).
“Allah sendiri memuaskan” (Tomas Aquinas, Symb. 1).
Dalam pelajaran Katekismus untuk anak- anak, diajarkan demikian (diterjemahkan dari Baltimore Catechism, dijelaskan oleh Father Bennet C.P, New York: Catholic Book Publishing Corp, 1964) p. 12-13):
Mengapa Allah menciptakan kita?
Allah menciptakan kita untuk menujukkan kebaikan-Nya dan untuk membagikan kepada kita kebahagiaan kekal-Nya di surga.Apa yang harus kita lakukan agar memperoleh kebahagiaan kekal di surga?
Untuk memperoleh kebahagiaan kekal di surga kita harus mengenal, mengasihi dan melayani Allah di dunia.Dari siapa kita dapat mengenal, mengasihi dan melayani Allah?
Kita dapat belajar untuk mengenal, mengasihi dan melayani Allah, dari Tuhan Yesus Kristus, Allah Putera, yang mengajar kita melalui Gereja Katolik.
Walaupun ini adalah pelajaran tentang iman Katolik untuk anak- anak, namun ada banyak orang dewasa yang tidak mengetahuinya. Bahwa sebenarnya, Tuhan menghendaki agar kita hidup bahagia, dan jalan untuk hidup bahagia itu sebenarnya diajarkan-Nya melalui Sabda-Nya, yang dijelaskan dengan setia oleh Gereja yang didirikan-Nya, yaitu Gereja Katolik. Maka sekarang terserah kepada kita, bagaimana menyikapi tawaran Allah itu: Maukah kita mengikuti ajaran Kristus tentang kebahagiaan itu, ataukah kita mau mengikuti pengertian kita sendiri tentang kebahagiaan.
Kristuslah jalan, kebenaran dan hidup yang akan menghantar kita kepada Allah Bapa (Yoh 14:6) di mana kita akan menemukan kebahagiaan kita yang sempurna. Allah yang menjanjikan pengharapan ini adalah Allah yang setia (Ibr 10:23). Maka, jika kita mencari KerajaanNya dan kebenaran-Nya di dunia ini, maka Tuhan akan setia mencukupkan kebutuhan kita, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33). Dengan kata lain, kebahagiaan di duniapun akan Tuhan berikan.
Sekarang pertanyaannya memang terpulang kepada kita, sudahkah kita mencari Kerajaan Allah dan kebenaran- Nya? Sudahkah kita melaksanakan hukum Tuhan yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama kita? Sudahkah kita meresapkan Sabda Bahagia ini: miskin dan rendah hati di hadapan Allah, berbesar hati dalam kesusahan, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, hidup kudus, membawa damai, rela dianiaya demi kebenaran? (Mat 5: 3-10). Sudahkah kita sadari bahwa kita semua, baik awam maupun religius, dipanggil untuk hidup kudus? Selanjutnya tentang topik ini, silakan klik di sini. Seruan untuk hidup kudus ini merupakan pesan utama dari Konsili Vatikan II, 1962-1965, yang sangat relevan pada jaman ini.
Mari kita berdoa, agar kita dapat meresapkan makna kebahagiaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, dengan demikian dapat menemukan makna kehidupan kita yang sesungguhnya di dunia ini; sambil menantikan penggenapannya yang sempurna di surga kelak. Teladan ini secara jelas kita lihat dalam kehidupan para orang kudus, seperti Bunda Teresa dari Kalkuta, Yohanes Don Bosco, Fransiskus dari Asisi, Theresia (Therese) dari Liseux, dst. Mari dengan cara yang kecil dan sederhana kita melayani Tuhan, yaitu dengan setia menjalani panggilan Tuhan dalam hidup kita, demi kasih kita kepada Tuhan yang menciptakan kita; supaya dengan demikian, kita memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
selamat pagi, Romo.
Romo, sy dibaptis Katolik dari sejak lahir.
Sekarang sy udah SMA tapi tetap tidak mengerti beberapa hal…
Darimana asal kehidupan ini?
Untuk apa adanya kehidupan ini?
dan akan seperti apa akhir daripada kehidupan ini?
Kenapa Tuhan pencipta kehidupan ini ada 3, Tuhan Bapa, Putra dan Roh kudus?
Darimana asal Tuhan Bapa?
Mengapa Tuhan bisa disalib dan dibunuh lalu mati, lalu bangkit lagi?
Semoga Romo berkenan menjawabnya.
Trimakasih
Shalom Setya,
Kehidupan kita berasal dari Tuhan yang menciptakan kita, dan memberikan nafas kehidupan-Nya kepada kita.
Untuk apa kita hidup, sudah dibahas di artikel di atas, silakan klik. Atau mengapa Tuhan menciptakan manusia, klik di sini. Sedangkan tentang tujuan penciptaan alam semesta oleh Allah, klik di sini.
Akhir dari kehidupan kita, jika kita mengimani, mengasihi Allah dan melayani Allah, adalah kehidupan yang tanpa akhir (kehidupan kekal) bersama dengan Allah di Surga.
Tuhan Pencipta kehidupan ini adalah Allah Trinitas, yaitu Satu Allah dalam tiga Pribadi. Maka bukan tiga Allah, tetapi satu Allah. Tentang hal ini silakan membaca artikel ini, silakan klik.
Allah Bapa tidak berasal dari siapapun atau apapun. Ia adalah Allah, Penyebab dan Awal mula segala sesuatu, dan telah ada sejak kekekalan.
Tuhan Yesus adalah Putera Allah, yang diutus Bapa untuk menebus dosa umat manusia, dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Ia adalah Allah, maka Ia dapat bangkit dari kematian.
Setya, menilik pertanyaan- pertanyaan Anda, saya pikir, mungkin ada gunanya Anda membaca keseluruhan artikel tentang Syahadat (Kredo) yang keseluruhan judulnya dapat dilihat di sini (ada 2 halaman), silakan klik. Kredo merupakan pengakuan iman kita sebagai seorang yang mengimani Kristus. Memang mungkin butuh waktu untuk membaca dan meresapkan apa yang tertulis dalam artikel-artikel tersebut, tetapi kalau Anda mau belajar untuk semakin memahami ajaran iman, maka mungkin hal ini dapat Anda lakukan.
Atau dapat juga Anda gunakan fasilitas pencarian di sisi kanan homepage dan silakan ketik kata kunci yang ingin Anda ketahui. Sebab pertanyaan-pertanyaan Anda ini sudah pernah di bahas di situs ini. Maka silakan mencari terlebih dahulu, dan baru kalau ada pertanyaan yang belum dibahas, silakan Anda tanyakan, dan nanti kami akan berusaha menjawabnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya ingin minta maaf krn tidak semat membaca semua link yg berkaitan dgn ini. Kenapa sih manusia diberi hidup? Dn kalau boleh d persempit, kenapa ‘saya’ yang hidup, bukan ‘mereka’? Saya tidak pernah meminta. Setelah diberikan, kita tidak tau mengapa kita hidup. Kalau pun tau, hidupnya pasti berat. Ya. Berat. Sejak kapan hidup suci jd sebuah hal yg mudah? Kalau mudah, sdh byk org jd santo santa. Dan kapan kita bs bahagia? Kalau skrg kita sdh dlm keadaan yg berdosa, sdh mencoba mnjadi lebih baik, tp tetap saja kan, ‘akan ada waktunya’. Kenapa ga tuhan aja yang langsung memberikan sekarang? Kebahagiaan, iman, kedamaian. Bila dikata sdh di berikan sejak dulu, ya betul. Tp apakah damai itu masih ada? Utk tmn2 yg membaca ini, apa kau merasa damai sekarang? Kalau tidak, kenapa? Apa gunanya kehendak bebas jikalau hanya membawa ke kebinasaan? Kita semua berjuang, untuk jd sama sperti Tuhan, tp apakah tidak bisa, memilih untuk tidak dilahirkan?
Shalom Pencari Tuhan,
Memang kita tidak pernah meminta dilahirkan, namun jika faktanya kita dilahirkan, itu juga bukan karena kebetulan. Sebab setiap manusia diciptakan karena dikehendaki oleh Allah. Telah disampaikan di atas, bahwa Allah menciptakan kita agar kita dapat hidup bahagia bersama-Nya, baik dalam kehidupan ini, dan terutama dalam kehidupan kekal kelak. Nah, bersama Tuhan, kita akan dapat menjalani kehidupan di dunia ini, walaupun tidak mudah, dengan suka cita. Hal bahwa tidak banyak orang yang menjadi Santa dan Santo, tidak harus mengecilkan hati kita, seolah bahwa tidak banyak orang yang dapat hidup bahagia dan damai di dunia ini. Sebab ada banyak orang, yang berjuang untuk hidup dalam kekudusan walau memang mungkin tidak sampai dikanonisasikan menjadi Santo ataupun Santa. Jika kita menajamkan mata hati kita, dan melihat dunia dengan mata yang lebih positif, kita akan melihat adanya banyak orang di sekitar kita yang dalam kapasitas masing-masing berjuang untuk hidup baik sesuai dengan imannya. Maka walaupun memang kita manusia tidak lepas dari kelemahan dan dosa, namun kita juga diberi rahmat oleh Tuhan untuk berjuang melakukan kabaikan, kebenaran, dan kasih. Maka kehendak bebas tidak identik dengan pasti membawa manusia kepada kebinasaan. Sebab kenyataannya, ada banyak orang juga yang dapat menggunakan kehendak bebasnya untuk melakukan kasih dan sesuatu yang baik.
Saudaraku, mungkin Anda sedang dalam pergumulan, sehingga mata hati Anda sulit untuk melihat dunia sekitar Anda ataupun kepada diri Anda dari kacamata yang positif. Namun dalam keadaan apapun, percayalah, bahwa Tuhan peduli dan mampu menolong Anda. Sebab sabda Tuhan berkata, “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak…” (Mzm 37:5). Saya tidak mengetahui apa pergumulan ataupun kesedihan Anda, namun Allah mengetahuinya. Mungkin Ia mengizinkan hal tersebut terjadi dalam hidup Anda, agar Anda dapat sungguh percaya kepada-Nya dan mengalami kasih dan pertolongan-Nya. Sebab seringkali dalam kesulitan hidup-lah orang berbalik kepada Tuhan dan mengalami kehidupan yang baru bersama-Nya.
Semoga Tuhan bersegera menolong Anda dan menyatakan kasih-Nya kepada Anda, dan memampukan Anda melihat dan merasakannya, sehingga Anda sungguh menemukan alasannya mengapa Anda hidup di dunia ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
PS: Mungkin ada baiknya, Anda membaca artikel yang belum lama ini kami tayangkan, Kebahagiaan hanya di dalam Tuhan, silakan klik.
Hai katolisitas , saya mau bertanya tentang sebuah pernyataan , apakah tujuan hidup kita mati? Lalu kalau itu merupakan sebuah tujuan kenapa kita dilahirkan? Dan apakah itu berarti selama hidup kita meninggalkan sebuah proses dalam hidup dan mengabaikan hidup yg diberikan tuhan.
Shalom Edit,
Silakan pertama-tama Anda membaca artikel berikut ini (silakan klik di judul berikut):
Untuk apa saya hidup di dunia ini?
Kesempurnaan rancangan keselamatan Allah
Semua orang dipanggil untuk hidup kudus
Kebahagiaan Manusia hanya ada di dalam Tuhan
Makna kematian bagi kita orang percaya
Apa yang terjadi setelah kematian?
Langit dan bumi yang baru
Apa artinya menjadi Katolik?
Manusia pertama (Adam dan Hawa) memang diciptakan sangat baik adanya, namun karena kejatuhan mereka ke dalam dosa (dosa awal) maka seluruh keturunan mereka turut menanggung akibatnya. Semua manusia kemudian hidup di bumi ini, dengan mengalami kerja keras, penderitaan/ rasa sakit dan akhirnya mati. Namun karena kebangkitan Kristus, kematian tidak menguasai manusia, dan kita beroleh kehidupan kekal karena Kristus. Maka kehidupan kita di dunia ini menjadi masa persiapan bagi persatuan dengan Tuhan sebagaimana direncanakan sejak awal mula oleh Allah. Jika kita mengetahui rencana keselamatan Allah, dan tujuan kita hidup di dunia ini, malah kita akan berusaha menggunakan waktu kita hidup di dunia ini dengan sebaik-baiknya, dan tidak menyia-nyiakannya.
Silakan membaca artikel-artikel di atas terlebih dahulu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom,
baru-baru ini terlintas sebuah pertanyaan:
Kita tahu bahwa manusia terdiri dari badan dan jiwa. Badan pasti akan mati, lalu jiwanya akan entah ke neraka atau ke surga. Jiwa yang ke surga disebut “tetap hidup” sedangkan jiwa yang neraka sering disebut dengan “jiwa yang binasa”.
Pertanyaan saya, adakah jiwa yang binasa dalam arti yang sebenarnya? Jadi jiwa itu hilang, lenyap, tidak ada lagi. Karena meskipun di neraka/terpisah dari Tuhan, jiwa itu sebenarnya masih ada kan?
Lalu apakah jiwa manusia itu memang tidak bisa dibinasakan/dimusnahkan kecuali oleh Allah sendiri?
Yang saya tahu, manusia diciptakan untuk kekekalan, jadi jiwa manusia (sejauh yang saya tahu) tidak dapat dimusnahkan. Apakah itu karena Allah membuatnya demikian atau karena Allah tidak mau memusnahkannya?
Terima kasih. GBU
Shalom Agung,
Tentang jiwa yang dibinasakan dalam neraka diterangkan dalam Katekismus Gereja Katolik 1034-1035, sebagai berikut:
Dari KGK di atas, kita melihat bahwa rujukan dari jiwa yang lenyap adalah dari Mat 10:28 “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Namun dikatakan juga bahwa penghukuman ini adalah api yang kekal (lih. Mat 25:41). Dengan demikian binasanya jiwa bukan berarti bahwa jiwa tersebut lenyap, namun jiwa yang ada di neraka mendapatkan penghukuman untuk selama-lamanya, keterpisahan dengan Tuhan untuk selama-lamanya – yang berarti keterpisahan untuk selamanya dengan Sang Pemberi Hidup.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
untuk apakah kita harus bangun pagi dan bekerja banting tulang sampai larut malam, kalau rejeki kita hanya derita dan tidak dapat menikmati rasa bahagia padahal Tuhan memberikan segalanya secara cuma-cuma ? Apa yang salah disini ?
salam romo, pak Tay dan bu Inggrid
saya ada pertanyaan terkait moral, namun saya tidak tahu buat topik yang pas, jadi saya ambil di sini aja.
yang saya ketahui bahwa kita sebagai manusia wajib membantu sesama, salah satunya memberi sedekah kepada yang berkekurangan secara materi. Saya menghabiskan rutinitas saya di jakarta, dan saya melihat bahwa pengemis , pengamen itu banyak yang menjadi pekerjaan bukan keadaan, di sekitar jembatan penyebrangan saja contohnya itu sangat banyak, tetapi yang saya lihat dari mereka bahwa mereka hanya menaruh mangkok kosong saja, dan mengapa saya menganggap itu pekerjaan, karena saya lihat sendiri bahwa ketika pengemis itu (baik yang sudah tua maupun ibu2 bawa anak) ketika dikasih duit seribu saja, mereka mengambil seribu itu dimasukan ke dalam kantong, kemudian mangkok tersebut terlihat kosong lagi, bahakn saya menemukan ada orang buta yang saya kasih juga berbuatrdemikian, bahkan lebih parahnya lagi dia bisa merokok, begitu pula dengan peminta2 lainya.
Pertanyaan saya,
1. masih layakah mereka dikasih sedekah?
2. jika saya mengabaikan mereka karena saya sudah lelah ama perbuatan mereka, salahkah perbuatan saya?
3. apa yang harus saya perbuat untuk orang2 seperti itu? dikasih uang, mereka besoknya ada lagi
Shalom Benedict,
Terima kasih atas pertanyaannya. Memang dalam menolong sesama diperlukan kebijaksanaan. Namun kalau dihadapkan pada pilihan: menolong tetapi tertipu atau tidak menolong namun melewatkan kesempatan berbuat kasih, mungkin lebih baik memilih menolong dengan resiko dapat tertipu. Tentu saja kita harus bijaksana dan menggunakan akal budi kita, serta melihat resiko yang harus ditanggung. Menurut hemat saya, memberi sedekah kepada para pengemis jalanan tidaklah salah, walaupun dapat saja mereka menipu. Apalagi dengan bantuan yang kita berikan tidak membuat kita miskin. Kalau kita memutuskan untuk tidak membantu mereka – dengan pandangan bahwa tidak mendidik mereka – maka tidak dapat disalahkan, sejauh kita juga melakukan sesuatu untuk membantu sesama yang lain. Jadi, kita memperoleh kebebasan untuk memutuskan siapa yang dapat kita bantu dengan tenaga, pikiran, waktu dan uang yang kita punyai, sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik pada Gereja dan masyarakat secara keseluruhan. Tentu saja, kita juga mempunyai kewajiban untuk membantu paroki masing-masing, yang memungkinkan kita dapat bertumbuh secara spiritual. Dan kita juga harus membantu sesama kita yang kekurangan, sebagai manifestasi kasih kita kepada Tuhan. Jadi, untuk orang-orang yang anda terangkan tersebut, maka kita harus menyadari bantuan yang kita berikan kepada mereka tidaklah membuat mereka kaya dan kita tidak tahu secara persis dinamika hidup mereka. Bantuan yang kita berikan hanyalah dapat menolong mereka untuk melalui hidup mereka hari demi hari. Jadi, silakan membawanya dalam doa. Kalau anda memutuskan untuk membantu mereka, bantulah dengan sukacita berdasarkan kasih anda kepada Tuhan. Kalau anda tidak mau membantu mereka, bantulah dengan cara yang lain, misalkan dengan memberikan makanan, atau mencari orang-orang yang anda pandang lebih membutuhkan bantuan. Semoga keterangan ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Pengasuh Katolisitas
Anda menulis sbb :
Namun umumnya, berawal dari suatu kesadaran untuk bertanya kepada diri sendiri: “JADI UNTUK APA SAYA HIDUP DI DUNIA INI ?”
Bagaimana jawabannya ?
Terima kasih
Salam
Mac
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Salam damai sejahtera
Terima kasih pengasuh Katolisitas Dengan demikian kami umat Kristiani menjadi mengerti tentang : Untuk apa kami hidup didunia ini. Dibawah ini saya ingin menulis sedikit tentang hal ini barangkali ada manfaatnya buat pembaca situs ini
[Dari Katolisitas: Kami akan menambahkan beberapa catatan pada point- point yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Gereja Katolik]
TUJUAN HIDUP UNTUK APA SEBENARNYA MAKSUD DAN TUJUAN HIDUP INI ?
Ada beberapa model kehidupan yang dijalani manusia selama hidupnya yang pendek didunia ini, dan diantaranya ialah :
1. HIDUP YANG SUKSES, Sejak kecil belajar disekolah mati2an supaya mendapat kepintaran dan gelar. Hatinya dipenuhi dengan harapan dan ini sudah dimulai sejak usia 4 tahun sampai 25 tahun. Sesudah lulus mati2an mencari pekerjaan dan kedudukan yang baik, setiap hari mengumpulkan uang sehingga bisa membeli rumah, kendaraan, barang2 mewah, bahkan rumah untuk anak2nya, uang untuk masa pensiun dan akhirnya mendapat uang yang ber-lebih2. Tetapi tiba2 ia kena sakit stroke, lalu mulailah ia berusaha untuk mencari kesembuhan dan sekarang TUBUH YANG SEHAT itu menjadi tujuan hidupnya lebih dari semua yang lain. Sesudah sembuh nanti, lalu HIDUP INI DIPAKAI APA LAGI ? Apalagi usia sudah tua dan berkecukupan, lalu kalau mati pergi kemana sesudah itu ?
2. HIDUP YANG TERPERANGKAP. Sekolah mati2an sampai lulus dan berhasil, bekerja dan mendapatkan kedudukan dan gaji yang besar, tetapi kemudian jatuh terperangkap dalam jaring sabu2 dan narkoba, lalu semuanya menjadi mundur, baik pekerjaan, baik kesehatan dan juga keluarga. Dan karena over dosis maka ajal datang menjemput, lalu APA ARI HIDUP INI ?
3. HIDUP YANG DIPENUHI DENGAN DERITA DAN SENGSARA . Punya cita2 setinggi langit, tapi apa daya tangan hanya semester. Sekolah belum selesai bapaknya meninggal dunia, uang tidak cukup untuk melanjutkan sekolah, terpaksa ditinggalkan untuk bekerja guna membeayai hidup. Ia ber-cita2 ingin menjadi kaya supaya bisa membantu kehidupan seluruh keluarga dan diri sendiri. Kerja mati2an , lembur sampai lupa waktu dan akibat suatu kelalaian ditempat kerja kecelakaan menimpa dirinya, sehingga kakinya harus diamputasi. Perusahaan memberikan uang pesangon, tetapi semuanya habis untuk beaya pengobatan dan sekarang hidupnya menjadi beban bagi keluarga yang sudah miskin dan melarat. Ia berpikir untuk apa ia hidup di dalam dunia ini ? Kepintaran tidak punya, uang juga tidak bahkan tubuhnyapun menjadi tidak sempurna lagi. Sanak famili yang bisa diharapkan untuk membantu tidak ada, nasib terus menerus mendung, lalu UNTUK APA HIDUP INI ?
4. HIDUP BIASA YANG NORMAL. Disekolah belajar baik2 dan lulus serta mendapat gelar Sarjana. Pekerjaanpun dapat tapi sedang2 saja, menikah dan punya anak, beban bertambah tetapi dengan bergumul ia masih bisa mengatasinya tapi tidak ber-lebih2. Semua berjalan cukup baik sampai anak2nya selesai kuliah, tetapi sekarang ia sudah tua mendekati masa pensiun, simpanan uang masih cukup jika dipakai ber-hemat2, asal tidak ada masalah atau penyakit berat yang bisa menguras uang dan hidupnya. Tetapi apakah arti hidup ini, UNTUK APA IA HIDUP ?
5. HIDUP YANG GELAP. Dari kecil sudah gagal, sekolah tidak berlanjut dan hidup bergaul dengan kelompok2 yang tidak benar, mencuri, mencopet, menipu sudah menjadi hal rutin dalam hidupnya, walaupun harus siap untuk lari dari kejaran polisi. Akhirnya kawin dan punya anak, tetapi kerjanya tetap tidak jelas, kerja biasa tidak bisa , sampai akhirnya tertangkap polisi dan masuk kedalam penjara. Didalam kesepian dipenjara, ia mulai ber-tanya2 ,UNTUK APA SAYA HIDUP INI ?
6. MODEL2 KEHIDUPAN YANG LAIN. Ceritanya sama, pada akhirnya semua akan tiba2 berhenti pada saat yang tidak diketahui dan tiba2 semua hilang begitu saja, lalu UNTUK APAKAH HIDUP INI ? Masih banyak lagi macam dan variasi hidup ini, dari yang sibuk sampai yang kesepian, dari sukacita sampai menangis, dari tingkat yang atas sampai tingkat yang bawah, tetapi semua satu kali akan tiba2 berakhir tanpa tau sebelumnya.
Alkitab menulis : SEDANGKAN MANUSIA TELAH TENTU SATU KALI AKAN MATI, DAN KEMUDIAN DARI PADA ITU DATANG HUKUMAN.
[Dari Katolisitas: mungkin maksud anda Ibr 9:27: "…. manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi."]
Lalu apa arti hidup ini ? Semua hidup akan berakhir, semua kesuksesan dan kegagalan akan berakhir, semua tangis dan tertawa akan berakhir, tidak ada yang kekal, lalu untuk apa hidup ini ? Apa bedanya sukses dan gagal ? Apa bedanya menangis dan tertawa ? Apa bedanya kaya dan miskin ? Apa bedanya diatas dan dibawah ? Sekalipun hidup kaya, diatas, terhormat, tetapi juga banyak penderitaan. Hidup dibawahpun masih bisa tertawa dan sukacita meskipun hanya dengan sebungkus nasi biasa, lalu untuk apa kita hidup ? Tujuan hidup ada dalam tangan Allah yang menciptakan kita, diluar DIA, arti hidup menjadi kabur dan sia-sia. Sekalipun dibungkus dengan kehormatan, direndam dengan kekayaan, dipenuhi dengan kesuksesan, kalau tanpa Tuhan hidup ini tidak bisa puas dan tidak mencapai tujuannya. Kita tidak bisa lepas dari Allah yang menciptakan kita, kita membutuhkan DIA, tanpa DIA semua menjadi sia-sia. Didalam Tuhan baru kita mendapatkan arti hidup ini, hidup ini baru kelihatan indahnya, tampak tujuannya kalau kita bisa mengenal DIA dan hidup bersama dengan DIA. Diluar Tuhan semua kosong dan sia-sia.
Dimana kita bisa mendapatkan hidup yang berarti itu ? Bagaimana caranya supaya jangan kita hidup sia-sia meskipun akhirnya toh harus mati tiba2 dan semua lenyap ? Ada satu pintu masuk untuk ini, hanya satu pintu. Siapa yang lewat pintu ini hidupnya akan berubah, meskipun masih hidup didunia, masih mengalami pergumulan tetapi hidupnya akan berarti. Ini satu2nya pintu yang bisa mengubah hidup menjadi berarti. Firman Tuhan mengatakan hal ini : AKU INILAH PINTU, JIKALAU BARANG SEORANG MASUK DARIPADA –KU, IA AKAN TERPELIHARA KELAK. Ini pintu yang dicari semua orang. Ini pintu yang membuat hidup tidak sia-sia dan menjadi berarti. Ini pintu yang menghubungkan kepada hidup kekal yang indah, berarti dan ber-tujuan mulia. Siapakah pintu ini ? ———————-YESUS. Tuhan Yesus Kristus adalah pintu satu2nya untuk semua manusia. Hanya lewat pintu ini hidup menemukan arti dan tujuannya yang indah dan kekal. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan masuk lewat pintu ini, ia akan selamat didunia ini, disana (Sorga) dan sampai kekal. Percayalah sekarang juga, jangan ditunda lagi, ini kesempatan emas bagi kita. Orang yang percaya pada Tuhan Yesus akan diubahkan menjadi lain, dia diubahkan menjadi orang yang baru, dosanya diampuni, ikatan2nya dilepaskan dan hukum2 yang berlaku padanya diganti baru. Kita semua ini adalah ciptaan yang lama, anak cucu keturunan Adam, tetapi sesudah seorang percaya pada Tuhan Yesus, ia akan berubah menjadi ciptaan yang baru, berubah karena nama Yesus.
Percayalah lalu mulai hidup cara baru seperti yang diajarkan dalam Alkitab, sesudah percaya kita menjadi ciptaan baru, lain dari sebelumnya. Sesudah itu tinggallah tetap baru, jangan kembali menjadi yang lama. Masuk pintu ini berarti suatu permulaan yang baru, pintu ini bukan tujuan, tetapi permulaan, bukan yang akhir. Dan jangan berhenti bertumbuh sesudah itu. Masih ada rencana yang sangat indah dan janji yang heran bagi setiap kita yang percaya kepada Kristus, terus berubah sampai kita mencapai tujuan yang mulia dan kekal yaitu menjadi sama seperti Tuhan Yesus Kristus. TUJUAN HIDUP YANG BERARTI. Untuk tujuan itulah kita percaya dan berubah, supaya terus berubah setiap hari sampai menjadi sama seperti yang mengubah hidup kita yaitu Kristus. Firman Tuhan Menulis : KARENA KEPADAKU HIDUP ITU KRISTUS, DAN MATI ITU UNTUNG. Ini suatu rahasia yang luar biasa, kalau kita hidup untuk Kristus maka mati itu untung. Semua orang kalau mati, rugi, berduka cita. Tidak ada orang yang mati bersukacita atau untung, tetapi untuk yang ini untung. Sebab hidupnya berarti, maka waktu mati tidak hilang, tidak sia2, tetapi justru tujuan hidupnya makin nyata sehingga untung besar. MATI ITU UNTUNG, ini hidup yang ajaib, sebab :
1. Orang yang percaya pada Tuhan Yesus, ia diselamatkan. Ia berubah menjadi baru, lepas dari hukuman dosa dan mendapat hidup yang kekal dalam Kerajaan Sorga. Se-waktu2 ia mati, masuk Sorga. Jangan tunda untuk percaya kepada Tuhan Yesus, supaya jangan didahului oleh maut yang bisa datang tiba2
[Dari Katolisitas: menurut ajaran Gereja Katoliki, "percaya" ataupun beriman di sini tidak dapat dilepaskan dari penghayatannya. Jadi "percaya" di sini menyaratkan juga pertobatan yang terus menerus, Pembaptisan, melaksanakan semua perintah Tuhan, yaitu terutama perintah mengasihi Tuhan dan sesama, dan hidup di dalam Tuhan Yesus. Jadi Gereja Katolik tidak mengatakan bahwa orang yang asal percaya kepada Tuhan Yesus pasti masuk surga, sebab Kitab Suci secara keseluruhan tidak mengajarkan demikian. Tentang hal ini sudah pernah di bahas dalam artikel, Sekali selamat tetap selamat?, silakan klik. Rasul Paulus mengajarkan bahwa keselamatan kita harus terus kita perjuangkan sampai akhir hidup kita: “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir… ” (Flp 2:12)]
2. Hidup ini menjadi berarti. Tidak lagi hidup sia2. Sesudah seorang percaya pada Tuhan Yesus, ia sudah selamat dan sudah diterima didalam Kerajaan Sorga; bukan mudah2an masuk Sorga, tetapi pasti masuk dan akan tinggal disitu selamanya untuk kekal. (KARENA KAMI TAU, BAHWA JIKA KEMAH TEMPAT KEDIAMAN KITA DIBUMI INI DIBONGKAR, ALLAH TELAH MENYEDIAKAN SUATU TEMPAT KEDIAMAN DI SORGA BAGI KITA, SUATU TEMPAT KEDIAMAN YANG KEKAL, YANG TIDAK DIBUAT OLEH TANGAN MANUSIA)
[Dari Katolisitas: Jika orang beriman setia dalam imannya, setia juga dalam melaksanakan perbuatan- perbuatan kasih sebagai buah dari iman yang hidup, maka di akhir nanti ia dapat diterima dalam Kerajaan Sorga. Namun apakah diterimanya langsung segera sesaat setelah ia wafat, ataukah ia masih harus dimurnikan terlebih dahulu oleh Tuhan dalam Api Penyucian, itu tergantung kepada kebijaksanaan Tuhan. Perihal Api Penyucian sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.]
3. Punya posisi yang sangat baik. Se-waktu2 kita mati, kita sudah mempunyai rumah di Sorga, posisi seperti ini harus dipelihara dan dipertahankan terus, jangan sampai hilang atau tertukar dengan kesukaan dosa yang sementara. Tetapi kalau kita masih melanjutkan hidup, kita akan menjalani suatu hidup yang berarti, suatu hidup yang indah dan heran. Dan kalau kita hidup dengan keimanan kita bertumbuh dan ber-buah2, maka kita akan mendapatkan pahala dari segala perbuatan kita. Sebab itu pakailah setiap waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk bertumbuh dan ber-buah2 bagi kemuliaan Allah, Rohkudus akan senantiasa menolong kita.
[Dari Katolisitas: Ya, ini benar, bahwa rahmat keselamatan yang telah kita terima pada saat Pembaptisan, harus selalu dipelihara dan dipertahankan, dengan hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Artinya, meninggalkan segala dosa, dan hidup di dalam Kristus. Bagi umat Katolik, hidup di dalam Tuhan, ini secara istimewa diperoleh dengan menyambut rahmat Tuhan di dalam sakramen- sakramen Gereja, terutama Ekaristi, di mana Kristus sungguh hadir dan kita terima di dalam hati kita dan tubuh kita. Persatuan dengan Kristus dalam Ekaristi inilah yang menjadi sumber dan puncak kehidupan Kristiani yang ditawarkan Kristus kepada semua murid-Nya, sejak jaman para Rasul; dan hal ini dilestarikan terus oleh Gereja Katolik sampai sekarang.]
Mac : 4.Mei.2010
Salam damai sejahtera
Dear pengasuh Katolisitas
Terima kasih atas tambahkan beberapa catatan pada point- point yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.
Kalau boleh juga saya ingin menyampaikan sedikit pendapat saya yang berbeda dengan ajaran Katolik, tetapi bukan untuk memperdebatkannya. Terima kasih sebelumnya.
[Dari Katolisitas: mungkin maksud anda Ibr 9:27: “…. manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.”]
Menurut pemahaman saya manusia tidak semuanya mati satu kali, tetapi ada yang mengalami kematian dua kali. Alkitab menulis demikian
[Dari Katolisitas: …………………………………………………………………………………………………………………………… Namun apakah diterimanya langsung segera sesaat setelah ia wafat, ataukah ia masih harus dimurnikan terlebih dahulu oleh Tuhan dalam Api Penyucian, itu tergantung kepada kebijaksanaan Tuhan. ………………………………………………………………………………………………………………………………………….,
Menurut pemahaman saya setelah Tuhan Yesus bangkit , maka kematian umat pilihannya sudah tidak lagi harus melewati Api Penyucian.
Terima kasih
Salam
mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas komentarnya. Mari kita melihat akan kematian yang pertama dan kedua yang mungkin anda percayai. Ibr 9:27 menyatakan “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,“. Kematian ini adalah mengacu kepada kematian fisik, yaitu saat kita dipanggil oleh Tuhan untuk meninggalkan dunia ini. Hal ini terlihat dari penghakiman yang menyusul setelah kematian manusia. Kemudian, Why 20:14 mengatakan “Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.” Di ayat ini, kematian bukanlah merupakan kematian fisik (physical death), namun merupakan kematian yang bersifat selamanya, dalam artian keterpisahan dari Allah untuk selamanya di dalam neraka atau lautan api. Kemudian untuk Api Penyucian, silakan melihat artikel ini – silakan klik dan juga dialog di bawah artikel tersebut. Kalau mau, silakan bergabung di link tersebut dan memberikan argumentasi yang baru.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.