Pendahuluan
Dalam diskusi antara umat Katolik dan non- Katolik perihal Kitab Suci, sering timbul perkataan demikian, “Mari setuju dulu bahwa Kitab Suci adalah pegangan satu-satunya dalam iman kita”. Seharusnya, jika kita mendengar pernyataan sedemikian, kita harus menjawab, “Tidak”. Sebab Kitab Suci sendiri tidak mengajarkan demikian. Pandangan yang mengutamakan “hanya Kitab Suci saja” (Sola Scriptura) atau Kitab Suci sebagai satu-satunya pedoman iman, adalah pandangan yang menolak Tradisi Suci dan otoritas Gereja, dan hal ini tidak sesuai dengan pengajaran Kristus dan para rasul.
Apa itu Sola Scriptura?
Sola Scriptura adalah doktrin Protestan yang mengatakan bahwa Kitab Suci adalah “sumber otoritas yang terutama dan absolut, keputusan akhir dalam menentukan, untuk semua doktrin dan praktek (iman dan moral)” dan bahwa “Kitab suci, tidak lebih dan tidak kurang, dan tidak ada lagi yang lain- yang diperlukan untuk iman dan moral.” ((diterjemahkan dari Geisler, Norman L. dan MacKenzie, Ralph E., Roman Catholics and Evangelicals: Agreements and Differences (Grand Rapids: Baker, 1995) ))
Apakah yang ajaran Gereja Katolik dalam hal ini?
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Wahyu Ilahi tidak saja disampaikan kepada kita dengan cara tertulis sebagai pembicaraan Allah (speech of God) dalam Kitab Suci, tetapi juga dalam bentuk Sabda Allah yang disampaikan secara lisan dari Kristus dan Roh Kudus kepada para rasul. ((lih. Katekismus Gereja Katolik no. 81, Dei Verbum 9))Pengajaran yang bersumber dari ajaran lisan ini disebut sebagai Tradisi Suci, kemudian juga dituliskan dan diturunkan kepada para penerus Rasul. Maka karena sumbernya sama, maka keduanya berhubungan erat sekali, terpadu, tidak mungkin bertentangan, karena mengalir dari sumber yang sama dan mengarah ke tujuan yang sama yaitu Tuhan sendiri. ((lih. Katekismus Gereja Katolik no. 80, 81, Dei Verbum 9)).
Selanjutnya dikatakan dalam Katekismus Gereja Katolik demikian:
KGK 82 Dengan demikian maka Gereja yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu, “menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik Tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama.” (Konsili Vatikan II, Dei Verbum 9).
Dengan demikian, kita ketahui Gereja Katolik tidak mengatakan bahwa Kitab Suci “lebih tinggi/ lebih penting” dari Tradisi Suci, melainkan menekankan kesatuan antara keduanya, yaitu Kitab Suci dan Tradisi Suci pada tingkat yang sama, karena keduanya berasal dari Tuhan dan mengarahkan umat beriman kembali kepada Tuhan. Gereja Katolik tidak “merendahkan” Kitab Suci dalam hal ini, melainkan hanya menyampaikan bahwa Kitab Suci bukan satu-satunya pedoman iman karena memang Tuhan menyampaikan Sabda-Nya tidak hanya melalui Kitab Suci.
Sola Scriptura tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci
Jika “Sola Scriptura” adalah doktrin yang benar, tentunya Kitab Suci harus secara eksplisit mengatakannya, namun tidak demikian yang kita baca dari Kitab Suci:
1. Kitab Suci memberitahukan kepada kita pentingnya pengajaran lisan para rasul.
Jemaat mula-mula “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul… ” (Kis 2:42, lih. 2 Tim 1:14), dan ini sudah terjadi sebelum kitab Perjanjian Baru ditulis, dan berabad- abad sebelum kanon Perjanjian Baru ditetapkan.
Kitab Suci juga mengatakan bahwa pengajaran para rasul disampaikan secara lisan, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” (2 Tim 2:2); dan bahwa pengajaran para rasul tersebut disampaikan “baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2 Tes 2:15; lihat juga 1 Kor 11:2)
2. Kitab Suci mengatakan bahwa tidak semua ajaran Kristus terekam dalam Kitab Suci.
“Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:25)
Kitab Perjanjian Baru sendiri mengacu kepada Tradisi suci, yaitu pada saat mengutip perkataan Yesus yang tidak terekam pada Injil, yaitu pada Kis 20:35.
3. Kitab Suci sendiri mengatakan bahwa Kitab Suci memerlukan pihak yang mempunyai otoritas untuk menginterpretasikannya (lih. Kis 8:30-31; 2 Pet 1:20-21; 2 Pet 3:15-16). Rasul Petrus mengatakan bahwa ada hal-hal di dalam Alkitab yang memang sulit untuk dicerna, dan ketidakhati-hatian dalam penafsiran akan mendatangkan kesalahan yang fatal. Berapa banyak kita mendengar dari agama lain, yang menggunakan Alkitab untuk menyanggah kebenaran iman Kristen, seperti tentang ajaran Tritunggal Maha Kudus, ataupun bahwa Yesus adalah sungguh- sungguh Tuhan.
4. Kristus memberikan otoritas kepada Gereja yang dimulai dari para rasul-Nya untuk mengajar dalam nama-Nya (lih. Mat 16:13- 20; 18:18; Luk 10:16). Gereja akan bertahan sampai pada akhir jaman, dan Kristus oleh kuasa Roh Kudus akan menjaganya dari kesesatan (lih. Mat 16:18; 28:19-20; Yoh 14:16). Karena itu, Kristus memberikan kuasa wewenang mengajar kepada Magisterium Gereja yang terdiri dari para rasul dan para penerusnya. Magisterium/ wewenangan mengajar ini hanya ada untuk melayani Sabda Allah, sehingga ia tidak berada di atas Kitab Suci maupun Tradisi Suci, namun melayani keduanya.
5. Kitab Suci mengacu kepada Tradisi Suci untuk menyelesaikan masalah di dalam jemaat, contohnya dalam hal sunat. Pada saat terjadinya krisis itu sekitar tahun 40-an, kitab PB belum terbentuk, dan Kristus sendiri tidak pernah mengajarkan secara eksplisit tentang sunat ini. Namun atas inspirasi Roh Kudus, atas kesaksian Rasul Petrus, maka Konsili Yerusalem menetapkan bahwa sunat tidak lagi diperlukan bagi para pengikut Kristus (Kis 15). Konsili inilah yang menginterpretasikan kembali Kitab Suci PL yang mengharuskan sunat (lih. Kej 17, Kel12:48) dengan terang Roh Kudus dan penggenapannya oleh Kristus dalam PB, sehingga ketentuan sunat tidak lagi diberlakukan. Di dalam Konsili itu, Magisterium Gereja: para rasul dan penerusnya, dan pemimpin Gereja lainnya berkumpul untuk memeriksa Sabda Tuhan, yang tertulis atau yang tidak, dan membuat suatu pengajaran apostolik sesuai dengan ajaran Kristus.
6. Maka di sini terlihat bahwa Gereja/ jemaat (bukan Kitab Suci saja) adalah “tiang penopang dan dasar kebenaran.” (1 Tim 3:15) Kristus mendirikan Gereja, dan bukannya menulis Kitab Suci, tentu juga ada maksudnya, bahwa Gereja-lah yang dipercaya oleh Kristus untuk mengajar dan menafsirkan semua firman-Nya.
7. Kitab Suci tidak mengatakan bahwa Kitab Suci adalah satu-satunya sumber Sabda/ Firman Tuhan. Kristus itu sendiri adalah Firman Allah (lih. Yoh 1:1, 14) dan dalam 1 Tes 2:13 Rasul Paulus mengatakan bahwa ia telah menyampaikan pemberitaan Firman Allah (“when you received the Word of God which you heard from us“- RSV) dan ini adalah Tradisi Suci.
Sola Scriptura tidak sesuai dengan sejarah Gereja
Selanjutnya, jangan lupa bahwa Tradisi Suci sudah ada lebih dahulu dari Kitab Suci, dan yang melahirkan Kitab Suci adalah Tradisi Suci melalui Magisterium Gereja Katolik.
Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan mengetahui bahwa Tradisi Suci, yaitu pengajaran iman Kristiani yang berasal dari pengajaran lisan Kristus dan para rasul itu sudah ada terlebih dahulu daripada pengajaran yang tertulis. Silakan anda membaca bagaimana terbentuknya Kitab Suci yang terbentuk pertama kali menurut kanon yang ditetapkan oleh Paus Damasus I pada tahun 382, Konsili Hippo (393), Carthage (397) dan Chalcedon (451) seperti yang pernah ditulis di artikel ini, silakan klik. Ini adalah bukti penerapan ayat 1 Tim 3:15. Jadi mengatakan bahwa Kitab Suci saja “cukup” atau “hanya satu-satunya” sebagai pedoman iman, itu tidaklah benar, sebab asal mula Kitab Suci itu sendiri melibatkan Tradisi Suci dan Magisterium Gereja.
Sola Scriptura membawa perpecahan Gereja
Sering kita melihat bahwa perpecahan gereja diakibatkan karena keinginan untuk menafsirkan ayat-ayat Kitab Suci secara pribadi. Sebagai contoh Martin Luther, John Calvin dan Ulrich Zwingli mempunyai banyak perbedaan pandangan dalam hal Ekaristi Kudus dalam menginterpretasikan perikop Yoh 6, hal Pengakuan Dosa, dll. Pendapat manakah yang benar dari para pendiri ini, yang masing-masing mendasarkan ajarannya hanya berdasarkan Alkitab? Belum lagi dalam hal- hal lain seperti apakah Pembaptisan itu perlu atau hanya simbol saja, hal Pembaptisan bayi, Pembaptisan dalam nama Allah Trinitas atau dalam nama Yesus saja, dan seterusnya. Tiap-tiap kelompok yang bertentangan mengklaim bahwa Alkitab saja cukup jelas untuk menentukannya, namun terjadi bermacam- macam interpretasi. Maka secara fakta harus diakui bahwa Alkitab saja tidak cukup jelas mengajarkannya, dan diperlukan peran otoritas Magisterium untuk menginterpretasikannya.
Hal ini mirip dengan yang terjadi di setiap negara, yang mempunyai konstitusi, namun juga mempunyai kekuasaan yudikatif untuk menginterpretasikannya dengan benar. Jika setiap warga dapat mengartikan sendiri konstitusi ini, tanpa adanya kuasa otoritas yang menjaga dan melestarikannya, maka dapat terjadi kekacauan. Tuhan pastilah lebih bijaksana daripada para bapa pendiri negara dalam hal ini. Ia tidak mungkin hanya meninggalkan dokumen tertulis sebagai pedoman tanpa otoritas untuk menjaga dan menginterpretasikannya dengan benar.
Kalau memang “hanya Alkitab” saja cukup, dan dapat membawa persatuan Gereja, bersama-sama kita perlu merenungkan, kenapa setelah revolusi Gereja oleh Martin Luther di abad pertengahan, gereja menjadi terpecah belah sehingga sampai saat ini ada sekitar 28,000 denominasi? Seharusnya kalau memang kembali kepada kemurnian jemaat awal, katanya hanya berdasarkan Alkitab, maka Gereja seharusnya bersatu dan bukannya tercerai berai. Hal ini sungguh bertentangan dengan pesan Yesus terakhir yang menginginkan seluruh dunia melihat ada kesatuan di dalam tubuh Kristus, sehingga dunia dapat tahu bahwa kita semua adalah pengikut Kristus (lih Yoh 17). Dan inilah yang menjadi kerinduan Gereja Katolik untuk menyatukan seluruh umat Allah, sebagaimana tertuang dalam salah satu dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Dekrit tentang Ekumenisme (Unitatis Redintegratio).
Tiga pilar kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja
Jika kita telah mengetahui bahwa Sola Scriptura tidak sesuai dengan ajaran Alkitab itu sendiri, maka kita dapat melihat pula bahwa sebenarnya Kristus telah menentukan tiga pilar kebenaran yang tidak terpisahkan yaitu: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. Silakan membaca lebih lanjut di artikel ini, Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan, bagian 3, silakan klik.
Ayat yang umumnya digunakan untuk menyatakan pandangan Sola Scriptura
Sekarang mari kita melihat kepada ayat-ayat yang sering digunakan sebagai dasar Sola Scriptura ((disarikan dari Fr. Frank Chacon dan Jim Burnham, Beginning Apologetics 7, (Farmington: San Juan Catholic Seminars, 2003), hl. 17-19)):
1. 2 Tim 3:16-17 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Ada banyak orang menginterpretasikan bahwa karena ayat ini, maka mereka hanya membutuhkan Kitab suci untuk menjadi umat Kristen yang baik. Padahal pada saat surat kepada Timotius ini ditulis, kanon Kitab Suci belum ada. Jadi di kalangan jemaat masih beredar berbagai tulisan, dan jemaat tidak dapat tahu dengan pasti, mana tulisan yang “diilhami oleh Allah”, dan mana yang tidak.
Lihatlah juga bahwa “sesuatu yang bermanfaat” itu bukan berarti hanya satu-satunya yang kita perlukan, atau segalanya yang kita butuhkan. Sesuatu dapat bermanfaat, tetapi tidak menjadi satu-satunya yang kita butuhkan. Misalnya, cahaya matahari diperlukan untuk tanaman agar tumbuh, tetapi tanaman juga memerlukan air dan tanah agar dapat bertumbuh dengan baik.
Juga perkataan “diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” juga tidak dapat dijadikan dasar bahwa Kitab Suci secara total mencukupi semuanya. Rasul Paulus pada 2 Tim 2:19-21 juga menggunakan frasa yang sama, pada waktu mengatakan, “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.” (pan ergon agathon- dalam bahasa Yunani). Jika logika yang sama dipakai untuk mengartikan ayat ini, maka pandangan tersebut mengatakan bahwa perbuatan menyucikan diri adalah “cukup”, tanpa kasih karunia, iman dan pertobatan, dan ini adalah kesimpulan yang keliru.
2. Ul 4:2 “Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya….”
Ada orang yang berpendapat, dengan adanya ayat ini maka Kitab Suci sudah cukup, dan segala “tambahan” di luar Kitab Suci berarti tidak diilhami Tuhan. Namun jika logika ini yang dipakai, maka semua kitab dalam Kitab Suci selain kitab Ulangan dianggap sebagai “tambahan” Wahyu Allah yang hanya sampai pada kitab Ulangan. Dan tentu ini tidak benar, karena Inkarnasi Kristus, yaitu panggenapan Wahyu Allah tersebut, malah ada berabad- abad setelah kitab Ulangan ditulis.
3. Mat 4:1-11 Tiga kali Yesus menanggapi pencobaan Iblis dengan Kitab Suci, “Ada tertulis….”
Ada yang berpendapat, bahwa dari ayat ini Kristus mengacu hanya kepada Kitab Suci, dan tidak kepada Tradisi Suci atau Gereja. Namun sebenarnya Yesus mengatakan, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (ay.4) Namun Kitab Suci juga mengatakan bahwa tidak semua perkataan Tuhan tercantum dalam Kitab Suci, sebab banyak di antaranya juga sampai kepada kita lewat pengajaran lisan (lih. Yoh 21:25; Kis 20:27; 2 Tes 2:14-15, 3:6; 2 Tim 2:2). Dan jangan kita lupa, bahwa Kristus sendiri adalah Sabda Allah (Yoh 1:1, 14) yang tidak dapat dibatasi oleh tulisan dan lembaran-lembaran Kitab Suci.
Maka di sini Yesus tidak sedang mengajarkan Sola Scriptura, tetapi sedang mengajarkan kita untuk berpegang pada semua pengajaran yang dikatakan-Nya, tidak hanya yang tertulis di Kitab Suci. Lagipula jangan lupa, Iblispun mengutip Kitab Suci untuk maksud yang tentu saja keliru dan jahat. Jadi kita harus memahami Kitab Suci dan menginterpretasikannya dengan benar. Ingatlah pesan Rasul Petrus pada saat mengomentari surat Rasul Paulus, “Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.” (2 Pet 3:16)
4. Mat 15:3 “Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?” (lih. Mrk 7:7-9, Kol 2:8)
Di sini kita melihat tradisi/ paradosis yang dikecam oleh Yesus dan Rasul Paulus adalah tradisi manusia yang bertentangan dengan hukum-hukum dan perintah-perintah Tuhan. Mereka tidak sedang mengecam semua tradisi/ paradosis, sebab Rasul Paulus mengatakan juga demikian,
“Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran [tradisi/ paradosis] yang kuteruskan kepadamu.” (1 Kor 11:2)
“Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran [tradisi/ paradosis] yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. (2 Tes 2:15)
5. Why 22: 18-19: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”
Ada pula yang mengartikan ayat ini dengan mengatakan bahwa Gereja Katolik menambahkan Tradisi Suci kepada Kitab Suci, sehingga ini tidak benar. Namun pada ayat ini yang dimaksud dengan “kitab ini” adalah kitab Wahyu itu sendiri, dan bukan Kitab Suci secara keseluruhan. “Kitab ini” juga mengacu kepada “scroll“/ gulungan naskah di mana kitab dituliskan. Maka perintah ini mengacu kepada larangan agar jangan mengadakan perubahan pada salinan teks kitab Wahyu ini, dan ini juga berlaku pada kitab-kitab lainnya.
Kesimpulan
“Sola Scriptura” atau Kitab Suci sebagai satu-satunya pedoman iman, bukanlah merupakan pengajaran yang bersumber dari Kitab Suci. Kitab Suci adalah sebagian dari Tradisi Suci Gereja, sehingga Kitab Suci tidak dapat dipisahkan dari Tradisi Suci secara keseluruhan, yang dijaga dan dilestarikan oleh otoritas Magisterium Gereja Katolik. Kristus mendirikan Gereja untuk mengajar, menyucikan dan memimpin umat manusia dalam nama-Nya, sampai kepada akhir jaman. Maka jika kita menolak otoritas dari Tuhan ini, yang diberikan kepada para rasul dan para penerusnya, maka sesungguhnya kita menolak Kristus (lih. Luk 10:16). Gereja Katolik menerima Kitab Suci sebagai salah satu pedoman iman (lihatlah kepada Katekismus dan hasil- hasil Konsili yang mengutip banyak sekali ayat Kitab Suci sebagai landasan ajarannya), dan karenanya, menerima otoritas Kitab Suci sebab Kitab Suci merupakan Sabda Allah. Namun umat Katolik tidak dapat menerima Kitab Suci sebagai satu-satunya pedoman iman (Sola Scriptura), terutama karena Kitab Suci sendiri tidak mengajarkan demikian. Selain itu, Sola Scriptura juga bertentangan dengan sejarah, karena pada faktanya Gereja-lah yang menentukan kitab-kitab mana yang termasuk di dalam Kitab Suci, dan kitab-kitab mana yang tidak. Akhirnya, Sola Scriptura juga bertentangan dengan akal sehat dan membawa perpecahan, karena bahkan di kehidupan sehari-haripun, kita mengetahui bahwa setiap peraturan tertulis (contohnya konstitusi negara) memerlukan otoritas yang menjaga, menjamin dan menginterpretasikannya dengan benar. Jika tidak, tentu terjadi kekacauan, karena tiap pribadi dapat mempunyai pandangan yang berbeda. Dan ini sungguh telah terbukti dengan adanya sekitar 28.000 jumlah denominasi gereja Protestan. Jika kita memakai prinsip yang diajarkan Kristus untuk menilai apakah pohon itu baik atau tidak dari buahnya (Mat 12:33, Luk 6:44), maka kita akan mengetahui apakah ajaran Sola Scriptura itu baik atau tidak.
Semoga Roh Kudus sendiri menerangi kita untuk mengetahui kebenaran ini, bahwa memang Kitab Suci adalah sangat perlu dan sangat penting untuk menuntun dan menumbuhkan iman kita, namun Kitab Suci bukan satu-satunya pedoman iman kita. Sebab Tuhan Yesus telah memberikan kepada kita Magisterium Gereja yang menyampaikan juga ajaran lisan dari-Nya dan para rasul -yaitu Tradisi Suci, dan Magisterium ini dengan setia menginterpretasikan semua ajaran itu dalam terang Roh Kudus sesuai dengan ajaran Kristus dan para rasul.
Shalom Katolisitas,
tks tanggapan Katolisitas atas pertanyaan saya sebelumnya. kesempatan ini saya ingin bertanya tentang tradisi suci gereja katolik, apakah tradisi ini sebatas sampai dengan masa hidup para rasul atau sampai kapan ? lalu hal-hal apa saja yang termasuk dalam bagian tradisi suci ini. mohon penjelasannya terima kasih Tuhan memberkati.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih pengertian Tradisi Suci menurut Katekismus, silakan klik.]
shalom katolisitas…
saya bukan seorang katolik tapi suka membaca artikel/tulisan tentang ajaran katolik… saya turut bersyukur kalo melihat ajaran katolik yang terpelihara dengan begitu baiknya dan begitu mudahnya bagi kaum awam saat ini untuk bisa mendapatkan penjelasan terperinci, sistimatis tentang sejarah,dogma gereja dll. dewasa ini begitu banyak pernyataan dari para hamba Tuhan yang menyampai-nyampaikan tentang ajaran sesat ! jika melihat/mendengar dari yang satu yang lain nampaknya salah…begitu pula sebaliknya… yang saya heran keduaanya menggunakan sumber yang sama yaitu alkitab ! bagaimana hal ini bisa terjadi dan bagaiman sesungguhnya bagi kaum awam dapat dengan mudah membeda-bedakannya ? mohon penjelasannya … Tuhan Yesus memberkati kita sekalian… amin.
[Dari Katolisitas: Hal tersebut disebabkan karena gereja-gereja non Katolik berpegang kepada ketentuan “Sola Scriptura” (hanya Kitab Suci saja) dalam menginterpretasikan ayat-ayat Kitab Suci. Dengan prinsip ini, maka setiap orang dapat mengartikan suatu ayat dalam Kitab Suci menurut pemahamannya sendiri, walaupun dapat mengatakan itu atas inspirasi Roh Kudus. Hal inilah yang menyebabkan ada banyak sekali denominasi dari gereja-gereja non Katolik, karena terdapat kecenderungan, bahwa jika ada ketidaksetujuan terhadap suatu interpretasi, maka sejumlah orang yang kemudian membentuk suatu denominasi baru. Gereja Katolik tidak mengajarkan tentang “Sola Scriptura” ini. Silakan membaca artikel di atas, silakan klik, mengapa demikian.]
aresta@ saya orang Kalbar, di Kalbar, Katolik dan Protestan akur2 saja….saling menghargai.
JBU…
Benarlah kamu Devoti. Syukurlah. Dlm suasana akur tetap belajar agama. Ini link contoh, akur namun belajar. Berkenanlah klik http://www.chnetwork.org .Mengapa mereka mau menjadi Katolik? Menarik hati karena mencari dan menemukan kebenaran bukan karena alasan sosial sajah… Aresta itu kalo ditanya mengenai topik-topik imannya pasti bingung jika dasarnya hanya Alkitab. Di Protestan tak ada penjelasan yg satu dan sama benar seperti di Katolik. Shaloom. SW.
Dalam Why 3:20 dikatakan:” Lihat Aku berdiri di muka pintu dan mengetok. Jika kamu mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya. Aku akan makan bersama dengan dia dan dia bersama Aku”. Syarat pertama yang dibutuhkan adalah orang itu mendengar dan membuka pintu (hati), agar Yesus masuk ke dalam dan mendapatkan. Dengan kata lain pula, dituntut semacam kerendahan hati dan ketulusan hati di dalam berdialog di dalam rangka menumbuhkembangkan keimanan. Kerendahan hati akan membuka setiap sentuhan hati dari mana datangnya. Mari belajar dari ibu Maria yang selalu menyimpan segala perkara di dalam hatinya, tidak harus diungkapkan secara meledak-ledak di dalam diskusi tentang keimanan. Sharing itu baik, tapi mari duduk dengan kerendahan hati kita masing-masing, sehingga sharing itu menjadi bermanfaat. God bless you all.
Berbagi (sharing) iman itu baik sekali dalam rangka makin menjadikan kepekaan serta menumbuhkembangkan keimanan kita. Seseorang yang makin beriman, seharusnya makin menghargai orang lain, dan tentu saja makin berbela rasa. Tentang menumbuhkan keimanan dapat dicapai dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan pedang Roh Kudus yakni Firman Tuhan sendiri. Makin sering seseorang membaca Firman serta merenungkannya dan mengaplikasikaannya dalam kehidupan sehari-hari, makin seseorang itu menghayati akan pentingnya bersaudara, dan bagaimana menghayati hidup ini untuk berbela rasa terhadap sesama. Kalau diri kita sendiri masih memiliki sifat egois (menang sendiri, benar sendiri), maka yang demikian menurut hematku imannya belum bertumbuh dan berkembang, apalagi makin bersaudara dan makin berbela rasa. Maaf nimbrung sedikit saja. Salam dan doa.
[Dari Katolisitas: Mari memusatkan perhatian bukan untuk menilai orang lain, tetapi lebih kepada memeriksa diri sendiri. Dalam dialog pencarian kebenaran, kita memang perlu mendengarkan, namun juga tidak berarti kita harus menyetujui segala sesuatu yang disampaikan, terutama jika itu tidak sesuai dengan ajaran iman kita. Tantangannya adalah untuk menjaga keseimbangan antara menyampaikan pengajaran kebenaran iman kita, dan menyampaikannya dengan kasih tanpa memaksakannya kepada orang lain.]
Berikut ini kutipan dari buku “rome Sweet Home”, yang kontra dengan sola scriptura:
“Dr. Gerstner, aku pikir persoalan utamanya adalah apa yang diajarkan Alkitab mengenai Sabda Allah, sebab tidak disebut di mana pun juga Ia membatasi Sabda Allah hanya pada Alkitab saja. Sebaliknya Injil mengatakan kepada kita di banyak tempat bahwa Sabda Allah yang benar harus ditemukan dalam Gereja: Tradisinya (2 Tes 2: 15; 3:6)seperti dalam kotbah dan ajarannya ( 1 Ptr 1:25; 2 Ptr 1:20-21; Mat 18:17). Karena itu aku berpendapat, Injil mendukung prinsip Katolik yaitu sola verbum Dei (Sabda Allah saja) daripada slogan Protestan sola scriptura (alkitab saja).
saudara2,,,, apa yang dikatakan oleh Aresta saya rasa tidak salah kalau kt jadikan sebagai bahan perenungan.
APA YANG SUDAH KITA LAKUKAN SEBAGAI WUJUD KASIH ?????????
[Dari Katolisitas: Kita memang harus selalu berbuat kasih, tetapi bukan berarti kita tidak perlu mencari kebenaran. Kita harus mencari kebenaran (lih. Mat 6:33), namun pencarian kebenaran ini jangan sampai mengaburkan kasih. Itulah yang kami usahakan di situs ini. Mari bersama kita mengusahakannya.]
dear katolisitas
okey kalau begitu.
“namun pencarian kebenaran ini jangan sampai mengaburkan kasih.” Aku setuju dngn kalimat ini. Hal ini juga yang terus bergejolak dalam diri saya, jangan sampai saya dan kita semua hanya menjadi thinkers semata.
———-
Pertanyaan:
– Apa artinya “kebenaran” yang tertulis dalam Mat.6:33.
Shalom Yayo,
Yesus adalah “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6). Maka “Kerajaan Allah dan kebenarannya” yang dimaksud dalam Mat 6:33 adalah Kristus sendiri. Keseluruhan Kristus dipercayakan kepada Gereja, yaitu baik dalam ajaran-ajaranNya yang lisan maupun tertulis, termasuk juga segala hal yang diperbuat-Nya, untuk menyatakan kehadiran-Nya di tengah Gereja-Nya sampai kepada akhir zaman.
Kitab Suci mengatakan bahwa Gereja/ jemaat Allah yang hidup adalah “tiang penopang dan dasar kebenaran” (1Tim 3:15). Kepada para Rasul dan penerus mereka (Paus dan para uskup), Yesus berjanji, “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” (Luk 10:16). Demikian pula Yesus berjanji untuk membimbing Gereja-Nya sampai kepada kepenuhan kebenaran (lih. Yoh 16:12-13). Dengan demikian, kepenuhan kebenaran itu ada dalam Gereja yang didirikan Kristus di atas Rasul Petrus, dan para penerus mereka, yang kini ada dalam Gereja Katolik. Adapun tiga pilar kebenaran yang menjadi sumber ajaran Gereja Katolik adalah Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, sebagaimana pernah dibahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Halo Ibu Ingrid..
ada teman Protestan yang juga menggunakan ayat Amsal 30:5-6 untuk membenarkan paham Sola Scriptura ini ( terutama ayat 6: “Jangan menambahi firmanNya,supaya engkau tidak ditegurNya dan dianggap pendusta ).
Saya sendiri percaya, bahwa yang dimaksud dengan ‘firmanNya’ disini bukan hanya firman tertulis [Alkitab], bahwa Firman Tuhan juga disampaikan dalam bentuk lain, yaitu secara lisan, yang kita sebut sebagai Tradisi Suci, yang telah melahirkan Sakramen-Sakramen, pengajaran para bapa Gereja, Credo, dan mungkin ada bentuk lain? bahwa Firman Tuhan selain Alkitab itu pun bisa dipercaya dan tidak dapat salah.
Berikut ini pertanyaan teman Protestan tsb tentang:
1. tolok ukur apa, atau standar apa yang kita pakai untuk mengetahui yang mana Firman Tuhan dan yang mana yang bukan Firman Tuhan?
2. Otoritas mana yang dapat mensahkan sebuah kelompok tertentu bahwa apa yang diyakininya itu tidak menambah-nambahi Firman Tuhan?
Mohon bantuan utk menjelaskan hal ini dengan benar sesuai iman Katolik.
Terima kasih banyak…Tuhan Yesus memberkati…
Shalom Yenny,
Sebelum saya menjawab pertanyaan Anda, perlu dipahami terlebih dahulu, bahwa Kristus tidak pernah menuliskan Firman-Nya dalam sebuah buku. Yang dilakukan-Nya adalah mengajar secara lisan kepada para rasul-Nya, dan lalu sejumlah rasul dan murid mereka menuliskannya. Maka di sini saja terlihat bahwa Firman Tuhan pertama-tama itu diberikan kepada Gereja (yaitu para rasul dan para murid mereka), sehingga Gerejalah yang paling berhak untuk memberikan penafsiran Firman Tuhan itu dengan benar.
Dengan demikian, jika ditanya:
Tolok ukur apa, atau standar apa yang kita pakai untuk mengetahui yang mana Firman Tuhan dan yang mana yang bukan Firman Tuhan? Otoritas mana yang dapat mensahkan sebuah kelompok tertentu bahwa apa yang diyakininya itu tidak menambah-nambahi Firman Tuhan?
Jawabannya adalah sederhana, tolok ukurnya adalah apakah yang diajarkan oleh Gereja, yaitu para rasul dan para murid mereka. Hal ini kita ketahui dari Tradisi Suci, yaitu dari tulisan para Bapa Gereja, yang kemudian ditetapkan oleh otoritas Gereja, yaitu Magisterium (yaitu Paus yang adalah penerus Rasul Petrus dan para uskup dalam kesatuan dengannya). Kepada Rasul Petrus Kristus telah memberi kuasa untuk ‘mengikat dan melepaskan’ (Mat 16:18-19), yang artinya, menentukan ajaran iman dan moral manakah yang mengikat umat beriman dan mana yang tidak. Atas kuasa yang diberikan oleh Kristus kepada Rasul Petrus dan para penerusnya (sebab Kristus berjanji akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman (Mat 28:19-20)), maka Paus Damasus I, selaku penerus Rasul Petrus, menetapkan kanon Kitab Suci (382) yang kemudian diteguhkan oleh Konsili Hippo (393) dan Konsili Carthage (397). Atas penentuan ini maka kita memperoleh Kitab Suci yang kita kenal sekarang, yang terdiri dari kitab-kitab yang ditulis atas ilham Roh Kudus. Magisteriumlah yang menentukan kitab-kitab itu -dari begitu banyaknya kitab yang ada pada abad tersebut- sebagai kitab-kitab yang menuliskan Firman Tuhan, walaupun tidak semua Firman Tuhan itu dituliskan. Magisterium sampai sekarang tetap menjalankan tugas dan wewenang mengajar Gereja, dan bertugas untuk melestarikan ajaran iman dan moral sebagaimana dikehendaki oleh Allah.
Silakan membaca lebih lanjut, di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam Aresta
hanya iman…. inilah kepercayaan yang dianut oleh orang-orang Protestan, saya memaklumi itu, tapi perlu anda ketahui apakah jadinya iman tanpa perbuatan, dan itulah yang disampaikan oleh admin di situs ini.
Salam juga saudari Maria
perlu anda ketahui bahwa Gereja Katolik bukan hanya sekedar sarana melainkan tubuh mistik Kristus, Gereja Katolik adalah Gereja yang didirkan oleh Yesus Kristus dan penerus karya keselamatan Kristus yang dipimpin oleh Petrus dan penerusnya yaitu Sri Paus (Mat:16:18). Dan anda sepertinya juga harus memahami EXTRA ECCLESIAM NULLA SALUS. Dan anda juga harus mengetahui bahwa Gereja Katolik melarang umatnya menganut paham indiferentisme, yaitu ajaran toleransi semu yang menganggap semua agama benar dan sama saja, karena ajaran semacam inilah yang mengabaikan Karya Kristus dan peran Gereja-Nya dalam karyakeselamatan.
dan perlu juga anda ketahui nasehat supaya jangan saling menjatuhkan, masalah menghargai, masalah mengasihi, masalah menghormati, itu adalah pelajaran yang sangat dasar di dalam Gereja Katolik, dan anak usia lima tahun juga dapat memahami itu. Namun apakah anda mengetahui perbedaan itu, dan mengapa terjadi perbedaan dan apakah anda perlu mengetahui itu dan apakah Yesus Kristus menginginkan perbedaan itu. Lalu apakah artinya doa Yesus “semoga mereka bersatu”.
[dari katolisitas: Penjelasan tentang EENS silakan melihatnya di sini – silakan klik.]
harusnya kalau kalian sungguh-sungguh mengamalkan ajaran Isa Almasih tentunya kalian saling menhargai, mengasihi, dan memaafkan serta sama-sama bergandengan tangan untuk membawa suara kebenaran di tengah-tengah kegelapan dunia. tetapi yang terjadi sekarang adalah gereja sibuk dengan doktrin dan teologinya yang kadang jadi batu sandungan bagi mereka yg belum mengenak Isa Almasih. hai Katolik!, hai Protestan!BERTOBATLAH KALIAN!!!! jika kehidupanm keagamaanmu tidak lebih baik daripada ahli-ahli taurat zaman para nabi apalah gunanya kau klem dirimu sebagai pemilik warisan kerajaan Allah?????
Shalom Aresta,
Memang ada sebagian orang yang memandang dialog tentang iman seperti percuma saja dan tidak diperlukan. Padahal kalau dialog ini dilakukan dengan semangat kasih dan kebenaran, maka dialog iman adalah sungguh berguna. Di dalam disiplin ilmu manapun diperlukan dialog untuk mencari kebenaran. Hal ini juga berlaku dalam masalah iman. Berdialog dengan hormat dan lemah lembut (lih. 1Pet 3:15) namun tidak mengaburkan kebenaran dapat membawa seseorang kepada kedalaman iman, yang pada akhirnya dapat menuntun seseorang kepada keselamatan. Namun, kalau Anda tidak setuju, kami juga tidak akan memaksa. Tujuan dari situs katolisitas adalah untuk memaparkan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef- katolisitas.org
Bung Aresta,
Dengan rendah hati, saya pribadi mohon di beritahu ajaran Isa Almasih yg mana yg tidak di amalkan sehingga disimpulkan kami tidak saling menghargai, mengasihi dan memaafkan ?. Siapakah yg tidak kami hargai itu ?. Kadang menjadi pertanyaan saya, benarkah anda mempunyai keinginan untuk mendengar yg lain ?. Kalau benar saling menghargai, mari secara terbuka bicara, apa yg anda ketahui dan tafsirkan tentang kami, sehingga kami pun bisa introspeksi diri. Mungkin bisa juga di jelaskan gereja mana yg sibuk dgn doktrinnya. Apakah web Katolisitas ini anda interpretasikan sebagai Gereja juga ?. Yg di maksud doktrin menurut anda itu apa saja, dan bagian manakah yg menjadi batu sandungan bagi yg belum mengenal Isa Almasih tersebut, supaya ini menjadi perhatian kami. Apakah anda merasa “doktrin” yang anda ketahui, menjadi wajib di ikuti orang lain ?. Terima kasih untuk telah mengingatkan kami untuk bertobat. Saya pribadi bersyukur kalau anda bisa mengajarkan secara spesifik pertobatan spt apa yg harus kami lakukan, sementara anda sendiri, pertobatan seperti apa yg sudah anda lakukan ?. Apakah pertobatan itu membawa anda menjadi superior atau membawa anda kepada kerendahan hati ?. Apakah sedemikian penting bagi anda, ketika melakukan sesuatu, orang lain harus tahu apa yang anda lakukan ?. Ketika anda mengetahui kebaikan orang lain, apakah persepsi anda tentang orang tersebut, apalagi kalau orang tersebut tidak satu agama denganmu ?. Ketika anda tidak mengetahui kebaikan yg dilakukan orang lain, haruskah anda menyimpulkan sendiri sesuai persepsi anda, seolah menghakimi ?. Secara duniawi, manusia sering ingin pergi tamasya ke tempat tempat yg lain, hanya untuk dapat melihat dunia dari berbagai jendela di tempat yg dikunjungi tersebut (tentu anda ndak perlu bawa jendela anda terus, karena ditempat baru sudah ada jendelanya), yg ternyata memberi panorama berbeda …. kemudian mengucap syukur, ternyata semua indah adanya. Menjadi refleksi, kalau kita bisa tamasya bathin juga !!!! ….. sudahkah anda ????.
bung Lintang,
kayaknya anda sudah esmosi tuh,jangan begitu bos,,,,pertanyaan anda cukup banyak ya kira2 ada 11 pertanyaan dari satu seruan untuk bertobat. bertobat yang saya maksud berhenti mempersalahkan yang lain, mengabaikan jemaat yang terlantar,.siapa yg dihargai adalah sesamamu manusia apapun agamanya bahkan ateis sekalipun. n. pertobatan bkn superior tapi dari cara anda membuat pertanyaan menunjukkan anda superior! anda harus tahu membedakan menghakimi dan menyerukan, kalau anda mau tahu pergilah ke NTT, Kalbar dimana kehidupan gereja Katholik dan gereja Protestan seperti kucing yang berantam taipi perlu diingat saya tdk mengatak secara universal tetapi ada diantaranya mereka kehidupannya seperti itu. kalau anda bertanya tentang saya apa yang telah saya perbuat saya tidak pernah berfikir bahwa saya berbuat dengan tujuan diketahui orang lain. sekrang saya mau tanya kepada anda. di kalbar banyak umat kathgolik yang hidupnya dipedalaman tidak ada tokoh katholik yang mau membimbing mereka secara rohani apalagi pelayanan holistik apakah anda siap hidup melayani di pedalaman? kebetulan kami sedang membutuhkan guru bimbel di daerah pedalaman karena kami baru 3orang. mengapa saya bilang anda superior anda sudah tahu web ini bukan gereja tapi anda bertanya apakah ini yang dimaksud dengan gereja, anak sd juga tahu ini adalah web, bukan gereja??? doktrin itu tidak selalu benar karena itu menurut hemat saya adalah pribadi anda tidak diselamatkan karena doktrin tapi oleh iman apakah sekali selamat tetap selamat? tergamntung pada pertobatan seseorang bukan pada doktrin keselamatannya. sory kalo saya agak keras, saya tidak bermaksud berdebat. tetapi dengan pertanyaan anda yang bertubi tubi membuat saya berfikir tentang anda,,,tapi kalau anda tersinggung dengan tulisan ini ya syukurlah itu artinya anda masih normal.
[dari katolisitas: Lintang dan Aresta, silakan diskusi berfokus pada topik. Aresta, kalau Anda ingin berdiskusi tentang pengajaran tentang keselamatan, silakan melihat beberapa topik diskusi ini – silakan klik]
Makasih Bung Aresta atasan jawabannya….maafkan saya kalau terlihat saya emosi, ternyata saya masih harus banyak belajar lagi.
Sebenarnya saya bukan bertanya, hanya ingin mendengar anda mengelaborasi pertanyaan pertama sekali yg anda buat…. sembari ingin introspeksi thd diri saya sendiri …itu juga kalau anda ijinkan. Siapalah saya ini dibanding anda yg sudah ke NTT dan Kalbar apalagi anda pemberi bimbingan disana.
Sebagai seorang Katholik, saya sangat sangat bersyukur dengan ajaran katholik, dimana tidak hanya Kitab Suci, tapi juga Tradisi dan Hak Mengajar Magisterium gereja…. yang menjadi pegangan iman saya. Dan sangat percaya, ajaran ini adalah kebenaran tanpa negosiasi.
Setelah membaca ulang baik pertanyaan anda maupun pertanyaan saya, hanya senyum yg dapat saya berikan kepada anda…. maafkan saya.
Dari sdr Aresta:
“harusnya kalau kalian sungguh-sungguh mengamalkan ajaran Isa Almasih tentunya kalian saling menhargai, mengasihi, dan memaafkan serta sama-sama bergandengan tangan untuk membawa suara kebenaran di tengah-tengah kegelapan dunia. tetapi yang terjadi sekarang adalah gereja sibuk dengan doktrin dan teologinya yang kadang jadi batu sandungan bagi mereka yg belum mengenak Isa Almasih. hai Katolik!, hai Protestan!BERTOBATLAH KALIAN!!!! jika kehidupanm keagamaanmu tidak lebih baik daripada ahli-ahli taurat zaman para nabi apalah gunanya kau klem dirimu sebagai pemilik warisan kerajaan Allah?????
****
****
Sebetulnya komentar-komentar seperti inilah yang disebut klaim-klaim tanpa dasar. “Kebenaran yang sejati” tentunya malah harus ditunjukkan dan dibicarakan, dicari dan didiskusikan, sehingga ditemukan dan menjadi jelas. Kalau kita yakin pada apa yang sudah kita temukan sebagai kebenaran, mustinya kita juga tidak boleh ragu untuk membicarakannya dan tak perlu cemas ia akan bisa dibantah oleh orang lain, sebab akan terbukti bahwa kebenaran itu justru takkan terbantahkan.
Nah,saya meyakini Kebenaran Sejati itu ada dalam diri Kristus Tuhan, yang diajarkan oleh Gereja Katolik, yang pengajarannya “dalam hal ini” ingin disampaikan oleh situs ini. Kalau sdr Aresta atau siapa saja ingin menyampaikan kebenaran, dan mau mengatakan ajaran Gereja Katolik salah, malah mustinya siap datang ke sini untuk berdiskusi dengan baik, bukannya membuat klaim-klaim seperti itu. Di sini kesempatan untuk berdiskusi diberikan secara baik sekali. Dan saya kira itulah yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua orang, terutama yang haus akan kebenaran sejati.
Salam.
salam damai kristus
saya seorang katolik. saya tidak membela atau menyalahkan kedua pihak (katolik dan non-katolik) tapi sudah sepantasnya bagi kedua belah pihak untuk tidak saling menjatuhkan atau menghujat. apa salahnya kita saling mengasihi dan menghormati perbedaan (tata cara dan tradisi masing2 tanpa memperdebatkan satu sama lain dan mengatakan ini yang benar dan itu yang salah atau sebaliknya). kita manusia sampai kapanpun tidak akan pernah dapat memahami keilahian ALLAH. tidak ada juga di dunia ini sebuah agama dapat menjamin seseorang masuk surga. agama adalah sarana dan tata cara kita berdoa kepada ALLAH TRI TUNGGAL MAHA KUDUS (BAPA PUTRA DAN ROH KUDUS).
dan memang betul, setiap agama memiliki cara dan tradisinya masing2 untuk berdoa kepada ALLAH yang di ikuti dari para pendahulunya serta sejarahnya.
jadi mari kita bersama dengan segala kerendahan hati dan pikiran berdoa dan bertobat akan dosa2 kita karna kita memang penuh dosa.
[dari katolisitas: Silakan melihat FAQ EENS ini – silakan klik]
@MAria
salam damai kristus
admin di sini tidak menghujat atau menjatuhkan justru coment saudara-saudara yang non katolik yang melakukanya
admin di sini hanya menjawab sesuai dengan ajaran katolik.
jika kalian keberatan ya gak usa coment di sini kan masih banyak forum lain yang sesuai dengan kepercayaanmu
buat Maria;
jika anda mengatakan didunia ini tidak ada agama yang dapat menjamin seseorang masuk surga,saya menyayangkan iman anda. lalu utk apa Yesus mendirikan gerejanya.
[Dari Katolisitas: Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya sebagai sarana dan tujuan keselamatan. Namun tidak berarti bahwa kalau kita sudah dibaptis Katolik dan menjadi anggota Gereja Katolik, artinya kita dijamin pasti masuk surga. Kita masih perlu membuktikan iman kita dengan perbuatan kasih dan pertobatan yang terus menerus sampai akhir hidup kita, agar kita dapat memperoleh janji keselamatan itu. Tentang topik ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Namun walaupun bukan jaminan, Gereja Katolik yang didirikan Kristus ini merupakan sarana yang pasti, yang melaluinya seseorang dapat diselamatkan.]
Salam team katolisitas. Sy pernah berdiskusi dgn mahasiswa sekolah teologia STK (Sekolah Teologia Kalimantan). Dlm diskusi itu dia selalu mengatakan kebenaran hanya pada alkitab, kebenaran di luar alkitab harus diuji dulu dgn alkitab, begitu argumennya. Jadi pertanyaan sy adalah: Apakah mahasiswa/i yg skolah teologia itu memang diajarkan utk anti Katolik?, dan cara2 menginjili/merayu org Katolik supaya ikut gereja mereka? Karena jika dilihat pada realita yg ada memang demikian. GBU.
Shalom Petrus,
Ajaran yang mengatakan bahwa kebenaran hanya ada pada Kitab Suci itu bukan merupakan ajaran Gereja Katolik, karena Kitab Suci sendiri tidak mengajarkan demikian. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel di atas, Apakah Sola Scriptura (Kitab Suci saja) cukup?, silakan klik di sini.
Saya tidak paham tentang sekolah teologia yang Anda maksud, namun jika ajarannya demikian, nampaknya sekolah tersebut bukan sekolah Katolik. Jika kita sudah memahami ajaran Gereja Katolik dan memilih untuk tetap Katolik, maka kita dapat dengan sopan menolak untuk bergabung dengan mereka. Tidak ada yang dapat memaksa kita untuk memeluk suatu agama tertentu, dan kitapun tidak perlu memaksa orang lain untuk menjadi Katolik. Tugas kita sebagai umat Katolik adalah hidup sesuai dengan iman kita, dan mewartakan iman kita (terutama dengan perbuatan); namun selanjutnya, kita tetap menghormati kebebasan setiap orang untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri.
Salam kasih dalam kasih Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Di buku apologetik Katolik, dikatakan bahwa para rasul juga menulis tulisan lainnya yang pada kenyataannya tidak diakui sebagai Kitab Suci dalam penetapan Kanon. Pertanyaannya, bukannya Para Rasul dibimbing Roh Kudus ya? Kenapa tidak dianggap sebagai Firman Tuhan?
Salam kasih
Shalom Thomas Veri,
Kemungkinan yang Anda tanyakan adalah injil-injil lain, yang dikenal dengan sebutan injil-injil apokrif. Injil-injil ini (walau di antaranya memakai nama para rasul) banyak yang tidak otentik, artinya:1) tidak sungguh ditulis oleh para rasul yang namanya tertulis di sana, 2) tahun penyusunannyapun tidak adalah pada masa sesudah para rasul itu hidup; 3) tak jarang, ajaran yang tertulis di sana tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran para rasul. Dengan demikian, kita dapat menerima jika Magisterium Gereja tidak menerima injil-injil tersebut ke dalam Kanon Kitab Suci. Sebagai contohnya:
-Protoevangelium Jacobi/ of James, baru dituliskan di abad ke-2;
-injil Pseudo- Matius, baru ditulis abad 4-5;
-injil Pseudo- Petrus adalah injil kaum Docetist di abad- abad awal, tulisan naskah berasal dari abad 6-9;
-injil Filipus dan injil Tomas yang merupakan injil Gnostik: injil ini dikecam oleh para Bapa Gereja seperti dikatakan oleh St. Hippolytus (155-235), Origen, St. Sirilus dari Yerusalem, Eusebius.
-injil Pseudo- Bartolomeus, baru ditulis sekitar abad ke-4
-injil Keduabelas Rasul, ditulis oleh kaum Gnostik Ebionit di abad ke-2.
-injil Pseudo Andreas, injil Pseudo Barnabas (tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik), injil Tadeus, injil Hawa dan Injil Yudas Iskariot adalah injil-injil Gnostik.
Untuk membaca selanjutnya tentang injil-injil apokrif ini, silakan klik di link ini.
Agaknya kita perlu menghormati otoritas Gereja Katolik yang atas ilham Roh Kudus menentukan kanon Kitab Suci, berdasarkan referensi dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja yang membuktikan keotentikan penulisnya maupun ajaran yang disampaikannya- yang sesuai dengan ajaran Kristus dan para rasul sebagaimana telah diturunkan kepada mereka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati-katolisitas.org
Bukan injil-injil lain, Kak. yang saya dapat dari tulisan itu malah sepertinya penulis ingin menyampaikan bahwa sebenarnya para rasul juga menulis banyak surat lainnya, bukan hanya yang ada di PB, yang pada kenyataannya tidak di akui sebagai Firman Tuhan.
pertanyaan saya Kak, bila kenyataannya begitu, lantas apakah tulisan-tulisan itu bisa langsung dikatakan sebagai Firman Tuhan?
semisal contoh, St. Paulus dan St. Petrus ternyata menulis surat lainnya yang tidak diketahui Gereja, akankah tulisan tersebut langsung bisa kita anggap sebagai yang di-Wahyukan Allah? mengingat mereka adalah Rasul Tuhan, dan mereka juga menulis surat-surat lainnya, jadi kemungkinan besar bisa dipastikan kebenarannya.
Pertanyaan lainnya yang hampir mirip:
ok, kita mungkin tidak bisa menganggap itu sebagai Firman Tuhan karena Otoritas tidak mengatakannya. tetapi, bila yang menulis itu Rasul Allah, apakah bisa dipastikan bahwa tulisannya itu benar?
Kalo tingkah laku secara umum, mungkin mereka bisa saja salah (seperti St. Petrus yang ditegus St. Paulus). Tetapi bila ini menyangkut ajaran individu rasul (bukan konsili), mengenai suatu ajaran, apakah pasti benar?
Salam kasih
Shalom Thomas,
Apakah Anda dapat memberi contoh, apakah surat- surat itu dan siapakah penulisnya? Sebab dari sumber yang saya dapat, pengertian surat-surat para Rasul atau surat-surat Apostolik itu adalah surat- surat yang ditulis oleh Rasul Paulus, Petrus, dan para Rasul lainnya yang tertulis dalam Kitab Suci. Juga disebut sebagai surat Apostolik, yaitu surat para Paus jika dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus menyampaikan suatu ajaran tertentu, seperti yang termaktub dalam Bulla, surat- surat Apostolik, dst.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pendahuluan
Dalam diskusi antara umat Katolik dan non- Katolik perihal Kitab Suci, sering timbul perkataan demikian, “Mari setuju dulu bahwa Kitab Suci adalah pegangan satu-satunya dalam iman kita”. Seharusnya, jika kita mendengar pernyataan sedemikian, kita harus menjawab, “Tidak”. Sebab Kitab Suci sendiri tidak mengajarkan demikian. Pandangan yang mengutamakan “hanya Kitab Suci saja” (Sola Scriptura) atau Kitab Suci sebagai satu-satunya pedoman iman, adalah pandangan yang menolak Tradisi Suci dan otoritas Gereja, dan hal ini tidak sesuai dengan pengajaran Kristus dan para rasul.
==========================
dari kata pendahuluan ini jelas sekali bahwa iman di Katolik bukan hanya Kitab Suci, tapi iman pada tradisi suci, iman pada otoritas gereja. Yang jadi pertanyaan, tradisi suci yang mana ? Ekaristi ? Sudah ada di Kitab Suci, mengapa harus dipisahkan dari Kitab Suci yang menjadi dasar kita tahu apa itu Ekaristi dan mengapa kita harus memperingatinya. Baptisan ? Inipun sudah ada di Kitab Suci. Apakah tradisi suci terpisah dari Kitab Suci ? Jika ya kebenaran apa yang membuat kita harus beriman pada tradisi suci? Apakah Kitab Suci dan tradisi suci saling bertentangan sehingga harus dipisah seakan2 Kitab Suci tidak lengkap tanpa tradisi suci? Otoritas gereja, dari segi apa kita harus beriman pada otoritas gereja ? Jika pengajarannya, apa yang diajarkan otoritas gereja ? Jika Kitab Suci juga, mengapa otoritas gereja dikatakan iman yang lain selain Alkitab? Padahal yang disampaikan baik bicara moral, budaya, maupun lainnya merujuk Kitab Suci ?
Shalom Feri,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang anda ajukan, karena mungkin dapat memberikan kejelasan konsep tentang Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Mari kita ambil contoh tentang Ekaristi. Kitab Suci menegaskan bahwa roti tersebut adalah Tubuh Kristus sendiri di Yoh 6, yang kemudian ditegaskan kembali di dalam Perjamuan Terakhir. Dan bahwa memang roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus juga ditegaskan oleh rasul Paulus sendiri (lih. 1Kor 11:25-34). Namun, menjadi satu kenyataan bahwa ada banyak denominasi Kristen yang tidak mengakui akan Kristus yang hadir secara nyata dalam Ekaristi, walaupun telah ditegaskan di dalam Kitab Suci. Dalam kondisi seperti ini, apa yang harus dilakukan? Dalam kondisi ini, kemudian Gereja melihat, apa yang dikatakan oleh jemaat perdana tentang hal ini? (lihat artikel ini – silakan klik) Dan kemudian Gereja juga melihat apa yang telah diputuskan oleh Magisterium Gereja, baik pernyataan Paus maupun konsili-konsili. Dengan membandingkan ketiga hal tersebut, maka Gereja dapat secara yakin mengatakan bahwa memang Kristus hadir secara nyata dalam Sakramen Ekaristi dan kehadirannya bukanlah simbol. Namun, tanpa Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, bagaimana anda dapat memutuskan apa yang benar: apakah Kristus hadir secara nyata atau hanya simbol? Dan hal ini bukanlah main-main, karena Kristus sendiri mengatakan “54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yoh 6:54-56) Cobalah anda menganalisa Ekaristi dengan hanya menggunakan Kitab Suci saja dan apakah kesimpulan yang anda dapatkan? Semoga diskusi ini dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syaloom
Dari pertanyaan feri dan jawaban pak Stef saya bertanya lanjut. Scott Hahn dalam buku “Rome Sweet Home” mengatakan” Lebih dulu mana adanya, Alkitab lengkap (PL dan PB) duluan ataukah Gereja duluan?” Dan jawabannya ialah lebih duluan adanya Gereja, baru kemudian Gereja-lah yang menuliskan Alkitab Perjanjian Baru berdasarkan kumpulan kitab suci perjanjian lama dan praktek iman akan Yesus Kristus. Karena itu jelas bahwa bahwa misa sudah ada dulu dibandingkan Perjanjian Baru. Maka, bolehkah dikatakan justru Alkitab itu bagian dari Tradisi? Tradisi praktek itu kemudian disinggung dalam tulisan Perjanjian Baru walaupun tidak detil seperti misalnya detil tata perayaan sakramen. Mohon pencerahan. Terimakasih.
Shalom Santosa Wijaya,
Nampaknya pemahaman Anda benar, sebab memang yang ada terlebih dahulu adalah ajaran lisan para rasul (ini disebut Tradisi Suci), sebelum sebagian dari ajaran lisan tersebut dituliskan, dan kemudian menjadi Kitab Suci. Ini juga sesuai dengan perkataan Rasul Paulus sendiri, “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2 Tes 2:15).
Maka sebelum ada ajaran tertulis dari para rasul, jemaat (Gereja) berpegang kepada ajaran lisan para rasul. Jadi Kitab Suci itu memang sesungguhnya lahir dari Tradisi Suci, dan karena tidak semua ajaran dituliskan, maka Tradisi Suci melengkapi ajaran yang tertulis dalam Kitab Suci; termasuk dalam hal ini adalah adalah ajaran mengenai sakramen- sakramen.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom katolisitas
”HANYA ALKITAB” atau “TIDAK HANYA ALKITAB”?
Mana yang benar?:
Salah satu yg benar. Dua2nya benar, hanya jika:
1. Yg tdk dlm Alkitab sama dgn yg dlm Alkitab.
2. Yg tdk dlm Alkitab hanya penjelasan dari yg dlm Alkitab dan tdk bertentangan dgn yg dlm Alkitab.
Pengujian:
Kesatuan atau koherensi (tdk bertentangan).
Alkitab ttg “Hanya Alkitab”.
1. Perkataan YESUS “ada tertulis” dan “tidakkah kamu baca” menunjukkan bhw yg harus menjadi rujukan adalah yg tertulis.
2. Petrus juga menunjukkan bhw yg tertulis menjadi rujukan (2 Ptr 3:16).
3. Sikap umat Tuhan pada yang tertulis dinyatakan dalam 2 Taw 34:14,15.
Unsur Makna.
1. Istilah “sola criptura (hanya Alkitab)” menunjukkan bhw yg tdk ada dlm Alkitab bertentangan dgn yg dlm Alkitab.
2. Perkataan YESUS “ada tertulis” digunakan Martin Luther dlm bentuk lain “hanya yg tertulis” menunjukkan bhw yg dlm praktik yg dialami Marthin Luther bertentangan dgn Alkitab. Ini harus direnungkan dulu sebelum lanjut kemana2.
Argumen yg diajukan oleh “anggapan tdk hanya Alkitab”
1. Yg disebut “diterima secara lisan” (2 Tes 2:15).
Ini telah tertulis.
• Ayat ini ditulis sebelum pengajaran YESUS dan para rasul ditulis (kecuali kitab 1 Tesalonika).
• Yohanes yg terakhir menulis kitab PB tdk lagi mengulangi perkataan Paulus itu.
• Sebelum menulis kitab terkahir PB (Wahyu), Yohanes menulis ada tanda2 yg dibuat dan perbuatan YESUS yg tdk ditulis.
• Allah menentukan apa yg perlu ditulis jadi acuan manusia dan mengilhamkan penulis utk menuliskannya.
• Dlm kitab Wahyu kitab terakhir PB, Yohanes mengunci agar nubuatan dlm kitab itu tdk ditambah/dikurang.
2. Tdk semua tanda dan perbuatan YESUS ditulis (Yoh 20:30; 21:25).
Hal ini tdk membuat pokok2 iman Kekristenan kurang sehingga harus ditambahi oleh manusia.
• Yg tdk ditulis adalah “tanda yg dibuat YESUS” dan “perbuatan YESUS”, bukan ttg yg lain (misalnya bukan ttg Maria ibu dari Allah, bukan ttg Paus wakil Allah di bumi, dsb).
• Lihat di atas, yg ditegaskan YESUS hanya baptisan dan perjamuan kudus. Pengajaran YESUS selama 3,5 thn adalah ttg yg terdapat dlm kitab2 PL
Tidak Ada Ajaran Baru.
Baik YESUS maupun para rasul tdk membuat ajaran baru yg tdk ada di dlm kitab2 PL. Alkitab pada zaman YESUS dan zaman para rasul adalah kitab2 PL.
• Pengajaran YESUS adalah ttg yg ada di dlm kitab2 PL.
• Selama 3,5 thn YESUS hanya menegaskan dua hal: (1) Baptisan dan (2) Perjamuan Kudus.
• Selebihnya adalah penjelasan, penegasan dan koreksi atas kesalahan paham bangsa Israel (Farisi Yahudi) ttg diri-Nya dan ttg hukum taurat-Nya/hukum-Nya.
• Pengajaran Paulus dan rasul lain adalah ttg yg ada di dlm kitab2 PL. Para rasul sama sekali tdk mengajarkan ajaran baru.
Yang Akan Dijelaskan Pada Akhir Zaman
Yang dikatakan Alkitab akan dijelasakan pada akhir zaman adalah tentang penglihatan/ nubuatan ttg yg akan terjadi pd akhir zaman yakni (1) perbuatan tanduk kecil (Dan 8:9) yaitu membesarkan diri thd Panglima bala tentara langit (Dan 8:11), mengambil korban persembahan sehari2 (TAHMID) daripada-Nya yakni dari Panglima bala tentara langit (Dan 8:11), mengadakan kebaktian fasik menggantikan korban sehari2 (Dan 8:12), menghempaskan kebenaran (Dan 8:12), membuat kefasikan yg membinasakan (Dan 8:13), menginjak2 tempat kudus (Dan 8:13) dan (2) pemulihan tempat kudus (Dan 8:14) yg dicemarkan tanduk kecil itu (Dan 8:14-27; 12:4,9); yang paralel dan dilanjutkan dlm Why 13; dan juga perbuatan raja yang menentang Yang Maha Tinggi, yang mengubah hukum Allah, yang mengaiaya orang kudus milik Yang Maha Tinggi (Dan 7:25) yang paralel dengan Why 12:17; 14:12; Jadi bukan ttg Maria Ibu dari Allah, bukan ttg paus wakil Allah di bumi, dsb. Daniel sendiri tidak memahami penglihatan/nubuatan ini, dan Allah mengatakan hal ini akan dijelaskan pada akhir zaman (Dan 12:4,9). Ayat-ayat Alkitab ini menunjukkan bahwa penjelasan tentang inilah pekabaran yg benar pd akhir zaman (Why 14:6-12), bukan ttg Maria ibu dari Allah, bukan ttg mujizat darah, bukan ttg mujizat kesembuhan, sebab nabi2 palsu akan membuat berbagai2 mujizat dan keheranan2; bukan ttg hari/tgl kedatangan YESUS ke2x (sebab hanya Bapa yg tahu).
Yang berikut ini tdk ada dlm dan tidak sesuai dgn Alkitab:
a. Maria Ibu dari Allah (Allah punya ibu).
b. Maria diangkat ke sorga: ini bertentangan dgn Alkitab ttg keadaan orang saleh yg mati, kebangkitan dan kedatangan YESUS ke2x.
c. Paus adalah wakil Allah di bumi yg diberi wewenang.
d. Boleh bikin patung asal tdk disembah, ttp utk memusatkan perhatian kpd Tuhan:
Ini asing bagi Alkitab. Suatu ajaran tentu harus ada rujukannya. Untuk hal ini cocok ajaran “tidak hanya Alkitab”.
Jadi, yg benar adalah “hanya Alkitab” bukan “tdk hanya Alkitab”.
Demikian, semoga bermanfaat.
Dave
Shalom Dave,
1. Hanya Kitab Suci?
Kitab Suci sendiri mengajarkan bahwa yang perlu dipegang adalah tidak hanya ajaran tertulis dari para Rasul (Kitab Suci), tetapi juga ajaran lisan (Tradisi Suci), lih. 2 Tes 2:15.
Nah, Kitab Suci tidak penah mengatakan bahwa ajaran yang lisan ini harus sama persis sama dengan yang tertulis; sebab jika sama persis maka tidak ada gunanya yang lisan, dan tidak ada gunanya Rasul Paulus mengajarkan bahwa ajaran yang lisan juga harus dipegang, karena toh sama dengan yang tertulis. Justru karena yang lisan itu sifatnya melengkapi dan memperjelas yang ditulis, maka keduanya (ajaran lisan dan tertulis) harus dipegang oleh umat beriman. Dan inilah yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Anda menggunakan argumen: [selanjutnya tulisan Anda saya beri warna biru]
1. Perkataan YESUS “ada tertulis” dan “tidakkah kamu baca” menunjukkan bhw yg harus menjadi rujukan adalah yg tertulis.
2. Petrus juga menunjukkan bhw yg tertulis menjadi rujukan (2 Ptr 3:16).
3. Sikap umat Tuhan pada yang tertulis dinyatakan dalam 2 Taw 34:14,15.
Tentu kami juga setuju akan point 1 & 3, sebab tertulis dalam Kitab Suci, tetapi masalahnya, di ayat- ayat itu juga tidak tertulis “hanya Alkitab”, maka argumen yang menggunakan ayat- ayat tersebut sebagai dasarnya, tidak cukup kuat. Sedangkan untuk 2 Pet 3:16, konteksnya bukan menekankan ajaran tertulis sebagai rujukan, tetapi Rasul Petrus sedang memberi nasihat kepada jemaat agar waspada terhadap orang- orang yang karena ketidakpahaman-nya memutarbalikkan makna surat- surat Rasul Paulus, ataupun tulisan- tulisan lainnya. Sebab demikian bunyinya ayat tersebut, “Hal itu dibuatnya [Paulus] dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.” (2 Pet 3:16)
Anda mengatakan bahwa istilah “Hanya Alkitab” menunjukkan bahwa “yang tidak ada di dalam Kitab Suci bertentangan dengan Kitab Suci”, ini adalah pandangan yang nampaknya terlalu ekstrim. Karena nilai- nilai kebaikan yang diajarkan oleh peradaban manusia di luar Kitab Suci, bahkan yang diajarkan oleh agama non- Kristen juga tidak semuanya dapat dikatakan bertentangan dengan Kitab Suci.
Lalu Anda mengatakan, “Perkataan Yesus yang mengatakan, “Ada tertulis”, digunakan Martin Luther dlm bentuk lain “hanya yg tertulis” menunjukkan bhw yg dlm praktik yg dialami Marthin Luther bertentangan dgn Alkitab. Ini harus direnungkan dulu sebelum lanjut kemana2.”
Ya, sesungguhnya pernyataan ini baik kita renungkan. Atas kuasa siapa Luther dapat mengubah perkataan “Ada tertulis” menjadi “hanya yang tertulis”. Sebab jika maksud yang benar “hanya yang tertulis” pasti itu yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Bahwa dikatakan, “Ada tertulis” maksudnya adalah bahwa Yesus mengacu kepada sesuatu yang sudah tertulis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, dan Ia atas kuasa-Nya menggenapi apa yang sudah tertulis itu. Tetapi konteksnya tidak untuk mengatakan bahwa Ia hanya berhak mengajarkan apa yang tertulis. Semua ajaran Yesus yang dituliskan dalam Kitab Suci, asalnya juga merupakan pengajaran lisan Yesus kepada para murid-Nya. Rasul Matius dan Rasul Yohanes menuliskannya, sedang Markus yang adalah murid Rasul Petrus menuliskan apa yang biasanya dikhotbahkan Petrus, dan Lukas menuliskan apa yang biasanya dikhotbahkan Rasul Paulus.
Meskipun di zaman Martin Luther terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan suatu ajaran, hal itu tidak menjadikannya berhak mengubah ajaran Gereja (dengan mengatakan “hanya Kitab Suci”), sebab yang diperlukan adalah perbaikan di tingkat pelaksanaannya, dan bukan mengubah ajarannya.
2. Argumen yang diajukan oleh “anggapan tidak hanya Kitab Suci”
Anda menyebut argumen-argumen ini untuk menyanggah apa yang jelas dikatakan dalam 2 Tes 2:15 (tentang ajaran lisan yang harus juga dipegang jemaat, di samping ajaran tertulis):
• Ayat ini ditulis sebelum pengajaran YESUS dan para rasul ditulis (kecuali kitab 1 Tesalonika).
• Yohanes yg terakhir menulis kitab PB tdk lagi mengulangi perkataan Paulus itu.
• Sebelum menulis kitab terkahir PB (Wahyu), Yohanes menulis ada tanda2 yg dibuat dan perbuatan YESUS yg tdk ditulis.
• Allah menentukan apa yg perlu ditulis jadi acuan manusia dan mengilhamkan penulis utk menuliskannya.
• Dlm kitab Wahyu kitab terakhir PB, Yohanes mengunci agar nubuatan dlm kitab itu tdk ditambah/dikurang.
Ini tanggapan saya:
1. Menurut kesaksian para Bapa Gereja, Injil yang pertama kali ditulis adalah Matius (yang pertama kali ditulis dalam bahasa Aram), lalu kemudian diikuti oleh Markus yang adalah murid Petrus dan Lukas yang adalah pembantu Paulus. Baru terakhir Yohanes Rasul menuliskan Injilnya di Efesus. Dengan kesaksian mereka ini, disimpulkan bahwa Injil Matius dituliskan sekitar tahun 40-50 AD, Lukas dan Markus sekitar 62-68 AD (dituliskan hampir bersamaan), dan Yohanes tahun 90-100 AD.
Surat kepada jemaat di Tesalonika dituliskan sekitar tahun 52 AD. Maka tidak benar bahwa pada masa surat kepada jemaat di Tesalonika ditulis tersebut, semua ajaran lisan sudah ditulis. Lagipula tidak benar bahwa segala ajaran yang lisan itu bisa dituliskan seluruhnya, sebab itu bertentangan dengan sifat kodratinya; bahwa suatu realita kehidupan bersama Tuhan tidak mungkin dapat secara tuntas dituliskan; dan ini tertulis juga dalam Yoh 21:25.
2&3. Benar, bahwa Injil Yohanes adalah Injil yang terakhir dituliskan. Dalam Injil tersebut ditulis, “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini” (Yoh 20:30). “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:25).
Ini menunjukkan bahwa ada hal- hal lain yang diperbuat (diajarkan) oleh Yesus yang tidak tertulis. Ajaran inilah juga yang tetap diteruskan oleh para rasul kepada para penerus mereka.
4. Benar, bahwa Allah yang menentukan apa yang perlu ditulis dan mengilhamkan penulis Kitab Suci untuk menuliskannya.
5. Dalam Kitab Wahyu, yang disebutkan oleh Yohanes adalah: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.” (Why 22:18) Kitab ini”, adalah kitab yang ditulisnya, yaitu kitab Wahyu tersebut, dan bukan kitab- kitab lainnya yang tidak ditulis olehnya; sebab pada kitab Wahyu ditulis, kitab- kitab Perjanjian Baru belum terkompilasi menjadi satu kesatuan. Kompilasi kanon Kitab Suci PL dan PB baru ditentukan di abad ke 4 yaitu tahun 382, oleh Paus Damasus I dan kemudian dalam Konsili Hippo (393) dan Carthage (397)
3. Yesus dan para rasul tidak membuat Ajaran Baru?
Anda mengatakan:
• Pengajaran YESUS adalah ttg yg ada di dlm kitab2 PL.
• Selama 3,5 thn YESUS hanya menegaskan dua hal: (1) Baptisan dan (2) Perjamuan Kudus.
• Selebihnya adalah penjelasan, penegasan dan koreksi atas kesalahan paham bangsa Israel (Farisi Yahudi) ttg diri-Nya dan ttg hukum taurat-Nya/hukum-Nya.
• Pengajaran Paulus dan rasul lain adalah ttg yg ada di dlm kitab2 PL. Para rasul sama sekali tdk mengajarkan ajaran baru.
Nampaknya tergantung definisinya. Yesus menyempurnakan ajaran- ajaran dalam kitab Perjanjian Lama (PL), maka ajaran-Nya memang tidak sama sekali baru dan terpisah dari PL. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Kristus tidak memberikan pemahaman yang baru tentang ajaran- ajaran PL. Kristus memberikan “perintah baru” untuk mengasihi (lih. Yoh 13:34), yang merupakan dasar dari segala perintah Tuhan yang diajarkan sejak zaman para nabi. Perintah/ hukum kasih yang diberikan oleh Yesus ini disebut-Nya sebagai hukum yang terutama, adalah kasihilah Tuhan dan kasihilah sesama (lih. Mat 22:37-39, Mrk 12:29-30; Luk 10:27).
Ajaran tentang kasih inilah yang ditegaskan oleh Kristus dengan teladan hidup-Nya sendiri, yang rela menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib bagi kita menusia. Dengan kurban-Nya di kayu salib, Kristus menyatakan kasih-Nya kepada Allah Bapa dengan menggenapkan segala rencana Bapa yang telah mengutus-Nya, dan juga Kristus menyatakan kasih-Nya kepada kita manusia, yang melalui pengorbanan-Nya diselamatkan oleh-Nya untuk memperoleh hidup yang kekal. Maka Baptisan dan Perjamuan Kudus tidak dapat dilepaskan dengan konteks ajaran Kasih. Sebab Baptisan tersebut merupakan cara yang dipilih oleh Kristus untuk menggabungkan umat yang percaya kepada-Nya dengan misteri kematian-Nya di salib, yaitu melalui Baptisan, kita “mati” terhadap dosa untuk hidup baru di dalam Tuhan (lih.Rom 6:11). Sedangkan Perjamuan Kudus merupakan peringatan akan kurban Kristus yang menyelamatkan itu; di mana Kristus memberikan tubuh dan darah-Nya sendiri agar dapat menjadi santapan rohani bagi umat-Nya.
Maka bukan hanya Baptisan dan Perjamuan Kudus saja yang ditegaskan oleh Yesus. Ada banyak hal yang lain, seperti mengajarkan Delapan Sabda Bahagia, Doa Bapa Kami, perintah untuk mengasihi musuh, berbagai perumpamaan dan mukjizat, dan berbagai perbuatan Yesus lainnya yang juga dikenang oleh para Rasul. Sebab ajaran iman Kristiani bukan pertama- tama bersumber dari huruf-huruf yang mati, tetapi dari Seorang Pribadi yang istimewa, yaitu Kristus, yang sungguh Allah namun juga sungguh manusia. Dengan demikian cara penurunan ajaran ini tentu tidak bisa dibatasi dengan huruf, tetapi juga hal- hal lain yang dilakukan/ dicontohkan oleh Kristus kepada para rasul.
Berikutnya Anda mengutip banyak ayat dari kitab Daniel dan kitab Wahyu, dan menginterpretasikannya. Ayat- ayat yang Anda kutip itu merupakan ayat- ayat yang mengandung simbol- simbol, sehingga memang ada banyak kemungkinan interpretasinya. Namun ayat Why 12 jelas menggambarkan adanya seorang perempuan yang melahirkan seorang Anak laki- laki yang akan menggembalakan segala bangsa dengan gada besi, dan seekor naga besar ingin menghancurkannya. Maka makna literal pertama dari simbol perempuan ini adalah Bunda Maria, karena makna literal dari Sang Anak ini adalah Kristus dan sang naga tersebut sebagai Iblis. Selanjutnya memang makna simbolis dari perempuan itu juga bisa adalah Gereja, ataupun Yerusalem baru. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Maka demikianlah tanggapan kami atas pernyataan Anda:
Anda mengatakan: “Yang berikut ini tdk ada dlm dan tidak sesuai dgn Alkitab:
a. Maria Ibu dari Allah (Allah punya ibu)”.
Yang mengatakan bahwa Maria adalah Bunda Allah/ ibu Tuhan, pertama- tama adalah Kitab Suci, silakan klik di sini untuk membacanya.
“b. Maria diangkat ke sorga: ini bertentangan dgn Alkitab ttg keadaan orang saleh yg mati, kebangkitan dan kedatangan YESUS ke2x.“
Tidak ada yang bertentangan, antara ajaran Kitab Suci tentang keadaan orang saleh yang meninggal dunia, kebangkitan dan kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
c. Paus adalah wakil Allah di bumi yg diberi wewenang.
Paus adalah penerus Rasul Petrus, dan kepada Rasul Petrus Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya dan memberi kuasa kepadanya “untuk mengikat dan melepaskan” (Lih. Mat 16:18-19), dalam hal ini adalah dalam hal iman dan moral; dan peran inilah yang dijalankan oleh Paus. Maka kuasa yang diberikan kepada Paus itu bukanlah dalam segala hal, namun hanya terbatas pada hal iman dan moral dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus.
d. Boleh bikin patung asal tdk disembah, ttp utk memusatkan perhatian kpd Tuhan:
Tentang hal ini lebih baik Anda membaca terlebih dahulu artikel ini, silakan klik. Karena sesungguhnya Allah pernah menyuruh orang Israel untuk membuat patung, sebagai sarana untuk mengingatkan mereka kepada Tuhan. Dengan demikian bukan hal membuat patungnya yang salah, tetapi salah besar, jika patungnya itu sendiri dianggap sebagai Tuhan.
Segala ajaran Gereja Katolik itu ada rujukannya, yaitu ajaran tertulis dalam Kitab Suci, dan ajaran lisan para rasul (yang kemudian dituliskan oleh para penerus mereka, dalam Tradisi Suci). Dengan demikian bagi Gereja Katolik, kami berpegang kepada ajaran para rasul, baik yang lisan maupun tertulis (lih 2 Tes 2:15).
Demikian tanggapan saya, semoga dapat menjadi masukan buat Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Listiati dan katolisitas.org,
Terima kasih atas penjelasannya yg sangat gamblang dan mencerahkan. Saya juga menantikan tanggapan sdr. Dave sbg umpan balik agar saya memperoleh penjelasan lanjutan dari katolisitas.org.
Terima kasih.
Perbedaan yang mencolok antara Kristen Katolik dan Protestan ada pada landasan kebenaran. Katolik memegang tiga dasar kebenaran, Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterum, sementara Protestan percaya Alkitab adalah kebenaran yang absolut. Inilah kesalahan bapak2 Gereja yang tidak pernah memperjelas mengapa harus ada Alkitab/Kitab Suci? Mengapa harus kitab2 PL dan tulisan2 para murid Yesus dan rasul2 harus dikanonisasikan? Apakah setelah dikanonisasikan sudah cukup menjadi pegangan kebenaran dan tidak perlu lagi kebenaran di luar kanonisasi? Apakah setiap tulisan dalam Alkitab itu tidak dapat lagi ditafsirkan atau dijabarkan lagi? Inilah kesalahan bapak2 gereja kita. Kita yang sekarang tinggal memakai hanya disodorkan “INI YANG BENAR DI LUAR INI SALAH? Jika kita bertanya mengapa salah ‘di situ mulai PEMBENARAN AKAN APA YANG DIANGGAP BENAR MUNCUL” saya bukan Katolik dan bukan Protestan saya PANTEKOSTA. Ayah saya mengajar saya dari kecil untuk berpegang pada ALkitab, dan saya tanam itu sampai sekarang, saya hanya pegang guru dan teladan hidup saya ” YESUS”. Bagi saya itu sudah sangat cukup, seperti perempuan yang sakit pendarahan, yang memegang jubah Yesus dengan keyakinan pasti akan sembuh.
Shalom Feri,
Terima kasih atas tanggapan anda. Sebelum anda menuduh bahwa para Bapa Gereja tidak pernah menjelaskan mengapa harus ada Kitab Suci, maka adalah lebih baik kalau anda membaca tulisan-tulisan mereka, seperti: St. Ignatius dari Antiokia, St. Hieronimus, St. Agustinus, dll. Silakan juga membaca beberapa artikel ini:
Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa umat tidak boleh menafsirkan Kitab Suci, namun Gereja Katolik mengajarkan agar umat tidak menafsirkan Kitab Suci secara sembarangan. Mengapa? Dikatakan di 2Pet 3:16 “Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.” Kita harus mengakui bahwa kita mempunyai keterbatasan dalam mengerti secara persis apa yang hendak disampaikan dalam Kitab Suci. Coba kita lihat, sebagai contoh: bagaimana anda menafsirkan Yoh 6:54-56; Mat 24:36; Luk 12:10? Terus terang, sekian lama mempelajari Kitab Suci, saya sendiri merasa bahwa apa yang saya tahu sebenarnya sangat sedikit.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya ingin tanggapi jawaban atas pertanyaan saya. Jika bapak2 gereja mengajarkan dan memperjelas apa dan mengapa dibukukan Kitab Suci, mengapa bapak2 gereja juga yang menganggap Kitab Suci itu masih kurang, masih ada pelajaran lisan, yang jadi masalah pelajaran yang tertulis saja impertasinya saja kita yang menerima sekarang bisa berbeda2 apalagi yang lisan. Sementara yang berbicara secara lisan semuanya sudah meninggal, ajaran lisan mana yang bisa dipercaya. Itu masalah lagi. Tentang menafsirkan, saya rasa semua setuju Kitab Suci tidak bisa diartikan sembarangan. Walaupun ada banyak sekarang gereja2 karismatik yang dengan gampang mencomot ayat2 Kitab Suci untuk suatu pembenaran.
Shalom Feri,
Terima kasih atas komentarnya. Sebenarnya, kalau kita berpegang pada Kitab Suci saja tanpa Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, maka sesungguhnya justru tidak alkitabiah. Jadi, kalau mau alkitabiah, kita justru harus melihat peran Tradisi Suci (2Tes 2:15), dan Magisterium Gereja (lih. 1 Tim 3:15). Dengan demikian, karena Gereja Katolik mempunyai penghormatan yang begitu besar akan kebenaran Kitab Suci, maka Gereja Katolik mengajarkan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci sendiri, yaitu ada Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Tulisan-tulisan dari Bapa Gereja hanya mempertegas apa yang telah dikatakan dalam Kitab Suci dan Magisterium Gereja hanya memberikan interpretasi dan memberikan dogma dan doktrin yang tidak mungkin bertentangan dengan Kitab Suci. Inilah sebabnya, karena Gereja Katolik mempunyai ketiga hal tersebut maka Gereja Katolik senantiasa mempunyai satu pengajaran, baik dari gereja awal sampai sekarang dan akan berlanjut sampai akhir zaman.
Yang disebut ajaran lisan bukanlah tanpa tulisan. Ajaran lisan (Tradisi Suci) hanyalah untuk membedakan dengan Kitab Suci yang merupakan wahyu umum yang tertulis. Jadi, pada waktu kita mengatakan Tradisi Suci, maka senantiasa dibarengi dengan tulisan-tulisan dari jemaat-jemaat awal, baik tentang sakramen, tentang apa yang dipercayai, tentang ajaran moral, tentang doa, dll. Jadi, tidak ada masalah untuk memberikan bukti yang otentik dari ajaran lisan, karena semuanya adalah tertulis.
Jadi, dengan adanya Magisterium Gereja dan Tradisi Suci bukan membuat menjadikan masalah lebih rumit, namun justru membantu seluruh umat beriman untuk meyakini warisan iman sebagai satu kebenaran. Tanda adanya Magisterium Gereja dan Tradisi Suci, maka perpecahan tidak dapat dihindari. Ini adalah fakta yang terjadi, di mana banyak gereja mempunyai pengajaran yang berbeda-beda, walaupun semuanya mengatasnamakan ajarannya bersumber pada Kitab Suci. Hal ini telah didiskusikan secara panjang lebar di sini – silakan klik. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom pengasuh Katolisitas.org dan sdr. Feri.
Barangkali sdr Feri tidak sadar bahwa Perjanjian Baru yg kita terima (juga P.Lama yg diwarisi dari umat Israel) adlh warisan Gereja Katolik yg secara seksama menetapkan mana kitab yg diakui dan yg tidak (krn dinilai tidak berasal dari inspirasi Allah; dgn kata lain: tidak sesuai dgn yg diajarkan Kristus)? Dengan demikian, mengutip Pastor Oscar Lukefahr, C.M. (dlm “A Catholic Guide to the Bible”), Gereja Perdana (baca: gereja Katolik) seolah-olah berkata: Inilah yg kita yakini mengenai Allah, Jesus Kristus, kehidupan dan kematian, dan juga tentang kita sbg gereja; serta apa2 yg kita tolak. Masih menurut Pastor Oscar, kitab suci berasal dari Gereja (Katolik), bukan gereja berasal dari Kitab Suci.
Tradisi Suci itulah yg a.l. “menghasilkan” Alkitab dgn susunan dan tafsir(!) yg kita kenal sekarang (selain menghasilkan ajaran, keputusan/fatwa, kredo, ibadat dan konsistensi ajaran).
Melupakan Tradisi Suci sama saja dgn mencabut diri dari akar iman kita; kehilangan salah satu landasan pijak yg (sama-2) penting (dgn Alkitab itu sendiri).
Thx.
Terima kasih, Saudara Stefanus,
Sepertinya saudara Stef, kita tidak akan bertemu sampai kapanpun karena saudara ragu dengan kebenaran Kitab Suci (ini di luar dari topik) saya mau sampaikan saja kepada saudara bahwa mata saya lihat sendiri di mana pada saat bulan Maria /atau apa itu yang patung bunda Maria diarak dari rumah ke rumah, pada saat malam mereka jaga patung itu sambil main judi di depan patung, bukannya mereka baca firman atau pujian malah main judi/kartu taruhan uang, ada lagi pada hari Minggu abis Misa langsung main adu ayam dan main judi dadu di samping kapela, ini umat yang baru keluar dari Misa. Di mana pemimpin umat ko domba-domba tidak di urus, tersesat umat-umat ini kasian mereka.
Jadi saudaraku tugas kita sekarang bagaiman membawa umat untuk hidup menurut aturan-aturan Firman Tuhan, jadi kita tidak usah klaim bahwa agama Katolik yang benar yang lain tidak benar, karena saudaraku agama tidak dapat menyelamatkan orang, tetapi orang yang melakukan Firman Tuhan dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Karena Allah Bapa hanya berkenan kepada setiap orang yang kehidupan Kristus ada di dalam orang itu, ini rencana akhir Allah.GBU
Shalom Frengky,
Seperti yang saya tuliskan di jawaban saya sebelumnya, dengan cara diskusi anda, maka diskusi kita tidak akan memberikan manfaat apapun, karena pendekatan yang anda ambil lebih ke arah kasus-kasus dan bukan pendekatan diskusi doktrin. Anda dapat memberikan contoh yang jelek dari orang-orang Katolik yang kurang menerapkan ajaran Gereja Katolik dan sebaliknya kalau mau, saya dapat memberikan contoh yang jelek dari saudara/i Kristen non-Katolik, yang juga tidak menerapkan apa yang diajarkan oleh gerejanya. Kalau kita melakukan hal ini, maka diskusi tidaklah berkembang dan bukan lagi menjadi suatu diskusi yang baik, yang akademik, yang berbobot, namun hanya menjadi ajang gosip. Dan terus terang, saya tidak tertarik untuk melakukan diskusi seperti ini. Sekali lagi, kalau anda berniat berdiskusi tentang dogma dan doktrin iman Katolik, dengan senang hati kami mencoba untuk menjawabnya semampu kami. Namun, kalau anda meneruskan diskusi dengan cara seperti ini, maka saya minta maaf dan dengan menyesal saya tidak dapat memasukkan komentar anda. Jadi, silakan memilih topik diskusi dan cobalah memberikan argumentasi yang lebih fokus pada doktrinal dan bukan pada apa yang terjadi pada tetangga anda. Kalau anda ingin berdiskusi tentang mengapa kami meyakini bahwa Kristus mendirikan Gereja Katolik, silakan membaca artikel yang saya tulis ini – silakan klik. Dan silakan menyatakan ketidaksetujuan anda disertai argumentasi. Kalau anda ingin tahu tentang tiga pilar kebenaran Gereja Katolik: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, silakan membaca artikel ini – silakan klik. Kami mempunyai keyakinan bahwa Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa satu-satunya pilar kebenaran adalah Kitab Suci, dengan argumentasi seperti yang telah dituliskan di atas – silakan klik. Bahkan meyakini Sola Scriptura justru bertentangan dengan Kitab Suci. Jadi, tidak ada keraguan dalam diri saya maupun umat Katolik akan kebenaran Kitab Suci, seperti yang anda tuduhkan. Sekali lagi, mari kita berdiskusi dengan menggunakan argumentasi yang lebih baik, terstruktur dan berfokus pada doktrin. Dengan demikian, diskusi kita dapat berguna bagi kita dan juga bagi pembaca yang lain. Semoga usulan saya dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih atas ‘tamparan’nya Saudara Frengky,
Sebagai umat Katolik saya menyadari, saya dan mungkin juga banyak umat Katolik lainnya ini adalah pendosa. Kasus-kasus memalukan yg saudara ungkapkan bisa jadi benar adanya. Saya sendiri terkadang merasa tidak pantas menghadiri perjamuan Ekaristi Kudus jika mengingat dosa-dosa saya. Namun saya percaya Allah Bapa senantiasa memanggil dan mencurahkan kasih-Nya pada saya. Karena Dia memang datang untuk para pendosa. Untuk membawa saya dan pendosa-pendosa lainnya kepada pertobatan dan keselamatan abadi.
Sungguh saudara Frengky, saya dan banyak pendosa ini mencintai Yesus Kristus seperti Saudara Frengky, dan rekan-rekan yang sering menghujat ajaran Katolik ini di websites ini.
Kami percaya bahwa apa yg diajarkan Gereja Katolik ini sungguh-sungguh baik dan benar. Kebenaran, Jalan, dan Hidup Yesus Kristus yang diwariskan Rasul Petrus dan Paulus serta para kudus ini akan mampu membawa kami pada keselamatan jiwa kami. Gereja Katolik, walau juga berisi sekumpulan pendosa, tetaplah berpegang pada pengajaran yg berasal dari Yesus Kristus sendiri.
Walau memang banyak di antara kami, umat Katolik ini menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara non-Katolik untuk melihat kebenaran yg indah di dalam Gereja Katolik, namun lihatlah juga saudara-saudara kami yang memiliki pertumbuhan iman dan hidup yang memancarkan sinaran kasih Yesus Kristus. Apa yang membuat mereka mampu seperti itu? Mereka begitu welas asih, rendah hati, dan setia mengikuti Yesus Kristus sampai mati. Mereka benar-benar melakukan firman Tuhan seperti yang Saudara Frengky ungkapkan. Mengapa saudara hanya melihat yang negatif saja?
Terima kasih atas ‘tamparannya’ Saudara Frengky, bagi saya apa yg diungkapkan Saudara sangatlah menyakitkan hati, namun justru semakin memacu saya dan semoga umat Katolik yg membaca tulisan Saudara untuk memiliki hidup rohani yg lebih baik, lebih mencintai Yesus Kristus, lebih menjalani ajaran Kitab Suci dan lebih rajin mengikuti Ekaristi Kudus dalam persatuan dengan Gereja Katolik yang Kudus.
Sebab, di Gereja Katolik inilah kami beroleh kasih, keselamatan dan hidup dari Allah Bapa, Allah, Putera dan Allah Roh Kudus.
Salam Damai
-Adven-
Salam kasih
Saya percaya Alkitab adalah sumber resmi untuk pegangan umat Tuhan Yesus Kristus selama hidup di bumi, dan saya sudah membaca alkitab saya, dan belum menemukan ada firman Tuhan yang menulis supaya memanjatkan doa pada Bunda Maria dan kepada Malaikat . Bukankah alkitab mengajarkan doa dipanjatkan kepada Tuhan Trinitas ( Bapa, Putra dan Roh Kudus) saja ?( Mazur 65 : 3,Matius 6 : 9-13, Yohanes 17, Yohanes 16 : 24-26).
Shalom Tumpak Saragi,
Terima kasih atas komentarnya. Sebenarnya diskusi tentang topik ini telah begitu banyak di katolisitas. Silakan membaca artikel di atas – silakan klik dan dialog ini – silakan klik. Silakan membaca dua link tersebut dan anda akan melihat bahwa Gereja Katolik mempunyai dasar yang kuat untuk mengatakan bahwa pilar kebenaran bukanlah hanya Kitab Suci, namun juga Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Bahkan mempercayai Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber kebenaran justru tidak alkitabiah. Dan diskusi tentang persekutuan orang kudus, dapat anda baca di sini – silakan klik. Topik ini telah didiskusikan secara cukup panjang lebar di sini – silakan klik, silakan klik dan silakan klik. Setelah anda membaca beberapa link tersebut dan memberikan argumentasi yang baru, saya akan memberikan tanggapan lebih lanjut. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai.
Dari berbagai komentar saudara2 Protestan tampak bahwa anda mengartikan Tradisi Suci seperti tradisi manusia dalam kehidupan sosial spt misalnya tradisi wayang yang makin lama makin beda dari aslinya dan banyak tambahannya. Anda terkecoh dengan pemakaian kata “tradisi” dan memberinya makna sebatas yang anda mampu pahami. Dengan keterbatasan pemahaman ini anda menghantam Tradisi Suci seolah anda mengerti makna aslinya berikut isinya. Malah ada yang menganggap Magisterium dan Tradisi Suci muncul sebagai tambahan Kitab Suci, sebuah kekeliruan yang memalukan kalau anda mau memeriksa sejarah, dimana Magisterium dan Tradisi Suci sudah ada sebelum Kitab Suci. Saya percaya, seorang pendeta Protestan yang jujur dan cerdas akan kembali ke pangkuan Gereja Katholik jika ia mau belajar sejarah dengan serius, tentunya dengan catatan ia tidak takut kehilangan kedudukan dan incomenya sebagai pendeta (dan terpaksa melamar kerja ditempat lain untuk menghidupi keluarganya). Tanpa pendekatan historis, sanggahan dari pihak anda (Protestan) hanya akan berbentuk pernyataan-pernyataan yang (maaf) kurang berbobot sebab tidak disertai argumen pendukung yang pamungkas (exhaustive). Akibatnya semua jawaban dari Katolisitas tidak mampu anda respon dengan cerdas sebagaimana mestinya dalam sebuah diskusi. Pada akhirnya memang tidak saja dibutuhkan kecerdasan dan kerendahan hati untuk menerima kebenaran, tetapi juga keberanian dan kebesaran jiwa.
Dua Jempol buat tanggapan saudara prast, [edit]
Sungguh menunjukkan sebuah kecerdasan dan pengertian yg mendalam mengenai sejarah maupun Kitab Suci itu sendiri :).
Sekedar curhat, saya sendiri Katolik yg semasa remajanya ikut Protestan selama 14 tahun karena teman, dan saya cukup mengenal Protestan, tapi saya lebih mengimani Katolik, dan jujur saya sangat menyesal selama 14 tahun menyia2kan waktu saya di Protestan, dan saya menyayangkan kebanyakan Protestan itu sesuai dengan namanya tukang protes, dan tidak berusaha membuka hati dan pikiran untuk mengenal dan memahami dulu Katolik dan tahunya cuma mencela Bunda Maria, dan ngotot dengan segala sola ini dan sola itu, dan lucunya lagi, bahkan menentang paus dengan mengatakan imam tidak berhak mengampuni dosa padahal jelas2 Paus dan para Imam Gereja merupakan wakil dan pengganti dari Rasul Petrus yg notabene sudah dinobatkan oleh Yesus Kristus yang adalah Tuhan itu sendiri sesuai dengan sabdaNya mengangkat Petrus sebagai utusannya meneruskan Kerajaan Allah di dunia ini sesuai
Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
Mat 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Saya rasa tidak butuh IQ tinggi buat mengartikan kedua ayat di atas.
Tuhan Yesus Kristus menyertai kita semua, Amin.
Salam damai.
Sangat disayangkan karena pihak yang mengklaim “hanya kitab suci” tidak memahami sejarah dan celakanya tidak mau mempelajari sejarah, seolah olah kelompok mereka tiba tiba jatuh dari langit, padahal kalau mau berefleksi dan karenanya mau bersikap rendah hati, Kitab Suci itu ada karena perjuangan Bapa Gereja (Katolik). Sikap yang baik menurut saya harusnya mereka berterima kasih, bukannya “menghujat” sana sini. Hidup katolisitas. Bagi saya Katolisitas adalah situs yang paling baik yang pernah saya lihat, karena berkat katolisitas, saya menjadi semakin bangga menjadi orang Katolik.
Dan saya menjadi tidak peduli dengan apa kata orang lain di luar Katolik. Bagi saya “biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu”.
Ad Maiorem Dei Gloriam
yusup
dear katolisitas..
saya baru-baru ini menemukan sebuah account facebook seseorang dengan lantang dan menantang umat kristen untuk adu argumen dengan mereka. dan mereka begitu membanggakan tentang sebuah alkitab terbitan 1928
yang saya mau tanyakan adalah..
apakah benar ada sebuah alkitab terbitan 1928 yang di injilnya menceritakan tentang Yesus yang berzina dengan keledai curian dan homoseksual dengan salah satu rasulnya..
saya tidak peduli dengan anggapan mereka tapi yang saya harapkan agar adanya penyelidikan terhadap alkitab tersebut..
agar saya dapat mengcopy paste ke account saya agar kami mendapat pandangan yang sejuk dan dapat dengan bijak menjawab tuduhan demi tuduhan mereka..
terima kasih
GBU
Shalom Emma,
Jika anda mendengar tuduhan semacam ini janganlah goyah. Silakan tanyakan kepada yang menuduh, diambil dari manakah persisnya, sebutkan ayatnya, dan dari Kitab Suci terbitan/ cetakan mana, yang mengakibatkan ia berpendapat demikian. Karena setahu saya, tidak pernah ada Kitab Suci umat Kristiani yang menyatakan seperti yang anda katakan itu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org
Wah, iman Katolik benar-benar mencampurbaurkan antara tradisi dengan kitab suci. Maria tetap perawan setelah melahirkan Yesus?, Alkitab malah menyebutkan bahwa Yesus mempunyai saudara-saudara kandungNya sendiri setelah Maria melahirkan Dia, argumen Katolik paling bisa mengatakan Yusuf punya istri lebih dari satu. Nampak sekali antara tradisi dan Alkitab banyak bertentangan, sebagai contoh, Petrus disebut di Alkitab punya Ibu Mertua, tapi Katolik mewajibkan Paus, Uskup, Pastur selibat dan antara tradisi itu sendiri berubah-ubah. Pada konsili Trente diputuskan yang menerjemahkan Alkitab harus dihukum mati, eh pada konsili vatikan II, Alkitab malah disuruh diterjemahkan. Dan yang paling parah, Katolik mengatakan gereja tidak mungkin salah, jadi bagaimana anda menjelaskan pastur-pastur di gereja Katolik new york yang melakukan pelecehan seksual pada anak-anak. Gereja itu gedungnya apa orangnya sih? wahai orang Katolik. Ingat, Alkitab tidak dan tidak mungkin salah, karena adalah Firman dari Allah sendiri. Tradisi dan magisterium bisa dan sering salah karena tidak berasal dari Allah. Allah berkata bahwa Firman yang keluar dari mulutNya tidak akan kembali dengan sia-sia dan Ia tidak AKAN MEMBAGI KEMULIAANNYA dengan siapapun.
Shalom John Henry Newman,
1. Maria tetap perawan.
Nampaknya definisi anda tentang tradisi berbeda dengan yang makna Tradisi Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Tradisi Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik bukan tradisi yang berasal dari manusia seperti tradisi Yahudi ala para ahli taurat yang ditentang oleh Kristus. Tradisi Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik bersumber dari ajaran lisan dari Kristus dan para rasul yang diteruskan kepada para penerus mereka.
Tentang keperawanan Maria, Gereja Katolik, melalui Sinode Lateran (649) di bawah Paus Martin I mengajarkan:
Maka Bunda Maria tetap perawan, baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan Tuhan Yesus. Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa Yesus mempunyai saudara kandung. Yang dikatakan adalah “saudara-saudara” dari kata asalnya adelphos. Di dalam Alkitab, istilah “saudara”/ adelphos dipakai untuk menjelaskan banyak arti. Kata “saudara” memang dapat berarti saudara kandung, namun dapat juga berarti saudara seiman (Kis 21:7), saudara sebangsa (Kis 22:1), ataupun kerabat, seperti pada kitab asli bahasa Ibrani yang mengatakan Lot sebagai saudara Abraham (Kej 14:14), padahal Lot adalah keponakan Abraham.
Jadi untuk memeriksa apakah Yakobus dan Yusuf itu adalah saudara Yesus, kita melihat kepada ayat-ayat yang lain, yaitu ayat Matius 27:56 dan Markus 15:40, yang menuliskan nama-nama perempuan yang ‘melihat dari jauh’ ketika Yesus disalibkan. Para perempuan itu adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yohanes, dan ibu anak-anak Zebedeus (Mat 27:56). Injil Markus mengatakan, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda, Yoses dan Salome (Mrk 15:40). Alkitab menunjukkan bahwa Maria ibu Yakobus ini tidak sama dengan Bunda Maria. Yang paling jelas menjelaskan hal ini adalah Injil Yohanes, yang menyebutkan bahwa yang hadir dekat salib Yesus adalah, Bunda Maria, saudara Bunda Maria yang juga bernama Maria, istri dari Klopas, dan Maria Magdalena (Yoh 19:25). Jadi di sini jelaslah bahwa Maria (saudara Bunda Maria) ini adalah istri Klopas/ Kleopas, yang adalah juga ibu dari Yakobus dan Yoses. Kesimpulannya, Yakobus dan Yoses ini bukanlah saudara kandung Yesus. Selanjutnya tentang topik ini, silakan klik di sini.
Akhirnya, ajaran Maria tetap perawan ini juga diajarkan oleh para pendiri Gereja Protestan, yaitu Martin Luther, John Calvin, Zwingli. Silakan membaca di sini kutipannya, silakan klik, lihat bagian appendix di akhir artikel. Demikian ringkasannya:
1. Martin Luther (1483-1546): “Sudah menjadi iman kita bahwa Maria adalah Ibu Tuhan dan tetap perawan…. Kristus, kita percaya, lahir dari rahim yang tetap sempurna (‘a womb left perfectly intact’).”[15]
2. John Calvin (1509-1564): “Ada orang-orang yang ingin mengartikan dari perikop Mat 1:25 bahwa Perawan Maria mempunyai anak-anak selain dari Kristus, Putera Allah, dan bahwa Yusuf berhubungan dengannya kemudian, tetapi, betapa bodohnya pemikiran seperti ini! Sebab penulis Injil tidak bermaksud merekam apa yang terjadi sesudahnya; ia hanya mau menyampaikan dengan jelas hal ketaatan Yusuf dan untuk menyatakan bahwa Yusuf telah diyakinkan bahwa Tuhanlah yang mengirimkan malaikatNya kepada Maria. Yusuf tidak pernah berhubungan dengan Maria …(He had therefore never dwelt with her nor had he shared her company)… Dan selanjutnya Tuhan kita Yesus Kristus dikatakan sebagai yang sulung. Hal ini bukan berarti bahwa ada anak yang kedua dan ketiga, tetapi karena penulis Injil ingin menyampaikan hak-hak yang lebih tinggi (precedence). Alkitab menyebutkan hal ’sulung’ (firstborn), baik ada atau tidaknya anak yang kedua.”[16]
John Calvin bahkan mengecam Helvidius, yang mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak.[17]
3. Ulrich Zwingli (1484-1531): “Saya yakin dan percaya bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil, sebagai Perawan murni melahirkan Putera Allah dan pada saat melahirkan dan sesudahnya selalu tetap murni dan tetap perawan (‘forever remained a pure, intact Virgin’).”[18]
4. John Wesley (1703-1791)menulis: “Saya percaya bahwa Dia (Tuhan Yesus) telah menjadi manusia, menyatukan kemanusiaan dengan keilahian dalam satu Pribadi; dikandung oleh satu kuasa Roh-Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria yang terberkati, yang setelah melahirkan-Nya tetap murni dan tetap perawan tak bernoda.”[19]
2. Rasul Petrus menikah
Gereja Katolik tidak menyangkal bahwa Santo Petrus pernah menikah sebelum ia mengenal Kristus. Namun setelah menjadi rasul Kristus, Petrus tidak lagi melakukan hubungan suami istri dengan istrinya. Pada Kitab Suci Douay Rheim terjemahan Vulgate, St. Petrus mengatakan “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” (Mat 19:27). Dan Yesus menjawab “Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, atau istri (istri termasuk dalam terjemahan Douay Rheims, Vulgate and King James Bible) anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal (Mat 19:29). Meninggalkan segalanya dan istri disini, ditafsirkan sebagai tindakan untuk tidak melakukan lagi hubungan suami istri. Selanjutnya tentang topik imam dan hal selibat, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan di sini, silakan klik
3. Konsili Trente mengeluarkan hukuman mati bagi penerjemah Alkitab?
Sepanjang pengetahuan saya tidak pernah Gereja Katolik mengeluarkan pernyataan hukuman mati kepada siapapun. Yang ada pada keputusan- keputusan konsili adalah pernyataan ‘anathema‘ yang artinya seseorang dinyatakan dikeluarkan dari komunitas umat beriman; umumnya karena perbuatan mereka yang secara keras kepala melawan ajaran Gereja Katolik, dengan mengajarkan ajaran pribadi yang menyimpang dari ajaran Gereja. Maka, yang dilarang dalam Konsili Trente (1545- 1563) adalah Kitab Suci yang dikeluarkan oleh mereka yang menentang Gereja Katolik, seperti dinyatakan dalam Index Librorum Prohibitorum (1559). Sedangkan, Kitab Suci yang dikeluarkan oleh pihak- pihak lain, setelah diperiksa oleh para teolog Katolik dan disetujui oleh para uskup, dapat diijinkan beredar. Maka apa yang anda katakan di atas, “Pada konsili Trente diputuskan yang menerjemahkan Alkitab harus dihukum mati…” itu sungguh keliru.
4. Tentang Infalibilitas:
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Gereja, melalui Paus, tidak mungkin mengajarkan hal yang salah, jika menyangkut tiga hal: 1) ajaran tentang iman dan moral yang dinyatakan secara definitif; 2) dinyatakan oleh Paus dalam kapasitasnya sebagai penerus rasul Petrus; 3) berlaku untuk Gereja universal di seluruh dunia. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Maka yang tidak mungkin salah adalah ajaran Gereja (jika ketiga syarat tersebut dipenuhi), sedangkan orang- orangnya, dalam kapasitas mereka sebagai pribadi, bisa salah. Inilah yang terjadi pada kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pastur di Amerika. Menyedihkan memang, sebab kasus ini tak terjadi hanya pada Gereja Katolik, tetapi juga pada gereja- gereja lainnya (klik di sini). Hanya saja yang banyak diekspos media adalah yang menyangkut Gereja Katolik.
5. Alkitab tidak bisa salah tapi Magisterium bisa salah?
Memang Alkitab tidak dapat salah, namun Magisterium juga tidak dapat salah. Sebab yang menetapkan kanon Alkitab itu adalah Magisterium. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Gereja Katolik percaya bahwa baik Kitab Suci, Tradisi Suci maupun Magisterium ketiganya berasal dari Allah. Maka Magisterium tidak untuk dipertentangkan dengan Allah sendiri. Tuhan Yesus telah memberikan kuasa mengajar kepada Rasul Petrus dan para rasul-Nya (Mat 16:19; 18:18), dan tugas mengajar inilah yang diteruskan oleh para penerus mereka, yaitu Paus dan para uskup. Lebih lanjut tentang Magisterium, klik di sini.
Silakan, jika anda tertarik untuk membaca di tanya jawab kami dengan Sherly dan Indah dalam Mengapa berpindah dari Gereja Katolik, silakan klik. Karena kemungkinan pertanyaan anda serupa dengan pertanyaan mereka, dan sudah pernah kami tanggapi di sana.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Kitab Suci kan hasil dr otoritas Magisterium Paus, dan itu sebenarnya Alkitab org Katolik,kl pihak Protestan harusnya punya Alkitab sendiri…dari dulu…sejar reformasi
Pendapat yang sangat bagus dari pak Andreas. Intinya, menurut saya mereka yang “sola scriptura” itu tidak konsisten dan tidak tahu berterima kasih/membalas budi. Tidak konsisten dan tidak tahu membalas budi karena mau menerima Kitab Suci hasil perjuangan Katolik, namun suka “menyerang” Katolik (terutama menyerang Bunda Allah yang dikandung tanpa noda/dosa, yang tetap perawan, dan yang diangkat ke surga, serta Bunda segala bangsa). Kalau mau konsisten, ya jangan mau pake KS hasil perjuangan Bapa Gereja (Katolik) dong. Silahkan kalau mau tampil “beda”, namun jangan lupa bersikap hormat pada “saudara tua”. sebab tanpa “saudara tua” kalian penganut sola scriptura tidak mungkin punya sola scriptura karena Kitab Suci itu tidak ada. Kalau Anda mau menjadi kacang yang baik, janganlah Anda lupa kulit. Kalau Anda mau jadi tanaman kacang yang baik, janganlah Anda lupa pada lanjaran (tempat merambatnya). Kalau mau jadi anak yang baik, Anda jangan lupa pada bapak. dan kalau mau jadi orang yang rendah hati, jangan lupa pada sejarah (Kitab Suci ada karena para Rasul memelihara Tradisi Suci). Anda memuja KS, namun pada saat yang bersamaan Anda “merendahkan” Tradisi Suci yang oleh karenanya KS itu menjadi ada, bagi saya ini sikap yang aneh.
salam
yusup
Shalom Ibu Igrid dan Bpk Stev
Apakah Ibu percaya pada KEDAULATAN ALLAH ?
KEDAULATAN ALLAH yang menetukan segala sesuatu termasuk alkitab, pekerjaan Tuhan yang kekal selalu sudah selesai, sebelum kita manusia yang terikat pada ruang dan waktu menjalankannya secara progresif.
Pemeliharaan Allah yang berdaulat menentukan, alkitab satu2 nya yang cukup untuk manusia untuk mengenal Tuhan.
Memang seperti kita memakai buku2 bapa2 gereja kita, untuk mengerti dan menafsir alkitab, kembali lagi kita tetap meneliti, apakah bertentangan dengan alkitab.
2 Tim 3 : 16, 17
Berbicara tentang keseluruhan kecukupan alkitab.
Wah 22 : 18, 19
Berbicara tentang kesempurnaan Firman Tuhan yang tidak perlu di tambahkan atau di kurangi.
Kalau kita percaya pada kedaulatan Allah, kita akan berani menambahkan otoritas Alkitab dengan buku2 yang lain yang diluar ketentuan Allah.
Tuhan sudah mengenal kita lebih dari kita mengenal kita.
Alangkah baiknya kita mengikuti apa yang Tuhan kehendaki, tanpa macam2, kan lebih AMAN untuk kita, dari pada nanti ternyata salah, bukankah kita akan lebih malu dihadapan Tuhan.
BUKANKAH KITA HARUS LABIH TAAT PADA TUHAN, DARI PADA MANUSIA.
Kita harus belajar sejarah perpecahan antara Roma Katholik dengan Reformator. Sebab utamanya adalah Luther yang notabene ex Roma Katholik menemukan ada begitu banyak penyimpangan terhadap Alkitab oleh ajaran ajaran baru Gereja RK dengan bersembunyi diatas istilah tradisi gereja,sehingga ia memakukan 95 thesis melawan ajaran Roma Katholik di Wittenberg. Mengapa baru diabad 16 terjadi hal ini ? jawabannya adalah karena gereja RK tidak mengijinkan umatnya membaca langsung Alkitab ! Dengan demikian tidak ada yang bisa mengetahui segala penyimpangan praktek praktek gereja RK,kecuali oleh orang dalam.
Tradisi gereja yang tidak termasuk didalam kanonisasi sama sekali tidak mungkin mempunyai otoritas sama atau lebih tinggi dari Alkitab yang sudah diuji oleh seluruh Bapa Gereja dan waktu. Alkitab adalah Firman Allah bukan sekedar tradisi. Gereja Protestant percaya bahwa ROH KUDUS yang memimpin semua proses menjadikan Alkitab seperti yang sekarang. Apa tradisi yang sdr anggap belum masuk kedalam Alkitab sekarang pasti memang tidak dikehendaki oleh ROH KUDUS untuk masuk didalamnya. Bapa bapa Gereja hanya menjadi alat bagi ROH KUDUS didalam kanonisasi Alkitab,jadi Alkitab bukan pekerjaan manusia melainkan Tuhan sendiri.
Sudah terlalu banyak manipulasi ajaran akibat penyalahgunaan tradisi Kepausan yang melawan kebenaran Alkitab sebagai satu satunya otoritas tertinggi dibawah Allah. Siapa yang bisa menjamin tradisi tradisi diluar Alkitab tidak palsu ? Apakah gereja Roma Katholik ? kalau begitu mengapa ada perpecahan dengan Gereja Orthodox dan Reformator ? Protestant tidak mengakui siapapun sebagai kepala gereja selain YESUS KRISTUS sendiri. Alkitab mengajarkan bahwa jangan bersandar kepada manusia karena manusia adalah fallible. Kalau pakai tradisi gereja,kapan berhentinya tradisi ? mengapa selalu ada ajaran baru oleh gereja RK ? apakah ini juga berasal dari Rasul ? Rasul yang mana ?
Galatia 1:8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
Janganlah bermain semantik dengan istilah “tradisi” sehingga menghalalkan segala keputusan gereja yang notabene hanya buatan manusia belaka.
Mohon tanggapannya.
Shalom
Shalom Lisa,
1. Tentang kedaulatan Allah.
Tentu, kami percaya akan kedaulatan Allah. Namun, percaya akan kedaulatan Allah tidak sama dengan percaya bahwa kedaulatan Allah dibatasi oleh huruf- huruf/ tulisan yang ada dalam Kitab Suci. Sebab Kitab Suci sendiri tidak menyatakan bahwa Kitab Suci sama dengan kedaulatan Allah, maka kami umat Katolik juga tidak menyamakan keduanya.
Rupanya anda mungkin belum membaca dengan baik- baik artikel di atas, karena sebagian pertanyaan anda sudah dibahas di sana, berikut ini saya cut and paste:
1. 2 Tim 3:16-17 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Ada banyak orang menginterpretasikan bahwa karena ayat ini, maka mereka hanya membutuhkan Kitab suci saja untuk menjadi umat Kristen yang baik. Padahal pada saat surat kepada Timotius ini ditulis, kanon Kitab Suci belum ada. Jadi di kalangan jemaat masih beredar berbagai tulisan, dan jemaat tidak dapat tahu dengan pasti, mana tulisan yang sungguh- sungguh“diilhami oleh Allah”, dan mana yang tidak.
Lihatlah juga bahwa “sesuatu yang bermanfaat” itu tidak berarti hanya satu-satunya yang kita perlukan, atau segalanya yang kita butuhkan. Sesuatu dapat bermanfaat, tetapi tidak menjadi satu-satunya yang kita butuhkan. Misalnya, cahaya matahari diperlukan untuk tanaman agar tumbuh, tetapi tanaman juga memerlukan air dan tanah agar dapat bertumbuh dengan baik.
Juga perkataan “diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” juga tidak dapat dijadikan dasar bahwa Kitab Suci secara total mencukupi semuanya. Rasul Paulus pada 2 Tim 2:19-21 juga menggunakan frasa yang sama, pada waktu mengatakan, “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.” (pan ergon agathon- dalam bahasa Yunani). Jika logika yang sama dipakai untuk mengartikan ayat ini, maka pandangan tersebut mengatakan bahwa perbuatan menyucikan diri adalah “cukup”, tanpa kasih karunia, iman dan pertobatan, dan ini adalah kesimpulan yang keliru.
Silakan menunjukkan secara obyektif apakah di ayat itu disebutkan secara eksplisit, bahwa hanya Kitab Suci saja sudah cukup? Jika ya, di bagian mana? Sesungguhnya, jika seseorang mau jujur, ia akan mengakui bahwa ayat 1 Tim 3:16, 17 tidak mengatakan bahwa “keseluruhan Alkitab itu sudah cukup”. Yang dikatakan adalah bahwa Alkitab itu berguna untuk mengajar dan menuntun jemaat menuju kebenaran.
2. Why 22: 18-19: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”
Ada pula yang mengartikan ayat ini dengan mengatakan bahwa Gereja Katolik menambahkan Tradisi Suci kepada Kitab Suci, sehingga ini tidak benar. Namun pada ayat ini yang dimaksud dengan “kitab ini” adalah kitab Wahyu itu sendiri, dan bukan Kitab Suci secara keseluruhan. “Kitab ini” juga mengacu kepada “scroll“/ gulungan naskah di mana kitab dituliskan. Maka perintah ini mengacu kepada larangan agar jangan mengadakan perubahan pada salinan teks kitab Wahyu ini, dan ini juga berlaku pada kitab-kitab lainnya. Hal serupa dikatakan pada
2. Tentang Tradisi Suci
Silakan juga anda membaca di situs ini tentang definisi Tradisi Suci. Anda akan mengetahui bahwa Tradisi Suci itu bukan tambahan yang terpisah dari Kitab Suci. Tradisi Suci para rasul itu sudah ada sebelum Kitab Suci dituliskan dan umum dimiliki oleh jemaat. Silakan membaca kembali jawaban saya sebelumnya, ataupun jawaban saya kepada Simon, di sini, silakan klik.
Maka taat pada ajaran Tradisi Suci para rasul merupakan ketaatan yang penuh kepada Allah yang telah mengajar kita melalui para rasul dan penerus mereka. Tradisi Suci jelas aman dan tidak mungkin salah. Kita memang harus lebih taat kepada Tuhan daripada manusia, maka kita memerlukan otoritas yang dijamin tidak dapat sesat oleh Tuhan sendiri. Kuasa ini diberikan kepada rasul Petrus dan para penerusnya, dan ini sudah terbukti selama 2000 tahun lebih.
Gereja- gereja non- Katolik sering menuduh bahwa otoritas Paus adalah dari manusia, dan mengklaim bahwa pemimpin gereja mereka adalah Kristus sendiri. Tetapi faktanya, yang ada adalah interpretasi dan pengajaran yang berbeda- beda antara satu denominasi Kristen Protestan yang satu dengan lainnya. Umpamanya ajaran Luther berbeda dengan Calvin, juga berbeda dengan Zwingli, dan makin ke jaman sekarang, bahkan apa yang dulunya dipercaya dan diajarkan oleh Luther, malah sekarang ditentang oleh pengikutnya sendiri. Ini adalah fakta. Maka di sini sesungguhnya kita dapat melihat secara obyektif, manakah yang ajaran tradisi manusia, manakah yang ajaran Tradisi dari Tuhan.
Anda menulis, “Sudah terlalu banyak manipulasi ajaran akibat penyalahgunaan tradisi Kepausan yang melawan kebenaran Alkitab sebagai satu satunya otoritas tertinggi dibawah Allah. Siapa yang bisa menjamin tradisi tradisi diluar Alkitab tidak palsu?“
Anda mengatakan seolah Gereja Katolik memanipulasi Tradisi. Dari kalimat di atas, malah tersirat anda berpikir bahwa Tradisi yang diajarkan oleh Gereja Katolik itu “tradisi di luar Alkitab” yang palsu. Silakan anda sebutkan apakah tradisi itu, dan apakah buktinya. Sebab jika tidak ada buktinya maka sesungguhnya itu hanya sekedar tuduhan saja.
3. Apakah Gereja Roma Katolik?
Anda bertanya, “Apakah gereja Roma Katholik ? kalau begitu mengapa ada perpecahan dengan Gereja Orthodox dan Reformator ? Protestant tidak mengakui siapapun sebagai kepala gereja selain YESUS KRISTUS sendiri. Alkitab mengajarkan bahwa jangan bersandar kepada manusia karena manusia adalah fallible. Kalau pakai tradisi gereja,kapan berhentinya tradisi? mengapa selalu ada ajaran baru oleh gereja RK ? apakah ini juga berasal dari Rasul? Rasul yang mana?“
Sejarah menunjukkan bahwa perpecahan Gereja terjadi ketika sekelompok jemaat memisahkan diri dari kesatuan dengan Gereja yang didirikan oleh para Rasul di bawah pimpinan Rasul Petrus. Adalah ambiguous/ bias jika mengatakan bahwa gereja Protestan mengatakan bahwa mereka hanya dipimpin oleh Kristus Yesus; sebab kenyataannya merekapun memiliki pendeta/ pimpinan yang juga bertindak sebagai ketua yang mengatur jemaat mereka. Ini sama dengan posisi Paus dalam Gereja Katolik. Gereja Katolik juga dipimpin oleh Kristus yang telah memberikan kuasa kepemimpinan-Nya kepada Petrus dan para penerusnya, untuk memimpin umat-Nya di dunia ini. Hal ini sesuai dengan ayat Mat 16:18. Maka jawaban pertanyaan anda: apakah Gereja Katolik? Jawab singkatnya adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus.
4. Ajaran manusia ‘fallible’?
Anda mengatakan bahwa ajaran manusia itu fallible. Ya, pernyataan ini ada benarnya. Tetapi ajaran manusia yang telah dijamin oleh Allah sendiri, itu tidak mungkin salah/ infallible, sebab jika tidak, maka artinya Tuhan gagal memenuhi firman-Nya sendiri. Janji bahwa Allah akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman, dan Gereja yang didirikannya tidak akan sesat (Mat 28:19-20) itu ya, dan amin. Maka untuk menjamin hal itu Kristus memberikan kuasa mengajar kepada para rasul untuk “mengikat dan melepaskan” (Mat 18:18) yang artinya menentukan ajaran iman dan moral yang mengikat jemaat ataupun yang tidak mengikat jemaat. Gereja Katolik memegang janji Tuhan Yesus ini, dan fakta membuktikan kesetiaan Gereja Katolik dalam melestarikan ajaran Kristus yang diajarkan oleh para rasul dan para Bapa Gereja, sejak awal sampai sekarang.
Silakan anda membaca lebih lanjut tentang syarat- syarat suatu pengajaran dapat disebut sebagai “infallible”, klik di sini. Sebab memang tidak semua pernyataan yang dikeluarkan oleh Paus bersifat infallible.
Maka, meskipun ada perkembangan ajaran Gereja, perkembangan ajaran itu sifatnya organik, seperti perkembangan biji menjadi buah, atau dahan kecil menjadi dahan besar; dan bukannya perkembangan yang sifatnya tiba- tiba, yang tidak ada akar/ bijinya, lalu tiba- tiba diajarkan. Kardinal Henry Newman (1801-1890) adalah seorang yang membuktikan tentang hal ini, melalui penyelidikannya yang tertulis dalam bukunya, An Essay on the Development of Christian Doctrine (1845). Ia tadinya adalah seorang imam Anglikan yang bermaksud membuktikan adanya penyimpangan ajaran yang dilakukan oleh Gereja Katolik, sehingga ia mempelajari sejarah Gereja dan tulisan- tulisan para Bapa Gereja. Namun hasilnya, malah sebaliknya, sebab semua bukti yang ia pelajari malah menunjukkan kebalikanya. Gereja Katolik malah adalah Gereja yang paling setia mengajarkan ajaran para rasul dan para Bapa Gereja. Akhirnya, Kardinal Newman malah menjadi Katolik (1845), menjadi imam dan Kardinal dalam Gereja Katolik, dan ia bahkan kini disebut “Yang terberkati Yohanes Henry Newman”, ketika Paus Benediktus XVI mengumumkan proses beatifikasinya tanggal 19 September 2010 yang lalu.
5. Gereja Katolik memberitakan injil yang lain?
Anda mengutip, “Galatia 1:8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.” Lalu anda menambahkan, “Janganlah bermain semantik dengan istilah “tradisi” sehingga menghalalkan segala keputusan gereja yang notabene hanya buatan manusia belaka.”
Lisa, apa maksud anda mengutip ayat ini, apakah untuk mengutuk kami? Apakah untuk mengatakan bahwa Gereja Katolik memberitakan injil yang lain dari Injil yang diberitakan para rasul? Sebaiknya anda ketahui bahwa Injil yang anda pegang sekarang sebenarnya berasal dari Tradisi Suci Gereja Katolik. (Silakan anda membaca asal usul Kitab Suci, di sini, silakan klik). Jika anda mengecam Tradisi Suci, sebenarnya anda secara tidak langsung mengecam Kitab Suci anda sendiri, dan menganggap Kitab Suci sebagai tradisi manusia belaka. Semoga anda tidak bermaksud demikian.
6. Penutup
Anda sudah cukup sering bertanya kepada kami, dan kami juga sudah menanggapinya. Jika anda ingin melanjutkan diskusi, silakan anda menjawab terlebih dahulu pertanyaan- pertanyaan Stef (Katolisitas) kepada anda yang dicetak dengan huruf merah, silakan klik di sini dan di sini. Kami mohon jangan memulai topik baru sebelum anda menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut, karena diskusi akan menjadi pengulangan pernyataan, dan berputar- putar saja pada suatu pandangan, tanpa sampai kepada kesimpulan. Maka mohon maaf, jika anda tidak menjawab pertanyaan- pertanyaan yang sudah diajukan di link- link tersebut di atas, maka semua komentar anda berikutnya tidak akan dapat kami tanggapi. Ini adalah komentar anda yang terakhir yang dapat kami tayangkan di situs ini.
Harap disadari, bahwa Katolisitas adalah situs Katolik, dan siapapun yang bergabung di sini selayaknya mempunyai niatan untuk berdiskusi/ bertanya dengan baik- baik. Pernyataan yang sifatnya menuduh tanpa didasari dengan bukti, dan diskusi yang tidak disambut dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang sudah diberikan, tidak membangun dialog yang baik. Kami mempunyai keterbatasan waktu dan tenaga untuk menanggapi dialog semacam ini, dan mohon maaf kami tidak dapat meneruskannya. Mohon pengertian anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Inggrid,
Menambah argumen Anda, saya mau komentar terhadap Lisa.
Lisa mengartikan Injil secara sempit (ia samakan Injil dengan Kitab Suci). Padahal yang dimaksud dengan Injil adalah kabar gembira Kristus, dan itu tidak hanya KS. Jadi, Lisa sudah punya penafsiran yang salah/tidak lengkap. Bagi kita, Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium adalah bagian dari (dan sarana untuk menyebarkan) kabar gembira Kristus.
[Dari Katolisitas: Ya, Anda benar, Injil/ euaggélion (dalam bahasa Yunani) artinya adalah Kabar Gembira, dan ini tidak terbatas pada Kitab Suci (ajaran Kristus dan para rasul yang tertulis), namun juga Tradisi Suci (ajaran lisan dari Kristus dan para rasul) sebagaimana diajarkan oleh Gereja melalui Magisteriumnya. Namun nampaknya Lisa mengartikannya hanya kitab Injil saja ataupun Kitab Suci saja]
Di dalam Islam juga 3 Pliar atau Pegangan yaitu : 1. Kitab suci yaitu Al Qur an. 2. Sunah Rasul , pengajaran rasul Muhammad yg dicatat dalam hadits .3 Ijma Ulama, dapat dianalogikan dengan Pegangan Ummat Katholik yaitu : 1′ Al Kitab .2 Tradisi pengajaran para Rasul, 3 Magisterum Gereja , walaupun dalam perjalanan kaum muslimin timbul kelompok bid ah yang berusaha menolak Hadits Nabi dan dan ijma ulama hanya Al Qur an saja , seperti NII,Al Qiyadah dll,
Sejarah munculnya theologi Sola scriptura, sola gratia dan sola fide sebetulnya muncul dalam dialog dan debat antara Martin Luther dan Johan Eck (juru bicara Vatikan Roma). Martin Luther yg dalam debat itu terpojok, secara reakitif menolak kewibawaan Paus di Roma dan mencari pembenaran atas sikapnya yg reaktif itu :”Bukan Paus yang berkuasa tapi Kitab Suci yang berkuasa (Sola scriptura), bukan gereja yang menyelamatkan tetapi rahmat Tuhan (sola gratia), bukan magisterium gereja yg menyelamatkan, tetapi iman akan Yesus yang menyelamatkan. Dari situ muncul theologi tiga sola itu sebagai upaya pembenaran atas sikap yg diambil oleh Martin Luther dalam debat itu : “menyangkal kewibawaan dan magisterium gereja katolik Roma”. Perkembangan tehologi protestan selanjutnya oleh Calvin lebih menekankan Solus Christo dan dilanjutkan oleh Zwingli yg lebih menekankan Soli Deo Gratia.(itulah sebabnya koor2 di gereja Protestan biasanya lebih indah, utk memuliakan Allah yang memang MULIA.
Saya berdoa semoga semua orang percaya kepada Yesus boleh bersatu, sebagaimana Bapa dan Putera dan Roh Kudus berada dalam kesatuan. Amin.
Kak, saya akan membeli Kitab Suci.
bagi orang katolik seperti kita lebih baik NRSV atau NIV ya?
oya. beda masing2 Kitab Suci seperti RSV, NRSV, NIV, THE JERUSALEM BIBLE, NAB dll itu pa??
makasih..
Shalom Veri,
Jika saya boleh menyarankan, silakan membeli RSV (Revised Standard Version) yang Catholic Edition (jadi yang ada kitab- kitab Deuterokanonikanya).
Sebenarnya bermacam edisi Kitab Suci (New International Version/ NIV, New American Bible/ NAB, Revised Standard Version/ RSV, dst) itu disebabkan karena variasi terjemahannya. New RSV (NRSV) berbeda dari RSV karena di NRSV terdapat terjemahan yang sifatnya inclusive terhadap gender wanita, misalnya kata “brothers” pada RSV lalu pada NRSV tertulis sebagai “brothers and sisters”; namun di banyak kalimat malah terjemahan seperti ini menjadi kurang sesuai dengan teks aslinya.
The Jerusalem Bible itu baik juga, namun sekarang agak sulit dicari, sebab yang lebih mudah dicari itu the New Jerusalem Bible. Padahal yang lebih baik itu the Jerusalem Bible, karena keterangan catatan kakinya lebih baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
mbak ingrid,
memang benar klo terjemahan pada NRSV itu kurang sesuai dengan teks aslinya. namun kita tidak perlu khawatir, karena NRSV melengkapi terjemahannya dengan catatan kaki yang mengacu pada sumber aslinya. Misalnya: kata “brothers and sisters” (1 Korintus 12:1) dalam NRSV diberi catatan kaki: “Gk. brothers”, itu berarti dalam terjemahan Septuaginta dipakai kata “brothers”.
menurut saya, NRSV itu justru memperkaya wawasan kita. dengan begitu cara penafsiran kita juga diperkaya. NRSV menterjemahkan secara inklusif, namun tidak menyimpang, karena di dalam catatan kaki menyertakan terjemahan berdasarkan sumber aslinya. terima kasih.
tabik,
Harry
[Dari Katolisitas: Ya, seperti sudah dikatakan di atas, bahwa memang NRSV merupakan terjemahan inklusif; memang secara umum tidak menyimpang, tetapi secara obyektif harus diakui bahwa tidak sesuai dengan teks aslinya].
@ Veri : kalo di indonesia, cari dimana ya? alkitab katolik yang ada catatan kaki di PL dan PB ke Deuterokanonika-nya. tau ngak?
[dari katolisitas: silakan membeli Christian Community Bible – Pastoral Edition. Dulu penerbit Obor menjual Alkitab ini dalam edisi Bahasa Indonesia]
Pengasuh Katolisitas
Mohon tanya juga tentang tulisan anda sbb :
Namun umat Katolik TIDAK DAPAT MENERIMA KITAB SUCI SEBAGAI SATU-SATUNYA PEDOMAN IMAN (Sola Scriptura), terutama karena Kitab Suci sendiri tidak mengajarkan demikian.
Selain itu, Sola Scriptura JUGA BERTENTANGAN DENGAN SEJARAH, karena pada faktanya Gereja-lah yang menentukan kitab-kitab mana yang termasuk di dalam Kitab Suci, dan kitab-kitab mana yang tidak.
Akhirnya, Sola Scriptura juga BERTENTANGAN DENGAN AKAL SEHAT dan membawa perpecahan, karena bahkan di kehidupan sehari-haripun, kita mengetahui bahwa setiap peraturan tertulis (contohnya konstitusi negara) memerlukan otoritas yang menjaga, menjamin dan menginterpretasikannya dengan benar. Jika tidak, tentu terjadi kekacauan, karena tiap pribadi dapat mempunyai pandangan yang berbeda.
Pertanyaan saya :
1. Jika Kitab suci tidak diterima sebagai pedoman iman lalu apa yang dijadikan pedoman ?
2. Jika Kitab suci bertentangan dengan sejarah , sejarah yang mana ?
3. Jika Kitab Suci bertentangan dengan akal sehat, apakah Kitab Sucinya yang salah ataukah akalnya yang tidak sehat ?
Kalau kita baca Kitab Yahya 1 : 1 , disitu dengan jelas tertulis bahwa Firman itu adalah Yesus (Allah yang menjelma jadi manusia) , kalau Allah itu adalah Firman dan Firman itu adalah Kitab Suci, mengapa kita tidak bisa memakai Kitab Suci sebagai pedoman iman ?. Adakah kitab lain yang lebih besar dari Yesus ? sang Firman
Aaron
Shalom Aaron,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Kitab Suci. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. “Jika Kitab suci tidak diterima sebagai pedoman iman lalu apa yang dijadikan pedoman ?” Ada tiga, yaitu Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, yang dapat diterangkan sebagai berikut:
Tradisi Suci (KGK 75-83)
Tradisi Suci adalah Tradisi yang berasal dari para rasul yang meneruskan apa yang mereka terima dari ajaran dan contoh Yesus dan bimbingan dari Roh Kudus. Oleh Tradisi, Sabda Allah yang dipercayakan Yesus kepada para rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya dalam pewartaannya, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia.[5] Maka Tradisi Suci ini bukan tradisi manusia yang hanya merupakan ‘adat kebiasaan’. Dalam hal ini, perlu kita ketahui bahwa Yesus tidak pernah mengecam seluruh adat kebiasaan manusia, Ia hanya mengecam adat kebiasaan yang bertentangan dengan perintah Tuhan (Mrk 7:8).
Jadi, Tradisi Suci dan Kitab Suci tidak akan pernah bertentangan. Pengajaran para rasul seperti Allah Tritunggal, Api penyucian, Keperawanan Maria, telah sangat jelas diajarkan melalui Tradisi dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci, meskipun hal-hal itu tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Kitab Suci. Janganlah kita lupa, bahwa Kitab Suci sendiri mengajarkan agar kita memegang teguh Tradisi yang disampaikan kepada kita secara tertulis ataupun lisan (2Tes 2:15, 1Kor:2).
Juga perlu kita ketahui bahwa Tradisi Suci bukanlah kebiasaan-kebiasaan seperti doa rosario, berpuasa setiap hari Jumat, ataupun selibat para imam. Walaupun semua kebiasaan tersebut baik, namun hal-hal tersebut bukanlah doktrin. Tradisi Suci meneruskan doktrin yang diajarkan oleh Yesus kepada para rasulNya yang kemudian diteruskan kepada Gereja di bawah kepemimpinan penerus para rasul, yaitu para Paus dan uskup.
Kitab Suci (KGK 101-141)
Allah memberi inspirasi kepada manusia yaitu para penulis suci yang dipilih Allah untuk menuliskan kebenaran. Allah melalui Roh KudusNya berkarya dalam dan melalui para penulis suci tersebut, dengan menggunakan kemampuan dan kecakapan mereka. “Oleh sebab itu, segala sesuatu yang dinyatakan oleh para pengarang yang diilhami tersebut, harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus.”[6] Jadi jelaslah bahwa Kitab Suci yang mencakup Perjanjian Lama dan Baru adalah tulisan yang diilhami oleh Allah sendiri (2Tim 3:16). Kitab-kitab tersebut mengajarkan kebenaran dengan teguh dan setia, dan tidak mungkin keliru. Karena itu, Allah menghendaki agar kitab-kitab tersebut dicantumkan dalam Kitab Suci demi keselamatan kita.[7]
Mungkin ada orang Kristen yang berkata, bahwa keselamatan mereka diperoleh melalui Kitab Suci saja. Namun, jika kita mau jujur, kita akan melihat bahwa hal itu tidak pernah diajarkan oleh Kitab Suci itu sendiri. Malah yang ada adalah sebaliknya, bahwa Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2Pet 1:20-21) sebab ada kemungkinan dapat diartikan keliru (2Pet 3:15-16). Gereja pada abad-abad awal juga tidak menerapkan teori ini. Teori ‘hanya Kitab Suci’ atau ‘Sola Scriptura’ ini adalah salah satu inti dari pengajaran pada zaman Reformasi pada tahun 1500-an, yang jika kita teliti, malah tidak berdasarkan Kitab Suci.
Pada kenyataannya, Kitab Suci tidak dapat diinterpretasikan sendiri-sendiri, karena dapat menghasilkan pengertian yang berbeda-beda. Sejarah membuktikan hal ini, di mana dalam setiap tahun timbul berbagai gereja baru yang sama-sama mengklaim “Sola Scriptura” dan mendapat ilham dari Roh Kudus. Ini adalah suatu kenyataan yang memprihatinkan, karena menunjukkan bahwa pengertian mereka tentang Kitab suci berbeda-beda, satu dengan yang lainnya. Jika kita percaya bahwa Roh Kudus tidak mungkin menjadi penyebab perpecahan (lih. 1Kor14:33) dan Allah tidak mungkin menyebabkan pertentangan dalam hal iman, maka kesimpulan kita adalah: “Sola Scriptura” itu teori yang keliru.
Magisterium (Wewenang mengajar) Gereja (KGK 85-87, 888-892)
Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang “bertugas untuk menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu yang kewibawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.”[8] Magisterium ini tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus, Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam kesatuan dengan Bapa Paus] menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari interpretasi yang salah.
Kita perlu mengingat bahwa Gereja sudah ada terlebih dahulu sebelum keberadaan kitab-kitab Perjanjian Baru. Para pengarang/ penulis suci dari kitab-kitab tersebut adalah para anggota Gereja yang diilhami oleh Tuhan, sama seperti para penulis suci yang menuliskan kitab-kitab Perjanjian Lama. Magisterium dibimbing oleh Roh Kudus diberi kuasa untuk meng-interpretasikan kedua Kitab Perjanjian tersebut.
Jelaslah bahwa Magisterium sangat diperlukan untuk memahami seluruh isi Kitab Suci. Karunia mengajar yang ‘infallible‘ (tidak mungkin sesat) itu diberikan kepada Magisterium pada saat mereka mengajarkan secara resmi doktrin-doktrin Gereja. Karunia ini adalah pemenuhan janji Kritus untuk mengirimkan Roh KudusNya untuk memimpin para rasul dan para penerus mereka kepada seluruh kebenaran (Yoh 16:12-13).
2. Anda mengatakan “Jika Kitab suci bertentangan dengan sejarah , sejarah yang mana ?” Yang bertentangan bukanlah Alkitab, melainkan kepercayaan bahwa kebenaran hanya didasarkan pada “hanya Alkitab atau Sola Scriptura“. Alkitab Perjanjian Baru secara lengkap ditulis sampai tahun sekitar 100 (kitab Wahyu) dan dikanonkan melalui konsili-konsili Gereja Katolik , seperti Hippo, Carthage, Chalcedon. Jadi, dari kematian Kristus (tahun 33) sampai 100, Gereja awal belum mempunyai Alkitab seperti yang kita kenal saat ini. Anda dapat mengikuti diskusi panjang tentang topik ini di sini – silakan klik.
3. Anda mengatakan “Jika Kitab Suci bertentangan dengan akal sehat, apakah Kitab Sucinya yang salah ataukah akalnya yang tidak sehat ?” Dalam hal ini, kembali masalahnya bukan pada Kitab Suci, namun pada kepercayaan Sola Scriptura. Hal ini hanya untuk menekankan bahwa perkataan “Hanya / Sola” sulit untuk dipertahankan, mengingat bahwa ada begitu banyak hal yang tidak diatur di dalam Alkitab. Prinsip-prinsip termuat di dalam Alkitab, namun penjabaran lebih lanjut tidak dapat ditemukan di dalam Alkitab.
Dengan demikian, artikel di atas bukanlah untuk mempertentangkan Alkitab, namun untuk mengupas bahwa paham Alkitab saja / Sola Scriptura adalah salah. Semoga tidak terjadi salah paham.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
“Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:25)
Memang, ada banyak hal lain yang diperbuat Yesus, BUKAN “diajarkan Yesus”. Esensi dari pengajaran Yesus sudah lengkap tertulis di dalam Alkitab.
Yohanes 20:30 => “banyak ‘tanda’ lain”
Yohanse 21:25 => “hal-hal lain yang diperbuat Yesus”
Well….. Yohanes 20:31 mengatakan, bahwa injil dicatat, adalah supaya kita percaya bahwa Yesuslah Mesias, dan supaya kita oleh iman kita memperoleh hidup dalam nama-Nya (aku inget kalo kamu suka sekali doktrin, dan salah satu dasar doktrin sola fide (hanya iman) itu dari sini. Perbarui iman, maka perlakuan akan otomatis berubah. Perbarui perlakuan, iman belum tentu bisa). Tujuan injil dicatat itu bukan biografi Yesus. Kalo aku menuliskan kisah hidupku sendiri, ga mungkin juga aku bisa tuliskan lengkap :P Tapi esensi’nya, intisari’nya, hal2 yang paling penting, ga mungkin terlewatkan.
Karena itu alasan’nya, maka memang tidak semua kejadian dituliskan. Tapi, ‘tanda lain’ dan ‘hal-hal lain’, itu BUKAN ‘ajaran lain’ dari Yesus :) It’s like… Yesus ngusir setan A B C, ga perlu lagi ditulis ngusir setan D E F. Itu repetition nama’nya. Artinya, esensi dari ajaran Yesus, semua sudah dituliskan di dalam alkitab ini (ini salah satu alasan dari dasar sola scriptura, kalo kamu ingin tau)
————————————————————————————————————————————————
diatas adalah sanggahan dari si B. bahwa yang dimaksud Yohanes ada perbuatan Yesus, bukan pengajaran.
Shalom Alexander,
Agaknya argumen sedemikian tidak akan ada habisnya, jika seseorang menganggap dirinya mempunyai otoritas penuh untuk menginterpretasikan ayat- ayat Kitab Suci menurut pengertiannya sendiri. Dan cara ini memang bukan cara yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Gereja Katolik menginterpretasikan Kitab Suci sesuai dengan ajaran para rasul dan para Bapa Gereja; bagaimana sejak awalnya ayat- ayat tersebut dimengerti oleh Gereja.
1. Maksud Yoh 21:25
Di sini, penekanan yang ingin disampaikan oleh Rasul Yohanes adalah bahwa kita tidak akan pernah dapat menangkap secara keseluruhan, kekayaan dan kedalaman Pribadi Kristus. Oleh karena itu, kita diajak untuk merenungkan segala yang dikatakan/ diajarkan oleh Yesus dan yang diperbuat oleh-Nya. Jika kita mulai tertarik kepada Yesus, maka ketertarikan kita itu tidak akan pernah berhenti. Sebab pasti akan ada sesuatu lagi yang belum kita ketahui, selalu ada sesuatu lagi yang dapat kita dalami. Segala sesuatu yang bersangkutan dengan Kristus adalah sangat kaya dan dalam: tentang penjelmaan-Nya menjadi manusia di dunia, kehadiran-Nya dalam sejarah manusia, kehadiran-Nya dalam hati nurani kita, dan seterusnya.
Istilah "hal- hal lain yang diperbuat Yesus" ini adalah segala sesuatu yang menyangkut perkataan dan perbuatan Yesus, sehubungan dengan karya keselamatan-Nya, yang tidak tertulis dalam Kitab Suci. Hal ini diteruskan secara turun temurun oleh para Rasul kepada para Bapa Gereja, yang kemudian dituliskan dan dilestarikan oleh Gereja Katolik. Yang terpenting di antaranya adalah Sakramen Ekaristi/ Misa Kudus. Perayaan Ekaristi ini merupakan penjabaran dari "hal- hal yang diperbuat Yesus" sehubungan dengan ajaran-Nya tentang Roti Hidup dan Perjamuan Terakhir.
2. Yoh 21:25 senada dengan Yoh 20:30
Apa yang disampaikan oleh Yoh 21:25 ini memang senada dengan dengan Yoh 20:30; yang memang maksudnya untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus itu tidak terbatas, dengan demikian, juga tidak terbatas oleh Kitab Suci. Rasul Yohanes dalam suratnya selanjutnya juga mengatakan pentingnya pengajaran iman secara lisan, tidak hanya pengajaran secara tertulis:
Bahwa memang ajaran- ajaran yang penting sudah dituliskan dalam Kitab Suci, itu memang benar, namun bukan berarti bahwa semua yang tertulis di dalam Kitab Suci sudah lengkap dan sudah menjabarkan secara tuntas Pribadi Yesus itu. Iman Kristiani tidak terbatas oleh sebuah Kitab (dalam hal ini Kitab Suci), karena yang kita ikuti adalah Seorang Pribadi, dan Pribadi itu adalah Yesus Kristus. Pribadi inilah yang memang selalu hadir sepanjang segala abad menyertai umat-Nya, secara khusus dalam sakramen- sakramen-Nya dan dalam Gereja-Nya. Inilah yang diajarkan oleh para rasul (baik lisan maupun tulisan) dan para Bapa Gereja. Perihal ada orang yang menginterpretasikan berbeda, kita tidak dapat memaksa, namun jika kita mempelajari tulisan para Bapa Gereja di abad awal, kita dapat melihat bagaimana mereka sangat memegang ajaran para Rasul (baik lisan maupun tulisan), yang kemudian mereka teruskan kepada para murid mereka.
3. Perkataan dan perbuatan Yesus yang tidak tertulis dalam Kitab Suci, yang diteruskan oleh para Rasul dikenal sebagai Tradisi Suci.
Sejak awal kita mengetahui bahwa para Rasul mensejajarkan pengajaran mereka, baik yang lisan maupun tertulis:
Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti…. (1 Kor 11:23)
Jika pengenalan kita akan seseorang biasa (misalnya Presiden ataupun orang kudus tertentu) saja tidak dapat dibatasi oleh apa yang tertulis di buku, terlebih lagi pengenalan kita akan Kristus. Oleh sebab itu, kita perlu juga untuk memperhatikan ajaran para rasul yang hidup bersama- sama dengan Kristus, mereka yang secara khusus dipilih oleh Kristus untuk memimpin Gereja-Nya. Apalagi jika kita menyadari, bahwa apa yang tertulis dalam Kitab Suci sesungguhnya berasal dari pengajaran lisan/ pemberitaan para rasul tersebut (lih. Luk 1:1-4).
Semoga kita semua diberi rahmat kerendahan hati untuk mau belajar dari Tradisi Suci para Rasul dan para Bapa Gereja, yang menjelaskan "hal- hal lain yang diperbuat Yesus" (Yoh 21:25).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Redaksi yth,
Di atas telah dijelaskan secara panjang lebar tentang Sola Scriptura. Saya sangat senang mendapatkan bahan penjelasan tersebut. Namun pada Gereja Protestan dikenal tiga pilar yaitu Sola Scriptura, Sola Fide dan Sola Gracia. Bukan begitu? Saya sangat mengharapkan bisa mendapatkan penjelasan dan pandangan Gereja Katolik tentang dua sola yang lain tersebut.
Berkah Dalem
Pius Nugraha
Shalom Pius Nugraha,
Terima kasih atas dukungan dan pertanyaannya tentang tiga sola. Nanti suatu saat kami akan menuliskan tentang sola fide dan sola gratia. Untuk sementara, anda dapat melihat diskusi sola fide di sini (silakan klik). Sedangkan untuk sola gratia, maka Gereja Katolik memang mengakui bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan semata. Yang membedakan antara Gereja Katolik dan non-Katolik adalah konsep dari rahmat itu sendiri. Gereja Katolik melihat bahwa manusia dapat menolak rahmat Allah, sedangkan sebagian yang non-Katolik berpendapat bahwa manusia tidak dapat menolak rahmat Allah. Menurut pandangan Gereja Katolik, karena manusia mampu menolak rahmat Allah dan Tuhan sebenarnya telah memberikan rahmat yang cukup bagi semua orang, maka seseorang yang masuk neraka adalah karena kesalahannya sendiri. Namun, hal ini tidak dapat dibalik bahwa kalau manusia masuk Sorga, seolah-olah hal tersebut karena usaha manusia. Apapun yang dilakukan oleh manusia tanpa rahmat Allah, tidak membuat dia layak untuk masuk Sorga, karena Sorga ada di tatanan supernatural (in the order of grace) dan manusia tidak dapat mencapainya dengan kodratnya sendiri (natural order). Untuk mengatakan bahwa manusia tidak dapat menolak rahmat Allah, mempunyai implikasi bahwa kalau seseorang masuk neraka karena tidak diberi rahmat yang cukup oleh Tuhan. Dengan demikian, Tuhanlah yang menjadi penyebab orang tersebut masuk neraka. Dan hal ini bertentangan dengan prinsip bahwa Tuhan menginginkan keselamatan bagi seluruh bangsa. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Lalu, bagaimana anda menafsirkan Roma 9, dimana Paulus mengatakan bahwa TUHAN menciptakan manusia ada yang dimuliakan dan ada yang akan dibinasakan?
[Dari Katolisitas: Hal Rom 9 dapat dimengerti jika kita mengetahui adanya perbedaan makna antara “Antecedent Will” dan “Consequent Will” pada Allah. Ini sudah pernah dibahas di jawaban ini, silakan klik]
Yth Sdri. Ingrid Listiati, terima kasih banyak atas pencercahannya.
Menyinggung pesan dari Sdr Pius Nugraha, setau saya ada lima pilar (Lima Sola) dalam iman kaum Protestant yi :
# 1 Sola scriptura (“by Scripture alone”)
# 2 Sola fide (“by faith alone”)
# 3 Sola gratia (“by grace alone”)
# 4 Solus Christus atau Solo Christo (“Christ alone” atau “through Christ alone”)
# 5 Soli Deo gloria (“glory to God alone”)
Apakah Sola yg ke 4 dan ke 5 juga diimani oleh Gereja Katolik? Mohon pencercahannya karena saya baru dalam proses mendalami ajaran Katolik (walaupun sudah lama jadi Katolik).
Thanks GBU
Shalom Martin,
Berikut ini adalah apa yang saya ketahui sebagai ajaran Gereja Katolik, menanggapi kelima Sola yang anda tanyakan:
1. Sola Scriptura (“by Scripture alone”), tanggapan Gereja Katolik dapat anda baca di artikel di atas
2. Sola Fide (“by faith alone”), silakan klik di sini untuk membaca khotbah Paus Benediktus XVI, yang mengajarkan tentang pandangan Gereja Katolik tentang Sola Fide ini.
3. Sola Gratia (“by grace alone”).
Gereja Katolik mengakui bahwa keselamatan diperoleh karena rahmat /kasih karunia oleh iman (Ef 2:8-9). Jadi tentu inisiatif datang pertama- tama dari Tuhan, itu benar. Tetapi kemudian juga dibutuhkan kerja sama dari pihak manusia untuk taat beriman, dan ini melibatkan kehendak bebas dari manusia. Sehingga jika ditinjau dari sudut pandang ini, tidak semata- mata hanya kasih karunia. Karena kalau kasih karunia ini diterima, tetapi kemudian tidak dijaga dengan baik (misalnya dengan melakukan dosa berat), itu artinya orang itu tidak bekerjasama dengan rahmat Tuhan, atau bahkan menolak rahmat Tuhan. Selanjutnya tentang hal ini, silakan membaca artikel Sekali selamat tetap selamat? silakan klik.
Maka, walaupun rahmat/ kasih karunia yang utama, namun tetap diperlukan kerjasama kita agar kita dapat bertumbuh di dalam iman, dan bahkan berperan serta dalam karya Allah menyelamatkan dunia.
KGK 2003 Rahmat adalah yang pertama dan utama dari karunia Roh Kudus yang membenarkan dan menguduskan kita. Tetapi di dalam rahmat termasuk juga karunia- karunia yang Roh berikan kepada kita, untuk membuat kita mengambil bagian dalam karya-Nya serta menyanggupkan kita untuk berkarya demi keselamatan orang lain dan pertumbuhan Tubuh Kristus, yaitu Gereja. Termasuk di dalamnya rahmat-rahmat sakramental, artinya karunia/ anugerah khusus dalam Sakramen yang berbeda-beda. …..
4. Solus Christus atau Solo Christo (“Christ alone” atau “through Christ alone”)
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Pengantaraan Kristus yang satu- satunya itu kepada Allah Bapa (1 Tim 2:5) adalah Pengantaraan Kristus yang melibatkan anggota- anggota Tubuh-Nya yang lain, sebab di dalam Kristus kita adalah satu tubuh (lih 1 Kor 12:12-). Kristus adalah Kepala Tubuh, dan kita semua yang telah dibaptis adalah anggota- anggota Tubuh Kristus (1 Kor 12:13). Oleh karena itu, sebagai sesama anggota Kristus, kawan sekerja-Nya (1 Kor 3:9), sebagai sesama anggota-Nya, kita harus saling membangun dan menguatkan dalam menghantar satu sama lain kepada Kristus. Dengan saling menolong dan menanggung beban di dalam Kristus inilah kita memenuhi hukum Kristus (Gal 6:2). Jika salah satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; dan jika salah satu anggota dimuliakan, semua anggota turut bersuka cita (1 Kor 12:26).
Maka Kristus sebagai Pengantara ini bagi Gereja Katolik tidak untuk diartikan Kristus saja secara ekslusif, dan kita ada di luar Kristus [lalu Kristus menghantar kita kepada Bapa]. Sebaliknya, Kristus sebagai Pengantara yang satu- satunya ini adalah Kristus yang melibatkan semua anggota-Nya yang lain karena kita sebagai anggota-Nya hidup di dalam Dia (Rom 6:11; 8:10). Maka pengantaraan sesama anggota Kristus bukan untuk menjadi saingan Kristus dalam menjadi Pengantara kepada Allah. Namun sebaliknya, semua anggota Tubuh-Nya, terutama yang sudah mulia di surga, mengambil peran dalam Pengantaraan Kristus ini dalam menghantarkan anggota- anggota Tubuh-Nya yang lain kepada Kristus, dan bersama Kristus, kepada Allah Bapa.
5. Soli Deo gloria (“glory to God alone”)
Nah, kalau yang terakhir ini, memang juga diajarkan oleh Gereja Katolik. Bahwa segala sesuatunya berawal dari kemuliaan Tuhan dan akan berakhir di dalam kemuliaan Tuhan.
KGK 257 “O Cahaya yang membahagiakan, Tritunggal dan Kesatuan asli” (LH Madah “O lux beata, Trinitas”). Allah adalah kebahagiaan abadi, kehidupan yang tidak dapat mati, cahaya yang tidak pernah pudar. Allah adalah cinta: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Karena kehendak bebas, Allah hendak menyampaikan kemuliaan kehidupan-Nya yang bahagia. Inilah “keputusan belas kasihan” Bdk. Ef 1:9., yang telah Ia ambil dalam Putera kekasih-Nya sebelum penciptaan dunia. “Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya” (Ef 1:5), artinya “menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Rm 8:29), berkat “Roh yang menjadikan kamu anak Allah” (Rm 8:15). Rencana ini adalah “kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita sebelum permulaan zaman” (2 Tim 1:9) dan yang langsung berasal dari cinta trinitaris. Rencana itu dilaksanakan dalam karya penciptaan, dalam seluruh sejarah keselamatan setelah manusia berdosa, dalam pengutusan-pengutusan Putera dan Roh Kudus yang dilanjutkan dalam pengutusan Gereja (Bdk. Ad Gentes 2-9).
KGK 293 Kitab Suci dan tradisi selalu mengajar dan memuji kebenaran pokok: “Dunia diciptakan demi kemuliaan Allah” (Konsili Vatikan I: DS 3025). Sebagaimana santo Bonaventura jelaskan, Tuhan menciptakan segala sesuatu “bukan untuk menambah kemuliaan-Nya melainkan untuk mewartakan dan menyampaikan kemuliaan-Nya” (sent. 2,1,2,2, 1). Tuhan tidak mempunyai alasan lain untuk mencipta selain cinta-Nya dan kebaikan-Nya: “Makhluk ciptaan keluar dari tangan Allah yang dibuka dengan kunci cinta” (Tomas Aqu. sent.2, prol.). Dan Konsili Vatikan I menjelaskan:
“Satu-satunya Allah yang benar ini telah mencipta dalam kebaikan-Nya dan ‘kekuatan-Nya yang maha kuasa’ – bukan untuk menambah kebahagiaan-Nya, juga bukan untuk mendapatkan (kesempurnaan], melainkan untuk mewahyukan kesempurnaan-Nya melalui segala sesuatu yang Ia berikan kepada makhluk ciptaan – karena keputusan yang sepenuhnya bebas, menciptakan sejak awal waktu dari ketidak-adaan sekaligus kedua ciptaan, yang rohani dan yang jasmani” (DS 3002).
KGK 294 Kemuliaan Allah terjadi di dalam perwujudan pernyataan dan penyampaian kebaikan-Nya yang karenanya dunia ini diciptakan. “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia” (Ef 1:5-6). “Karena kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup; lebih lagi, kehidupan manusia adalah pandangan kepada Allah. Apabila wahyu Allah melalui ciptaan sudah sanggup memberi kehidupan kepada semua orang yang hidup di bumi, betapa lebih lagi pernyataan Bapa melalui Sabda harus memberikan kehidupan kepada mereka yang memandang Allah” (Ireneus, Adv. haeres. 4,20,7). Tujuan akhir ciptaan ialah bahwa Allah “Pencipta akhirnya menjadi ‘semua di dalam semua‘ (1 Kor 15:28) dengan mengerjakan kemuliaan-Nya dan sekaligus kebahagiaan kita” (AG 2).
Demikian uraian singkat yang dapat saya tuliskan menanggapi pertanyaan anda, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya hanya mau mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, yang sudah menggerakan hati Bp. Stefanus & Ibu Inggrid untuk membuat katolisitas.org ini, sehingga banyak orang katolik (termasuk saya) semakin mengerti iman Katoliknya. Terimakasih juga untuk kerelaan Bp. Stefanus, Ibu Inggrid & semua moderator yg berperan serta di situs ini, menanggapi panggilan Tuhan untuk menjelaskan ajaran Nya.
Semoga Tuhan Jesus selalu berkati & melindungi bapak, ibu, pastor & semua yg berperan serta di situs ini, sehingga tetap setia pada panggilan Nya, rendah hati, sabar.
Trimakasih Tuhan,aq Kau pilih di tempat yg benar dalam Gereja dgn Tiga Pilar Kebenaran yg sungguh indah..
Saya pernah ada keinginan untuk meninggalkan Katolik,tapi tidak meninggalkan Kristus.Yaitu pindah di Gereja lain.Saya pikir doa2 dan kotbah di Gereja Katolik sungguh sangat membosankan.Sering saya ikut kebaktian di beberapa Gereja.Hal itu memang sangat menyenangkan bagi saya,karena kotbahnya sungguh menggugah.Namun,saat diadakan diskusi iman/komsel,begitukah pandangan mereka terhadap Maria??Di situ timbul perasaan berlawanan di hatiku.Aku yang dahulu sejak kecil begitu dekat dgn Maria.Tapi hanya gara2 bosan dengan kotbah Romo,mau meninggalkan katolik?Sungguh egois aku.
Namun ternyata kehadiran kuasa Tuhan lewat perantaraan Bunda Maria sungguh nyata hadir.Sama seperti saat Bunda Maria memangku Yesus,demikian pula Bunda kembali memangku aku di saat aku bimbang.Terima kasih Bunda.Di situ aku mendapat pelajaran bahwa keheningan (dalam GK) berbicara JAUH LEBIH BANYAK daripada sekedar kotbah meriah.
Sebuah pertanyaan sederhana.Bu Inggrid,bolehkah aku untuk selalu bersyukur dan memohon perlindungan Bunda Maria??Kata Suster pembimbing rohaniku,sangat sangat boleh asalkan tetap menyadari bahwa itu semua adalah karunia Allah.
Terima kasih.Situs ini sangat membantu iman saya sebagai seorang mudika yang sedang berada di tengah banyak pergaulan yang mengancam keutuhan iman saya.
Puji Tuhan.
Shalom Anselmus,
Terima kasih atas sharingnya. Bunda Maria adalah pemberian Yesus yang terakhir kepada umat Allah sebelum Yesus menghembuskan nafas-Nya yang terakhir. Yesus tahu, bahwa dalam perjalanan iman kita, kita juga membutuhkan sosok ibu, sama seperti kita membutuhkan sosok ibu yang baik dalam perjalanan hidup kita. Kalau kita mengikuti apa yang dilakukan oleh rasul Yohanes, yaitu menerima Bunda Maria di rumahnya, maka kita juga harus menerima Bunda Maria di hati kita. Kita menerima Bunda Maria di hati kita, karena Yesus sendiri yang memerintahkannya, dengan mengatakan:
Mengikuti pesan Yesus, Gereja Katolik menerima Bunda Maria sebagai Bunda Gereja, yang membimbing umat Allah kepada Yesus. Dan perannya yang khusus ini tidaklah memudarkan peran Kristus sebagai perantara satu-satunya antara umat Allah dan Allah Bapa, namun justru menunjukkan kekuatannya. Hal ini dinyatakan dalam dokumen Vatikan II tentang Gereja:
Jadi, bukan hanya tidak masalah untuk menghormati Bunda Maria, malah justru sudah seharusnya kita menerima pemberian Kristus dengan hormat, apalagi pemberian ini adalah ibu-Nya sendiri, Bunda Allah. Kalau kita ingin “orang-orang benar” menjadi teman kita, maka siapakah di antara manusia yang telah dibenarkan oleh Allah lebih daripada Bunda Maria? Sejarah membuktikan bahwa semua orang kudus mempunyai devosi kepada Bunda Maria. Mari, bersama-sama kita mensyukuri pemberian ini dengan juga memberikan porsi yang semestinya kepada Bunda Maria, karena kita juga tahu, bahwa devosi kita kepada Bunda Maria tidak hanya berhenti pada Maria, namun akan membawa kita lebih dekat kepada Yesus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Dear Anselmus sangat senang sekali mendengar kesaksianmu semakin meneguhkan iman. Saya berharap banyak anak muda katholik yang peduli seperti Ansel ini. saya menyarankan anak anak muda katholik tidak hanya rajin dalam doa, koor atau kegiatan mudika digereja tapi juga selalu bisa belajar menggali kedalaman iman katholik dan terus belajar jangan mau diombang ambingkan oleh pengajaran pengajaran yang dapat memperlemah imanmu.. TERUSLAH BELAJAR UNTUK MENGGALI KEDALAMAN IMAN KATHOLIK. Gbu all………………………….
….kehadiran kuasa Tuhan lewat perantaraan Bunda Maria? wo… Maria itu hanya manusia biasa, dia bukan perantara, perantara tunggal hanya Yesus Kristus, anda cerita dekat dengan Maria dari kecil, ya saya juga, tapi saya lebih fokus kepada Kristus dari semenjak saya kecil, karena Dia mau turun dari surga menjadi manusia seperti saya bahkan menderita dan mati di kayu salib, tetapi bangkit dan naik ke surga dan akan datang kembali. Inilah pengantara yang sejati, hanya Kristus, dan ini semua berasal dari kesaksian Alkitab dan hanya Alkitab, Alkitab tidak banyak bercerita tentang Maria tetapi Kristus, kenapa? karena Alkitab adalah kesaksian Kristus sendiri tentang diriNya, sehingga bung seharusnya anda mengingat, berfokus dan bersyukur dan berlindung kepada Kristus saja, bukan kepada Maria manusia berdosa itu. Ini adalah akibat ajaran magisterium yang menyesatkan yang berlawanan dengan Alkitab. Alkitab jelas-jelas berfokus kepada Kristus saja bukan Maria, eh datang Magisterium mencoba mengarahkan fokusnya kepada Maria, seakan-akan Maria setara Kristus, bung jangan sampai salah sandaran…
Shalom John Henry Newman,
Terima kasih atas komentarnya. Kita mempunyai persepsi yang berbeda tentang Magisterium Gereja. Dalam diskusi sebelumnya saya telah mencoba menerangkannya dan sekaligus saya telah mengajukan beberapa pertanyaan kepada anda. Silakan melihat diskusi tentang topik ini di sini – silakan klik.
Kalau anda mengatakan bahwa Maria hanyalah manusia biasa, apakah anda percaya bahwa Maria adalah bunda Allah, yang telah dipersiapkan oleh Allah dengan sempurna (lihat diskusi ini – silakan klik)? Kalau Allah telah begitu sempurna mempersiapkan Maria sebagai bunda dari Sang Penebus dan Allah memandang bahwa rencana-Nya adalah baik, maka siapakah kita yang mengatakan bahwa Maria adalah manusia biasa yang tidak ada istimewanya? Menjadi Bunda Allah adalah begitu istimewa, karena dari seluruh umat manusia yang ada, Tuhan telah memilih satu orang, yaitu Maria. Mengapa kita mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan, sehingga tetap bersikukuh mengatakan bahwa Maria adalah manusia biasa? Maria memang manusia – sama seperti kita -, namun dia telah dipilih secara istimewa oleh Tuhan untuk menjadi Bunda Allah.
Kalau anda memang ingin secara serius berdiskusi tentang topik tentang tugas perantaraan atau persekutuan para kudus, cobalah untuk membaca diskusi yang sudah ada, yang sebenarnya telah didiskusikan secara cukup panjang lebar di sini – silakan klik (diskusi dengan Anton), diskusi dengan Esther dapat dilihat di sini – silakan klik dan diskusi dengan Machmud dapat dilihat di sini – silakan klik. Di sana anda dapat menemukan dasar-dasar Alkitab mengapa umat Katolik menghormati para kudus. Cobalah untuk memberikan argumentasi yang baru, yang belum dibahas atau anda dapat mengupas secara lebih mendalam akan argumentasi yang telah diberikan.
Kalau anda mengatakan bahwa Maria adalah manusia berdosa, ,maka silakan membaca artikel ini – silakan klik. Di artikel tersebut dikupas dasar-dasar Alkitabiah dan juga tulisan dari para Bapa Gereja yang membuktikan bahwa ajaran ini telah dipercaya oleh jemaat perdana. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan agar umatnya berpaling kepada Maria. Yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah umat Allah harus menghormati Maria karena Tuhan sendiri yang terlebih dahulu memilih dia menjadi bunda Allah. Kalau Allah menghormati Maria, maka sudah sepantasnya kita sebagai umat Allah juga menghormati Maria. Kalau Kristus menghormati Maria dan kalau kita ingin seperti Kristus, maka kita juga harus menghormati Maria. Dan penghormatan ini tidak akan berakhir pada Maria, karena kita tahu bahwa tugas perantaraan Maria adalah merupakan partisipasi dalam tugas perantaraan Kristus; hal yang sama kalau kita minta doa dari pastor, pendeta, orang tua kita, teman-teman kita. Mereka semua berpartisipasi dalam tugas perantaraan Kristus. Bukankah kalau kita meminta dukungan doa dari pendeta, pastor, orang tua, dan teman-teman kita tidak mengatakan bahwa mereka mengganggu tugas perantaraan Kristus? Kalau kita percaya akan kekuatan doa dari para hamba Allah, mengapa kita tidak percaya akan kekuatan doa dari Maria? Jangan lupa, doa-doa mereka adalah doa-doa dari hamba-hamba Allah, namun doa Maria adalah doa dari Bunda Allah. Umat Katolik berfokus pada Kristus, yang ditunjukkan dengan bentuk penyembahan tertinggi, yaitu Misa. Kalau anda mengikuti Misa, maka anda akan tahu bahwa fokus dari Misa adalah Kristus sendiri. Jadi, fokus dari umat Gereja Katolik adalah Kristus sendiri, yang juga memberikan bunda-Nya kepada umat Allah. Diberikan kepada kita, bukan untuk disingkirkan, namun untuk diterima, disyukuri dan dikasihi. Sama seperti murid yang dikasihi oleh Kristus, Yohanes, menerima Maria di dalam rumahnya, maka marilah kita menerima Maria di dalam rumah hati kita masing-masing, sehingga pemberian Kristus tidaklah sia-sia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@John Henry N:
Setelah bertahun tahun bahkan mungkin puluhan tahun anda membaca alkitab , mungkin anda lupa ada ayat ini di dalam alkitab: Lukas 1:48
“sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, MULAI DARI SEKARANG SEGALA KETURUNAN akan menyebut AKU BERBAHAGIA.” Mungkinkah John Henry N berasal dari keturunan yang bukan disebut dalam alkitab? Kalau iya, kasihan sekali….Kalau bukan :mengapa anda menyangkal Lukas 1:48? Akankah John Henry dan kaum Protestan lainnya menyangkal ayat ini dan mungkin mau menghapusnya dari alkitab anda sperti Luther juga dulu berniat menghapus kitab Wahyu ?(untung tidak jadi-syukurlah ….!)
Sudahlah sdrku, kami di Katolik tidak menjadikan Maria sebagai sesuatu yang “jijik” seperti dipandang umat Protestan, malah sebaliknya saya merasa saya dan seluruh umat Katolik turut menggenapi Lukas 1:48 malahan saya sangat berbahagia karena diakui Firman Tuhan sebagai bagian dari keturunannya yang menyebut Bunda Maria”BERBAHAGIA”
Bagaiman dengan saudara?
Syalom John Henry Newman
Ada perkataan anda yang berlawanan dengan PENDIRI AGAMA ANDA SENDIRI-KRISTEN PROTESTAN ( Martin Luther King ) [Dari Katolisitas, mungkin maksud anda adalah Martin Luther- tanpa King, karena keduanya orang yang berbeda], yaitu ketika anda mengatakan :
“karena Alkitab adalah kesaksian Kristus sendiri tentang diriNya, sehingga bung seharusnya anda mengingat, berfokus dan bersyukur dan berlindung kepada Kristus saja, bukan kepada Maria manusia berdosa itu”
[Dari Katolisitas: pernyataan ini sendiri rancu karena memisahkan Yesus dan Maria seolah mereka saingan. Padahal Alkitab sendiri mengajarkan bahwa Yesus adalah Kepala dan semua anggota-Nya (termasuk Maria) adalah Tubuh-Nya (lih. Ef 5:22-33). Dengan demikian jika kita berlindung pada Yesus, otomatis kita berlindung juga kepada Yesus dalam persekutuan dengan semua orang kudus-Nya]
Sedangkan pendiri agama kristen protestan sendiri mengatakan bahwa MARIA TIDAK BERDOSA. lah anda pengikutnya mengatakan berdosa. harus percaya mana nih ? anda atau pendiri agama anda ? kok doktrin berubah – ubah ? wah semakin tidak percaya nih. Untunglah dikatakan kalau di Katolik pengajarannya dari para rasul sampai sekarang TETAP SAMA.
Tuhan Yesus Memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putranya
Mo reply juga ah.. untuk Pak John Henry Newman
Mr.John says Maria itu hanya manusia biasa, dia bukan perantara, perantara tunggal hanya Yesus Kristus, anda cerita dekat dengan Maria dari kecil, ya saya juga, tapi saya lebih fokus kepada Kristus dari semenjak saya kecil, karena Dia mau turun dari surga menjadi manusia seperti saya bahkan menderita dan mati di kayu salib, tetapi bangkit dan naik ke surga dan akan datang kembali.
Comment Iya, dia memang hanya manusia biasa, yang membuatnya jadi luar biasa adalah karena Tuhan menyertakan bunda Maria dalam karya penyelamatan-Nya, (kurang lebih begitu ya pak Stef?) dan jangan kita lupa, Tuhan Yesus sendiri yang menitipkan kita umat-Nya kepada ibu-Nya, dan Ibu-Nya kepada kita, dan dengan demikian, Bunda Maria mendapat tempat yang istimewa di hati kita pengikut Kristus. Dan adalah sangat-sangat layak bila kita minta Bunda kita tercinta untuk mendoakan kita, menjadi perantara doa kita. Saya rasa ini bukan bentuk pengajaran yang sulit diterima. Kalaulah memang sulit diterima, tentu itu karena asumsi yang sudah anda pegang erat-erat. Memahami kalimat “Yesus pengantara satu-satunya” secara linier.
Mr.John says Ini adalah akibat ajaran magisterium yang menyesatkan yang berlawanan dengan Alkitab. Alkitab jelas-jelas berfokus kepada Kristus saja bukan Maria, eh datang Magisterium mencoba mengarahkan fokusnya kepada Maria, seakan-akan Maria setara Kristus, bung jangan sampai salah sandaran…
Comment Secara umum bisa dijabarkan bahwa Alkitab yang Anda dan saya kenal sekarang ini, adalah merupakan output dari dari Magisterium yang mengumpulkan dan mengkompilasikannya ke dalam satu kitab suci, karena itu, Magisterium tidak mungkin berlawanan dengan kitab suci, atau sebaliknya. Dan mungkin perlu dijelaskan kembali, bahwa Magisterium ada sejak Kristus menunjuk Petrus sebagai batu karang gereja-Nya, dan tetap ada sampai sekarang.
Fokus kita pun tetap pada Kristus saja, bagaimana kita bisa meraih-Nya. Tidak pernah kita memfokuskan doa kita pada Bunda Maria. Bunda Maria adalah sahabat setia kita, Bunda yang melindungi kita, yang ikut menangis bila kita berbuat salah, yang ikut bersedih bila sedang dirundung duka. Yang ikut berdoa bersama disisi kita bila kita sedang berdoa. Yang meminta Putra-Nya menolong kita bila kita membutuhkan pertolongan (Kana wedding ceremony), yang tetap tegar melihat penderitaan putra-Nya walaupun hatinya hancur, karena dia tahu bahwa Putra-nya sedang mengemban misi paling agung (misteri salib), ibu paling tabah sedunia dan betapa kita berterimakasih kepada Yesus karena telah memberikan ibu-Nya sendiri untuk kita sehingga kita bisa ikut memiliki bunda yang paling baik itu.
Agaknya saudara “Henry” mau mengatakan juga bahwa ibunya sendiri hanyalah manusia biasa, maka ia pun tidak perlu menghormati ibunya.
Terus terang saya lebih menghormati dan percaya pada Bunda Maria karena Maria pernah bertemu dengan Malaikat Gabriel (yang notabene adalah utusan Allah). Sementara saya yakin 1 juta persen bahwa saudara Henry belum pernah ketemu malaikat. Jadi saya tidak akan pernah percaya dan tidak akan pernah goyah karena pandangan Anda yang menurut saya tidak punya dasar yang kuat.
Saya juga lebih percaya dan menghormati Maria karena Maria adalah satu satunya manusia yang dijadikan “rekan kerja” Allah untuk menghadirkan Kristus ke tengah dunia.
Anda boleh tidak percaya pada keistimewaan Maria, namun sabar saja. Saat Anda nanti sudah tiada pasti akan bertemu dengan Yesus dan Maria di surga. Sebab, jika Allah dengan mudah menghadirkan Yesus di rahim Maria, maka akan lebih mudah bagi Allah dan Yesus untuk memberikan rahmat rahmat istimewa pada Maria (Maria diangkat ke surga, Maria dikandung tanpa dosa, Maria Bunda Allah, Maria tetap perawan).
Per Mariam ed Iesum.
yusup
Seorang ayah mengajarkan kepada anak2nya bahwa selalu berdoa sebelum makan bersama..anak2nya juga melakukan hal tersebut sampai keturunannya yang ke 5 melakukan hal yang sama tetapi ditambah cuci tangan sebelum makan.. keturunan yang ke 20 ditanya sama temennya kenapa kok berdoa dan cuci tangan dulu sebelum makan? oh itu udah tradisi padahal tradisi awal hanya cuci tangan.. jadi intinya tradisi awal ga akan mungkin terjaga sampai sekarang karena setiap orang pasti ingin menambahkan sesuatu yang dianggap kurang baik / benar..
yang tidak akan pernah berubah adalah Yesus sendiri makanya yang harus kita lakukan adalah kenali Yesus.. bagaimana caranya? baca alkitab!!!
Shalom Pelayan,
Terima kasih atas komentarnya. Dari komentar anda, maka sebenarnya ada kesalahpahaman tentang apa yang disebut Tradisi Suci. Tradisi suci bukanlah suatu ajaran lisan yang tanpa ada dokumentasi sama sekali, atau suatu dongeng masa lalu. Silakan anda membaca diskusi saya dengan Lisa tentang topik yang sama di sini (silakan klik). Di salah satu point, saya memberikan contoh Tradisi Suci:
Apakah kesaksian dari St. Irenaeus (180 AD) dan Eusebius memegang peranan penting dalam menentukan keaslian Injil, karena mereka mengatakan:
Kalau kesaksian di atas tidak dianggap sama sekali sebagai sumber kebenaran, bagaimana kita dapat tahu bahwa Injil hanya ada empat (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) dan tidak termasuk injil-injil yang lain?
Justru karena tulisan-tulisan tersebut, maka Gereja Katolik dapat menentukan Alkitab seperti yang kita kenal saat ini. Tanpa kesaksian-kesaksian tersebut, parameter apakah yang digunakan untuk menentukan kebenaran Injil? Oleh karena itu, Alkitab saja tidaklah cukup tanpa Tradisi Suci dan Magisterium Gereja yang dapat menginterpretasikan Wahyu Allah secara murni dan konsisten. Kalau anda tidak dapat menerima Tradisi Suci dan hanya berpegang pada Alkitab saja, maka pertanyaannya, darimana anda tahu bahwa Alkitab yang anda pakai adalah asli seperti yang telah dituliskan oleh pengarangnya, yang diilhami oleh Roh Kudus dan mengapa Injil hanya terdiri dari 4, dan bukan 5, 6 atau 10?
Semoga dengan penjelasan ini, anda dapat melihat bahwa Tradisi Suci bukan seperti dongeng atau suatu isapan jempol belaka, namun mempunyai dokumentasi yang baik, yang justru membantu Gereja untuk memutuskan kitab-kitab mana yang termasuk di dalam Alkitab. Dengan demikian contoh yang anda berikan tidak dapat dibandingkan dengan Tradisi Suci.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Dan dari mana anda tahu bhwa tradisi suci dan magisterium tidak salah dalam menentukan kitab dalam Alkitab?
Apakah mereka mendapat wahyu lain sebagai petunjuk bahwa ini termasuk kitab dalam Alkitab dan yang lain bukan?
Dasar apa yang dipakai magisterium dan tradisi suci untuk menentukan itu termasuk kitab dalam Alkitab dan yang lain bukan?
Dan Tradisi Suci dan Magisterium dapat menginterpretasikan wahyu Allah secara murni dan konsisten..? kalau iya, mengapa sejarah gereja menyaksikan gereja Katolik berkali-kali mengadakan konsili, Konsili Trent, Vatikan I, II yang intinya sebenarnya merevisi dan menambah apa yang menjadi ajaran gereja?Lucu sekali, kalau benar kenapa berubah, ya tetap aja donk… aneh ya, Alkitab tidak berubah dan tidak mungkin berubah karena memang benar satu-satunya, tetapi magisterium dan tradisi suci terus mengalami revisi dan perubahaan dan penambahan dan pengurangan tetapi dianggap sama dengan Alkitab yang adalah memang Firman Allah yang satu-satunya dan sejati. Iman apa ini ?
Shalom John Hendry Newman,
Terima kasih atas komentarnya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Anda bertanya “Dan dari mana anda tahu bhwa tradisi suci dan magisterium tidak salah dalam menentukan kitab dalam Alkitab?” Magisterium Gereja tidak akan salah menentukan kitab-kitab mana yang menjadi bagian dari Alkitab, karena Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran (lih. 1Tim 3:15) dan Kristus sendiri menjanjikan untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir zaman dan alam maut tidak akan menguasainya (lih Mt 16:16-19). Sedangkan rasul Paulus sendiri menekankan pentingnya Tradisi Suci (lih. 2Tes 2:15). Dan Tradisi Suci telah terbukti membantu Magisterium Gereja dalam menentukan mana yang menjadi bagian dari kanon dan mana yang tidak. Anda bertanya lebih lanjut “Apakah mereka mendapat wahyu lain sebagai petunjuk bahwa ini termasuk kitab dalam Alkitab dan yang lain bukan? Dasar apa yang dipakai magisterium dan tradisi suci untuk menentukan itu termasuk kitab dalam Alkitab dan yang lain bukan?” Roh Kudus sendiri melalui Magisterium Gereja memberikan ketetapan mana yang termasuk kanon dan mana yang tidak. Dan Tradisi Suci membantu ketetapan ini, yaitu dengan melihat bagaimana para jemaat perdana telah menggunakan ayat-ayat dalam kitab-kitab yang masuk dalam kanon. Pertanyaan yang ingin saya ajukan kepada anda: Apakah anda mempercayai kanon Alkitab yang ada sekarang, yang merupakan hasil keputusan Magisterium Gereja, yang mempertimbangkan Tradisi Suci? Kalau anda mempercayai, mengapa anda mempercayai keputusan Magisterium Gereja yang anda pandang bisa salah? Apakah yang membuat anda yakin bahwa keputusan Gereja Katolik dalam mengkanonkan Alkitab tidak dapat salah – dalam hal ini kita coba melihat kanon Perjanjian Baru? Apakah anda percaya bahwa yang menulis Injil Matius adalah Matius? Mengapa anda mempercayainya dan apakah dasarnya? Manakah yang ada terlebih dahulu: Alkitab atau Gereja? Kalau Gereja ada terlebih dahulu, bagaimana Gereja menggembalakan umat Allah?
2. Anda “Dan Tradisi Suci dan Magisterium dapat menginterpretasikan wahyu Allah secara murni dan konsisten..? kalau iya, mengapa sejarah gereja menyaksikan gereja Katolik berkali-kali mengadakan konsili, Konsili Trent, Vatikan I, II yang intinya sebenarnya merevisi dan menambah apa yang menjadi ajaran gereja?Lucu sekali, kalau benar kenapa berubah, ya tetap aja donk… aneh ya, Alkitab tidak berubah dan tidak mungkin berubah karena memang benar satu-satunya, tetapi magisterium dan tradisi suci terus mengalami revisi dan perubahaan dan penambahan dan pengurangan tetapi dianggap sama dengan Alkitab yang adalah memang Firman Allah yang satu-satunya dan sejati. Iman apa ini ?“
Untuk mendukung argumentasi yang anda berikan, maka dapatkah anda memberikan doktrin yang berubah dari Konsili Trente, Vatikan I dan Vatikan II? Silakan menyebutkan keputusan yang berubah dari konsili-konsili tersebut. Kalau anda mengatakan bahwa konsili-konsili tersebut adalah untuk mengubah doktrin, maka sebenarnya anda telah salah mengerti tentang maksud dari konsili. Konsili dapat diadakan untuk meluruskan pengajaran yang sesat yang beredar di masyarakat atau memperjelas doktrin yang sudah ada. Dengan demikian, tidak ada perubahan doktrin; yang ada adalah memperjelas doktrin, sehingga pengajaran tersebut dapat dimengerti secara lebih jelas oleh umat. Kalau anda mengatakan bahwa Alkitab tidak berubah dan satu-satunya yang sejati, maka dapatkan anda menerangkan perubahan tentang doktrin Sakramen Ekaristi, yang dipercaya oleh Martin Luther bahwa Kristus hadir secara nyata dalam setiap perayaan Ekaristi, namun kemudian dengan Alkitab yang sama, John Calvin dan Zwingli menginterpretasikannya secara berbeda, dan dengan Alkitab yang sama, mengapa jemaat Kristen non-Katolik mempunyai pengajaran-pengajaran yang berbeda-beda tentang hal ini? Mengapa dengan Alkitab yang sama, terjadi perpecahan sampai 28,000 denominasi? Bagaimana anda dapat begitu yakin bahwa interpretasi anda akan suatu ayat dalam Alkitab adalah yang benar? Kalau anda tidak yakin, bagaimana anda dapat yakin akan suatu pengajaran? Apakah dasarnya dan parameter yang digunakan? Kalau memang semuanya dari Roh Kudus yang sama, mengapa jemaat Kristen non-Katolik yang mengklaim bahwa interpretasinya adalah dari Roh Kudus, dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda?
Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya beri warna merah. Semoga diskusi ini dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Hi Stefanus Tay,
3 pilar itu pun pernah salah dan banyak juga yg salah. Hanya saja berita2 kesalahan tsb terjadi pada jaman ratusan or ribuan tahun yg lalu di mana internet yg menjadi sarana penyebaran informasi secara cepat belum ada.
Untuk itu, mari kita ambil sample yg sangat heboh pernah terjadi.
Salah satu sample nya adalah keputusan Vatikan mengenai Galileo Galilei. Silahkan baca sendiri kisah hidup dan kesengsaraan Galileo Galilei atas keputusan Vatikan.
Jika saya gunakan logik anda, maka pada saat itu keputusan Vatikan jelas jelas menurut para pengikutnya dapat dimasuk kategori infallible, serta berdasar pada 3 pilar yg anda jelaskan tsb.
Either you admit it or not, hal ini jelas sekali pada ada saat itu Vatikan takut bahwa ajaran scientific Galileo akan menjadi ancaman akan kebenaran dogma Katolik. Sebab, utk apa Vatikan memasukan Galileo ke penjara, hanya karena Galileo berkarya di bidang ilmu pengetahuan? Tentu saja utk membungkam Galileo.
Dan sample yg lain, kita semua pun tahu dalam sejarahnya, Vatikan pernah mendukung Hitler. (banyak bukti bukti sejarah seperti foto2, document, propaganda flyers dan benda2 bersejarah yg sangat kuat menunjukkan hal ini)
For your info, Hitler didalam buku nya Mein Kampf mendukung ajaran kristiani, dan percaya bahwa apa yg dilakukannya adalah sesuai dgn ajaran, tradisi dan magisterium tsb. Bagaimana tidak? pada saat itu Adolf Hitler mendapat dukungan Vatikan.
Lalu pertanyaan nya 3 pilar manakah yg membenarkan Vatikan utk mendukung gerakan Adolf Hitler, bahkan banyak sekali pembantaian suku bangsa Jewish oleh Hitler.
apakah hal itu bisa didukung dengan Scripture dari ayat cerita dalam bible mengenai pembantaian suku bangsa Amalek, serta perang Joshua yg membantai seluruh populasi berikut ternak ternak, kambing domba, wanita tua dan muda, bahkan anak anak.
Atau kah anda akan menggunakan cerita Musa yg membantai suku bangsa lawannya dan mengambili para perawan utk dijadikan budak seks? tetapi membantai wanita yg sudah tidak perawan?
What does it have to do with virginity? Virgin or not gak ada hubungannya dengan kesucian hati seorang perempuan. Jangan lupa, ibu, nenek dan putri anda (jika anak anda perempuan) pun semua nya masuk sebagai definisi Perempuan.
Jangan lupa Yesus di Matius 5:18 pun pernah mengatakan bahwa seluruh hukum taurat harus dituruti, jika tidak, maka orang tsb diletakan di surga yg tingkatnya paling bawah. (You cannot Cherry pick “sola scriptura”)
Dan jika hal hal negatif di atas dibiarkan terjadi karena tradisi dan magisterium gereja. Dan dalam sejarah nya pun melakukan hal yg sama pada masa Abad Kegelapan yg mana perang agama terjadi di mana mana.
Ditambah lagi dengan ucapan ajaran Yesus pernah yg menyatakan secara garis besar bahwa dia tidak datang utk membawa kedamaian, tetapi utk membawa pedang.
Jika terus demikian, MAKA hancurlah dunia dimana kita tinggal.
Just FYI, Martin Luther King (MLK) pada saat itu membuat proposal bahwa urusan kenegaraan lebih baik terpisah dari urusan agama, yg mana menjadikan Amerika lebih condong sbg negara secular, agama tidak dijadikan alasan untuk menyerang negara lain. Dalam hal ini MLK lebih bijak daripada ke-3 pilar gereja yg anda jelaskan ini.
Anda bisa saja mengatakan saya salah mengerti mengenai ke-3 pilar tsb. Tapi bukti bukti yg saya beberkan ini justru menunjukan bahwa vatikan yg infallible itu pun banyak keputusan yg salah secara kemanusiaan. (jangan katakan pada saya jika keputusan Vatikan itu tidak didasarkan oleh k-3 pilar).
Menurut saya, ketiga pilar tersebut bisa dihapus total. Tanpa keberadaan pilar pilar tsb dari agama Katolik pun manusia bisa berbuat baik membantu sesama.
Bukti nyata adalah ketika negara China yg mayoritas nya atheist pun bangsa nya bisa maju perekonomiannya. Para koruptor di China itu hukuman nya mati. Berbeda sekali dengan Italia yg mayoritas katolik, akan tetapi biang mafia justru berkembang pesat di sana.
Based on census, Bahkan negara yg menjadikan katolik sebagai agama utama sering kali menjadi negara yg tidak maju secara level pendidikan dan perekonomian.
Belum lagi kasus kasus pelecehan seksual terhadap anak anak yg belakangan ini terjadi, dan dilakukan oleh banyak pastur Katolik. Dan pada kenyataannya, pihak Vatikan berusaha menutup nutupi hal ini di kurun waktu 30 tahun terakhir.
Jika dikatakan infallible, 3 pilar manakah yg membenarkan tindakan Vatikan tsb dalam hal menangani kasus kriminal tsb.
Don’t get me wrong. Saya tidak bermaksud menghina pihak siapa pun. Bukti nyata adalah bukti nyata.
My point is, Baik ada agama atau tidak, orang yg baik akan melakukan hal yg baik. Orang yg jahat akan melakukan hal yg jahat. Akan tetapi, orang yg baik melakukan hal yg jahat itu sering kali didasarkan agama.
Hal yg jahat ini contohnya adalah perang, pembantaian sesama manusia dsb. Orang baik ini punya tujuan baik. (dalam hal ini, definisi baik adalah melakukan ajaran agama secara penuh). Tetapi apa yg dilakukannya, tanpa dia sadari, mereka telah melangkahi hak asasi sesama nya.
by the way, sebelum saya lupa, keputusan maaf dari Vatikan utk masalah Galileo Galilei itu baru disampaikan setelah 300 tahun wafatnya Galileo. Sangat konyol sekali bukan?
Sounds like, one of the pillar “tradisi” is to shut the people up when it challenges the catholic dogma.
Sounds like, definisi baik ini mulai berubah dari melakukan ajaran agama secara penuh, pelan pelan berubah menjadi Kemanusiaan yg Adil dan Beradab.
Tulisan saya ini mungkin saja anda sensor karena anda takut para pembaca lainnya mulai membuka mata dan melihat kejadian yg sesungguhnya.
Akan tetapi saya percaya, melalui perbedaan pendapat, manusia dapat berkembang dan khususnya pendapat tsb didasarkan oleh bukti nyata.
Bukti yg nyata itu tidak bisa hanya berdasarkan bukti yg tertulis pada ayat2 di bible. Bukti yg berdasarkan ayat2 di kitab, bisa disangkal dengan mudah.
Contohnya,
1.pengikut Islam pun dapat membuka Quran Bab 5 ayat 72 yg bunyi nya kira kira menyatakan bahwa barang siapa yg menyembah Yesus adalah Tuhan, maka hukumannya adalah neraka.
2.Dalam kitab Tripitaka dan Weda, Yesus itu bukan Tuhan.
3. Jika ada yg mengatakan ada 28000 denominasi dalam kritiani… saya tambahkan, ada 3800 makhluk supranatural, dan 2700 diantaranya masuk kategori Sang Maha Pencipta. Dengan demikian ada 2699 agama lain yg punya kitab masing masing yg tidak percaya bahwa Yesus itu Tuhan. Total populasi mereka di dunia paling sedikit adalah 4 milliard jiwa.
menunggu reply anda,
Henry
PS:
Science is the ONLY way to find the truth. Because, science is so humble to admit its mistakes when there are new findings with strong facts and evidences that proves it’s wrong.
Shalom Henry,
Terima kasih atas tanggapan anda. Menurut anda apakah kondisi dari sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh Paus bersifat infallible? Setelah anda tahu kondisi tersebut, silakan menilai apakah keputusan tersebut bersifat infallible atau tidak. Tentang apa yang terjadi pada Galileo Galilei, silakan melihat link ini – silakan klik, dan klik ini. Tentang apakah Paus mendukung Hitler, silakan untuk melihat link ini – silakan klik, di mana dikutip tulisan dari Pinchas E Lapide, seorang Yahudi:
Dan komentar-komentar anda yang lain, sebenarnya juga tidak terlalu fokus pada diskusi. Saya sarankan anda untuk memilih satu topik yang ingin anda diskusikan, sehingga argumentasi yang anda susun juga dapat terfokus dan lebih terstruktur. Kita dapat mulai diskusi dari satu hal yang mendasar, apakah Tuhan ada atau tidak. Silakan membaca artikel ini terlebih dahullu – silakan klik dan klik ini. Dengan demikian, diskusi tidak sebentar lari dari Galileo Galilee, Hitler, Musa, Martin Luther King, Keperawanan Maria, pembantaian di Kitab Suci, dll. Semoga hal ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Henry,
Apa yang saudara utarakan sudah banyak dibahas dalam forum ini.
Satu hal yang agak janggal, pertanyaan katolisitas tentang Martin Luther anda jawab dengan tokoh lain yaitu Martin Luther King. Apakah ini hanya sekedar kekeliruan? Bagi saya itu cukup mendasar.
GBU
Salam damai dlm kasih Tuhan Jesus bagi kita semua,
Sudah 1 thn berlalu namun tidak ada tanggapan dari John Henry (atau di halaman artikel lain? Tolong ditunjukkan jika ada kelanjutannya).
Saya awam sekali dalam hal sejarah Magisterium dan Tradisi Suci. Barangkali perlu dijelaskan “teknis” dan kriteria suatu tulisan dapat dimasukkan dlm daftar Alkitab. Jika sudah pernah ditulis dlm Katolisitas, tolong ditunjukkan juga halamannya.
Saya pernah mendengar penjelasan bahwa Gereja Perdana menentukan tulisan2 yg akan dikanonisasikan berdasarkan bbrp kriteria:
1] tulisan2 tsb sesuai dengan kesaksian para rasul, dan/atau tidak bertentangan dengan pengertian/ajaran yg diterima para rasul dari Tuhan Jesus. Dan setelah para rasul menjadi martir/wafat usia lanjut, kesaksian dan pengertian tsb diwariskan kepada murid2 dari rasul2, dan murid2 tsb mewariskannya kepada murid2 berikutnya; demikian seterusnya. (Kesaksian dan pengertian inikah yg termasuk Tradisi Suci?).
2] Tulisan tsb disetujui/diterima baik oleh berbagai gereja lokal yg tersebar di sekitar Laut Tengah (Jerusalem, Anthiokhia, Roma, Alexandria, wilayah Junani dsb). (Yg belum jelas untuk saya, apakah tulisan tsb diterima secara aklamasi berdasarkan musyawarah-mufakat atau kadang2 melalui voting).
3] Tulisan tsb tidak menimbulkan keributan/pertentangan dlm jemaat lokal maupun antara pemimpin2 gereja lokal.
4] Berkaitan dgn no. 3, tulisan tsb dipahami, atau akhirnya dpt dipahami setelah ada penjelasan (misalnya Kitab Wahyu Johanes yg penuh perlambang).
Yg ingin saya tanyakan, apakah betul itu kriterianya atau ada yg lain lagi dan yg spesial untuk kasus2 tertentu. Mohon juga dijelaskan sejarah dan “teknis/mekanisme” kanonisasi itu.
Terima kasih sebelumnya.
Shalom Herman-wib,
Nampaknya apa yang Anda sampaikan kurang lebih benar. Berikut ini adalah tambahan keterangan yang disampaikan oleh Rm. Indra Sanjaya Pr.:
Yang mau dicapai dengan usaha kanonisasi Kitab Suci adalah menentukan tulisan mana yang memuat ajaran Yesus yang otentik. Ini penting karena pada waktu itu ada banyak tulisan yang mengklaim diri tulisan Yesus (dan para rasul).
Oleh karena itu dibuat semacam kriteria:
1. Apostolisitas: tulisan yang berasal dari para rasul atau mereka yang berkaitan dengan para rasul bisa menjadi bagian dari kanon. Mengapa? Karena para rasul yang hidup bersama Yesus merupakan saksi otentik dari ajaran Yesus.
2. Katolisitas: tulisan tersebut dipakai di seluruh daerah.
3. Ortodoksi: tulisan tersebut mengajarkan ajaran Tuhan yang benar. Kriteria ini sebenarnya yang paling penting, karena memang inilah yang dicari.
4. Usia: tulisan-tulisan itu mesti tidak melewati zaman para rasul. Oleh karena itu, sebuah tulisan yang bagus sekalipun tidak bisa masuk kanon jika ditulis pada periode sesudah para rasul.
Demikian, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom,
Terima kasih. Kriterianya, [A-K-O-U], lebih ringkas dan mudah mengingatnya serta lebih mudah menyampaikannya kepada anak2 kami.
Sekali lagi terima kasih.
saudara Henry ini menurut saya sama dan sebangun dengan [edit: orang-orang] yang tidak suka dengan Amerika namun selalu menggunakan teknologi Amerika (internet, FB, twitter, jeans, dsb). Ini adalah sikap yang tidak konsisten. kalau tidak mau akui/hargai Tradisi Suci dan Magisterium Gereja ya jangan pakai Kitab suci yang sudah dikanonisasi oleh Katolik dong. Kalau tidak suka amerika ya jangan pake internet, fb, twitter, jeans, cocacola dsb dong.
Saya hanya mau percaya pada omongan orang yang konsisten orang yang tidak konsisten alias tidak punya integritas tidak akan pernah saya percayai.
per mariam ad Iesum
Seorang Bapa tidak akan memberikan contoh yang buruk/jelek kepada anaknya !. Bagaimana mungkin seorang Bapa akan tega memberikan anaknya ular atau kala jengking ketika anaknya meminta roti ? Semua tradisi Gereja adalah positif. Bukankah Roh Kudus selalu mengawal Gereja melintasi jaman ? Lihat Konsili Vatikan II, suatu karya Roh Kudus yang luar biasa. Selangkah lebih maju! Karena Gereja selalu ber-Agiornamento.
Tetap menjadi sumber air bening yang melimpah airnya….
Alkitab saja?
Saya mau bertanya kepada umat Protestan yang bisa menjawab pertanyaan ini………….dan tolong ada umat Protestan yang bisa menjawab ini:
Coba anda urut-urut kan tata cara ibadah orang orang Yahudi (urut-urutannya) dan bagaimana tata cara pengurbanan binatang di Bait Allah jaman Perjanjian Lama berdasarkan ayat2nya . Saya hanya ingin mengetahui kalau kalau di alkitab ada jawabannya…Kalau-kalau ada yang bisa menjawab pertanyaan ini berdasarkan alkitab dan bisa merekonstruksikan kembali tata caranya…Saya akan sangat mengapresiasi beliau itu yang bisa merekonstruksikannya.
Kalau tidak ada yang menjawab pertanyaan ini maka gugurlah semua argumen saudara2 bahwa “hanya alkitab”/”sola scriptura”. Karna bagaimana mungkin hal yang sangat penting tentang tata cara penyembelihan kurban tidak tercantumkan dalam Perjanjian Lama? Satu pertanyaan Ini saja sudah meruntuhkan prinsip “sola scriptura”…dan menusuk tepat di jantungnya “sola scriptura” sampai bleeding….
[dari katolisitas: hanya penganut Sola Scriptura akan mengatakan bahwa Sola Scriptura adalah bukan doktrin agama Yahudi, namun Kristen. Dan karena karena Yesus telah memperbaharui korban – karena Dia sendiri adalah korban – maka tata cara korban seperti yang dilakukan dalam agama Yahudi tidak lagi diperlukan, dan oleh sebab itu, tidak perlu dituliskan di Alkitab.]
Salam damai sejahtera
Dear Johanes
Jika anda ingin tahu tata cara ibadah orang orang Yahudi (urut-urutannya) dan bagaimana tata cara pengurbanan binatang di Bait Allah jaman Perjanjian Lama berdasarkan ayat2nya .
Cobalah anda pelajari kembali kitab KELUARAN mulai pasal 25 sampai pasal 40 , disana akan saudara temukan semua jawabannya.
Dan jika saudara ingin mengetahui , sampai dimana TINGKATAN ROHANI saudara, pelajari baik2 tentang pelajaran KEMAH SUCI (Bait Allah).
Semuanya tertulis dengan jelas dan terperinci hanya di dalam Alkitab
Jadi jangan sia-sia kan kesempatan yang indah ini, pelajari baik-baik dan camkan , supaya anda juga tahu sampai dimana tingkat rohani saudara saat ini.
Salam
Mac : 16.Februari.2010
Syukur kepada Allah, Katolisitas memberikan penjelasan yang masuk akal mengenai “Sola Scriptura”. Semoga teman-teman Katolik makin bangga dan percaya diri akan kenyataan kebenaran mengenai kedudukan Alkitab yaitu Alkitab ada dalam Gereja kita, bukan sebaliknya paham beberapa saudara yg beranggapan bahwa “Gereja dalam Alkitab” yang di akal sehat terasa aneh. Terima kasih Katolisitas. Salam: Isa Inigo.
@Isa: Benar..semoga semakin banyak mata yang terbuka dan melihat kebenaran yang tidak sepotong sepotong Semoga semua domba kembali ke satu kawanan dengan satu gembala.
Comments are closed.