Saudara dan saudari terkasih dalam Kristus,

Hari ini, kita berkumpul sebagai satu komunitas untuk merayakan hari raya Tubuh dan Darah Kristus — Ekaristi Kudus yang Maha Suci. Perayaan ini mengundang kita untuk merenungkan dan mensyukuri hadiah tak tertandingi yang telah diberikan Tuhan Yesus sendiri kepada kita, yaitu Ekaristi Kudus.

Sebagaimana yang telah diungkapkan dengan begitu Indah oleh Bapa Suci kita, Paus Fransiskus dalam homilinya, ‘Ekaristi bukanlah sekedar peringatan atas peristiwa di masa lalu. Lebih dari peringatan akan Perjamuan Terakhir, Ekaristi adalah bukti hidup dari cinta abadi Tuhan kepada kita. Ekaristi adalah sakramen keselamatan kita, dan tanda nyata dari kehadiran Kristus yang berkelanjutan dalam hidup kita.’

Marilah kita coba membayangkan Ekaristi dengan hubungan kita semua dengan air, yang menjadi bagian sehari-hari yang umum namun mutlak di dalam hidup kita. Air sangat penting bagi kehidupan kita. Ia memuaskan dahaga kita, membersihkan kita, memberi nutrisi kepada kita, dan mempertahankan semua kehidupan di bumi. Kita sebagian besar terdiri dari air, dan tanpanya, kita tidak akan bisa bertahan lebih dari beberapa hari.

Merenungkan Ini, saya kembali dibawa dalam pengalaman saya sendiri ketika tahun lalu, saya memiliki kesempatan untuk memulai perjalanan spiritual Camino, suatu ziarah yang penuh dengan harapan dan ekspektasi. Namun, seperti yang sering terjadi, perjalanan tersebut ternyata lebih sulit dari yang diharapkan, baik secara fisik maupun rohani. Ada kalanya saya begitu terbuai dalam harapan dan ekspektasi diri sendiri, sehingga saya melupakan kebutuhan dasar saya akan air. Dan kelalaian fisik ini juga pada saat yang sama mencerminkan suatu kelalaian spiritual. Saya begitu terfokus pada mencapai tujuan spiritual saya, sehingga saya sering lupa untuk bertanya apa yang sebenarnya Tuhan inginkan dari saya.

Ekaristi, dalam banyak hal, mirip dengan air yang saya abaikan dalam ziarah saya. Ekaristi adalah makanan rohani, air kehidupan, yang sering kita abaikan ketika kita begitu fokus pada tujuan spiritual kita sendiri. Tanpanya, jiwa kita berisiko menjadi seperti gurun kering dan tandus. Dengan begitu, kita diingatkan untuk kembali menimba kekuatan melalui Ekaristi, makanan rohani kita, yang memberi nutrisi, membersihkan, dan mempertahankan iman kita.

Dalam dunia yang semakin penuh tantangan, terfragmentasi, dan acuh tidak acuh, perayaan hari raya Tubuh dan Darah Kristus ini menjadi peringatan yang menyentuh tentang hubungan intim yang ingin Tuhan jalin dengan kita melalui Ekaristi. ‘Ambillah ini, semua kalian, dan makanlah,’ kata Tuhan kita. Dengan kata-kata ini, Kristus tidak hanya membagi suatu makanan; Dia menawarkan Diri-Nya. Dia memberi kita Tubuh-Nya, Darah-Nya, Hidup-Nya sepenuhNya kepada kita.

Ekaristi, maka, adalah pemenuhan janji Kristus bahwa Ia akan bersama kita sampai akhir zaman. Setiap kali kita berpartisipasi dalam Perjamuan Kudus ini, kita ikut serta dalam kehidupan ilahi, kita dibawa ke dalam persekutuan yang intim dengan Allah yang mengasihi kita tanpa syarat, dan kita diingatkan akan persatuan kita sebagai komunitas, sebagai bagian dari tubuh Kristus.

Anugerah yang Tuhan kehendaki melalui Ekaristi sangatlah besar. Di dalamnya, kita tidak hanya diberi nutrisi secara rohani tetapi juga diberi kekuatan untuk menjalani panggilan hidup kita di dunia. Seperti yang dikatakan oleh Paus Fransiskus, “Ekaristi bukanlah berkat bagi yang sudah sempurna tetapi obat yang memberi krkuatan dan nutrisi bagi yang lemah.” Itu adalah rahmat dan kasih Allah yang menjadi nyata, dapat dirasakan, dan dapat dimakan.

Hari ini, saat kita merenung tentang keindahan dan misteri Ekaristi, mari kita juga ingat bahwa kita dipanggil untuk menjadi umat Ekaristi. Kita dipanggil tidak hanya untuk menerima Kristus tetapi juga untuk membawa Kristus kepada sesama, untuk menjadi apa yang kita konsumsi. Memberi makan kepada yang lapar, memberi minum kepada yang haus, menyambut orang asing, mengenakan pakaian kepada yang telanjang, merawat orang sakit, dan menjenguk orang yang dipenjara.

Sebagai kesimpulan, marilah kita berdoa agar ketika kita menerima Tubuh dan Darah Kristus, kita dapat menjadi semakin serupa dengan Kristus, dipenuhi dengan kasih, belas kasihan, dan keinginan untuk melayani. Dan marilah kita meminta rahmat untuk mengenali Kristus dalam pemecahan roti, dalam kehidupan sehari-hari kita, dan dalam sesama kita. Amin.

Previous articleDoa untuk karya kerasulan Katolisitas
Next articleJanganlah Kamu takut
Susan Aryanthi
Seorang ibu dari tiga anak, Susan memiliki latar belakang Business administration degree dari Boston University dan consultant di Boston Consulting Group dan kini seorang kolektor lukisan. Pada saat Ini dia sedang menyelesaikan studi teology nya di Domuni Universitas Tolouse. Susan membantu katolisitas untuk menulis di kolom Embun Minggu.