Pertanyaan:

Kita telah melihat bahwa argumen-argumen yang digunakan untuk membuktikan keberadaan Tuhan itu tidaklah pantas. Sekarang kita akan menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Tahu, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Kuasa seperti yang dimiliki oleh orang Theis itu tidak mungkin ada.

Problema Kebebasan Kehendak

Untuk menghidupi kehidupan beragama yang berarti, kita harus memiliki kebebasan kehendak, kita harus bisa memilih yang baik dan yang buruk. Kalau kita tidak memiliki kebebasan kehendak, kita tidak dapat bertanggung jawab atas kelakuan kita sendiri.

Menurut orang-orang Theis, Tuhan itu Maha Tahu. Dia tahu masa yang lampau, masa sekarang, dan semua di masa yang akan datang. Kalau benar demikian, maka Tuhan pasti sudah tahu semua yang kita mau kerjakan jauh sebelum kita perbuat. Ini berarti seluruh hidup kita sudah ditentukan sebelumnya, dan kita bertindak bukanlah atas dasar kebebasan kehendak, tetapi kita telah ditentukan untuk berbuat apa yang kita perbuat. Kalau kita sebelumnya sudah ditentukan untuk menjadi orang baik, maka kita akan menjadi baik, dan bila kita sebelumnya ditentukan untuk menjadi buruk, maka kita akan menjadi orang buruk/jahat. Kita tidak akan berbuat atas dasar kebebasan kehendak kita, akan tetapi kita berbuat atas dasar apa yang telah Tuhan tentukan. Meskipun orang Theis tetap memaksakan bahwa adanya kebebasan kehendak, ke-Maha Tahuan Tuhan justru membuat hal ini mustahil untuk dimengerti. Alkitab pun menyatakan bahwa orang hanya akan berbuat apa yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Jadi ternyata di dalam ajaran Theis, jalan hidup seseorang dan takdir adalah sepenuhnya ulah Tuhan. Dan sebagai manusia kita tidak punya hak untuk mengeluh tentang apa yang telah Tuhan putuskan untuk kita. Ide di mana semuanya telah ditentukan dengan ide bahwa Tuhan itu Maha Tahu memang tampak sejalan, tetapi ide tersebut tidak masuk akal ke dalam konsep usaha untuk berbuat kebaikan atau menghindari kejahatan. – Lodewijk

Jawaban:

Shalom Lodewijk,
Terima kasih atas pertanyaannya yang bagus, yang mungkin banyak menjadi pertanyaan bagi banyak orang, juga termasuk saya. Mari kita bersama-sama mengupas pertanyaan yang diajukan oleh teman Lodewijk.

Jawaban:

1. Keberadaan Tuhan

Dikatakan bahwa argumentasi-argumentasi yang digunakan untuk membuktikan keberadaan Tuhan tidaklah pantas. Untuk menjawab hal ini, silakan membaca artikel tentang: Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada (silakan klik), dimana saya mencoba memaparkan keberadaan Tuhan seperti yang dikemukakan oleh St. Thomas Aquinas. Pembuktian ini terdiri dari: 1) Prinsip pergerakan, 2) Prinsip sebab akibat, 3) Ketidakkekalan dan kekekalan, 4) Derajat kesempurnaan, 5) Desain dunia ini.

Argumentasi di atas adalah untuk membuktikan keberadaan Tuhan dari sisi akal-budi. Katekismus Gereja Katolik, 286 mengatakan “Memang akal budi manusia dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai asal segala sesuatu. Adanya seorang pencipta dapat diketahui dengan pasti dari karya-karya-Nya berkat cahaya akal budi manusiawi, walaupun pengetahuan ini sering digelapkan dan dinodai oleh kekhilafan. Oleh karena itu, iman memperkuat dan menerangi akal budi supaya ia mengerti kebenaran ini dengan tepat: “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” (Ibr 11:3).

2. Kehendak bebas dan Tuhan yang maha tahu

1) Sebelum menjawab pertanyaan tentang relasi antara kehendak bebas manusia dan Tuhan yang maha tahu, maka pertama-tama kita harus menerima bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan adalah maha tahu, maha kuasa, maha adil, maha kasih, dan sifat-sifat lain yang menjadi hakekat dari Tuhan. Tanpa percaya akan keberadaan Tuhan, maka kita tidak dapat masuk dalam diskusi point ke-II, karena tidak mungkin kita mendiskusikan hakekat dari sesuatu yang tidak ada. Kalau kita menerima bahwa Tuhan ada, maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana untuk menggabungkan antara Tuhan yang maha tahu dengan kehendak bebas manusia:

a) Kalau kita mengatakan bahwa Tuhan tidak mengetahui segalanya, maka kita sama saja mengatakan bahwa Tuhan adalah bukan Tuhan, karena hakekat dari Tuhan adalah segalanya dan Dia Maha mengetahui, dan segalanya dijadikan oleh-Nya. Atau kalau kita mengatakan bahwa Tuhan tidak tahu apa yang akan kita buat (dengan segala alternatifnya), maka rencana Tuhan seolah-olah dikejutkan oleh perbuatan kita, dan Tuhan bereaksi sesuai dengan keputusan yang kita ambil. Ini berarti bahwa Tuhan tergantung dari keputusan manusia. Dan tentu saja hal ini salah, karena tidak mungkin Pencipta tergantung dari yang diciptakan. Kalau kita mengatakan bahwa Tuhan tidak tahu akan masa depan, maka seolah-olah Tuhan terikat oleh waktu. Dan ini berarti, kita menganggap bahwa Tuhan adalah terbatas, karena waktu adalah dimensi yang membatasi. Jadi, dengan kata lain, kalau kita percaya bahwa Tuhan ada, dan mempunyai hakekat Tuhan, maka kita harus menerima bahwa Tuhan adalah maha tahu.

b) Kalau kita mengatakan bahwa Tuhan tidak memberikan kehendak bebas kepada manusia, maka kita sama saja mengatakan bahwa Tuhan bukanlah Maha Kasih. Kalau semuanya telah ditentukan oleh Tuhan dan manusia tidak mempuyai kehendak bebas untuk berkata “ya” atau “tidak”, maka ini sama saja dengan mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai robot dan bukan sebagai mahluk yang dikasihi dan diciptakan menurut gambaran Allah (lihat artikel: Kesempurnaan rancangan keselamatan Allah – silakan klik). Menciptakan manusia sebagai robot bertentangan dengan hakekat Tuhan yang maha kasih. Sebagai contoh, kalau kita mengasihi istri/suami, atau pacar, maka kita menginginkan agar orang yang kita kasihi dapat mengasihi kita dengan bebas tanpa adanya paksaan. Jadi Tuhan memberikan manusia kehendak bebas sebagai bukti akan kasih Tuhan.

2) Bagaimanakah sebenarnya pengertian bahwa Tuhan adalah Maha Tahu?

Tuhan Maha Tahu adalah memang hakekat dari Tuhan, karena di dalam Tuhan tidak ada pembatas apapun, termasuk dimensi waktu atau tempat. Di dalam Tuhan, semuanya adalah “sekarang” tidak ada lampau maupun masa depan. Oleh karena itu, semua yang terjadi pada masa lampau, sekarang, dan masa depan terbentang di hadapan Tuhan. Namun kemahatahuan Tuhan tidak bertentangan dengan keinginan bebas manusia, karena:

a) “And if human and divine present may be compared, just as you see certain things in this your present time, so God sees all things in His eternal present. So that this divine foreknowledge does not change the nature and property of things; it simply sees things present to it exactly as they will happen at some time as future events. It makes no confused judgments of things, but with one glance of its mind distinguishes all that is to come to pass whether it is necessitated or not…. God sees those future events which happen of free will as present events. . . . All things, therefore, whose future occurrence is known to God do without doubt happen, but some of them are the result of free will.” (Consolation of Philosophy, (New York: Penguin, 1969), bk, 5. sec. 6, pp. 163-164.)

Jadi dengan hakekat Tuhan sebagai yang Maha Kekal dan Maha Tahu, maka Dia tahu apa yang akan diperbuat oleh manusia, termasuk adalah keputusan yang akan diambil oleh seseorang sesuai dengan kehendak bebas yang menjadi hakekat manusia. Tuhan melihatnya secara jelas dan melihat semuanya sebagai sebab akibat. Jadi ada banyak hal yang menjadi akibat dari keputusan yang dibuat dengan kehendak bebas manusia.b) Sebagai contoh: Seorang atheis yang pertama pada akhirnya percaya akan Tuhan, sedangkan seorang atheis yang ke-dua tetap tidak percaya akan Tuhan. Dalam contoh ini, Tuhan telah memberikan berkat yang cukup bagi dua orang atheis tersebut untuk menjawab panggilan Tuhan. Karena kalau Tuhan tidak memberikan berkat yang cukup kepada semua orang, maka Tuhan bukanlah Tuhan yang maha adil. Namun berkat Tuhan yang tercurah kepada oleh dua orang atheis tersebut, tidak ditanggapi oleh mereka dengan cara yang sama. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai kehendak bebas. Tuhan dari awal mula tahu bahwa orang yang satu akan menjawab panggilan Tuhan, sedang orang yang lainnya akan menolak, karena Tuhan adalah maha tahu. Dalam hal ini, Tuhan telah memberikan semua yang diperlukan oleh dua orang tersebut untuk mengenal Tuhan, namun Tuhan tetap menghormati kehendak bebas dari keduanya, termasuk kehendak bebas dari seorang atheis yang kedua yang tidak bertobat.

Dalam contoh di atas, kita tidak dapat mengatakan bahwa Tuhan tidak maha tahu, atau kita juga tidak dapat mengatakan bahwa kedua atheis tersebut tidak mempunyai kehendak bebas. Yang benar adalah Tuhan tahu segalanya, karena semua hal bagi Tuhan terlihat sebagai sesuatu yang terjadi “saat ini”, bukan karena semuanya telah ditentukan atau ditakdirkan. Dan Tuhan memberikan keberadaan suatu ciptaan sesuai dengan kodrat dari ciptaan tersebut. Untuk manusia, Tuhan memberikan akal budi, yang memungkinkan manusia untuk mempunyai kehendak bebas. Jadi kebesaran Tuhan tidak bertentangan dengan keinginan bebas.

Namun di satu sisi, kita tidak dapat mengatakan bahwa Tuhan hanya berdiam diri dan melihat semua yang terjadi. Berpendapat seperti ini akan membuat orang terjerumus ke dalam paham “Deism”. Namun memang, karena Tuhan Maha Tahu dan Ia sudah mengetahui segalanya, maka keinginan Tuhan tidak mungkin berubah (immutable of God). Keinginan Tuhan untuk menyelamatkan manusia dan campur tangan-Nya dalam kehidupan manusia memuncak dengan Inkarnasi, yaitu Yesus, Putera Allah yang datang dalam sejarah manusia dan menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia.

3) Apakah Alkitab mengatakan bahwa orang hanya akan berbuat apa yang telah ditentukan oleh Tuhan?
Saya akan mencoba menjawab hal ini dari sisi Alkitab, walaupun mungkin orang yang memberikan argumentasi tidak percaya akan Alkitab. Sayang dia tidak memberikan bukti-bukti yang mendukung hal ini.

a) Biasanya orang akan mengutip beberapa ayat di Alkitab untuk mendukung konsep bahwa semua telah ditentukan oleh Tuhan, seperti: Mt 25:34 “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan“, dan juga lihat Why 20:15; Rm 8:28; Ef 1:4-11; Yoh 10:28. Untuk lebih lengkapnya, silakan membaca artikel di New Advent (silakan klik). Semua ayat-ayat di atas hanya mendukung bahwa Tuhan adalah Maha Tahu dan Dia memang tahu siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka. Namun yang masuk neraka bukan ditakdirkan oleh Tuhan, karena Tuhan menginginkan agar semua orang masuk surga. Kalau ada sampai orang masuk neraka, itu adalah kesalahan manusia sendiri, karena manusia tidak mau bekerjasama dengan rahmat Tuhan.

b) Alkitab juga memuat bahwa kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh berjuang untuk hidup kudus, sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan, seperti yang telah disediakan oleh Tuhan. Kita dapat melihat beberapa ayat di Alkitab seperti 2 Pet 1:10 “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” Lihat juga beberapa ayat yang lain, seperti: Why 3:5; Kel 32:33. Lebih lanjut dalam Why 20:12 dikatakan “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.” Jadi seseorang masuk neraka atau surga tergantung dari bagaimana orang itu menanggapi rahmat Allah (bukan karena takdir). Orang yang percaya dan bekerjasama dengan rahmat Allah dengan hidup kudus akan masuk surga, sedangkan orang yang tidak percaya dan yang tidak bekerjasama dengan rahmat Tuhan itu, akan memasukkan dirinya sendiri ke neraka.

Demikian jawaban yang dapat saya sampaikan untuk point A. Untuk point-point yang lain, pasti akan kami jawab.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

28 COMMENTS

  1. Dear Katolisitas,

    Ketika saya menunjukkan dalam Why 20:12 dikatakan “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.”, dan ayat-ayat lain seperti Why 3:5; Kel 32:33, 2 Pet 1:10, teman yang menganut Calvinism mengatakan bahwa sebenarnya kehendak bebas manusia ada di bawah kehendak Tuhan. Artinya memang dalam sehari-hari kita memiliki kehendak bebas, tapi sebenarnya itu semua sudah diketahui dan ditentukan Allah. Jadi perbuatan-perbuatan yang akan dihakimi pun sebenarnya adalah pekerjaan Allah. Sudah ditentukan orang akan berbuat baik atau tidak, orang akan memilih bekerja sama dengan rahmat atau tidak. Mungkin karena ada hubungan dengan Roma 9:15-18 tentang rahmat Allah adalah karunia bagi orang-orang tertentu, atau dengan Efesus 1:11 yang terdapat kalimat “bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”. Sehingga kehendak bebas manusia pun sebenarnya sudah diputuskan.
    Mengenai 1 Timotius 2:4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Teman saya berkata kalau sesuai naskah asli Kitab Suci, maksud ‘semua orang’ dalam ayat itu adalah semua orang yang terpilih. Jadi ketika menjelaskan tentang orang-orang dikaruniai Roh Kudus, orang-orang bertobat, orang-orang taat,dll., teman saya selalu berpegang bahwa itu semua karena mereka telah dipilih dari awal, orang-orang terpilih. Pernyataan bahwa tidak mungkin Allah sedari awal menentukan sebagian orang untuk masuk ke neraka karena bertentangan dengan 1 Timotius 2:4 bisa dibantah jika berpegangan bahwa semua orang yang dimaksud adalah hanya untuk semua orang yang terpilih.
    Gereja Katolik percaya bahwa tanggapan manusia terhadap rahmat Tuhan adalah berdasarkan kehendak bebas. Tapi penganut Calvinism percaya bahwa tanggapan manusia terhadap rahmat Tuhan sebenarnya adalah suatu kehendak bebas yang sudah ditentukan Tuhan. Seperti Allah memang lebih memilih Yakub dibanding Esau.
    Hal-hal ini menjadi suatu pokok yang sangat membedakan, di mana memang sama-sama terdapat kehendak bebas, tapi memiliki pengertian yang berbeda-beda. Ini memang sulit dipahami, tetapi menurut teman saya disinilah peran iman di mana kita cukup mempercayai apa yang memang tertulis dalam sabda Tuhan walaupun sulit dipahami. Karena memang pada dasarnya, manusia hanya ciptaan dan Tuhan lebih berdaulat. Apalagi manusia memang sudah jatuh ke dalam dosa, dan semua sudah pasti mati dalam keadaan seperti itu.
    Ajarannya sangat jelas seperti itu, apakah memang ajaran Katolik yang keliru?
    Mohon penjelasannya. Thanks.
    Tuhan memberkati.
    Salam

    • Shalom Paulus,

      Gereja Katolik telah ada lebih dahulu daripada berbagai denominasi yang ada sekarang ini, Gereja Katoliklah yang menentukan kanon Kitab Suci. Jika semua umat Kristen meyakini bahwa apa yang disampaikan Allah dalam Kitab Suci tidak mungkin salah, maka, seharusnya mereka juga mengakui bahwa otoritas Gereja yang menentukan Kitab Suci itu juga tidak mungkin salah. Sebab jika otoritas mengajar Gereja bisa salah, bagaimana mungkin yang salah itu bisa menentukan sesuatu yang tidak bisa salah?

      Hal hubungan antara kehendak bebas manusia dan rahmat Allah memang merupakan bagian dari misteri yang memang sulit dijelaskan dengan tuntas, tetapi anggapan yang menyatakan bahwa Allah telah secara aktif menentukan sejumlah orang-orang tertentu saja yang selamat dan menentukan sebagian yang lain untuk tidak selamat, itu bertentangan dengan hakekat Tuhan yang adalah Kasih. Ini juga bertentangan dengan 1Tim 2:4, yang jelas menyatakan bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Interpretasi yang menyatakan bahwa ‘semua’ di sana hanya terbatas kepada semua orang yang sudah ditentukan Allah untuk selamat, itu tidak mempunyai dasar yang kuat, karena justru kalau kita membaca keseluruhan konteks perikop itu, kita tidak memperoleh interpretasi sedemikian. Sebab di awal perikop, Rasul Paulus justru mengajarkan perlunya bagi kita mendoakan semua orang (bukan hanya mendoakan orang-orang yang sudah mengimani Kristus saja), dan ini diperjelas dengan anak kalimat berikutnya, yaitu termasuk untuk mendoakan raja-raja dan semua pembesar (1Tim 2:1). Kita ketahui bahwa zaman itu tidak semua raja dan pembesar, sudah mengenal Kristus dan mengimani Dia. Toh, Rasul Paulus mengajarkan agar kita mendoakan mereka, dan inilah yang berkenan kepada Allah, yang menghendaki agar semua manusia akhirnya dapat selamat dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Bahwa Allah yang mahatahu sudah tahu, siapa- siapa yang akan bekerjasama maupun yang menolak rahmat-Nya itu memang benar. Tetapi ‘mengetahui’ tidak sama dengan ‘menentukan/ manakdirkan’. Untuk memahami hal pengetahuan Allah ini, silakan membaca artikel ini, silakan klik.

      Sejujurnya ayat- ayat yang Anda kutip itu, yaitu Why 20:12, Why 3:5; Kel 32:33, 2 Pet 1:10, tidak secara eksplisit menyatakan bahwa Allah telah menakdirkan orang-orang tertentu untuk masuk Surga dan yang lainnya tidak. Yang disebutkan di sana adalah bahwa sejumlah nama telah tertulis di Kitab Kehidupan itu, namun tidak eksplisit menyatakan bahwa itu adalah takdir dari Allah tanpa melibatkan kehendak bebas manusia. Sebab tertulisnya nama-nama orang di sana, dapat saja melibatkan kehendak Allah mula-mula untuk menyelamatkan dan bagaimana manusia itu menanggapinya dalam perbuatan-perbuatannya. Orang yang menanggapi rahmat Allah itu, namanya tertulis di sana, sedangkan yang menolak rahmat Allah, namanya tidak tertulis di sana.

      Memang kemurahan hati dan belas kasih Allah tidak tergantung dari kehendak, usaha ataupun perbuatan manusia, sebab inisiatif awal selalu datang dari Tuhan, bukan dari usaha manusia. Namun setelah rahmat itu diberikan, manusia dipanggil oleh Tuhan untuk bekerja sama dengan rahmat itu, yang ditunjukkan dalam perbuatan-perbuatannya, dan inilah yang kelak diperhitungkan dalam pengadilan Allah (Mat 16:27; 1Ptr1:17). Kita ketahui dalam kenyataannya kita memiliki kehendak bebas sepenuhnya pada saat memutuskan untuk berbuat sesuatu. Pandangan yang mengatakan bahwa segala sudah ditentukan oleh Tuhan, dapat secara salah mengartikan bahwa jika kita berdosa, itu adalah salah Tuhan yang mendorong kita untuk berdosa. Dan ini sungguh tanggapan yang keliru! Rom 9:13-16 tidak dapat dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Allah dengan semena-mena (arbitrarily) menentukan sejak awal siapa-siapa yang masuk Surga dan siapa-siapa yang masuk neraka.

      Tentang hal ini silakan membaca artikel ini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Syalom,
    pertama2 saya ingin berterima kasih sebesar2nya kepada pengasuh website ini karena telah menjawab begitu banyak keraguan saya mengenai iman katolik. Namun saya sedang mengalami kesulitan karena saya bingung membedakan prinsip keselamatan Aminianisme dan Katolik. Tolong Penjelasannya. Sekali lagi, terima kasih.

    • Shalom Mario,

      Ada sejumlah orang yang menghubungkan ajaran iman Katolik dengan Aminianism/ Arminianism, dengan mengatakan adanya kemiripan antara keduanya. Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita ingat bahwa Gereja Katolik sudah ada lebih dahulu daripada Arminianism, dan karena itu bukan merupakan produk dari teologi Arminian.

      Arminianism diambil dari nama teolog pencetusnya, yaitu Jacobus Arminius (1560-1609). Arminianism ini dikenal sebagai paham yang hampir bertolak belakang dengan Calvinism yang dirumuskan oleh John Calvin (1509-1564). Calvin merumuskan teologi sistematiknya yang dikenal dengan istilah TULIP, yang merupakan singkatan dari “total depravity, unconditional election, limited atonement, irresistible grace and perseverance of the saints.” Sedangkan Arminism mengajarkan lima artikel prinsip yang mengundang reaksi kaum Calvinists, yaitu “apart from grace man cannot save himself or do anything truly good, conditional election, unlimited atonement, resistible grace, and the possibility of apostasy.” (Artikel/prinsip yang pertama ini sesungguhnya mempunyai kemiripan dengan total depravity, namun pemahaman Arminian dan Calvinists tentang prinsip ini berbeda).

      Ajaran tentang keselamatan yang diajarkan oleh Gereja Katolik tidak dapat dikatakan Arminian ataupun Calvinis, sebab dalam beberapa hal ajaran Katolik serupa ajaran Calvin (seperti St. Thomas Aquinas dan Robertus Belarminus mengajarkan unconditional election), sedangkan dalam hal lain keduanya berbeda (Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa semua umat beriman akan bertahan dalam iman sampai akhir/ perseverance of the saints.) Sebaliknya, dalam beberapa hal Gereja Katolik setuju dengan ajaran Arminian (yaitu Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa Allah merencanakan keselamatan untuk semua manusia/ unlimited atonement); namun dalam beberapa hal, keduanya berbeda (Gereja Katolik memperbolehkan adanya kemungkinan unconditional election).

      Untuk mengetahui di mana sebetulnya posisi Gereja Katolik dalam hal ini, silakan membaca pemaparan dari Jimmy Akin di situs EWTN, yang selengkapnya dapat dibaca di sini, silakan klik. Mohon maaf, karena terbatasnya waktu dan energi kami, kami belum dapat menerjemahkannya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Shalom pengurus Katolisitas,

    Saya ada 2 pertanyaan:
    1) Teman saya dari gereja Reformed berpendapat manusia sudah ditentukan sejak kekekalan untuk selamat atau binasa. Saya berpendapat manusia selamat karena dia menanggapi dengan iman tawaran keselamatan Tuhan melalui Kristus, begitu juga sebaliknya. Teman saya berpendapat kalaupun karena iman, itu karena Tuhan menganugrahkan iman kepada manusia yg ditentukan selamat dan tidak menganugrahkan iman kepada manusia yg ditentukan binasa.
    2) Teman saya memberitahu bahwa gereja Katolik awalnya menganut doktrin Predestinasi (dari Agustinus) tapi terpengaruh filsafat Aristotelian pada abad pertengahan sehingga berubah menganut doktrin Freewill. Martin Luther dkk mengembalikan gereja reformasi ke doktrin Predestinasi. Perubahan ke doktrin Freewill disahkan pada konsili Trent yg sekaligus jadi alat untuk membedakan gereja Katolik dengan gereja Protestan.

    Bagaiman pendapat pengurus terhadap 2 pertanyaan di atas? Mohon jika mungkin disertakan ayat-ayat pendukungnya.
    Terimakasih atas jawabannya. GBU

    • Shalom Hendra,

      Gereja Katolik mengajarkan tentang predestination (menentukan manusia untuk diselamatkan) namun tidak mengajarkan tentang double predestination (menentukan sebagian orang untuk diselamatkan/ ke surga; dan menentukan sebagian lainnya tidak diselamatkan/ ke neraka. Allah tidak mungkin sejak awal mula telah secara aktif menentukan orang-orang tertentu untuk masuk neraka, sebab ini bertentangan dengan hakekat Allah itu sendiri yang adalah Kasih (1Yoh 4:8); dan Allah tidak mungkin menentang diri-Nya sendiri (lih. 2Tim 2:13).
      Nah, maka memang benar bahwa Konsili Trente mengajarkan tentang adanya kehendak bebas dalam diri manusia, namun itu tidak meniadakan ataupun mendahului rahmat Allah. Kehendak bebas ini justru ada pada manusia, sebab Tuhan mengasihi manusia, sehingga memberikan kebebasan kepadanya untuk dapat melakukan perbuatan baik atau jahat. Sehingga dalam kedua perbuatan itu ada andil kehendak bebas manusia. Dengan prinsip ini, kita tidak bisa menyalahkan Tuhan, jika manusia berbuat jahat, seolah-olah Tuhanlah yang secara aktif membuat orang itu menjadi jahat.
      Konsili Trente mengajarkan demikian:

      “Kan 6. Barangsiapa mengatakan bahwa adalah bukan kuasa manusia sendiri untuk berbuat jahat, melainkan bahwa Allah yang telah mengakibatkan perbuatan jahat seperti halnya perbuatan baik, tidak hanya dalam hal mengizinkannya, tetapi juga mendatangkannya dari diri-Nya sendiri, sehingga pengkhianatan Yudas tidak lain adalah karya perbuatan-Nya seperti pada penggilan kepada Rasul Paulus: biarlah ia menjadi anathema.” (Konsili Trente, Dekrit tentang Justifikasi, Kan 6.)

      “Kan 17. Barang siapa mengatakan bahwa rahmat pembenaran dibagikan hanya kepada mereka yang ditakdirkan untuk hidup, tetapi bahwa orang-orang lainnya dipanggil dan memang dipanggil untuk menerima bukan rahmat, seperti seolah mereka oleh kuasa ilahi ditakdirkan untuk menjadi jahat, biarlah ia menjadi anathema.” (Konsili Trente, Dekrit tentang Justifikasi, Kan 17.)

      Dari sini, kita melihat bahwa Allah bukanlah penyebab dari perbuatan jahat. Double predestination mempunyai implikasi bahwa sejak awal mula, Tuhan telah menentukan dan secara aktif membawa sebagian orang untuk diselamatkan dan sebagian orang dihukum di neraka. Kalau Allah menentukan sedari awal mula dan berusaha secara aktif agar orang-orang yang ditentukan masuk neraka berbuat kejahatan sampai masuk neraka, maka sesungguhnya Allah telah turut berpartisipasi sehingga sebagian orang masuk neraka. Hal ini bertentangan dengan kodrat Allah yang maha kasih dan maha adil. Bahkan Allah sebenarnya menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4).

      Memang iman adalah anugerah Allah, namun pada saat yang bersamaan iman juga merupakan tanggapan bebas dari manusia untuk menanggapi wahyu yang diberikan oleh Allah. Manusia mempunyai kebebasan untuk menolak atau bekerjasama dengan rahmat Allah. Dengan kata lain, kita harus berpegang bahwa kalau ada sesuatu yang baik terjadi – pertobatan, kekudusan – maka semuanya berasal dari Tuhan. Namun, kalau ada sesuatu yang tidak baik terjadi – mengeraskan hati, tidak beriman, dll – maka semuanya berasal dari manusia sendiri dan sudah selayaknya kita tidak menyalahkan Tuhan, karena Tuhan senantiasa menginginkan kebahagiaan manusia.

      Gereja Katolik memang menganut predestination, namun bukan double predestination. Kalau seseorang membaca tulisan-tulisan dari St. Agustinus, maka kita melihat bahwa St. Agustinus mempunyai pandangan yang seimbang antara pentingnya rahmat dan kehendak bebas. Pada waktu ia melawan paham sesat Pelagianisme yang terlalu menekankan hal kehendak bebas manusia, maka dia menekankan rahmat (grace). Sebaliknya pada waktu ia melawan paham sesat Manichaeisme, yang seolah menekankan adanya takdir yang ditentukan dari Atas tentang sekelompok orang yang mengalami pencerahan/ suci dan sekelompok lainnya yang tidak, maka St. Agustinus menekankan pentingnya kehendak bebas manusia, untuk menyatakan bahwa setiap manusia sesungguhnya dibekali dengan kehendak bebas yang sama untuk dapat menolak kejahatan, berbuat kebaikan dan bertumbuh dalam kekudusan. Dengan kata lain, St. Agustinus memahami pentingnya rahmat Allah dan kehendak bebas manusia untuk menuntun manusia pada keselamatan. Dia menuliskan “Dia yang menciptakan kamu tanpa kamu, tidak dapat membenarkan kamu tanpa kamu.” (St. Augustine’s Sermon 169, 13 ) Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  4. Stef dan Inggrid yang baik,

    Mohon bantuan penjelasan untuk bacaan minggu ini (Minggu Biasa XVII). Saya kesulitan memahami kontradiksi antara Bacaan Kedua dan Bacaan Injil.
    Bacaan Kedua dari Roma 8:28:30 menyatakan tentang adanya orang-orang yang dipilih-Nya dari semula, ditentukan dari semula, dipanggil-Nya, dibenarkan-Nya dan dimuliakan-Nya. Kesannya, dari semula memang Allah telah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan sedangkan yang lain dibinasakan. Cocok dengan Yoh 17:12: Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa. (Barangkali ayat ini berlaku juga untuk Yudas, yang memang ditentukan untuk binasa. Walaupun kadang saya berpikir, kalo katakanlah orang tua Yudas tahu bahwa Yudas akan binasa, tentu mereka akan sedih sekali. Bayangkan, mereka mendidik dan membesarkan anak yang akhirnya akan binasa).
    Namun, Bacaan Injil Matius 13:44-52, terutama perikop tentang pukat yang menggambarkan bagaimana malaikat-malaikat memisahkan orang baik dari orang jahat. Jadi, seakan-akan semua orang tidak ada yang dipilih, melainkan dilihat terlebih dahulu cara hidupnya. Bagi orang yang baik akan diselamatkan, bagi yang jahat akan dibinasakan. Sebab andaikata, ada orang-orang yang memang sudah dipilih dari semula untuk diselamatkan, maka perumpamaan tentang pukat menjadi sekedar formalitas dan sandiwara belaka. Bagaimana menyelesaikan kontradiksi ini? Bagaimana dengan posisi kehendak bebas yang sejak semula sudah dianugerahkan Allah untuk manusia?

    Kesan aneh juga terdapat dalam Bacaan I, di mana Allah memuji Salomo meminta hati yang paham menimbang perkara (1Raj 3:9). Padahal Allah tentu saja tahu Salomo akan menduakan Allah (1Raj 11:4-8) sehingga melanggar perintah utama: Jangan ada Allah lain (Kej 20:3 dan Ulangan 5:7). Mestinya daripada memuji Salomo, Allah memperingatkan dia untuk meminta hal lain yang lebih baik, misalnya kerendahan hati, atau ketaatan kepada Allah sehingga Salomo tidak melakukan dosa besar di kemudian hari. Andaikata alasannya untuk menggenapi rencana Allah yaitu memecah belah Israel, tentu saja Allah tetap bisa melakukan hal itu dengan atau tanpa dosa Salomo yang menduakan Allah. Ataukah ini karena Salomo memang sejak dari semula ditentukan untuk berdosa sehingga Allah berdiam diri?

    Terima Kasih

    Thomas

    • Shalom Thomas,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Sebenarnya tanya jawab di atas – silakan klik dan diskusi ini – silakan klik, telah dapat menjawab pertanyaan anda. Silakan membacanya lagi, dan kalau ada bagian yang mungkin membingungkan silakan bertanya kembali. Karena Tuhan maha tahu, maka tentu saja Tuhan telah tahu siapa saja yang akan masuk dalam Kerajaan Sorga. Namun, tidak berarti bahwa Tuhan tidak memberikan rahmat yang cukup untuk orang-orang yang akhirnya akan masuk neraka. Di dalam kebijaksanaan dan keadilannya, maka Tuhan telah memberikan rahmat yang cukup kepada orang-orang tersebut, namun orang-orang itu secara sadar memilih untuk tidak bekerjasama dengan rahmat Tuhan. Hal ini tidak mengkontradiksi perumpamaan tentang Kerajaan Sorga yang digambarkan seperti pukat, karena memang pada akhir zaman Tuhan akan menyatakan keadilan dengan seadil-adilnya dan menyatakan bahwa semua yang berkumpul di sebelah kanan akan masuk ke Sorga dan yang berkumpul di sebelah kiri akan masuk neraka. (lih. Mat 25:31-46) Hal ini juga menjadi gambaran akan para malaikat yang akan memisahkan ikan yang baik dan yang buruk, seperti digambarkan dalam perumpamaan tentang pukat.

      Tentang Salomo, Tuhan memang memuji Salomo yang meminta pengertian dan kebijaksanaan. (lih. 2Taw 1:7-12) Pengertian dan kebijaksanaan adalah sungguh dua hal yang sangat baik. Dua hal ini adalah bagian dari karunia Roh Kudus yang disebutkan di dalam Yesaya 11. Kalau dilihat dari urutannya, maka dua hal itu adalah dua karunia teratas. Pengertian memberikan seseorang kemampuan untuk masuk ke dalam misteri iman dengan lebih dalam, sedangkan kebijaksanaan membuat seseorang dapat melihat segala sesuatunya dari kacamata Tuhan. Untuk melihat secara lebih lengkap penjelasan tentang karunia Roh Kudus ini, maka anda dapat membacanya di artikel ini – silakan klik. Beberapa bapa Gereja melihat bahwa kebijaksanaan adalah mahkota atau puncak dari karunia Roh Kudus, yang dimulai dari takut akan Allah. (lih. Mzm 111:10) Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa permintaan Salomo adalah sungguh sangat baik. Kalaupun Tuhan memberikan peringatan kepada Salomo agar jangan melanggar perintah Tuhan, maka bukan berarti Salomo akan menjadi tidak berdosa. Fakta bahwa Tuhan memberikan karunia kebijaksanaan kepada Salomo adalah Tuhan memberikan pengertian dan kemampuan untuk menimbang perkara, termasuk juga menimbang perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang lain dan diri sendiri. Jadi, kalau pada akhirnya Salomo berdosa, bukan Tuhan yang secara aktif membuat Salomo berdosa. Sebaliknya, justru Tuhan secara aktif memberikan kebijaksanaan kepada Salomo. Dari sisi pandang yang lain, bukankah kita juga dapat melihat bahwa pemberian karunia kebijaksanaan dapat dipandang sebagai usaha Tuhan agar Salomo tidak jatuh ke dalam dosa? Namun, kembali semua karunia Tuhan pada akhirnya harus dibarengi dengan kerjasama manusia untuk terus setia sampai akhir. Inilah sebabnya St. Agustinus mengatakan “Dia yang dapat menciptakan engkau tanpa engkau, tidak dapat membenarkan engkau tanpa engkau” (St. Augustine, Serm. 169,2,10.) Semoga tambahan keterangan ini dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  5. Syaloom pengurus Katolitas.org

    Sebetulnya saya byk berpikir ttg masalah keselamatan. Terutama Allah tahu atau memilih orang2 yg Selamat dan tidak selamat. Tp saya berpikir Tuhan ga mgkn kejam dengan memilih. Setelah membaca penjelasan. Saya tiba2 mikir ” Tuhan Kasian banget ya, Ketika Dia menciptakan manusia. Dia tahu bakal Sakit hati karena ulah manusia, tp Dia tetap ciptakan kita? Kenapa?”

    Saya mikir nya Karena Dia saking ngasihin kita sehingga Dia ga pernah menyerah sama kita sehingga MUNGKIN DIA BERHARAP DIA SALAH, kalau orang yg ga slamat tb2 bertobat. Tp itu tdk mgkn karena Dia ga mgkn menyangkal Diri-NYA. Apa Pendapat Katolisitas.org ttg pkiran saya. Saya takut salah.. Mohon pencerahan.

    Saya semakin mao Kenal dan Mao tau tentang Tuhan tp kok saya makin bingung. Itu pertanda bagus apa buruk y?

    Terima Kasih

    • Shalom Leonard,

      Terima kasih atas tanggapan anda tentang keselamatan. Memang walaupun Tuhan tahu bahwa sebagian manusia akan menolak-Nya, namun Dia tetap menciptakan manusia. Hal ini adalah merupakan manifestasi dari kasih, yang membiarkan manusia untuk dapat memilih dan bukan memaksa, dalam mengasihi Allah. Tuhan tidak mungkin “berharap bahwa Dia salah”, karena Tuhan adalah maha tahu. Di dalam Tuhan tidak ada masa lalu maupun masa depan, karena di hadapan-Nya hanya ada saat ini, atau dengan kata lain, semua kejadian di masa lalu, sekarang dan masa depan terhampar di hadapan-Nya pada saat ini. Dengan kata lain, dari sisi Tuhan, Dia tahu persis siapa saja, berapa jumlah orang yang diselamatkan. Namun, dari sisi manusia, tidak ada seorangpun yang tahu secara persis (kecuali atas wahyu Allah yang otentik) apakah dirinya menjadi bagian dari yang terpilih. Kalaupun seseorang tidak masuk ke Sorga, maka orang tersebut sebenarnya telah memilih bagiannya sendiri, karena Tuhan telah memberikan rahmat dan kesempatan yang cukup pada orang tersebut agar dapat masuk dalam Kerajaan Sorga.

      Jangan kuatir kalau anda bingung dalam mempelajari iman Katolik. Yang terpenting adalah anda terus mencari dan tidak berhenti. Tidak usah takut mempertanyakan iman kita. Kita mengingat St. Anselmus yang mengatkan bahwa iman berusaha untuk mengerti. Dan KGK, 158 menuliskannya demikian “Iman berusaha untuk mengerti (Anselmus prosl.prooem). Orang yang benar-benar percaya, berusaha untuk mengenal lebih baik dia, kepada siapa ia telah memberikan kepercayaannya, dan untuk mengerti lebih baik apa yang telah dinyatakannya. Pengertian yang lebih dalam pada gilirannya akan membangkitkan iman yang lebih kuat, iman yang semakin dijiwai oleh cinta. Rahmat iman membuka “mata hati” (Ef 1:18) menuju suatu pengertian yang hidup mengenai isi wahyu, artinya, mengenai keseluruhan rencana Allah dan misteri iman, demikian juga hubungannya antara yang satu dengan yang lain dan dengan Kristus, pusat misteri yang diwahyukan. “Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui karunia-karunia-Nya” (DV 5). Maka, benar apa yang dikatakan santo Agustinus: “Aku percaya supaya mengerti, dan aku mengerti supaya percaya lebih baik” (serm. 43,7,9).” Jadi, mari kita semakin memperdalam iman Katolik kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Syaloom Pak Stefanus

        Jadi kata-kata Tuhan sudah memilih orang-orang untuk diselamatkan itu kurang tepat ya?
        Karena di Yohanes 6:44 “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan kubangkitkan di akhir zaman” dan di Yohanes 6:65 “Lalu Ia berkata “Sebab itu telah kukatakan kepadamu; tidak seorangpun datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya”
        Ada pendapat yang mengatakan Allah memilih-milih orang yg diselamatkan. Padahal hal ini bertentangan dengan 1 Tim 2:3-4 yang menghendaki semua orang selamat.

        Apakah ada salah pemahaman dlm ayat-ayat tsb? Atau sungguh Allah memilih orang yg diselamatkan?

        Terima kasih

        • Shalom Leonard,

          Allah menghendaki semua orang diselamatkan (lih. 1 Tim 2:4) dan inilah yang disebut predestination. Namun Allah tidak secara aktif menentukan sebagian orang untuk masuk surga dan sebagian lagi masuk neraka (ini disebut sebagai double- predestination), sebab ini bertentangan dengan hakekat Allah yang adalah Allah yang Maha Adil dan Maha Kasih. Namun demikian, karena Allah Maha tahu, maka Ia sudah sejak awal mengetahui bahwa ada sejumlah orang yang akan menolak untuk bekerjasama dengan rahmat keselamatan-Nya, dan ada sejumlah orang yang lain yang akan menerima dan bekerja sama. Kepada yang menerima dan bekerja sama dengan rahmat-Nya, ayat- ayat Yoh 6:44, 65 tersebut berlaku.

          Mohon membaca tentang adanya dua jenis kehendak Allah, seperti telah dibahas di jawaban ini, silakan klik.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

           

  6. dear p.Stef,

    saya percaya bahwa Allah berkeinginan menyelamatkan semua orang, namun saya kurang bisa memahami predestinasi yang agaknya bertentangan dengan kehendak Allah tsb (setidaknya menurut pemahaman saya).
    ketika baca2 Kitab Suci, saya menemukan beberapa ayat yang membuat saya ragu, mungkin krn pemahaman saya yang kurang baik, misalnya :

    1. mengenai Yudas yang memang dipredestinasikan binasa
    Yohanes 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

    2. mengenai orang2 pilihan Nya yg di predistasikan selamat (masuk Surga)
    Rom 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
    Rom 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
    Rom 8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

    3. rahmat Allah adalah karunia bagi orang2 tertentu
    Rom 9:15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.”
    Rom 9:16 Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.
    Rom 9:17 Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: “Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.”
    Rom 9:18 Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.

    4. hanya sedikit orang yang akhirnya diselamatkan
    Mat 7:13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
    Mat 7:14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”

    dan perumpaman mengenai gandum dan ilalang,

    Matius 13:30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”

    pertanyaan saya pak,
    1. apakah Katolik mengimani predestinasi seperti yang disebutkan dalam KItab Suci tsb?

    2. rahmat keselamatan memang ditawarkan kepada semua orang, namun mahkota kehidupan (diberikan pada orang2 yang namanya tercatat dalam kitab kehidupan) jumlahnya terbatas. artinya walau sudah Katolik (dimeteraikan), bila pada akhirnya berbuat dosa berat maka rahmat keselamatan itu bisa hilang (bukan paham OSAS). atau walau belum Katolik, namun bila Allah menghendaki orang tsb selamat maka entah bagaimana caranya akhirnya orang itu selamat juga dan mendapat mahkota kehidupan. jadi selama hidup kita tidak tahu apakah kita masuk dalam skenario predestinasi orang2 pilihanNya, selamanya hanya bisa berharap bahwa kita termasuk dalam buku kehidupan. benarkah demikian pak?

    3. karena jumlah mahkota kehidupan yang terbatas itu, maka bila semula seseorang diskenariokan selamat namun krn sesuatu hal pada akhirnya tidak selamat… apakah mahkota tsb hilang begitu saja secara sia2 atau diberikan kepada orang lain atas belas kasih Allah seusai Rom 9 tsb? dengan kata lain, percuma ngotot mengejar keselamatan bila memang kita tidak di predestinasikan selamat?

    hehee… saya jadi bingung sendiri pak, mohon pencerahan.

    terima kasih.

    • Shalom Indriani,

      Terima kasih atas tanggapannya tentang predestination. Memang ini adalah topik yang sulit. Secara prinsip, karena Tuhan menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4) dan menghendaki supaya jangan ada yang binasa melainkan agar semua orang berbalik dan bertobat (lih. 2Pet 3:9), maka tidak mungkin secara aktif Tuhan membuat sebagian orang masuk dalam neraka dan mengalami keterpisahan abadi dengan Tuhan. Tuhan telah memberikan rahmat yang cukup kepada semua orang untuk dapat melaksanakan kehendak Allah. Konsili Trente bagian Justification, mengatakan:

      Canon 17. If anyone says that the grace of justification is shared by those only who are predestined to life, but that all others who are called are called indeed but receive not grace, as if they are by divine power predestined to evil, let him be anathema.

      Namun, memang ada rahmat Tuhan yang tidak berdaya guna pada orang-orang tertentu, karena orang tersebut memilih untuk tidak bekerjasama dengan rahmat Tuhan. Untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak memberikan rahmat yang cukup pada sebagian orang untuk mencapai Sorga, dan kemudian Tuhan menghukum orang tersebut, adalah sama saja dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak adil dan tidak mempunyai kasih. Namun, Tuhan tidak mungkin tidak adil, karena hakekat dari Tuhan adalah adil dan kasih. Dengan demikian, kita harus memegang hakikat Tuhan yang maha adil dan maha kasih untuk dapat mengerti konsep predestinasi (predestination). Dengan dasar ini, maka berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan untuk pertanyaan anda:

      1. Tentang Yudas: Pada saat Rasul Yohanes mengatakan bahwa “tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.” (lih. Yoh 17:12; Mzm 41:10; Yoh 13:18), maka memang Tuhan telah tahu siapa-siapa saja orang yang masuk ke dalam api neraka. Namun, tidak berarti Tuhan tidak memberi rahmat dan kesempatan yang cukup kepada Yudas untuk bertobat, apalagi kalau dikatakan secara aktif berusaha untuk membuat Yudas berdosa. Apakah Tuhan tahu bahwa Yudas tidak bertobat dan bahkan menghianati Yesus seperti yang telah dinubuatkan di kitab Mazmur? Tentu saja Tuhan tahu, karena Dia adalah Tuhan yang maha tahu. Apakah dengan demikian Yudas telah dipredestinasikan untuk masuk neraka? Ya, dalam pengertian Tuhan telah melihat dosa-dosa dan penolakan Yudas terhadap rahmat Allah, yang akhirnya berakibat pada kehilangan keselamatan kekal. Teologi mendefinisikan hal ini sebagai “negative reprobation.” Namun Tuhan tidak pernah melakukan “positif reprobation” yaitu menentukan orang masuk neraka tanpa melihat apa yang diperbuat oleh orang tersebut sehingga dia kehilangan keselamatan kekalnya (seperti: dosa berat). Pendapat ini dikutuk dalam sinode Orange, Quiercy dan Valence, Trente (lih. Dr. Ludwig Ott, Fundamental of Catholic Dogma, hal. 245)

      2. Tentang orang yang terpilih: Memang Tuhan menginginkan semua orang, dan Dia tahu bahwa hanya sebagian orang dapat masuk dalam Kerajaan Sorga, karena Tuhan maha tahu dan Tuhan telah memberikan rahmat yang cukup untuk orang-orang tersebut. Namun, tidak berarti Tuhan tidak memberikan rahmat yang cukup untuk orang-orang lain. Inilah sebabnya, St. Thomas Aquinas (lihat ST, I, q.19) mendefinisikan tentang dua macam kehendak Allah (the Will of God), yaitu:

      1. Antecedent Will: Kehendak Allah yang universal terhadap semua manusia, yaitu agar semua manusia di selamatkan. Inilah yang dikenal dengan ajaran ‘predestination’, yaitu bahwa Allah menghendaki semua manusia diselamatkan dan memiliki pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4). Maka kita mengetahui bahwa Gereja Katolik, berpegang pada pengertian ini, mengajarkan konsep ‘predestination‘, yaitu bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Yang tidak diajarkan oleh Gereja Katolik adalah ‘double predestination‘ yaitu bahwa Allah dari sejak awal sudah menentukan orang-orang yang akan masuk ke surga (diselamatkan) dan orang-orang yang masuk neraka (tidak diselamatkan), seperti yang diajarkan oleh Calvinism.
      Gereja Katolik tidak mengajarkan konsep double predestination, sebab ini bertentangan dengan hakekat Allah sendiri yang adalah Maha Kasih dan Maha Adil. Sebab Kasih selalu menginginkan kebaikan terjadi pada orang yang dikasihi, dan Keadilan selalu mengacu pada sesuatu yang layak sesuai dengan yang seharusnya. Menentukan seseorang yang tidak bersalah langsung ke neraka, itu bertentangan dengan sifat Keadilan, karena itu tidak mungkin dilakukan oleh Tuhan, sebab Tuhan tidak mungkin menyangkal DiriNya sendiri (lih. 2 Tim 2:13).

      2. Consequent Will: Kehendak Allah yang melibatkan pihak kehendak bebas manusia; sehingga meskipun Allah menghendaki semua manusia diselamatkan, namun karena Allah menghormati keputusan kehendak bebas manusia yang menolak-Nya, maka tidak semua dari yang ditentukan Allah sejak semula untuk diselamatkan, dapat diselamatkan.
      Dengan prinsip yang sama, maka bukan Tuhan yang menghendaki kejahatan terjadi, sebab yang terjadi sesungguhnya manusia dengan kehendak bebasnya yang berbuat jahat. Dalam hal ini, Tuhan mengizinkan hal kejahatan itu terjadi, karena Ia menghormati kehendak bebas manusia yang diciptakan-Nya.

      3. Tentang hanya sedikit yang selamat: Kita tahu bahwa ada yang tidak selamat. Namun, kita tidak tahu secara persis apakah yang selamat adalah lebih sedikit dari yang tidak selamat. Di ayat Mt 7:14 hanya dikatakan bahwa “sedikit orang yang mendapatinya“. Menjadi sedikit kalau dibandingkan dengan keinginan Tuhan untuk menyelamatkan semua orang. Tentang jumlah yang selamat kita tidak tahu. Dan hal ini ditegaskan ketika seseorang bertanya “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” (Luk 13:23) Dan di ayat berikutnya dituliskan “Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Dari ayat ini, Yesus tidak mau menjawab apakah jumlah orang-orang yang masuk Sorga lebih sedikit dari yang masuk neraka. Yang jelas, kita tahu bahwa ada orang-orang yang masuk Sorga dan ada orang-orang yang masuk neraka. Dan yang terpenting adalah kita harus berjuang – dengan terus mengandalkan rahmat Tuhan – agar kita dapat masuk dalam bilangan para kudus di Sorga. Itulah dasar-dasar yang perlu kita pegang. Dan tentang pertanyaan anda:

      1. “apakah Katolik mengimani predestinasi seperti yang disebutkan dalam KItab Suci tsb?” Tentu saja, apapun yang tertulis di Alkitab kita imani. Namun, harus diinterpretasikan sesuai dengan apa yang dimengerti oleh Gereja. Yang Gereja tidak imani adalah double predestination, yang membuat Tuhan menjadi sosok yang kejam, karena dalam konsep ini, Dia dipandang secara aktif berperan untuk memasukkan orang ke dalam neraka. Dan hal ini bertentangan dengan apa yang dikatakan dalam 1Tim 2:4, yaitu bahwa Tuhan menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Konsili Trente dalam section justification, Canon 6 mengatakan:

      Canon 6. If anyone says that it is not in man’s power to make his ways evil, but that the works that are evil as well as those that are good God produces, not permissively only but also propria et per se, so that the treason of Judas is no less His own proper work than the vocation of St. Paul, let him be anathema.

      Dengan demikian, Gereja Katolik menolak bahwa Tuhan secara aktif membuat seseorang berbuat dosa, sehingga orang tersebut masuk ke dalam neraka.

      2. Memang rahmat keselamatan ditawarkan kepada semua orang (lih. 1Tim 2:4), namun tidak semua orang bekerjasama dengan rahmat Allah, sehingga ada sebagian orang masuk ke dalam neraka. Jadi, memang jumlah orang yang masuk ke Sorga adalah tidak semua namun sebagian orang. Dan hanya Tuhan sendiri yang tahu sebagian orang yang masuk Sorga ini dan tidak ada seorangpun dapat mengatakan bahwa dia pasti masuk Sorga. Konsili Trente tentang justification mendefinisikan sebagai berikut:

      Canon 16. If anyone says that he will for certain, with an absolute and infallible certainty, have that great gift of perseverance even to the end, unless he shall have learned this by a special revelation,[120] let him be anathema.

      Dengan demikian, kepercayaan “sekali selamat tetap selamat” (once saved always saved) tidak dapat diterima.

      3. Karena Tuhan maha tahu siapa saja yang mendapatkan mahkota kehidupan, maka mahkota tersebut tidak mungkin sia-sia dan tidak mungkin diberikan kepada orang lain. Ini berarti sepanjang segala abad, Tuhan telah tahu siapa saja yang masuk Sorga. Kita tidak dapat mengatakan bahwa percuma ngotot mengejar keselamatan bila memang kita tidak dipredestinasikan selamat, karena kita justru tidak tahu apakah kita masuk dalam bilangan para kudus atau tidak. Dan untuk itulah kita harus terus berjuang dalam kekudusan dengan terus bekerja sama dengan rahmat Allah. Inilah sebabnya, rasul Paulus mengatakan “karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Fil 2:12). Dan dikatakan “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.” (1Kor 9:25).

      Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Semoga tidak semakin membuat bingung.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • dear pak Stef,

        terimakasih atas penjelasan bapak, intinya tetap perjuangkan keselamatanmu dengan gentar sampai akhir nanti. sudah agak menuju titik terang nih pak, namun saya masih agak bias dengan point nomor 3. saya sempat baca2 link dari teman mengenai Summa Theologica St.Thomas Aquinas artikel 6 :

        The crown may be said to belong to a person in two ways; first, by God’s predestination, and thus no one loses his crown: secondly, by the merit of grace; for what we merit, in a certain way is ours; and thus anyone may lose his crown by mortal sin. Another person receives that crown thus lost, inasmuch as he takes the former’s place. For God does not permit some to fall, without raising others; according to Job 34:24: “He shall break in pieces many and innumerable, and make others to stand in their stead.” Thus men are substituted in the place of the fallen angels; and the Gentiles in that of the Jews. He who is substituted for another in the state of grace, also receives the crown of the fallen in that in eternal life he will rejoice at the good the other has done, in which life he will rejoice at all good whether done by himself
        or by others.

        dan artikel 7 :
        The number of the predestined is certain. Some have said that it was formally, but not materially certain; as if we were to say that it was certain that a hundred or a thousand would be saved; not however these or those individuals. But this destroys the certainty of predestination; of which we spoke above (Article 6). Therefore we must say that to God the number of the predestined is certain, not only formally, but also materially. It must, however, be observed that the number of the predestined is said to be certain to God, not by reason of His knowledge, because, that is to say, He knows how many will be saved (for in this way the number of drops of rain and the sands of the sea are certain to God); but by reason of His deliberate choice and determination. For the further evidence of which we must remember that every agent intends to make something finite, as is clear from what has been said above when we treated of the infinite (7, 2, 3). Now whosoever intends some definite measure in his effect thinks out some definite number in the essential parts, which are by their very nature required for the perfection of the whole. For of those things which are required not principally, but only on account of something else, he does not select any definite number “per se”; but he accepts and uses them in such numbers as are necessary on account of that other thing.
        It is not exactly the same thing in the case of the number of the reprobate, who would seem to be pre-ordained by God for the good of the elect, in whose regard “all things work together unto good” (Romans 8:28). Concerning the number of all the predestined, some say that so many men will be saved as angels fell; some, so many as there were angels left; others, as many as the number of angels created by God. It is, however, better to say that, “to God alone is known the number for whom is reserved eternal happiness [From the ‘secret’ prayer of the missal, ‘pro vivis et defunctis.’]”

        berdasarkan artikel di atas, berarti ada kemungkinan peralihan mahkota kehidupan karena merit, hal ini cocok dengan konsep misi keselamatan bagi semua orang (walau jumlah yang selamat krn God’s grace terbatas pada akhirnya). bagaimana mengenai hal ini pak, jangan2 saya keliru pemahaman lagi hehee… mohon pencerahan bila bapak tidak keberatan dan bila tidak merepotkan. terima kasih.

        Berkah Dalem,
        Indriani

        • Shalom Indriani,

          Terima kasih atas tanggapannya tentang predestination. Summa Theology, I, a.23, q.6 dan q.7 ingin menekankan bahwa jumlah dari orang-orang yang menerima keselamatan adalah tetap dan hanya Tuhan yang tahu. Inilah sebabnya di dalam jawabannya, St. Thomas mengatakan bahwa dari sisi Allah, maka orang-orang yang selamat adalah pasti. Karena jumlahnya adalah pasti, maka seolah-olah, terjadi perpindahan mahkota kehidupan dari orang yang seharusnya selamat namun tidak jadi selamat ke orang yang “layak” untuk selamat. Perpindahan ini terjadi karena seseorang yang telah menerima baptisan sebagai syarat untuk keselamatan dapat kehilangan keselamatannya. Kehilangan keselamatannya sebenarnya kalau dilihat dari sisi manusia, karena dari sisi Allah, Dia telah tahu jumlah dan siapa yang akan mendapatkan keselamatan. Oleh karena itu, kalau kita melihat dari sisi Allah, tidak pernah terjadi perpindahan mahkota kehidupan, karena sedari awal, Dia telah tahu jumlah dan siapa yang akan diselamatkan. Namun, apakah dengan demikian, kita tidak perlu lagi “memperjuangkan” keselamatan kita? Justu, kita harus melakukannya dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12), karena kita tidak pernah tahu apakah kita masuk dalam bilangan para kudus atau tidak. Apakah dengan demikian kita tidak mempunyai iman dan pengharapan yang pasti? Justru, dengan iman kita, kita yakin bahwa Allah adalah hakim yang adil dan sekaligus Allah yang berbelas kasih, sehingga kita yang telah mengenal Allah dan bertekun dalam menjalankan perintah-perintah-Nya, mempunyai pengharapan yang besar akan persekutuan abadi dengan Allah di Sorga. Akhirnya rasul Petrus mengatakan “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” (2Pet 1:10). Dalam predestinasi, yang harus kita pegang adalah rahmat dan keinginan bebas secara seimbang. Tanpa rahmat Allah, manusia tidak akan dapat masuk ke Sorga. Namun, untuk menyelamatkan manusia, Tuhan “memerlukan” kerjasama manusia untuk bekerjasama dengan rahmat tersebut. St. Agustinus mengatakan “Dia yang dapat menciptakan engkau tanpa engkau, tidak dapat membenarkan engkau tanpa engkau” (St. Augustine, Serm. 169,2,10.). Rahmat Allah membuat keinginan bebas semakin baik dan bebas, sehingga dengan kebebasannya, keinginan bebas manusia dapat dengan bebas mengasihi apa yang baik, benar dan indah, dan pada akhirnya akan mengantar manusia kepada keselamatan. Semoga dapat memperjelas.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • sudah clear, pak Stef!
            terima kasih banyak atas pencerahan dan kesabarannya. :)

            Berkah Dalem,
            Indriani

  7. Shallom,.

    web ini sangat bagus,. banyak membantu saya dalam lebih mendalami pengetahuan saya dalam iman katolik ,.
    – semoga melalui discusi ini lebih ramai iman dapat menemukan kristus dan bertumbuh dalam iman,.

    Tahniah kepada saudara Stef dan komuniti Katolisitas.org,. Tuhan memberkati keikhlasan hati anda semua,. Biarlah kasih dan peribadi kristus memancari melelui ketulusan hati kalian dalam memperjuangkan iman katolik melalui web ini,. God Bless u all,. ,. (“,),.

  8. Shalom Bpk Stef,
    Saya ingin bertanya kalau Alkitab mengatakan sebelum dunia diciptakan Allah sudah memilih manusia menjadi anak anak Nya menurut kerelaan kehendak Nya,apakah ada peranan kebebasan manusia disini ? Khan manusia belum ada ?

    Salam Kasih

    • Shalom Dela,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Sebelum diciptakan Allah memang telah memilih manusia menjadi anak-anak-Nya menurut kerelaan hati-Nya. Namun, di dalam kemahatahuan-Nya, Allah memang telah tahu secara persis siapa yang masuk Sorga dan siapa yang masuk neraka. Jadi, di satu sisi, Allah menghendaki bahwa seluruh manusia memperoleh keselamatan dan pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:4) dan di sisi yang lain dikatakan “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” (Ef 1:5). Dalam konteks 1Tim 2:4, maka ini adalah antecedent will dan dalam konteks Ef 1:5 adalah consequent will. Definisi dari keduanya adalah sebagai berikut:

      1. Antecedent Will: Kehendak Allah yang universal terhadap semua manusia, yaitu agar semua manusia di selamatkan. Inilah yang dikenal dengan ajaran ‘predestination’, yaitu bahwa Allah menghendaki semua manusia diselamatkan dan memiliki pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4). Maka kita mengetahui bahwa Gereja Katolik, berpegang pada pengertian ini, mengajarkan konsep ‘predestination‘, yaitu bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Yang tidak diajarkan oleh Gereja Katolik adalah ‘double predestination‘ yaitu bahwa Allah dari sejak awal sudah menentukan orang-orang yang akan masuk ke surga (diselamatkan) dan orang-orang yang masuk neraka (tidak diselamatkan), seperti yang diajarkan oleh Calvinism.
      Gereja Katolik tidak mengajarkan konsep double predestination, sebab ini bertentangan dengan hakekat Allah sendiri yang adalah Maha Kasih dan Maha Adil. Sebab Kasih selalu menginginkan kebaikan terjadi pada orang yang dikasihi, dan Keadilan selalu mengacu pada sesuatu yang layak sesuai dengan yang seharusnya. Menentukan seseorang yang tidak bersalah langsung ke neraka, itu bertentangan dengan sifat Keadilan, karena itu tidak mungkin dilakukan oleh Tuhan, sebab Tuhan tidak mungkin menyangkal DiriNya sendiri (lih. 2 Tim 2:13).

      2. Consequent Will: Kehendak Allah yang melibatkan pihak kehendak bebas manusia; sehingga meskipun Allah menghendaki semua manusia diselamatkan, namun karena Allah menghormati keputusan kehendak bebas manusia yang menolak-Nya, maka tidak semua dari yang ditentukan Allah sejak semula untuk diselamatkan, dapat diselamatkan.

      Jadi, dalam konteks consequent will, maka Allah mencurahkan rahmat-Nya untuk menuntun manusia pada keselamatan, dan di satu sisi, Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih berdasarkan kehendak bebasnya. Bagaimana kerja antara rahmat dan kehendak bebas, sehingga menuntun masing-masing pribadi pada keselamatan hanya Allah sendiri yang tahu. Namun, yang jelas Allah telah memberikan rahmat yang cukup kepada setiap manusia untuk menuntunnya pada keselamatan. Dan tanpa rahmat Allah, maka manusia tidak akan sampai bertahan untuk setia sampai pada kesudahannya, yang berarti tanpa rahmat Allah, maka manusia tidak dapat sampai pada Kerajaan Sorga. Semoga keterangan ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Shalom Bpk Stef blh saya ikut menanggapi penjelasan diatas:

        Kalau Allah menhendaki semua manusia diselamatkan tetapi ternyata tidak semua yang selamat berarti ada kehendak Allah yang tidak terlaksana ? Apakah mungkin ada kehendak Allah yang tidak terjadi ? Kalau begitu Allah tidak berdaulat dong ?

        Ajaran Predestinasi bukankah Allah memilih siapa yang akan diselamatkan dari semua orang yang sudah mendapat hukuman dosa yaitu maut (Roma 6:23)? Kerelaan kehendak Allah lah yang menentukan siapa yang akan diselamatkan dan sudah tercatat didalam kitab kehidupan sejak kekekalan. Adapun yang tidak mendapat karunia keselamatan akan menjalani hukuman atas dosa dosanya yaitu maut,bukan karena tidak dipilih. Oleh karena itu double predestination memang kurang sreg ajarannya.Manusia tidak bisa berdalih atas konsekuensi hukumannya karena menurut Tuhan :

        Roma 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

        Jadi demi kehormatan manusia Allah mengoreksi daftar pilihan manusia yang sejak kekekalan sudah ditentukan oleh Nya ? Kalau begitu Allah tidak maha tahu dong ?
        Demikian juga kerelaan kehendak Allah harus mengalah kepada kebebasan kehendak manusia ? Apakah ada dukungan Alkitab terhadap ajaran ini sis ?

        Yang menjadi pertanyaan disini adalah apakah kehendak bebas manusia yang dalam status berdosa dan mati rohani mempunyai kemampuan didalam menentukan keselamatannya sebelum ia dilahirbarukan lebih dahulu berdasarkan karunia keselamatan dari Allah ?

        Salam

        • Shalom Tristan,

          Terima kasih atas tanggapan anda. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan:

          1. Anda mengatakan “Kalau Allah menhendaki semua manusia diselamatkan tetapi ternyata tidak semua yang selamat berarti ada kehendak Allah yang tidak terlaksana ? Apakah mungkin ada kehendak Allah yang tidak terjadi ? Kalau begitu Allah tidak berdaulat dong ?

          Bagaimana anda mengartikan ayat ini “Tuhan menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1Tim 2:4)? Siapakah yang dimaksud dengan semua orang di ayat ini? Apakah anda mempercayai bahwa penebusan Kristus hanya untuk orang-orang terpilih atau untuk semua manusia? Kalau hanya untuk sebagian orang, apakah Allah menjadi pilih kasih? Kalau untuk semua orang, mengapa ada sebagian yang masuk neraka?

          Silakan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setelah anda memberikan jawaban, maka saya akan memberikan jawaban dari pengajaran Gereja Katolik.

          2. Anda mengatakan “Ajaran Predestinasi bukankah Allah memilih siapa yang akan diselamatkan dari semua orang yang sudah mendapat hukuman dosa yaitu maut (Roma 6:23)? Kerelaan kehendak Allah lah yang menentukan siapa yang akan diselamatkan dan sudah tercatat didalam kitab kehidupan sejak kekekalan. Adapun yang tidak mendapat karunia keselamatan akan menjalani hukuman atas dosa dosanya yaitu maut,bukan karena tidak dipilih. Oleh karena itu double predestination memang kurang sreg ajarannya.Manusia tidak bisa berdalih atas konsekuensi hukumannya

          Pertanyaan: Kalau bukan memilih siapa yang akan diselamatkan, maka kerelaan Allah berdasarkan parameter apa? Apakah Allah secara sadar memilih siapa yang akan diselamatkan, sehingga yang terpilih akan tercatat di dalam buku kehidupan? Apakah orang-orang yang terpilih tahu bahwa dirinya terpilih atau hanya Allah saja yang tahu? Bagaimana seseorang tidak mendapat karunia keselamatan? Apakah parameter Allah, sehingga Dia tidak memberikan karunia keselamatan bagi sebagian orang, sehingga orang-orang ini mendapatkan hukuman? Bukankah dengan demikian, maka kalau mereka mendapatkan hukuman, seolah-olah terlihat bahwa hal ini bukan karena kesalahan manusia, namun menjadi kesalahan Allah – karena Allah tidak memberikan karunia keselamatan? Apakah rahmat Allah cukup bagi seluruh manusia untuk mendapatkan keselamatan atau apakah rahmat Allah cukup bagi sebagian orang saja dan pada sebagian orang rahmat-Nya tidak cukup, sehingga mereka tidak mendapatkan keselamatan? Kalau anda tidak percaya akan double predestination, maka dapatkan anda menjelaskan perbedaan apa yang anda percaya dengan John Calvin?

          3. Anda menuliskan “Jadi demi kehormatan manusia Allah mengoreksi daftar pilihan manusia yang sejak kekekalan sudah ditentukan oleh Nya ? Kalau begitu Allah tidak maha tahu dong ? Demikian juga kerelaan kehendak Allah harus mengalah kepada kebebasan kehendak manusia ? Apakah ada dukungan Alkitab terhadap ajaran ini sis ?

          a. Pertama, kalau anda menuliskan argumentasi yang mungkin diambil dari forum, ada baiknya sebelum diberikan ke katolisitas.org diperiksa terlebih dahulu, sehingga terlihat adanya kesatuan argumentasi. Dengan demikian, tidak terjadi kesalahan seperti menyebut saya dengan sebutan “sis”, yang adalah sebutan untuk perempuan.

          b. Saya akan menjawab pertanyaan ini, kalau anda menjawab pertanyaan point 1. Silakan menerangkan pertanyaan yang telah saya berikan di point 1 sebagai berikut: “Tuhan menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1Tim 2:4)? Siapakah yang dimaksud dengan semua orang di ayat ini? Apakah anda mempercayai bahwa penebusan Kristus hanya untuk orang-orang terpilih atau untuk semua manusia? Kalau hanya untuk sebagian orang, apakah Allah menjadi pilih kasih? Kalau untuk semua orang, mengapa ada sebagian yang masuk neraka?

          c. Pertanyaan lain adalah: “Bagaimana anda melihat hubungan antara rahmat Allah dan kehendak bebas manusia? Apakah rahmat Allah bekerja sedemikian rupa, sehingga manusia tidak mungkin menolak rahmat Allah? Atau apakah manusia mempunyai kemampuan untuk menolak rahmat Allah? Kalau manusia tidak dapat menolak rahmat Allah, apakah manusia kemudian menjadi seperti robot dan kehilangan keinginan bebasnya? Apakah rahmat yang diberikan oleh Adam dan Hawa lebih besar daripada manusia sekarang? Kalau memang lebih besar, mengapa Adam dan Hawa tetap berdosa? Apakah dengan demikian rahmat Allah yang diberikan kepada Adam dan Hawa kurang besar atau apakah Adam dan Hawa dengan kehendak bebasnya dapat menolak rahmat Allah? Apakah dengan demikian, kerelaan Allah kalah terhadap kehendak bebas Adam dan Hawa?

          4. Anda menuliskan “Yang menjadi pertanyaan disini adalah apakah kehendak bebas manusia yang dalam status berdosa dan mati rohani mempunyai kemampuan didalam menentukan keselamatannya sebelum ia dilahirbarukan lebih dahulu berdasarkan karunia keselamatan dari Allah ?

          Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan di point 3, sehingga kita dapat masuk lebih dalam dalam pembahasan ini. Pertanyaan untuk point ini adalah: Apakah setelah manusia berdosa, maka manusia benar-benar rusak, sehingga dia tidak mungkin dapat berbuat kebaikan? Apa yang anda maksud dengan dilahirkan baru berdasarkan karunia keselamatan Allah? Apakah lahir baru ini berdasarkan misteri Paskah Kristus? Kalau demikian, bagaimana dengan orang-orang yang lahir sebelum Kristus?

          Silakan anda menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan, sehingga saya dapat mengerti posisi anda dalam topik ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga dapat membantu kita semua, karena kita harus menyadari bahwa apapun yang kita percayai sebagai suatu kebenaran mempunyai implikasi. Setelah anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka saya akan menjawab tanggapan anda point demi point. Kembali saya ingin menekankan, anda dapat mengambil dari forum atau sumber manapun, namun cobalah untuk menyusun argumentasi yang terstruktur, sehingga menjadi kesatuan argumentasi yang baik. Semoga hal ini dapat diterima.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • sory saya lupa ngecek ternyata pertanyaan saya sudah dijawab oleh Bpk Stef dan Ibu Inggrid.

            Berikuta tanggapan atau sanggahan yg bisa saya berikan:

            1. KESELAMATAN ADALAH BERDASARKAN PILIHAN ALLAH BUKAN HASIL USAHA MANUSIA :

            • Ef. 1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya

            • Roma 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya

            • 2 Tim. 1:9 Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman.

            • Ef. 2:8,9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

            Jadi keselamatan hanya atas karunia dan anugerah Tuhan semata-mata. Tanggungjawab manusia hanyalah respon atas panggilan (calling) Allah.

            [Dari Katolisitas: Ya, benar, keselamatan diberikan hanya atas karunia Allah oleh iman, dan usaha manusia tidak dapat mendahului karunia Allah ini. Maka ayat-ayat di atas ini juga diamini dan diajarkan oleh Gereja Katolik. Perbuatan baik yang disyaratkan dalam Kitab Suci sifatnya adalah untuk membuktikan iman yang hidup dan menyelamatkan (lih. Yak 2:14-26), dan dipandang sebagai kesatuan dengan iman itu sendiri, yang tanpanya, manusia tak dapat diselamatkan.]

            2. ALLAH TIDAK PILIH KASIH KARENA MEREKA YANG DIHUKUM ADALAH BERDASARKAN KEADILAN ALLAH KARENA SEMUA MANUSIA TELAH MATI SECARA ROHANI DI DALAM DOSANYA.

            • Roma 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

            • Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

            • Ef. 2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

            Jadi semua manusia tanpa kecuali sudah mati secara rohani akibat dosa asal, tempatnya hanya kebinasaan kekal di dalam neraka. Jadi Tuhan tidak pernah berhutang keselamatan kepada manusia yang hidup di dalam dosa. Karena Allah adil Ia menghakimi semua dosa manusia, karena Allah kasih Ia memilih siapa yang berkenan kepada kehendak Nya untuk diselamatkan.

            Efesus 1:11 Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan — kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.

            Jadi jelas bahwa tidak semua orang akan diselamatkan, melainkan mereka yang mendapat anugerah keselamatan berdasarkan pilihan Allah yang berdaulat saja. Kalau Alkitab mengatakan “Tuhan menghendaki supaya semua orang diselamatkan”, berarti semua mereka yang telah mendapat anugerah keselamatan dari Allah.

            [Dari Katolisitas: Benar bahwa pada kenyataannya, tidak semua orang diselamatkan, walaupun Allah pada awalnya menghendaki semua orang diselamatkan (lih. 1 Tim 2:4). Maka penjelasan dari Gereja Katolik adalah, terdapat dua macam kehendak Allah, yang pertama disebut Antecedent Will dan yang kedua, Consequent Will, sebagaimana telah dijabarkan sekilas di sini, silakan klik]

            Pertanyaan Bapak Stef dan Ibu Inggrid:

            Kalau bukan memilih siapa yang akan diselamatkan, maka kerelaan Allah berdasarkan parameter apa? Apakah Allah secara sadar memilih siapa yang akan diselamatkan, sehingga yang terpilih akan tercatat di dalam buku kehidupan? Apakah orang-orang yang terpilih tahu bahwa dirinya terpilih atau hanya Allah saja yang tahu? Bagaimana seseorang tidak mendapat karunia keselamatan? Apakah parameter Allah, sehingga Dia tidak memberikan karunia keselamatan bagi sebagian orang, sehingga orang-orang ini mendapatkan hukuman? Bukankah dengan demikian, maka kalau mereka mendapatkan hukuman, seolah-olah terlihat bahwa hal ini bukan karena kesalahan manusia, namun menjadi kesalahan Allah – karena Allah tidak memberikan karunia keselamatan? Apakah rahmat Allah cukup bagi seluruh manusia untuk mendapatkan keselamatan atau apakah rahmat Allah cukup bagi sebagian orang saja dan pada sebagian orang rahmat-Nya tidak cukup, sehingga mereka tidak mendapatkan keselamatan? Kalau anda tidak percaya akan double predestination, maka dapatkan anda menjelaskan perbedaan apa yang anda percaya dengan John Calvin?

            Jawaban Saya:
            • Alkitab mengatakan bahwa pilihan Allah semata mata berdasarkan kerelaan kehendak Nya yang berdaulat bukan berdasarkan apa yang ada pada manusia itu (unconditional), karena mereka semua sudah mati secara rohani. Agustinus mengatakan keadaan mereka itu “non posse non peccare” (tidak bisa tidak berdosa lagi). Ingat bahwa Allah tidak pernah berhutang keselamatan kepada manusia.

            • Orang yang terpilih baru mengetahui dirinya mendapat anugerah keselamatan berdasarkan kesaksian ROH KUDUS didalam dirinya setelah kelahiran baru. “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:16).

            • Orang yang mati di dalam hukuman kekal bukan karena tidak terpilih melainkan karena dosa dosanya . “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita — oleh kasih karunia kamu diselamatkan.” (Efesus 2:4,5)

            • Anugerah dan Rahmat keselamatan dari Allah cukup bagi semua orang tetapi hanya efektif bagi pilihan Nya saja.

            • Semua jawaban saya di atas adalah ajaran predestinasi berdasarkan Alkitab bukan double predestinasi.

            [Dari Katolisitas: Sejujurnya, paham yang mengatakan bahwa Allah secara aktif menentukan sejumlah manusia untuk masuk surga dan sejumlah yang lain untuk masuk neraka, adalah paham double predestination. Sebab walaupun benar bahwa Allah tak pernah berhutang keselamatan kepada manusia, namun atas kesempurnaan belas kasihan-Nya, sejak awal mula Ia menghendaki agar semua orang diselamatkan- walaupun sebagai keturunan Adam dan Hawa, mereka sudah jatuh ke dalam dosa. Adalah bertentangan dengan hakekat Allah yang Maha Kasih, jika Allah berpangku tangan dan tak memberikan bantuan kepada manusia agar sampai kepada jalan keselamatan, atau jika malahan Allah dengan sengaja menjatuhkan sejumlah manusia ke dalam neraka. Jika manusia saja tidak pernah menghendaki salah satu anaknya celaka, apalagi Allah Bapa di surga. Hanya saja, untuk dapat sampai kepada keselamatan ini, Allah tidak menjadikan manusia seperti robot, namun Allah melibatkan juga kehendak bebas manusia ciptaan-Nya, dan Allah menghormati pilihan kebebasan manusia tersebut]

            Pertanyaan Bpk Stef dan Ibu Inggrid:
            “Bagaimana anda melihat hubungan antara rahmat Allah dan kehendak bebas manusia? Apakah rahmat Allah bekerja sedemikian rupa, sehingga manusia tidak mungkin menolak rahmat Allah? Atau apakah manusia mempunyai kemampuan untuk menolak rahmat Allah? Kalau manusia tidak dapat menolak rahmat Allah, apakah manusia kemudian menjadi seperti robot dan kehilangan keinginan bebasnya? Apakah rahmat yang diberikan oleh Adam dan Hawa lebih besar daripada manusia sekarang? Kalau memang lebih besar, mengapa Adam dan Hawa tetap berdosa? Apakah dengan demikian rahmat Allah yang diberikan kepada Adam dan Hawa kurang besar atau apakah Adam dan Hawa dengan kehendak bebasnya dapat menolak rahmat Allah? Apakah dengan demikian, kerelaan Allah kalah terhadap kehendak bebas Adam dan Hawa?

            Tanggapan saya:
            • Kalau manusia seperti robot yang diprogram dan tidak mempunyai kebebasan memilih maka tidak mungkin ia jatuh kedalam dosa. Oleh karena salah menggunakan kebebasannyalah Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa yang membinasakan karena melawan kehendak Allah.

            • Kehendak dan kerelaan pilihan Allah adalah terhadap manusia yang sudah berdosa dan mati secara rohani. Manusia yang telah berdosa tidak mempunyai pilihan lain selain hanya dosa semata-mata dimata Tuhan. “ Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12)

            • Kebebasan dan Kedaulatan Allah adalah absolut dan lebih tinggi dari kebebasan manusia. Kebebasan Allah ada pada diri Nya sendiri sedangkan kebebasan manusia hanya bersifat derivatif atau pemberian dari Allah saja,karena manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Kebebasan manusia harus tunduk di bawah kebebasan dan kedaulatan Allah yang mutlak.

            • Manusia yang sudah berdosa masih memiliki kebebasan melakukan apa yang dia mau lakukan dengan segala konsekwensinya tetapi ia tidak memiliki kemampuan untuk memilih untuk tidak berdosa lagi (non posse non peccare).

            [Dari Katolisitas: Pernyataan ini problematik karena bertentangan. Di satu sisi dikatakan bahwa manusia yang berdosa masih memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan (termasuk berbuat baik dan menghindari dosa?), namun di sisi lain dikatakan bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk tidak berdosa. Kenyataannya pada St. Agustinus sendiri, ia dengan kehendak bebasnya dapat memilih untuk meninggalkan kehidupan lamanya yang berdosa (dengan hidup bersama dengan seorang wanita di luar ikatan perkawinan) untuk menjadi seorang yang mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Tuhan. Dalam hal ini terlihat bahwa walaupun sebagai manusia yang berdosa, ia memiliki kehendak bebas dan kemampuan untuk meninggalkan dosa, walaupun memang semua ini hanya dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan rahmat Tuhan. Maka Gereja Katolik mendefinisikan bahwa dalam diri orang yang sudah dibaptis, masih terdapat kecenderungan untuk berbuat dosa (concupiscence), sebagai akibat dari dosa asal, namun manusia dapat bekerjasama dengan rahmat Tuhan untuk mengalahkan concupiscence tersebut, dan tidak harus tunduk di bawahnya seolah tidak bisa untuk tidak berdosa, seperti yang Anda katakan.]

            Pertanyaan Bpk Steff dan Ibu Inggrid:

            Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan di point 3, sehingga kita dapat masuk lebih dalam dalam pembahasan ini. Pertanyaan untuk point ini adalah:
            Apakah setelah manusia berdosa, maka manusia benar-benar rusak, sehingga dia tidak mungkin dapat berbuat kebaikan? Apa yang anda maksud dengan dilahirkan baru berdasarkan karunia keselamatan Allah? Apakah lahir baru ini berdasarkan misteri Paskah KRISTUS? Kalau demikian, bagaimana dengan orang-orang yang lahir sebelum KRISTUS?

            Tanggapan saya:
            • Yang dimaksud kerusakan total bukan berarti keburukan / kebobrokan manusia sudah mencapai taraf yang maksimal – bahwa manusia sudah menjadi sejahat yang dapat dilakukan olehnya, kurang lebih seperti Iblis. Jadi kerusakan total bukan berarti ia tidak dapat menjadi lebih jahat lagi, melainkan bahwa tidak ada satupun perbuatannya yang baik. Karena Dosa telah merusak setiap aspek kehidupannya.

            [Dari Katolisitas: Pernyataan ini juga problematik, sebab pada kenyataannya kita dapat melihat bahwa walaupun manusia berdosa, masih dapat melakukan perbuatan yang baik. Bahkan perbuatan Anda untuk berusaha mendalami ajaran iman Anda, itu adalah perbuatan yang baik. Jika tak ada suatu perbuatan baikpun yang dapat kita lakukan, bagaimana Anda mengartikan Sabda Tuhan Yesus ini: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16)]

            • Kelahiran baru adalah proses keselamatan dimana atas inisiatif ROH KUDUS memberikan hidup yang baru kepada manusia berdasarkan karunia iman setelah mendengar kebenaran Firman Allah yang tertulis. Karunia iman tersebut direspon dengan pertobatan oleh manusia. “ Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh ROH KUDUS.” (Titus 3 :5).

            • Mereka yang diselamatkan sebelum Kristus tetap berdasarkan anugerah Allah di dalam pengharapan mereka akan kedatangan Mesias yang telah dijanjikan oleh Allah sejak di dalam Kitab Kejadian.

            [Dari Katolisitas: Pemahaman Anda yang ini sama dengan ajaran Gereja Katolik]

            Mudah mudahan jawaban saya sudah menjawab semuanya.

            Salam Kasih

            [Dari Katolisitas: Silakan jika Anda tertarik untuk memahami secara sekilas apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik tentang justifikasi, dan bagaimana perbandingannya dengan apa yang kini diyakini oleh umat Lutheran, silakan membaca beberapa dokumen bersama ini, yang belum lama ini telah kami terjemahkan di situs ini:

            Deklarasi bersama Lutheran dan Gereja Katolik tentang Justifikasi
            Deklarasi bersama Lutheran dan Gereja Katolik tentang Justifikasi, tanggal 25 Juni 1998
            Tanggapan Gereja Katolik terhadap Deklarasi Bersama Gereja Katolik dan Lutheran sedunia tentang doktrin Justifikasi.

            Mohon membaca terlebih dahulu dokumen tersebut, sebelum Anda melanjutkan dengan tanggapan Anda.]

  9. saya cuma mau tanya…
    1. Menurut yang saya pahami dari tulisan ini, Tuhan tidak menentukan nasib kita, kitalah yang menentukan pilihan kita, walaupun Tuhan sudah mengetahui pilihan kita. Jika Tuhan memang sudah tahu pilihan kita dan pilihan kita itu bisa membawa kita ke neraka, kenapa Tuhan hanya berdiam?? Oke, mungkin Tuhan sudah memberikan kesempatan, tapi bukankah kesempatan yang Tuhan berikan itu, Tuhan juga sudah tahu akan ditolak atau tidak?? Kenapa Tuhan tidak memberikan jalan yang membuat manusia itu mengerti supaya manusia itu menerima Yesus??
    2. Saya tetap saja tidak mengerti Tuhan sudah tahu semuanya dari awal, tapi manusia masih punya kehendak bebas. Kalau begitu, apakah Tuhan juga sudah tahu semua yang akan Dia lakukan dan apa hasilnya??
    makasih…. :)

    • Shalom Keho,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang kemahatahuan Tuhan. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan:

      1. Anda mengatakan “Menurut yang saya pahami dari tulisan ini, Tuhan tidak menentukan nasib kita, kitalah yang menentukan pilihan kita, walaupun Tuhan sudah mengetahui pilihan kita. Jika Tuhan memang sudah tahu pilihan kita dan pilihan kita itu bisa membawa kita ke neraka, kenapa Tuhan hanya berdiam?? Oke, mungkin Tuhan sudah memberikan kesempatan, tapi bukankah kesempatan yang Tuhan berikan itu, Tuhan juga sudah tahu akan ditolak atau tidak?? Kenapa Tuhan tidak memberikan jalan yang membuat manusia itu mengerti supaya manusia itu menerima Yesus??

      a. Kalau anda mempunyai waktu dan ingin mendiskusikan topik ini secara mendalam, saya menyarankan agar anda dapat membaca rangkaian artikel tentang doa di sini:

      Doa menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan seorang Kristen. Namun ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian sebagai kesimpulan dijelaskan 4) konsep doa dengan mengambil definisi doa menurut St. Teresia

      b. Untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak menentukan nasib kita dalam pengertian bahwa Tuhan tidak pernah campur tangan sama sekali – seperti yang dipercayai oleh Deism – adalah tidak benar. Kita dapat membandingkannya dengan orang tua yang mengasihi anaknya. Orang tua yang baik akan senantiasa membantu anak-anaknya, dengan terus membiarkan anaknya bertumbuh. Kesalahan lain adalah paham yang mengatakan bahwa semua telah ditakdirkan, sehingga apapun yang kita lakukan tidak mengubah apapun. Namun, kita juga tidak dapat mengatakan bahwa doa-doa dan perbuatan-perbuatan kita dapat mengubah Tuhan, karena Tuhan telah tahu apa yang akan kita perbuat. Cobalah baca beberapa link yang saya berikan di atas.

      c. Seperti yang anda sadari bahwa Tuhan telah memberikan kesempatan kepada orang-orang agar semua orang tidak masuk ke dalam neraka, karena Tuhan menghendaki agar seluruh manusia dapat diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4). Pertanyaannya adalah mengapa sebagian orang masuk ke dalam neraka?

      Kalau kita mempercayai bahwa Allah adalah maha baik, maka kita harus juga mempercayai bahwa Allah telah melakukan segala sesuatu untuk orang tersebut agar orang tersebut memperoleh keselamatan kekal, dengan tetap menghormati kehendak bebas orang yang bersangkutan.

      Karena kodrat dari kasih adalah memberikan diri secara bebas, maka Allah telah melakukan bagian-Nya dengan memberikan diri secara total, yaitu mengasihi manusia sampai pada titik mengorbankan Putera-Nya untuk menebus dosa manusia. Dengan kasih-Nya juga, Allah telah memberikan Gereja-Nya dan Sakramen-sakramen yang dapat menuntun umat Allah kepada keselamatan kekal. Allah juga campur tangan dalam begitu banyak kejadian-kejadian setiap hari dan menjaga kita (sustain our being). Allah juga campur tangan melalui orang tua, saudara-saudara satu iman, teman-teman. Allah juga menggunakan penderitaan untuk membawa manusia kepada kepenuhan kebenaran. Secara prinsip, Allah telah melakukan segalanya.

      Namun, karena kodrat dari kasih adalah memberikan diri secara bebas, maka Allah menginginkan agar manusia dapat mengasihi Allah secara bebas. Dengan demikian, manusia harus secara bebas memberikan diri kepada Allah dan mengikuti perintah-Nya. Ini adalah bagian yang harus dijalankan oleh manusia. Kalau manusia tidak menjalankan bagiannya, yaitu bekerja sama dengan rahmat Allah yang cukup menuntun manusia kepada keselamatan, maka dia tidak dapat mendapatkan keselamatan. St. Agustinus mengatakan “He who created you without you, cannot save you without you“. Ini berarti bahwa Allah tidak dapat menyelamatkan manusia tanpa kerjasama dari manusia. Bukan berarti bahwa Allah tidak maha kuasa, namun karena kodrat dari kasih yang tidak memaksa dan menuntut kebebasan dalam mengasihi.

      2. Anda mengatakan “Saya tetap saja tidak mengerti Tuhan sudah tahu semuanya dari awal, tapi manusia masih punya kehendak bebas. Kalau begitu, apakah Tuhan juga sudah tahu semua yang akan Dia lakukan dan apa hasilnya??

      Tuhan telah tahu semuanya, termasuk apa yang telah, sedang, dan yang akan dipikirkan, dikatakan dan dilakukan oleh seluruh umat manusia. Hal ini terjadi karena hakekat Allah yang maha tahu (omniscience). Kemahatahuan Allah tidak bertentangan dengan kehendak bebas manusia, karena Allah menciptakan manusia berdasarkan kasih.

      Seperti yang telah diuraikan di atas, maka kalau Allah menciptakan manusia berdasarkan kasih, manusia harus mempunyai kehendak bebas, karena kasih menuntut pemberian diri secara bebas. Allah dapat saja menciptakan manusia seperti robot, yang menuruti semua perintah Allah. Namun, dengan demikian, Allah tidak menciptakan manusia berdasarkan kasih, namun berdasarkan ego, sehingga Dia menciptakan manusia seperti robot, yang tidak mempunyai pilihan bebas. Namun, karena kasih-Nya kepada manusia, maka Allah menciptakan manusia menurut gambaran-Nya, yaitu mempunyai akal budi. Dengan akal budi inilah, maka manusia dapat mempunyai kehendak bebas. Dan dengan kehendak bebas inilah, maka manusia dapat benar-benar mengasihi Allah.

      Tentu saja dengan kemahatahuan Allah, maka Allah tahu apa yang Dia lakukan dan tahu apa hasilnya. Namun, kembali kemahatahuan Allah tidak bertentangan dengan kehendak bebas manusia. Justru kalau Allah tidak memberikan kehendak bebas kepada manusia, maka justru bertentangan dengan kodrat Allah yang maha kasih.

      3. Cobalah anda memikirkan, Allah seperti apa yang menciptakan manusia tanpa kehendak bebas? Dan apakah dasar dari penciptaan ini? Apakah manusia diciptakan Tuhan atas dasar kebetulan atau atas dasar kasih?

      Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Saya membuka diri untuk berdiskusi dengan anda. Semoga diskusi ini dapat berguna dan dapat membawa kita semua kepada kebenaran.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  10. Syalom Bpk Stef, saya ingin bertanya ttg efesus 1:5, Dlm kasih Ia telah menentukan dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dgn kerelaan kehendak-Nya.
    dr ayat tsb apakah berarti manusia sejak di ciptakan sudah ditentukan mana yg masuk surga ato menjadi pengikut kristus dan mana yg masuk neraka. mohon penjelasannya. thx

    • Shalom Adi Hermawan,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang ayat Ef 1:5. Dikatakan “4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. 5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,” (Ef 1:4-5). Kalau kita melihat, maka Allah sebenarnya menginginkan agar seluruh manusia dapat hidup kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya, sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan. Dan hal ini dipertegas dalam 1 Tim 2:4, yaitu Allah “yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” Jadi dari dua ayat ini, kita dapat melihat bahwa menjadi keinginan Allah agar semua orang dapat diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran, yang membebaskan manusia (lih. Yoh 8:32), yang menuntun manusia ke Sorga. Dan keselamatan ini adalah suatu rahmat. Namun, di satu sisi, kita tahu, bahwa karena kehendak bebas manusia yang tidak sempurna, membuat manusia dapat menolak kasih Allah. Dengan demikian, ada sebagian dari manusia yang akan masuk ke dalam neraka.

      Yang menjadi rumit dan dapat menjadi suatu misteri adalah bagaimana rahmat Allah dan kehendak bebas manusia bekerja bersama-sama untuk menuntun seseorang kepada keselamatan. Setiap orang tidak akan pernah tahu secara persis bahwa dirinya pasti akan masuk Sorga. Namun, Allah yang maha tahu, memang mengetahui masing-masing dari kita akan masuk Sorga atau neraka. Di satu sisi, Dia memberikan rahmat yang cukup sehingga manusia mempunyai kesempatan untuk masuk Sorga. Namun, di satu sisi lain, Tuhan memberikan rahmat-Nya tanpa melanggar kehendak bebas manusia. Jadi, rahmat bekerja dengan caranya sendiri dan kehendak bebas manusia bekerja dengan caranya sendiri, namun keduanya bekerjasama untuk membawa manusia kepada keselamatan. Keduanya adalah seumpama engsel, di mana kehormatan manusia disanggah oleh kehendak bebas dan keselamatan manusia disanggah oleh rahmat Allah. Dengan rahmat Allah, maka keinginan bebas manusia disembuhkan, sehingga orang yang dibenarkan oleh Allah secara bebas mengasihi kebenaran, yang pada akhirnya membawa orang tersebut kepada keselamatan. (Lih. St. Augustine, On the Spirit and the Letter,30; XXX,52; Trape, St. Augustine: Man, Pastor, Mystic, p. 208.). Dan pada akhirnya, St. Agustinus mengatakan “He who created you without you does not justify you without you.” (St. Augustine, Serm. 169,2,10.) Semoga keterangan ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

Comments are closed.