Pertanyaan:
Salam damai sejahtera
Dear pengasuh Katolisitas.org
Untuk apa kita percaya ? ——— >Supaya selamat
Tetapi sesudah itu apa ?
Salam
mac
Jawaban:
Shalom Machmud,
Umat Kristiani percaya bahwa karena kasih karunia Allah kita diselamatkan oleh iman (Ef 2:8). Keselamatan yang dimaksud di sini adalah keselamatan kekal, di mana kita beroleh kehidupan abadi di surga. Maka keselamatan itu berkaitan erat dengan arti surga. Seperti apakah kehidupan kita di surga, inilah yang berkaitan dengan pertanyaan anda.
Saya ingin mengutip jawaban yang diberikan oleh Paus Benediktus XVI yang pada waktu itu masih sebagai Kardinal Joseph Ratzinger, yang menulis tentang kehidupan surgawi dalam bukunya, Eschatology, Washington DC: The Catholic University of America Press, 1988, p. 234-238:
“Oleh karena itu surga harus pertama-tama dan terutama diartikan dalam kaitannya dengan Kristus. Surga bukan suatu tempat ekstra-historis yang kepadanya seseorang menuju. Keberadaan surga tergantung dari kenyataan bahwa Yesus Kristus yang adalah Tuhan, menjadi manusia, dan membuat ruang bagi keberadaan manusia di dalam keberadaan Tuhan sendiri. Seseorang berada di surga ketika dan pada tingkat bahwa seseorang itu berada di dalam Kristus. Dengan berada di dalam Kristus-lah kita menemukan tempat yang sejati dari keberadaan kita sebagai manusia di dalam Tuhan. Maka pada dasarnya Surga adalah realitas pribadi, yang tetap selalu dibentuk oleh asal usul historisnya di dalam misteri Paskah dari wafat dan kebangkitan Kristus…. Kristus yang bangkit tetap menjadi sebuah postur yang memberikan diri kepada Allah Bapa. Memang Ia adalah Ia Yang memberikan Diri-Nya. Maka kurban Paskah selalu ada di dalam diri-Nya sebagai kehadiran yang tetap selamanya… Pergerakan kita sebagai manusia naik [menuju Allah] di dalam kesatuannya dengan Kristus dijawab Allah dengan pergerakan Tuhan yang turun dan memberikan Diri-Nya kepada kita… inilah yang dikatakan sebagai penglihatan akan Tuhan (vision of God) atau kasih Tuhan (love of God)…. Tuhan yang “menjadi semua di dalam semua” [1 Kor 15:28] dan oleh karena itu manusia memasuki kepenuhan Allah yang tak terbatas….
….. Jika surga tergantung dari keberadaan seseorang di dalam Kristus, maka surga harus juga melibatkan keberadaan orang- orang lain yang juga ada di dalam Kristus, yang membentuk Tubuh Kristus. Surga bukan tempat yang terisolasi. Surga adalah kesatuan masyarakat yang terbuka dari persekutuan para orang kudus, dan dengan demikian merupakan pemenuhan dari semua persekutuan manusia…. [sebagai] persekutuan yang tak terputuskan dari keseluruhan Tubuh Kristus- dan keutuhan kasih yang tidak mengenal batas dan pasti mencapai Tuhan di dalam sesama dan sesama di dalam Tuhan…..
…..Penggabungan “saya” ke dalam Tubuh Kristus adalah demi Tuhan dan sesama, adalah bukan peleburan diri, tetapi sebuah pemurnian yang pada saat yang satu dan sama, juga merupakan perwujudan potensi dari setiap manusia. Inilah sebabnya maka surga merupakan sesuatu yang bersifat individual bagi setiap orang, di mana ia dapat melihat Tuhan dengan caranya yang seharusnya [keadaan yang sebenarnya -1 Yoh 3:2]. Setiap orang menerima kasih yang ditawarkan dengan seutuhnya dengan cara yang sesuai dengan keunikannya masing-masing yang tidak dapat digantikan oleh yang lain.
…. Kesempurnaan Tubuh Tuhan sebagai “keseluruhan Kristus” membuat surga sebagai kesempurnaan kosmik. Keselamatan seseorang menjadi utuh dan penuh hanya ketika keselamatan kosmik dan semua orang pilihan telah memberikan hasilnya. Maka orang-orang yang diselamatkan tidak hanya berdiri berdampingan satu sama lain di surga. Tetapi, di dalam kebersamaan mereka, sebagai satu Kristus [karena semua tergabung di dalam Tubuh-Nya], mereka adalah surga…..”
Maka pada prinsipnya surga merupakan persekutuan antara setiap orang beriman dengan Allah dan persekutuan antara sesama orang beriman itu sendiri karena mereka tergabung sebagai Tubuh Kristus. Persekutuan ini sebenarnya adalah hakekat dari Gereja. Maka dapat dikatakan bahwa tujuan akhir manusia adalah Gereja, di mana semua umat beriman dipersatukan dengan Allah di dalam Kristus, dan dalam persekutuan inilah Allah menjadi semua di dalam semua (1 Kor 15:28). Silakan anda klik di sini untuk membaca lebih lanjut tentang arti ayat 1 Kor 15:28 tersebut.
Namun demikian perlu diketahui juga bahwa persekutuan kita dengan Allah ini tidak menjadikan kita Allah/ dilebur menjadi Allah. Pandangan peleburan manusia menjadi Allah ini adalah salah satu ajaran New Age Movement yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani. Kita tetaplah manusia ciptaan Allah, namun kita diangkat dan dipersatukan dengan Allah sendiri di dalam Kristus, dijadikan serupa dengan-Nya, memandang Allah dalam keadaan-Nya yang sebenarnya, karena kita memandang Allah di dalam Kristus Sang Sabda. Gereja Katolik mengajarkan bahwa persatuan dengan Kristus ini telah mulai dialami di dunia pada saat umat Katolik menerima Ekaristi yang adalah Tubuh Tuhan Yesus sendiri. Penggabungan umat beriman dengan Kristus ini memberikan kehidupan ilahi kepada umat yang menerima, yang akhirnya menghantarkan umat kepada kesempurnaan komuni/ persekutuan ini di surga.
Agaknya realitas persatuan/ persekutuan antara kita dengan Allah ini hanya dapat kita pahami sepenuhnya jika kita sampai di surga kelak. Ini memang merupakan sesuatu yang nampaknya dimaksudkan oleh Rasul Paulus, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Kor 2:9)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear pengasuh Katolisitas.org
Untuk apa kita percaya ? ——— >Supaya selamat
Tetapi sesudah itu apa ?
Salam
mac
[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
[Dari Admin Katolisitas: tulisan ini diringkas di beberapa bagian (…..), namun sebagian besar tetap ditampilkan. Beberapa point yang disampaikan Mackmud ini juga diterima oleh Gereja Katolik, terutama ajakan untuk hidup kudus. Namun terdapat juga dari point-point di bawah ini yang penekanannya sedikit berbeda dengan ajaran Gereja Katolik, dan Ingrid akan mengatakan mengapa demikian]
Salam damai sejahtera
Terima kasih Ingrid atas jawabannya.
Kita tahu bahwa kita percaya pada Tuhan Yesus supaya kita selamat dan pada akhirnya masuk dan hidup di dalam sorga. Ingrid sudah menjelaskan tentang sorga seperti tulisan diatas.
Tetapi sebelum kita sampai di sana (sorga), setelah kita selamat kita harus berbuat apa ?
Apa tujuan hidup kita sebagai orang yang beriman? Apa visi kita ?
Mari kita sama-sama belajar tentang hal ini .
SESUDAH INI APA ?
2.Petrus 1 : 9 = Tetapi siapa saja yang tidak memiliki semuanya itu menjadi buta dan picik, karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.
MELIHAT YANG DEKAT.
Jangan menjadi orang yang bermata kabur, hanya melihat yang dekat2 saja, tetapi tidak bisa melihat yang jauh………..jangan hidup sia2. Kita harus tahu tujuan hidup ini, harus mempunyai visi, penglihatan jauh, baik secara jasmani, lebih2 secara rohani untuk kekal.
BISA MELIHAT JAUH.
Untuk apa percaya? Supaya selamat, tetapi sesudah itu apa ?
Untuk apa orang percaya hidup di dunia ? Untuk ber-buah2
Yohanes 15 : 8 = Dalam hal inilah BapaKu dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid2Ku.
Jangan hidup sia2 tanpa berbuah. Hidup yang tidak berbuah akan dipotong oleh Tuhan
Matius 5 : 10 = Berbahagialah orang yang dianiaya karena melakukan kehendak Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Sorga.
Mengapa ? Sebab orang beriman yang hidupnya tidak berbuah, berarti bantut; itu artinya ada sesuatu yang tidak beres, ada dosa, ada yang jahat.
…………
Orang yang berbuah2, rohaninya terpelihara dan tumbuh. Ini maksud dan tujuan hidup yang sesungguhnya. Banyak orang yang tidak mengerti dan tidak suka, sebab jauh berbeda dengan tujuan hidup orang dunia yaitu hidup senang, enak.
Tidak ada yang mau hidup susah dan tidak enak; dan dunia melihat bahwa kalau kaya, pintar, berkedudukan itu bisa hidup enak, sebab itu dunia mengejar salah satu atau beberapa, sebab orang2 ini hanya bisa melihat yang dekat, kabur matanya.
Sebetulnya hidup yang ber-buah2 menurut Firman Tuhan, itulah hidup yang paling baik, sebab hal2 jasmani juga akan ikut diberkati.
Tetapi kita harus mengerti bahwa tujuan hidup orang beriman bukan hal2 jasmani, tetapi yang kekal, yang hanya bisa dilihat oleh orang yang bisa melihat jauh, seperti Musa
Ibrani 11 : 27 = Karena iman Musa telah meninggalkan Mesir tanpa takut kepada murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.
Hal2 jasmani itu hanya extra, bonus, imbuh. Tanpa pokok, tidak mendapat bonus atau imbuhnya. Banyak orang minta hanya bonusnya tanpa mendapatkan pokoknya.
Mula2, untuk kanak2 rohani ini diberikan Tuhan, sebab memang orang2 tingkat rohani kanak2 belum bisa melihat jauh, tetapi ini bukan tujuan hidup yang dimaksud Tuhan.
Kalau begini terus, bisa kacau, kadang2 dapat kadang2 tidak dan Tuhan tidak berkenan.
Tujuan hidup yang betul ialah hidup ber-buah2 dan ini ada bonusnya, yaitu segala keperluan di dunia.
Kalau sudah dapat Kerajaan Sorga, Tuhan berikan tambahannya.
Berapa besar tambahannya ini ? Tuhan bisa memberi tanpa batas, asal kita kuat menerimanya, tidak merugikan atau merusakkan hidup rohani, tak sampai berdosa.
Amsal 30 : 8 = Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan padaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
Tetapi orang yang kecewa, sebab tidak menerima bonus yang lebih besar, itu berarti tujuan hidupnya salah. Kalau tujuan hidup betul, pasti bisa berpada, sebab ini syarat untuk bisa menerima berkat dengan berkelimpahan.
HUBUNGAN HIDUP JASMANI DAN ROHANI
Hidup jasmani dan rohani itu sudah ditenun menjadi satu, tidak bisa dipisahkan, sama seperti tubuh dan roh itu juga sudah ditenun menjadi satu, tidak terpisahkan.
…….
Hidup Jasmani ini juga mempunyai arti rohani yaitu :
1. Tanda2 kehidupan rohani. Dari hidup jasmaninya kita bisa melihat keadaan hidup rohaninya.
Kalau hubungannya dengan Tuhan baik, akrab, pasti nampak dalam hidup jasmaninya, ada damai, sejahtera, pimpinan Tuhan yang tepat dan macam2 kesaksian hidup disertai Tuhan.
Lihat saja keadaan jasmani bangsa Israel, kalau hubungan rohani dengan Tuhan baik, jasmani juga terpelihara. Tetapi kalau hubungan rusak, jasmani juga menjadi kacau dan menderita.
…….
2. Pengolahan. Apa yang dialami hidup jasmani itu juga penting, menjadi pengolahan untuk pribadi atau roh kita.
…….
Tubuh daging ini condong pada gelap, tetapi dengan menyangkal diri, roh kita diolah.
Ada banyak keinginan2 dalam tubuh ini yang harus diatur sesuai dengan Firman Tuhan dan itu mengolah roh kita untuk taat kepada Firman Tuhan dan supaya menumbuhkan sifat2 yang baru dari Kristus dan buah roh bisa muncul dalam hidup ini. Suci, jujur, rendah hati, kasih, setia, taat, rajin, tekun, sabar, sukacita, dsb. Sebab itu hidup jasmani ini jangan diabaikan, perlu dipelihara dan diatur dengan baik, sehingga mengolah roh kita makin indah dihadapan Tuhan. Kita memakai hal2 yang netral dalam dunia ini untuk tubuh jasmani kita, tetapi jangan sampai terikat, harus bisa berpada.
Hal2 dunia ini menjadi milik tetapi sebetulnya itu hanya pinjaman sementara untuk kita pakai supaya roh kita bisa diolah secukupnya dan tumbuh menjadi seperti Kristus. Sebab itu orang2 beriman tidak boleh ngawur dalam hidup jasmani. Tidak cukup suka berdoa tetapi hidup se-hari2 semaunya saja, melainkan sesuai Firman Tuhan dengan sukacita dan pengurapan Tuhan.
3. Kesempatan. Hidup jasmani ini suatu kesempatan seperti sekolah, bukan untuk ber-foya2 mencari kesenangan. Hidup dalam tubuh jasmani ini kesempatan hidup untuk Tuhan dan sesudah itu kita akan menerima mahkota. Kalau hidup dalam daging “yang penuh sengsara” ini hilang, itu berarti kesempatan kita habis.
Meskipun penuh sengsara, tetapi ini kesempatan yang sangat baik, bahkan satu2nya untuk tumbuh dalam kemuliaan ilahi yang sangat besar dan kekal. Jangan memakainya dengan sia2 dan jangan diputus sendiri (bunuh diri), itu dosa yang membinasakan, langsung masuk neraka.
Gunakan kesempatan yang baik ini untuk menjadi mulia di Sorga, jangan untuk menjadi mulia di dunia dan kemudian masuk neraka karena dosa2nya, itu celaka terbesar.
Lebih baik hina disini tetapi mulia di Sorga. Caranya, tumbuhlah dalam kesucian sesuai Firman Tuhan. Sebab itu perlu tekun belajar Firman Tuhan dan penuh Rohkudus supaya bisa mengerti dan taat akan Firman Tuhan sehingga terus tumbuh menjadi mulia se-lama2nya di Sorga. Ber-sama2 saling tolong menolong dalam tubuh Kristus itu membuat kita tumbuh lebih stabil dan lebih indah.
MELAKUKAN KEHENDAK BAPA.
Jadi orang beriman tanpa melakukan kehendak Tuhan itu hidup sia2 dan ditolak Tuhan dari Kerajaan Sorga. Orang beriman hidup dalam dunia ini, masuk dalam dunia ini untuk melakukan kehendak Allah, yaitu menjadi garam dan terang dunia sampai ber-buah2.
Ini misi yang harus diemban oleh setiap orang beriman.
Untuk itu kita perlu :
1. Selalu hidup benar dan disertai Tuhan, berjalan dengan Tuhan, berjalan dalam Roh.
Sebab tanpa Tuhan, untuk bertahan hidup suci saja, tidak mungkin, apalagi melakukan kehendak Bapa.
2. Masuk dalam dunia, supaya kita bisa menggarami dan meneranginya.
Kalau kita tidak ada kontak dengan orang2 berdosa, bagaimana kita bisa menggarami dan meneranginya ?
Ini perlu kontak erat dan dekat. Dari segi kesucian kita harus diasingkan dari segala dosa2nya.
Tetapi untuk melakukan kehendak Bapa kita harus terjun di tengah2 orang berdosa, merebutnya dari tangan iblis, dari lautan dosa, sebab itu kita harus hati2.
……..
Tuhan Yesus memberi contoh masuk di-tengah2 orang dosa sehingga Ia dicela oleh orang2 Farisi dan orang2 lain yang menyendiri dari orang2 dosa.
Tuhan Yesus membuat kontak dengan orang2 berdosa bukan untuk ikut dalam dosa2nya, tetapi sebagai tabib yang dibutuhkan oleh orang2 sakit supaya disembuhkan.
……..
Sebab itu jangan ragu2 membuat kontak lewat hubungan secara wajar dalam kehidupan se-hari2, sebagai tabib dari Kristus, untuk menggarami dan menerangi, sehingga orang2 yang dikirim Tuhan ke sebelah kita dapat menerima berita keselamatan yang kekal.
3. Saksikan kebaikan Tuhan, itu tugas kita.
Bagaimana Dia memanggil dan melepaskan kita dari gelap kepada terang, itu yang harus kita lakukan sepanjang umur hidup kita.
Cari orang2 berdosa dan “sembuhkan”. Mengapa kita harus bersaksi ?
Ini kehendak Tuhan. Kita dilepaskan dari kegelapan menjadi umat Tuhan untuk hal ini. Tuhan ingin semua orang dilepaskan dari dosa dan selamat. Tidak bersaksi berarti kita menjadi pelita yang padam yang ditolak untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Ini berarti menjadi garam yang tidak asin yang akan dibuang dan di-injak2 oleh antikris.
Tidak bisa bersaksi itu berarti kita sendiri tidak beres, dalam keadaan kritis.
Sebab itu perbaikilah sampai bisa bersaksi dengan wajar. Ini juga seperti pokok yang tidak berbuah yang akan ditebang dan dibakar dalam neraka kekal. Setiap orang beriman harus berbuah, harus menjadi garam dan terang dunia, ini misi kita. Tidak bersaksi itu sama dengan kejam, jahat, bisa menolong tetapi tidak mau menolong. Apa yang dikatakan orang dekat yang akrab dengan orang2 beriman, kalau mereka melihatnya dalam Kerajaan Sorga.
Mereka akan menuntut pada hakim semesta dan hukum yang dipakai untuk ini antara lain
(Yehezkiel 3 : 18 = Kalau Aku berfirman kepada orang jahat : Engkau pasti dihukum mati ! dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu). Alangkah besar kesalahan orang yang tidak memberitakan. Kalau seorang menolak berita baik ini, itu tanggungannya sendiri, kita bebas.
4. Orang dekat / di sebelah kita itu dari Tuhan, bukan kebetulan.
Tuhan menghendaki kita mengasihinya, meskipun tidak ada kena mengena.
Mengasihi berarti memberi yang terbaik yaitu keselamatan jiwa.
Tuhan mengirimkan orang kedekat kita supaya mendapat berkat keselamatan lewat kita, supaya diterangi dan digarami. Tuhan menumbuhkan dan memberkati kita supaya kita ber-buah2, bukan hanya berdaun.
……
Orang dekat itu dikirim Tuhan, bukan kebetulan, tanggung jawab kita, jangan lari, jangan diam, itu membinasakan orang itu….
Kita harus menjadi penjala jiwa dan gembala sesuai dengan setiap orang yang ada di dekat kita. Dengan demikian kita melakukan kehendak Bapa dan hidup ini tidak sia2, ber-buah2.
Juga Tuhan tidak lupa memberi bonusnya untuk segala keperluan jasmani se-hari2.
REZEKI BESAR.
Berkat2 jasmani untuk rezeki kekal, tetap menangkan jiwa, itu rezeki yang sesungguhnya, yang besar. Orang yang bisa melihat jauh akan suka mencari dan mengumpulkan rezeki2 kekal ini, yaitu memenangkan jiwa2. Tidak ada orang yang menolak rezeki kecuali bosan hidup. Tetapi rezeki rohani ini baru berarti bagi yang bisa melihat jauh sampai kekekalan.
Menangkan jiwa itu perkara besar yang bisa membuat Sorga gempar dan bersukacita.
KESIMPULAN :
Orang yang bisa melihat jauh sampai hidup yang kekal akan bersukacita melakukan kehendak Bapa, sebab ini akan membuatnya menjadi mulia sampai dalam Sorga yang kekal.
Ini tujuan hidup yang paling indah dan berarti, sebab di dalamnya mengandung yang terbaik untuk yang kekal juga lengkap dengan janji2 Allah untuk yang sekarang.
Jangan hanya melihat yang dekat, yang fana, tetapi melihat yang kekal.
Jangan menjadi pohon yang tidak berbuah, tetapi ber-buah2 lebat untuk Tuhan.
Jadi kalau kita sudah percaya dan selamat, maka selanjutnya kita harus menyelamatkan orang lain (orang yang ada di sekeliling kita) atau paling tidak kita harus menyampaikan kabar keselamatan itu pada mereka. Itulah yang dikehendaki Allah bagi kita yang sudah menerima anugrah keselamatan itu
Mac : 28 – Oktober – 2009.
Shalom Machmud,
Terima kasih atas renungan dari anda. Agaknya di sini saya salah mengerti akan maksud pertanyaan anda. Karena dari pertanyaan anda, seseorang dapat berkesan bahwa dengan percaya (beriman kepada Kristus) seseorang pasti selamat dan sisanya hanya ajakan untuk hidup kudus. Jika ini maksudnya maka pandangan anda berbeda dengan ajaran Gereja Katolik. Sebab Gereja Katolik sesuai dengan Alkitab mengajarkan keselamatan tidak hanya diperoleh dengan iman saja. Diskusi tentang hal ini sudah ada cukup banyak di situs ini, dan saya rasa tidak perlu mengulanginya di sini. Silakan anda ketik Tanya Jawab TJ tentang keselamatan, dan anda akan mengetahui dasar ajaran Gereja Katolik mengenai hal keselamatan ini.
Maka pada prinsipnya keselamatan bagi Gereja Katolik merupakan sesuatu yang telah, sedang dan akan datang, dalam artian: Telah, karena jalannya sudah terbuka dengan andanya pengorbananan Kristus dan kebangkitan-Nya, sedang, karena memang harus kita perjuangkan terus menerus dengan sikap hidup dan perbuatan kita, dan akan datang, karena kepenuhannya secara sempurna baru kita terima di surga kelak. Dengan prinsip ini, maka menurut Gereja Katolik keselamatan tidak diterima begitu saja asal percaya, namun kepercayaan ini tidak dibuktikan dengan perbuatan kasih. Keselamatan yang kita terima dari Kristus dapat hilang, jika kita memutuskan untuk hidup di dalam dosa dan tidak bertobat; sebab jika demikian, maka artinya kita tidak hidup dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Padahal kasih kepada Tuhan dan sesama inilah, yang disebut sebagai kekudusan, yang memungkinkan seseorang masuk surga dan melihat Allah (lih. Ibr 12:14).
Jadi renungan anda di atas sebenarnya cocok jika anda melihat keselamatan sebagai sesuatu yang harus dikerjakan sekarang ini, dengan takut dan gentar, seperti ajaran Rasul Paulus (Flp 2:12). Sebab jika kita hidup dengan tidak berbuah perbuatan kasih, maka artinya iman kita itu mati (lih. Yak 2:17, 24). Namun memang, kita hanya dapat berbuah, jika kita sebagai tinggal di dalam Kristus (Yoh 15:4). Nah, bagi umat Katolik, tinggal di dalam Kristus, atau hidup di dalam Dia adalah dengan hidup bertumbuh di dalam doa, Sabda Tuhan dan sakramen- sakramen, terutama Ekaristi, di mana kita menyambut Kristus sendiri, sehingga hidup ilahi-Nya mengalir ke dalam kita, sehingga kita dimampukan untuk mengasihi Tuhan dan sesama, dan hidup sesuai dengan kehendak dan perintah-Nya.
Mengenai kehidupan jasmani dan rohani yang anda tuliskan itu benar adanya, bahwa memang sebagai manusia kehidupan rohani kita tidak terpisah dari jasmani, demikian pula sebaliknya. Namun menurut Gereja Katolik, prioritas utamanya, seperti yang sudah anda sebutkan, adalah melihat jauh ke depan, yaitu kepada tujuan akhir kita di surga. Oleh karena itu, Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan teologi kemakmuran yang menekankan kepada kemakmuran jasmani, bahwa kalau sudah percaya pada Kristus pasti menjadi kaya secara jasmani, seperti yang pernah anda tuliskan pada ulasan anda di sini, silakan klik.
Bahwa jika kita percaya/ beriman kepada-Nya maka ada damai suka cita itu benar, namun itu tidak selalu disertai dengan materi yang berkelimpahan. (Walaupun kalau memang Tuhan berkenan dan melihatnya itu baik bagi kita, Ia dapat memberikannya kepada kita). Maka yang dijanjikan Tuhan memang adalah mencukupkan kita hari demi hari, seperti yang kita mohonkan dalah doa Bapa Kami. Soal apakah jadi kaya atau tidak secara materi tidaklah menjadi terlalu penting. Yang penting, kita sudah melaksanakan bagian kita, yaitu beriman dan bertindak sesuai dengan iman kita, sebab itulah yang menghantar kita ke hidup yang kekal. Selebihnya, kita serahkan kepada Tuhan, Ia yang lebih mengetahui kondisi hidup seperti apa yang lebih baik untuk menghantar kita kepada-Nya. Jadi benar jika anda mengatakan, yang penting pokoknya (yaitu iman dan hidup seturut iman kita) dan soal kemakmuran jasmani/ materi itu merupakan bonus/ imbuh, dan terserah kepada Tuhan untuk memutuskan apakah bonus itu akan diberikannya kepada kita. Namun jika itu diberikan, selalu disertai dengan tanggung jawab bahwa bonus itu merupakan karunia Tuhan semata, sehingga harus dipergunakan juga dengan bijaksana, bukan untuk diri sendiri saja, tetapi juga untuk memuliakan Tuhan dan membantu saudara/i kita yang kekurangan.
Jadi memang kita harus selalu hidup melakukan kehendak Tuhan, dan Alkitab menyebutkan dengan jelas bahwa kehendak Allah adalah pengudusan kita (1 Tes 4:3), yaitu agar kita hidup kudus. Mengenai apa itu kekudusan, klik di sini, dan bahwa kita semua dipanggil untuk hidup kudus, klik di sini. Inilah sebabnya seruan untuk hidup kudus merupakan pesan utama dari Konsili Vatikan ke II, (Lumen Gentium bab V, silakan klik di sini) sebab hanya dengan kekudusan itulah kita dapat diselamatkan dan melihat Allah.
Hidup kudus ini pertama-tama kita tunjukkan dengan perbuatan nyata, menjalani panggilan hidup kita entah sebagai pasangan yang menikah, atau kaum religius, entah sebagai anak atau orang tua, sebagai orang yang bekerja maupun yang masih belajar. Ya, kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam dunia, dan itu dimulai dari kehidupan kita sendiri dan lalu melebar kepada orang-orang sekitar kita. Maka mari kita memulainya dengan keluarga, saudara, teman-teman, dan kepada orang-orang sekitar kita/ yang kita jumpai. Kita memang dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, dengan perbuatan dan perkataan, namun pertama -tama dengan perbuatan. Sebab melakukan perbuatan nyata -terutama yang melibatkan pengorbanan diri dan kesenangan kita- sesungguhnya lebih sulit daripada sekedar berkata- kata. Namun ini tidak menjadi alasan untuk tidak mewartakan Tuhan dengan kata-kata, sebab idealnya tentu bersaksi melalui keduanya, baik perkataan dan perbuatan.
Jika kita telah menerima rahmat pengudusan dari Kristus melalui Permbaptisan, maka kita juga dipanggil untuk hidup bersama Dia dan mengemban misi-Nya sebagai nabi, imam dan raja (silakan klik di rubrik Pertumbuhan yang ada di situs ini, dan artikel ini, silakan klik). Dengan mengemban misi ini maka kita mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah, untuk membawa juga sesama kita untuk mengenal dan mengasihi Allah. Maka kita mengalami bahwa undangan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan juga harus diwartakan, agar semua orang beroleh keselamatan dan sampai pada pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:4)
Demikian, mari kita melaksanakan ajaran Rasul Paulus, yaitu untuk memperjuangkan keselamatan kita dengan takut dan gentar, (Flp 2:12) agar rahmat keselamatan yang telah kita terima dari Kristus melalui Pembaptisan kita, dapat kita pertahankan sampai pada akhirnya, sehingga kita dapat selamat dan sampai ke surga, dan bersatu dengan Allah selama- lamanya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas. org
Comments are closed.