Pertanyaan:

Bisa tolong jelaskan 1 Timotius 3:15
kenapa jemaat dari Allah yg hidup (Gereja) adalah tiang penopang dan dasar kebenaran?

apakah jika terjadi perselisihan diantara anggota Gereja, kita harus bermusyawarah(konsili?)? yg nantinya hasil dari musyawarah yg digunakan(ditetapkan?) sebagai kebenaran?

Bisa tolong jelaskan surat 1 Timotius secara keseluruhan?

Kenapa Paulus menulis surat itu?
Kenapa Paulus mengatakan “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.”

kok rasanya tidak nyambung dengan sebelum-sebelumnya. Sebelumnya Paulus mengatakan “syarat-syarat” orang yg mau Pelayanan. Trs kok tiba-tiba mengatakan seperti itu.

Alexander

Jawaban:

Shalom Alexander,

Untuk memahami 1 Tim 3:15 tentang ajaran Rasul Paulus agar orang mengacu kepada Gereja sebagai tiang penopang kebenaran, kita perlu melihat kepada latar belakang penulisan surat kepada Timotius secara keseluruhan. Berikut ini saya sarikan dari keterangan the Navarre Bible:

1. Kita mengetahui Timotius adalah anak rohani dari Rasul Paulus (lih. Flp 2:22). Timotius ini telah mengikuti Paulus dan bekerja bersamanya pada saat Rasul Paulus mendirikan dasar bagi Gereja- gereja di Filipi dan Tesalonika (Kis 16:12). Ia di Berea (Kis 17:14), lalu dikirim Rasul Paulus ke Tesalonika (1 Tes 3:2), kemudian ke Korintus (Kis 18:5), dan mendampingi Rasul Paulus dalam perjalanannya yang ke tiga, mengunjungi Efesus (Kis 19:22) dan Makedonia (1 Kor 4:17; 16:20; 2 Kor 1:1), Asia Kecil (Kis 20:4), bersama dengan Rasul Palulus pada saat ia dipenjara (Kol 1:1; Flp 1:1; 2:19). Akhirnya dalam perjalanan terakhir Rasul Paulus ke Timur Tengah, ia menugaskan Timotius untuk memimpin Gereja Efesus. Timotius masih muda sewaktu dipercayakan tugas tersebut (1 Tim 4:12, 2 Tim 2:22).

Dari Kisah Para rasul, kita mengetahui bahwa Rasul Paulus berada di Efesus pada sekitar tahun 52, di akhir perjalanannya yang ke-2 (lih. Kis 18: 19-21) dan ia kemudian tinggal di Efesus selama dua tahun pada awal perjalanannya yang ke-3 (lih. Kis 19:1, 8-10). Rasul Paulus menghadapi kesulitan, dan kemudian harus meninggalkan Efesus karena kerusuhan yang dipelopori oleh Demetrius, seorang tukang perak (lih. Kis 19:23-40). Namun kunjungan Rasul Paulus itu telah menghasilkan perkembangan komunitas Kristiani di Efesus, sebuah kota yang penting di Asia Kecil.

Gereja Efesus adalah Gereja yang cukup baik, namun juga mengalami kesulitan dan tantangan yang dihadapi oleh sebuah Gereja awal. Tantangan ini ditimbulkan oleh pengaruh lingkungan kota pagan, adanya banyak guru yang mengajar berbagai ajaran, dan juga kebiasaan- kebiasaan hidup yang tidak cocok dengan ajaran Kristiani; ini semua mengancam stabilitas Gereja yang muda ini. Seperti halnya Titus dipercayakan jemaat di Kreta, Timotius dipercaya di Efesus untuk mengajarkan agar umat memegang ajaran yang benar dan untuk mendorong umat Kristen agar hidup sesuai dengan ajaran Kristiani. Ia harus memelihara “apa yang telah dipercayakan kepadamu” (1 Tim 6:20) yaitu sumber iman, dan mengabdikan diri untuk mengajar umat beriman (1 Tim 6:16), dan yakin bahwa Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran (1 Tim 3:15). Maka, ajaran sesat harus ditolak, demikian pula para pengajarnya (1 Tim 1:3). Timotius harus menjalankan otoritasnya, namun juga hidupnya harus menjadi panutan bagi sekalian umat (1 Tim 6:11) dan meletakkan kepercayaannya di dalam kerahiman ilahi. Para pelayan Tuhan harus menjadi teladan umat dalam “perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni.” (1 Tim 1:18).

Timotius juga diberi tugas untuk administrasi Gereja, memilih diakon yang benar (1 Tim 3:10) dan tidak tergesa- gesa menahbiskan seseorang (1 Tim 5:22). Surat Rasul Paulus juga menuliskan syarat- syarat bagi imam, diakon, janda (1 Tim 3:1-7; 3:8-13; 5:9-15).

2. Maka secara umum surat Timotius berkaitan dengan 4 hal:

a) Timotius bertugas untuk membela kebenaran dan mempertahankannya dari serangan ajaran sesat tentang “dongeng dan silsilah yang tidak putus-putusnya” (1:3-20);
b) Cara penyembahan harus ditetapkan: doa bersama, khotbah, tingkah laku dalam perayaan liturgis (2:1-15);
c) Tugas- tugas pemimpin Gereja, dan kualitas yang disyaratkan bagi seorang uskup dan diakon;
d) Peraturan pastoral tentang bagaimana menghadapi guru- guru yang sesat (3:1-16), bagaimana bertindak menangani kelompok- kelompok umat beriman (5:1- 6:2); dan bagaimana untuk membedakan guru yang baik dan guru yang jahat/ sesat (6:3-19).

3. Jadi ayat 1 Tim 3:15 harus dilihat dalam kaitan dengan ayat- ayat sebelum dan sesudahnya di mana Gereja/ jemaat Allah yang hidup ini dipimpin oleh para uskup dan diakon, dan merekalah yang akan memimpin umat beriman untuk menghindari ajaran sesat yang berkembang pada saat itu.

1 Tim 3:15 menyebutkan 3 hal dalam hal ekklesiologi:

a) “Gereja/ jemaat Allah yang hidup”.
Rasul Paulus menggunakan istilah jemaat Allah yang hidup ini untuk menerangkan bahwa Gereja adalah umat Allah yang merupakan kelanjutan dari bangsa pilihan Allah dalam Perjanjian Lama.

b) Gereja adalah “keluarga Allah”
Keluarga adalah ciri khas Gereja. Rasul Paulus mengajarkan bahwa kita adalah “kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Ef 2:19). Maka keluarga haruslah menjadi ide dasar ikatan hubungan antara para anggota Gereja; yang dipersatukan oleh kehendak Allah, sebuah tempat kehadiran Allah yang lebih penuh daripada kehadiran-Nya di bait Yerusalem (lih. 1 Raj 8:12-64). Keluarga Allah ini dibangun oleh batu- batu yang hidup (1 Pet 2:5) dengan fondasinya adalah para rasul (1 Kor 3:11) dan Kristus sebagai batu penjuru (Mat 21:42).

c) Gereja sebagai “tiang penopang dan tonggak kebenaran”
Tonggak ini mengingatkan kepada tiang penopang pada bait Allah di Yerusalem (lih. 1 Raj 7:15-52). Ekspresi ini menggambarkan kekuatan/ kekokohan Gereja dalam menjaga dan menyampaikan kebenaran; sebab Wahyu Allah harus dijaga dan dijelaskan/ diinterpretasikan. Maka, kebenaran di sini maksudnya adalah Wahyu Allah yang disampaikan kepada manusia.

4. Jadi untuk menjawab pertanyaan anda:

Mengapa Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran? Sebab Kristus sendiri telah mendirikan Gereja-Nya di atas pondasi yaitu para rasul, sehingga Gereja yang setia berpegang pada ajaran para rasul tersebut merupakan tiang penopang dan dasar kebenaran Wahyu Allah yang disampaikan kepada manusia. Sebab Yesus telah mempercayakan wewenang pengajaran wahyu tersebut kepada para rasul-Nya, yang diteruskan oleh para penggantinya, dengan persyaratan yang telah disebutkan dalam surat kepada Timotius.

Jadi jika terjadi perselisihan/ perbedaan pendapat, (dalam hal ini adalah pertentangan karena adanya ajaran sesat) maka bukan musyawarah yang menentukan, tetapi sumber pengajaran para rasul yang harus diteliti untuk mencari jalan keluarnya. Bahwa umumnya penegasan ajaran para rasul ini dijabarkan dalam Konsili itu benar, tetapi Konsili bukan semata- mata kesempatan bermusyawarah, tetapi adalah kesempatan untuk kembali menegaskan keputusan ajaran sesuai dengan sumber iman yang diajarkan oleh para rasul dan Bapa Gereja. Inilah sebabnya mengapa Rasul Paulus mengatakan bahwa yang menjadi tonggak penopang dan dasar kebenaran adalah Gereja, karena Gereja yang berpegang pada pengajaran para rasul inilah yang dapat menjaga kemurnian Wahyu Allah.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

5 COMMENTS

  1. kalau sumber pengajaran para rasul adalah Tradisi Suci. Bisa tolong jelaskan Tradisi Suci nya? Kenapa di website ini tidak ada Artikel Khusus Tradisi Suci? (saya sudah searching dgn keyword “tradisi suci” tapi tidak ada 1 artikel ataupun TJ yg khusus membahas Tradisi Suci)

    Saya sendiri kesulitan jika ingin menjelaskan Tradisi Suci ke teman-teman saya yang Protestan. Karena saya sendiri pun, sebetulnya tidak tahu Tradisi Suci itu seperti apa. (atau saya kurang membaca artikel yang menjelaskan Tradisi Suci? mohon arahan linknya)

    dari artikel “Apakah Sola Scriptura/ “Kitab Suci saja” cukup?” saya menemukan bahwa “Pengajaran yang bersumber dari ajaran lisan ini disebut sebagai Tradisi Suci, kemudian juga dituliskan dan diturunkan kepada para penerus Rasul.”

    Jadi Tradisi Suci sudah dituliskan, bisa tolong ditampilkan (dalam 1 artikel mungkin, atau bersambung seperti artikel keutamaan rasul petrus)?

    Apakah Tradisi Suci hanya diajarkan kepada orang yang ingin menjadi Romo?

    • Shalom Alexander,

      Saya telah menyebutkan di jawaban saya yang terdahulu tentang kutipan dari Katekismus Gereja Katolik tentang Tradisi Suci.

      Selanjutnya pembahasan tentang Tradisi Suci sudah pernah ada dalam tanya jawab di sini, silakan klik. Tradisi Suci yang bersumber pada pengajaran lisan dari Kristus dan para rasul itu diturunkan kepada para Bapa Gereja, yang kemudian menuliskan pengajaran mereka. Lalu Magisterium Gereja Katolik, dengan bersumber kepada Kitab Suci dan Tradisi Suci tersebut menuliskan ajaran- ajaran tersebut. Beberapa ajaran/ doktrin tersebut merupakan dogma, yang harus diterima oleh umat dengan iman yang ilahi dan katolik (divine and catholic faith). Daftar dogma tersebut dapat anda baca di jawaban ini, silakan klik. Dan dogma ini secara sistematis juga dijabarkan di dalam Katekismus Gereja Katolik, sehingga lebih mudah dipahami umat.

      Maka, karena Tradisi Suci dan Kitab Suci ini merupakan ajaran yang saling melengkapi, maka Tradisi Suci itu harus kita ketahui oleh semua umat Katolik. Kita perlu mempelajari iman kita yang bersumber dari Kitab Suci dan Tradisi Suci; yang kini dapat kita baca dalam Katekismus dan juga dalam pengajaran Magisterium lainnya, seperti dokumen Konsili Vatikan II, dan surat- surat ensiklik dari Bapa Paus.

      Demikian, maka Tradisi Suci bukan hanya untuk diketehui oleh para imam, tetapi juga oleh kita semua yang awam, karena kita semua juga adalah murid Kristus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Saya masih belum mengerti benar. Ini ada 2 pertanyaan.

    “bukan musyawarah yang menentukan, tetapi sumber pengajaran para rasul yang harus diteliti untuk mencari jalan keluarnya.”
    >>>
    sumber pengajaran para rasul itu apa?

    “tetapi adalah kesempatan untuk kembali menegaskan keputusan ajaran sesuai dengan sumber iman yang diajarkan oleh para rasul dan Bapa Gereja.”
    >>>
    apa yang Bu Inggrid maksud dengan sumber iman itu Yesus?

    • Shalom Alexander,
      Pengajaran para rasul di sini adalah Tradisi Suci (pengajaran lisan dari Yesus dan para rasul) yang disampaikan oleh kepada para Bapa Gereja (lihat KGK 80-83). Sedangkan sumber iman di sini adalah “deposit of faith” yang artinya ajaran yang terkandung dalam Kitab Suci, Tradisi Suci (lihat KGK 84) seperti yang disampaikan oleh Magisterium/ Wewenang mengajar Gereja (lihat KGK 85-95).

      Definisi Tradisi Suci: KGK 80 -83

      KGK 80 “Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama” (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendaya-gunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya “sampai akhir zaman” (Mat 28:20).

      KGK 81 “Kitab Suci adalah pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi”.”Oleh Tradisi Suci Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka, memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia” (DV 9). 113.

      KGK 82 “Dengan demikian maka Gereja”, yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu, “menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik Tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama” (DV 9).

      KGK 83 Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu.Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang dalam gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi konkret itu dapat dipertahankan, diubah, atau juga dihapus.

      Pengertian Tradisi Suci dalam kaitannya dengan Kitab Suci dan Magisterium:

      KGK 84 “Pusaka Suci” (Bdk. 1 Tim 6:20; 2 Tim 1:12-14) iman [depositum fidei] yang tercantum di dalam Tradisi Suci dan di dalam Kitab Suci dipercayakan oleh para Rasul kepada seluruh Gereja. “Dengan berpegang teguh padanya seluruh Umat Suci bersatu dengan para Gembala mereka dan tetap bertekun dalam ajaran para Rasul dan persekutuan, dalam pemecahan roti dan doa-doa (lih. Kis 2:42 Yn). Dengan demikian dalam mempertahankan, melaksanakan, dan mengakui iman yang diturunkan itu timbullah kerukunan yang khas antara para Uskup dan kaum beriman” (DV 10).

      KGK 85 “Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” (DV 10).

      KGK 86 “Wewenang Mengajar itu tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, yakni dengan,hanya mengajarkan apa yang diturunkan saja, sejauh Sabda itu, karena perintah ilahi dan dengan bantuan Roh Kudus, didengarkannya dengan khidmat, dipelihara dengan suci, dan diterangkannya dengan-setia; dan itu semua diambilnya dari satu perbendaharaan iman itu, yang diajukannya untuk diimani sebagai hal-hal yang diwahyukan oleh Allah” (DV 10).

      KGK 87 Kaum beriman mengenangkan perkataan Kristus kepada para Rasul: “Barang siapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku” (Luk 10:16) Bdk. LG 20. dan menerima dengan rela ajaran dan petunjuk yang diberikan para gembala kepada mereka dalam berbagai macam bentuk.

      KGK 88 Wewenang Mengajar Gereja menggunakan secara penuh otoritas yang diterimanya dari Kristus, apabila ia mendefinisikan dogma-dogma, artinya apabila dalam satu bentuk yang mewajibkan umat Kristen dalam iman dan yang tidak dapat ditarik kembali, ia mengajukan kebenaran-kebenaran yang tercantum di dalam wahyu ilahi atau secara mutlak berhubungan dengan kebenaran-kebenaran demikian.

      KGK 89 Kehidupan rohani kita dan dogma-dogma itu mempunyai hubungan organis. Dogma-dogma adalah cahaya di jalan kepercayaan kita, mereka menerangi dan mengamankannya. Sebaliknya melalui cara hidup yang tepat, pikiran dan hati kita dibuka, untuk menerima cahaya dogma iman itu (Bdk. Yoh 8:31-32.. 2625)

      KGK 90 Hubungan timbal balik dan kaitan batiniah antara dogma-dogma terdapat dalam wahyu misteri Kristus secara menyeluruh (Bdk. Konsili Vatikan I: “nexus mysteriorum”: DS 3016; LG 25). Terdapat “satu tata urutan atau ‘hierarki’ kebenaran-kebenaran ajaran Katolik, karena berbeda-bedalah hubungannya dengan dasar iman Kristen” (UR 11).

      KGK 91 Semua orang beriman turut mengambil bagian dalam mengerti dan meneruskan kebenaran yang diwahyukan. Mereka telah menerima urapan Roh Kudus, yang mengajar mereka (Bdk. 1 Yoh 2:20.27) dan yang membimbing mereka untuk mengenal seluruh kebenaran (Bdk. Yoh 16:13.. 737).

      KGK 92 “Keseluruhan kaum beriman, yang telah diurapi oleh Yang Kudus (lih.1 Yoh 2:20 dan 27), tidak dapat sesat dalam beriman; dan sifat mereka yang istimewa itu mereka tampilkan melalui perasaan iman adikodrati segenap umat, bila ‘dari para Uskup hingga para awam beriman yang terkecil’ mereka secara keseluruhan menyatakan kesepakatan mereka tentang perkara-perkara iman dan kesusilaan” (LG 12).

      KGK 93 “Dengan perasaan iman yang dibangkitkan dan dipelihara oleh Roh Kebenaran, umat tanpa menyimpang berpegang teguh pada iman, yang sekali telah diserahkan kepada para kudus (Yud 3); dengan pengertian yang tepat umat semakin mendalam menyelaminya, dan semakin penuh menerapkannya dalam hidup mereka” (LG 12).

      KGK 94 Berkat bantuan Roh Kudus maka pengertian mengenai kenyataan, demikian juga formulasi dari pusaka iman dapat bertumbuh dalam kehidupan Gereja:
      -“Karena kaum beriman, yang menyimpannya dalam hati (lih. Luk 2:19,51), merenungkan serta mempelajarinya” (DV 8); terutama “hendaknya penelitian teologis berusaha mencapai pengertian yang mendalam tentang kebenaran-kebenaran yang diwahyukan” (GS 62,7) Bdk. GS 44,2; DV 23; 24; UR 4..
      -“atas dasar pemahaman yang lebih mendalam sekitar inti hal-hal rohani yang dialami” (DV 8); “kata-kata ilahi tumbuh bersama orang yang membacanya” (Gregorius Agung, hom. Ez. 1,7,8);
      -“atas dasar pewartaan mereka, yang berdasarkan pergantian dalam jabatan Uskup, menerima karisma kebenaran yang pasti” (DV 8).

      KGK 95 “Maka jelaslah Tradisi Suci, Kitab Suci, dan Wewenang Mengajar Gereja, menurut rencana Allah yang maha bijaksana, saling berhubungan dan berpadu sedemikian rupa, sehingga yang satu tidak ada tanpa kedua lainnya dan semuanya bersama-sama, masing-masing dengan caranya sendiri, di bawah gerakan satu Roh Kudus, membantu secara berdaya guna bagi keselamatan jiwa-jiwa” (DV 10,3).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Bisa tolong jelaskan 1 Timotius 3:15

    kenapa jemaat dari Allah yg hidup (Gereja) adalah tiang penopang dan dasar kebenaran?

    apakah jika terjadi perselisihan diantara anggota Gereja, kita harus bermusyawarah(konsili?)? yg nantinya hasil dari musyawarah yg digunakan(ditetapkan?) sebagai kebenaran?

    Bisa tolong jelaskan surat 1 Timotius secara keseluruhan?

    Kenapa Paulus menulis surat itu?

    Kenapa Paulus mengatakan “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.”

    kok rasanya tidak nyambung dengan sebelum-sebelumnya. Sebelumnya Paulus mengatakan “syarat-syarat” orang yg mau Pelayanan. Trs kok tiba-tiba mengatakan seperti itu.

    [Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di sini, silakan klik]

Comments are closed.