Sumber gambar: http://quotesgram.com/quotes-of-the-sower-parable/

[Hari Minggu Biasa ke XV: Yes 55:10-11; Mzm 65:10-14; Rm 8:18-23; Mat 13:1-23]

Belum lama ini, di dekat rumah kami dibuka sebuah supermarket. Di sana dijual berbagai sayuran dan buah-buahan segar yang sangat apik ditata. Ada banyak orang yang memanfaatkan kemudahan ini, untuk singgah dan berbelanja di tempat yang nyaman dan tetap buka sampai malam hari. Demikianlah pemandangan umum di kota-kota besar. Orang-orang kota terbiasa membeli hasil bumi, tanpa memikirkan susah payahnya para petani yang menanam dan mengusahakannya. Keadaan ini mungkin jauh berbeda dengan keadaan masyarakat di zaman Yesus, yang akrab dengan kehidupan  bercocok tanam, mengusahakan ladang, memelihara ternak, dst. Tak mengherankan Yesus banyak mengambil perumpamaan-perumpamaan sehubungan dengan hal-hal tersebut. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa perumpamaan itu tidak relevan bagi kita. Sebab pada intinya, setiap orang yang berkerja, pasti mengharapkan ada hasil yang nyata dari pekerjaannya itu. Singkatnya, dalam berbagai cara, kita mengharapkan hasil atau buah dari usaha kita. Seorang guru, pasti mengharapkan agar murid-muridnya dapat mengerti apa yang diajarkannya dan dapat berhasil dalam studi mereka. Seorang dokter pasti mengharapkan pasien yang dirawatnya dapat sembuh. Seorang pengusaha pasti menghendaki usahanya lancar dan menghasilkan keuntungan. Seorang seniman, pasti mengusahakan agar karyanya menghasilkan keindahan dan dapat berguna atau dihargai orang lain. Singkatnya, tidak ada orang yang menghendaki  agar pekerjaannya sia-sia belaka. Demikian pula Tuhan.

Di Bacaan Pertama, kita mendengar betapa Tuhan menghendaki agar firman yang keluar dari mulut-Nya tidak kembali kepada-Nya dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya (lih. Yes 55:11). Artinya, Tuhan mengharapkan agar kita semua yang telah mendengarkan firman-Nya, dapat berbuah bagi-Nya. Yaitu, dengan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya sebagaimana dinyatakan-Nya dalam firman-Nya itu. Hmm… bukankah kita terhitung cukup sering mendengarkan firman Tuhan? Namun masalahnya, sudahkah kita tekun melaksanakannya? Sudahkah kita menghasilkan buah bagi Tuhan? Ini menjadi permenungan bagi kita semua. Bacaan Injil hari ini juga mengingatkan kita untuk memeriksa batin kita, akan bagaimanakah kira-kira sikap kita terhadap benih firman Tuhan yang kita dengar tiap tiap hari. Sebab jika kita mengacuhkannya, ini seumpama seperti benih yang jatuh di pinggir jalan. Jika kita memberi sedikit perhatian namun tidak membiarkan firman itu berakar dalam kehidupan kita, maka itu bagaikan benih yang jatuh di tanah berbatu. Tumbuh hanya sebentar, lalu mati. Atau kalau kita menerima firman itu, namun kita mudah dikuasai kekhawatiran dan pemikiran akan banyak hal, maka itu menjadi seperti benih yang ditaburkan di semak berduri: terhimpit dan mati. Padahal yang dikehendaki Allah adalah kita menerima firman-Nya dan membiarkannya bertumbuh dan menghasilkan buah, bagaikan benih yang jatuh di tanah yang subur.

Bagaimana supaya kita dapat berbuah? Injil hari ini mengatakan, pertama-tama kita harus “mendengarkan firman itu dan mengerti” (Mat 13:23). Karena itu, penting bagi kita untuk belajar “mendengarkan” firman Tuhan. Mendengarkan. Sepertinya sederhana, tetapi di dunia sekarang ini, yang demikian sibuk, riuh dan serba cepat, nampaknya “mendengarkan” bukan perbuatan yang mudah. Apalagi jika yang mau kita dengarkan tidak secara fisik nampak dan mudah kita kenali sebagai firman dan kehendak Allah bagi kita. Itulah sebabnya, adalah baik jika kita terbiasa membaca dan meresapkan firman Tuhan di rumah sebelum mengikuti Misa Kudus, agar saat kita dengarkan kembali di gereja dalam Misa Kudus, kita dapat lebih sungguh untuk mendengarkan firman itu dan memahaminya. Supaya ketika kita telah memahaminya, kita dapat melaksanakannya dan menghasilkan buah, yaitu: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22). Buah Roh Kudus yang ada pada kita menjadi tanda berakarnya firman Tuhan di dalam diri kita. Semakin teguh firman Tuhan berakar dan bertumbuh di dalam kita, semakin berlimpahlah buahnya. Kita semua merindukan hal ini, dan semoga Tuhan Yesus berkenan mencurahkan hujan rahmat-Nya agar benih firman-Nya yang kita dengar hari ini dapat bertumbuh subur dan berakar kuat di tanah hati kita!

Bacaan Injil hari ini juga menyatakan bahwa untuk memahami firman Tuhan, kita tidak dapat mengandalkan kemampuan kita sendiri. Sebab jika kita mengandalkan kemampuan dan kehendak manusia, kita dapat  terjebak pada sikap yang menyerupai sikap para ahli Taurat dan Farisi: “Sekalipun mereka melihat, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti” (Mat 13:13). Maka  ada suatu syarat tertentu, agar kita dapat mengerti makna yang ingin disampaikan oleh Tuhan melalui firman-Nya. Syarat ini adalah: datang tinggal dekat bersama Yesus. Dalam kisah Injil, hal ini dinyatakan dengan kebersamaan dengan-Nya, di dalam perahu yang ditumpangiNya. Sebab kepada orang banyak yang berdiri di pantai, Yesus hanya mengisahkan perumpamaan tersebut Namun arti perumpamaan itu hanya disampaikanNya kepada para murid-Nya yang “datang dan bertanya kepada-Nya” (Mat 13:10).  St. Hilarius mengatakan, “.. Ada alasan sehubungan dengan pengajaran-Nya, mengapa Tuhan harus duduk di dalam perahu dan orang banyak berdiri di tepi pantai. Sebab Ia hendak berbicara dalam perumpamaan, dan dengan tindakan ini menandai bahwa mereka yang tanpa Gereja, tidak dapat memahami Sabda Ilahi. Perahu menunjukkan sebuah tipe Gereja, yang di dalamnya sabda kehidupan ditempatkan dan diwartakan kepada mereka yang di luarnya, dan kepada mereka yang bagaikan pasir yang gersang, tidak dapat memahaminya…” (St. Hilary, Catena Aurea, Mat 13:1-9).

Saudara saudariku yang terkasih, mari kita mengingat panggilan kita sebagai murid-murid Kristus yang telah dibawanya begitu dekat di dalam ‘perahu’-Nya, yaitu Gereja-Nya. Marilah kita menjalani kehidupan ini dengan senantiasa datang dan tinggal bersama-Nya, dalam Gereja-Nya, agar rahmat-Nya tercurah atas kita. Sehingga dengan demikian, kita dapat memahami sabda-Nya, melaksanakan-Nya, hidup dalam damai sejahtera dan menghasilkan buah-buah rohani untuk kemuliaan nama Tuhan.

Terima kasih Tuhan, karena Engkau memberkati umat-Mu dengan damai sejahtera. Engkau dengan setia menaburkan benih firman-Mu ke dalam hatiku dan menyiraminya dengan rahmat. Semoga tanah hatiku dapat menjadi tanah yang subur sehingga dapat menghasilkan buah bagi-Mu seturut kehendak-Mu. Amin.