Pertanyaan:
Shalom bpk Stef
Ada teman bertanya kepada saya perihal : kalau ditampar pipi kiri apakah anda akan berikan lagi pipi kanan untuk ditampar ? Itu namanya cari gara-gara atau bodoh ? dan terus terang saya katakan maaf, saya belum tahu dan saya akan cari tahu mengenai hal tersebut dan kemudian dia mengatakan mau tahu apa yg dilakukan Yesus ketika ditampar ? Lihat Yoh 18: 23
Mohon pencerahannya
Salam kasih
S A
Jawaban:
Shalom Sabar Andreas,
Terimakasih atas pertanyaannya. Teman anda ada benarnya dengan menggabungkan dua ayat, yaitu: Mat 5:39 dan Yoh 18:23, namun ada salahnya dengan mengatakan hal itu adalah sesuatu yang bodoh. Itu sesuatu yang bodoh menurut kacamata dunia, namun sesuatu yang berkenan menurut Tuhan. Mari kita melihatnya bersama-sama.
1) Mat 5:39 mengatakan “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu“.
Hal ini harus dilihat dalam konteks Mat 5 secara keseluruhan, yaitu “Kotbah di bukit“. Pengajaran pertama yang diberikan Yesus kepada banyak orang adalah kotbah di bukit, dimana ini merupakan hukum yang baru, yang memperbaharui hukum yang lama.
2) Ini dapat dilihat pada waktu Yesus mengatakan “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum…” (Mat 5:21-22). Dan Yesus juga mengatakan “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:27-28).
Atau hal yang lain, Yesus mengatakan “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu“(Mat 5:43-44).
Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan:
1) Yesus menekankan untuk tidak membalas perbuatan jahat dengan perbuatan jahat, namun membalas perbuatan jahat dengan perbuatan baik. Inilah sikap kasih terhadap sesama yang berdasarkan kasih terhadap Tuhan. Inilah yang membuat Santo Maximilian Kolbe menyerahkan nyawanya sendiri sebagai pengganti nyawa tawanan yang lain. Kasih seperti inilah yang membuat yang terberkati ibu Teresa dari Kalkuta merawat orang-orang yang miskin, sakit, dan tidak diinginkan.
2) Hal yang lain adalah Yesus tidak terlalu menekankan akan pelaksanaan hukum Taurat (lihat penjelasan hukum taurat yang terdiri dari 3 hal disini), namun lebih kepada disposisi hati. Disposisi hati ini sangat penting, karena apa yang ada di dalam akan terekpresi keluar, seperti yang dikatakan Yesus bahwa dengan melihat perempuan dan menginginkannya, seseorang sudah berzinah.
3) Bagaimana mungkin Yesus memberikan perintah yang begitu sulit untuk dilaksanakan? Yesus telah memampukan menusia untuk menjalankan perintah Kristus, seperti yang dikatakan dalam kotbah di bukit, dengan memberikan diri-Nya sendiri, sehingga melalui Kristus berkat Allah tercurah, yaitu dalam Sakramen Baptis. Hukum yang baru yang ditetapkan oleh Kristus dinamakan “Berkat atau the law of grace“, yang memperbaharui hukum Taurat.
4) Dari dasar ini, pada waktu Yesus mengatakan kalau kita ditampar pipi kanan, kita harus memberikan pipi kiri, harus dilihat suatu sikap hati yang benar, bukan secara literal. Ini juga dicontohkan oleh Yesus pada waktu Dia ditampar oleh seorang prajurit “Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku? (Yoh 18:23). Dari jawaban Yesus dan penderitaan yang dialami oleh Yesus, maka kita melihat bahwa Yesus tidak hanya memberikan perintah, namun Dia sendiri menjalankannya, bahkan memberikan Diri-Nya melalui penderitaan dan kematian-Nya kepada manusia yang menolak Dia, untuk keselamatan seluruh umat manusia. Disinilah Yesus menjalankan apa yang Dia katakan “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44); sebab di kayu salib-Nya, Ia-pun berdoa bagi mereka yang menyalibkan-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan” (Lk 23:34)
5) Ini juga menjadi inti dari perintah kekudusan, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama, dimana dimulai dari hati. Sesuatu yang terlihat baik dari luar belum tentu membuat orang diselamatkan kalau dia melakukannya bukan didasarkan kasih namun untuk kebanggaan diri sendiri. Perbuatan baik yang mengalir dari hati yang penuh kasih kepada Tuhan inilah yang akan diperhitungkan oleh Tuhan. Dan sikap inilah yang akan membawa kita kepada kesempurnaan, seperti yang dikatakan oleh Yesus pada akhir kotbahnya di bukit “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48).
Demikian apa yang dapat saya sampaikan dan semoga dapat menjawab pertanyaan Andreas. Mari kita bersama-sama berjuang untuk menjadi sempurna, yaitu berjuang untuk hidup kudus, yang diwujudkan dalam kasih kepada Tuhan dan sesama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Shalom Romo, Pak Stef, dan Bu Ingrid
Mohon pencerahan bagaimana sebenarnya mengartikan ayat ini
Mat 5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Luk 6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu
Jujur, kalau saya pribadi mengartikannya begini. Sebagai orang kristen, kita harus mengalah pada orang yang berbuat jahat atau yang merugikan kita. Saya menganalogikannya seperti drama – drama sinetron yang ditayangkan di televisi. Dimana yang baik selalu ditindas oleh yang jahat. Dan walau ditindasnya sudah sangat kejam (malah sudah tidak masuk akal lagi buat saya), si baik ini tetap saja pasrah dan malah tetap berbuat baik kepada si jahat.
Dan juga saya agak kebingungan dengan beberapa kejadian yang menimpa saya. Ada beberapa kali motor saya, bahkan saya sendiri pernah ditabrak oleh pengendara lain. Tetapi karena saya ingat ayat ini, maka saya selalu membiarkan saja pelaku untuk tidak mengganti rugi. Saya pikir, Tuhan tidak memerintahkan kita membalas. Bahkan diperintahkan untuk memberikan pipi sebelahnya lagi untuk ditampar. Jadinya, saya selalu tidak pernah menuntut apapun dari yang menabrak saya. Apakah yang saya lakukan ini benar?
Terima kasih atas jawabannya
Nico
Shalom Nico,
Mengenai makna ayat- ayat yang anda tanyakan sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Penerapannya:
Agaknya sikap yang menentukan di sini adalah “prudence” (kebijaksanaan). Sebab menurut dasar keadilan, maka anda sebenarnya berhak meminta ganti rugi (tentu tidak dengan marah- marah ataupun dengan cara kasar). Namun memang benar, hukum kasih mengatasi apa yang adil, sehingga jika oleh kemurahan hati anda, maka anda tidak menuntut ganti rugi dari orang yang menabrak anda, tentu itu sungguh sesuatu yang baik. Namun, jika anda ingin melakukan hal ini, anda juga harus melihat, apakah dengan menanggung sendiri biaya perbaikan dari kerusakan ini menyebabkan anda menelantarkan tanggung jawab anda? Misalnya, jika anda sudah berkeluarga, maka anda memakai dana untuk memperbaiki motor dengan mengambil dana uang sekolah anak anda? Atau kalau anda masih kuliah anda mengambil uang saku/ uang kuliah yang dikirimkan oleh orang tua, sehingga anda kemudian harus meminta lebih banyak kepada orang tua? Sebab jika ya, maka anda bermurah hati di satu sisi, namun sebaliknya, anda mengakibatkan ketidakadilan di sisi yang lain, dengan mengakibatkan hal yang tidak mengenakkan kepada orang- orang yang tidak ‘bersalah’, dalam hal ini keluarga anda.
Jadi bermurah hati tentu boleh saja, dan itu sangat baik, tetapi jangan sampai mengakibatkan ketidakadilan bagi orang lain.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
cuma pingin nangis………..
saya bajingan………
tp masih ttp pcya Yesus..
tunjukkan jalan….
Shalom Kojack,
Bersyukurlah jika anda dapat menyadari bahwa anda adalah manusia yang berdosa. Pengetahuan dan kesadaran akan hal itu datang dari Roh Kudus, dan diberikan Allah kepada anda supaya anda dapat bertobat dan kembali kepada-Nya. Demikianlah, Tuhan Yesus menginginkan kita untuk meninggalkan kehidupan kita yang lama, dan segala dosa- dosa kita, untuk hidup baru bersama Dia. Maka seruan untuk selalu bertobat bukan hanya ditujukan kepada anda, tetapi juga kepada semua umat beriman, termasuk juga saya.
Jadi jika anda sekarang mengalami kerinduan untuk kembali kepada Yesus, mohonlah kekuatan dari-Nya untuk sungguh bertobat dan meninggalkan dosa- dosa anda. Jika anda seorang Katolik, silakan anda menemui pastor paroki anda, dan mengaku dosa-lah di hadapannya dalam Sakramen Pengakuan Dosa. Semoga dengan rahmat pengampunan dari Allah yang anda terima di sana, maka anda akan dimampukan untuk “mati bagi dosa dan hidup baru bagi Allah dalam Kristus Yesus” (lih. Rom 6:11)
Untuk pemeriksaan batin sebelum pengakuan dosa, silakan anda membaca artikel berikut ini, silakan klik.
Alamilah kasih Allah yang mengubah hidup anda, dan berjalanlah bersama Yesus yang telah terlebih dahulu mengasihi anda, sampai kepada titik menyerahkan nyawa-Nya bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai dalam Kristus,
Bapak/Ibu Moderator, saya mau bertanya perihal kehidupan perkawinan. Tertulis dalam alkitab bahwa laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya sehingga mereka menjadi satu tubuh. Namun ada beberapa kasus dalam hal orang tua yang sudah punya rumah dan kehidupannya sendiri namun masih suka mencampuri urusan dari keluarga anak laki-lakinya yang sudah mempunyai istri ini dan malah selalu memanfaatkan anak laki-lakinya ini untuk membantu dalam banyak hal sampai tidak punya waktu untuk fokus mencari uang untuk keluarganya sendiri sampai-sampai istrinya harus bekerja mencari uang untuk keluarga ini. Apa yang harus diperbuat, ditambah lagi orang tua tersebut beserta anak lainnya yang tidak menikah bermaksud tinggal satu rumah dengan anak laki-lakinya yang sudah menikah ini.
Mohon bimbingan apa yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar sesuai dgn ajaran cinta kasih dari Tuhan Yesus Kristus. Apakah benar bila istri anak laki-laki tersebut mempertahankan untuk tetap hidup terpisah dari orang tua dan iparnya supaya bisa lebih fokus pada rumah tangganya sendiri.
Terima kasih atas arahan dan nasehatnya. God Bless You.
Shalom Cindy,
Memang tidak mudah menghadapi permasalahan yang anda utarakan. Idealnya, memang pasangan yang sudah menikah tinggal terpisah dari orang tua dan memulai kehidupan mereka sendiri sebagai keluarga yang baru. Namun tidak dapat dipungkiri, keadaan kadang- kadang menuntuk kebijaksanaan dari pihak pasangan yang baru menikah, jika ada keadaan-keadaan khusus, misalnya, orang tua sakit, atau ada masalah lain dari pihak orang tua.
Saya tidak memahami sepenuhnya apa persisnya yang sedang dihadapi oleh pasangan yang anda ceritakan ini. Misalnya, mengapa orang tuanya yang sudah punya rumah sendiri tiba-tiba ingin tinggal bersama dengan keluarga anak laki-lakinya. Atau kenapa pihak orang tua terkesan menekan anak laki-lakinya untuk mencari uang buat mereka, sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan istri dan anaknya. Maka dalam hal ini, saya rasa yang terpenting adalah keterbukaan dan komunikasi yang baik antara suami istri. Suami harus mengetahui apa yang dihadapi istri demikian sebaliknya. Jika komunikasi baik, maka yang dilakukan selanjutnya adalah mendiskusikan solusi/ sikap yang akan mereka ambil sebagai pasangan untuk mengatasi masalah tersebut. Apakah mereka akan mendukung orang tua dalam hal finansial, dan kalau ya, jumlahnya berapa didiskusikan antar suami dengan istri. Atau jika pasangan mau menerima orang tua untuk tinggal bersama dengan mereka, namun mencarikan pekerjaan bagi anak yang tidak menikah itu, supaya ia bisa tinggal terpisah, misalnya kost, dll. Atau adakah saudara lain dari pihak suami yang mungkin dapat membantu dalam hal ini, supaya tidak semuanya terbeban kepada suami? Misalnya, dengan sama- sama ambil bagian dalam hal menyokong orang tua dan saudara yang tidak menikah ini.
Prinsipnya sederhana, “Bertolong- tolonganlah dalam menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Gal 6:2).
Apapun yang terjadi, usahakanlah untuk membicarakan segala sesuatunya dalam kasih di dalam keluarga. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk berpisah antara suami dengan istri. Dalam hal ini, yang harus didiskusikan adalah bagaimana caranya membantu orang tua dan saudaranya itu, dan bukannya untuk berpisah antara suami dengan istri. Maka komunikasi yang baik adalah kuncinya, dan putuskanlah segala sesuatu dengan dasar “prudence”/ kebijaksanaan atas dasar kasih. Berdoalah bersama sebagai pasangan, dan mohon agar Tuhan memberikan rahmat kebijaksanaan dan kasih untuk dapat menyelesaikan masalah ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam damai dalam Kristus Yesus,
Yth. Ibu Ingrid,
Saya ucapkan beribu terima kasih atas perhatian dan nasehat dari Ibu untuk permasalahan saya ini. Penyertaan serta doa dari Ibu saat ini sungguh menguatkan saya dalam mendalami arti hidup ini dan juga bagi anak-anak kami nantinya dengan hidup berserah pada karya penyelamatan Tuhan.
Saya menyadari masalah saya ini sangat complicated berhubung hanya suami saya saja yang sering dimanfaatkan ibunya yang tidak memberi ruang bagi kami untuk mengembangkan keluarga kami sendiri, agar suami saya dapat dikuasainya, sedangkan saudaranya yang lain dapat bebas. Melihat keadaan ini saya merasa seperti ingin pergi jauh ke luar negeri saja, itu memang keinginan saya sejak awal menikah agar kami bisa fokus pada keluarga kami sendiri. Mohon nasehat dari Ibu. Terima kasih.
Tuhan Memberkati,
Shalom Cindy,
Saya tidak mengetahui persis keadaan keluarga anda, dan mengapa sampai anda mengatakan, “ibunya yang tidak memberi ruang bagi kami untuk mengembangkan keluarga kami sendiri.”
Anda mengatakan niatan anda untuk berpindah ke luar negeri, dan karenanya saya berpikiran mungkin keluarga anda tidak sampai ‘pas’ sekali, karena jika pas sekali maka mungkin anda tidak terpikir untuk pindah ke luar negeri yang di sanapun membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Cindy, adakalanya orang tua ‘membebani’ anak tertentu karena menurut hemat orang tua, anak tersebut yang paling mapan dan paling bisa membantu yang lain. Saya tidak tahu apakah demikian alasan ibu suami anda sehingga ia ‘membebani’ suami anda. Memang dalam hal ini anda perlu berkomunikasi dengan suami dengan lebih terbuka. Namun jika kenyataannya keluarga anda sendiri berkecukupan, walaupun ‘pas’, dan anda melihat bahwa bantuan yang diberikan oleh suami kepada saudara- saudara dan ibunya itu memang beralasan (misalnya untuk berobat, untuk hidup, untuk sekolah, dst), maka saya pikir diperlukan kelapangan hati anda untuk menolong. Menolong keluarga sendiri adalah sesuatu hal yang mulia. Lain halnya jika uang yang diberikan oleh suami anda (yang melibatkan pengorbanan seluruh keluarga anda) dipergunakan untuk hal- hal yang tidak bijaksana oleh saudara- saudaranya misal untuk berlibur/ jalan-jalan ke luar negeri, untuk judi, dst. Jika ini kondisinya, maka anda dan suami anda berhak untuk ‘menghentikan’ bantuan tersebut, sebab dengan memberikan uang kepada mereka, itu bukannya membantu tetapi menjerumuskan mereka, karena menggunakan uang untuk sesuatu yang tidak perlu, bahkan dosa (jika untuk judi).
Saya menganjurkan anda dan suami untuk bertekun dalam doa bersama di pagi dan malam hari. Dengan demikian Tuhan-lah yang membuka hati suami anda untuk memahami kebutuhan keluarga dan Tuhan pula yang memberikan kepada anda hikmat dan kebijaksanaan sebagai seorang istri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Terima kasih sebesar-besarnya atas waktu, saran dan pandangan yang telah Ibu berikan selama ini. Mohon dukungan doa dari Ibu untuk hal ini.
Salam damai dalam Kristus,
Cindy
apakah yang dimaksud berbuat baik kepada sesama dimaksudkan kepada sesama org percaya saja? saya pernah mendengar nya begitu . tx
Shalom Lopre,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang perbuatan baik. Sebelum menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mendefinisikan apa yang disebut perbuatan baik. Suatu perbuatan dikatakan baik secara moral, kalau 1) mempunyai obyek moral yang baik (tidak melanggar hukum Tuhan), 2) mempunyai intensi yang baik, dan 3) keadaan yang mendukung perbuatan baik tersebut. Intensi dari perbuatan baik membedakan antara perbuatan yang dilakukan oleh umat Kristen dengan orang yang lain. Mungkin ada orang dari agama lain yang dapat mempunyai perbuatan baik seperti yang dilakukan oleh ibu Teresa dari Kalkuta. Namun, apakah banyak orang yang mempunyai intensi seperti Ibu Teresa, yaitu menolong sesama demi kasihnya kepada Kristus? Intensi seperti inilah yang disebut "supernatural love" (kasih yang bersifat adi-kodrati), yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih kepada Tuhan. Dengan demikian, bagi umat Katolik, perbuatan baik maupun perbuatan kasih senantiasa mempunyai referensi kepada Tuhan.
Jadi, kalau ditanya apakah perbuatan baik kepada sesama hanyalah diperuntukkan bagi sesama yang percaya saja, maka kita harus menjawab pertanyaan yang utama, yaitu "apakah Tuhan berbuat baik bagi orang yang percaya saja atau bagi semua orang?" Kalau kita menjawab bahwa Tuhan mengasihi semua orang tanpa kecuali, maka perbuatan baik (kasih) kita yang berlandaskan kasih kepada Tuhan, harus mengikuti kasih Allah, yaitu berbuat baik bagi semua orang. Tanpa perbuatan baik kepada semua orang tanpa kecuali, maka bagaimana penyebaran kabar gembira (Injil) dapat dilakukan? Mari kita mengingat apa yang dikatakan dalam surat kepada jemaat di Roma "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Rm 5:8). Dan akhirnya, kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri:
Mat 5:43-48
(43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
(44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
(45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
(46) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
(47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?
(48) Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Semoga hal ini dapat menjawab pertanyaan Lopre.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Jawaban yang sangat lucu menurut saya….pikirkan lagi sendiri. Apalagi bila dibandingkan memberi pipi kanan kalo pipi kirinya….
Masak sama musuh yg jelas-jelas membunuh keluarga kita misal penjajah belanda yg sekaligus membawa ajaran kristen kita malah memberi pipi kanan sementara cuma pedagang malah lapaknya di obrak abrik.
Pikirkan lagi dengan sedalem-dalemnya….
Shalom Sastro,
Terima kasih atas tanggapannya tentang pengajaran Yesus Kristus. Sastro menganggap jawaban tentang "Mengapa Yesus marah" di sini (silakan klik) adalah sesuatu yang lucu. Ada baiknya Sastro memberikan argumentasi mengapa jawaban tersebut dirasa lucu. Kemudian untuk pengertian "ditampar pipi dan kemudian memberikan pipi kanan", Sastro dapat melihat jawaban di atas (silakan klik). Semoga dengan penjelasan tersebut, Sastro dapat melihat bahwa ajaran di Alkitab adalah sesuatu yang baik dan memang perlu diikuti.
Dalam contoh yang diberikan oleh Sastro, yaitu pembunuhan keluarga kita oleh oknum tertentu (penjajah), maka kita harus melihat secara bijaksana. Dalam kasus yang menyangkut bangsa, maka kita dituntut untuk membela bangsa, dimana dalam teologi Katolik, kita mengenal kebajikan "patriotism", dimana masing-masing individu mempunyai kewajiban kepada bangsanya – yang telah berpartisipasi dalam memberikan kehidupan. Hal ini sama seperti kewajiban anak untuk mengasihi orang tuanya, yang telah memberikan kehidupan kepadanya, namun dalam skala yang lebih besar, yaitu dalam tingkat bangsa atau negara. Patriotism adalah suatu kebajikan untuk berjuang dalam mencapai "kebaikan bersama" (common good) terhadap bangsa dan juga terhadap semua orang yang menjadi warga negara yang bersangkutan.
Bagaimana kita menggabungkan patriotism dengan perkataan Yesus, yang mengatakan bahwa kalau ada yang menampar pipi kiri, maka berikan pipi kanan? Seperti yang dijelaskan di atas, maka disposisi hati sangatlah penting. Orang yang dijajah, harus berjuang untuk mengusir penjajahan dari tanah airnya, bukan dengan alasan untuk balas dendam, namun dengan alasan untuk kebaikan bersama (common good). Kebaikan ini adalah kebaikan untuk bangsa yang dijajah, agar terlepas dari belenggu penjajahan, namun juga untuk kebaikan sang menjajah, agar mereka tidak hidup dalam kegelapan.Dengan cara ini, maka kita tetap dapat menjalankan prinsip "berikan pipi kanan kalau ada yang menampar pipi kiri".
Di tingkat yang lebih kecil lagi, berapa banyak kita melihat bahwa balas dendam di kehidupan sehari-hari tidak akan ada habisnya dan pada akhirnya tidak akan membawa kedamaian. Kalau ada saling membalas dendam, maka rantai balas dendam hanya dapat diputuskan, kalau ada orang yang terlibat di dalamnya tidak membalas dendam. Dan hal ini hanya mungkin terjadi, kalau didasari kasih kepada Allah. Dan Yesus telah menunjukkannya kepada manusia, dengan mati di kayu salib. Dia tidak membalas dendam kepada orang yang menyalibkan-Nya, namun sebaliknya berdoa untuk mereka, agar Bapa mengampuni dosa mereka, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan (lih. Lk 23:34). Dan inilah inti dari memberikan pipi kanan kalau ada yang menampar pipi kiri. Semoga dapat memperjelas. Kalau masih ada keberatan, silakan untuk menuliskan pesan lagi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Buat SASTRO…sedalem-dalemnya sy pikir, lebih dalem dari lautan….malah sy pikir anda yg lucu deh.
apa hubungan pipi dengan kompeni dan pedagang?
Ditampar pipi kiri berikan pipi kanan mu…tidak bisa diterjemahkan segampang menerjemahkan pepatah. Misalnya gini: Ada gula ada semut….secara langsung emang bener…ada gula ya pasti ada semut…karena semut sukanya yg manis-manis…
mungkin kalo maksud anda itu kenapa kok kompeni dihormati, lalu pedagang kecil di injak-injak….kata siapa? emang yang menghancurkan lapak itu jelas dari agama tertentu? ada buktinya?
lah yang menghancurkan lapak kan Kamtib atau PEMDA setempat..ya harusnya Sastro lapor donk ke kamtib, bilang begini: Pak, lapak saya jangan dibubarin sebelum disediakan tempat yang baru donk…kita orang kecil mau makan apa pak…atau bisa menghubungi Komnas Ham untuk minta keadilan…sy pribadi juga sedih melihat betapa kaum kecil terkoyak…namun mau bagaimana lagi? diperlukan diskusi dan planning yg sangat dalam dari para pejabat yang menduduki pemerintahan untuk mengatasi berbagai masalah kemiskinan dan ketidak adilan bagi orang kecil.
Dan kata siapa orang kristiani menghormati kompeni yang menjajah negara kita tercinta? ga juga tuh…memangnya agama kristiani cuman dibawa oleh kompeni? memangnya agama non-kristiani cuman dibawa oleh pedagang dari negeri Arabia misalnya? sebagai contoh ya, agama Muslim pun banyak dibawa oleh para pedagang dari Tiongkok yang notabene beragama non Muslim….
Kita wajib saling menghormati agama dan keyakinan masing-masing walau berbeda-beda…bahkan orang kristiani pun membenci yang namanya PERANG atau penjajahan dan saya yakin, semua agama inginkan Perdamaian di seluruh dunia ini…itulah kenapa…Pak Steff berkata: Orang yang dijajah, harus berjuang untuk mengusir penjajahan dari tanah airnya, bukan dengan alasan untuk balas dendam, namun dengan alasan untuk kebaikan bersama (common good).
Mungkin simpelnya begini deh, jika kita semua saling mengasihi maka tidak perlu lagi ada pertikaian. Bisa jadi lho, kompeni yang menjajah kita…menyakiti kita, namun saat kita membalasnya dengan perlakuan kasih, mereka sadar dan tidak jadi menyakiti kita….why not?
lagipula sekarang kita sudah merdeka dan hidup bebas…ga usah mikirin kompeni…batavia sudah berlalu, yang ada adalah Jakarta…ibukota negara kita tercinta…sekarang kita mikirnya hal-hal positip aja ya…
Saya kagum jika anda merupakan seorang pejuang rakyat kecil…kita ga perlu lho menunggu jadi konglomerat untuk bisa membantu rakyat kecil…sisihkan 100 rupiah perhari pun bisa…kita bisa ikut menyumbang seperti Gerakan Koin untuk Prita…membantu korban gempa Padang….mempunyai anak didik asuh…dsb…Tangan yang diatas selalu lebih baik dari tangan yang dibawah!
Pak Steff berkata: Di tingkat yang lebih kecil lagi, berapa banyak kita melihat bahwa balas dendam di kehidupan sehari-hari tidak akan ada habisnya dan pada akhirnya tidak akan membawa kedamaian. Kalau ada saling membalas dendam, maka rantai balas dendam hanya dapat diputuskan, kalau ada orang yang terlibat di dalamnya tidak membalas dendam.
Itulah maksud nya Berikan Pipi Kiri mu jika Ditampar Pipi Kanan mu…..mungkin kita merasa wah….darah mendidih untuk balas dendam…tapi…saat kita mencoba mengampuni orang-orang yg menyakiti kita…kita malah akan mendapat pahala…mendapat berkah…mungkin anda pikir: kok ga balas aja? enak aja tuh orang sudah menyakiti kita!!! …..
Sastro…berapa lama manusia hidup? maximal 100 th sudah beruntung! Sehabis hidup, mati…lalu apa? kembali ke Hadirat Tuhan….Bisakah Tuhan disuap? membebaskan dosa kita asal kita punya harta berlimpah? menukar upah dosa dengan mercedes?
seumur hidup berbuat jahat, seumur mati menderita…apa yang ditabur, itu yang dituai, apa yang ditanam…itu yang dipanen….kembali lagi…setiap orang akan mempertanggungkan semua perbuatannya pada Tuhan pada akhir hidupnya nanti….so….kenapa anda sedih jika tersakiti? simpel dan mudah! jika lapak anda digusur oleh kamtib…cobalah mencari tempat baru yang sah…legal…atau mungkin bisa kembali ke desa saja daripada digusur di ibukota…buka warteg misalnya…banyak jalan menuju Roma…selalu ada peluang dan berkah bagi orang yang rajin berusaha untuk menggapai mimpi nya. Pantang menyerah dan banyak berdoa….amin.
Shalom bpk Stef
Ada teman bertanya kepada saya perihal : kalau ditampar pipi kiri apakah anda akan berikan lagi pipi kanan untuk ditampar ? Itu namanya cari gara-gara atau bodoh ? dan terus terang saya katakan maaf, saya belum tahu dan saya akan cari tahu mengenai hal tersebut dan kemudian dia mengatakan mau tahu apa yg dilakukan Yesus ketika ditampar ? Lihat Yoh 18: 23
Mohon pencerahannya
Salam kasih
S A
Shalom Sabar Andreas,
Silakan melihat jawaban di atas (silakan klik).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Ditampar pipi kanan, artinya dikeluarkan dari jemaat. Menamparnya pakai punggung tangan kanan, ketika dua orang berdiri berhadapan. Berikan pipi kiri, artinya: jangan mau dikeluarkan dari jemaat. Berikan pula pipi kirimu agar ditampar balik dengan telapak tangan kanan, dengan demikian dimasukkan lagi dalam jemaat. Begitulah tradisi antropologi budaya bangsa Israel kuno, menurut pelajaran Alkitab yang pernah saya terima dulu di fakultas teologi.
Salam
Yohanes Rasul
Comments are closed.