Pertanyaan:

Shalom Ibu Ingrid, Bp. Stefanus, dan Romo Wanta,
Saya ada satu pertanyaan: Apakah Gereja Orthodox itu bagian dari Tubuh Mistik Kristus?
Salam dalam Kasih Kristus, – Wirawan

Jawaban:

Shalom Wirawan,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang apakah gereja Orthodoks termasuk dalam mystical body of Christ atau tubuh mistik Kristus. Untuk menjawab hal ini, kita harus mengerti tentang konsep Gereja sebagai “means” dan gereja sebagai “end“. Hirarki, struktur, sakramen, yang terlihat adalah contoh Gereja sebagai means dan ekaristi, kekudusan, Kerajaan Allah, yang tak terlihat adalah contoh Gereja sebagai “end”. Namun, means dan end tidaklah terpisahkan, sama seperti manusia yang mempunyai tubuh dan jiwa yang tak terpisahkan. Lumen Gentium, 8 menyatakan bahwa means dan end adalah tak terpisahkan sebagaimana Kristus mempunyai kodrat manusia dan kodrat Allah. Dikatakan bahwa:

Kristus, satu-satunya Pengantara, didunia ini telah membentuk Gereja-Nya yang kudus, persekutuan iman, harapan dan cinta kasih, sebagai himpunan yang kelihatan. Ia tiada hentinya memelihara Gereja[9]. Melalui Gereja Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang. Adapun serikat yang dilengkapi dengan jabatan hirarkis dan Tubuh mistik Kristus, kelompok yang nampak dan persekutuan rohani, Gereja didunia dan Gereja yang diperkaya dengan karunia-karunia sorgawi janganlah dipandang sebagai dua hal; melainkan semua itu merupakan satu kenyataan yang kompleks, dan terwujudkan karena perpaduan unsur manusiawi dan ilahi[10]. Maka berdasarkan analogi yang cukup tepat Gereja dibandingkan dengan misteri Sabda yang menjelma. Sebab seperti kodrat yang dikenakan oleh Sabda ilahi melayani-Nya sebagai upaya keselamatan yang hidup, satu dengan-Nya dan tak terceraikan daripada-Nya, begitu pula himpunan sosial Gereja melayani Roh Kristus, yang menghimpunkannya demi pertumbuhan Tubuh-Nya (lih Ef 4:16)[11].

Itulah satu-satunya Gereja Kristus yang dalam Syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik[12]. Sesudah kebangkitan-Nya Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan (lih. Yoh 21:17). Ia mempercayakannya kepada Petrus dan para rasul lainnya untuk diperluaskan dan dibimbing (lih. Mat 28:18 dsl), dan mendirikannya untuk selama-lamanya sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (lih. 1Tim 3:15). Gereja itu, yang didunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya[13], walaupun diluar persekutuan itupun terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karunia-karunia khas bagi Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan katolik.

Untuk lebih jelas menangkap natur dari dari Gereja secara lebih mendalam, maka harus juga membaca ensiklik Mystici Corporis dari Paus Pius XII, dimana dikatakan bahwa Kristus adalah kepala dari Gereja dan Roh Kudus adalah jiwa dari Gereja. Dan dalam kaitannya dengan topik Tubuh Mistik Kristus, maka Paus Pius XII mengatakan bahwa Tubuh Mistik Kristus haruslah “something definite” dan “perceptible to the senses” atau dengan kata lain haruslah kelihatan.

14. That the Church is a body is frequently asserted in the Sacred Scriptures. “Christ,” says the Apostle, “is the Head of the Body of the Church.”[13] If the Church is a body, it must be an unbroken unity, according to those words of Paul: “Though many we are one body in Christ.”[14] But it is not enough that the body of the Church should be an unbroken unity; it must also be something definite and perceptible to the senses as Our predecessor of happy memory, Leo XIII, in his Encyclical Satis Cognitum asserts: “the Church is visible because she is a body.”[15] Hence they err in a matter of divine truth, who imagine the Church to be invisible, intangible, a something merely “pneumatological” as they say, by which many Christian communities, though they differ from each other in their profession of faith, are united by an invisible bond.

23. Nor must one imagine that the Body of the Church, just because it bears the name of Christ, is made up during the days of its earthly pilgrimage only of members conspicuous for their holiness, or that it consists only of those whom God has predestined to eternal happiness. it is owing to the Savior’s infinite mercy that place is allowed in His Mystical Body here below for those whom, of old, He did not exclude from the banquet.[20] For not every sin, however grave it may be, is such as of its own nature to sever a man from the Body of the Church, as does schism or heresy or apostasy. Men may lose charity and divine grace through sin, thus becoming incapable of supernatural merit, and yet not be deprived of all life if they hold fast to faith and Christian hope, and if, illumined from above, they are spurred on by the interior promptings of the Holy Spirit to salutary fear and are moved to prayer and penance for their sins.

Dari dokumen-dokumen di atas, maka Tubuh Mistik Kristus sangatlah jelas dan lebih bersifat obyektif, karena terlihat, seperti tubuh manusia yang terlihat. Dan unsur yang terlihat ini tidak dapat dipisahkan dengan unsur yang tak terlihat. Selain terlihat, Tubuh Mistik Kristus juga harus satu dan tak terceraikan, yang hanya mungkin berada di bawah kepemimpinan Paus, penerus St. Petrus, dimana Yesus sendiri yang menjanjikan untuk menjaga dan melindungi Gereja-Nya. Dengan pengertian ini, maka gereja Ortodoks, bukanlah termasuk dalam Tubuh Mistik Kristus. Namun perlu diketahui bahwa Gereja Timur Katolik adalah termasuk dalam Tubuh Mistik Kristus, karena mereka masuk dalam kesatuan yang terlihat.

26 COMMENTS

  1. Teman saya ortodoks mengatakan bahwa :

    Santo Serafim dari Sarov adalah presbiter Rusia Orthodox bisa menjadi seorang Santo dari gereja Katolik padahal dia lahir pada tahun 1759 dan tentunya sudah lama sekali peristiwa perpisahan katolik dengan ortodoks tahun 1054.

    Dia bingung bagaimana mungkin seorang kudus dari ortodoks bisa di kanonisasikan di gereja katolik?

    http://www.carmelia.net/index.php/artikel/riwayat-para-kudus/327-santo-serafim-dari-sarov

    http://en.wikipedia.org/wiki/Seraphim_of_Sarov

    Pertanyaan adalah

    1. jadi meskipun ada beberapa orang kudus ortodoks bisa juga di kanonisasikan oleh gereja katolik?

    2. jadi kita tidak perlu mempercayai Paus adalah wakil Kristus (berada di dalam gereja katolik) untuk dapat menjadi seorang santo di gereja katolik?

    3. menurut admin bagaimana tanggapannya?

    thanks

    • Shalom Krisna,

      Menurut pengetahuan saya, St. Serafim dari Sarov tidak pernah melalui proses kanonisasi Gereja Katolik. Namun ia dikenal sebagai orang kudus di Gereja Timur Rusia, yang kembali dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik pada tahun 1905.

      Mengapa sekarang St. Serafim (dan sekitar 30 orang Santo dari Gereja Timur Rusia, seperti halnya St. Sergius dari Radonezh) dikenal oleh Gereja Katolik, demikianlah yang ditulis dalam buku Butler’s Lives of the Saints, ed. Herbert J. Thurston SJ. and Donald Attwater, Volume III, July- Sept., p. 639-640:

      “Ketika tahun 1940 Tahta Suci meresmikan kalender liturgis untuk digunakan oleh Gereja Katolik Rusia, kalender tersebut memasukkan antara lain modifikasi Slavia dari kalender Byzantin, berupa perayaan sekitar 30 orang orang kudus Rusia, 21 orang di antaranya belum pernah dimasukkan dalam kalender Katolik. Semuanya hidup setelah masa perpisahan antara Roma dan Konstantinopel di tahun 1054. Penerimaan mereka dalam bilangan orang kudus Katolik adalah contoh selanjutnya dari penilaian praktis Tahta Suci bahwa perpisahan Gereja Ortodox Timur tidak sepenuhnya terselesaikan sampai masa yang lama setelah sangsi ekskomunikasi dari patriarkh Cerularius dari Konstantinopel pada tahun itu. Di banyak kasus, terselesaikannya perpisahan itu terjadi dalam waktu yang berbeda untuk tempat yang berbeda…..

      Menurut Father Korolevsky ini tidak ada kaitannya, entah langsung ataupun tidak langsung dengan proses kanonisasi. “Ketika sebuah gereja Timur yang terpisah [atau sebagian dari gereja tersebut, dalam hal ini Gereja Timur Rusia, tahun 1905] kembali ke dalam persekutuan dengan Gereja Katolik, gereja itu membawa bersamanya semua ritusnya dan liturginya; termasuk kalender liturgisnya. Hanya apa yang secara langsung atau tidak langsung melawan iman saja yang tidak dimasukkan- tetapi ini tidak mencegah kebutuhan adanya standar-standar penting yang dipilih, bagi segi moral, historis, dan hagiografi, sehingga melaluinya dapat diputuskan tentang dimasukkannya atau tidak dimasukkannya orang-orang kudus tertentu dalam kalender Katolik. Demikian pula posisi orang-orang lainnya dapat diserahkan untuk diteliti sesuai dengan perkembangan studi mengenai para orang kudus (hagiografi)”. Ini tentu benar. Namun demikian, dari sudut pandang penerapan Gereja saat ini, diterimanya seseorang dalam kalender liturgis secara kanonik adalah melalui proses kanonisasi, atau yang sejenisnya, atau melalui peneguhan kultus/ penghormatannya.”

      Jadi nampaknya, St. Serafim dari Sarov dikenal di Gereja Katolik, karena bergabungnya Gereja Ortodoks Russia dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik di tahun 1905, yang membawa serta kalender liturgis yang memuat perayaan para orang kudus yang diakui oleh Gereja mereka (Gereja Timur Katolik di Rusia). Namun Gereja Katolik sendiri secara universal tidak merayakan St. Serafim dari Sarov, sebab kalender liturgis Gereja Katolik tidak memuat namanya. Namun demikian, hal ini tidak menghalangi orang-orang Katolik, yang secara pribadi, setelah membaca riwayat hidup St. Serafim, terinspirasi untuk mengikuti teladan kekudusannya. Sebab jika kita membaca riwayat hidupnya, nampak jelas kesederhanaan, kerendahan hati, hidup doa dan matiraga yang sangat kuat menjadi karakternya, yang menyerupai karakter para Santo/a pada umumnya, yang melaluinya Allah melakukan mukjizat-mukjizat-Nya.

      Sebagai umat Katolik, memang kita tidak dibatasi hanya boleh menghormati para orang kudus yang namanya dirayakan dalam kalender liturgis. Sebab dari daftar nama orang kudus yang diakui oleh Gereja Katolik saja, itu banyak sekali (ada sumber mengatakan sekitar 8000- 10.000 orang, termasuk beato/beata, Butler’s Lives of Saints (1956) menyebutkan 1.486 orang Santo/a. Tahun 1988, Kongregasi Liturgi Tahta Suci Vatikan mengeluarkan Index ac status Causarum, dan mengeluarkan jumlah nama Santa/Santo sebanyak 285 orang. Selama masa Pontifikatnya Paus Yohanes Paulus II (1978-2005) mengkanonisasikan 480 Santo/a, sedangkan Paus Benediktus XVI (2005-2013), 45 orang). Karena jumlah hari dalam setahun hanya 365 hari, wajarlah jika tidak semua para Santa/o ini dirayakan dalam kalender Gereja Katolik. Maka pada tahun 1969 Gereja Katolik mengadakan pengurangan perayaan beberapa orang kudus, yang dikenal dengan sebutan cultus suppressed. Maksudnya, bukan untuk membatalkan penghormatannya namun hanya tidak merayakannya secara liturgis untuk Gereja universal. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Nah, maka tidaklah menjadi masalah tentang adanya orang-orang kudus, yang tidak dirayakan secara liturgis dalam Gereja Katolik. Yang terpenting memang hidupnya menunjukkan teladan kekudusan. Jika orang kudus itu berasal dari Gereja Orthodox yang kemudian bergabung sepenuhnya dengan Gereja Katolik, yang terpenting adalah bahwa ia tidak pernah baik secara langsung ataupun tidak langsung melawan ajaran iman Katolik. Nampaknya inilah yang terjadi pada St. Serafim dari Sarov. Itulah sebabnya dalam kapasitas pribadinya, Paus Yohanes Paulus II menyebutkan namanya St. Serafim tersebut dalam bukunya Crossing the Treshold of Hope, yang diakuinya sebagai Santo dari Gereja Timur.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Saya akan menshare kan tentang percakapan saya dengan teman saya yang beraga ortodoks Rusia… Setelah saya bercakap cakap dengan teman saya, menurut saya sangat sulit untuk mempersatukan Ortodoks Rusia dibawah kepemimpinan Paus… Ada bnayak hal keberatan yang di sampaikan oleh teman Ortodoks terhadap agama Katolik, padahal sebelumnya dia adalah seorang Katolik yang taat… Alasan dia pindah Ortodoks karena dia sudah menemukan Gereja Purba yang tetap kokoh dan tanpa perubahan dari ajaran para rasul.

    Gereja Ortodoks sudah masuk ke Indonesia, dan teman saya memberikan penjelasan bahwa perkembangan Ortodoks Rusia dan Yunani sudah cukup baik…

    Keberatan dari teman Ortodoks terhadap gereja Katolik :
    1. tentang Filioque
    berikut ini penjelasan dia :Aku percaya Roh Kudus Dia Tuhan yang menghidupkan Dia berasal dari Bapa itu yang seharusnya kalau Roh Kudus dikatakan berasal dari Bapa dan Putra artinya ada 2 ROh Kudusnya ROh Kudusnya Bapa dan ROh Kudusnya Putra padahal Roh Kudus itu cuma 1
    Jika Bapa dan Putra, dua-duanya menjadi Sumber Keilahian
    artinya Kristen tidak lagi MOnoteisme melainkan Duoteisme menyembah 2 Tuhan Bukan 1 Tuhan…

    ketika saya memberikan tulisan Santo Agustinus tentang Filioque, dia memberikan jawaban “St. Agustinus adalah awal dari kesesatan Katolik ROma
    Para Bapa Gereja timur mengecam pendapat St. Agustinus ini”

    https://www.facebook.com/notes/komunitas-orthodox-indonesia-gregorius-palamas/penjelasan-tentang-filioque/493826640651618

    https://www.facebook.com/notes/damaskinos-arya/study-kasus-syahadat-gereja-yang-diubah-oleh-katholik-roma-dengan-penambahan-kat/442541291751

    Bukankah Paus Roma, Paus Leo III telah meminimalisasi pernyataan-pernyataan iman Gereja lokal ini dengan sebuah prasasti yang beliau tulis sendiri di atas tablet perak

    “HAEC LEO POSUI amore ET CAUTELA ORTHODOXAE Fidei”

    “Saya, Leo, menempatkan di sini Prasasti dari Tablet Perak (bertuliskan Syahadat Nicea tanpa Filioque), untuk kasih dan perlindungan iman Gereja yang Orthodox.”

    2. Dogma Maria dikandung tanpa dosa
    Gereja Ortodoks tidak mengakui dogma Maria dikandung tanpa dosa, berikut penjelasannya :
    https://www.facebook.com/notes/komunitas-orthodox-indonesia-gregorius-palamas/maria-yang-dikuduskan-oleh-roh-kudus-apologetika-kontra-immaculata-conceptio/501665399867742

    3. Konsep dosa asal
    Sedangkan dalam Gereja Orthodox, manusia tidak mewarisi “kesalahan asli” dari Adam, sebab tak seorangpun memikul kesalahan orang lain ( Yehezkiel 18:20). “Kesalahan Adam” dipikul Adam sendiri tidak diturunkan pada orang lain, yang diturunkan adalah “ rusaknya kodrat asli” yang tadinya ditentukan untuk menjadi kekal, sekarang dapat mati dan binasa serta dibawah kuasa maut. Karena Maria juga mati, berarti dia juga dibawah kuasa dosa ini, oleh karena itu Maryam bukan “dikandung tanpa dosa asal”. Maryam tetap manusia berdosa seperti semua manusia yang lain.

    4. Gerakan Karismatik Katolik
    Teman yang ortodoks menyatakan Gereja Karismatik Katolik adalah sesat meskipun hanya pendapat pribadi tetapi saya yakin masih banyak orang Ortodoks Rusia yang menyatakan Gerakan Karismatik Katolik adalah sesat.

    5. Tata cara Liturgi
    Teman Ortodoks tidak setuju jika Pastur menghadap ke umat seharusnya pastur menghadap ke altar karena dari awal ekaristi pastur selalu menghadap ke altar dan penggunaan kerudung di wajibkan di dalam misa.

    6. Perkataan Paus yang mendukung ortodoks
    … From the Apostolic era until now, the Orthodox Church of Greece has been a rich source from which the Church of the West too has drawn for her liturgy, spirituality and jurisprudence (cf. Unitatis Redintegratio, 14). A patrimony of the whole Church are the Fathers, privileged interpreters of the apostolic tradition, and the Councils, whose teachings are a binding element of all Christian faith …
    Translate:
    … Sejak dari zaman kerasulan sampai sekarang, Gereja Orthodox Yunani telah menjadi sumber yang kaya dimana Gereja Barat juga telah ditarik untuk spiritualitas, liturgi, dan hukum Gerejawi (cf. Unitatis Redintegratio, 14). Suatu harta warisan luhur dari seluruh Gereja yaitu Para Bapa (Gereja), penafsir istimewa dari tradisi rasuli, dan konsili-konsili, yang ajarannya adalah suatu unsur yang mengikat semua iman Kristen …
    [Paus Katolik Roma Yohanes Paulus II

    http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_ii/speeches/2001/documents/hf_jp-ii_spe_20010504_archbishop-athens_en.html

    6. pernyataan dari ortodok sendiri terhadap kepemimpinan Paus
    Gereja Orthodox tidak pernah mengingkari Primasi Gereja Roma sebagai kakak tertua yang patut dihormati (Primus Interpares), namun menolak Supremasi Mutlak yang diterapkan oleh Gereja Roma kepada Gereja-Gereja Yuridiksi lain. Demikianlah, semoga kita dapat saling mengerti dan memahami sehingga Persatuan Gereja dapat segera terwujud…

    7. Konsili Effesus tentang Syahadat ( Filioque )
    Konsili Effesus Kanon ke 7.
    “Sesudah hal ini dibacakan, Konsili / Musyawarah kudus memutuskan bahwa haram bagi setiap manusia untuk mengumumkan, atau untuk menulis, atau menulis yang berbeda (ἑτέραν) dari syahadat Iman, sebagai Syahadat saingan yang didirikan oleh para Bapa suci Gereja dengan penyertaan Roh Kudus di Nicea. Jika Para Uskup yang mengubah atau membuat syahadat yang berbeda maka akan dinyatakan Asing, jika para umat yang melakukannya maka akan dinyatakan terbuang.”

    Permasalahan Ortodoks dengan Gereja Katolik bukan hanya menyangkut Filioque karena itu seharusnya butuh keterbukaan dan pengertian dan diperlukan diaolog terbuka dengan Ortodoks supaya bisa kembali kedalam ajaran Katolik…

    Semoga admin dan para Pastur di Indonesia lebih peka dan terus berusaha dan membantu memahami iman Katolik kepada umat karena melihat perkembangan Ortodoks yang sudah cukup pesat dan semoga admin dan pastur dapat bekerja sama dengan umat dan pastur Ortodoks dalam hal pembinaan iman karena umat ortodoks juga mendapatkan jalur apostolik dari para rasul…

    Submitted on 2013/08/13 at 9:30 am:

    Melanjutkan tulisan saya yang kemarin tentang teman saya yang ortodoks…

    Poin yang terakhir yang cukup sulit untuk dapat dipertemukan yaitu

    8. Perbedaan sosok dan sikap Bunda Maria Katolik VS Ortodoks
    Teman ortodoks menganggap bahwa Bunda Maria Katolik sangat sombong dan tidak rendah hati karena di setiap penampakan Bunda Maria selalu mengatakan bahwa saya adalah Bunda Maria yang di kandung tanda dosa sesuatu yang menunjukkan bahwa Bunda Maria begitu arogan dan sangat ingin menunjukkan diri bahwa saya adalah manusia yang bebas dari noda dosa sedangkan di Ortodoks Bunda Maria digambarkan sebagai sosok yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri dalam setiap penampakannya…

    Menurut saya, semoga admin juga memberikan sebuah kolom khusus untuk dialog Katolik dengan Ortodoks agar ada suatu kesamaan pola pikir antara Katolik dengan ortodoks… Semangat dan terus mewartakan kabar tentang iman Katolik….

    Mohon digabungkan dengan tulisan yang saya tuliskan kemarin…
    Thanks

    • Shalom Krisna,

      1&7. Tentang Filioque

      Sebenarnya tentang topik ini sudah panjang lebar dibahas di artikel ini, silakan klik. Silakan membaca di artikel tersebut terlebih dahulu.

      Di sana sudah kami sampaikan kronologi kejadian tentang isue Filioque ini, dan dengan membacanya dengan hati jernih, seseorang akan mengetahui bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan dalam hal iman tentang Trinitas, antara Gereja Timur (Yunani) dan Barat (Latin); hanya keduanya mengekspresikannya dengan berbeda, yang harus diakui juga karena keterbatasan bahasa. Dalam hal ini adalah terjemahan kata Latin yang menjelaskan Roh Kudus dari “yang keluar” (ekporeuetai) dari Bapa (Yoh 15:26). Kata ekporeuetai dalam bahasa Yunani mengacu kepada arti ‘keluarnya sesuatu dari satu sumber’. Sayangnya, dalam bahasa Latin, tidak ada kata yang persis mempunyai konotasi seperti itu. Maka kata Latin yang ada untuk menerjemahkan kata tersebut adalah “procedere” yang artinya juga adalah suatu “gerakan keluar dari”, namun kata ini tidak spesifik menunjukkan asalnya dari satu sumber. Maka ketika dalam Syahadat versi Latin ditemukan kata “Filioque” maka kata tersebut diartikan oleh para bapa Gereja Timur, bahwa Gereja Latin menambahkan suatu kata yang menyimpang dari arti semula. Padahal tidak demikian. Meskipun digunakan kata “Filioque” (dan Putera), Gereja Barat (Latin) tidak pernah mengajarkan bahwa Roh Kudus berasal dari Allah Bapa dan Putera dalam keadaan terpisah antara Keduanya sehingga ada dua Sumber Roh Kudus. Ini adalah kesalahpahaman bapa Gereja Timus, secara khusus Photius, yang sayangnya sampai sekarang masih juga dipegang oleh sejumlah orang yang salah paham dengan ajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik tetap berpegang bahwa Roh Kudus memang berasal dari Allah Bapa, namun karena Ia ada dalam kesatuan dengan Putera-Nya, maka keluarnya Roh-Nya itu, melalui Putera-Nya juga. Itulah maksud arti kata “dan Putera” (Filioque) yang dipahami oleh Gereja Latin. Hal inilah yang juga telah diajarkan oleh St. Agustinus: “Bapa-lah asal semua ke-Tuhanan. Demikianlah Roh Kudus yang keluar dari Bapa dan Putera berasal dari Ia [Bapa] yang dari-Nya Putera lahir.” (St. Augustine, The Trinity, Book IV, 28-29, translated by Edmond Hill, O.P. (Brooklyn: New City Press) 1991, p.174).

      Mohon maaf Krisna, saya tidak dapat melanjutkan dialog dengan Anda tentang topik ini lagi, karena sudah panjang lebar topik ini dibahas, dan nampaknya apa yang kami sampaikan ini juga di cut and paste lalu dimasukkan di situs lain, ditanggapi di sana, yang sudah jelas kami jabarkan di situs ini, lalu Anda kemudian berbalik menanyakannya kembali kepada kami, tanpa membaca seutuhnya apa yang sudah pernah disampaikan di situs ini, termasuk yang diajarkan oleh St. Agustinus. Dialog ini akan menjadi tanpa akhir, jika tidak ada kesediaan untuk melihat dengan jujur bahwa sebenarnya perbedaan yang ada lebih kepada perbedaan istilah dan bahasa, sedangkan yang diimani itu sesungguhnya sama. Memang ada sejarah yang panjang tentang bagaimana masalah Filioque ini berkembang, tetapi itu tidak mengubah kenyataan bahwa sebenarnya perbedaan yang dipermasalahkan antara Gereja Barat dan Timur sesungguhnya bukan perbedaan yang prinsip, tentang Filioque ini. Itulah sebabnya maka ada usaha dari pihak kedua Gereja untuk mengusahakan titik temu, dan biarlah kita menunggu hasilnya dengan iringan doa. Mohon pengertian Anda, diskusi tentang Filioque dengan Anda ini saya tutup sampai di sini, sebab jika ada banyak orang seperti Anda, maka kami tidak bisa melayani pertanyaan-pertanyaan yang lain. Jika Anda masih merasa belum terjawab dengan tanggapan kami, silakan Anda klik saja di google ada banyak sekali sumber tentang Filioque dari perpektif Katolik, silakan Anda membacanya di sana.

      2&3. Dogma Maria dikandung tanpa dosa dan tentang konsep dosa asal

      Di sana dikutip banyak kutipan ajaran Bapa Gereja, yang sesungguhnya jelas menjadi dasar mengapa Gereja mengajarkan bahwa Bunda Maria tidak berdosa. Perbedaan yang ada nampaknya adalah, sejak kapan Maria bebas dari dosa? Hal bahwa kita menerima dosa asal dari Adam, itu jelas disebutkan dalam Kitab Suci, yaitu dalam Rom 5:12-21. Maka pada diri setiap manusia ada dosa asal dan dosa pribadi. Nah dosa pribadi ini memang tidak diturunkan kepada orang lain (Yeh 18:20), namun dosa asal dari Adam itu diturunkan kepada setiap orang, kecuali jika Tuhan sendiri yang membuat kekecualian. Dan itu terjadi pada Kristus dan Bunda Maria, sejak keduanya terbentuk di rahim ibu mereka: 1) Yesus ketika Ia mengambil rupa manusia dalam rahim Maria; dan 2) Maria, ketika ia terbentuk di rahim ibunya, St. Anna. Baik Kristus maupun Maria dibebaskan dari dosa asal, untuk dapat menjadi Adam dan Hawa yang baru, sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci. Pemahaman yang benar tentang hal ini tidak akan membuat seseorang menjadi bingung dan bertanya, kalau Maria bebas dari dosa asal, lalu bagaimana dengan St. Anna, dan ibunya St. Anna? Mereka semua tidak mempunyai peran untuk menjadi Hawa baru, mereka juga tidak mempunyai peran untuk melahirkan Tuhan Yesus, maka tentu mereka tidak menerima kepenuhan rahmat yang membebaskan mereka dari dosa asal tersebut saat conception.

      Maka dalam konteks Bunda Maria, kata dibebaskan/ dikuduskan dari dosa, tidak harus diartikan bahwa ia harus berdosa dulu, baru kemudian dibebaskan atau dikuduskan dari dosa. Sebaliknya, atas rahmat Allah, Allah yang berkuasa melampaui segala sesuatu mampu untuk menghindarkannya dari pengaruh dosa. Dan inilah yang dilakukan oleh Allah pada saat ia terbentuk di rahim ibunya. Ia menerima rahmat pengecualian itu, dari jasa wafat dan kebangkitan Kristus, walaupun saat itu Kristus belum mengalami misteri Paska-Nya itu. Ini dimungkinkan karena Allah Maha Kuasa mengatasi ruang dan waktu.

      Selanjutnya tentang topik ini, klik di sini.

      Gereja Katolik tidak menyebutkan secara eksplisit apakah Bunda Maria wafat (meninggal dunia) atau tidak di akhir hidupnya. Yang diajarkan ialah ….”Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (Munificentissimus Deus, 44)

      Namun banyak teolog Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria wafat (sepertihalnya Yesus juga wafat) sebelum ia diangkat ke surga. Bunda Maria wafat bukan karena dosa, tetapi karena kesatuannya dengan Kristus yang telah lebih dahulu memilih untuk wafat sebelum kebangkitan-Nya.

      4. Gerakan Karismatik Katolik Sesat?

      Seorang yang tidak menerima otoritas Paus maka akan dapat berkata apa saja menurut pandangan pribadinya. Tetapi Gereja Katolik yang mengakui otoritas Paus, tidak dapat berkata demikian. Gerakan Karismatik Katolik diterima oleh para Paus sebagai salah satu gerakan gerejawi, sebagaimana dapat dibaca di sini, silakan klik.

      Selanjutnya tentang topik Gerakan Karismatik, silakan klik di sini.

      5. Tata cara Liturgi

      Dalam tata cara liturgi Gereja Katolik, memang terdapat dua jenis tata cara liturgi, yaitu misa Tridentina (dengan imam menghadap ke altar) dan misa Novus Ordo yang lebih dikenal sekarang. Kedua tata cara ini diperbolehkan oleh Gereja Katolik, tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Sedangkan tentang kerudung kepala wanita, klik di sini.

      Bagi sejumlah orang yang tidak menerima otoritas Paus, mereka juga tidak dengan mudah menerima keputusan Paus tentang hal ini.

      6. Perkataan Paus yang mendukung ortodoks dan pernyataan orthodoks terhadap kepemimpinan Paus

      Paus Yohanes Paulus II dalam teks pidatonya di hadapan Primat Gereja Orthodoks Yunani memang mengakui bahwa Gereja Yunani merupakan sebuah sumber yang kaya yang daripadanya Gereja Barat memperoleh liturgi, spiritualitas, hukum (law). Ini adalah suatu langkah positif dari Paus Yohanes Paulus II untuk mengakui peran Gereja Timur yang memang secara historis tidak terpisahkan dari Gereja Barat, sebab sumbernya sama, yaitu dari Kristus dan para Rasul, yang memang memulai pewartaan mereka di daerah Timur – yaitu Yerusalem, daerah Yudea dan sekitarnya. Dari pidato itu, Paus mengajak Gereja Orthodoks Yunani untuk bersama-sama menindaklanjuti langkah-langkah ekumenis yang sudah dimulai oleh Patriarkh Athenagoras dan Paus Paulus VI. Dengan demikian, yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II adalah tetap memberi penghormatan kepada Paus Paulus VI pendahulunya, dan dengan demikian memegang teguh jalur apostolik yang diterimanya dari Rasul Petrus melalui para Paus pendahulunya, walaupun ia juga mengakui adanya hubungan yang erat antara Gereja Latin dengan Gereja-gereja Timur Orthodox. Ini bukan hanya pandangan pribadi Paus Yohanes Paulus II, tetapi juga yang tertuang dalam dokumen-dokumen Gereja Katolik. Sebab memang Gereja Katolik memang menghargai warisan tradisi Gereja dari Gereja-gereja Timur, dan mengakui jalur apostolik di Gereja-gereja tersebut, hanya saja, adalah juga fakta bahwa mereka tidak sepenuhnya ada dalam kesatuan dengan Gereja Katolik, karena mereka tidak mengakui kepemimpinan Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja, terutama dalam hal pengajaran iman dan moral.

      Maka ini mengkait kepada pernyataan berikutnya, yaitu bahwa Gereja Orthodoks yang tidak mengingkari Primasi Gereja Roma tapi menolak ‘supremasi mutlak’ Gereja Roma. Sejujurnya yang perlu disamakan persepsinya adalah apakah yang dimaksud dengan ‘supremasi mutlak’. Sebab supremasi kepemimpinan Paus dalam Gereja Katolik, menurut ajaran Magisterium Gereja Katolik adalah terutama dalam hal pengajaran iman, demi kesatuan persekutuan, atas landasan Mat 16:18-19. Jadi supremasi ini maksudnya adalah untuk menjaga kesatuan Gereja, dan untuk melayaninya:

      “Mengikuti jejak Konsili Vatikan I, Konsili suci ini mengajarkan dan menyatakan, bahwa Yesus Kristus Gembala kekal telah mendirikan Gereja Kudus, dengan mengutus para Rasul seperti Ia sendiri di utus oleh bapa (lih. Yoh 20:21). Para pengganti mereka yakni para Uskup, dikehendaki-Nya untuk menjadi gembala dalam gereja-Nya hingga akhir zaman. Namun supaya episkopat itu sendiri tetap satu dan tak terbagi, Ia mengangkat santo Petrus menjadi ketua para Rasul lainnya. Dan dalam diri Petrus itu Ia menetapkan adanya azas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan. Ajaran tentang penetapan, kelestarian, kuasa dan arti Primat Kudus Imam Agung di Roma maupun tentang Wewenang Mengajarnya yang tak dapat sesat, oleh Konsili suci sekali lagi dikemukakan kepada semua orang beriman untuk diimani dengan teguh. Dan melanjutkan apa yang sudah dimulai itu Konsili memutuskan, untuk menyatakan dan memaklumkan dihadapan mereka semua ajaran tentang para uskup, pengganti para Rasul, yang beserta pengganti Petrus, Wakil Kristus dan Kepala Gereja semesta yang kelihatan, memimpin rumah Allah yang hidup.” (Lumen Gentium, 18)

      Maka, supremasi Paus ini tidak menolak tradisi masing-masing Gereja lokal, namun bertugas menjaga keberagaman tradisi tersebut dan mengusahakan kesatuan di antaranya. Maka dalam keadaan kepemimpinan macam ini, terminologi “supremasi mutlak Gereja Roma” tidaklah pas, sebab faktanya, Paus tidak memaksakan tradisi Gereja Roma dan mematikan tradisi Gereja lokal. Ini nyata dengan bagaimana Gereja Barat (Roma) menerima dan Gereja-gereja Timur Katolik dan memperbolehkan atau bahkan menganjurkan agar tradisi Timur tersebut terus dipertahankan, bagaimana Gereja Katolik menerima beberapa komunitas gereja Anglikan dan memperbolehkan mereka melestarikan tradisi mereka, atau bagaimana Gereja Roma menghormati tradisi Gereja-gereja lokal setempat, termasuk Gereja Katolik di Indonesia.

      “Maka dalam persekutuan Gereja selayaknya pula terdapat Gereja-Gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri, sedangkan tetap utuhlah primat takhta Petrus, yang mengetuai segenap persekutuan cinta kasih, melindungi keanekaragam yang wajar, dan sekaligus menjaga, agar hal-hal yang khusus jangan merugikan kesatuan, melainkan justru menguntungkannya.” (Lumen Gentium, 13)

      Sebagai umat, marilah kita berdoa agar para pemimpin Gereja dapat sampai kepada pemahaman yang sama tentang hakekat kepemimpinan Gereja yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Namun seungguhnya, bukan merupakan hal yang aneh, jika harus ada satu kepemimpinan tertinggi yang memutuskan jika terjadi perbedaan interpretasi ataupun pemahaman ajaran, demi kesatuan seluruh Gereja. Sejarah Gereja sendiri telah menunjukkan bahwa hal ini telah dilakukan oleh Gereja Roma sejak awalnya, dan semoga fakta yang tak terbantahkan ini dapat membuka mata hati semua orang akan janji Kristus sendiri yang menyertai Rasul Petrus dan para penerusnya untuk memimpin Gereja sehingga alam maut tidak akan menguasainya (lih. Mat 16:18).

      8. Perbedaan sosok dan sikap Bunda Maria Katolik vs Orthodox?

      Teman Anda dari gereja Orthodoks berargumen bahwa Bunda Maria (versi) Katolik nampak sombong, berbeda dengan (versi) Orthodoks yang rendah hati, terlihat dari pesan- pesan penampakannya. Benarkah demikian?

      Pertama-tama perlu diketahui beberapa fakta sebagai berikut:

      1. Ajaran Gereja Katolik tidak tergantung dari pesan penampakan-penampakan ini. Penampakan Bunda Maria kepada para ‘pelihat’/ visioner, termasuk dalam katagori wahyu pribadi yang tidak mempengaruhi ajaran Gereja. Kalaupun pesan itu sesuai dengan ajaran Gereja, itu sifatnya adalah meneguhkan dan membantu umat untuk menghayati ajaran Gereja. Ini terlihat jelas, bahwa pesan penampakan Bunda Maria kepada St. Bernadette di Lourdes yang mengatakan bahwa ia dikandung tanpa noda sejak dalam kandungan/ immaculate conception, terjadi pada tahun 1858, empat tahun sesudah (bukan sebelumnya) dogma tersebut dinyatakan oleh Paus Pius IX tahun 1854, dalam Konsitusi Apostoliknya, Ineffabilis Deus.

      Jadi apa yang dinyatakan dalam penampakan Bunda Maria tersebut merupakan konfirmasi, dan bukan menjadi sumber bagi Paus Pius IX untuk menentukan ajarannya. Paus merumuskan ajaran tersebut berdasarkan tulisan-tulisan para Bapa Gereja sejak abad-abad awal, atas tuntunan Roh Kudus, demi perlindungan terhadap iman Gereja sepanjang sejarah, akan kesempurnaan kekudusan Tuhan kita Yesus Kristus yang dengan demikian mensyaratkan kekudusan ibu yang mengandung dan melahirkan-Nya.

      2. Menyatakan suatu kebenaran, tidak dapat disamakan sebagai sikap ‘kesombongan’. Pernyataan Bunda Maria bahwa ia dikandung tanpa noda, bukan merupakan suatu kesombongan, namun ia hanya mengungkapkan suatu kebenaran, tentang rahmat Allah yang menguduskan, yang diterimanya karena peran yang dipercayakan kepadanya untuk menjadi Bunda Kristus, sehingga ia dibebaskan dari dosa sejak saat pertama keberadaannya dalam rahim ibunya. Pemberian kepenuhan rahmat kepada Bunda Maria secara khusus ini menggenapi ayat dalam Kitab Suci, “….sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” (Luk 1:48-49)

      Sikap kerendahan hati Maria ditunjukkannya dengan menerima rahmat Allah ini dengan ketaatan seorang hamba, yang siap sedia melakukan segala kehendak Allah, sejak ia menerima warta gembira dari Malaikat sampai ia setia berdiri mendampingi Kristus di bawah kayu salib-Nya, saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia.

      3. Ada banyak sekali klaim penampakan Bunda Maria, namun Gereja Katolik hanya mengakui sedikit sekali di antaranya; dan terhadap penampakan yang dikaui sekalipun, umat Katolik tidak terikat untuk percaya kepada penampakan-penampakan itu. Tambahan lagi, tidak di semua penampakan Bunda Maria menyatakan dirinya sebagai “yang dikandung tidak bernoda”, dan dalam penampakan itu, bukan pernyataan tentang diri Maria yang menjadi fokusnya, namun pesan utama kepada semua orang untuk berdoa, bertobat dan menghormati dan mengasihi Tuhan.

      Silakan untuk selanjutnya membaca sekilas pesan-pesan penampakan Bunda Maria di sini, silakan klik.

      Demikianlah tanggapan saya atas pertanyaan Anda, Krisna. Selanjutnya terhadap usulan Anda agar kami menyediakan rubrik khusus untuk berdialog dengan umat Orthodox, mohon maaf kami tidak dapat melaksanakannya karena terbatasnya waktu dan tenaga kami. Sebab fokus utama kami di Katolisitas adalah menyampaikan ajaran iman Katolik, pertama-tama kepada umat Katolik sendiri, baru setelah itu kepada semua pembaca, namun kami tidak dapat mengkhususkan kepada suatu golongan tertentu. Mohon pengertian Anda.

      Mari kita melakukan karya kerasulan seturut dengan panggilan kita masing-masing, yang mungkin tidak sama, namun tetap ditujukan untuk pembangunan Gereja sebagai Tubuh Kristus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Shalom Krisna,

      Sejujurnya, saya tidak dapat menemukan catatan sejarah yang jelas tentang kejadian yang tragis di Mount Athos tersebut. Di salah satu situs Orthodox sendiri ditulis ada 2 kemungkinan tahun terjadinya kejadian tersebut, yaitu tahun 1259 atau 1276-1280. Ini sendiri secara obyektif menunjukkan kurangnya akurasi deskripsi kejadian, sebab kalau memang kejadian itu sungguh terjadi dan ada keterlibatan Paus di dalamnya, tentu sejarah akan mencatatnya dengan jelas, tahunnya kapan, dan Gereja Katolik tidak akan menyembunyikannya. Beberapa catatan tentang kehidupan Paus tertentu yang tidak sesuai dengan penggilan hidupnya sebagai pemimpin Gereja, dapat dibaca dalam ensiklopedi Katolik, seperti yang online dapat dibaca di New Advent Catholic encyclopedia. Sekilas ulasan tentang beberapa Paus yang kontroversial tersebut, pernah ditulis di sini, silakan klik.

      Nah, mengikuti klaim tersebut, jika kita memeriksa catatan sejarah Gereja, kita melihat alternatif waktu kejadian pada tahun 1259 bertepatan pada masa pemerintahan Paus Alexander IV (1254-1561). Memang Paus Alexander IV dicatat sebagai seorang yang religius, namun ia bukan seorang pemimpin negara yang tegas. Maka secara rohani, ia memimpin dengan baik dan bijaksana, namun sebagai administrator Tahta Suci, ia kurang tegas. Ia tidak menangani dengan tegas konflik dengan keturunan Raja Jerman, Conradin dan Manfred yang menyerang pihak Tahta Suci. Dicatat juga bahwa ia gagal mempertahankan kekuatan dunia Kristen terhadap invasi Tartar. Namun, tidak dicatat apapun tentang kejadian di daerah Gereja Timur atau tentang usaha mempersatukan Gereja Barat dan Timur oleh Paus Alexander IV pada periode ini. Buku sejarah Gereja yang cukup lengkap, A History of the Church, karangan Philip Hughes, yang terdiri dari 3 volume masing-masing sekitar 550 halaman, juga tidak mencatat apapun tentang kejadian di Mount Athos, atau tentang adanya crusade di daerah Gereja Timur di periode kepemimpinan Paus Alexander IV.

      Jika kita melihat kepada alternatif kejadian yang kedua, yaitu tahun 1276-1280, maka kita melihat adanya 4 orang Paus yang memimpin dalam periode tersebut, yaitu: Paus Beato Innocent V (1276), Adrian V (1276), Yohanes XXI (1276-1277), Nicholas III (1277-1280). Setelah Paus Gregorius X wafat tanggal 10 Januari 1276, Innocent V terpilih menggantikannya, namun hanya memimpin sekitar 5 bulan. Ia wafat, kemudian digantikan oleh Paus Adrian V, yang hanya bertahan 7 minggu. Ia wafat, kemudian digantikan oleh Paus Yohanes XXI, yang memimpin selama 8 bulan. Paus ini wafat tertimpa plafon perpustakaannya. Tahta Suci tidak mempunyai pemimpin sampai 6 bulan, sebelum akhirnya memilih Paus Nicholas III. Catatan sejarah juga tidak mencatat apapun sehubungan dengan insiden di Mount Athos ataupun tentara crusade di daerah Byzantine pada periode ini.

      Namun dalam kisah yang menyangkut Gereja Timur di periode 1259-1280 sejarah mencatat usaha Kaisar Byzantine yang bernama Michael VIII Palaiologos untuk mempersatukan Gereja Timur Orthodox dan Gereja Katolik (Latin). Perjanjian persatuan antara kedua Gereja kemudian ditandatangani tahun 1274 di Konsili Lyons II. Namun usaha Kaisar Michael VIII dalam masa kepemimpinannya ditentang oleh rakyatnya sendiri, yang menolak persatuan tersebut.

      Catatan sejarah di atas tidak merekam kejadian di Mount Athos, namun demikian, kejadian tragis kematian para rahib di Athos atas serbuan prajurit, dapat saja memang terjadi. Hanya saja nampaknya terlalu tergesa-gesa jika serangan tersebut dihubungkan dengan Paus. Ada masalah politik yang lebih rumit yang terjadi di sini, yang bukannya tidak mungkin, menyangkut sesama warga Byzantine sendiri, antara yang pro Kaisar Michael VIII Palaiologos, dengan yang kontra/ menentang Kaisar. Hanya saja karena Kaisar Michael VIII menghendaki persatuan Gereja Timur (Orthodox) dan Barat (Latin), ia kemudian dihubungkan dengan Paus, namun sejauh yang saya ketahui, tidak ada catatan sejarah yang mencatat keterlibatan Paus dalam hal urusan dalam negeri Byzantine tersebut.

      Demikianlah yang dapat saya sampaikan tentang pertanyaan Anda. Selanjutnya, silakan Anda membaca kelanjutan topik ini yaitu Tentang Hesychasm, silakan klik; dan tentang Filioque, yang dipandang sebagai hal yang memisahkan Gereja Barat (Latin) dan Timur (Orthodox), silakan klik, padahal sesungguhnya hal itu hanyalah istilah teknis yang tidak memisahkan pemahaman iman kedua Gereja.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Shalom bapak/ibu admin
    Saya mohon kalau sudah ada waktu luang agar dibuatkan artikel tentang sejarah pemisahan Gereja Orthodox dan penyebab pemisahan tersebut seperti contohnya filioque. Saya kira banyak umat yang belum memahami seperti saya ini.
    Salam dan terima kasih sebelumnya.

  4. Pak Stefanus dan Bu Inggrid,

    Salam Damai Kristus,
    melalui media ini, saya merasa sangat terbantu untuk penyegaran belajar kembali tentang pengetahuan iman Katolik. Pada saat ini saya mau tanya mengenai makna Gereja sebagai paguyuban mistik? Bagaimana paguyuban mistik itu di wujudkan dalam hidup perseorangan dan hidup paguyuban jemaat?
    terimakasih atas jawabannya.

    • Shalom Agustinus Setiawan,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus. Untuk itu, silakan membaca artikel di atas – silakan klik, beserta dengan tanya jawab di bagian bawahnya. Secara prinsip, Tubuh Mistik Kristus dapat diumpamakan seperti kodrat manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa, atau juga kodrat Kristus yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus dapat menjadi suatu tujuan (end) maupun sarana untuk mencapai tujuan (means).

      Dengan menyadari hakekat Gereja yang mempunyai dualitas seperti yang diterangkan di atas, maka dalam konteks umat beriman, kita berada dalam ikatan yang kuat (baik dalam ikatan Ilahi – Gereja sebagai tujuan – dan juga diikat dalam hirarki yang sama – Gereja sebagai sarana), sama seperti kita berada dalam bahtera keselamatan. Kesadaran ini tidak membuat kita sombong, melainkan justru dibarengi dengan tanggung jawab yang besar, yaitu untuk dapat menjangkau seluruh umat manusia, sebab Tuhan menginginkan agar seluruh umat manusia dapat masuk dalam bahtera keselamatan ini (lih. 1 Tim 2:4). Dan hal ini sesuai dengan pesan Kristus sendiri sebelum Dia naik ke Sorga, yaitu “19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20)

      Dalam konteks perorangan, kita juga harus menyadari bahwa setelah kita dibaptis, kita harus turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Kristus. Jadi, dalam kapasitas kita masing-masing, kita harus mengasihi dan membangun Tubuh Mistik Kristus ini.

      Akhirnya, persatuan Kristus dengan Tubuh Mistik-Nya dapat terwujud secara nyata dalam setiap perayaan Ekaristi. Setiap kali kita berpartisipasi / merayakan Ekaristi, maka kita dipersatukan dengan Kristus dan seluruh anggota Gereja-Nya. Semoga jawaban ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  5. Syalom,

    Saya sangat bersyukur telah menemukan website ini. Sungguh, iman dan pengetahuan saya bertambah besar. walaupun saya sedari kecil sudah dididik secara katolik, namun baru akhir2 ini saja saya benar2 berniat untuk mendalami pengetahuan saya mengenai katolik. Ada satu pertanyaan yang mengganjal saya, yaitu 1Kor 12:20 “memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh”. apakah ayat ini (termasuk ayat2 sebelum dan sesudahnya) dapat dikaitkan dengan beragamnya aliran kekristenan di dunia? maksudnya, walaupun kekristenan secara umum terpecah2 menjadi ribuan aliran (termasuk katolik yang saya cintai), tetapi tetap menjadi satu tubuh, yaitu tubuh Yesus Kristus? kalau benar, bagaimana tanggapan Gereja katolik terhadap saudara2 dari aliran lainnya? karena ada beberapa paham dan dogma yang 180 derajat berbeda dengan katolik (tentang paus, bunda maria, api penyucian, dll). Padahal kita diminta untuk “open minded” oleh rasul Paulus. Mohon tanggapannya.
    GBU

    NB : saya tidak menemukan cara untuk meng”upload” pertanyaan di forum tanya jawab, sehingga terpaksa saya tulis disini. Mohon maaf kalau salah tempat.

    • Shalom Gregorius,

      Terima kasih atas dukungannya untuk situs ini. Bersyukurlah bahwa anda diberikan kerinduan untuk mempelajari iman Katolik. Tentang 1 Kor 12:20 dan kaitannya dengan denominasi-denominasi, maka kita harus mengerti akan kodrat dari Tubuh Mistik Kristus. Bacalah artikel di atas – silakan klik, yang mencoba membahas bahwa Gereja Katolik-lah yang disebut Tubuh Mistik Kristus, karena Tubuh Mistik Kristus harus terlihat dan sekaligus mempunyai makna spiritual, sama seperti tubuh dan jiwa yang mempunyai persatuan yang tak terpisahkan atau sama seperti kodrat Kristus yang sungguh Tuhan dan sungguh manusia, yang mempunyai empat tanda: satu, kudus, katolik dan apostolik. Hubungan antara Gereja Katolik dengan gereja-gereja non-Katolik dapat dibaca di dokumen Vatikan II – Unitatis Redintegratio (UR, 3) di sini – silakan klik, yang mengatakan:

      Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awalmula telah timbul berbagai perpecahan[15]], yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak di hukum[16]]. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja katolik, kadang-kadang bukan karena kesalahan kedua belah pihak. Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan di besarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih. Sebab mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibabtis secara sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja katolik, baik perihal ajaran dan ada kalanya juga dalam tata-tertib, maupun mengenai tata-susunan Gereja, persekutuan gerejawi yang sepenuhnya terhalang oleh cukup banyak hambatan, diantaranya ada yang memang agak berat. Gerakan ekumenis bertujuan mengatasi hambatan-hambatan itu. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan dalam Kristus[17]]. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan[18]].

      Kecuali itu, dari unsur-unsur atau nilai-nilai, yang keseluruhannya ikut berperanan dalam pembangunan serta kehidupan Gereja sendiri, beberapa bahkan banyak sekali yang sangat berharga, yang dapat ditemukan diluar kawasan Gereja katolik yang kelihatan: Sabda Allah dalam Kitab suci, kehidupan rahmat, iman, harapan dan cinta kasih, begitu pula kurnia-kurnia Roh kudus lainnya yang bersifat batiniah dan unsur-unsur lahiriah. Itu semua bersumber pada Kristus dan mengantar kepada-Nya, dan memang selayaknya termasuk gereja Kristus yang tunggal.

      Tidak sedikit pula upacara-upacara agama kristen, yang diselenggarakan oleh saudara-saudari yang tercerai dari kita. Upacara-upacara itu dengan pelbagai cara dan menurut bermacam-ragam situasi masing-masing Gereja dan jemaat sudah jelas memang dapat menyalurkan hidup rahmat yang sesungguhnya, dan harus diakui dapat membuka pintu memasuki persekutuan keselamatan.

      Oleh karena itu Gereja-Gereja[19]]dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja katolik.

      Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai Jemaat dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah, Selama berziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkan dari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurut rencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruh kepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi.

      Dan, sebenarnya tidak mungkin dalam satu Tubuh Mistik Kristus terdapat perbedaan dogma dan doktrin, terutama dogma dan doktrin yang begitu fundamental, seperti: sakramen-sakramen, konsep keselamatan, keutamaan Petrus, dll. Semoga jawaban singkat ini dapat berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Salam,

        Terima kasih pak Stef yang telah memberikan penjelasan mengenai pertanyaan saya. Saya sudah lebih dari dua kali membaca penjelasan bapak. Agar tidak salah menangkap maksud bapak, saya rangkum saja:
        1. yg dimaksud dengan saudara2 kita adalah mereka yg beriman kepada Kristus dan dibabtis secara sah. Pertanyaannya, babtisan yg bagaimana yg diakui oleh Katolik terkait dengan pernyataan pak Stef? Mohon maaf, seingat saya memang sudah ada pembahasan mengenai babtisan di katolisitas, tapi saya lupa dimana. Mohon pak stef memberikan link nya.
        2. Karena mereka dibabtis dan mengimani Kristus, mereka juga mendapatkan karunia2 dan buah2 Roh Kudus, karena Roh Kudus pun sering memakai mereka sebagai salah satu sumber keselamatan.
        3. Namun, mereka tidak bisa menikmati kesatuan seutuhnya dengan kristus karena mereka tidak bersatu dengan Tubuh Kristus yg sedang berziarah di dunia ini, yaitu katolik. Pertanyaannya, kalau memang demikian, apakah implikasinya bagi mereka terhadap keselamatan? apakah mereka tetap diselamatkan di akhir jaman?
        4. Pertanyaan ke empat, kalau saudara2 kita tersebut yang mengimani Kristus dan telah dibabtis (walaupun dengan cara mereka sendiri), tetapi dogma2 nya bertentangan dengan dogma dan ajaran Katolik, misalkan saja mereka tidak mengakui Maria sebagai Bunda Tuhan, melainkan hanyalah manusia biasa, apakah mereka tetap dianggap sebagai saudara2 kita? Pertanyaan ini bagi saya begitu penting, karena sangat menentukan sikap saya sebagai orang awam katolik yang sering berdialog dengan saudara2 protestan. Kadang2 saya sering berpikir di dalam hati, “Kasihan mereka, karena mengimani sesuatu yg salah”. Tetapi untuk “berdialog secara hangat” dengan mereka, saya merasa masih belum mampu, karena pengetahuan saya sebagai orang awam masih sangat terbatas.

        Terima kasih atas kesediaan Pak Stef (ataupun team lain yang bersedia membantu saya) untuk menjawab pertanyaan2 saya di atas..
        Tuhan memberkati

        • Shalom Gregorius,

          Terima kasih atas tanggapanya tentang Tubuh Mistik Kristus. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:

          1. Kalau kita mau melihat siapa saudara kita, maka kita harus melihat bahwa seluruh umat manusia ini, baik yang mengenal Kristus maupun yang tidak mengenal Kristus adalah saudara kita yang harus kita kasihi. Namun, dalam konteks iman, tentu saja kita dapat mengatakan bahwa hubungan kita dengan gereja Ortodoks adalah lebih dekat dibandingkan dengan gereja-gereja Protestan, maupun dengan umat dari non-Kristen atau yang tidak beragama. Anda dapat melihat diskusi ini lebih lanjut di sini – silakan klik. Tentang Baptisan, sejauh dilakukan dengan materi (air) dan forma (dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus), serta intensi yang benar, maka baptisan tersebut adalah sah. Dan ini adalah sesuai dengan perintah di Alkitab yang mengatakan “Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Ef 4:5). Dari sini juga terlihat sikap dari Gereja Katolik yang ingin merangkul anggota gereja lain, yang walaupun tidak dibaptis di dalam Gereja Katolik, namun baptisan mereka tetap sah dan hanya perlu diteguhkan, sehingga orang yang telah dibaptis dapat diterima dalam pangkuan Gereja Katolik secara penuh.

          2. Secara prinsip, cara biasa yang dipakai oleh Allah untuk memberikan rahmat-Nya adalah dengan melalui sakramen-sakramen. Namun, Allah dapat dengan bebas berkarya di luar sakramen-sakramen sejauh dipandang baik oleh Allah. Namun, Gereja tidak pernah tahu cara lain untuk mendapatkan keselamatan selain dengan baptisan (air, darah, rindu). Dengan demikian, Allah telah mengikat keselamatan manusia dengan Baptisan.

          3. Bagaimana dengan mereka yang tidak menikmati kesatuan secara utuh dalam Gereja Katolik? Silakan membaca tanya jawab ini – silakan klik.

          4. Kita harus tetap menghormati saudara/i kita dari agama Kristen non-Katolik, walaupun mereka mempunyai pengajaran yang berbeda dengan kita. Justru, kalau kita percaya bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik, maka kita harus menunjukkannya dengan pemaparan iman Katolik secara baik dan dilakukan dengan bijaksana. Oleh karena itu, menjadi tugas kita bersama untuk mendalami iman Katolik, sehingga kita dapat menerangkan iman Katolik dengan baik, terstruktur dan tidak bertentangan dengan pengajaran dari Gereja Katolik yang sebenarnya. Kita juga mohon rahmat Allah agar kita diberikan kebijaksanaan untuk dapat menyampaikan kebenaran dengan baik. Dan ini adalah suatu proses pembelajaran yang tanpa henti.

          Semoga jawaban singkat di atas dapat membantu.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • Salam,

            terima kasih pak stef atas penjelasannya. saya sudah dapat memahami penjelasan pak stef. semoga team katolisitas tetap bisa bekerja dengan penuh kasih sehingga kami para kaum awam ini bisa memperkuat iman dan kepercayaan akan Kristus dan Gereja katolik yang satu, kudus, dan apostolik.
            JLU

  6. Halo apologeters, mohon pencerahan.

    Dari kacamata Gereja Katolik, apakah Ortodoks juga adalah Katolik? Karena mereka mengklaim bahwa merekapun salah satu bagian dari Gereja Katolik. Oleh karena itu, mereka seringkali menyebut diri “Katolik Ortodoks” / “Orthodox Catholic”.

    Mohon penegasannya. Apakah mereka sah-sah saja mengklaim diri “katolik” dari kacamata Gereja Katolik?

    Terima kasih.

    • Shalom David,

      Pertama- tama perlu dipahami dahulu istilah "Orthodox". Orthodox dalam pengertian bebasnya adalah "right believer", sehingga seharusnya menjadi klaim semua orang beragama. Namun kita ketahui sekarang ini perkataan "Orthodox" mengacu kepada Gereja- gereja Timur yang memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma, setelah skisma yang dipimpin oleh Photius (abad ke-9) dan Michael Cerularius (abad ke-11).

      Memang setelah skisma tersebut terjadi pemisahan antara Gereja- gereja Timur (yang kemudian menyebut diri sebagai ‘Orthodox’) dari Gereja Katolik yang berpusat di Roma. Namun demikian dewasa ini sebagian dari Gereja- gereja Timur tersebut (terdapat 22 Gereja) telah kembali ke dalam persekutuan dengan Gereja Katolik, yang daftarnya dapat dibaca di sini, silakan klik.

      Gereja- gereja ini dikenal dengan Gereja-gereja Timur Katolik (Catholic Eastern Churches). Ke 22 Gereja ini dapat mengklaim sebagai Gereja Katolik, dan klaim tersebut sah, sebab mereka memang berada dalam kesatuan dengan Gereja Katolik, dan mereka mengakui kepemimpinan Bapa Paus. Namun gereja- gereja Timur (Orthodox) di luar dari ke 22 Gereja tersebut, tidak sepenuhnya sempurna bergabung dalam kesatuan dengan Gereja Katolik, karena mereka tidak mengakui kepemimpinan Bapa Paus.

      Jadi strictly speaking, memang tadinya Gereja- gereja Timur (Orthodox) adalah bagian dari Gereja Katolik. Mereka kemudian memisahkan diri dengan kesatuan dengan Gereja Katolik di abad ke- 11, namun kemudian sebagian dari mereka bergabung kembali dengan Gereja Katolik.

      [Dari Katolisitas: pernyataan ini kami edit, karena tidak semua Gereja- gereja Timur memisahkan diri dari Gereja Katolik. Kekecualian itu adalah Gereja Maronites dan Italo- Albanian Catholic Church, demikian juga dengan Syro- Malabar Church di India.]

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,

      • Terima kasih atas jawabannya.

        Saya rasa, saya perlu mengkoreksi beberapa hal :

        1. Memang saat ini ada 22 Gereja Timur Katolik; namun tidak semuanya adalah bekas Gereja Orthodox yang kemudian kembali bersatu dengan Katolik Roma. Ada setidaknya 2 Gereja Timur yang sejak semula selalu bersatu dengan Katolik Roma dan tidak pernah memisahkan diri dari communion Gereja Katolik universal; yaitu Gereja Katolik Maronit dan Gereja Katolik Italo-Albania. Kedua Gereja ini selalu mengakui primat universal Paus Roma.

        2. Dari sisi Gereja Katolik Timur sendiri (dan juga Gereja Katolik Roma), mereka memandang bahwa gereja-gereja timur yang sejati adalah gereja-gereja timur yang bersatu dengan Gereja Katolik Roma, sebagaimana terjadi sejak awal mula berdirinya Gereja (kurang lebih tahun 33 Masehi) hingga pecahnya Skisma Besar (tahun 1054 Masehi).
        Kumpulan Gereja Katolik Roma dan Gereja-gereja Timur yang saling bersekutu (berkomunion) penuh itulah yang membentuk Gereja Katolik sedunia. Dengan demikian, karena Gereja Ortodoks tidak bersekutu penuh, ya tidak masuk dalam Gereja Katolik sedunia.
        Dengan demikian, dari sisi Gereja Katolik Timur : memang sebagian dari mereka adalah bekas Gereja Ortodoks yang kembali bersatu dalam Gereja Katolik, tapi mereka melakukan itu terutama karena alasan ya gereja timur yang sejati dan semestinya adalah bersatu dalam Gereja Katolik yang ditandai dengan persatuan dengan Katolik Roma

        • Shalom David,

          Terima kasih atas koreksi anda. Ya memang benar yang anda katakan, bahwa di antara Gereja- gereja Timur, ada yang tidak pernah memisahkan diri dari kesatuan dari Gereja Katolik, yaitu Gereja Maronites dan Italo- Albanian Catholic Church, demikian juga dengan Syro- Malabar Church di India.

          Data dari beberapa ritus yang ada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik Roma, dapat dilihat di link ini, silakan klik

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  7. Istilah “Tubuh Mistik Kristus” sering digunakan tapi kemungkinan besar banyak umat katolik belum memahami dengan benar maknanya. Untuk menghindari istilah tersebut menjadi jargon, mohon dijelaskan secara gamblang agar dapat digunakan sebagai bahan sosialisasi kepada umat-umat sederhana yang tidak menguasai istilah teologis.Terima kasih.

    • Shalom Herman Jay,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Tubuh Mistik Kristus. Pemaparan di atas (silakan klik), dapat menjawab pertanyaan Herman. Secara prinsip, Tubuh Mistik Kristus hanya ada satu, dan Tubuh Mistik Kristus adalah Gereja Katolik. Klaim ini hanya mungkin, kalau Yesus sendiri yang mendirikan Gereja Katolik. Untuk itu, silakan membaca artikel tentang Gereja Katolik di sini (silakan klik). Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  8. Halo,

    Mohon bantuan saudara :

    Menurut Paus Pius XII dalam Ensiklik Humani Generis, 12 Agustus 1950: “[i]Tubuh Mistik Kristus dan Gereja Katolik adalah satu hal yang sama. Dan sepertinya mulai tahun 300an selalu dikatakan bahwa Tubuh Mistik Kristus adalah Gereja Katolik.

    1) Mohon konfirmasi, apakah Tubuh Mistik Kristus adalah Gereja Katolik (saja)?
    2) Jadi gereja Ortodoks (yang berpisah waktu skisma 1054 dengan gereja Katolik itu apakah termasuk dalam Tubuh Mistik Kristus atau tidak ya? Saya agak bingung karena saya baca “Karena mereka ini, yang percaya kepada Kristus dan menerima pembaptisan dengan baik, berada dalam semacam persekutuan dengan Gereja Katolik, walaupun tidak sempurna.” (Dekrit Konsili Vatikan II tentang Ekumene, Unitatis Redintegratio, no. 3). Apakah artinya mereka (gereja Ortodoks) masih masuk dalam Tubuh Mistik Kristus (walau tidak sempurna) karena sakramen2 nya yang diambil dari gereja Katolik dahulu?

    Paus Eugenius IV – Konsili Ekumenis Ketigabelas di Florence (A.D. 1438 – 1445) :
    “Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ‘ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya’ (Mat 25:41) kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik

    3) Saya bingung, di Konsili Vatikan II dikatakan bahwa yang diluar gereja Katolik ada kemungkinan selamat karena ada sakramen2 yang sama atau karena ada unsur2 kebenaran yang memungkinkan keselamatan mereka berkat jasa penebusan Kristus. Tapi kok di atas jelas2 ditulis semua kafir, yudaisme dll akan dibakar di api neraka ya? Tolong bisa dijelaskan bagaimana sih sebenarnya.
    4) Saya bingung karena ajaran gereja Katolik kok berubah-rubah terus ya? Antara sebelum dan sesudah Konsili Vatikan II kok berbeda sekali? Bagaimana sih sebenarnya.

    Terima kasih.

    • Shalom David,

      Terima kasih atas pertanyaannya sehubungan dengan gereja. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:

      1 & 2 & 3) Tubuh Mistik Kristus adalah hanya Gereja Katolik, karena tubuh adalah kelihatan, dan ini terlihat di dalam Gereja Katolik yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Lihat jawaban lengkapnya di sini – silakan klik. Silakan membaca link saya berikan terlebih dahulu, dan kalau masih ada yang belum jelas sehubungan dengan hal ini, maka David dapat menanyakannya kembali.

      Tentang pengajaran Gereja Katolik – Council of Florence dan setelah Vatikan II:

      1) Ajaran Gereja Katolik tidak berubah-ubah, namun kita harus mengartikannya sebagaimana Gereja mengerti tentang dogma tersebut. Sebagai contoh, pada waktu Konsili di Florence mengatakan “Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ‘ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya’ (Mat 25:41) kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik“, maka kita harus mencoba untuk melihat apakah dalam konteks ini, mereka yang berada di dalam Gereja Katolik yang dimaksud disini adalah yang tergabung dalam “visible structure“, atau mereka juga yang tergabung dengan “desire“.

      Untuk mencoba mengerti hal ini, mungkin kita dapat membandingkannya dengan beberapa dokumen ini:

      a) “The Letter of the Sacred Congregation of the Holy Office” tanggal 8 Agustus 1949 (silakan klik), dimana dikatakan: “The same in its own degree must be asserted of the Church, in as far as she is the general help to salvation. Therefore, that one may obtain eternal salvation, it is not always required that he be incorporated into the Church actually as a member (catatan saya: member of the visible structure), but it is necessary that at least he be united to her by desire and longing.

      b) “Maka terutama kepada umat beriman katoliklah Konsili suci mengarahkan perhatiannya. Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan babtis (lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui babtis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.

      Dimasukkan sepenuhnya kedalam sertifikat Gereja mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan didalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabunggkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya[26]. Pun hendaklah semua Putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras[27].

      Para calon babtis, yang karena dorongan Roh Kudus dengan jelas meminta supaya dimasukkan kedalam Gereja, karena kemauan itu sendiri sudah tergabung padanya. Bunda Gereja sudah memeluk mereka sebagai putera-puteranya dengan cinta kasih dan perhatiannya.” (LG, 14; lihat juga LG, 8).

      Dan keinginan ini dianimasi oleh “perfect charity“, yang sebenarnya hanya mungkin kalau mereka mempunyai supernatural faith. Dan orang-orang ini termasuk dalam “invincible ignorance“, yang bukan karena kesalahannya sendiri, mereka tidak tergabung dalam Tubuh Mistik Kristus. Dengan kata lain, mereka ini adalah orang-orang yang benar-benar mencari dan menempatkan kebenaran di atas kepentingan mereka sendiri. St. Augustine mengatakan bahwa orang-orang ini: not in the Church but of the Church. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada perubahan dalam dogma, namun kita harus mengerti dogma sesuai dengan apa yang dimengerti oleh Gereja Katolik. Dengan pengertian ini, Gereja tetap mengatakan “Tidak ada keselamatan di luar Gereja“, namun orang-orang yang termasuk dalam invincible ignorance dan mencari kebenaran dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan, yang berarti mempunyai perfect charity yang didasari supernatural faith dapat diselamatkan, karena secara tidak sadar, mereka sebenarnya tergabung dalam Gereja Katolik secara “desire”.

      2) Beberapa tanya jawab tentang keselamatan mungkin dapat membantu: Keselamatan dan hubungannya dengan Baptisan – Sep 21, 2009
      Mengapa Yesus disunat, kita tidak? – Sep 15, 2009
      Kasih dan keadilan Allah yang dimanifestasikan melalui pengorbanan Kristus – Aug 31, 2009
      Apakah keselamatan yang sudah diperoleh melalui Pembaptisan dapat hilang? – Aug 25, 2009
      Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia? – Aug 24, 2009
      Keselamatan adalah anugerah Allah? – Aug 18, 2009
      Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka? – Aug 4, 2009
      Apakah hukum dosa dan hukum maut? – Jun 26, 2009
      Keselamatan: theosentris, kristosentris, eklesiosentris? – Jun 25, 2009
      Bagaimanakah nasib bayi yang belum dibaptis? – Jun 1, 2009
      Apa itu “Implicit desire for Baptism?” – Jun 1, 2009
      Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat? – May 26, 2009
      Baptisan rindu menurut St. Thomas – May 21, 2009
      Dosa menghujat Roh Kudus – dosa yang tak terampuni – May 1, 2009
      Iman tanpa perbuatan adalah mati – Feb 17, 2009
      Paus Benediktus XVI dan Sola Fide – Feb 16, 2009
      Dosa menghujat Roh Kudus dan dosa berat – Feb 12, 2009
      Mengapa Gereja Katolik membaptis bayi? – Jan 19, 2009
      Tidak ada keselamatan kecuali melalui Yesus – Jan 5, 2009
      Tidak cukup menerima Yesus di hati saja – Dec 27, 2008
      Sekali selamat tetap selamat – tidak Alkitabiah – Dec 22, 2008
      Siapa saja yang dapat diselamatkan? – Dec 17, 2008
      Apakah agama membuat orang masuk Sorga? – Dec 15, 2008
      Apakah orang yang tidak dibaptis masuk neraka? – Nov 24, 2008
      Apakah Yudas Iskariot berjasa dalam karya keselamatan manusia? – Nov 22, 2008
      Adakah Keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik? – Aug 20, 2008

        Semoga jawaban ini dapat membantu.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – http://www.katolisitas.org

    • Shalom Ibu Ingrid, Bp. Stefanus, dan Romo Wanta,
      Saya ada satu pertanyaan: Apakah Gereja Orthodox itu bagian dari Tubuh Mistik Kristus?
      Salam dalam Kasih Kristus,
      Wirawan

      [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

    Comments are closed.