Pertanyaan:

Dear,
aku mau nanya dikit ya:
apa yang dimaksudkan dengan kegiatan evangelisasi pasti bernilai kateketis tetapi tidak semua kegiatan evangelisasi bisa disebut katekese?

syalon n JBU – Chrsnt

Jawaban:

Shalom Chrsnt,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang hubungan antara evangelisasi dan katekese. Pertanyaan ini terlihat sederhana, namun sebenarnya tidaklah terlalu sederhana.

1) Mari kita melihat definisi evangelisasi dan katekese:

a) Kita dapat mendefinisikan bahwa evangelisasi adalah pewartaan Kristus, yang dilakukan dengan kesaksian hidup dan kata-kata. Katekismus Gereja Katolik mendefinisikan “Kaum awam melaksanakan tugasnya sebagai nabi juga melalui penginjilan, “yakni pewartaan Kristus, yang disampaikan dengan kesaksian hidup dan kata kata“. ..” (LG 35).” (KGK, 905).

Kita dapat melihat beberapa hal yang berhubungan dengan evangelisasi di Evangelii Nuntiandi, no: 17, 22-24, 47. Namun, untuk mempersingkat, saya akan kutipkan dari “The General Directory for Catechesis” yang merangkum konsep tentang evangelisasi dari beberapa dokumen, seperti Ad Gentes, Evangelii Nuntiandi, Catechesi Tradendae dan Redemptoris Misssio. Dikatakan bahwa evangelisasi adalah suatu proses, yang melaluinya Gereja:

1) Didorong oleh kasih, mengilhami dan mengubah seluruh tatanan yang bersifat sementara dengan cara mengambil dan memperbaharui budaya.

2) Menjadi saksi di dunia untuk menunjukkan suatu cara yang baru dan menunjukkan kehidupan yang mempunyai karakter kekristenan.

3) Secara eksplisit, memberitakan Injil dengan tujuan utama pewartaan adalah pertobatan.

4) Memperkenalkan iman dan kehidupan kristiani kepada mereka yang telah menerima Kristus atau kepada mereka yang telah berbalik untuk mengikuti Kristus.

5) Secara terus menerus memelihara berkat persatuan dari umat Allah dengan cara memberikan edukasi secara terus menerus di dalam iman (melalui homili-homili dan bentuk lain dari pelayanan sabda), sakramen-sakramen dan perbuatan kasih.

6) Secara terus-menerus mempromosikan misi dengan mengirimkan murid-murid Kristus untuk memberitakan Injil, baik dengan kata-kata maupun perbuatan kepada seluruh dunia, demi keselamatan jiwa-jiwa.

b) Katekese dapat didefinisikan sebagai “pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang pada khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, dan yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen” (KGK, 5). Kristus menjadi pusat dari proses katekese (lih. KGK, 426-427).

Dalam kaitannya dengan Sakramen inisiasi, katekese adalah suatu langkah atau momen dalam proses evangelisasi (Catechesi Tradendae, 18). Dan dikatakan lebih lanjut bahwa katekese adalah suatu periode dimana pertobatan kepada Kristus dilakukan secara formal dan diberikan suatu pengenalan akan Kristus. Dan ini adalah suatu proses magang dalam kehidupan kristiani dan juga suatu proses inisiasi kepada misteri penyelamatan dan kehidupan misioner, yang pada akhirnya menuntun mereka kepada kepenuhan hidup kristiani. (lih. The General Directory for Catechesis, 63)

2) Dari definisi di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa:

a) Yang menjadi pusat dari proses evangelisasi dan katekese adalah Kristus sendiri. Apapun yang diwartakan dan diajarkan di dalam evangelisasi dan katekese harus senantiasa berpusat pada Kristus.

b) Kegiatan evangelisasi sebenarnya bersifat lebih luas dibandingkan dengan katekese. Evangelisasi (baik dalam bentuk kata-kata maupun perbuatan) diperlukan terlebih dahulu sebelum seseorang masuk dalam proses katekese secara formal – dalam kaitannya dengan sakramen inisiasi. Seseorang tidak akan masuk secara formal dalam kelas pelajaran agama Katolik, tanpa dia mempunyai ketertarikan akan Kristus. Oleh karena itu, evangelisasi diperlukan untuk membangkitkan iman, sehingga seseorang ingin mengenal lebih dalam iman Katolik dalam proses katekese. Dan proses katekese ini akan menuntun seseorang kepada kepenuhan hidup kristiani, yang dimanifestasikan dalam sakramen inisiasi (Sakramen Baptis, Sakramen Penguatan, Sakramen Ekaristi).

Namun, evangelisasi harus dilakukan secara terus-menerus, termasuk kepada orang-orang yang telah dibaptis, sehingga mereka terus diperbaharui dengan semangat Injil dan terus berkobar untuk menjadi saksi Kristus yang baik. Namun, katekese juga harus dilakukan secara teru-menerus sehingga orang yang telah dibaptispun dapat terus mendalami, menghayati dan melaksanakan iman Katolik dalam kehidupan nyata.

c) Bagaimana dengan pertanyaan Chrsnt “Kegiatan evangelisasi pasti bernilai kateketis tetapi tidak semua kegiatan evangelisasi bisa disebut katekese?” Pernyataan tersebut benar, karena semua kegiatan evangelisasi (baik dengan perkataan, perbuatan), pasti mempunyai nilai-nilai katekese. Evangelisasi pasti mempunyai nilai-nilai katekese, karena di dalam katekese, seseorang diajarkan seluruh misteri iman secara terstruktur (dibagi menjadi empat: apa yang dipercaya, bagaimana merayakan apa yang dipercaya, bagaimana hidup sesuai dengan apa yang dipercaya, dan doa). Namun memang tidak semua kegiatan evangelisasi (seperti: kegiatan bakti sosial, dll) dapat disebut katakese, karena katekese adalah momen atau saat tertentu yang mempunyai karakter yang khusus – pemaparan dan pengajaran iman secara formal dan terstruktur.

Semoga uraian di atas dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org

13 COMMENTS

  1. Dear Katolisitas
    Mohon diberikan saran atau masukan berkaitan tentang Evangelisasi dan katekese…:
    1. Yang saya rasakan saat ini , pendamping2 dari KEP sebenarnya menguasai banget atau mempunyai kekuatan tentang pendalaman Kitab Suci
    2. Para katekis yang ada di beberapa gereja dan duduk di bidang pewartaan gereja masih banyak berkecimpung pada Inisiasi

    Dari kelemahan dan kekuatan ini, bagaimanakah cara bisa memdukan atau “mengawinkan” kedua perbedaan tersebut..karena kami di gereja kesulitan saat dihadapkan pada kegiatan yg didasarkan pada pengulasan tentang Kitab Suci contohnya Bulan Kitab Suci. Ada semacam garis yg membatasi kami untuk bisa memadukan keduanya dengan alasan tertentu.
    Kami sangat berterima kasih apabila Katolisitas berkenan memberikan saran kpd kami untuk memadukan keduannya, dan akan kami presentasikan saat peneguhan dalam bulan KS untuk para pemandu… Saya pikir apabila hal ini bisa dipadukan akan menjadikan sesuatu yg lebih luar biasa
    Mhn maaf apabila pertanyaan ini tidak berkenan. Berkah Dalem

    • Shalom Wicaksono,

      Hal pengembangan evangelisasi dan katekese umat dalam Gereja Katolik memang merupakan sesuatu yang perlu kita pikirkan dan usahakan bersama. Sebagai umat yang sudah dibaptis, semua dari kita diberi tugas oleh Kristus untuk mengambil bagian dalam misi Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Oleh karena itu tugas mewartakan Injil tidak hanya menjadi tugas para katekis maupun pengajar KEP. Bahkan para katekis dan pengajar maupun pendamping KEP masih perlu terus mempelajari dan mendalami ajaran iman Katolik, yang tidak habis-habisnya dapat dipelajari dan diresapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adalah tugas bagi kita semua umat Katolik untuk semakin mengenal dan mengasihi Kristus dan ajaran-ajaran-Nya, sebagaimana diajarkan oleh Gereja Katolik. Maka penting kita mempelajari ajaran iman Katolik, secara khusus yang telah disusun secara sistematik dalam Katekismus Gereja Katolik. Jika Anda terpanggil untuk mempelajarinya, silakan Anda melakukannya, sehingga jika saatnya tiba, Anda pun dapat mewartakan ajaran Kristus dan Anda dapat melakukannya dengan percaya diri, sebab Anda tidak mendasarkan pewartaan Anda pada pemahaman pribadi Anda sendiri, tetapi pada ajaran Gereja Katolik, yang melestarikan ajaran para Rasul dan Bapa Gereja, atas bimbingan Roh Kudus selama 2000 tahun ini.

      Di atas semua itu, mari kita memohon penyertaan Tuhan, agar kita dimampukan untuk melakukan bagian kita, walaupun mungkin kecil dan sederhana, dalam tugas pewartaan ini, dimulai dari keluarga dan lingkungan kita yang terdekat.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Shalom,

    Mao tanya? Sejak kapan Katakese mulai?
    Klo di Kitab Suci, kaya nya tidak ada musti belajar agama dl. Kalau bertobat dan percaya, maka langsung di baptis. Di Kisah Para Rasul banyak sekali seperti itu. Maka tidak heran gereja denominasi lainnya langsung membaptis orang?

    Kenapa sekarang Gereja Katolik yang adalah turunan para Rasul tidak seperti di jaman dulu lg. yg membaptis dl baru katakese?

    Terima Kasih

    • Shalom Richard,

      Sebenarnya, kalau kita melihat di Kitab Suci, proses katekese adalah merupakan metode yang disampaikan secara lisan, dan kemudian para jemaat perdana berkumpul setiap hari mendengarkan pengajaran para rasul (lih. Kis 2:42). Dalam perkembangannya, terutama pada masa penindasan kekristenan, maka diperlukan satu masa untuk memberikan formasi iman kepada calon baptis agar iman mereka dapat diteguhkan dan pada saat bersamaan dapat menghindari penyusupan dari pihak-pihak luar. Para bapa gereja awal – seperti St. Yustinus Martir (103-165), St. Klemen dari Aleksandria (150-215), St. Sirilius dari Yerusalem (315-386), St. Ambrosius (337-397), St. Gregorius dari Nyssa (335-395), St. Agustinus dari Hippo (354-430) – telah membuat tulisan untuk menjabarkan iman Katolik. St. Agustinus menuliskan 72 bab untuk persiapan calon baptis. Tulisan-tulisan yang mempersiapkan calon baptis dari para Bapa Gereja menunjukkan bahwa katekese menjadi bagian penting dari perjalanan iman para calon baptis sampai pada baptisan.

      Dengan demikian, kalau proses katekese dijalankan dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan sungguh-sungguh, sebenarnya kita harus mengakui bahwa katekumenat menjadi kesempatan bagi para calon baptis untuk mengetahui iman Katolik dan memberikan kesempatan bagi calon baptis untuk mengambil keputusan secara sadar dan sukacita, bahwa iman yang dipilihnya adalah sungguh-sungguh baik. Namun, sebaliknya, karena Gereja Katolik menyadari bahwa baptisan adalah penting untuk keselamatan dan Yesus menginginkan agar semua orang datang kepada-Nya, maka Gereja Katolik juga membaptis bayi, yang tentu saja tidak melalui proses katekese. Sebagai kesimpulan, proses katekese sebelum baptisan telah dipraktekkan sejak masa awal kekristenan. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  3. Shalom Tim Katolisitas,

    Berhubung dlm waktu dekat di paroki saya akan diadakan Kursus Evangelisasi Pribadi/KEP maka ada beberapa hal yg ingin saya tanyakan,

    – Apa itu Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) ?
    – Syarat untuk mengikuti KEP?
    – Materi apa yg akan diajarkan?
    – Tata cara pelaksanaan KEP itu sendiri seperti apa, dan berapa lama?
    – Manfaat yg bisa kita petik dari KEP?

    Terima kasih sebelumnya,
    Andy

    [dari katolisitas: silakan melihat di sini – silakan klik]

  4. dear katolisitas,,,,,,
    saya mo tabya sedikit,..apakah seorang Prodiakon boleh memberikan berkat pada bunga tabur dan air suci yang akan digunakan untuk berdoa dimakam dan bagaimana bentuk doanya.terimaksaih GBU

    • Inus Yth

      Prodiakon tidak diperkenankan memberikan berkat seperti layaknya imam yang tertahbis. Tindakan berkat oleh prodiakon keliru dan salah karena itu kewenangan imam. Bacalah PUMR 107, di sana tercatat tugas prodiakon. Prodiakon adalah minister extraordinarius (pelayan luar biasa) dia bertugas membantu imam dalam keadaan tak lazim. Jadi jangan menggantikan tugas imam. Doanya lihat buku upacara pemakaman.

      salam
      Rm Wanta

  5. https://katolisitas.org/apakah-perbedaan-evangelisasi-dan-katekese/

    Dear katolisitas,

    Menganggapi pertanyaan dari Sdri. Elizabeth di atas pada butir no.1;
    [1. Kita sebagai umat Katolik tidak boleh berusaha menarik orang-orang yang sudah memiliki agama karna berarti kita menyalahi Roma 14:13.. menurutnya, selama orang-orang taat menjalankan agamanya, mereka juga sudah mendapatkan keselamatan (seorang Muslim menjalankan sholat 5 waktu, Hindu 3 kali sehari, dll). Beda cerita dengan seorang katolik yang sudah mulai menjauh dari gereja barulah kita boleh mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan juga untuk orang-orang yang tidak memiliki agama boleh kita evangelisasi ~ tugas dari Romo Misionaris. Benarkah demikian?]

    Ajaran demikian pun juga telah saya dapatkan ketika mendapatkan pelajaran agama Katolik pada saat SMU. Ketika saya berdiskusi dengan sahabat saya seorang Protestan, ia justru bersikeras kalau ajaran itu adalah salah, karena sama sekali tidak ada keselamatan di luar Yesus Kristus, tanpa tawar menawar. Saya menjadi bingung, sebab jelas sekali sewaktu pelajaran agama (saya sekolah di sebuah SMU Katolik di Surabaya) tertulis pada diktatnya; “…setelah Konsili Vatikan II, Gereja Katolik mengakui adanya keselamatan di luar Gereja, dengan demikian maka ajaran “Extra Ecclesiam Nulla Salus” (EENS, Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan) telah ditinggalkan”. Kemudian seiring dengan saya belajar, saya menemukan bahwa EENS adalah sebuah doktrin atau ajaran. Tegas sekali, para Bapa Gereja mengungkapkannya dengan begitu tegas;

    1. Paus Pelagius II (578 – 590)

    “Mempertimbangkan fakta bahwa siapapun yang tidak berada dalam damai dan kesatuan dengan Gereja tidak bisa mendapatkan Tuhan… Meskipun dilemparkan dalam api membara yang membakar mereka, atau dilemparkan ke binatang buas, mereka menyerahkan nyawa [pada binatang buas tersebut], tidak akan ada mahkota Iman (bagi mereka ini), tapi hanya ada penghukuman atas ke-tak-ber-iman-an… Begitu pula seseorang bisa terbantai tapi dia tidak bisa mendapatkan mahkota … [Bila] dia dibantai diluar Gereja, dia tidak dapat mendapatkan hadiah dari Gereja.

    2. Paus Benediktus XV (1914 – 1922)

    “Begitulah sifat dari iman Katolik bahwa [iman ini] tidak hanya mengakui lebih atau kurang, tapi harus diyakini secara penuh atau secara penuh ditolak: Ini adalah iman Katolik, yang kalau seseorang tidak mempercayai dengan iman dan tegas, dia tidak bisa diselamatkan.”

    3. Paus Yohanes Paulus I (1978)

    “Perahu Gereja dituntun oleh Kristus dan wakilNya… Hanya inilah yang membawa para murid dan menerima Kristus. Betul bahwa perahu ini dilemparkan ke laut, tapi diluarnya seseorang akan lenyap dengan seketika. Keselamatan hanya ada di Gereja; diluarnya siapapun lenyap.”

    4. Paus Yohanes Paulus II (1978 – 2005)

    “Misteri keselamatan dinyatakan kepada kita dan diteruskan dan tercapai didalam Gereja, dan dari sumber yang asli dan satu-satunya ini, bagaikan air yang ‘rendah hati, berguna, berharga, dan murni’ misteri ini mencapai dunia. Para muda dan umat tercinta, seperti Brother Francis kita harus sadar akan dan menyerap kebenaran fundamental yang diwahyukan ini, yang terkandung didalam kata-kata yang di sucikan oleh tradisi: Tidak ada keselamatan diluar Gereja. Hanya dari dia-lah (Gereja) kuasa hidup menuju Kristus dan RohNya mengalir secara pasti dan secara penuh, untuk memperbaharui seluruh kemanusiaan, dan karenanya mengarahkan setiap manusia untuk menjadi bagian dari Tubuh Mistik Kristus.” (Pope John Paul II, Radio Message for Franciscan Vigil in St. Peter’s and Assisi, October 3, 1981, L’Osservatore Romano, October 12, 1981.)

    Dan terlebih tercantum begitu jelas dalam Katekismus Gereja Katolik artikel 846;

    “Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan”
    846 Bagaimana dapat dimengerti ungkapan ini yang sering kali diulangi oleh para bapa Gereja? Kalau dirumuskan secara positif, ia mengatakan bahwa seluruh keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya:
    “Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis, Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan” (LG 14).

    Jadi, Katekismus telah dengan tegas menjelaskan posisi Gereja, juga Katekismus adalah buku ajaran Gereja Katolik yang “legitim” (Fidei Depositum art.4)

    Memang pernyataan teman saya ada benarnya, ia menyebutnya “di luar Yesus, tidak ada keselamatan”, karena ia adalah penganut Protestan, yang memiliki pemahaman “Gereja” yang sangat berbeda dengan yang disepakati oleh Gereja Katolik dan Orthodox yang memiliki penerusan tahta Apostolik yang sah, sedangkan Protestan tidak. Maka paham tentang keselamatan mengabaikan “Gereja”, namun bukan di situ persoalannya, melainkan ia memiliki suatu sikap identitas yang tegas akan keimanannya. Berbeda dengan sementara umat Katolik yang cenderung bersikap indifferent (menganggap semua agama sama, yaitu menyelamatkan) setelah menerima ajaran seperti yang telah sdri. Elizabeth terima dan juga saya dahulu waktu itu.

    Yang menjadi pertanyaan bagi saya adalah, bagaimana untuk meluruskan hal ini? ajaran yang diajarkan perihal “adanya keselamatan di luar Gereja”, terlebih diajarkan di sekolah Katolik tentunya amat menyesatkan dan tidak sesuai dengan doktrin EENS yang sesungguhnya. Hal yang lebih menyedihkan lagi adalah, bahwa penganut “kontra EENS” bukan hanya pada awam, namun juga saya menemukannya pada kaum klerus yang notabene bertugas utama dalam penggembalaan. Bagaimana untuk meluruskan hal ini?

    Dominus vobiscum,

    Julius Paulo

    • Shalom Julius Paulo,
      Ya, harus diakui, banyak terdapat kesalahpahaman tentang EENS ini baik di kalangan non- Katolik maupun di kalangan Katolik sendiri. Sedangkan jika dipelajari, ajaran Gereja Katolik sebenarnya tidak berubah. EENS itu yang masih kita pegang, hanya dengan pengertian seperti yang pada Katekismus/ KGK dan juga dalam dokumen Gereja Katolik lainnya. Di situs Katolisitas kami berusaha memberika informasi tentang pengertian EENS yang benar, sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja Katolik, dan bukan hanya terbatas pada pengertian “beberapa orang tokoh Katolik”.
      Maka jika itu menjadi kapasitas anda untuk membantu kaum awam yang ada di paroki anda/ lingkungan pergaulan anda, silakan anda meluruskan pandangan EENS ini. Jika anda pandang membantu, silakan anda membaca di rubrik Tanya Jawab di situ sini (TJ) yang juga sudah membahas lumayan panjang tentang EENS ini, contohnya di sini, silakan klik. Atau silakan anda membaca juga deklarasi Dominus Iesus (jika anda belum membacanya, silakan klik, untuk mengetahui ajaran Gereja Katolik tentang agama- agama lain. Anda juga dapat memprakarsai semacam kelompok Bible study di rumah anda, kumpulkanlah kerabat anda/ teman-teman di lingkungan/ komunitas, dan bahaslah mengenai EENS ini. Anda dapat mensharingkan apa yang anda ketahui berdasarkan apa yang anda tulis di atas, dan juga artikel- artikel yang ada di situs ini, semoga dapat membantu umat yang lain.

      Lalu jika anda melihat kesalahpahaman EENS ini ada pada kaum klerus, maka memang ini menjadi keprihatinan kita semua. Yang pertama, silakan mendoakan pastor yang anda maksud itu. Doakan rosario bagi para imam setiap hari seperti yang kami sediakan teksnya di sini, silakan klik, secara khusus doakanlah imam yang bersangkutan. Kedua, jika anda terpanggil, silakan anda berkomunikasi baik-baik dengan imam tersebut. Sampaikanlah data-data dan dokumen Gereja yang anda ketahui tentang EENS ini, jika perlu anda juga duduk berdiskusi dengan beliau, mulailah pertemuan anda dengan doa. Dalam hal ini, rule of thumb-nya: sampaikan dengan lemah lembut dan hormat. Jangan menggurui, namun semangatnya harus sama-sama menggali dan sama- sama belajar. Semoga oleh pimpinan Roh Kudus, anda dan pastor anda mendapat pemahaman yang semakin mendalam tentang EENS.

      Semoga Tuhan Yesus memberkati usaha kerasulan yang anda lakukan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • Terima kasih banyak Katolisitas, sungguh suatu website yang memberikan banyak pengajaran katekese baik dari segi doktriner, namun juga mengajak kita untuk melihatnya dari sisi Teologi dan Filsafat.

        Maju terus katolisitas !! kudoakan selalu untuk kemajuan Katolisitas…..

        Gloria in Patri et Filii et Spiritui Sancto. Sicut erat in principio, et nunc et semper et in saecula saeculorum, Amen.

        Juius Paulo

  6. Shalom Ibu Inggrid dan Pak Stefanus yang terkasih,

    pertama-tama saya sungguh-sungguh ingin berterima kasih akan adanya situs ini yang sangat membantu saya dalam membina iman kekatolikan saya apalagi melihat latar belakang studi dan cara penyampaian Bapak dan Ibu yang begitu penuh kasih dan juga dapat dipercaya kredibilitasnya. Saya mohon bimbingannya untuk sebuah pertanyaan: ada seorang pendoa Katolik yang mengatakan tentang 3 hal kepada saya:

    1. Kita sebagai umat Katolik tidak boleh berusaha menarik orang-orang yang sudah memiliki agama karna berarti kita menyalahi Roma 14:13.. menurutnya, selama orang-orang taat menjalankan agamanya, mereka juga sudah mendapatkan keselamatan (seorang Muslim menjalankan sholat 5 waktu, Hindu 3 kali sehari, dll). Beda cerita dengan seorang katolik yang sudah mulai menjauh dari gereja barulah kita boleh mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan juga untuk orang-orang yang tidak memiliki agama boleh kita evangelisasi ~ tugas dari Romo Misionaris. Benarkah demikian?

    2. Karismatik tidak diakui oleh gereja Katolik. Sungguh membingungkan saya berhubung saya pernah membaca sejarah Karismatik Katolik yang mengikutsertakan penjelasan dari Konsili Vatikan II dan Paus Yohanes XXIII dan Paus Paulus VI.

    3. Di dunia ini tidak ada bahasa Roh karna pendoa ini belom pernah mendengar org berbahasa daerahnya saat mendengar org tersebut berbahasa Roh.

    Terima kasih banyak atas bimbingannya Pak Stef dan Ibu Inggrid. Tuhan memberkati.

    • Shalom Elizabeth,

      Terima kasih atas dukungannya terhadap situs ini. Kami sangat bersyukur kalau katolisitas.org dapat membantu umat Katolik untuk dapat mengerti iman Katolik. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan untuk pertanyaan anda:

      1) Sebagai umat Katolik kita tidak boleh menarik orang-orang yang telah memiliki agama lain: Pernyataan ini mungkin kurang tepat. Sebagai umat Katolik kita tidak boleh memaksa iman yang kita percayai, namun kita harus mencoba untuk mewartakan Kristus dan Gereja-Nya, sehingga kita dapat memenuhi amanat agung Kristus:

      19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20)

      Ayat tersebut dengan jelas memerintahkan kita untuk melakukan pewartaan. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana cara melakukan pewartaan yang bijaksana? Kita harus minta kepada Tuhan agar kita diberikan kebijaksanaan (prudence) dalam mewartakan Kristus, baik dalam kata-kata maupun perbuatan. Namun, satu hal yang tidak akan mungkin salah adalah mewartakan dalam bentuk kesaksian hidup kita, yaitu dalam perjuangan kita untuk hidup kudus, seperti yang senantiasa diserukan oleh Vatikan II.

      Dikatakan “Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!” (Rm 14:13). Kalau kita membaca konteks dari perikop ini, maka kita akan melihat bahwa ini adalah surat dari rasul Paulus kepada seluruh jemaat Kristen di Roma. Rasul Paulus minta agar mereka senantiasa bersatu, baik yang lemah maupun yang kuat, baik dalam perbedaan aturan makanan, dalam aturan hari doa, dll. Namun, dalam konteks ini, rasul Paulus tidak menekankan agar seluruh umat Kristen tidak boleh untuk bersaksi. Bahkan kalau bersaksi dan melakukan evangelisasi tidak boleh, bukankah rasul Paulus yang pertama melanggar ayat Rm 14:13, karena dia bersaksi kepada semua orang? Dan bukankah para rasul juga bersaksi kepada semua orang, termasuk adalah orang-orang Yahudi, yang juga telah percaya akan satu Tuhan? Justru, kita melihat, bahwa ada banyak jemaat mula-mula adalah dari kaum Yahudi. Kita melihat pada waktu peristiwa Pentekosta, dimana Petrus berkotbah, dan kemudian sebanyak tiga ribu orang memberikan diri mereka untuk dibaptis (lih. Kis 2:1-41).

      Dan tentang tugas evangelisasi, bukanlah hanya tugas romo-romo, namun tugas kita semua. Pada waktu kita dibaptis, maka kita telah menerima mandat sebagai nabi, imam dan raja atau kita turut berpartisipasi dalam tiga misi Kristus. Namun bagaimana caranya? Kita harus menyadari identitas kita sebagai awam (bukan imam), dan dalam kapasititas kita masing-masing kita mengemban tugas sebagai nabi, imam dan raja, atau dengan kata lain belajar dan mewartakan kebenaran (sebagai nabi/ kebenaran dan kesetiaan), dimanifestasikan dalam kasih (sebagai imam / kekudusan), dan melayani sesama (sebagai raja / pelayanan dan berbelas kasih). Pembahasan lebih lanjut tentang hal ini dapat dilihat di program pertumbuhan di sini (silakan klik). Sebagai awam kita juga harus masuk dalam dunia, menjadi ragi dan garam dunia.

      2) Karismatik telah mendapatkan status “ecclesial movement“, yang berarti telah diakui secara resmi dalam Gereja Katolik. Pembahasan tentang sisi negatif dan sisi positif dari gerakan karismatik dapat dilihat di sini (silakan klik).

      3) Tentang bahasa roh, silakan melihat penjelasan di sini (silakan klik).

      Semoga jawaban dan link-link yang diberikan dapat berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  7. Dear,
    aku mau nanya dikit ya:
    apa yang dimaksudkan dengan kegiatan evangelisasi pasti bernilai kateketis tetapi tidak semua kegiatan evangelisasi bisa disebut katekese?
    syalon n JBU
    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

Comments are closed.