Perjanjian Lama harus dimengerti dalam terang Perjanjian Baru

Berapa banyak dari kita yang mengalami kesulitan dalam membaca Perjanjian Lama atau mungkin ada dari antara kita yang menganggap bahwa Perjanjian Lama tidak penting? Padahal Perjanjian Lama memuat pengajaran yang sangat penting sebagai dasar iman kita, karena kitab Perjanjian Lama adalah 2/3 bagian dari keseluruhan Alkitab yang diilhami oleh Allah sendiri, yang secara umum memuat nubuat tentang Yesus Kristus dan mempersiapkan umat Allah akan kedatangan Putera Tunggal Allah itu. Maka, dalam mempelajari Perjanjian Lama, kita harus selalu melihatnya dalam terang Perjanjian Baru. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

KGK, 121: Perjanjian Lama adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Kitab Suci. Buku-bukunya diilhami secara ilahi dan tetap memiliki nilainya (Bdk. DV 14.) karena Perjanjian Lama tidak pernah dibatalkan.

KGK, 122: “Tata keselamatan Perjanjian Lama terutama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Penebus seluruh dunia.” Meskipun kitab-kitab Perjanjian Lama “juga mencantum hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati. … Kitab-kitab itu mencantum ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan, akhirnya secara terselubung [mereka] mengemban rahasia keselamatan kita” (DV 15).

KGK, 123: Umat Kristen menghormati Perjanjian Lama sebagai Sabda Allah yang benar. Gereja tetap menolak dengan tegas gagasan untuk menghilangkan Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru sudah menggantikannya [Markionisme].

Dari dokumen tersebut, kita melihat pentingnya Perjanjian Lama, terutama kita dapat melihat rancangan keselamatan Allah. Kalau kita menghilangkan Perjanjian Lama, maka sama saja dengan kita membaca suatu novel, tidak mengerti cerita awalnya, dan hanya membaca 1/3 bagian akhir dari novel tersebut. Yang menjadi tantangan dalam membaca Perjanjian Lama memang adalah, kita harus mengerti kaitannya dengan ayat-ayat lain, dan juga budaya pada waktu kitab itu dituliskan, yang memang sulit dimengerti karena kita terpisah begitu jauh dari masa itu. Namun, kita tidak boleh berputus ada kalau kita tidak mengerti, karena kita dapat melihat dokumen-dokumen Gereja maupun apa yang dikatakan oleh Bapa Gereja. Dan tentu saja mohon agar Roh Kudus memberikan pengertian kepada kita.

Sebagai contoh adalah bagaimana kita mengartikan Tuhan yang kalah bergulat dengan Yakub. Dikatakan di Kitab Kejadian 32:24-28

24. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.
25  Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu.
26  Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.
27. Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.”
28. Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.

Yakub, sang pembohong

Yakub adalah anak kedua dari Ishak, dan adik dari Esau. Yakub mengambil keutungan dari Esau, sehingga Esau menukar haknya sebagai putera sulung dengan makanan yang dibuat oleh Yakub (lih. Kej 25:29-34). Dan kemudian Yakub menipu Esau, sehingga akhirnya Yakublah yang mendapatkan berkat dari Ishak (lih. Kej 27:1-33). Kemudian Yakub melarikan diri karena ketakutan, dan bekerja pada pamannya, Laban. Namun, Laban kemudian juga menipu Yakub dengan memberikan Lea kepada Yakub dan bukan Rahel (lih. Kej 29:23-27), meskipun akhirnya Yakub berhasil memperistri Rahel setelah bekerja kepada Laban tujuh tahun lagi (lih. Kej. 29:30). Namun, kemudian Yakub menipu Laban dengan memberi tanda kepada kambing-kambing domba yang kuat, sehingga menjadi milik Yakub (lih. Kej 30:32-43). Dan kemudian Yakub beserta dengan istri-istri dan anak-anak, dan segala pelayan dan hartanya pergi meninggalkan Laban dan pulang ke negeri asalnya.

Yakub, yang ketakutan

Nah, dalam perjalanan pulang di bab 32 dari Kitab Kejadian, diceritakan bagaimana Yakub ketakutan ketika mendengar bahwa Esau, kakaknya beserta dengan 400 orang datang untuk menemuinya. Dan apa yang dilakukannya? Karena dia terbiasa untuk berbohong, maka dia dengan cepat memutar otaknya. Dengan kecerdikannya, dia mencoba memberikan persembahan kepada Esau (lih. Kej 32:14-20), agar Esau tidak membunuhnya. Dia mengirim pelayan-pelayannya beserta dengan ternak-ternaknya. Dan Dia juga mengirim dua istrinya, dua budak perempuannya dan ke sebelas anak-anaknya untuk menyeberangi sungai Yabok. Namun, Yakub sendiri tinggal seorang diri di perkemahan.

Yakub, yang bergulat dengan malaikat Tuhan

Di dalam kesendiriannya, di tepi sungai Yabok, Yakub bergulat dengan malaikat Tuhan sampai fajar menyingsing. Kalau kita merenungkan, apakah bergulat dapat digambarkan sebagai suatu pergulatan fisik dengan malaikat Tuhan? Mungkin saja hal ini terjadi. Namun secara fisik, sebenarnya manusia tidak mungkin mengalahkan malaikat Tuhan, kecuali malaikat Tuhan tersebut mengalah kepada Yakub.

Namun makna yang lebih dalam dari hal ini adalah makna spiritual. Yakub, mungkin dalam kesendiriannya telah membayangkan akan kemarahan dari Esau yang telah ditipunya dan ada kemungkinan Esau akan membunuhnya. Dia teringat akan segala tipu muslihatnya, sehingga ia berhasil membohongi Ishak, yang menyebabkan Esau kehilangan berkat sebagai anak pertama. Dan Yakub pasti ketakutan akan resiko yang akan dialaminya kalau dia bertemu dengan kakaknya. Dia mengungkapkan ketakutannya dengan doa “Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya.” (Kej 32:11)

Dalam situasi seperti inilah, Yakub tidak mempunyai pegangan apapun selain kepada janji yang telah diterimanya dari Allah, yang mengatakan “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau.” (Kej 31:3) Dan Yakub juga berpegang pada berkat yang diterimanya dari ayahnya, sehingga dia mengatakan “Bukankah Engkau telah berfirman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu dan menjadikan keturunanmu sebagai pasir di laut, yang karena banyaknya tidak dapat dihitung.” (Kej 32:12; lih. juga Kej 28:3-4). Namun, janji Tuhan ini tidaklah cukup bagi Yakub. Dia menginginkan suatu pengalaman yang dapat dirasakannya, pengalaman yang benar-benar dapat merubahnya. Dan di sinilah terjadi suatu drama pergulatan antara Yakub dengan malaikat Tuhan.

Yakub, yang memenangkan pergulatan doa

Pergulatan ini melambangkan suatu pergumulan doa. Katekismus Gereja Katolik mengatakan “Doa Abraham dan Yakub itu bagaikan satu perjuangan iman yang dilakukan dalam kepercayaan kepada kesetiaan Allah, dalam kepastian, kemenangan yang dijanjikan kepada orang yang tabah.” (KGK, 2592) Yakub yang tahu bahwa harapan satu-satunya untuk menyelamatkan hidupnya hanyalah Tuhan dan janji setia-Nya yang akan mendampingi dan menjadikan keturunannya sebanyak pasir di laut, yang tak terhitung banyaknya. Oleh karena itu, Yakub terus-menurus memohon dan bergulat dengan Tuhan di dalam doa sampai fajar menyingsing (lih. Kej 32:24). Dia terus berjuang di dalam doa, percaya akan janji Allah yang pasti akan ditepati-Nya. Dia terus berjuang dan tidak mengijinkan malaikat Tuhan untuk pergi sebelum dia memberkatinya. Percaya akan janji Tuhan dan dengan penuh perjuangan dan keyakinan, Yakub mengatakan “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” (Kej 32:26)

Dan menarik sekali apa yang ditanyakan oleh malaikat Tuhan. Berkat yang diminta oleh Yakub dipenuhi dalam pertanyaan dan pernyataan dari malaikat Tuhan. Malaikat Tuhan bertanya “siapakah namamu?” Pada saat seseorang menanyakan nama, maka yang ditanyakan adalah keseluruhan dari diri orang tersebut. Dan Yakub mengatakan bahwa namanya adalah Yakub. Nama, dimana Esau berkata “Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku.” (Kej 27:36). Nama, Yakub seolah-olah menjadi identik dengan penipu. Dan memang tepatlah konotasi penipu pada diri Yakub, mengingat ada banyak penipuan yang dilakukannya selama dalam hidupnya.

Dalam perjuangan doa, maka Tuhan akan bertanya kepada diri kita masing-masing, “Siapakah namamu”, yang berarti: Bagaimanakah kehidupanmu? Bagaimana relasimu dengan-Ku? Apakah engkau telah berdosa hari ini? Apakah engkau tetap menjadi anak-anak Allah? Dan pada saat seseorang menyadari pertanyaan-pertanyaan ini, yang berarti seseorang memeriksa batinnya secara teliti, maka janganlah terkejut kalau Tuhan akan merubah kehidupannya, merubah namanya.

Malaikat tersebut mengatakan “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” (Kej 32:28) Nama Yakub yang berkonotasi penipu, yang berarti mengandalkan segala cara untuk kepentingannya sendiri, sekarang menjadi Israel, yang berarti “yang bergumul dengan Allah” atau “Tuhan menang” (God prevails, lih. Brown Driver Briggs’ Hebrew definitions). Namun dikatakan di ayat tersebut bahwa dalam pergumulan tersebut, Yakub menang. Dengan demikian kemenangan Yakub terletak pada kemenangan Allah. Kita dapat menang dalam pergumulan doa, kalau Allah menang dan kita mengikuti jalan-Nya dan kita mau merubah kehidupan kita yang kelam untuk dapat semakin dekat dengan Tuhan, sehingga Tuhan senantiasa meraja dalam kehidupan kita. Kemenangan seseorang di dalam doa, bukanlah Tuhan yang mengikuti keinginan kita, namun kitalah yang mengikuti keinginan Tuhan. Kemenangan Tuhan ditandai dengan terpukulnya sendi pangkal paha Yakub (lih. Kej 32:25), sehingga dia harus berjalan pincang seumur hidupnya (lih. Kej 32:31). Orang yang telah diubah oleh Tuhan, memang seharusnya mempunyai suatu perubahan yang terjadi di dalam kehidupannya. Dan perubahan ini memang dapat terlihat sebagai suatu pengorbanan, namun pengorbanan yang membawa kebahagiaan.

Yakub, yang menjadi manusia baru (Israel)

Yakub telah manusia baru, yang diubah oleh Tuhan dalam pergulatan doa. Sebelum pergulatan tersebut, Yakub ketakutan, ingin berjalan paling belakang, setelah hewan-hewan dan pelayan-pelayannya, dan juga istri dan anak-anaknya, sehingga setiap saat, mungkin dia dapat melarikan dirinya kalau ternyata Esau ingin membunuhnya. Namun, apakah yang terjadi setelah pergumulan tersebut? Dia bukan lagi menjadi seorang penipu yang pengecut. Namun, “ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu.” (Kej 33:3). Dia tidak takut lagi kalau kakaknya membunuhnya. Yakub yang ketakutan menjadi begitu berani dan mengemban tugas sebagai kepala keluarga dengan baik, yang nantinya menjadi bangsa Israel. Dia berjalan di depan, memimpin istri-istri dan anak-anaknya, serta seluruh hewan-hewan beserta dengan pelayan-pelayannya dalam menghadapi setiap kesulitan. Dan keberanian dan kejujuran ini membawa perdamaian dengan Esau, orang yang ditipunya. Ketakutan berganti menjadi kedamaian. Dan inilah kemenangan yang dimaksudkan dengan kemenangannya dalam bergulat melawan Allah. Kemenangan inilah yang melahirkan Israel, bangsa yang dipersiapkan Allah untuk menjadi umat pilihan-Nya.

Gereja adalah Israel yang baru

Israel adalah suatu gambaran dari Gereja, sehingga Gereja disebut Israel yang baru (Lumen Gentium, 9). Sama seperti Yakub melahirkan dua belas suku Israel, maka di dalam Perjanjian Baru, Kristus memulai karyanya dengan dua belas rasul. Setelah kematian Yesus, kita tahu bahwa bahwa para murid ketakutan dan tidak berani bersaksi apapun. Mereka berpencar dan bersembunyi dalam ketakutan. Sama seperti Yakub yang bergumul dengan Tuhan sampai fajar menyingsing, para murid juga bergumul dengan Tuhan. Kalau Yakub bergumul dengan Tuhan sendirian, maka para murid bergumul dengan Tuhan bersama-sama dengan Bunda Maria. Mereka tidak berhenti bergumul dengan Tuhan, sampai berkat yang dijanjikan oleh Yesus datang (lih. Yoh 14:26) Berkat ini adalah berupa lidah-lidah api, yaitu Roh Kudus, yang mengajarkan segala sesuatu kepada para murid tentang apa yang telah dikatakan oleh Yesus.

Dan dalam pergulatan ini, para murid telah menang seperti Yakub. Para murid yang tadinya penakut, kemudian mendapatkan gelar yang baru, yaitu “Israel yang baru” atau “Gereja“. Gereja inilah yang dimanifestasikan secara penuh pada hari Pentakosta, dengan manifestasi Roh Kudus, yang memberikan keberaniaan kepada para murid untuk bersaksi tentang Kristus. Petrus yang menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, pada hari Pentakosta menjadi manusia yang baru, yang berani mewartakan Kristus dan berkata “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kis 2:38) Inilah kemenangan yang baru, dimana Gereja menjalankan misinya seperti yang diperintahkan oleh Kristus “19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20).

Kesimpulan

Kita melihat, bahwa Perjanjian Lama kalau dimengerti dalam terang Perjanjian Baru mempunyai pesan yang begitu indah dan penuh makna. Oleh karena itu, kita harus mencoba mendalami Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dari beberapa interpretasi di atas, kita dapat melihat tipologi, yaitu menarik benang merah antara apa yang terjadi di dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Yakub yang ketakutan akan kemungkinan dibunuh Esau, mempunyai kesamaan dengan para murid di Perjanjian Baru yang ketakutan dari pembunuhan kaum Farisi. Yakub dan para murid menyadari bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat menyelesaikan permasalah mereka, sehingga Yakub bergelut dengan Tuhan di dalam doa di tepi sungai Yabok, sedangkan para murid berserta dengan Maria bergelut dengan Tuhan di “upper room“.

Kalau Yakub bergelut dengan malaikat Tuhan dan menang, sehingga namanya diubah menjadi Israel, maka di dalam Perjanjian Baru, pada peristiwa Pentakosta, kemenangan para murid ditandai dengan lahirnya Gereja, Israel yang baru. Yakub yang berjalan timpang setelah bergelut dengan malaikat Tuhan, juga dialami oleh para murid, di mana mereka menanggung begitu banyak penganiayaan, bahkan rela menjadi martir. Namun mereka semua mengalami perubahan dari dalam: Yakub yang takut dan berjalan di belakang menjadi pemimpin dan berjalan di muka, para murid yang takut dan bersembunyi, menjadi pewarta dan memberitakan Kristus tanpa takut dihukum. Dan itulah efek kemenangan dalam bergulat melawan Tuhan di dalam doa. Kemenangan ini terletak bukan pada terpenuhinya keinginan kita, namun pada merajanya keinginan Tuhan dalam kehidupan kita dan kekuatan yang diberikan Tuhan untuk mengemban misi yang diberikan oleh Tuhan dalam kehidupan kita.

Marilah, kita bersama-sama bergulat dengan Tuhan, dengan terus bertekun di dalam doa, seperti yang dilakukan oleh Yakub dan para murid. Kita terus bertekun dalam doa, sampai kita mendapatkan Pentakosta yang baru, sehingga hati kita dipenuhi dengan Roh Kudus-Nya, sehingga kita senantiasa mempunyai kekuatan untuk senantiasa melaksanakan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita. Dan mungkin Tuhan akan memberikan nama yang baru kepada kita masing-masing, untuk mengemban misi khusus yang diberikan kepada Tuhan kepada kita masing-masing.

22 COMMENTS

  1. Kej 32:24 Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.
    Kej 32:28 Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.

    Bagaimana “membayangkan” peristiwa ini?
    Yakub bergulat/bergumul melawan Allah dan manusia?
    Maksudnya wujudnya manusia tapi Tuhan, begitu?
    Dari http://haydock1859.tripod.com/id359.html menjelaskan itu adalah Malaikat, saya jadi bingung.

    • Shalom John,

      Dalam PL, kita sering melihat bahwa Tuhan dapat menampakkan diri dalam malaikat Tuhan. Kita dapat melihat dalam Kel 3:2 “Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.” Silakan membandingkannya dengan Kej 16:7, 13, 18:1-33, 21:17-18, 22:11, 31:11-13; Hak 2:1, 6:11-24, 13:21-22. Dengan demikian, pergumulan tersebut entah dengan “seorang laki-laki” (Kej 32:24-26), atau Allah (Kej 32:28,30), atau diartikan malaikat seperti dalam beberapa interpretasi Kitab Suci, maka kita dapat mengartikannya bahwa Yakub telah bergumul dengan Allah. Pergumulan dengan Allah ini adalah pergumulan dalam doa. Kalau Yakub menang dalam pergumulan dengan Allah, maka dia juga pasti akan menang dalam pergumulannya dengan manusia. Itulah sebabnya Kej 32:28 menyebutkan bahwa Yakub menang melawan pergumulan dengan Allah dan manusia. Perlu ditekankan bahwa kemenangan Yakub adalah karena Allah sendiri yang menang, yang dilambangkan dengan memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga Yakub berjalan pincang seumur hidup. Dan kemenangan pergumulan dengan Tuhan ini membuat Yakub berani menghadapi Esau dan akhirnya mereka dapat berdamai. Inilah kemenangan Yakub melawan manusia. Semoga keterangan ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Shalom, tim katolisitas,
    Mohon bisa dijelaskan tentang maksudnya “hutang darah” dalam teks KS dalam Mzm 51 : 16 Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu! Terima kasih.

    • Shalom Dewi,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Mzm 51:16 (Mzm 51:14), yang mengatakan “Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu!

      Mazmur 51 ini ditulis oleh Daud ketika dia menyadari bahwa dirinya telah berdosa karena telah berzinah dengan Batsyeba dan kemudian secara terencana membunuh Uria suami Batsyeba (lih. 2Sam 11). Kemudian melalui nabi Nathan, Tuhan mengatakan “8 Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. 9 Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. 10 Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.” (2Sam 12:8-10)

      Dalam konteks inilah, raja Daud meminta belas kasihan Tuhan, agar Tuhan melepaskan dia dari hutang darah, yaitu hutang darah Uria, yang telah dibunuh oleh Daud. Semoga jawaban singkat ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Shalom, Pak Stef,
        Terima kasih atas penjelasannya. Tapi saya masih agak bingung, mohon koreksinya kalau saya salah ya. Selama ini saya mengartikan hutang darah itu adalah dosa yang telah diperbuat oleh seseorang dianggap sebagai hutang terhadap Allah dan Allah akan memberikan pembalasan kepada orang yg telah berdosa dengan memberikan hukuman kepadanya maupun keturunannya. Nah boleh tidak saya menjelaskannya dengan kata2 seperti itu? Karena di Mazmur 51 tersebut memang awalnya dituliskan Mazmur dari Daud, ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba, namun isi dari Mazmur itu sendiri tidak menunjukkan secara langsung tentang perbuatan dosa yg telah dibuat Daud seperti yg ada di 2 Sam 12 : 8 – 10, dan walaupun di awal ayat di Mzm 51 itu dituliskan Mazmur dari Daud bukan berarti pasti Mazmur itu ditulis oleh Daud sendiri kan? Penjelasan umum tentang Mzm 51 ini saya dapat sewaktu saya mendapatkan pembekalan untuk Bulan Kitab Suci Nasional di paroki saya bln Sept kmrn, tapi tentang ayat 14 ( tentang hutang darah ) itu saya ragu2 apakah yg saya tangkap artinya seperti di atas sudah betul atau tidak. Mohon penjelasannya ya. Terima kasih

        • Shalom Dewi,

          Terima kasih atas tanggapannya. Semua dosa mempunyai dimensi vertikal dan horisontal. Dalam dimensi vertikal, dosa adalah melawan perintah Allah, sehingga setiap dosa pada dasarnya adalah melawan Allah. Dalam dimensi horisontal, dosa juga melanggar kasih terhadap sesama, sehingga orang yang berbuat dosa juga telah menyakiti sesama.

          Mazmur 51 adalah mazmur yang ditulis oleh Daud – entah dia sendiri menulis atau orang lain sesuai dengan apa yang diberikan oleh Daud. Di ayat 14 (16) dikatakan “Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu!“. Seperti yang saya jelaskan di atas, dan juga beberapa rujukan commentary psalm, maka hutang darah ini adalah merujuk kepada darah Uria. Dan karena dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa orang yang membunuh harus juga mati (lih. Im 24:21), maka Daud yang telah membunuh Uria sebenarnya memang layak untuk dihukum mati. Menyadari hal ini, maka Daud memohon kepada Sang Pemberi Hukum (Tuhan) agar dia dilepaskan dari hutang darah ini, sehingga kalau dia mengalami pengampunan Tuhan, dia dapat memberitakan belas kasih Allah kepada orang-orang.

          Dengan dasar di atas, tentu saja apa yang dialami Daud juga berlaku untuk kita semua, walaupun dengan kadar dosa yang berbeda. Jadi, hutang darah kalau diterapkan dalam kehidupan kita, mungkin adalah ketidakadilan, ketamakan, dll, yang merupakan dosa kepada Allah dan sesama. Dengan demikian, tidak ada pertentangan dengan hutang darah dalam ayat tersebut kalau dihubungkan dengan apa yang dilakukan oleh Daud kepada Uria dan penafsiran hutang darah secara umum atau luas. Semoga keterangan tambahan ini dapat menjawab pertanyaan anda.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • Shalom P. Stef,
            Terima kasih sekali lagi untuk penjelasannya. Sudah jelas dan tidak bingung lagi…^_^

  3. Shalom katolisitas
    Pak Stef dan bu Ingrid

    Saya minta konfirmasi arti dari ayat tersebut dibawah ini..sehubungan pertanyaan bahwa, mengapa Tuhan mengizinkan malapetaka seperti ini terjadi

    2Sam 12:10 Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.

    2Sam 12:11 Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.

    2Sam 12:12 Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.”

    Terima kasih.

    Salam damai dalam Kristus
    Felix Sugiharto

    • Shalom Felix Sugiharto,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Saya telah menjawab pertanyaan serupa di sini – silakan klik. Secara prinsip, dosa mempunyai konsekuensi. Oleh karena itu, orang yang berdosa harus menanggung akibat dosa, baik di dunia ini maupun di kehidupan mendatang. Setiap orang yang telah berdosa akan mengalami pemurnian, baik di dunia maupun di Api Penyucian. Dan bagi yang meninggal dalam kondisi dosa berat, maka dia akan mendapat hukuman di neraka. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  4. Indah sekali, ada perubahan besar, diikuti perubahan nama.

    Yakub [ penipu ] diganti baru jadi Israel [ bergulat dg Tuhan dan Manusia dimana yakub menang]
    Abram…jadi..Abraham.
    Sarai…jadi SARA
    Saulus jadi Paulus

    apakah harus begitu?

    Abraham punya anak Ismael dan Ishak serta anak-anak yang lain.
    Ismael kemudian tidak diceritakan. Ishak lebih banyak di tulis di PL.
    Ishak punya anak Esau dan Yakub [ Israel ]
    Esau juga mengambil istri dari anak Ismael, kemudian cerita tentang Esau kurang diceritakan dibanding Israel / Yakub.

    Ismael kabarnya punya keturunan yang melahirkan Muhammad.

    Yakub sempat takut kepada Esau.
    Yakub dan kakanya Esau anak kembar yang sudah bertengkar sewaktu masih dalam perut?

    Ishak kecil selalu kalah jika bertengkar dengan Ismael yang lebih tua 12 tahunan.

    apakah hal-hal tersebut masih berlangsung hingga kini?

    salam bahagia dan damai sejahtera

    • Shalom Hendro,

      Terima kasih atas komentar dan pertanyaannya. Kita melihat di PL maupun PB bahwa nama menyatakan esensi dari orang tersebut. Oleh karena itu, pergantian nama menyatakan suatu perubahan substansial dari orang tersebut. Kita juga jangan melupakan Simon yang diberikan nama yang baru oleh Yesus sendiri menjadi Kefas (Petrus) (lih. Yoh 1:42), yang akhirnya di atas Petrus (Kefas), Yesus mendirikan Gereja-Nya (lih. Mt 16:18-19). Hal yang sama dapat kita terapkan, ketika kita menerima Sakramen Baptis, dimana kita mendapatkan nama yang baru (nama Baptis), karena manusia lama telah mati dan manusia baru telah lahir (lih. Rm 6:3-6).

      Kemudian tentang Kain – Abel, Esau – Yakub, Ishak – Ismael, semuanya menceritakan bahwa anak kedua yang diberkati oleh Tuhan. Ini melambangkan Kristus yang menjadi Adam kedua, dimana Adam pertama jatuh dalam dosa, dan Adam kedua melepaskan manusia dari dosa (lih. Rm 5:14-15). Dengan melihat tipologi, yaitu mengkaitkan apa yang terjadi di PL dengan PB, maka kita akan dapat lebih menghargai rencana keselamatan Allah, yang telah direncanakan oleh Tuhan sebelum dunia dijadikan. Semoga dapat berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

    • Syaloom Stef,
      Berkaitan dengan Ishak dan Ribka, kemudian anak kembar Esau dan Yakub.
      Saya tidak melihat banyak mengenai Esau dan Yakub, khususnya pada akhirnya, saya belasan tahun yang lalu pernah mendapat sebuah majalah kristiani yang diterbitkan di Malaysia, yang domainnya ada di negara eropa, yang mengatakan bahwa pada akhir hidup mereka adalah pergi ke Inggris ( Esau ) dan USA ( Yakub ), namun majalahnya sudah hilang kena banjir besar ’78 an.
      Mohon dapat diperjelaskan keterangan yang saya dapati dan fakta sejarahnya, bukanlah berdasarkan ceritera belaka, terima kasih.

      Hendrik Tang

      [dari katolisitas: Kami tidak pernah mendengar adanya fakta yang menghubungkan Esau pergi ke Inggris dan Yakub ke Amerika.]

  5. Salam Buat
    Pak Stef,
    saya kira penjelasan Ibu Ingrid dan Pak Stef dapat memberikan pandangan baru terhadap kritikan dari kalangan lain (Islam dan Kristen). Di negara Timor Leste telah banyak sekte yang menyebarkan agamanya dan mempengaruhi umat katolik, dan telah mendirikan tempat ibadah mereka di pelosok-pelosok, karena umat yang tak berdaya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dengan terpaksa menerima aliran mereka dengan sogokan uang dan materi lainnya. Oleh karena itu, Pendalaman Iman lewat situs ini sangat positive buat saya agar saya diperkuat dengan pengetahuan agamanya agar saya dapat menjelaskan kepada umat yang imannya lemah. ( aliran: Yahweh) dan Kristen dari Brazil.

    Tak ada koment yang saya paparkan, pada pesan ini, tetapi saya hanya kecewa atas umatnya yang tidak teguh iman akan Yesus.

    • Shalom Aquilino Amaral,
      Terima kasih atas dukungannya. Memang dalam himpitan ekonomi maupun godaan yang lain, seseorang dapat mengorbankan iman yang diyakininya demi kepentingan pribadi. Oleh karena itu, menjadi tugas dari umat Katolik yang mampu untuk dapat menolong orang-orang yang berkekurangan dan pada saat yang bersamaan membantu mereka agar mendapatkan dasar iman Katolik yang teguh, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan. Dalam situasi seperti ini, kita harus bertanya pada diri kita masing-masing, apa yang harus dan dapat saya lakukan (sesuai dengan kapasitas masing-masing) untuk dapat memperbaiki situasi dan membangun Gereja Katolik yang kita kasihi. Kita mohon kepada Roh Kudus, agar memberikan kita kebijaksanaan dan keberanian untuk bertindak.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  6. Salam Buat Pak Step dan Ibu Ingrid,

    Beberapa kalangan radikal dari Islam, mereka mengatakan Yesus adalah agama Islam, karena ada beberapa ciri khas, seperti mati tidak dipetikan, dan hidupnya sesuai dengan tradisi islam.
    Mereka menganggap bahwa roh penghibur yang di janjikan itu adalah Nabi Muhammad.

    Jelas bahwa agama islam, kalo kita telusuri bahwa mereka keturunan dari Ismail [edit: beberapa kalimat di hapus]

    dan sekarang ada lagi keributan di Malaysia, bahwa selama beberapa tahun yang lalu umat kristen di larang untuk menggunkan kata Allah, kecuali orang Islam. Karena pengadilan telah memutuskan kata Allah dapat digunakan oleh Kristen, maka kaum radikal Islam telah membakar sekitari 5 gereja di Malaysia? apa mereka di selamatkan oleh Nabi Mereka? menurut mereka Nabi Muhammad lah nabi yang diutus Allah, dan paling tinggi derajatnya diantara nabi Musa dan Tuhan Yesus. tolong jelaskan itu!

    dari Amaral, Timor-Leste
    Katolik Roman 100%

    • Shalom Aquilno Amaral,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:

      1) Yesus adalah beragama Islam? Kalau pernyataan bahwa Yesus beragama Islam didasarkan pada: mati tidak dipetikan, hidup sesuai dengan tradisi Islam, maka alasan-alasan tersebut kurang kuat. Bahwa ada begitu banyak umat Gereja perdana yang bersedia mati untuk mempertahankan iman bahwa Yesus adalah Tuhan merupakan suatu bukti bahwa agama Kristen percaya bahwa Kristus adalah Tuhan. Namun, di satu sisi, kita menyadari bahwa umat Islam tidak percaya bahwa Yesus Tuhan. Oleh karena itu, dua kenyataan ini saling bertolak belakang, sehingga tidak mungkin Yesus beragama Islam.

      2) Tentang Roh Penghibur adalah Nabi Muhammad:

      Sebenarnya tidak ada di dalam Perjanjian Baru yang mengatakan bahwa Yesus akan mengutus nabi. Yang ada adalah Yesus akan mengutus Roh Kebenaran, Roh Penghibur, Roh Kudus seperti yang tertulis berikut ini:

      Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”(Yoh 14:16-17).

      Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh 14:26).

        Jadi, saya tidak tahu dasar apa yang dipakai mengapa Roh Kebenaran, Penghibur, dan Roh Kudus, dapat diartikan sebagai Nabi Muhammad SWT. Pemenuhan janji Kristus telah terjadi pada hari Pentekosta, dimana Roh Kudus turun atas para Rasul, sehingga mereka dapat menjadi saksi Kristus yang hidup, dan mereka dapat membaptis banyak orang sebagai pemenuhan akan perintah Kristus (Lih. Kis 2:1-40). Dan Roh Kudus ini terus berkarya di dalam diri setiap umat Kristen, karena melalui Sakramen Baptis, maka seseorang dikaruniai Roh Kudus. Dan dengan terpenuhinya Alkitab, maka wahyu Tuhanpun telah terpenuhi dan tidak dapat ditambahkan lagi. Oleh karena itu, saya tidak dapat menerima bahwa agama Islam adalah penyempurnaan dari agama-agama lain, termasuk Kristen.

        3) Ishak atau Ismail? Setahu saya, dalam agama Islam dipercaya bahwa putera Abraham yang dikurbankan adalah Ismail. Sedangkan umat Yahudi dan Kristen percaya bahwa Ishaklah yang dikurbankan oleh Abraham.

        4) Pelarangan kata “Allah” di Malaysia: Silakan membaca tanya jawab ini (silakan klik). Saya rasa apa yang ditulis oleh Marina Mahathir, puteri dari Dr. Mahathir Mohammad, tentang hal ini adalah benar. Kalau umat Islam di Malaysia dapat setuju dengan apa yang ditulis oleh Marina Mahathir, maka mereka tidak perlu melakukan pembakaran, karena percaya bahwa kaum Muslim di Malaysia dapat membedakan mana agama Islam dan mana agama Kristen, dan tidak dibingungkan hanya dengan kata “Allah”, yang digunakan oleh kedua agama.

        Dan setahu saya, kaum Muslim menjunjung tinggi Yesus Kristus, namun mereka tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Tuhan. Tentang pertanyaan siapa yang paling tinggi derajatnya, maka perlu diperjelas definisi “tinggi”. Yang jelas, umat Islam mengakui bahwa Isa telah berbicara pada waktu di kandungan, yang dikandung secara ajaib, yang adalah Roh Allah, yang tanpa dosa, tanpa cacat dan kejahatan, yang dipanggil Mesias, yang merupakan kabar gembira, yang dapat memberikan kehidupan pada tanah liat, yang adalah Sabda Allah, yang adalah sabda kebenaran, dll. Dan dengan semua apa yang mereka percayai, saya rasa umat Islam menjunjung tinggi Yesus Kristus.

        Semoga keterangan di atas dapat membantu.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – http://www.katolisitas.org

    • shaloom,

      menyimak tulisan tentang terjemahan “ya Tuhan”,barusan sy dapet email dari teman yg menceritakan bahwa di malaysia ada kelompok musilm yg berdemo menuntut pemerintah disana agar melarang Gereja memakai kata “Allah”,sebab kata mereka,kata Allah merupakan “milik” Islam,dan bahwa Gereja Khatolik hanya baru2 ini memakainya dlm terjemahan Alkitab?jadi apa benar kata “Allah” adalah milik kaum muslim?

      • Shalom PIH,

        Terima kasih pertanyaannya tentang kata Allah. Tentang perkataan Allah, PIH dapat membacanya di sini (silakan klik) dan ini (silakan klik). Pengadilan tinggi Malaysia telah memutuskan bahwa kata “Allah” bukanlah eksklusif milik Islam. Mungkin tulisan dari Marina Mahathir, puteri dari Dr. Mahathir Mohammad dapat dibaca dan direnungkan. Semoga dapat membantu.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – http://www.katolisitas.org

        Allah issue by Marina Mahathir

        JAN 4 — I found by chance this article the other day: “Prophet Muhammad’s Promise to Christians”.

        The document is not a modern human rights treaty but even thought it was penned in 628 AD it clearly protects the right to property, freedom of religion, freedom of work, and security of the person, says Muqtedar Khan.

        Muslims and Christians together constitute over 50 per cent of the world and if they lived in peace, we will be half way to world peace. One small step that we can take towards fostering Muslim-Christian harmony is to tell and retell positive stories and abstain from mutual demonisation.

        In this article I propose to remind both Muslims and Christians about a promise that Prophet Muhammed (pbuh) made to Christians. The knowledge of this promise can have enormous impact on Muslim conduct towards Christians. Muslims generally respect the precedent of their Prophet and try to practise it in their lives.

        In 628 AD, a delegation from St Catherine’s Monastery came to Prophet Muhammed and requested his protection. He responded by granting them a charter of rights, which I reproduce below in its entirety. St Catherine’s Monastery is located at the foot of Mt Sinai and is the world’s oldest monastery. It possesses a huge collection of Christian manuscripts, second only to theVatican, and is a world heritage site. It also boasts the oldest collection of Christian icons. It is a treasure house of Christian history that has remained safe for 1,400 years under Muslim protection.

        The Promise to St Catherine:

        “This is a message from Muhammad ibn Abdullah, as a covenant to those who adopt Christianity, near and far, we are with them.

        “Verily I, the servants, the helpers, and my followers defend them, because Christians are my citizens; and by God! I hold out against anything that displeases them.

        “No compulsion is to be on them. Neither are their judges to be removed from their jobs nor their monks from their monasteries. No one is to destroy a house of their religion, to damage it, or to carry anything from it to the Muslims’ houses.

        “Should anyone take any of these, he would spoil God’s covenant and disobey His Prophet. Verily, they are my allies and have my secure charter against all that they hate.

        “No one is to force them to travel or to oblige them to fight. The Muslims are to fight for them. If a female Christian is married to a Muslim, it is not to take place without her approval. She is not to be prevented from visiting her church to pray. Their churches are to be respected. They are neither to be prevented from repairing them nor the sacredness of their covenants.

        “No one of the nation (Muslims) is to disobey the covenant till the Last Day (end of the world).”

        The first and the final sentence of the charter are critical. They make the promise eternal and universal. Muhammed asserts that Muslims are with Christians near and far, straight away rejecting any future attempts to limit the promise to St Catherine alone. By ordering Muslims to obey it until the Day of Judgment the charter again undermines any future attempts to revoke the privileges. These rights are inalienable. Muhammed declared Christians, all of them, as his allies and he equated ill treatment of Christians with violating God’s covenant.
        A remarkable aspect of the charter is that it imposes no conditions on Christians for enjoying its privileges. It is enough that they are Christians. They are not required to alter their beliefs, they do not have to make any payments and they do not have any obligations. This is a charter of rights without any duties!

        The document is not a modern human rights treaty but even thought it was penned in 628 AD it clearly protects the right to property, freedom of religion, freedom of work, and security of the person.

        I know most readers must be thinking so what? Well the answer is simple. Those who seek to foster discord among Muslims and Christians focus on issues that divide and emphasise areas of conflict. But when resources such as Muhammad’s promise to Christians are invoked and highlighted it builds bridges. It inspires Muslims to rise above communal intolerance and engenders goodwill in Christians who might be nursing fear of Islam or Muslims.

        When I look at Islamic sources, I find in them unprecedented examples of religious tolerance and inclusiveness. They make me want to become a better person. I think the capacity to seek good and do good inheres in all of us. When we subdue this predisposition towards the good, we deny our fundamental humanity. In this holiday season, I hope all of us can find time to look for something positive and worthy of appreciation in the values, cultures and histories of other peoples.

        (Dr Muqtedar Khan is director of Islamic Studies at the University of Delaware and a fellow of the Institute for Social Policy and Understanding. )

        ………… ……… ……… ……… ……… ……… ……… .
        Now, when that delegation from St Catherine’s monastery came to meet with Prophet Mohamad (pbuh), I suppose it’s fair to assume that they spoke Arabic to one another. And when they were conversing, surely the word “God” must have come up. As in “May God Be With You” and such like. What word did the Prophet (pbuh) use for “God” I wonder? And what did the St Catherinians use in return? For monotheists like them, was there a “your God” and “my God” type of situation, or did they understand that they were both talking about the same One?

        While some idiots are mourning over the “loss” of the word “Allah” and therefore basically telling the world that they are people easily confused by nomenclature, and others are predicting riots over what is basically a “copyright” issue, let me define what I think a confident Muslim should be:

        1. A confident Muslim is unfazed by the issue of God’s name. God speaks to all of humankind in the Quran and never said that only Muslims could call him by the name Allah.

        2. A confident Muslim has 99 names to choose from to describe that One God. My favourites are Ar-Rahman (The All-Compassionate) and Ar-Rahim (The All-Merciful) .

        3. A confident Muslim never gets confused over which is his/her religion and which is other people’s. For instance, a confident Muslim knows exactly what the first chapter of the Quran is. And it’s not the Lord’s Prayer.

        4. A confident Muslim will not walk into a church, hear a liturgy in Malay or Arabic where they use the word “Allah” and then think that he or she is in a mosque. A confident Muslim knows the difference.

        5. A confident Muslim is generous, inclusive and doesn’t think that his or her brethren is made exclusive through the use of a single language. The confident Muslim is well aware that in theMiddle East, all services of ANY religion are in Arabic because that’s what they all speak.

        6. A confident Muslim knows the basis of his/her faith are the five pillars of Islam and will not be shaken just because other people call God by the same name.

        7. A Muslim believes in only One God. Therefore it makes sense that other people should call God by the same name because there is no other God.

        ART THOU NOT aware that it is God whose limitless glory all [creatures] that are in the heavens and on earth extol, even the birds as they spread out their wings? Each [of them] knows indeed how to pray unto Him and to glorify Him; and God has full knowledge of all that they do: (Surah Nour, Verse 41) (Asad).

        So I would ask those people demonstrating against the court decision, have you no pride? Are you saying you’re easily confused?

        And before anyone says I have no qualifications to say these things, read what Dr Asri Zainal Abidin (who does have qualifications no matter what JAIS says) has written about this very subject here.

        And here’s something interesting. In 2007, the MajlisAgama Negeri Perlis, which is a large majlis filled with people very learned in Islamic religious knowledge, discussed the question of the use of “Allah” by non-Muslims. Their unanimous decision? They issued a fatwa to say that there is absolutely nothing wrong with non-Muslims using the word at all. (This was told to me by Asri but I cannot find the fatwa anywhere online because all the religious departments’ websites are so useless.)

    • Halo Pak Stefanus, saya bingung kenapa orang-orang Perjanjian Lama memanggil malaikat Tuhan dengan kata-kata “Ya Tuhan”, “Ya Allah”, dsb. Padahal malaikat Tuhan kan bukan Tuhan. Apakah mereka yang memang bodoh?

      Contoh:
      Kej. 22:11 Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.”

      Kej. 31:11 Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan!

      Terima kasih atas penjelasan Anda.

      • Shalom Andreas,

        Terima kasih atas pertanyaannya tentang bagaimana orang-orang di Perjanjian Lama memanggil malaikat Tuhan dengan Tuhan. Untuk ayat-ayat yang disebutkan oleh Andreas, maka hal tersebut hanyalah masalah terjemahan.

        1) Kej 22:11 “Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.”

        RSV

        11: But the angel of the LORD called to him from heaven, and said, “Abraham, Abraham!” And he said, “Here am I.”

        NRSV

        11 But the angel of the LORD called to him from heaven, and said, `Abraham, Abraham!’ And he said, `Here I am.’

        Douay

        11 And behold an angel of the Lord from heaven called to him, saying: Abraham, Abraham. And he answered: Here I am.

        NAB

        11 But the LORD’S messenger called to him from heaven, “Abraham, Abraham!” “Yes, Lord,” he answered.

        KJV

        11 And the angel of the LORD called unto him out of heaven, and said, Abraham, Abraham: and he said, Here am I.

        WEB

        11 The angel of Yahweh called to him out of the sky, and said, “Abraham, Abraham!” He said, “Here I am.”

        ESV

        11 But the angel of the LORD called to him from heaven and said, “Abraham, Abraham!” And he said, “Here am I.”

        NASB

        11 But the angel of the LORD called to him from heaven and said, “Abraham, Abraham!” And he said, “Here I am.”

        NIV

        11 But the angel of the LORD called out to him from heaven, “Abraham! Abraham!” “Here I am,” he replied.

        YOUNG

        11 And the messenger of Jehovah calleth unto him from the heavens, and saith, `Abraham, Abraham;’ and he saith, `Here [am] I;’

        Greek

        11: auta <5023> de <1161> {AND THESE THINGS} autou <846> {WHEN} enqumhqentoV <1760> (5679) {HE HAD PONDERED} idou <2400> (5628) {BEHOLD} aggeloV <32> {AN ANGEL} kuriou <2962> {OF THE LORD} kat <2596> {IN} onar <3677> {A DREAM} efanh <5316> (5648) {APPEARED} autw <846> {TO HIM} legwn <3004> (5723) {SAYING} iwshf <2501> {JOSEPH} uioV <5207> {SON} dauid <1138> mh <3361> {OF DAVID} fobhqhV <5399> (5680) {FEAR NOT} paralabein <3880> (5629) {TO TAKE TO THEE} mariam <3137> thn <3588> {MARY} gunaika <1135> sou <4675> {THY WIFE} to <3588> {FOR THAT} gar <1063> {WHICH} en <1722> {IN} auth <846> {HER} gennhqen <1080> (5685) {IS BEGOTTEN} ek <1537> {OF} pneumatoV <4151> {THE SPIRIT} estin <2076> (5748) {IS} agiou <40> {HOLY} aggeloV <32> {AN ANGEL} kuriou <2962> {OF THE LORD} ek <1537> {FROM OUT OF} tou <3588> {THE} ouranou <3772> {HEAVEN} kai <2532> {AND} eipen <2036> {SAID} autw <1473> {IT} Abraam {ABRAHAM} Abraam {ABRAHAM} o <3739> {WHICH} de <1161> {BUT} eipen <2036> {SAID} idou <2400> {BEHOLD} egw <1473> {I}

        Vulgate

        11 et ecce angelus Domini de caelo clamavit dicens Abraham Abraham qui respondit adsum

        ASV

        11 And the angel of Jehovah called unto him out of heaven, and said, Abraham, Abraham. And he said, Here I am.

        Darby

        11And the Angel of Jehovah called to him from the heavens, and said, Abraham, Abraham! And he said, Here am I.

        2) Kej 31:11 “Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan!

        Parallel

        RSV

        11: Then the angel of God said to me in the dream, `Jacob,’ and I said, `Here I am!’

        NRSV

        11 Then the angel of God said to me in the dream, “Jacob,” and I said, “Here I am!”

        Douay

        11 And the angel of God said to me in my sleep: Jacob? And I answered: Here I am.

        NAB

        11 In the dream God’s messenger called to me, ‘Jacob!’ ‘Here!’ I replied.

        KJV

        11 And the angel of God spake unto me in a dream, saying, Jacob: And I said, Here am I.

        WEB

        11 The angel of God said to me in the dream, ‘Jacob,’ and I said, ‘Here I am.’

        ESV

        11 Then the angel of God said to me in the dream, ‘Jacob,’ and I said, ‘Here I am!’

        NASB

        11 “Then the angel of God said to me in the dream, ‘Jacob,’ and I said, ‘Here I am.’

        NIV

        11 The angel of God said to me in the dream, `Jacob.’ I answered, `Here I am.’

        YOUNG

        11 and the messenger of God saith unto me in the dream, Jacob, and I say, Here [am] I.

        Greek

        11: akarioi <3107> {BLESSED} este <2075> (5748) {ARE YE} otan <3752> {WHEN} oneidiswsin <3679> (5661) {THEY SHALL REPROACH} umaV <5209> {YOU} kai <2532> {AND} diwxwsin <1377> (5661) {SHALL PERSECUTE} kaieipwsin <2036> (5632) {SHALL SAY} pan <3956> {EVERY} ponhron <4190> {WICKED} rhma <4487> {WORD} kaq <2596> {AGAINST} umwn <5216> {YOU} yeudomenoi <5574> (5730) {LYING} eneken <1752> {ON ACCOUNT} emou <1700> {OF ME} kaq upnon <5258> {SLEEP} Iakwb {JACOB} egw <1473> {I} de <1161> {BUT} eipa <2036> {I SAID} ti <5100> {WHAT} estin <1510> {IS} <2532> {AND}

        Vulgate

        11 dixitque angelus Dei ad me in somnis Iacob et ego respondi adsum

        ASV

        11 And the angel of God said unto me in the dream, Jacob: and I said, Here am I.

        Darby

        11And the Angel of God said to me in a dream, Jacob! And I said, Here am I.

        Jadi, dalam bahasa Indonesia (Kej 22:11, 31:11), “Here I am” diterjemahkan dengan “ya, Tuhan“. Hal ini, mungkin untuk mempermudah, sehingga pembaca dapat mengerti konteksnya, yaitu manusia berbicara dengan Tuhan atau malaikat Tuhan. Dalam Kej 27:1 dikatakan “Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, serta berkata kepadanya: “Anakku.” Sahut Esau: “Ya, bapa.” Di sini perkataan “Here I am” diterjemahkan “ya, Bapa“, sehingga terlihat konteks pembicaraan antara anak dengan bapa.

        Kita dapat melihat bahwa ketika Tuhan sendiri berbicara kepada Abraham di Kej 22:1 “Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan (Here I am).“, maka “Here I am” juga diterjemahkan “ya, Tuhan“. Dalam konteks perbincangan dengan malaikat Tuhan, dimana Abraham dan Yakub menjawab “ya, Tuhan” bukan “ya, malaikat Tuhan“, maka hal ini disebabkan Malaikat Tuhan senantiasa menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Dengan kata lain, apa yang dikatakan oleh Malaikat Tuhan adalah perkataan Tuhan sendiri, sehingga tidaklah aneh kalau manusia mengatakan “ya, Tuhan“. Namun, kalau mau diterjemahkan benar-benar secara harafiah, maka seharusnya diterjemahkan “Ini aku“. Semoga keterangan singkat ini dapat memperjelas.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – http://www.katolisitas.org

    • Salam,

      Selama ini saya malas baca alkitab, karena banyak ayat2 yg susah saya cerna, terutama perjanjian lama misalnya ada satu ayat yg menyebut Allah bertarung dgn seseorg ( sy lupa siapa ) lalu Allah kalah, wah gimana jelasinnya, saya cari di penjelasan alkitab terbitan Kaj, tp saya tetap tdk puas , satu hal lagi kita org katolik sering bilang bahwa yg lebih penting perjanjian baru, kalu begitu kenapa perjanjian lama masih harus dibaca ? bukan malah menambah konflik ?
      Saya salut dgn penjelasan anda berdua, dgn adanya pejelasan2 tsb saya akan coba utk mulai baca alkitab lg.
      Thanks – Frank Tasada – GBU

      [Dari katolisitas: silakan melihat artikel di atas – silakan klik]

    Comments are closed.