Pertanyaan:

berkah dalem bu,….
saya mau tanya nich, tentang istilah “babtis rindunya” Thomas Aquinas…
itu latar belakang sejarahnya gmn ya…dan maksudnya apa…trus kalau saya mau baca untuk memperdalam itu referensinya apa…

thanks and gbu, – Andreas

Jawaban:

Shalom Andreas,
Baptis Rindu/ “Baptism of desire” memang diajarkan oleh St.Thomas Aquinas, namun bukan berarti St Thomas-lah yang ‘menciptakan’ ajaran tentang baptis rindu tersebut.  St. Thomas hanya melanjutkan apa yang telah diajarkan oleh para Bapa Gereja sebelumnya, terutama yang diajarkan oleh St. Ambrosius dan St. Agustinus. Dalam Summa Theologica, III, q.68, a.2, St. Thomas Aquinas membahas tentang Baptis Rindu/ Baptism of desire ini. Berikut ini saya terjemahkan, dan silakan melihat teksnya dalam bahasa Inggris pada link ini, dan melihat pada point artikel #2 (silakan klik).

Keberatan 1. Kelihatannya, tidak ada seorangpun yang dapat diselamatkan tanpa Pembaptisan. Sebab Tuhan kita berkata (Yoh 3:5), “…sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk dalam Kerajaan Allah.” Tetapi mereka yang masuk dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang diselamatkan. Maka, tak seorangpun dapat diselamatkan tanpa Pembaptisan, yang olehnya seseorang dilahirkan kembali dalam air dan Roh Kudus.
Keberatan 2. Lebih lanjut, dalam buku De Eccl. Dogm. xli, ada tertulis, “Kita percaya bahwa tidak ada seorang katekumen-pun yang akan memperoleh kehidupan kekal, kecuali apabila ia menjadi martir, yang mengandung nilai-nilai kebajikan sakramental dari Pembaptisan.” Namun, jika mungkin seseorang dapat diselamatkan tanpa Pembaptisan, ini secara istimewa terjadi pada para katekumen yang melakukan banyak perbuatan-perbuatan baik, sebab kepada mereka berlaku “iman yang bekerja melalui kasih” (Gal 5:6) Maka, kelihatannya tak seorangpun dapat diselamatkan tanpa Pembaptisan.
Keberatan 3: Selanjutnya, seperti disebutkan di atas (I; 65, 4) Sakramen Baptis adalah perlu untuk keselamatan. Pembaptisan adalah sesuatu yang penting, yang ‘tanpanya sesuatu tidak dapat terjadi’ (Metaph. v) Maka, kelihatannya tak seorangpun dapat diselamatkan tanpa Pembaptisan.

Sebaliknya, St. Agustinus berkata (Super Levit. lxxxiv), bahwa “beberapa orang menerima pengudusan yang tak kelihatan tanpa sakramen yang kelihatan, dan itu mendatangkan kebaikan; namun meskipun mungkin [juga] untuk memperoleh pengudusan yang kelihatan, tanpa pengudusan yang tak kelihatan, yang [dalam hal ini] tidak mendatangkan kebaikan/ profit. Sebab, oleh karena sakramen Pembaptisan berkaitan dengan hal pengudusan yang kelihatan, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat memperoleh keselamatan tanpa sakramen Pembaptisan, [namun] dengan cara pengudusan yang tidak kelihatan.

Saya menjawab, bahwa Sakramen Pembaptisan tidak terdapat dalam seseorang dengan dua cara. Pertama, keduanya dalam kenyataan dan keinginan, seperti pada kasus mereka yang tidak dibaptis, ataupun tidak ingin dibaptis: yang dengan tegas membenci sakramen ini, berkaitan dengan mereka yang dengan menggunakan kehendak bebasnya [menolak sakramen ini]. Maka, pada mereka ini tidak ada Sakramen Pembaptisan, dan mereka tidak dapat memproleh keselamatan, karena mereka baik secara sakramental maupun mental tidak tergabung di dalam Kristus, yang hanya melalui-Nya keselamatan dapat diperoleh.
Kedua, Sakramen Pembaptisan dapat saja tidak dialami secara real/ nyata, tetapi dapat dialami dalam keinginan: contohnya, ketika seseorang berkeinginan untuk dibaptis, tetapi oleh suatu keadaan yang tak menguntungkan, ia sudah meninggal dunia, sebelum ia menerima Pembaptisan. Dan orang seperti ini dapat menerima keselamatan tanpa menerima Pembaptisan, karena ia berkeinginan untuk dibaptis; dan keinginan ini adalah hasil dari “iman yang bekerja melalui kasih” , dimana Tuhan yang kuasa-Nya tidak terbatas pada sakramen yang kelihatan, menguduskan orang tersebut dari dalam. Maka, St. Ambrosius berkata tentang Valentinian, yang wafat pada saat masih menjadi katekumen, “Aku kehilangan dia yang akan saya baptis: namun ia tidak kehilangan rahmat yang dimohonkan olehnya.”

Jawaban atas Keberatan 1. Seperti telah tertulis (1 Samuel 16:7), “…Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Sekarang seseorang yang berkeinginan/ rindu agar “dilahirkan oleh air dan Roh Kudus” dengan Pembaptisan, dilahirkan kembali di dalam hati, meskipun tidak di dalam badan. Maka Rasul [Paulus] berkata, (Rom 2:29), “…sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.”
Jawaban atas Keberatan 2. Tak seorang-pun memperoleh kehidupan kekal tanpa ia dibebaskan dari segala rasa bersalah dan hukuman. Sekarang, absolusi total ini diberikan pada saat seseorang menerima Pembaptisan, atau menjadi martir: yang dengan alasan dikatakan bahwa kemartiran “mengandung semua kebajikan sakramental dari Pembaptisan”, yaitu pembebasan total dari segala rasa bersalah dan hukuman. Maka seandainya, seorang katekumen memiliki keinginan untuk dibaptis (jika tidak, ia tidak dapat dikatakan meninggal dalam keadaan melakukan/ di dalam perbuatan baik, dan tidak dapat tanpa “iman yang bekerja melalui kasih”) ia itu, seandainya ia meninggal, tidak akan dengan segera memasuki kehidupan kekal, namun akan menerima hukuman atas dosa-dosanya di waktu yang lalu, “tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1 Kor 3:15)
Jawaban atas Keberatan 3. Sakramen Pembaptisan dikatakan sebagai mutlak untuk keselamatan, bahwa seseorang tidak dapat diselamatkan tanpa, minimal, memiliki keinginan untuk dibaptis; “yang, dengan Tuhan, memperhitungkan segala perbuatan/ which, with God, counts for the deed” (Augustine, Enarr.  Mzm 57).

Atas dasar pengajaran para Bapa Gereja yang juga didasari dari Alkitab inilah, maka dalam Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1259 Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu.
KGK 1260 “Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk bergabung dengan cara yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska itu” (GS 22) Bdk. LG 16; AG 7. Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu, dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan Pembaptisan, seandainya mereka sadar akan peranannya demi keselamatan.

Demikiam penjelasan yang dapat saya sampaikan tentang Baptis Rindu/ “Baptism of desire“.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- https://katolisitas.org

11 COMMENTS

  1. Dear katolisitas,
    belum lama ini di satu lingkungan di paroki saya ada peristiwa serupa dengan baptisan rindu yang dibahas di sini. Beliau (seorang bapak-Calon baptis) meminta dibaptis secara katolik dan rencananya keesokan paginya akan dibaptis secara darurat karena memang sedang sakit keras di salah satu rumah sakit. Ternyata Tuhan berkehendak lain, karena malam sebelum dibaptis, beliau sudah ‘keburu’ meninggal. Pastor di rumah sakit itu pun menyatakan bahwa bapak tersebut mengalami baptisan rindu.

    Pertanyaan saya,
    1. jika ternyata permintaan baptis itu berasal dari anggota keluarganya, apakah bapak tersebut tetap dianggap telah dibaptis dengan cara baptis rindu?
    2. Apakah ada cara-cara supaya kita bisa mengetahui kalau permintaan itu adalah permintaan pribadi dan bukan permintaan dari keluarganya?

    Mohon penjelasan tentang hal ini. Mohon maaf jika sudah pernah dibahas.
    Terima kasih.. Tuhan memberkati

    Matheus

    • Shalom Matheus,

      Jika Bapak itu sendiri sedang dalam proses Katekumen, itu sendiri sudah menunjukkan bahwa ia sendiri memiliki kerinduan untuk dibaptis. Jadi walaupun dalam keadaan sakit keras, bahkan tidak dapat bicara sekalipun, jika kemudian anggota keluarganya kemudian meminta agar bapak itu dibaptis namun belum sempat terlaksana ia sudah dipanggil Tuhan, maka dapat dikatakan Bapak itu telah memperoleh Baptisan rindu (lih. KGK 1259: Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu).

      Kalau Bapak itu belum ikut Katekumen, lalu sakit keras dan dalam sakrat maut, lalu anggota keluarganya meminta agar bapaknya itu dibaptis, memang kita tidak dapat mengetahui apakah itu benar atau tidak, namun kita harus percaya kepada kedekatan anggota keluarga dengan bapak itu sendiri. Sebab kemungkinan besar, anggota keluarga itulah yang lebih mengetahui, bahwa selama hidupnya ayahnya itu menginginkan baptisan, hanya karena satu dan lain hal belum terlaksana untuk mengikuti proses katekumenat. Dalam keadaan seperti ini, memang keadaannya tidak sejelas keadaan yang pertama (pada bapak yang sedang dalam proses katekumenat), namun jika benar bapak tersebut merindukan untuk dibaptis selama hidupnya, walau belum sempat mengikuti katekumenat, jika ia wafat sebelum menerima sakramen Baptis, ia tetap dapat mengalami baptis rindu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Bu Inggrid, terima kasih atas penjelasannya. Semoga Katolisitas makin maju dan semakin menguatkan iman.
        Salam..

        Matheus

  2. Shallom
    Bu Inggrid & Bp Stefanus

    Saya salut kepada Bu Inggrid & Bp Stefanus yang tetap sabar dan sopan dalam menghadapi orang-orang seperti CSM. Saya sebagai pengunjung katolisitas.org membaca tulisan2 seperti tulisan saudara CSM sampai kebawa emosi. Semoga dengan website ini saya dapat belajar bagaimana menghargai pendapat dan iman orang lain. Tetap semangat dan rendah hati ya dalam melayani kita-kita yang kadang2 sok pintar.
    Berkah Dalem
    Martha

  3. Saya keberatan! TIDAK ADA DALAM ALKITAB YANG NAMANYA BAPTISAN RINDU TAPI,HANYA BAPTISAN!!!!!!!!!!!!!!!.
    Saya ingin bukti dimana tertulis yang ada namanya BAPTISAN RINDU. ITU HANYA DIKARANG MANUSIA SAJA!!. Yesus tidak pernah berkat baptisan rindu tetapi hanya BAPTISAN. TIDAK ADA BAPTISAN DENGAN CARA DIPERCIKKAN OLEH AIR!! ATAUPUN SEBAGAINYA YANG DIKATAKAN OLEH TUHAN ADALAH DENGAN CARA DISELAMKAN DALAM AIR DAN SEBELUM ITU BERDOA DAN MENGUCAPKAN Dalam Nama Bapa,Anak,dan Roh Kudus. Kata Yesus juga “Siapa yang melanggar apa yang Kukatakan dan yang siperintahkan oleh Bapa,ia akan dihukum’. Nah….. berarti anda telah MENENTANG ALLAH. Dan TIDAK ADA DALAM ALKITAB MENGUDUSKAN HARI MINGGU HANYA HARI SABAT. DAN TIDAK ADA YANG BOLEH ADA PATUNG BAGImu DAN MENYEMBAHnya. DAN SAYA INGIN BUKTI BAHWA BENAR APAKAH KITA HARUS MENGUDUSKAN HARI MINGGU.Saya tunggu jawaban dari anda.

    • Shalom CSM,

      Terima kasih atas komentarnya tentang baptisan rindu, baptisan, hari sabat, dll. Tentu saja saya dapat memahami akan keberatan dari CSM, karena kita memang mempunyai kepercayaan yang berbeda. Mari kita membahas beberapa pertanyaan yang diajukan oleh CSM:

      1) Kalau keberatan CSM atas baptisan rindu, karena tidak disebutkan secara persis perkataan “baptisan rindu” di dalam Alkitab, maka CSM juga akan berkeberatan dengan Trinitas, karena Trinitas juga tidak disebutkan secara persis di dalam Alkitab. Namun, kita melihat akan konsep Trinitas disebutkan cukup banyak di dalam Alkitab. Baptisan rindu telah dibahas di sini (silakan klik), dimana dikatakan:

      Katekismus Gereja Katolik mengatakan “Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu.” (KGK, 1259). Kita dapat melihat apa yang Yesus katakan di dalam Injil Yohanes “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23) Cinta kasih yang sempurna, yang tentu saja mensyaratkan penyesalan, kerinduan untuk hidup dalam Tuhan, membuat seseorang menerima baptisan rindu. Dan inilah yang dialami oleh penjahat yang bertobat, sehingga dia memperoleh keselamatan. (lih. Lk 23:42-43).

      Tambahan lagi, Gereja Katolik juga mengenal Baptisan Darah. b) Untuk Baptisan darah, Gereja Katolik mengatakan “Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.” (KGK, 1258). Kita juga melihat di dalam Injil Matius, yang mengatakan “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 10:32) Lebih lanjut, Yesus mengatakan “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mt 10:39). Pengajaran tentang Baptisan Darah telah dikenal oleh jemaat awal, seperti yang dapat kita lihat dalam tulisan-tulisan Tertullian (on Baptism, 16), St. Cyprian (Epostle 73), St. Augustine (City of God, 13.7; Tractate 74 on the Gospel of John), dll. (lihat New Advent – klik di sini).

      Dalam diskusi di link ini (silakan klik), di point 5, saya mengatakan:
      5) Tentang baptisan rindu dan baptisan darah, kita dapat membahasnya secara lebih mendetail di lain waktu. Namun, pengajaran Gereja Katolik tidaklah bertentangan dengan Alkitab. Mk 10:38-39 mengatakan “Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?”
      39 Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.
      ” Apakah baptisan yang harus kuterima mengacu kepada baptisan air? Tidak, karena baptisan yang berhubungan dengan cawan yang harus Yesus minum adalah penderitaan-Nya sendiri, yang mengacu pada darah-Nya. Dan inilah juga sebagai dasar baptisan darah. Lihat juga Lk 12:50 “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!” Apakah menerima baptisan di sini adalah baptisan air? Tidak, karena ini mengacu kepada kematian-Nya, atau baptisan darah. Dan memang tidak ada yang secara persis mengatakan baptisan darah maupun baptisan rindu di dalam Alkitab. Hal ini tidaklah menjadi masalah. Anton mengatakan “Dalam pembahasan ini saya selalu setia kepada Kitab Suci dan selalu saya kutip dari Firman Allah. Itulah sebabnya saya selalu dapat menunjukan ayat-ayat yang berhubungan dengan pembahasan ini.” Hal yang sama, saya lakukan, yaitu untuk mencoba setia dengan Firman Tuhan. Dan kalau kita tidak dapat menemukan suatu terminologi yang persis, seperti yang disebutkan di dalam Alkitab, bukan berarti bahwa kita tidak setia terhadap Alkitab. Sola Scriptura, Sola Fide, Trinitas adalah terminologi-terminologi untuk menyatakan konsep. Seperti perkataan Trinitas dan pengertiaannya bahwa Trinitas adalah satu Tuhan dalam tiga pribadi, tidak dapat kita temukan di dalam Alkitab secara persis, namun semua umat Kristen – baik Katolik dan non-Katolik – menerimanya. Kata “pribadi/person” sendiri diambil bukan dari Alkitab. Apakah dengan demikian maka orang yang percaya akan Trinitas tidak setia terhadap Alkitab? Tentu saja tidak, bahwa terminologi tersebut menjadi begitu penting agar orang dapat setia terhadap Firman Tuhan, seperti yang ditunjukkan oleh Gereja Katolik pada waktu melawan kesesatan ajaran Arianism.

      Silakan juga membaca rangkaian diskusi tentang hubungan keselamatan dan baptisan secara lengkap di sini (silakan klik).

      2) Cara membaptis: Gereja Katolik menganjurkan untuk melakukan Sakramen Baptis dengan di selam maupun di tuang, dan tidak dengan dipercik. Silakan membaca jawaban ini (silakan klik).

      3) Tentang hari Sabat dan Minggu: Silakan melihat tanya-jawab ini (silakan klik). Dan di bawah artikel, ada begitu banyak artikel sehubungan dengan hari Sabat.

      4) Tentang patung: Silakan melihat tanya-jawab ini (silakan klik).

      Saya telah menjawab semua keberatan CSM melalui keterangan dan link-link yang saya berikan. Setelah CSM membaca link-link tersebut, silakan memberikan tanggapan lebih lanjut. Semoga link-link tersebut dapat menjawab keberatan CSM.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  4. Dear Inggrid, apakah contoh yang paling konkrit dari baptisan rindu ini adalah penjahat yang bertobat sewaktu disalibkan bersama Yesus sebelum kematiannya? apakah ada rumusan kata2 untuk baptis rindu ini?

    thanks, johanes

    • Shalom Johanes,
      Ya, betul. Penjahat yang bertobat, yang disalibkan bersama Yesus seperti yang diceritakan di Luk 23:43, yang kepadanya Yesus mengatakan “…Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus,” adalah suatu contoh Baptism of desire atau kerinduan untuk menerima pembaptisan/ Baptis rindu, yang diiringi oleh penyesalan atas dosa-dosanya dan juga perbuatan kasih (KGK, 1259). Penyesalan dan perbuatan kasih dari penjahat tersebut diungkapkan dengan perkataanya “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah…Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”(Luk 23:40-42).

      Maka memang tidak ada rumusan baku untuk Baptis rindu ini, namun asalkan Tuhan melihat pertobatan dan kerinduan yang tulus dalam hati seseorang untuk dibaptis, maka ia dapat dikatakan memiliki ‘persyaratan’ Baptis rindu ini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • shalom,

        maaf sy sedang membuka2 pengajaran dari team Katolisitas, walau sudah ketinggalan jauh…
        sy tertarik dengan penjelasan dari Bu Ingrid tentang baptisan rindu dari penjahat yg bertobat sewaktu disalibkan bersama Tuhan Yesus..

        di sana Ibu menjelaskan tentang perbuatan kasih yg dilakukan oleh penjahat tersebut, jujur sy kurang paham yg dimaksud Ibu, perbuatan kasih yg telah dilakukan oleh seperti apakah itu?

        apakah penjahat tsb melakukan tindakan kasih berupa:

        1. mengingatkan temannya untuk “takut” akan Allah/ kesadaran diri akan kesalahan yg telah dilakukannya selama ini?

        2. rasa empati yg ditunjukkan kepada Tuhan Yesus, di mana menerima hukuman mati padahal Tuhan Yesus tidak bersalah?

        3. merendahkan diri dengan menyatakan imannya ( di mana sy merasa iman ini blm tentu dimiliki oleh para rasul&murid Yesus pada saat itu/ baru dimiliki setelah Tuhan Yesus menampakkan diri setelah kebangkitanNya) “… Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”?

        4. ataukah dengan mengungkapkan penyesalan/ kesadaran akan dosa masa lalu, itu juga termasuk dalam tindakan kasih?

        mohon maaf kalau hal ini pernah dibahas sebelumnya…

        Tuhan Yesus Memberkati,

        christian

        • Shalom Christian,

          Terima kasih atas pertanyaannya tentang penjahat yang bertobat. Penjahat yang bertobat, melakukan satu tindakan yang luar biasa. Orang dapat mengakui Yesus sebagai raja, ketika Yesus sedang melakukan mukjizat penggandaan roti atau membangkitkan orang mati. Namun, sangat sulit bagi seseorang untuk mengakui Yesus sebagai raja dan Tuhan dalam kondisi Yesus sedang disalibkan. Namun apa yang dilakukan penjahat yang bertobat? Dia menegur penjahat yang menghujat Yesus, dengan berkata “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” (Luk 23:40-41) Ini merupakan bentuk pertobatan dan pernyataan iman. Tidak cukup dengan pernyataan iman ini, penjahat yang bertobat memberikan pernyataan iman yang sungguh luar biasa dengan mengatakan “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23:42) Dia menaruh iman dan pengharapan di dalam Kristus, yang adalah Allah dan Raja, yang walaupun pada saat ini sedang menderita, namun penjahat ini menaruh pengharapan di dalam Kristus dan percaya bahwa Kristus akan datang lagi dalam kemuliaan-Nya, yaitu sebagai Raja. Walaupun percakapan ini begitu singkat, namun ini adalah ungkapan kasih yang luar biasa. Setiap tarikan nafas dan perkataan yang terucap merupakan penderitaan yang sungguh menyiksa. Namun, dengan sisa nafasnya, penjahat ini mengungkapkan kasihnya kepada Yesus. Ungkapan iman, pengharapan dan kasih yang luar biasa ini dijawab oleh Yesus dengan indah: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (ay.43) Jadi, pertobatan yang sungguh; keinginan untuk bersatu dengan Kristus; pengharapan bahwa Kristus akan mengingatnya; imannya akan Kristus yang menderita sengsara, wafat dan bangkit dalam kemuliaan; serta tindakan kasih, mendatangkan keselamatan bagi penjahat ini.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  5. berkah dalem bu,….
    saya mau tanya nich, tentang istilah “babtis rindunya” Thomas Aquinas…
    itu latar belakang sejarahnya gmn ya…dan maksudnya apa…trus kalau saya mau baca untuk memperdalam itu referensinya apa…

    thanks and gbu,

    [dari katolisitas: telah dijawab – silakan klik]

Comments are closed.