Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Pada hari ini, kita mendengar bagaimana Yesus menegaskan kembali pada para murid-Nya mengenai harga yang harus dibayar untuk mengikut Dia. Seperti yang dikatakan dalam Injil Matius, untuk mengikut Kristus, kita harus menyangkal diri kita sendiri, memikul salib kita, dan mengikuti Dia. Namun, apa arti sebenarnya dari “menyangkal diri” dan “memikul salib” kita?

Dalam bacaan pertama dari kitab nabi Yeremia, kita mendengar bagaimana nabi Yeremia berusaha menentang panggilan Tuhan karena takut akan cemoohan. Dia bahkan berjanji dalam hatinya untuk tidak menyebut nama Tuhan lagi. Namun, hatinya terbakar dengan api yang begitu bersemangat sehingga dia tahu untuk tidak mengikuti kehendak Tuhan hanyalah sia-sia dan hanya akan membawanya kepada kesedihan. Rasa takut dalam menjalankan kehendak Tuhan bukanlah sesuatu yang baru. Itu adalah rasa takut yang mungkin dirasakan oleh banyak di antara kita.

Namun, apa yang Tuhan minta dari kita, seperti yang dinyatakan oleh St. Paulus dalam Roma 12:1-2, adalah pembaruan pikiran dan hati kita. Dengan semakin mengenal dan mencintai Tuhan, kita diajak untuk semakin memahami dan semakin dimampukan untuk senantiasa mengikuti kehendak-Nya. Tuhan tidak menuntut kesempurnaan yang hanya datang dari mengandalkan kekuatan kita sendiri, tapi Dia justru ingin menyempurnakan kita dengan kekuatan dan kasih-Nya.

Saudara-saudari, kita sering kali merasa terbebani oleh salib-salib hidup kita. Namun, Yesus tidak meminta kita untuk mengangkat salib itu sendirian. Sebaliknya, Dia menawarkan diri-Nya untuk membantu kita memikulnya. Seperti yang dikatakan oleh Paus St. Yohanes Paulus II, “Yesus memberi kita harapan: dengan menderita untuk kasih, dalam kesatuan dengan Dia, kita dapat terus melakukan kebaikan.”

Dalam proses pengorbanan ini, kita diajak untuk melepaskan hal-hal yang mungkin menghalangi kita dari mengikuti Kristus dengan sepenuh hati. Hal hal ini bisa menjadi kekayaan, kekuasaan, masa lalu, atau dosa dosa yang ingin kita pertahankan. Tetapi apa yang kita mau lepaskan, adalah demi kebebasan yang sesungguhnya dan juga akan janji kemuliaan yang jauh lebih besar yang sudah disiapkan bagi kita. Seperti yang dikatakan Santa Teresa dari Avila, “Semua penderitaan sementara yang harus kita jalani di dunia, tidaklah sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kelak kepada kita.”

Panggilan untuk mengikuti Kristus mungkin datang dengan tantangan dan rasa takut, namun kita diajak untuk tidak takut. Sebaliknya, kita diajak untuk percaya bahwa cinta dan pengorbanan Yesus sendiri di kayu salib akan memampukan kita untuk menjadi sempurna dan kudus.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita akan membiarkan Kristus mengambil alih hidup kita dan mengubah kita? Apakah kita siap untuk mengikuti jejak-Nya, dengan penuh kepercayaan dan kesetiaan? Dan apakah kita siap untuk menyangkal diri dan memikul salib kita bersama Nya?
Marilah kita senantiasa berdoa agar kita dapat terus memahami makna sejati dari mengikut Kristus dan agar kita dapat terus mendalamkan komitmen kita untuk mengikuti Dia dalam setiap langkah hidup kita. Amin.