Pertanyaan:
Shalom saudara stef dan ingrid… saya kurang tahu apakah anda sudah menerima pesan saya sebelumnya tentang website [edit: nama website dihapus]
takutnya tidak nyampai ( hehehehe ), ini saya berikan salah satu contoh bentuk sanggahan tentang distorsi matius. alasannya mereka cukup kuat juga. dan masih banyak sanggahan – sanggahan lainnya. tapi alangkah baiknya kalo saudara stef dan ingrid bisa liat website-nya langsung., dan mengarsipkan penjelasan – penjelasannya ( sesuai pandangan gereja katolik ) ke dalam website ini untuk menambah pengetahuan bagi umat Katolik ( tentunya tanpa perlu meminta ijin dari saya ).
Sanggahan :
Konon, sebagai reaksi terhadap kaum Farisi yang bersekongkol melawannya, Yesus meninggalkan satu wilayah kemudian pindah ke wilayah lainnya. Banyak sekali orang yang konon mengikutinya, dan ia konon melakukan banyak penyembuhan mukjizati, sementara memerintahkan kelompok orang itu untuk “tidak membuatnya terkenal”. Lagi2 Matius menempatkan pemenuhan nubuat dalam peristiwa2 ini. Berikut petikan Matius:
12:17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
12:18 “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada orang-orang non Yahudi. **
12:19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.
12:21 Dan pada-Nyalah orang-orang non Yahudi akan berharap.” **
Ayat yang dibicarakan di atas berasal dari Yesaya. Yang menarik, dalam menyuguhkan keterangan ini, Matius tampaknya melompat ke sana ke mari antara teks berbahasa Ibrani dan Septuaginta berbahasa Yunani, dengan menggunakan makna yang paling sesuai dengan tujuan2 teologinya pada saat itu. Dan demikianlah kita akhirnya menerima terjemahan akhir yang diberikan oleh Matius yang sudah agak terdistorsi dari kata2 Kitab Yesaya sebenarnya, yang dikutip di bawah ini:
42:1. Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.
42:2 Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan.
42:3 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.
42:4 Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.
Perbandingan antara terjemahan Yesaya yang dilakukan Matius dengan keterangan asli Yesaya mengilustrasikan perhatian Matius dengan menekankan dan membenarkan dugaan kerasulan Yesus untuk orang2 non Yahudi. Ini khususnya tampak jelas dalam pernyataan yang dikarang Matius, “dan pada-Nyalah orang-orang non Yahudi akan berharap,” yang TIDAK ADA dalam ayat Yesaya sebenarnya. Inilah kali kedua bias Matius terhadap kenabian untuk orang2 non Yahudi itu muncul ke permukaan (baca: Distorsi Matius 7). Karena ini merupakan kejadian yang kedua, maka harus ditekankan lagi bahwa Yesus secara khusus membantah bahwa ia mengemban misi kenabian untuk orang2 di luar Bani Israel. Dalam bentuk orisinilnya, ayat Yesaya mungkin bisa diterapkan kepada Yesus, tetapi ia juga bisa diterapkan kepada nabi2 Allah yang lain. Singkatnya, kain pakaian itu begitu besar dan banyak sehingga ia bisa mencakup banyak individu yang berbeda, dan tidak ada hal yang cukup spesifik dalam keterangan itu yang bisa dengan tepat menunjukkan identifikasi Yesus.
Keterangan:
** “orang-orang non Yahudi”, dalam versi Alkitab Indonesia diubah menjadi “bangsa-bangsa”. Tujuannya sudah jelas, yaitu untuk menciptakan persamaan antara teks Yesaya dengan pemenuhan nubuat yang dikarang Matius. Sebagai perbandingan, lihat versi Alkitab: Douay Rheims, King James Version 1611, dan New American Bible.
Secara tekstual, jika diteliti secara cermat ayat2 Yesaya yang dikutip Matius, maka akan terlihat 4 perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
1. Frasa “yang Kupegang” dalam Yesaya diganti dengan “yang Kukasihi”. Matius ingin menunjukkan bahwa Yesuslah orang yang paling dikasihi Tuhan. Jelas, ada niat busuk dari pengarang Matius.
2. Frasa “Aku” dalam Yesaya diganti dengan “jiwa-Ku”. Matius ingin menunjukkan bahwa jiwa Yesus berisi jiwa Tuhan. Ini juga tak lain merupakan hayalan Matius belaka.
3. Kata “telah” dalam Yesaya diganti dengan “akan”. Matius ingin menunjukkan bahwa “Roh Tuhan” itu baru akan diturunkan kepada Yesus ketika Yesus selesai dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (baca: Matius 3:16-17). Ini juga merupakan akal2an Matius dan para pengarang injil2 kanonik lainnya.
4. Frasa “bangsa-bangsa” dan “segala pulau” dalam Yesaya diganti dengan “orang-orang non-Yahudi”. Matius ingin menunjukkan bahwa kerasulan Yesus adalah bersifat “universal”, bukan hanya untuk orang2 Yahudi saja sebagaimana pernyataan Yesus sendiri dalam Matius 10:5-6 dan 15:24. Jelas sekali, Matius telah mengada2kan sendiri pemenuhan nubuat Yesaya tersebut.
Terima kasih dan TUHAN YESUS memberkati saudara ingrid dan stef
Salam – Justinus Budi Darmawan Kusumo
Jawaban:
Shalom Justinus Budi Darmawan Kusumo,
Terima kasih atas pertanyaannya yang diambil dari salah satu website. Secara prinsip, argumen yang ingin disampaikan adalah mempertanyakan keaslian teks Alkitab dengan cara mempertanyakan perbedaaan teks Matius yang mengutip kitab Yesaya dengan teks di kitab Yesaya. Mari kita menganalisanya bersama-sama:
Matius 12:17-21 | Yesaya 42:1-4 |
17. supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 18. “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. | 1. Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. |
19. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. | 2. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. |
20. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. | 3. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. |
21. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” | 4. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya. |
I. Komentar umum
1) Dikatakan “Ayat yang dibicarakan di atas berasal dari Yesaya. Yang menarik, dalam menyuguhkan keterangan ini, Matius tampaknya melompat ke sana ke mari antara teks berbahasa Ibrani dan Septuaginta berbahasa Yunani, dengan menggunakan makna yang paling sesuai dengan tujuan2 teologinya pada saat itu. Dan demikianlah kita akhirnya menerima terjemahan akhir yang diberikan oleh Matius yang sudah agak terdistorsi dari kata2 Kitab Yesaya sebenarnya, yang dikutip di bawah ini:”
a) Gereja percaya bahwa Injil Matius kemungkinan ditulis dalam bahasa Aram (Aramaic) atau Ibrani beradasarkan keterangan St. Polikarpus, Papias, St. Irenaeus, St. Jerome. Namun, teks asli dari Injil Matius telah hilang, dan Gereja menerima teks Yunani, yang memang dipakai oleh Bapa Gereja pada masa awal. Tidak menjadi masalah dalam terjemahan Alkitab Perjanjian Baru, kadang kita menemui ada kata-kata dalam bahasa Aram, maupun Ibrani dalam terjemahan teks berbahasa Yunani. Justru, hal ini dilakukan agar kita dapat menangkap secara lebih murni maksud dari teks-teks tersebut.
b) Tuduhan yang mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan untuk menggunakan makna yang paling sesuai dengan tujuan-tujuan teologinya pada saat itu perlu dibuktikan kebenarannya. Perbedaan kecil antara teks Matius dan Yesaya justu sebaliknya menjadikan Alkitab adalah dapat dipercaya, karena penulis tidak ada usaha untuk merubah – baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru – sehingga terlihat benar-benar konsisten, termasuk kata-perkata, koma dan titik.
c) Tuduhan bahwa terjemahan akhir yang diberikan oleh Matius adalah telah terdistorsi juga perlu dibuktikan. Dapatkah seseorang menunjukkan ayat-ayat yang mana yang didistorsikan dan ayat-ayat mana yang asli? Dan apakah parameter yang digunakan? Apakah yang terdistorsi adalah ayat-ayat yang tidak sesuai dengan kepercayaan dari agama tertentu, sehingga ayat-ayat yang terlihat mendukung kepercayaan dari agama tertentu tersebut dikatakan palsu? Kalau ini parameter yang dipakai, maka parameter ini tidaklah dapat dipertanggungjawabkan. Orang yang beragama lain harus mengasumsikan bahwa 1) seluruh Alkitab adalah Firman Tuhan, sehingga dia dapat mengambil ayat-ayat sebagai pembuktian – termasuk ayat-ayat yang tidak sesuai dengan kepercayaannya, atau 2) seluruh isi Alkitab bukan Firman Tuhan, sehingga orang tersebut tidak berhak untuk mengambil ayat-ayat tertentu untuk mendukung pengajarannya.
2) Dikatakan “Perbandingan antara terjemahan Yesaya yang dilakukan Matius dengan keterangan asli Yesaya mengilustrasikan perhatian Matius dengan menekankan dan membenarkan dugaan kerasulan Yesus untuk orang2 non Yahudi. Ini khususnya tampak jelas dalam pernyataan yang dikarang Matius, “dan pada-Nyalah orang-orang non Yahudi akan berharap,” yang TIDAK ADA dalam ayat Yesaya sebenarnya. Inilah kali kedua bias Matius terhadap kenabian untuk orang2 non Yahudi itu muncul ke permukaan”
a) Seseorang yang menulis Injil Matius dan bersedia mengorbankan hidupnya sampai meninggal untuk mempertahankan imannya, tidaklah mungkin mendasarkan tulisannya berdasarkan dugaan semata. Memang tujuan dari Injil Matius ditulis adalah untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan seperti yang telah dijanjikan di dalam Perjanjian Lama. Dan kepercayaan ini bukan berdasarkan suatu dugaan, namun berdasarkan fakta bahwa Yesus adalah Tuhan, yang telah dinubuatkan oleh para nabi, termasuk oleh nabi Yesaya.
b) Tuduhan ini: “Ini khususnya tampak jelas dalam pernyataan yang dikarang Matius, “dan pada-Nyalah orang-orang non Yahudi akan berharap,” yang TIDAK ADA dalam ayat Yesaya sebenarnya” perlu dibuktikan lebih jauh. Mari kita menganalisanya:
Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa [non-Yahudi / Gentiles (RSV, KJV, NASB, DRB)] akan berharap. (Mt 12:21)
Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya. (Yes 42:4)
Silakan membandingkan dua ayat tersebut di atas. Perkataan bangsa-bangsa (LAI) atau gentiles (RSV, KJV, NASB, DRB) memang tidak disebutkan di dalam Yes 42:4. Namun Yes 42:4 mengatakan arti yang sama, bahwa orang tersebut (kata “Nya” di Mat atau kata “Ia” di Yesaya) akan menegakkan hukum di bumi dan segala pulau mengharapkan pengajarannya. Apakah maksud Yesaya bumi dan segala pulau hanyalah bangsa Yahudi saja? Apakah bangsa Yahudi pada waktu itu tidak tahu bahwa ada bangsa-bangsa lain di sekitar mereka, bahwa bumi bukan hanya terdiri dari bangsa Yahudi? Fakta bahwa bangsa Yahudi sering berperang dengan bangsa non-Yahudi (gentiles) telah menunjukkan bahwa mereka sadar bahwa ada bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Kalau memang Yesaya bermaksud mengatakan bahwa yang berharap adalah hanya dari kaum Yahudi, mengapa Yesaya tidak menggunakan kata “umat Yahudi” melainkan menggunakan kata “di bumi” dan “segala pulau” yang mengindikasikan segala bangsa, termasuk bangsa-bangsa non-Yahudi (gentiles)?
Dari analisa di atas, maka Matius tidak menambahkan kata-kata di ayat 12:21, karena mempunyai arti yang sama dengan Yesaya 42:4.
3) Dikatakan “Karena ini merupakan kejadian yang kedua, maka harus ditekankan lagi bahwa Yesus secara khusus membantah bahwa ia mengemban misi kenabian untuk orang2 di luar Bani Israel. Dalam bentuk orisinilnya, ayat Yesaya mungkin bisa diterapkan kepada Yesus, tetapi ia juga bisa diterapkan kepada nabi2 Allah yang lain. Singkatnya, kain pakaian itu begitu besar dan banyak sehingga ia bisa mencakup banyak individu yang berbeda, dan tidak ada hal yang cukup spesifik dalam keterangan itu yang bisa dengan tepat menunjukkan identifikasi Yesus.”
a) Di bagian manakah Yesus membantah bahwa Ia mengemban misi kenabian untuk orang-orang di luar Bani Israel? Bukankah Mt 28:19-20 mengatakan:
19. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20. dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
b) Kalau dikatakan bahwa nubuat dari nabi Yesaya (Yes 42:1-4) dapat diterapkan kepada nabi-nabi lain, maka silakan memberikan nama dari nabi yang dipandang dapat memenuhi nubuat dari nabi Yesaya, yang dikatakan mempunyai ciri-ciri:
1) Menaruh Roh dan menyatakan hukum (hukum harus yang baru, karena kalau hukumnya adalah hukum yang lama, tidak ada yang istimewa dari nubuat ini).
2) Ia tidak berteriak untuk memperdengarkan suaranya (mengacu kepada kerajaan yang bukan dari dunia ini, namun kerajaan yang spiritual atau Sorga. Kerajaan-Nya berjaya bukan dengan pedang, namun dengan meraja di hati manusia).
3) yang memberikan pengharapan, lemah lembut dan menyatakan hukum (yang putus asa diberikan harapan, yang sakit disembuhkan, yang tuli dapat mendengar, yang buta melihat, dll. Dia juga seorang yang lemah lembut. Dia juga menyatakan hukum, yang dapat memberikan harapan bagi semua orang).
4) dia menjadi pudar, namun dia tidak patah terkulai (yang berarti orang ini harus mengalami siksaan, namun mengalami kemenangan pada akhirnya. Dan ini hanya dapat berarti kalau kemenangan ini adalah selamanya dan bukan hanya sementara).
5) Semua bangsa mengharapan pengajarannya (yang berarti pengajarannya adalah sesuatu yang baru. Kalau hukumnya adalah sesuatu yang telah diajarkan sebelumnya, maka tidak ada perlunya semua bangsa mengharapkan kedatangannya).
Semua hal tersebut di atas terpenuhi dalam diri Yesus, yang juga diperkuat dengan begitu banyak nubuat yang lain. Silakan membaca artikel: Yesus, Tuhan yang dinubuatkan para nabi (silakan klik).
4) Dikatakan ““orang-orang non Yahudi”, dalam versi Alkitab Indonesia diubah menjadi “bangsa-bangsa”. Tujuannya sudah jelas, yaitu untuk menciptakan persamaan antara teks Yesaya dengan pemenuhan nubuat yang dikarang Matius. Sebagai perbandingan, lihat versi Alkitab: Douay Rheims, King James Version 1611, dan New American Bible.”
a) Tidak perlu Alkitab versi Bahasa Indonesia merubah kata, kalau tidak mempunyai dasar. Banyak penduduk Indonesia dapat berbahasa Inggris dan orang juga dapat membandingkan terjemahan yang satu (bahasa Indonesia) dengan terjemahan yang lain dalam berbagai bahasa hanya dalam satu kali klik. Beberapa versi dari Alkitab di dalam bahasa Inggris menterjemahkan kata tersebutdengan ” gentiles” (dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “bangsa-bangsa). Silakan mencari ayat-ayat yang memuat kata “gentiles” dan kemudian membandingkannnya dengan terjemahan Alkitab bahasa Indonesia.
2) Kita juga dapat menterjemahkan gentiles dengan “orang-orang non-Yahudi” dan tetap tidak merubah makna apapun. Sebagai contoh “Dan pada-Nyalah orang-orang non Yahudi akan berharap.” (Mt 12:21). Bukankah dengan terjemahan ini, justru memperkuat bahwa Yesus justru diutus bukan untuk umat Yahudi saja, namun juga kepada orang-orang non Yahudi, sehingga orang-orang non-Yahudi juga berharap kepada-Nya?
3) Mari kita melihat kata “orang-orang non-Yahudi / gentiles” secara lebih mendetail, seperti yang disebutkan di Mt 12:21.
Parallel RSV 21: and in his name will the Gentiles hope.” NRSV 21 And in his name the Gentiles will hope.’ Douay 21 And in his name the Gentiles shall hope. NAB 21 And in his name the Gentiles will hope.” KJV 21 And in his name shall the Gentiles trust. WEB 21 In his name, the nations will hope.”{Isaiah 42:1-4} ESV 21 and in his name the Gentiles will hope.” Blasphemy Against the Holy Spirit NASB 21 “AND IN HIS NAME THE GENTILES WILL HOPE.” The Pharisees Rebuked NIV 21 In his name the nations will put their hope.” YOUNG 21 and in his name shall nations hope.’ Greek 21: kai <2532> {AND} en <1722> tw <3588> {IN} onomati <3686> autou <846> {HIS NAME [THE]} eqnh <1484> {NATIONS} elpiousin <1679> (5692) {SHALL HOPE.} Vulgate 21 et in nomine eius gentes sperabunt ASV 21 And in his name shall the Gentiles hope. Darby 21and on his name shall [the] nations hope.
Gentiles berasal dari ἔθνος – ethnos (Yunani = G1484). Dari kamus Ibrani (Thayer’s Greeek Definitions), kita dapat melihat, bahwa ethnos dapat berarti beberapa hal, seperti: 1) a multitude (whether of men or of beasts) associated or living together, a company, troop, swarm; 2) a multitude of individuals of the same nature or genus, the human family; 3) a tribe, nation, people group; 4) in the OT, foreign nations not worshipping the true God, pagans, Gentiles; 5) Paul uses the term for Gentile Christians.
Dengan demikian, tidaklah salah kalau ethnos juga dapat diterjemahkan bangsa-bangsa. Namun, kalaupun diterjemahkan sebagai orang-orang non-Yahudi juga tidak menjadi masalah, karena tidak merubah makna yang ingin disampaikan, yaitu bahwa Kristus dan pengajaran-Nya adalah untuk semua bangsa dan bukan hanya terbatas pada bangsa Yahudi.
II. Tentang perubahan-perubahan dari Yesaya ke Matius:
Mt 12:18 “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada orang-orang non-Yahudi.
Yes 42:1. Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.
1) Dikatakan “Frasa “yang Kupegang” dalam Yesaya diganti dengan “yang Kukasihi”. Matius ingin menunjukkan bahwa Yesuslah orang yang paling dikasihi Tuhan. Jelas, ada niat busuk dari pengarang Matius.”
a) Pada waktu penulis Injil mengutip ayat-ayat dari Perjanjian Lama, maka tidak menjadi masalah kalau kutipan tersebut tidak sama, termasuk dalam kata-kata, titik dan koma. Namun, kita tetap dapat melihat kaitannya dengan Perjanjian Lama, termasuk juga mempunyai arti yang sama. Alkitab, baik PL maupun PB, bukanlah didiktekan kata demi kata oleh Allah, namun Allah memberikan inspirasi kepada para penulis Alkitab. Dengan demikian tulisan tersebut juga diwarnai oleh karakter tulisan dari sang penulis Alkitab.
b) Apakah kalau Matius menuliskan “yang kupegang” maka orang yang mempertanyakan ayat ini akan percaya bahwa yang dipegang adalah Yesus? Apakah orang yang dipegang (H8551 = תּמך = tâmak), yang dipilih, yang berkenan, yang ditaruh Roh Allah sendiri, yang menyatakan hukum, tidak dikasihi oleh Tuhan? Kalau jawabannya “dikasihi”, maka tidaklah merubah arti, kalau dalam Injil Mat 12:18 diberikan kata “kukasihi”. Banyak sekali ayat-ayat yang mengatakan bahwa Yesus adalah yang terkasih, seperti: Mt 3:17; Mr 17:5; Mk 1:11; Mk 9:7; Lk 3:22. Oleh karena itu, tidak ada manfaatnya Matius merubah dari “yang kupegang” menjadi “yang terkasih”, apalagi dengan “niat busuk” seperti yang dikatakan dalam sanggahan tersebut.
2) Dikatakan “Frasa “Aku” dalam Yesaya diganti dengan “jiwa-Ku”. Matius ingin menunjukkan bahwa jiwa Yesus berisi jiwa Tuhan. Ini juga tak lain merupakan hayalan Matius belaka.”
Kalaupun kata aku digunakan dalam Matius 12:18, maka tidak akan merubah arti. Coba baca sekali lagi “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku (Aku) berkenan;” Kalau dari kalimat ini ditarik kesimpulan bahwa “Matius ingin menunjukkan bahwa jiwa Yesus berisi jiwa Tuhan“, maka itu bukanlah yang dimaksud di ayat tersebut, kalaupun kata jiwaku diganti aku. Aku atau jiwaku di sini bukan mengacu kepada Yesus, namun kepada Allah Bapa. Bandingkan dengan perkataan Allah Bapa pada waktu Yesus dibaptis “Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”” (Mk 1:11). Bukankah kalau perkataan jiwaku di Mt 12:18 diganti “aku” justru lebih cocok dengan ayat Mt 1:11, yang mengatakan “…Kepada-Mulah Aku berkenan” dan bukan “…Kepada-Mulah jiwaku berkenan“?
3) Dikatakan “Kata “telah” dalam Yesaya diganti dengan “akan”. Matius ingin menunjukkan bahwa “Roh Tuhan” itu baru akan diturunkan kepada Yesus ketika Yesus selesai dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (baca: Matius 3:16-17). Ini juga merupakan akal2an Matius dan para pengarang injil2 kanonik lainnya.”
a) Terus terang saya tidak mengerti dengan argumentasi yang diberikan, yang justru memperlemah argumentasi yang ingin mengatakan bahwa Yesus bukanlah yang diberikan oleh Roh Allah. Kalau Matius menggunakan kata “telah” dalam kalimat “…Aku akan (telah) menaruh roh-Ku ke atas-Nya,” justru malah memperkuat argumentasi bahwa Yesuslah orang yang diberikan Roh Allah. Konteks dari kalimat tersebut adalah pada waktu Yesus menyebarkan kabar gembira, yang berarti setelah baptisan, karena kita tahu bahwa baptisan Yesus (Mt 3:17) mendahului karya publik Yesus. Jadi, kalau Mt 12:18 menggunakan kata telah, maka justru malah benar, karena Roh Tuhan telah dicurahkan pada saat pembaptisan, dimana orang-orang dapat menyaksikannya.
b) Kalau kalimat ini ditujukan kepada Yesus, maka tidak menjadi masalah kalau di Yesaya menggunakan kata “telah”, karena Yesus adalah Tuhan yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, yang ada sebelum Abraham (lih. Yoh 8:58).
[Dari Katolisitas: tambahan per tanggal 3 Maret 2010]
c) Tata bahasa Ibrani tidak terlalu memperhatikan ‘tenses’ seperti dalam tata bahasa Inggris atau bahasa modern yang didasari prinsip kronologis. Maka memang terdapat dua cara penyampaian, yaitu: 1) menggunakan kata “telah”, yang artinya dapat berarti sudah lewat, tetapi juga bisa berarti “pasti akan terjadi”, 2) menggunakan kata dasar atau “akan” untuk keadaan sekarang dan akan datang.
Maka kita melihat penerapan kata “telah” dalan beberapa nubuatan pada kitab Perjanjian Lama, yang baru terpenuhi pada Perjanjian Baru, seperti:
Yes 9:1, 5-6: “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar….. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”
Kita ketahui bahwa pemenuhan nubuat ini tergenapi dalam Kristus Allah Putera Allah, yang disebut sebagai Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Tidak ada seorangpun, bahkan nabi manapun sebelum Kristus yang disebut demikian.
Yes 52: 10: “TUHAN telah menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan mata semua bangsa; maka segala ujung bumi melihat keselamatan yang dari Allah kita.
Kita ketahui bahwa janji keselamatan yang dari Allah di hadapan semua bangsa baru digenapi melalui wafat, kebangkitan Kristus dan kenaikan-Nya ke Surga, pada masa Perjanjian Baru. Di mana Yesus mengutus para rasul-Nya untuk pergi ke segala ujung bumi untuk memberitakan Injil dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus (lih. Mat 28:19-20)
Yes 53:4-6: “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Kalimat nubuatan ini jelas mengacu kepada bagaimana cara Yesus akan sengsara dan wafat untuk menganggung dosa-dosa manusia. Kata “telah” digunakan di sini untuk menjelaskan bagaimana Tuhan pasti akan menggenapi rencana-Nya yaitu mengorbankan Putera-Nya sendiri untuk menghapus dosa-dosa manusia.
4) Dikatakan “Frasa “bangsa-bangsa” dan “segala pulau” dalam Yesaya diganti dengan “orang-orang non-Yahudi”. Matius ingin menunjukkan bahwa kerasulan Yesus adalah bersifat “universal”, bukan hanya untuk orang2 Yahudi saja sebagaimana pernyataan Yesus sendiri dalam Matius 10:5-6 dan 15:24. Jelas sekali, Matius telah mengada2kan sendiri pemenuhan nubuat Yesaya tersebut.” Silakkan untuk melihat penjelasan di bagian I.
Dari penjelasan di atas, maka kita melihat bahwa ada banyak kesalahpahaman yang terjadi. Secara prinsip pesan yang ingin disampaikan oleh Matius 12:17-21 adalah sama dengan Yes 42:1-4. Dan tidak menjadi masalah jika terjadi beberapa variasi teks, karena Alkitab bukan didikte oleh Tuhan kata demi kata. Variasi ini justru menunjukkan bahwa Alkitab adalah otentik, yang tidak mengalami perubahan apapun. Kalau memang ada niatan merubah, maka teks-teks yang mengundang pertanyaan seharusnya dirubah saja dari awal, sehingga terlihat sama persis dan tidak mengundang pertanyaan. Kalaupun Mt 12:17-21 dirubah persis sama dengan Yes 42:1-4, maka tidak merubah makna dan malah memperkuat bahwa nubuat tersebut adalah menubuatkan Yesus, seperti yang telah diterangkan di atas.
Semoga uraian di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Setelah membaca penjelasan anda, malah membuat saya bertanya2, terlepas dari faham teologi bahwa Tuhan Yesus terikat atau tidak oleh waktu. pada hakikatnya konteks waktu Yesaya tersebut terjadi pada zaman Yesaya sendiri, bahwa Tuhan menyatakan firmanNya bahwa Dia sudah/telah menurunkan rohNya kepada “Hamba” itu.
Anda benar jika kita mengacu pada teologi, nubuat tersebut akan meloncat jauh ke zaman Yesus sehingga kita merubah/merusak kontek dan tensesnya (seharusnya “will have”) dan karena kita berpatokan pada teologi memang secara otomatis otak kita tergiring kepada sosok Yesus.itulah yang namanya dogma.
tp jika kita menempatkan diri sebagai ORANG AWAM atau agama Yahudi, kalimat itu tampak jelas kontekstum waktunya yaitu pada zaman Yesaya sendiri tp jika kita tetap mencoba bahwa nubuat itu akan terjadi pada waktu yang akan datang tetap saja tidak manemui secara spesifik ditujukan kepada sosok Yesus.menurut saya ini kan nubuat yang diambil oleh Matius, boleh – boleh saja matius sebagai penulis mengambil nubuat – nubuat perjanjian lama yang dikatakannya nubuat itu untuk Yesus tetapi sebagai org awam wajar mempertanyakan keaslian konteks nubuat yang diambilnya dan dimasukan kedalam karyanya.
jika kita mau menelaah konteks pasal tersebut menurut saya pasal tersebut membicarakan mengenai penyelamatan bangsa – bangsa yg berada di dalam tahanan dalam pembuangan yg dilakukan oleh raja babel, dan nubuat tersebut membicarakan Tuhan memanggil hamba tersebut dengan maksud penyelamatan dan mengeluarkan org2 tahanan itu, menurut kisah yang menyelamatkan mereka yaitu koresy raja persia yang juga telah diurapi oleh Tuhan.
jadi jika bandingkan kedua sosok diantara Tuhan Yesus dan hamba koresy siapa yg lebih dekat dlm pemenuhan nubuat tersebut maka menurut saya lebih ditujukan kepada hamba Koresy.
salam kasih,
Shalom Indra,
1. Jika kita membaca keseluruhan Kitab Suci, kita akan melihat bahwa nubuatan dalam Perjanjian Lama memang dapat terjadi tak lama sesudahnya, namun penggenapannya secara sempurna terdapat dalam Perjanjian Baru. Jadi nubuat Nabi Yesaya tentang "Hamba yang memaklumkan hukum kepada bangsa- bangsa, dan mengeluarkan orang- orang yang terhukum dari tempat tawanan", memang dapat saja dihubungkan dengan tokoh raja Koresy dari Persia yang membebaskan bangsa Israel dari tawanan Babel, namun penggenapan ini belumlah sempurna, dan baru sempurna tergenapi oleh Yesus. Karena tidak seperti Raja Koresh yang membebaskan sejumlah tawanan bangsa-bangsa yang dari penindasan penguasa duniawi (lih. Yes 45), namun Yesus membebaskan semua manusia (tidak hanya bangsa- bangsa tertentu) dari tawanan dosa yang mengatasi penindasan duniawi. Yesus tidak saja memaklumkan hukum kepada bangsa- bangsa tertentu, namun kepada segala bangsa di dunia. Maka tepatlah dikatakan bahwa Yesus menjadi tumpuan harapan bangsa-bangsa segala abad, dan Ia "menegakkan hukum di bumi" (Yes 42:4, Mat 12:18), sebab pada akhir jaman nanti, Yesuslah yang akan mengadili segala bangsa (Mat 25:31-46; Why 20:1-15).
Hal serupa kita lihat dalam janji yang diberikan Tuhan kepada Raja Daud, bahwa Tuhan akan membangkitkan keturunan Raja Daud yang akan mengokohkan kerajaannya, yang akan mendirikan rumah bagi Allah, dan Tuhan akan mengokohkan tahta kerajaannya selama- lamanya, dimana Tuhan berkata, "Aku akan menjadi Bapanya dan ia menjadi anak-Ku" (lih. 2 Sam 7: 12-16). Janji ini dipenuhi Allah dalam diri Raja Salomo, karena memang Salomo-lah yang membangun bait Allah (1 Raj 8:14-21; 2 Taw 6:3-11), dan tahta kerajaan Daud mencapai puncaknya pada masa kepemimpinan Raja Salomo, sampai Ratu Syebapun mengunjungi untuk melihat sendiri kebesaran tahta kerajaan Daud (1 Raj 10). Namun kita ketahui bahwa sesudah Raja Salomo kerajaan Daud terpecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Israel dan Yehuda, walaupun Allah tetap menyertai dan menghindarkan mereka dari kepunahan. Maka nubuat Allah ini baru sempurna digenapi dalam diri Yesus, di mana tahta Kerajaan Daud itu akan kokoh selamanya, sebab Kristus Putra Allah yang menjelma menjadi manusia sebagai keturunan Daud, memberitakan Kerajaan Allah yang kekal sepanjang segala abad.
Maka dengan contoh- contoh ini, kita mengetahui bahwa Perjanjian Lama baru sepenuhnya tergenapi di dalam Kristus di Perjanjian Baru. Oleh karena itu, Gereja Katolik mengajarkan agar kita umat beriman selalu membaca kitab Perjanjian Lama dalam terang Perjanjian Baru, dan demikian pula sebaliknya, agar kita semakin memahami rencana Keselamatan Allah. Katekismus mengajarkan:
2. Tata bahasa Ibrani tidak terlalu memperhatikan konsep ‘tenses’ seperti dalam tata bahasa Inggris atau bahasa modern yang didasari prinsip kronologis. Maka memang terdapat 2 cara penyampaian, yaitu 1) menggunakan kata "telah", yang artinya dapat berarti sudah lewat, tetapi juga bisa berarti "pasti akan terjadi", 2) menggunakan kata dasar atau "akan" untuk keadaan sekarang dan akan datang.
Maka kita melihat penerapan kata "telah" dalan beberapa nubuatan pada kitab Perjanjian Lama, yang baru terpenuhi pada Perjanjian Baru, seperti:
Kita ketahui bahwa pemenuhan nubuat ini tergenapi dalam Kristus Allah Putera Allah, yang disebut sebagai Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Tidak ada seorangpun, bahkan nabi manapun sebelum Kristus yang disebut demikian.
Kita ketahui bahwa janji keselamatan yang dari Allah di hadapan semua bangsa baru digenapi melalui wafat, kebangkitan Kristus dan kenaikan-Nya ke Surga, pada masa Perjanjian Baru. Di mana Yesus mengutus para rasul-Nya untuk pergi ke segala ujung bumi untuk memberitakan Injil dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus (lih. Mat 28:19-20)
Kalimat nubuatan ini jelas mengacu kepada bagaimana cara Yesus akan sengsara dan wafat untuk menganggung dosa-dosa manusia. Kata "telah" digunakan di sini untuk menjelaskan bagaimana Tuhan pasti akan menggenapi rencana-Nya yaitu mengorbankan Putera-Nya sendiri untuk menghapus dosa-dosa manusia.
Demikian tanggapan saya terhadap komentar anda. Semoga berguna ya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
terima kasih saudara stef dalam jawabannya, memang terkadang kita mengharapakan bahwa nubuatan itu harus plek sama dengan perjanjian baru, padahal style penulisan orang berbeda – beda dimana yang terpenting adalah maksud dari nubuatan itu sama.
dari situs yang sudah saya berikan ( diedit disini ) juga sudah saya pernah bahwa mungkin kalau ada waktu anda bisa menjelaskan satu persatu dari sanggahan saudara kita agama islam tentang kekristenan ( walaupun mereka tidak menyerang katolik, tapi malah menyerang kristen ). supaya kita bisa mempertanggung jawabkan iman kita. terima kasih banyak, karena saya juga sedang mempromosikan situs ini pada saudara – saudara kita Katolik yang masih belum memahami iman mereka, justru dengan situs ini saya semakin sadar akan 1 slogan yang baru saya buat bersama dengan alexander pontoh = KEBENARAN YANG SEMPURNA & LENGKAP DALAM GEREJA YANG BENAR, YAITU GEREJA KATOLIK.
Tuhan YESUS memberkati selalu ( ahhaah terkadang saya beranggapan anda mungkin akan menjadi santo santa di jaman dewasa ini ) saya akan selalu mendukung dalam doa.
Shalom Justinus,
Terima kasih atas dukungannya terhadap situs katolisitas.org. Kita semua dipanggil untuk menjadi santa-santo dalam kapasitas masing-masing. Jadi, mari kita bersama-sama berjuang dalam kekudusan dengan cara untuk senantiasa bergantung pada rahmat Tuhan, yaitu dengan dengan doa, sakramen-sakramen, Firman Tuhan, dan komunitas, serta senantiasa berada dalam kesatuan dengan Gereja Katolik, Tubuh Mistik Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom saudara stef dan ingrid… saya kurang tahu apakah anda sudah menerima pesan saya sebelumnya tentang website [edit: nama website dihapus]
….
[sillakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Comments are closed.