[Dari Admin Katolisitas: Berikut ini adalah artikel yang ditulis untuk menjawab pertanyaan Sdr. Machmud, mengenai interpretasi perikop 1 Sam 28, yaitu tentang bagaimana Saul dan perempuan pemanggil arwah di En-Dor, yang memanggil arwah Samuel. Diskusi sebelumnya tentang topik ini sudah pernah ada di tanya jawab ini, silakan klik. Namun karena kelihatannya masih perlu diperlukan penjelasan tambahan, maka kami memutuskan untuk memisahkan tulisan ini di artikel tersendiri. Artikel ini ditulis oleh Pembimbing bidang Kitab Suci situs Katolisitas, yaitu Dr. David Twellman, D. Min., Th.M., dan diterjemahkan oleh Ingrid Listiati M.T.S. Artikel ini disampaikan pertama dalam bahasa Indonesia, namun teks bahasa Inggrisnya disertakan berikutnya, agar para pembaca dapat membaca langsung dari tulisan Dr. Twellman. Semoga penjelasan ini berguna bagi kita semua.]

Catatan Interpretasi Katolik pada teks yang membingungkan (1 Sam 28)

ditulis oleh: David Twellman diterjemahkan oleh Ingrid Listiati

Kisah Saul dan perempuan pemanggil arwah di En-Dor (1 Samuel 28) telah selalu membingungkan para penafsir Alkitab, oleh sebab alasan yang nyata bahwa perikop ini menggambarkan Tuhan seolah-olah bekerjasama dengan kejahatan. Dalam hal ini, di satu sisi perikop ini menjadi mirip seperti ungkapan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun (Kel 4:21; 7:3), penglihatan Mikha bin Yimla (1 Raj 22:19-23), atau bahkan rencana Yakub mengelabui Ishak (Kej 27), perang untuk menduduki tanah Kanaan (Yos 10,11) dan [bahkan] penyaliban Tuhan Yesus (Mat 27:33-46; Mrk 15:22-41; Luk 23:33-49; Yoh 19:17-30). Tetapi pembacaan perikop- perikop ini dengan seksama menunjukkan bahwa Tuhan kadang-kadang mengizinkan niat jahat dari orang-orang tertentu untuk membuahkan konsekuensi yang penuh, supaya kebaikan yang lebih besar dapat dinyatakan.

Terdapat beberapa kebenaran secara teologis yang harus dikenali oleh umat Katolik dalam menginterpretasikan 1 Samuel 28:

  1. Orang mati tidak mengetahui apa yang terjadi di dunia melalui pengetahuan kodrati mereka. (Summa Theologica/ ST I, q. 89, a.8)
  2. Meskipun demikian, jiwa-jiwa para kudus yang telah meninggal [‘yang terberkati’] dapat mengetahui hal-hal di dunia melalui pengalaman mereka akan terang ilahi. Namun mereka tidak menderita duka cita sebagai akibatnya, ataupun meng-intervensi, kecuali sesuai/ menurut dengan keadilan Tuhan (ST, I q. 89 a. 8 repl. obj. 2).
  3. Samuel [pada saat itu] belum termasuk dalam ‘yang terberkati’, oleh karena itu, jika itu adalah Samuel yang menampakkan diri kepada Saul, Tuhan menyatakan kepada jiwa Samuel, kebenaran tentang masa depan Saul sebagai sebuah nubuatan. Namun ini bukan perilaku jiwa-jiwa yang terberkati di surga saat ini (ST II-II q. 174 a. 5 repl. obj. 4)
  4. Tuhan membenci ilmu gaib [hal pemanggilan arwah, peramal, dst], yang adalah sebuah dosa yang najis (Im 19:31; 20:6, 27; Ul 18:11; KGK 2116)
  5. Saul dan perempuan pemanggil arwah di En-Dor keduanya melakukan dosa peramalan/ nujum dengan cara ilmu gaib (1 Sam 28; ST II-II q. 95 a. 4 repl. obj. 2, yang menghasilkan penampakkan diri yang sesungguhnya [dari Samuel] atau “penampakan pura-pura.”
  6. Tradisi Katolik mengizinkan bahwa perikop ini dapat diinterpretasikan sebagai :1) kejadian deskripsi naratif dari penampakan diri jiwa Samuel yang sesungguhnya, atau 2) penampakan itu dihasilkan oleh setan (ST I q. 89 a. 8 repl. obj. 2).
  7. Tidak semua penampakan adalah pekerjaan setan. Meskipun beberapa penampakan adalah pekerjaan setan (ST II-II q. 85 a. 3), Tuhan kadang-kadang mengizinkan penampakan yang ajaib dari orang-orang yang sudah meninggal kepada mereka yang masih hidup dengan dispensasi yang istimewa, demi maksud penyelamatan-Nya yang seluruhnya bijaksana (ST I q. 89 a. 8 repl. obj. 2).

Berdasarkan point-point ini, dan dengan mempertimbangkan Sirakh 46:20 [23] dan kitab Septuagint LXX tentang 1 Twkh 10:13, nampaknya bagi saya bahwa jemaat purba memahami perikop ini bahwa Samuel benar-benar menampakkan diri, meskipun maksud untuk memanggilnya (baik oleh Saul dan perempuan pemanggil arwah itu) jelas-jelas perbuatan jahat. Tuhan mengizinkan hal ini terjadi sebab itu merupakan hal yang layak/ ‘fitting‘ untuk menyatakan kepada Saul bahwa esok harinya ia akan mati (1 Samuel 31:6). Keistimewaan dari prediksi ini dan penggenapannya adalah sangat penting di dalam raja-raja pada masa Samuel (lihatlah tabel yang terlampir di akhir tulisan ini). Saya pikir, pengertian ini terhadap teks tersebut adalah [interpretasi] yang terbaik, sebab memperhitungkan pembacaan secara terus terang dari perikop ini, dan ini konsisten dengan perikop-perikop Alkitab lainnya dan tradisi teologis Gereja.

Berikut ini adalah catatan singkat dari St. Thomas Aquinas tentang kejadian ini:

“[Kelihatannya, menurut perikop ini, bahwa para kudus dapat dipanggil sebagai nabi setelah mereka wafat. Tetapi] Samuel belum mencapai tingkat yang terberkati. Mengapa meskipun karena kehendak Allah jiwa Samuel mengatakan kepada Saul tentang hal perang itu yang dinyatakan kepadanya oleh Tuhan, ini berkaitan dengan kodrat nubuatan. Ini tidak sama dengan para kudus yang kini sudah berada di surga. Juga ini tidak berbeda, jika ini dikatakan dihasilkan oleh perbuatan setan (demon’s art), sebab meskipun setan tidak dapat memanggil jiwa seorang kudus, atau untuk memaksanya melakukan sesuatu tindakan, hal ini dapat dilakukan dengan kuasa Tuhan; sehingga ketika setan yang ditanya/ diajak berunding, Tuhan sendiri yang menyatakan kebenaran dengan melalui pembawa kabarNya: seperti ketika Ia memberikan jawaban yang benar melalui Elia kepada para utusan Raja yang diperintahkan untuk bertanya kepada Baal-Zebub, allah di Ekron (4[2] Raj 1). Dapat dijawab pula bahwa itu adalah bukan jiwa Samuel, tetapi setan yang menyamar menjadi Samuel; dan bahwa sang pengarang kitab memanggilnya [sebagai] Samuel, dan menjabarkan prediksinya sebagai nubuatan, sesuai dengan pikiran-pikiran Saul tersebut dan para pengamat yang memegang pendapat ini.” (ST II-II q. 174 a. 5 repl. obj. 4).

Kita mengetahui bahwa ilmu gaib dipraktekkan di Israel (2 Raj 21:6; Yes 8:10), namun itu: 1) tidak efektif, 2) efektif sebagai hasil dari penggunaan tipuan, atau 3) efektif sebagai hasil pemanggilan setan-setan (di mana di kasus ini seseorang akan mengharapkan penyusutan atau kekurangan dalam bentuk penampakan). Menurut pendapat saya, perempuan pemanggil arwah di En-Dor kemungkinan terkenal sebagai seorang yang berpengalaman dan ahli nujum yang efektif  (jika tidak, Saul tidak akan mendengar tentangnya, atau berkunjung kepadanya), tetapi, pengalamannya yang terdahulu “memanggil orang mati” kemungkinan menggunakan tipuan atau perbuatan setan (oleh karena itu, ia ketakutan ketika Samuel benar-benar menampakkan diri dengan cara yang ia (perempuan itu) tidak terbiasa: sepenuhnya sangat meyakinkan dan bukan dari setan (non-demonic) [1Sam 28:12]).

Jadi, kesimpulannya, meskipun penjelasan “kegiatan demonik” diperkenankan [dalam arti bahwa yang menampakkan diri bukan roh Samuel tetapi roh setan] di dalam interpretasi Katolik tentang ayat ini, namun interpretasi yang terbaik, nampaknya adalah bahwa Saul dan perempuan pemanggil arwah di En-Dor keduanya bersalah atas dosa ilmu gaib, tetapi walaupun demikian, Tuhan meng-intervensi dengan tindakan istimewa untuk mewahyukan, mengizinkan jiwa yang telah meninggal, yaitu jiwa Samuel yang sesungguhnya untuk bertindak sebagai suara nubuat yang melampaui kubur.

Nubuat-nubuat dan penggenapannya dalam Kitab Samuel dan Raja-raja (Tabel Ringkasan)

David Twellman ©2009

Nubuat

Penggenapan

1 Sam 2:31, 33 1 Sam 4:18
1 Sam 2:34 1 Sam 4:11
1 Sam 3:12 1 Sam 4:19-21
1 Sam 10:2 1 Sam 10:9
1 Sam 10:5 1 Sam 10:10
1 Sam 10:6 1 Sam 10:10
1 Sam 11:9 1 Sam 11:11
1 Sam 12:17 1 Sam 12:18
1 Sam 15:28 1 Sam 28:17
1 Sam 28:19 1 Sam 31:1
1 Sam 28:19 1 Sam 31:6
2 Sam 7:12 1 Raj 1:48
2 Sam 7:13 1 Raj 5:5
2 Sam 7:13 1 Raj 8:20; 1 Raj 8:25; 1 Raj 9:5; 1 Mak 2:57
2 Sam 12:11; 2 Sam 12:12 2 Sam 16:22
2 Sam 12:13
2 Sam 12:14 2 Sam 12:18
1 Raj 11:11 1 Raj 11:26
1 Raj 11:12 1 Raj 12:15
1 Raj 11:13 1 Raj 12:16-17
1 Raj 13:2 2 Raj 23:16
1 Raj 13:3 1 Raj 13:5
1 Raj 13:22 1 Raj 13:30
1 Raj 13:32 2 Raj 23:15-20
1 Raj 14:10; 1 Raj 14:11; 1 Raj 14:14 1 Raj 15:28-29
1 Raj 14:12 1 Raj 14:17
1 Raj 14:13 1 Raj 14:18
1 Raj 14:16 2 Raj 17:22-23
1 Raj 16:3-4 1 Raj 16:11-12
Yos 6:26 1 Raj 16:34
1 Raj 17:1; 1 Raj 18:1 1 Raj 18:1
1 Raj 20:13 1 Raj 20:20-21
1 Raj 20:28 1 Raj 20:29-30
1 Raj 20:36 1 Raj 20:36
1 Raj 21:19 1 Raj 22:38
1 Raj 21:21; 2 Raj 9:7; 2 Raj 9:8-9 2 Raj 10:11; 2 Raj 10:17
1 Raj 21:23; 2 Raj 9:10 2 Raj 9:35; 2 Raj 9:36
1 Raj 21:29 1 Raj 22:40; 2 Raj 1:17; 2 Raj 9:24-26
2 Raj 1:4 2 Raj 1:17
2 Raj 2:3 2 Raj 2:11-12
2 Raj 3:16-17 2 Raj 3:20
2 Raj 3:18 2 Raj 3:24
2 Raj 4:16 2 Raj 4:17
2 Raj 4:43 2 Raj 4:44
2 Raj 5:10 2 Raj 5:14
2 Raj 7:1 2 Raj 7:16
2 Raj 7:2 2 Raj 7:17
2 Raj 8:10 2 Raj 8:14
2 Raj 8:10 2 Raj 8:15
2 Raj 8:12 2 Raj 8:15 .
2 Raj 9:26
2 Raj 10:30 2 Raj 15:8; 2 Raj 15:12
2 Raj 13:17; 2 Raj 13:19 2 Raj 13:25
2 Raj 14:25
2 Raj 19:7; 2 Raj 19:28; 2 Raj 19:32-33 2 Raj 19:36
2 Raj 19:29
2 Raj 20:5 2 Raj 20:12-13
2 Raj 20:10 2 Raj 20:11
2 Raj 20:17 2 Raj 24:12-13; 2 Raj 25:13-17
2 Raj 21:13-14; 2 Raj 22:17; 2 Raj 23:27 2 Raj 24:2
2 Raj 22:20 2 Raj 23:29-30

Samuel, Saul, and the Witch of En-dor:

A Catholic Interpretive Note on a Perplexing Text

David J. Twellman

The story of Saul and the witch of En-dor (1 Samuel 28) has always troubled interpreters, for the very obvious reason that he passage seems to portray God as cooperating with evil.  In this sense, the passage before us is similar in some ways to the hardening of Pharaoh’s heart (Ex 4:21; 7:3), the vision of Micaiah ben-Imlah (1 Kings 22:19-23), or even the scheming of Jacob, the conquest of the Canaanites, and the crucifixion of Jesus.  But a careful reading of these passages shows that God sometimes allows the evil intent of certain individuals to have their full consequences, in order that a greater good may be realized.

There are several theological truths faithful Catholics must recognize in interpreting 1 Samuel 28:

  1. The dead do not know what takes place on earth through their natural knowledge (ST I q. 89 a. 8).
  2. The holy souls of the dead [the blessed] may, however, know of things on earth by means of their experience of divine light.  But they do not suffer sorrow as a result, nor do they intervene, except in accordance with divine justice (ST I q. 89 a. 8 repl. obj. 2).
  3. Samuel was not yet among the blessed, thus if it really was Samuel who appeared to Saul, God revealed to Samuel’s soul the truth about Saul’s future as a prophecy.  But this is not the manner of the blessed in heaven today (ST II-II q. 174 a. 5 repl. obj. 4).
  4. God despises necromancy, which is an abominable sin (Lev 19:31; 20:6, 27; Dt 18:11; CCC 2116).
  5. Samuel and the witch of En-dor both intended the sin of divination by means of necromancy (1 Sam 28; ST II-II q. 95 a. 4 repl. obj. 2, either resulting in his actual appearance or a “mock apparition”).
  6. Catholic theological tradition allows that this passage may be interpreted either as (1) an instance of a narrative description of the real appearance of Samuel’s separated soul by divine revelation, or (2) that the apparition was produced by demons (ST I q. 89 a. 8 repl. obj. 2).
  7. Not all apparitions are the work of demons.  Although some apparitions are the work of demons (ST II-II q. 85 a. 3), God sometimes allows the miraculous appearance of the dead to the living by special dispensation, for his all-wise salvific purposes (ST I q. 89 a. 8 repl. obj. 2).

Given all these points, and considering Sirach 46:20[23] and the LXX rendering of 1 Chron 10:13, it seems to me that the ancients understood this passage in the sense that Samuel actually appeared, even though the intent to summon him (by both Saul and the witch) was clearly evil.  God allowed it because it was a fitting way to reveal to Saul that the next day he would die (1 Samuel 31:6).  This feature of prediction and fulfillment is very important in Samuel-Kings (see the chart at the end of this interpretive note).  I think this understanding of the text is the best one, because it takes into account a straightforward reading of the passage itself, and it is a consistent with other bible passages and the Church’s theological tradition.

Note the following excerpt from St. Thomas Aquinas on this incident:

“[It seems, based on this passage, that saints can be called prophets after they have died.  But] Samuel had not yet attained to the state of blessedness.  Wherefore although by God’s will the soul itself of Samuel foretold to Saul the issue of the war as revealed to him by God, this pertains to the nature of prophecy.  It is not the same with the saints who are now in heaven.  Nor does it make any difference that this is stated to have been brought about by the demons’ art, because although demons are unable to invoke the soul of a saint, or to force it to do any particular thing, this can be done by the power of God, so that when the demon is consulted, God Himself declares the truth by His messenger: even as He gave true answer by Elias to the King’s messengers who were sent to consult the god of Accaron (4[2] Kings 1).  It might also be replied that it was not the soul of Samuel, but a demon impersonating him; and that the wise man [the author of the scripture narrative] calls him Samuel, and describes his prediction as prophetic, in accordance with the thoughts of Saul and the bystanders who were of this opinion” (ST II-II q. 174 a. 5 repl. obj. 4).

We know that necromancy was practiced in Israel (2 Kings 21:6; Is 8:19), but it was either (1) ineffective, (2) effective as a result of trickery, or (3) effective as a result of the express invocation of demons (in which case one would expect a certain diminishment or deficiency in the form of the appearance).  In my opinion, the witch of En-dor was probably known as an experienced and effective necromancer (or Saul would not have heard of her or gone to her in the first place), but her previous effectiveness in “summoning the dead” was probably based on trickery or demonic activity (hence her fear when Samuel actually appeared in a manner to which she was unaccustomed: fully persuasive and non-demonic [1Sam 28:12]).

So in conclusion, while the “demonic activity” explanation is allowable in some readings of the Catholic tradition, it seems that the best interpretation is that Saul and the witch of En-dor committed the sin of necromancy, but God nevertheless intervened by a special act of revelation, allowing the departed soul of the real, actual Samuel to act as the prophetic voice from beyond the grave.

Predictive Prophecies and Their Fulfillments in Samuel-Kings  (Summary Table)

David Twellman ©2009

PredictionFulfillment
1 Sam 2:31, 33 1 Sam 4:18
1 Sam 2:34 1 Sam 4:11
1 Sam 3:12 1 Sam 4:19-21
1 Sam 10:2 1 Sam 10:9
1 Sam 10:5 1 Sam 10:10
1 Sam 10:6 1 Sam 10:10
1 Sam 11:9 1 Sam 11:11
1 Sam 12:17 1 Sam 12:18
1 Sam 15:28 1 Sam 28:17
1 Sam 28:19 1 Sam 31:1
1 Sam 28:19 1 Sam 31:6
2 Sam 7:12 1 Kgs 1:48
2 Sam 7:13 1 Kgs 5:5
2 Sam 7:13 1 Kgs 8:20; 1 Kgs 8:25; 1 Kgs 9:5; 1 Maccabees 2:57
2 Sam 12:11; 2 Sam 12:12 2 Sam 16:22
2 Sam 12:13
2 Sam 12:14 2 Sam 12:18
1 Kgs 11:11 1 Kgs 11:26
1 Kgs 11:12 1 Kgs 12:15
1 Kgs 11:13 1 Kgs 12:16-17
1 Kgs 13:2 2 Kgs 23:16
1 Kgs 13:3 1 Kgs 13:5
1 Kgs 13:22 1 Kgs 13:30
1 Kgs 13:32 2 Kgs 23:15-20
1 Kgs 14:10; 1 Kgs 14:11; 1 Kgs 14:14 1 Kgs 15:28-29
1 Kgs 14:12 1 Kgs 14:17
1 Kgs 14:13 1 Kgs 14:18
1 Kgs 14:16 2 Kgs 17:22-23
1 Kgs 16:3-4 1 Kgs 16:11-12
Joshua 6:26 1 Kgs 16:34
1 Kgs 17:1; 1 Kgs 18:1 1 Kgs 18:1
1 Kgs 20:13 1 Kgs 20:20-21
1 Kgs 20:28 1 Kgs 20:29-30
1 Kgs 20:36 1 Kgs 20:36
1 Kgs 21:19 1 Kgs 22:38
1 Kgs 21:21; 2 Kgs 9:7; 2 Kgs 9:8-9 2 Kgs 10:11; 2 Kgs 10:17
1 Kgs 21:23; 2 Kgs 9:10 2 Kgs 9:35; 2 Kgs 9:36
1 Kgs 21:29 1 Kgs 22:40; 2 Kgs 1:17; 2 Kgs 9:24-26
2 Kgs 1:4 2 Kgs 1:17
2 Kgs 2:3 2 Kgs 2:11-12
2 Kgs 3:16-17 2 Kgs 3:20
2 Kgs 3:18 2 Kgs 3:24
2 Kgs 4:16 2 Kgs 4:17
2 Kgs 4:43 2 Kgs 4:44
2 Kgs 5:10 2 Kgs 5:14
2 Kgs 7:1 2 Kgs 7:16
2 Kgs 7:2 2 Kgs 7:17
2 Kgs 8:10 2 Kgs 8:14
2 Kgs 8:10 2 Kgs 8:15
2 Kgs 8:12 2 Kgs 8:15 .
2 Kgs 9:26
2 Kgs 10:30 2 Kgs 15:8; 2 Kgs 15:12
2 Kgs 13:17; 2 Kgs 13:19 2 Kgs 13:25
2 Kgs 14:25
2 Kgs 19:7; 2 Kgs 19:28; 2 Kgs 19:32-33 2 Kgs 19:36
2 Kgs 19:29
2 Kgs 20:5 2 Kgs 20:12-13
2 Kgs 20:10 2 Kgs 20:11
2 Kgs 20:17 2 Kgs 24:12-13; 2 Kgs 25:13-17
2 Kgs 21:13-14; 2 Kgs 22:17; 2 Kgs 23:27 2 Kgs 24:2
2 Kgs 22:20 2 Kgs 23:29-30

20 COMMENTS

  1. dear Katolisitas

    saya senang sekali bisa bertemu site ini yang telah banyak membantu saya dan gereja kami yang di pedalaman sehingga bisa menjadi referensi dalam banyak hal. Pertanyaan saya, (karena saya orang awam) apakah kaum yehuda itu sama dengan orang yahudi yang kita kenal sekarang? setahu saya yehuda itu anak yakub dan termasuk orang israel, tetapi mengapa sering disebutkan dalam kitab suci kaum yehuda dan kaum israel, seolah olah kaum yang berbeda..atau saya yang salah memahami alkitab….mohon bantuannya. terima kasih banyak semoga Tuhan senantiasa memberkati pelayanan yang saudara/i berikan bagi umat Tuhan. Amin

    • Shalom Bernadus Reco,

      Kitab Suci mencatat bahwa setelah Raja Salomo, kerajaan terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan kaum Yehuda (yaitu salah satu suku dari keduabelas suku Israel) yang mengikuti keluarga Daud, dan kerajaan kaum Israel (yaitu suku-suku Israel lainnya) yang tidak mengikuti keluarga Daud, sebab mereka menunjuk Raja mereka sendiri (yaitu Yerobeam) dan menolak Rehabeam anak Raja Salomo. Kisah tentang hal ini ditulis dalam 1 Raj 12. Yang disebut orang-orang Yahudi adalah bangsa Israel, termasuk kaum Yehuda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Adalah terserah Allah bekerja melalui cara apapun atau melalu cara yang lain yang aneh dan tidak lazim menurut kita, adalah salah kita memperdebatkan isi alkitab yang adalah kebenaran. Siapa manusia dibanding Allah sih. Allah berhak menggunakan jalan yang menurutNya benar. Dan kita manusia baik yang hobi berdebat maupun yang tidak hormatilah jalanNya, proses kerjaNya meskipun dimata kalian dia SALAH besar menggunakan moment pemanggil arwah sebagai proses kreatif Dia sebagai Allah yang maha kuasa.
    Alkitab sendiri adalah kebenaran dan mengapa ada yang meragukannya? hmmm

  3. apakah mungkin bila memang terjadi hal seperti itu,karna tentunya penulis kitab samuel tentunya hanya berusaha menyampaikan sebuah kondisi dimana Saul mendapat nubuat ttg situasi yang di alaminya,dan dunia ciptaan Allah penuh dengan misteri sehingga agak riskan bila di prediksi bahwa itu bukan Samuel,melainkan roh setan,karena penulis tidak bermaksud mengarahkan ke polemik disitu,melainkan hanya menyampaikan situasi di saat saat terakhir kehidupan Saul yang ternyata memang mencari keselamatan di luar Tuhan,dan ini sebagai tanda bahwa Saul sudah meninggalkan Tuhan.

    • Shalom PIH,
      Ya, memang sebagian besar penafsir Katolik menginterpretasikan perikop ini secara literal, bahwa yang menampakkan diri adalah Samuel. Walaupun demikian, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa diperbolehkan juga adanya interpretasi kedua, yaitu bahwa roh yang menampakkan diri bukan roh Samuel, namun akhirnya, Allahlah yang mengambil kendali dan memakai kejadian tersebut untuk tetap menyampaikan nubuat tentang kematian Raja Saul -yang telah berbuat dosa dengan mencari keselamatan di luar Allah (mengandalkan kuasa kegelapan).
      Demikianlah mari kita mengakhiri diskusi topik ini yang sudah panjang sekali, ya.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  4. Salam damai sejahtera

    Dear Ingrid

    Anda menulis :
    namun Tuhan tetap memakai kejadian tersebut untuk menyampaikan nubuat tentang kematian Saul.

    Tapi mengapa nubuatnya tidak cocok kalau memang benar2 itu nubuat dari Allah.

    1Samuel 28 : 19 (Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin.)

    Saul tidak mati ditangan orang Filistin , tapi dia mati bunuh diri. seperti yang ditulis di 1Sam 31 : 4 (Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: “Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan memperlakukan aku sebagai permainan.” Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya.)

    Salam
    mac

    • Shalom Machmud,

      Dalam melihat nubuat dan penggenapannya di dalam Alkitab, maka kita akan melihat beberapa tipe:

      1) Ada nubuat yang digenapi dengan persis sama.
      Contohnya, nubuat tentang wafatnya anak Eli (Hofni dan Pinehas) di hari yang sama (1 Sam 2:34 digenapi dalam 1 Sam 4:11)

      2) nubuat yang tidak menyebutkan secara detail dan detail baru kelihatan saat penggenapannya;
      Contohnya adalah nubuat bahwa jabatan raja Saul akan diberikan kepada orang lain yang lebih baik daripadanya (1 Sam 15:28); nubuat ini terpenuhi, dan ‘orang yang lebih baik’ tersebut adalah Daud (1 Sam 28:17). Contoh lainnya adalah nubuat yang disampaikan kepada Raja Salomo, bahwa hambanya akan menggantikannya menjadi raja (1 Raj 11:11), dan secara mendetail ini tergenapi pada saat pegawainya yang bernama Yeroboam bin Nebat memberontak terhadapnya (1 Raj 11:26).

      3) ada pula nubuat yang tidak persis sama dengan penggenapannya namun secara umum tergenapi.
      Contohnya adalah nubuat tentang kematian Eli. Dikatakan oleh abdi Allah itu, dalam 1 Sam 2:31, “Sesungguhnya akan datang waktunya, bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu [Eli] dan tangan kekuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu.” Ini tergenapi, saat Eli menerima kabar bahwa kedua anaknya Hofni dan Pinehas telah wafat dan tabut Allah sudah dirampas oleh orang Filistin. Dikatakan pada 1 Sam 4:18, “Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya.” Di sini dikatakan yang menyebabkan Eli wafat adalah jatuh terlentang yang menyebabkan lehernya patah, dan bukan persis seperti nubuatnya, yang mengatakan “tangan”-nya yang patah. Maka, pertanyaannya, apakah nubuat ini ‘salah’? Tentu kita tidak bisa mengatakan demikian, sebab, secara umum yang dikatakan tetap benar, bahwa Eli akan dipatahkan kekuatannya oleh Allah. Kejadian ‘jatuh terlentang’ bagi orang yang sudah tua dan gemuk seperti Eli memang bisa menyebabkan baik batang leher maupun tangan, patah. Tetapi apakah demikian kejadiannya, tidak tertulis secara detail dalam penggenapannya. Dalam hal ini, kita tidak dapat mengatakan bahwa karena nubuatnya tidak persis sama dengan penggenapannya, maka nubuatnya bukan dari Tuhan. Sebab, nubuat-nya tetap secara keseluruhan tergenapi, meski penggenapannya tidak secara persis dituliskan seperti nubuat-nya.

      Maka nubuat kematian Saul yang dikatakan pada kejadian di En-Dor ini termasuk tipe yang ke-3. Nubuatan yang disampaikan kepada Saul mengatakan, “Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau (Saul) akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin.” (1 Sam 28:19). Nubuat ini secara keseluruhan tergenapi saat pasukan Israel yang dipimpin oleh Saul dan anak-anaknya, berperang melawan orang Filistin (lihat 1 Sam 31: 1-4). Memang dalam nubuat tidak dikatakan bagaimana caranya Allah menyerahkan Saul, anak-anaknya dan orang-orang Israel yang bersama-sama dengannya ke tangan orang Filistin. Hanya dikatakan dalam nubuat bahwa Israel dan Saul akan diserahkan Allah ke tangan orang Filistin. Sebab seandainya Saul tidak bunuh diri-pun ia akan dibunuh oleh orang Filistin atau kalau tidak, iapun akan mati di pertempuran, karena dikatakan di ayat 3 bahwa pertempuran itu sudah semakin berat bagi Saul dan iapun sudah terluka parah. Hanya saja Saul tidak mau mati di tangan bangsa yang tidak bersunat, maka ia memilih bunuh diri daripada mati oleh pedang bangsa Filistin. Maka secara obyektif sebenarnya dapat kita lihat sesungguhnya secara umum nubuat tersebut terpenuhi, apalagi jika kita membaca ayat ke-6, 7 dan 9. Mari kita membaca gabungan ayat 1-4, dan 6-9, dan melihat bagaimana nubuat tersebut digenapi:

      Orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati terbunuh ….. Orang Filistin terus mengejar Saul dan anak-anaknya dan menewaskan Yonatan, Abinadab dan Malkisua, anak-anak Saul. Kemudian makin beratlah pertempuran itu bagi Saul; para pemanah menjumpainya, dan melukainya dengan parah. Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: “Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan memperlakukan aku sebagai permainan.” Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya…. Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu. Ketika dilihat orang-orang Israel, yang di seberang lembah dan yang di seberang sungai Yordan, bahwa tentara Israel telah melarikan diri, dan bahwa Saul serta anak-anaknya sudah mati, maka mereka meninggalkan kota-kota mereka lalu melarikan diri juga; kemudian datanglah orang Filistin dan menetap di sana. Ketika keesokan harinya orang Filistin datang merampasi orang-orang yang mati terbunuh itu, didapati mereka Saul dan ketiga anaknya tergelimpang di pegunungan Gilboa. Mereka memancung kepala Saul, merampas senjata-senjatanya dan menyuruh orang berkeliling di negeri orang Filistin untuk menyampaikan kabar itu…”

      Maka dari ayat-ayat di atas jelaslah nubuat di En-Dor itu terpenuhi, bahwa Saul, anak-anaknya dan orang-orang Israel yang bersama mereka mati pada hari itu, dan setelah itu orang-orang Filistin menetap di daerah itu, dan mereka memancung kepada Saul yang telah mati. Maka tetap benar apa yang dikatakan oleh nubuat itu, “Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau (Saul) akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin.” (1 Sam 28:19)

      Jadi walaupun Saul mati bunuh diri, tetapi konteksnya tetap dalam pertempuran dengan orang Filistin, dan karena pasukannya dikalahkan oleh orang Filistin tersebut. Maka dalam hal ini nubuat bahwa ia dan orang-orang Israel yang bersama- sama dengannya akan diserahkan ke tangan orang Filistin terpenuhi. Dan dengan terpenuhinya nubuat tersebut, kita dapat mengatakan bahwa nubuat itu berasal dari Allah, yang mengetahui soal hidup dan mati dari setiap manusia.

      Demikian penjelasan saya, Machmud. Semoga berguna bagi anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • Salam damai sejahtera

        Dear Ingrid

        Satu hal lagi dalam diskusi ini dan saya akan mengakhirinya , semoga Ingrid tidak bosan :

        Apa artinya besok engkau serta anak2mu sudah ada ber-sama2 dengan daku.

        Apakah artinya Saul serta anak2nya bersama Samuel ?
        Apakah itu berarti kematian ataukah itu berarti di dalam Neraka ?
        Sebab setahu saya orang yang mati bunuh diri itu langsung masuk Neraka.
        Jadi Kalau Saul serta anak2nya bersama Sameul apakah Samuel sudah ada di dalam Neraka ?

        Salam
        mac

        • Shalom Machmud,

          Terdapat dua kemungkinan dalam mengartikan ayat ke 19:

          "….besok engkau serta anak2mu sudah ada ber-sama2 dengan daku…."

          1) bahwa esok harinya Saul dan anak-anaknya akan wafat, beralih dari dunia ini ke dunia orang mati, seperti Samuel. Jika diartikan demikian, memang di ayat tersebut tidak dikatakan secara jelas pembedaannya, antara neraka/ tempat penghukuman ataupun tempat penantian di pangkuan Abraham. Sebab pada kisah Lazarus dan orang kaya di Injil Lukas 16:19-31, walaupun terdapat pemisahan antara Abraham (dan Lazarus) dengan orang kaya tersebut, tetapi mereka tetap ada bersama-sama di dalam dunia orang mati.

          2) bahwa esok harinya Saul dan anak-anaknya yang wafat akan masuk ke dalam tempat penantian di pangkuan Abraham (limbo of the just) jika ternyata sesaat sebelum wafatnya mereka sungguh-sungguh bertobat.

          Memang dari ayat tersebut, kita tidak dapat mengetahui seratus persen akan apa yang terjadi pada jiwa Saul. Yang dapat kita ketahui adalah ia dan kedua anaknya akan wafat/ beralih dari dunia ini.

          Menurut ajaran Gereja Katolik, orang yang masuk neraka adalah yang meninggal dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat (KGK 1037) Terdapat 3 kondisi yang harus dipenuhi, bagi seseorang untuk dapat dikatakan berdosa berat (KGK 1857-1860): 1) dosa dalam hal yang berat, 2) seseorang dengan pengetahuan yang penuh terhadap ‘beratnya’ dosa tersebut; 3) dengan kehendak bebasnya secara penuh tetap memilih melakukan dosa tersebut. Maka jika seorang yang bunuh diri karena tekanan sakit jiwa, maka yang terpenuhi hanya point 1, sedang point 2 dan 3 mungkin tidak. Dalam hal ini maka sikap Gereja adalah

          KGK 2283 Orang tidak boleh kehilangan harapan akan keselamatan abadi bagi mereka yang telah mengakhiri kehidupannya. Dengan cara yang diketahui Allah, Ia masih dapat memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat supaya diselamatkan. Gereja berdoa bagi mereka yang telah mengakhiri kehidupannya.

          Sedangkan jika seseorang sungguh-sungguh bertobat di akhir hidupnya, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai mati dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat. Namun masalahnya, tak ada seorangpun yang tahu, apakah seseorang benar-benar bertobat sesaat sebelum ajal menjemputnya.

          Demikian yang bisa saya tuliskan tentang pertanyaan anda, Machmud. Tak apa, saya tidak bosan dengan pertanyaan anda…

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  5. Salam damai sejahtera

    ROH SETAN ATAU ROH SAMUEL (1Sam 28 : 15)
    Mari kita lihat dalam terang Firman Tuhan.

    “Roh Samuel” itu adalah roh setan yang dipeliharan oleh dukun Endor.

    1Taw 10 : 13 (Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah)

    Dukun Endor ini memelihara beberapa roh-roh jahat (seperti dalam Kis 16 : 16) untuk praktek perdukunannya.
    Roh-roh jahat inilah yang dipanggil dan yang menyamar menjadi roh Samuel.
    Dukun perempuan ini menjadi perantara untuk menyesatkan orang lain.
    Memang beginilah cara setan untuk menyesatkan orang, sebab dia bapak pembohong (Yoh 8 : 44) dan penyesat itu (Wah 12 : 9).
    Biasanya ia menyamar sebagai malaikat terang atau yang lebih populair sebagai roh-roh yang baik untuk maksud menolong, tetapi sesungguhnya maksudnya tetap sama, yaitu untuk membinasakan manusia (Yoh 10 : 10).
    Juga Paulus hampir tersesat, waktu menghadapi roh-roh jahat (jin penilik) di Pilipi (Kis 16 : 16-18), roh-roh jahat itu berkata benar, tetapi hati Paulus tidak sejahtera, sebab ia merasa suatu roh yang lain sekalipun nampaknya baik !
    Baru sesudah beberapa hari, ia memperlakukan “roh yang baik “ ini dengan sebenarnya, yaitu sebagai roh setan dan ditengkingnya.
    Tuhan Yesus tahu lebih cepat (Mar 1 : 23 – 25).
    Dari tindakan dan kata2nya, nampaknya roh-roh ini baik-baik saja, sebab semua cocok dengan bunyi Firman Tuhan, tetapi Tuhan Yesus tahu itu roh setan, langsung diusir dan disuruh tutup mulut.
    Begitu juga “roh-roh yang baik” yang nampaknya sebagai Samuel ini adalah roh-roh setan.
    Tidak mungkin Roh yang suci atau malailat2 Tuhan mau dipelihara dukun, anak buah setan !

    Tidak mungkin di izinkan Allah
    Kita akan melihat beberapa tahap untuk membuktikan kebenaran ini :
    A. Siapakah yang berhak atas roh Samuel ?
    Kalau kita mengatakan bahwa Samuel termasuk orang Perjanjian Lama, sebab ia belum ditebus oleh darah Yesus berada dalam tawanan setan dan baru pada kematian Tuhan dilepaskan menurut (Ef 4 : 8).
    Tetapi perlu diingat bahwa kuasa atas segala sesuatu di dalam dunia nyata dan dunia yang tidak kelihatan tetap di tangan Allah sebab :
    1.Sekalipun belum ditebus di Golgota, Tuhan dapat membuat Henokh dan Elia jadi sempurna tanpa kematian. Musa sesudah mati, mayat/tubuhnya diambil Allah (Yehuda 9). Rohnya dimana ? Seharusnya juga ditempat tawanan itu, tapi Allah berkuasa mengambilnya!
    2. Juga orang2 yang mati yang tentunya sudah masuk di tempat itu, dipanggil kembali oleh Tuhan, baik dalam Perjanjian Lama lewat hamba2Nya, baik dalam Perjanjian Baru, misalnya : 1Raja 17 : 23 anak janda Sarfat, 2Raja 4 : 34 anak perempuan Sunami, 2raja 13 :21 orang yang menyentuh tulang Elisa, Yoh 11 : 43 Lazarus, Mat 9 : 25 anak Jairus, Kis 20 : 10 Eutikhus dll.
    Yang berkuasa mematikan dan menghidupkan seseorang adalah Tuhan.

    1Sam 2 : 6 (TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana)

    Ayat ini jelas membuktikan bahwa Tuhan tetap berkuasa atas roh-roh orang mati yang masuk dalam tempat tawanan, sekalipun belum ditebus di Golgota.
    Segala kuasa di langit (sorga) , di bumi dan dibawah bumi (Neraka dan semua tempat setan) ada di dalam kuasa Allah (Mat 28 : 18 – Pil 2 : 10 – Wah 5 : 13)
    Tuhan tetap berkuasa atas seluruh semesta dan dunia yang tidak nampak.
    Jadi tempat tawanan ini tidak sepenuhnya dikuasai setan, Allah tetap diatasnya.
    Karena itu yang berkuasa atas Samuel adalah Allah bukan setan !
    Sekalipun orang2 itu mungkin berada di dalam tawanan yang dibawah itu, tetapi tetap ada campur tangan Allah di sana, tidak akan dibiarkan sendirian oleh Allah, sebab mereka adalah milik dan kekasih dari Allah.

    B. Siapa yang dapat memberi izin Samuel kembali ke dunia orang hidup ?
    Hanya Allah yang berkuasa !
    Ini sudah terbukti, sebab itu pasti Allah tidak akan mengizinkan Samuel keluar menemui Saul sebab :
    1. Tidak mungkin anak buah setan (yaitu dukun perempuan ini) dapat memerintahkan Allah untuk mengeluarkan Samuel Sedangkan para nabi yang disuruh Saul bertanya kepada Allah, tidak dijawab oleh Allah, apalagi perintah atau permintaan anak buah setan (1Sam 28 :6). Urim Tummim dan nabi-nabi ditolak Allah, lebih2 dukun dari setan !
    2. Kalau Allah berbicara lewat dukun maka Allah menyalahi hukum-hukumNya sendiri. Tidak mungkin Allah mau menyesatkan umatNya sendiri. Allah tidak kusut (1Kor 14 : 33)
    3. Tuhan tidak mungkin berbuat sesuatu yang bertentangan dengan peraturanNya sendiri, sebab Allah sangat melarang orang ber-tanya2 pada orang mati bahkan membunuh semua orang-orang yang melanggar hal ini (Ul 18 : 11). Bahkan Saul sendiri memerintahkan membunuh orang2 semacam ini (1Sam 28 : 9)
    4. Allah tidak mungkin bersekutu atau bekerja sama dengan setan (2Kor 6 : 14-15 – 1Yoh 1 : 5)
    5. Samuel sendiri selama hidupnya selalu patuh pada Tuhan, mana mungkin setelah mati malah menurut perintah setan/dukun untuk menemui Saul

    Dari pembahasan diatas kita yakin bahwa :
    1. Yang berkuasa atas roh Samuel adalah Allah
    2. Tidak mungkin Allah mengizinkan roh Samuel menemui Saul

    Jadi yang bertemu dengan Saul lewat dukun perempuan itu bukan Samuel tetapi setan yang menyamar sebagai Samuel.

    Juga inilah cara setan menipu manusia, ia selalu datang sebagai roh yang baik atau roh dari orang-orang yang dihormati atau dicintai, sehingga dengan mudah ia diterima, padahal dialah si pembinasa .

    • Shalom Machmud,
      Pertanyaan anda kami tanggapi dengan menuliskan artikel di atas. Menurut St. Thomas Aquinas, interpretasi yang diperbolehkan adalah: 1) arwah Samuel benar-benar menampakkan diri dan menyampaikan nubuat ; 2) Yang menampakkan diri adalah bukan arwah Samuel (namun dapat saja setan yang menyamar) namun Tuhan tetap memakai kejadian tersebut untuk menyampaikan nubuat tentang kematian Saul.
      Namun sejauh dari pengamatan kami, saya dan Dr. Twellman setuju bahwa interpretasi yang terbaik adalah yang pertama (no. 1) karena itulah interpretasi literal yang diyakini oleh banyak exegete Katolik.

      Maka dengan demikian, dari kesimpulan anda:
      1. Yang berkuasa atas roh Samuel adalah Allah:
      Ya, kami juga setuju.
      2. Tidak mungkin Allah mengizinkan roh Samuel menemui Saul:
      Dalam hal ini, kita berbeda pendapat. Sebab menurut interpretasi yang diajarkan oleh St. Thomas Aquinas, 1) Allah mengizinkan roh Samuel untuk menemui Saul. Ini konsisten dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab, yang menunjukkan bahwa Allah kadang mengizinkan hal yang jahat terjadi untuk mengakibatkan kebaikan yang lebih besar terjadi, dalam hal ini menunjukkan keadilan Tuhan atas Raja Saul, 2) Jikapun bukan roh Samuel yang menampakkan diri, tetap Tuhan ‘mengambil alih’ keadaan itu untuk menyatakan keadilan-Nya.

      Jadi meskipun St. Thomas Aquinas memperbolehkan dua interpretasi ini, tetapi kedua interpretasi ini mempunyai akhir yang sama, yaitu pada prinsipnya, Tuhanlah yang memegang kuasa untuk menyatakan nubuat dan keadilan-Nya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

    • Hallo Machmud,
      Lho, kalau “Roh Samuel” itu adalah roh setan yang dipelihara oleh dukun Endor, dan anda mengutip bahwa “Biasanya ia menyamar sebagai malaikat terang atau yang lebih populair sebagai roh-roh yang baik untuk maksud menolong, tetapi sesungguhnya maksudnya tetap sama, yaitu untuk membinasakan manusia (Yoh 10 : 10). maka semestinya “Roh Samuel” di Endor ini bicaranya harus lain samasekali dong….

      Allah boleh saja memakai kesempatan ini untuk menyatakan bahwa nabiNya konsisten dan tidak berubah omongan. Bukankah para nabi menyuarakan suara Allah sendiri? Jadi peristiwa Endor ini hakekatnya mau menggambarkan bahwa Samuel mengulangi presis nubuat yang ada di 1 Sam 15:28-29….

      Sekiranya betul itu samaran – jadi malaikat terang/setan – tentu bunyi pesannya akan lain dan bertentangan samasekali dengan apa yang mula2 sudah dikatakan di 1 Sam 15 !??
      Salam,
      John Oei

      • Shalom John Oei,
        Ya memang, melihat adanya konsistensi nubuatan Samuel tersebut itulah maka interpretasi perikop di atas adalah bahwa nubuat itu berasal dari Allah, walaupun memang cara menyampaikan nubuat itu memang tidak ‘lazim’. Namun demikian terjadi juga, sebab memang Allah berkuasa mengatasi segala sesuatu. Seandainya itu roh jahat biasa yang dipelihara oleh dukun wanita di En-dor itu, tentu ketika ia menampakkan diri maka wanita itu tidak terkejut. Namun yang terjadi tidak demikian, wanita itu terkejut, justru karena roh itu lain dari yang biasanya ia lihat.
        Saya percaya Machmud akan merenungkan semua diskusi yang sudah disampaikan dalam kesempatan ini. Dan saya juga percaya Roh Kudus akan membimbingnya untuk menemukan kebenaran.
        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

        • Salam damai sejahtera

          Dear Ingrid

          Mengapa dukun wanita tersebut terkejut, sebab roh itu memberitahukan kepadanya bahwa yang menyuruh dia memanggil roh Samuel itu adalah Saul raja Israel yang sudah memerintahkan membinasakan semua dukun di Israel.
          Jadi dukun perempuan itu terkejut dan takut kalau kalau dia juga akan dibunuh oleh Saul, bukan karena roh itu lain dari yang biasanya ia lihat.

          Salam
          mac

          • Shalom Machmud,

            Jika anda membaca kembali ayat ke 12:
            Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: “Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!”

            Maka ayat terebut mengatakan bahwa perempuan itu terkejut/ berteriak setelah melihat Saul. Sebelumnya, di ayat ke 8 saat Saul datang kepadanya dengan menyamar, perempuan itu tidak tahu kalau ia adalah Raja Saul. Ia sudah tahu bahwa bahwa jika ia ‘tertangkap basah’ menenung, maka ia dapat dihukum mati oleh Saul yang telah melenyapkan para penenung di seluruh negeri. Maka perempuan itu bertanya kepada Saul yang menyamar, “Mengapa engkau memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku” (ay. 9). Namu setelah Saul yang menyamar itu bersumpah dan menjamin tak akan menyalahkan, maka perempuan itu setuju. (ay. 10). Perempuan itu bahkan masih belum tahu kalau yang ada di hadapannya adalah Saul, dan ia masih bertanya, siapa arwah yang ingin dipanggilnya. (ay.11) Dan Saul menjawab: Samuel.
            Menarik jika anda perhatikan di sini, bahkan tidak terdapat ayat yang mengatakan bahwa perempuan itu melakukan sesuatu untuk memanggil arwah Samuel, yang jelas tiba-tiba arwah Samuel sudah ada di sana, dan begitu perempuan itu melihat Samuel, lalu ia berteriak terkejut -dan takut- dan ia mengenali bahwa yang dihadapannya adalah Raja Saul. (ay. 12). Ketika Raja Saul mengatakan kepadanya agar ia tidak takut (bahwa iapun akan dilenyapkan seperti para ahli tenung lainnya) maka perempuan itu mengatakan bahwa sesuatu yang ilahi telah muncul dari dalam bumi (ay. 13). Pernyataan dalam ayat-ayat inilah yang menyebabkan para Bapa Gereja meng-interpretasikan bahwa arwah yang nampak itu memang benar arwah Samuel, suatu kejadian yang berbeda dengan roh-roh yang biasanya dipanggil oleh perempuan itu. Maka tanggapan saya, berdasarkan penyampaian ayat itu secara literal: perempuan itu terkejut karena melihat arwah Samuel (ay. 9), yang kemudian membuatnya mengenali bahwa yang di hadapannya adalah Raja Saul. Jadi kedua hal itu tak bisa dipisahkan, karena terjadinya bersamaan.

            Machmud, saya ingin mengakhiri diskusi kita pada topik ini sampai di sini. Diskusi ini sudah sangat panjang, dan saya pikir sebenarnya secara obyektif sudah sangat jelas. Saya tidak memaksakan anda harus menerima interpretasi yang disetujui oleh Gereja Katolik. Saya hanya berharap bahwa anda melihat bahwa interpretasi ini sangat obyektif dan berdasarkan dari apa yang jelas tertulis secara literal di dalam ayat-ayat tersebut.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • Salam damai sejahtera

        Dear John Oei

        Point terpenting dari jawaban saya pada Ingrid adalah :

        Allah yang berkuasa atas roh Samuel dan Allah tidak mungkin bersekutu atau bekerja sama dengan dukun (setan) 2Kor 6 : 14-15 – 1Yoh 1 : 5

        1Taw 10 : 13 (Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah)

        Saul mati bukan karena nubuat dari Samuel palsu, tapi sebab dia tidak setia dan minta petunjuk arwah.

        Tolong anda membaca jawaban lengkap saya sekali lagi dan merenungkannya kembali, semoga Rohkudus membuka hati dan pikiran Sdr John Oei . Tuhan Yesus memberkati

        Salam
        mac

        • Shalom John Oei dan Machmud,
          Saya rasa sudah jelas di sini ya, bahwa yang inti yang ingin disampaikan oleh Machmud adalah bahwa Allah tidak mungkin bersekutu dengan dukun dan setan. Hal ini juga diajarkan oleh Gereja Katolik. Menurut interpretasi Gereja Katolik, kejadian di En-Dor ini di-ijinkan Allah terjadi, bukan karena Allah bersekutu dengan dukun perempuan itu, namun Allah memakai kejadian itu untuk menyatakan keadilan Tuhan atas perbuatan Saul yang jahat (yaitu dengan bekerja sama dengan kuasa gelap). Hal ini malah merupakan bukti bahwa Tuhan mengatasi segalanya, Ia tidak bisa ‘dikelabui’ oleh Saul; dan Ia dapat memakai segala cara untuk menyatakan keadilan-Nya. Dengan akal-akal-annya, Saul berusaha minta petunjuk arwah (yaitu arwah Samuel), namun Tuhan membiarkan Saul menanggung akibat dari perbuatannya, yaitu maut. Sebab Saul memilih mengandalkan kuasa gelap daripada berdoa kepada Allah.
          Maka benar apa yang dikatakan Machmud, bahwa memang Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap Tuhan (1 Taw 10:13).

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

          • Kalau roh orang tua, nenek atau siapalah masuk ke tubuh salah satu keluarga lalu marah karena keluarganya malas berdoa, malas kegereja dan sering melakukan perbuatan yg tdk baik apa itu termasuk jelmaan setan atau itu memang roh orang tua, nenek ? dan apa itu dosa juga ? saya minta penjelasannya

          • Shalom Rinto,

            Melihat pada kisah Kitab Suci seperti yang telah dijabarkan di atas, kita mengetahui bahwa berkonsultasi pada arwah orang meninggal merupakan tindakan yang dibenci oleh Tuhan. Maka, harus dilihat di sini apakah yang terjadi sehingga terjadi ada kasus “roh orang tua” yang masuk ke salah satu anggota keluarga tersebut? Apakah keluarga itu memang memang sering terlibat dalam ‘pemanggilan arwah’ seperti yang dilakukan oleh Saul? Jika ya, tentu tindakan ini tidak dibenarkan oleh Tuhan.

            Sebab hal ‘kemasukan’ roh semacam ini sebenarnya bukanlah hal yang umum yang bisa terjadi tanpa keterlibatan anggota keluarga di dalam hal yang bersifat magis tersebut. Keterlibatan dalam hal magis inilah yang dilarang oleh Tuhan dan juga dilarang oleh Gereja Katolik.

            KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8).

            Kita tidak dapat memastikan apakah roh tersebut itu benar dari nenek/ orang tua atau jelmaan setan, tetapi yang penting hal pemanggilan arwah tersebut, ataupun percaya/ mengundang hal- hal magis tersebut sendiri sudah bertentangan dengan perintah Tuhan. Dalam kisah Saul yang memanggil roh Samuel, Tuhan memang mengambil alih dengan mengizinkan roh Samuel menampakkan diri, tetapi juga untuk mendatangkan hukuman bagi Saul yang bermain-main dengan kuasa gelap. Hal yang sama juga dapat terjadi dengan keluarga/ anggota keluarga tersebut yang jika bermain-main dengan kuasa gelap.

            Perintah untuk rajin berdoa dan ke gereja itu diperoleh tidak melalui perantaraan roh yang masuk ke dalam tubuh anggota keluarga. Perintah itu sudah diserukan di gereja, dan di dalam lingkungan umat beriman. Suatu pertanyaan, mengapa sampai terjadi kejadian yang diyakini sebagai ‘kemasukan roh’ tersebut? Hal ini mungkin hanya dapat dijawab oleh keluarga tersebut. Jika anda mengenal keluarga tersebut, silakan anda mendoakan dan mengajak anggota keluarga tersebut untuk berdoa bersama, agar dijauhkan dari segala pengaruh jahat, dan agar tidak lagi ‘diganggu’ dengan keadaan ‘kemasukan’ roh tersebut.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

Comments are closed.