Pertanyaan:
Syalom, Katolisitas
Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih dan saya ingin menanyakan, apa maksud ayat-ayat di Perikop Hal Kekuatiran, sebab sering sekali kita mendengar seperti yang tertulis pada ayat Matius 6:34. kemudian makna rohani dari ayat 6:33 (carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan di tambahkan kepasamu).
Mohon penjelasan mengenai sikap kita menghadapi kekuatiran dalam kehidupan sehari2 dan memang banyak masalah yang kita hadapi, sehingga dapat menjalani hidup dengan berharap kepada-Nya dan mengimplementasikan sesuai dengan kehendak Tuhan
Salam kasih
Felix Soegiharto
Jawaban:
Shalom Felix,
Mat 6:33-34 mengatakan:
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
Memang ayat-ayat ini lebih mudah diucapkan, ketimbang dilaksanakan, terutama jika kita sedang mengalami suatu masalah besar. Namun, apapun yang sedang kita hadapi, selayaknya kita sadar bahwa dalam menjalani kehidupan ini, kita harus selalu mempunyai prioritas yang benar. Maka, “mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya” ini harus kita tempatkan di tempat pertama, yang harus kita artikan sebagai kita harus mengejar kekudusan/ hidup kudus, nomor satu di dalam hidup ini. Tentang apa itu kekudusan, silakan klik di sini, dan bahwa kita semua dipanggil untuk hidup kudus, klik di sini.
Dalam menghadapi segala hal, kita harus bertanya kepada diri sendiri:
“Apa kira-kira yang Yesus lakukan kalau Ia ada di dalam keadaan saya sekarang?”
“Apakah yang dapat kulakukan untuk menyenangkan hati Tuhan?”
“Keputusan apa yang harus kuambil supaya aku dapat lebih memuliakan Tuhan?”
Sehingga dalam keadaan apapun kita harus selalu menomorsatukan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.
Memang, untuk dapat mengetahui kehendak Tuhan ini, kita harus memiliki hubungan yang pribadi dengan Tuhan, artinya kita berakar di dalam doa, Sabda Tuhan dan sakramen-sakramen-Nya. Sebab dengan ketiga hal ini, hati kita dimampukan untuk mengalami hadirat Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dengan menomorsatukan Tuhan, kita dapat dikatakan ‘miskin’ di hadapan Allah, sebab kita melepaskan segala keterikatan kita dengan kesenangan duniawi, dan datang kepada-Nya dengan hati yang hanya tertuju kepada-Nya. Dalam hal inilah kita dapat melihat teladan Yesus. Ia yang adalah empunya segala sesuatu, memilih untuk dilahirkan sebagai orang yang miskin, sebagai tukang kayu, taat kepada Allah Bapa sampai mati di salib (lih. Flp 2: 5-8). Kitapun dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus, melepaskan segala keterikatan kita dengan kesenangan duniawi, untuk taat kepada Allah Bapa, dan menempatkan Tuhan di puncak segala cita-cita kita. Ya, itu dapat berakibat kita menyalibkan keinginan jasmani kita, dan kita belajar berkorban demi kasih kita kepada Allah dan sesama; karena Allah telah lebih dahulu berkorban untuk kita. Jika kita sudah hidup mengikuti teladan Kristus ini, maka percayalah bahwa Tuhan akan memelihara kita hari demi hari.
Maka, seperti pada ayat ke 34, Tuhan mengajarkan agar kita menjalani hidup ini dengan tenang hari demi hari, tidak perlu khawatir memikirkan apa yang sudah lewat/ terjadi maupun apa yang masih belum terjadi pada masa yang jauh di depan kita. Alkitab mengatakan kekuatiran kita tidaklah berguna karena “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” (Pkh 11:4). Betapa seringnya kita kuatir untuk sesuatu yang tidak pernah terjadi. Atau mempunyai rencana yang tinggi- tinggi ataupun yang kelihatannya ideal bagi kita, namun akhirnya Tuhan menentukan sesuatu yang lain.
Jadi yang terpenting adalah, melaksanakan sesuatu yang ada di dalam jangkauan kita, yaitu untuk hidup di dalam hadirat Tuhan tiap-tiap hari, dan menggunakan waktu yang Tuhan berikan kepada kita sekarang dengan bijaksana. St. Josemaria Escriva, mengajarkan, “Do your duty ‘now’, without looking back on ‘yesterday’, which has already passed, or worrying over ‘tomorrow’ which may never come to you.” /Kerjakan tugasmu hari ini, tanpa melihat kepada hari kemarin karena sudah berlalu, ataupun kuatir tentang esok yang mungkin tak pernah datang kepadamu. (St. Josemaria Escriva, The Way, 253)
Saya pribadi selalu terhibur dengan pengajaran St. Francis de Sales, yang mengatakan, “Jangan kuatir akan hari esok, sebab Allah yang telah memelihara kamu di hari kemarin, tetap memelihara kamu hari ini, dan akan terus memelihara kamu di hari esok.” Maka sepanjang kita telah melakukan semua bagian kita, berusaha, bekerja dan berdoa, maka selanjutnya, kita serahkan kepada Tuhan segala yang akan terjadi di dalam kehidupan kita. Kita percaya, bahwa jika kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan kekuatan kita, maka segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan kita akan mendatangkan kebaikan bagi kita (lih. Rom 8:28).
Mari, kita meresapkan ajaran Rasul Paulus ini, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Flp 4:6-7) Ya, sebab Allah yang Maha Pengasih pasti akan memberikan yang terbaik kepada kita, anak- anak yang dikasihi-Nya.
Semoga damai sejahtera dan suka cita yang berasal dari Allah menyertai kita semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Bu inggrid saya ingin bertanya, bagaimanakah caranya kita mencari kerajaan Allah seperti perintah Yesus?
Kemudian saya juga sudah membaca artikel ibu mengenai apakah doa itu percuma. Disitu disebutkan kalau doa itu tidak mengubah apapun mengenai Tuhan. Yang mau saya tanyakan, bagaimana dengan perumpamaan Yesus mengenai hakim yg tdk adil? (maaf saya lupa ayatnya)
Disitu disebutkan bila hakim itu akhirnya mengabulkan permohonan seorang wanita karena gerah dengan permintaannya. Kalau dilihat dari ayat itu, berarti kita juga harus terus berdoa supaya Tuhan mengabulkan permohonan kita kan?
Mohon tanggapannya
Terima kasih
Shalom AndyKur,
Silakan membaca artikel di atas tentang mencari Kerajaan Allah, silakan klik.
Sedangkan untuk topik Apakah berdoa itu percuma, itu ada 4 artikel, dan saya mempersilakan Anda membaca keseluruhan rangkaian artikel tersebut. Yang Anda tanyakan itu, dibahas di artikel ke-3, silakan klik.
Memang orang yang mengatakan bahwa doa kita dapat mengubah Tuhan, biasanya mengambil contoh bagaimana Abraham ataupun Musa sepertinya dapat melakukan tawar menawar dengan Tuhan (lih. Kej 18:23-33; Kel 32:7-14) ataupun merujuk kepada perumpamaan tentang hakim yang lalim (Luk 18:1-8). Namun tentang perumpamaan janda yang terus memohon kepada hakim tersebut, penekanannya adalah agar kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu, sebagaimana disebutkan di awal perikop tersebut (lih. Luk 18:1). Sebab memang dari sisi manusia, kita tidak pernah mengetahui kapankah saatnya doa kita akan dikabulkan, namun dari sisi Allah, karena Allah Maha Tahu, maka Ia sesungguhnya telah mengetahui kapan Ia akan mengabulkan doa-doa kita. Allah sudah tahu bahwa Ia akan mengabulkan doa-doa kita setelah kita mendoakannya sekian waktu lamanya; namun dari sisi kita, kita tidak mengetahuinya. Bagian kita adalah kita harus tekun berdoa, dan selebihnya kita serahkan saja kepada Allah bagaimana Ia akan menjawab doa-doa kita. Demikianlah kita memahami percakapan antara Allah dan Abraham serta Musa dalam doa-doa mereka. Allah dalam kebijaksanaan-Nya menghendaki adanya percakapan itu, untuk menunjukkan adanya peran pengantaraan para nabi-Nya, dan menunjukkan juga kemurahan hati dan belas kasihan-Nya kepada umat manusia. Namun semua itu tidak menyatakan bahwa Allah seolah tidak tahu akan apa yang akan diperbuat-Nya, sehingga seolah ‘menurut’ saja kepada kehendak manusia. Tidak demikian. Sebab Allah adalah sempurna, dan pengetahuan-Nya juga sempurna, mengatasi segala pengetahuan manusia. Nothing takes God by surprise, tak ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Allah sejak dahulu. Tak ada yang mengagetkan bagi Allah. Bukan bagian kita untuk menyuruh Allah melakukan apa saja yang kita minta, tetapi adalah bagian kita untuk memohon belas kasihan-Nya dan menyerahkan seluruh hidup kita menurut kehendak-Nya.
Kesadaran akan hal ini akan membuat kita bertumbuh dalam kerendahan hati pada saat kita berdoa. Sebab kita mengetahui bahwa Allah sudah mengetahui apa yang terbaik bagi kita, dan jika kita tekun berdoa dan berharap kepada-Nya, maka akan ada saatnya Ia akan mengabulkan permohonan kita, walaupun belum tentu sama persis dengan apa yang kita minta.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear katolisitas,
Saya ingin bertanya, mengenai kekhawatiran.
Bila dalam dunia kerja, kita kuatir, tidak bisa mencapai target omzet pada akhir bulan, kemudian kita berusaha meningkatkan kinerja kita dengan efektif dan lebih efisien, apakah hal ini termasuk suatu kekhawatiran ?
Shalom David,
Dalam dunia psikologi dikatakan bahwa tidak semua kekhawatiran (anxiety) itu tidak normal ataupun buruk. Sebab dalam kehidupan kita ada banyak kejadian yang secara normal memang dapat saja menimbulkan rasa kuatir yang wajar, contohnya kuatir menghadapi segala pengalaman “pertama”. Pertama berpisah dengan orang tua, pertama kali masuk sekolah, pertama kali bekerja, pertama kali ikut perlombaan, dst. Kekuatiran ini bahkan dapat berdampak positif, jika disikapi dengan baik, misalnya kekuatiran terhadap ujian, dapat mendorong seseorang untuk belajar lebih tekun agar lulus. Nampaknya kekuatiran untuk memenuhi target pekerjaan, juga termasuk katagori kekuatiran yang wajar ini. Artinya akan terjadi semacam rasa ‘berjaga-jaga’ untuk mempersiapkan yang terbaik.
Kekuatiran akan pekerjaan (kekuatiran tidak mencapai target) menjadi tidak normal, jika hal itu telah mendominasi seluruh perhatian dan energi kita, hingga hidup kita menjadi seimbang. Jika karena kekuatiran ini seseorang sampai tidak punya waktu untuk Tuhan, untuk berdoa dan merenungkan sabda-Nya, untuk merayakan hari Tuhan minimal setiap hari Minggu, tidak punya waktu untuk keluarga dan sahabat, tidak ada waktu santai atau beristirahat yang normal, maka ini kekuatiran ini menjadi tidak wajar.
Maka salah satu Catholic Commentary on Scripture, Haydock’s Commentary tentang ayat tersebut mengatakan:
“Yesus tidak melarang semua perhatian terhadap hal-hal yang terjadi di dunia, tetapi hanya kepada apa yang menghalangi kita untuk mencari Kerajaan Allah di tempat utama; atau apakah yang membuat kita lebih menghargai hal-hal duniawi daripada apa yang surgawi. Pekerjaan ataupun penderitaan setiap hari telah membawa cukup banyak ujian, maka kita tak perlu mencari-cari pekerjaan dan ataupun penderitaan sebelum hal itu terjadi, buat apa memperkirakan hal buruk yang belum tentu terjadi? Namun sekali lagi, ini tidak melarang kita untuk membuat perencanaan untuk esok hari, sebab Yesus Kristus tidak mengatakan, jangan merencanakan apapun untuk hari esok, tetapi jangan kuatir akan hari esok. Ia yang memelihara kita hari ini, akan memelihara kita juga esok hari. Kesusahan untuk sehari cukuplah untuk sehari, tanpa perlu meminjam beban di hari esok…. mereka yang hidup oleh iman, dapat selalu bersuka cita dalam pengharapan…. “
Kesimpulannya, asalkan kekuatiran/ pemikiran tentang pekerjaan tersebut tidak menghalangi kita untuk mencari Kerajaan Allah dan melaksanakan perintah-perintah-Nya, maka kekuatiran tersebut adalah kekuatiran (concern) yang wajar yang tidak dilarang oleh Tuhan. Namun jika kekuatiran tersebut menjadi hal yang mendominasi perhatian dan hidup kita, sehingga tidak ada lagi perhatian untuk Tuhan dan sesama, maka kekuatiran itu adalah kekuatiran yang tidak wajar, maka dilarang oleh Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
shallom kamu yang diberkati Tuhan.. saya sangat senang sekali menemukan ruangan ini, banyak sekali menolong saya mengerti akan kebenaran akan Firaman Tuhan dan menguatkan lagi iman saya. shallom..
Syaloom, saya sangat suka membaca ayat diatas, karena ayat tersebut menguatkan kehidupan saya. Kita ingat bahwa kita percaya akan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, dari sini kita percaya Allah kita inilah sebagai dasar hidup atau fondasi hidup. Ibarat rumah maka fondasi adalah penopang bangunan diatasnya, fondasi jarang dipuji orang, tetapi yang kelihatan yaitu bangunannyalah yang sering banyak orang terkagum karena keindahan dan kesejukan yang empunya, tetapi sebaliknya apabila bangunan tersebut jorok, kotor maka demikian juga orang membacanya. Kehidupan orang kristen ibarat bangunan yang harus selalu indah, dengan cara melakukan hal hal nyata dalam kehidupan yang dapat dirasakan oleh banyak orang jujur adanya. Demikian juga saya mengartikan ayat mendahulukan kerajaan ALLah , pemaknaanya bukan berarti kita hanya berdoa, bergereja tetapi lupa yang harus dipikirkan untuk kehidupan orang lain, apabila kita telah percaya bahwa fondasi diatas merupakan satu kesatuan dalam hidup kita, maka yang terpenting bagaimana kita dapat menyatakan kasih dalam karya nyata kehidupan bagi sesama, apbila dilakukan dengan segenap akal budi dan sepenuh jiwa, apa yang saya rasakan dalam hidup dosaat kurang dan disaat lebih ternyata selalu dilebihkan dalam kehidupan saya. Maka Kasih adalah sesuatu yang sifatnya selalu rasional dapat diukur dengan akal dan dapat dirasakan melalui budi dan kejujuran jiwa,, itulah salah satu ukuran iman kristen yang saya pahami. Mengedepankan kerajaan ALlah berarti mengedepankan akal dan budi dan sepenuh jiwa yang didalamnya sudah terkandung utuh adalah kerajaan Allah. Iman tanpa perbuatan adalah mati dalam Matius 26, disebutkan yang akan ikut dalam kerajaan Tuhan adalah yang memberi makan, memberi minum dst,.. dan yang tidak, enyahlah dari hadapanKu ke api neraka. Memaknai ayat diatas sangat menarik untu perenungan kita semua. Kita perlu hati hati dalam pengartianya, ayat ini karena tidak sedikit yang terjebak atas banyaknya pengajaran yang mengatasnamakan Tuhan ttapi sebenarnya kepentingan pribadi/kelompok yang tampak, terbukti banyak anak anak terjebak tidak mau belajar karena ajarannya bahwa mengedepankan Allah adalah adanya mujijat, Padahal kalau mau belajar pasti diberkati berupa nilai yang lebih, kebahagiaan orang tua dan tentu Tuhan, Contoh lain banyak orang kristen yang malas malasan tidak bekerja semua menunggu mujijat dengan cara rajin ke gereja, berdoa tetapi tidak mau bekerja. Saya percaya apabila kita mau bekerja karena harus memikirkan kehidupan keluarga , belajar karena memikirkan tanggungjawab kepada orang tua dan guru, melaksanakan tugas karena harus memikirkan banyak masyarakat, yang semuanya itu juga melekat tanggung jawab kepada Tuhan niscaya hidup kita akan selalu dilebihkan. Tuhan memberkati.
Wah bener banget, SEMANGAT dalam menghadapi hari ini….God Bless!!
dear all,
syukur kepada Allah, sekali lagi kita mendapatkan pengajaran luhur namun juga sulit untuk dilaksanakan… namun biarlah ajaran ini dan yang lainnya selalu kita dengarkan hingga suatu saat kita – sedikit demi sedikit – masuk dalam kehidupan sebagaimana Tuhan harapkan atas kita yang juga diberi kehendak bebas… kita mkin mampu mengalahkan dunia ini dengan dimulai dari dunia kecil dalam diri kita.
Tuhan mengasihi kita dengan kerahiman-Nya
Shaloom,
ikutan sharing.
Membaca hal di atas,saya jadi teringat dengan tema BKSN yang baru lalu,ttg tokoh Yakub,dimana beliau sampai jatuh bangun dan dengan segenap akal strategi berusaha memperoleh BERKAT TUHAN dalam kehidupannya.
Memang pada saat kita berani mengambil keputusan fokus pada Tuhan dan Percaya serta membawanya dalam perjalanan hidup sehari-hari..hidup ini akan terasa menjadi lebih bermakna,atau istilah teman saya..lebih indah.
Dan seringkali ada saja yang menolong,meneguhkan,menghibur dan membuka jalan.
Mungkin inilah yang di namakan TANGAN TUHAN.
Pengalaman pribadi kami,saat kita berserah dan percaya,maka yang tadinya seolah tidak ada jalan keluar..eeh,tiba tiba ada saja menemukan pintu pintu yang terbuka lebar.
Berkah Dalem
Syalom, Katolisitas
Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih dan saya ingin menanyakan, apa maksud ayat-ayat di Perikop Hal Kekuatiran, sebab sering sekali kita mendengar seperti yang tertulis pada ayat Matius 6:34. kemudian makna rohani dari ayat 6:33 (carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan di tambahkan kepasamu).
Mohon penjelasan mengenai sikap kita menghadapi kekuatiran dalam kehidupan sehari2 dan memang banyak masalah yang kita hadapi, sehingga dapat menjalani hidup dengan berharap kepada-Nya dan mengimplementasikan sesuai dengan kehendak Tuhan
Salam kasih
Felix Soegiharto
[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.