Ada banyak orang mempertanyakan, apakah benar Tuhan Yesus Kristus lahir di dunia tanggal 25 Desember? Sejumlah orang kemudian membuat banyak teori, yang seolah-olah ingin menunjukkan bahwa hari raya Natal di tanggal 25 Desember berasal dari kebiasaan kafir. Apakah benar demikian?
Keberatan dan tanggapan tentang perayaan Natal 25 Desember
Berikut ini adalah penjelasan yang kami sarikan dari buku karangan Taylor Marshall, The Eternal City: Rome and Origins of Catholic Christianity, ((Link: http://taylormarshall.com/2012/12/yes-christ-was-really-born-on-december.html)), [teks dalam kurung adalah tambahan dari Katolisitas]:
Gereja Katolik, setidaknya sejak abad kedua, telah mengklaim bahwa Kristus lahir di tanggal 25 Desember. Meskipun demikian, ada banyak pendapat bahwa Tuhan kita Yesus Kristus tidak lahir pada tanggal itu. Berikut ini adalah tiga macam keberatan yang umum terhadap tanggal tersebut, dan tanggapan atas masing-masing keberatan itu:
Keberatan 1: Tanggal 25 Desember dipilih untuk mengganti festival pagan Romawi, yang dinamakan Saturnalia. Saturnalia adalah festival musim dingin yang populer, sehingga Gereja Katolik dengan bijak menggantikannya dengan perayaan Natal.
Tanggapan atas Keberatan 1: Saturnalia adalah peringatan winter solstice, yaitu titik terjauh matahari dari garis khatulistiwa bumi. Namun demikian titik winter solstice jatuh pada tanggal 22 Desember. Memang benar bahwa perayaan Saturnalia dapat dimulai sejak tanggal 17 Desember sampai 23 Desember. Tetapi dari tanggalnya sendiri, tidak cocok [tidak ada kaitannya dengan tanggal 25 Desember].
Keberatan 2: Tanggal 25 Desember dipilih untuk menggantikan hari libur Romawi, Natalis Solis Invicti, yang artinya, “Kelahiran dari Matahari yang tak Terkalahkan” [atau dikenal sebagai kelahiran dewa matahari]
Tanggapan atas Keberatan 2: Pertama-tama, mari memeriksa kultus Matahari yang tak Terkalahkan. Kaisar Aurelian memperkenalkan kultus Sol Invictus atau Matahari yang tak Terkalahkan di Roma tahun 274. Aurelian mendirikan pergerakan politik dengan kultus ini, sebab namanya sendiri Aurelian, berasal dari kata Latin aurora, yang artinya “matahari terbit”. Uang logam koin masa itu menunjukkan bahwa Kaisar Aurelian menyebut dirinya sendiri sebagai Pontifex Solis atau Pontiff of the Sun (Imam Agung Matahari). Maka Kaisar Aurelian mendirikan kultus matahari itu dan mengidentifikasikan namanya dengan dewa matahari, di akhir abad ke-3.
Yang terpenting, tidak ada bukti historis tentang adanya perayaan Natalis Sol Invictus pada tanggal 25 Desember, sebelum tahun 354. Dalam sebuah manuskrip yang penting di tahun 354, terdapat tulisan bahwa tanggal 25 Desember tertulis, “N INVICTI CM XXX.” Di sini N berarti “nativity/ kelahiran”. INVICTI artinya “Unconquered/ yang tak terkalahkan”. CM artinya, “circenses missus/ games ordered/ permainan yang ditentukan/ diperintahkan.” Angka Romawi XXX sama dengan tiga puluh. Maka tulisan tersebut artinya ialah 30 permainan yang ditentukan untuk kelahiran Yang tak terkalahkan, pada tanggal 25 Desember. Perhatikan bahwa di sini kata “matahari” tidak disebutkan. [Maka bagaimana dapat dipastikan bahwa itu mengacu kepada dewa matahari?]. Selanjutnya, naskah kuno tersebut juga menyebutkan, “natus Christus in Betleem Iudeae/ kelahiran Kristus di Betlehem, Yudea” di tanggal 25 Desember itu. ((The Chronography of AD 354. Part 12: Commemorations of the Martyrs. MGH Chronica Minora I (1892), pp. 71-2.))
Tanggal 25 Desember baru menjadi hari “Kelahiran Matahari yang tak terkalahkan” sejak pemerintahan kaisar Julian yang murtad. Kaisar Julian pernah menjadi Kristen, tetapi telah murtad dan kembali ke paganisme Romawi. Sejarah menyatakan bahwa Kaisar Julian itulah yang menentukan hari libur pagan tanggal 25 Desember… Ini menyatakan apa?
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa “Matahari yang tak terkalahkan” bukanlah dewa yang popular di kekaisaran Romawi [sebab sebenarnya bukan dewa, tetapi suatu karakter yang dihubungkan dengan kaisar tertentu.] …Lagi pula, tradisi perayaan pada tanggal 25 Desember tidak ada dalam kalender Romawi sampai setelah Roma menjadi negara Kristen. Kelahiran Sang Matahari yang Tak Terkalahkan adalah sesuatu yang jarang dikenal dan tidak popular. Perayaan Saturnalia yang disebut di atas lebih popular … Sepertinya, lebih mungkin bahwa Kaisar Julian yang murtad itulah yang berusaha untuk memasukkan hari libur pagan, untuk menggantikan perayaan Kristen.
[Tambahan dari Katolisitas:
Maka penghubungan tanggal 25 Desember dengan perayaan agama pagan, itu sejujurnya adalah hipotesa. Silakan Anda klik di Wikipedia, bahwa penghormatan kepada dewa Sol Invictus di kerajaan Romawi, itu dimulai tanggal 274 AD. Maka penghormatan umat Kristen kepada Kristus, Sang Terang Dunia (Yoh 9:5), itu sudah ada lebih dulu daripada penghormatan kepada dewa Sol Invictus/ dewa matahari kerajaan Romawi. Nyatanya memang ada sejumlah orang yang menghubungkan peringatan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember dengan perayaan dewa Sol Invictus itu. Sumber Wikipedia itu sendiri ((Link: https://en.wikipedia.org/wiki/Sol_Invictus#Sol_Invictus_and_Christianity_and_Judaism)) menyatakan bahwa hipotesa ini secara serius layak dipertanyakan. Bukti prasasti di zaman Kaisar Licinius, menuliskan bahwa perayaan dewa Sol itu jatuh tanggal 19 Desember. Prasasti tersebut juga menyebutkan persembahan kepada dewa Sol itu dilakukan di tanggal 18 November. (Wallraff 2001: 174–177). Bukti ini sendiri menunjukkan adanya variasi tanggal perayaan dewa Sol, dan juga bahwa perayaannya tersebut baru marak dilakukan di abad ke-4 dan 5, jauh setelah zaman Kristus dan para Rasul. Dengan demikian, pandangan yang lebih logis adalah bahwa para kaisar itu yang “mengadopsi” perayaan Natal 25 Desember sebagai perayaan dewa matahari-nya mereka, daripada kita umat Kristen yang mengadopsinya dari mereka.]
Keberatan 3: Kristus tidak mungkin lahir di bulan Desember sebab St. Lukas menjabarkan bahwa para gembala menggembalakan domba-domba di padang Betlehem. Gembala tidak menggembalakan pada saat musim dingin. Maka Kristus tidak mungkin lahir di musim dingin.
Tanggapan terhadap Keberatan 3: Palestina bukan Inggris atau Rusia atau Alaska. Betlehem terletak di lintang 31.7 [dari garis khatulistiwa, lebih dekat sedikit ke khatulistiwa daripada kota Dallas, Texas di Amerika, 32.8]. Adalah masih nyaman untuk berada di luar di bulan Desember di Dallas, [maka demikian juga dengan di Betlehem]. Sebab di Italia, yang terletak di garis lintang yang lebih tinggi dari Betlehem, seseorang masih dapat menggembalakan domba di akhir bulan Desember.
Penentuan kelahiran Kristus berdasarkan Kitab Suci
Penentuan kelahiran Kristus berdasarkan Kitab Suci, terdiri dari 2 langkah. Pertama adalah menentukan kelahiran St. Yohanes Pembaptis. Langkah berikutnya adalah menggunakan hari kelahiran Yohanes Pembaptis sebagai kunci untuk menentukan hari kelahiran Kristus. Kita dapat menemukan bahwa Kristus lahir di akhir Desember dengan mengamati kali pertama dari tahun itu, yang disebutkan oleh St. Lukas, St. Zakaria melayani di bait Allah. Ini memberikan kepada kita perkiraan tanggal konsepsi St. Yohanes Pembaptis. Dari sini dengan mengikuti kronologis yang diberikan oleh St. Lukas, kita sampai pada akhir Desember sebagai hari kelahiran Yesus.
St. Lukas mengatakan bahwa Zakaria melayani pada ‘rombongan Abia’ (Luk 1:5). Kitab Suci mencatat adanya 8 rombongan di antara 24 rombongan imamat (Neh 12:17). Setiap rombongan imam melayani satu minggu di bait Allah, dua kali setahun. Rombongan Abia melayani di giliran ke-8 dan ke-32 dalam siklus tahunan. Namun bagaimana siklus dimulai?
Josef Heinrich Friedlieb telah dengan meyakinkan menemukan bahwa rombongan imam pertama, Yoyarib, bertugas sepanjang waktu penghancuran Yerusalem pada hari ke-9 pada bulan Yahudi yang disebut bulan Av. ((Josef Heinrich Friedlieb’s Leben J. Christi des Erlösers. Münster, 1887, p. 312.)) Maka masa rombongan imamat Abia (yaitu masa Zakaria bertugas) melayani adalah minggu kedua bulan Yahudi yang disebut Tishri, yaitu minggu yang bertepatan dengan the Day of Atonement, hari ke-10. Di kalender kita, the Day of Atonement dapat jatuh di hari apa saja dari tanggal 22 September sampai dengan 8 Oktober.
Dikatakan dalam Injil bahwa Elisabet mengandung ‘beberapa lama kemudian/ after these days‘ setelah masa pelayanan Zakaria (lih. Luk 1:24). Maka konsepsi St. Yohanes Pembaptis dapat terjadi sekitar akhir September, sehingga menempatkan kelahiran St. Yohanes Pembaptis di akhir Juni, meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran St. Yohanes Pembaptis tanggal 24 Juni.
Buku Protoevangelium of James dari abad ke-2 menggambarkan St. Zakaria sebagai imam besar dan memasuki tempat maha kudus…. dan ini mengasosiasikan dia dengan the Day of Atonement, yang jatuh di tanggal 10 bulan Tishri (kira-kira akhir September). Segera setelah menerima pesan dari malaikat Gabriel, Zakaria dan Elizabet mengandung Yohanes Pembaptis. Perhitungan empat puluh minggu setelahnya, menempatkan kelahiran Yohanes Pembaptis di akhir Juni, meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran St. Yohanes Pembaptis tanggal 24 Juni.
Selanjutnya… dikatakan bahwa sesaat setelah Perawan Maria mengandung Kristus, ia pergi untuk mengunjungi Elisabet yang sedang mengandung di bulan yang ke-6. Artinya umur Yohanes Pembaptis 6 bulan lebih tua daripada Yesus Kristus (lih. Luk 1:24-27, 36). Jika 6 bulan ditambahkan kepada 24 Juni maka diperoleh 24-25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus. Jika tanggal 25 Desember dikurangi 9 bulan, diperoleh hari peringatan Kabar Gembira (Annunciation) yaitu tanggal 25 Maret… Maka jika Yohanes Pembaptis dikandung segera setelah the Day of Atonement, maka tepatlah penanggalan Gereja Katolik, yaitu bahwa kelahiran Yesus jatuh sekitar tanggal 25 Desember.
Selain itu Tradisi Suci juga meneguhkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus. Sumber dari Tradisi tersebut adalah kesaksian Bunda Maria sendiri. Sebagai ibu tentu ia mengetahui dengan rinci tentang kelahiran anaknya [dan ini yang diteruskan oleh para rasul dan para penerus mereka]. Bunda Maria pasti mengingat secara detail kelahiran Yesus ini yang begitu istimewa, yang dikandung tidak dari benih laki-laki, yang kelahirannya diwartakan oleh para malaikat, lahir secara mukjizat dan dikunjungi oleh para majus.
Sebagaimana umum bahwa orang bertanya kepada orangtua yang membawa bayi akan umur bayinya, demikian juga orang saat itu akan bertanya, “berapa umur anakmu?” kepada Bunda Maria. Maka tanggal kelahiran Yesus 25 Desember (24 Desember tengah malam), akan sudah diketahui sejak abad pertama. Para Rasul pasti akan sudah menanyakan tentang hal ini dan baik St. Matius dan Lukas mencatatnya bagi kita. Singkatnya, adalah sesuatu yang masuk akal jika para jemaat perdana telah mengetahui dan merayakan kelahiran Yesus, dengan mengambil sumber keterangan dari ibu-Nya.
Kesaksian berikutnya adalah dari para Bapa Gereja abad-abad awal (abad 1 sampai awal abad 4) di masa sebelum pertobatan Kaisar Konstantin dan kerajaan Romawi. Para Bapa Gereja tersebut telah mengklaim tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus.
Catatan yang paling awal tentang hal ini adalah dari Paus Telesphorus (yang menjadi Paus dari tahun 126-137), yang menentukan tradisi Misa Tengah malam pada Malam Natal… Kita juga membaca perkataan Teofilus (115-181) seorang Uskup Kaisarea di Palestina: “Kita harus merayakan kelahiran Tuhan kita pada hari di mana tanggal 25 Desember harus terjadi.” ((Magdeburgenses, Cent. 2. c. 6. Hospinian, De origine Festorum Christianorum.))
Tak lama kemudian di abad kedua, St. Hippolytus (170-240) menulis demikian: “Kedatangan pertama Tuhan kita di dalam daging terjadi ketika Ia dilahirkan di Betlehem, di tanggal 25 Desember, pada hari Rabu, ketika Kaisar Agustus memimpin di tahun ke-42, …. Ia [Kristus] menderita di umur tiga puluh tiga, tanggal 25 Maret, hari Jumat, di tahun ke-18 Kaisar Tiberius, ketika Rufus dan Roubellion menjadi konsul. ((St. Hippolytus of Rome, Commentary on Daniel.))
Dengan demikian tanggal 25 Maret menjadi signifikan, karena menandai hari kematian Kristus (25 Maret sesuai dengan bulan Ibrani Nisan 14- tanggal penyaliban Yesus. Kristus, sebagai manusia sempurna- dipercaya mengalami konsepsi dan kematian pada hari yang sama, yaitu tanggal 25 Maret…Maka tanggal 25 Maret dianggap istimewa dalam tradisi awal Kristiani. 25 Maret ditambah 9 bulan, membawa kita kepada tanggal 25 Desember, yaitu kelahiran Kristus di Betlehem.
St. Agustinus meneguhkan tradisi 25 Maret sebagai konsepsi Sang Mesias dan 25 Desember sebagai hari kelahiran-Nya: “Sebab Kristus dipercaya telah dikandung di tanggal 25 Maret, di hari yang sama saat Ia menderita; sehingga rahim Sang Perawan yang di dalamnya Ia dikandung, di mana tak seorang lain pun dikandung, sesuai dengan kubur baru itu di mana Ia dikubur, di mana tak seorang pun pernah dikuburkan di sana, baik sebelumnya maupun sesudahnya. Tetapi Ia telah lahir, menurut tradisi, di tanggal 25 Desember.” ((St. Augustine, De Trinitate, 4, 5.))
Di sekitar tahun 400, St. Agustinus juga telah mencatat bagaimana kaum skismatik Donatist merayakan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus, tetapi mereka menolak merayakan Epifani di tanggal 6 Januari, sebab mereka menganggapnya sebagai perayaan baru tanpa dasar dari Tradisi Apostolik. Skisma Donatist berasal dari tahun 311, dan ini mengindikasikan bahwa Gereja Latin telah merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember sebelum tahun 311. Apapun kasusnya, perayaan liturgis kelahiran Kristus telah diperingati di Roma pada tanggal 25 Desember, jauh sebelum Kristianitas dilegalkan dan jauh sebelum pencatatan terawal dari perayaan pagan bagi kelahiran Sang Matahari yang tak Terkalahkan. Untuk alasan ini, adalah masuk akal dan benar untuk menganggap bahwa Kristus benar telah dilahirkan di tanggal 25 Desember, dan wafat dan bangkit di bulan Maret, sekitar tahun 33.
Sedangkan tentang perhitungan tahun kelahiran Yesus, menurut Paus Benediktus XVI dalam bukunya Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives, adalah sekitar tahun 7-6 BC. Paus mengutip pandangan seorang astronomer Wina, Ferrari d’ Occhieppo, yang memperkirakan terjadinya konjungsi planet Yupiter dan Saturnus yang terjadi di tahun 7-6 BC (yang menghasilkan cahaya bintang yang terang di Betlehem), yang dipercaya sebagai tahun sesungguhnya kelahiran Tuhan Yesus. ((Pope Benedictus XVI, Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives, kindle version, loc. 1097-1101))
salam Katolisitas…
Bagaimana kita menanggapi pernyataan Bapa Suci Paus Benediktus XVI yang tersebar di media bahwa kelahiran YESUS bukan tanggal 25 Desember ?.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban ini, silakan klik]
Salam Kasih Tuhan Yesus,
Berbicara tentang Peringatan hari Lahir dan wafat Yesus Kristus, tentang kelahiran Yesus tidak seorang pun yang tahu persisnya, puji Tuhan peringatan itu tetap ada hingga sekarang. Karena Mesias baru muncul pada tahun ke tiga puluh (Masahi). Kita tidak perlu berpolemik tentang kapan tepatnya Yesus lahir dan bulan apa Yesus di Salib. Yang terpenting bagi kita adalah makna kelahiran Kristus Yesus dan Wafat Kristus Yesus.
Tetapi untuk sekedar diketahui saja perkiraan bulan kelahiran Kristus Yesus menurut Injil Lukas 1:26 Dalam bulan yang ke enam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi kesebuah kota di Galilea bernama Nazaret. ay 27, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Perhatikan kata bulan ke enam, menurut penanggalan paska pembuangan adalah bulan ELUL, jika dikomparasi dengan tahun Masahi adalah antara bulan Agustus -September, (sumber: Ensiklopedi Alkitab hal. 498), bulan ELUL Maria mulai mengandung. Ketika Maria berkunjung ke rumah Elisabet, dan tiga bulan berikutnya Elisabet melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Yohanes. Maka Yohanes lahir pada bulan ke sembilan yaitu bulan KISLEV dan bila dikomparasi dengan tahun masahi adalah bulan Nov -Des.
Jadi yang lahir antara bulan Nov -Des adalah Yohanes (Pembaptis). Lima bulan berikutnya jatuh pada bulan IYAR dalam tahun masahi antara bulan April – Mei, Anak Manusia Yesus lahir.
Menurut dosen agama saya, sewaktu saya kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Katolik di Yogya, dosen saya seorang Pastur, kepada mahasiswa menjelaskan bahwa sebelum tahun masahi ada, Yesus telah lahir. Pada waktu itu Yesus berusia antara enam/tujuh tahun. Saya membaca dalam Ensiklopedi Alkitab, tercantum Yohanes (Pembabtis) dan Yesus lahir antara 7/8 tahun(SM?). –> sumber Ensiklopedi Alkitab hal 598. Perkataan dosen agama (Pastur) dan Enslklopedi cocok.
Kesimpulanya Yesus lahir antara bulan April- Mei. Tetapi bagi kita hal ini tidkaklah penting, dan bukan untuk diperdebatkan, hanya untuk sekedar menambah pengetahuan kita semata.
Justru yang terpenting bagi kita adalah makna tentang kelahiran Yesus dan Wafat Yesus. yang biasa disebut Natal dan Paskah.
Makna Natal adalah bukan sekedar peringatan setahun sekali kelahiran Yesus, tetapi yang lebih penting lagi bahwa Natal yang dikehedaki Tuhan Yesus sekarang ini adalah lahirnya bayi -bayi Natal setiap saat, setiap waktu, setiap hari, bukan setahun sekali!
Manusia harus lahir dari air dan Roh, inilah makna Natal yang paling utama. Yohanes 3: 5 Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Kita harus lahir kembali, supaya kita bukan diperanakkan dari darah dan danging, bukan juga diperanakkan secara jasmani oleh keinginan laki-laki, melainkan dari Allah.
Yohanes 1 :13 Orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Makna Paskah, sebelum kita berbicara makna paskah, terlebih dahulu baiklah kita awali dengan paskah yang pertama kali diadakan oleh Musa ketika masih berada di Mesir.
Allah perintahkan kepada Musa agar terhindar dari kematian anak-anak sulung, maka harus diadakan perayaan Paskah, dengan mengorbankan anak domba. Darah domba yang dioleskan ke dua tiang pintu dan ambang atas. Keluaran 12: 1-28
Makna Paskah adalah Yesus telah menggenapi nubuat Musa tentang Paskah dan menjadi Anak Domba Paskah yang dikorbankan untuk semua manusia. Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini , sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap prang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Yang terpenting lagi adalah sebelum Yesus bangkit, Yesus membebaskan tawanan Iblis yang berada di Haides. Satu-satunya yang dapat membebaskan arwah orang-orang mati adalah Yesus Kristus, itu pun Yesus harus mati dahulu. dan masih dalam alam Roh, Yesus masuk ke Haides untuk m,emberitakan Injil kepada orang-orang mati. Petrus 4:6 dan 1 Petrus 3:18-20 , Mazmur 68:19, Wahyu 7: 9,14 Effesus 4: 8-10.
Kesimpulan:
Natal adalah setiap orang harus lahir kembali –>Yohanes 3:3
Natal artinya setiap orang harus lahir dari air dah Roh –> Yohanes 3:5
Paskah adalah korban darah Anak Domba yaitu kematian mesias Kristus Yesus demi pengampunan dosa dan hidup kekal bagi dunia.
Tuhan Yesus memberkati
Shalom Petrus,
Gereja Katolik tidak menghubungkan frasa “Dalam bulan yang ke-enam” (Luk 1:26) dengan bulan ELUL. Sebab ayat itu (Luk 1:26) tidak berdiri sendiri namun merupakan kelanjutan dengan ayat sebelumnya, yaitu ayat 24 dan 25, sehingga demikian:
“Beberapa lama kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya: “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria….” (Luk 1:24-27)
Dengan demikian, frasa “dalam bulan yang keenam” maksudnya adalah bulan ke-enam dari masa kandungan bayi dalam rahim Elisabet, dan bukan bulan keenam dari tahun. Orang-orang yang menginterpretasikan frasa tersebut sebagai bulan keenam dari tahun, adalah mereka yang memisahkan ayat Luk 1:26 dari konteks ayat yang sebelumnya. Atau, ayat ini dianggap berdiri sendiri, dipisahkan dari konteksnya. Akibatnya, mereka malah mendapat pengertian yang tidak tepat. Perlu diketahui bersama bahwa pembagian bab/ perikop dalam Kitab Suci seperti yang ada pada kita sekarang, itu berasal dari Abad Pertengahan, dipercaya dilakukan oleh Uskup Agung Canterbury yang bernama Stephen Langton (1150-1228). Namun sesungguhnya Kitab Suci itu merupakan satu kesatuan tulisan yang terkait satu sama lain, sehingga untuk memahami suatu ayat, perlu dilihat konteksnya dari ayat-ayat sebelumnya, ataupun sesudahnya.
Dengan prinsip ini, maka frasa “dalam bulan yang keenam” itu adalah untuk diartikan (menurut Theophylact, seorang ahli kitab suci dan ahli sejarah di abad ke-7), bahwa dalam bulan keenam setelah konsepsi Yohanes Pembaptis dalam kandungan Elisabet, Allah mengutus malaikat-Nya kepada Maria, untuk memberitakan bahwa seorang Penyelamat akan lahir. Kita harus memahaminya bahwa bulan keenam ini adalah bulan Maret, dan pada hari ke-25 di mana dikatakan Tuhan Yesus telah dikandung, dan telah menderita dan wafat (pada tanggal 25 Maret/ 14 Nisan), dan juga kemudian telah lahir pada tanggal 25 Desember, sebagaimana telah dijabarkan di artikel di atas.
Demikianlah kita melihat dengan jelas di sini bahwa penjelasan para Bapa Gereja dapat membantu kita menginterpretasikan Kitab Suci dengan benar, sehingga kita terhindar dari kebingungan yang tidak perlu, dengan berusaha menginterpretasikan sendiri makna “bulan keenam” tersebut.
Memang benar makna Natal adalah kelahiran, dalam hal ini adalah kelahiran Tuhan Yesus Kristus Penyelamat Dunia. Pada hari Natal, kita memang dapat mengingat kelahiran kita kembali di dalam air dan Roh (Yoh 3:5) yaitu di saat Pembaptisan kita. Namun jangan sampai makna spiritual ini mengalahkan makna literal yang sesungguhnya, yaitu bahwa Yesus Kristus Penyelamat kita pernah sungguh-sungguh lahir dan masuk ke dalam sejarah manusia. Artinya, perayaan hari kelahiran-Nya pada hari Natal, bukanlah untuk merayakan suatu peristiwa fiktif, namun merupakan peristiwa historis yang terbesar dalam sejarah: yaitu bahwa Kristus Sang Putera Allah telah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Kristus yang sama itu, akhirnya wafat disalibkan, dan pada hari ketiga bangkit dengan mulia, sebagaimana telah dikatakan-Nya. Demikianlah digenapi teks Kitab Suci ini: “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1Yoh 4:10)
Sedangkan tentang perhitungan tahun kelahiran Yesus, menurut Paus Benediktus XVI dalam bukunya Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives, memang adalah sekitar tahun 7-6 BC. Paus mengutip pandangan seorang astronomer Wina, Ferrari d’ Occhieppo, yang memperkirakan terjadinya konjungsi planet Yupiter dan Saturnus yang terjadi di tahun 7-6 BC (yang menghasilkan cahaya bintang yang terang di Betlehem), yang dipercaya sebagai tahun sesungguhnya kelahiran Tuhan Yesus.
Demikianlah tanggapan saya atas komentar Anda. Semoga juga dapat menjadi masukan bagi Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya mau nanya Ditulisan Bapak dan Ibu mengatakan bahwa yesus meninggal bulan maret tapi di kalender selalu Yesus meninggalnya dibulan April dan perayaan paskah selalu bulan April bagaimana nih perhitungan kalendernya?
Shalom Rydwan,
Para ahli memperkirakan bahwa Yesus wafat di salib pada tanggal 14 Nisan menurut kalender Ibrani, yang kalau dikonversikan ke kalender kita sekarang (kalender Gregorian) adalah sekitar tanggal 25 Maret (jika mengambil tahun 31 AD). Silakan Anda gunakan tabel konversi yang ada di beberapa situs, yang kurang lebih menyatakan demikian. Jika Jumat Agung jatuh tanggal 25 Maret, maka Paskah adalah 27 Maret saat itu.
Nah, sedangkan mengapa perayaan Paskah di masa sekarang jatuh antara tanggal 22 Maret sampai 25 April, pernah dijelaskan secara sekilas di jawaban ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
tahun Anno Dominum itu maksudnya tahun apa?
Shalom Basilius,
Anno Domini (AD) secara harafiah artinya adalah Dalam Tahunnya Tuhan (In the Year of the Lord), atau sering dihubungkan secara khusus dengan Kristus, Anno Domini Nostri Iesu (Jesu) Christi (“In the Year of Our Lord Jesus Christ”).
Tahun ini dipergunakan dalam dalam penghitungan kalender Julian dan Gregorian, di mana tahun AD dihitung sebagai awal perhitungan tahun dalam sistem kalender mereka. Maka tahun AD ini membagi sejarah manusia menjadi dua bagian, yaitu BC/ Before Christ / Sebelum Masehi, dan AD/ Anno Domini/ Setelah Masehi. Tidak ada tahun 0 di sini, yang ada setelah 1 BC adalah 1 AD.
Sistem penanggalan/ kalender Gregorian adalah sistem penanggalan yang berlaku secara umum di dunia saat ini. Silakan membaca tentang kronologis sistem kalender yang pernah terjadi dalam sejarah, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Topik ini menunjukkan perlunya METODE membaca KS: KS tidak untuk dibaca sebagai semacam ensiklopedia, atau untuk replika masa silam, atau kitab ilmu pengetahuan atau kitab ilmu sejarah, tetapi pada hakekat atau pesan moral pedagogis yang hendak dikandungnya.
Taurat dan Injil (Yesus) sudah memberikan pedoman membaca KS: Hukum Kasih sebagai HUKUM TERTINGGI, DASAR segala hukum dan KS. Orang yg berpegang pada hukum tertinggi atau dasar KS itu, tidak bingung hal akurasi tanggal atau akar tradisi Natal itu. Sejauh Natal itu didasarkan pada hukum tertinggi yaitu demi KASIH KEPADA TUHAN (baca: untuk memuliakan Tuhan) dan untuk kasih kepada sesama (baca: kemaslahatan/keselamatan/kebaikan manusia) maka adalah SAH berdasar hukum tertinggi atau mendapat upah dari Tuhan. GBU
[dari katolisitas: Karena argumentasi yang Anda berikan adalah selalu sama – yaitu tentang hukum kasih – lepas dari topik bahasan apapun, maka mohon untuk berfokus pada diskusi hukum kasih di sini – silakan klik. Sebelum kita menyelesaikan topik bahasan tersebut, maka mohon maaf bahwa semua komentar dari Anda yang merupakan pengulangan tidak dapat kami masukkan di situs ini. Mohon pengertiannya.]
Saya sudah beberapa kali membaca posting anda ( Irwan Saragih)
Selalu berpusat pada hukum kasih…
Menurut saya hukum kasih itu harus di dasarkan pada pengertian menurut ajaran Gereja Katolik….
Hukum kasih tidak bisa di lepaskan dari ajaran Gereja Katolik…
Ketaatan terhadap ajaran Gereja Katolik merupakan salah satu bentuk hukum kasih…
Tanpa ketaatan sangat mustahil bisa membentuk hukum kasih…
Hukum kasih juga harus di dasarkan pada kebenaran sejati yang bersumber dari ajaran Gereja Katolik…
Jika anda sulit untuk tunduk ( ketaatan) kepada ajaran Gereja Katolik maka anda tidak mencerminkan hukum kasih itu sendiri…
Karena Gereja Katolik lah yang menjabarkan hukum kasih dalam bentuk konsili, KGK, ensiklik, dan juga Tradisi suci…
Kalau anda tidak sependapat dengan ajaran Gereja Katolik, bagaimana anda dapat menerapkan hukum kasih dalam kehidupan anda sendiri…
Hukum Kasih menurut ajaran Gereja Katolik pasti sangat keras menurut saudara dan umat non katolik, tetapi salah satu unsur dari hukum kasih adalah kebenaran sejati…
Allah dari awal tidak menentukan manusia masuk ke surga atau ke neraka tetapi akhirnya ada juga arwah yang masuk ke neraka… apakah itu menjadi indikator bahwa Allah bukan lagi sebagai sumber kasih ( Allah maha pengampun)…
Apakah ketika Allah mengusir Adam dan Hawa, berarti Allah sangat kejam dan bukankah itu semua bersumber dari Ular ( setan ) sehingga Adam dan Hawa jatuh dalam jebakan, mengapa Adam dan Hawa tetap di hukum, Di mana keadilam Allah? bukankah Allah adalah sumber kasih…
Gereja Katolik harus memegang teguh ajaran Katolik ( yang bersumber dari hukum kasih ) meskipun banyak umat non katolik dan saudara sendiri tidak dapat menerima itu semuanya…
Apakah anda menginginkan Gereja Katolik dalam mewartakan kabar gembira menyembunyikan jati diri ( kebenaran sejati) terhadap ajaran katolik agar di terima oleh masyarakat luas… tetapi dengan akibatnya seluruh umat di dunia tidak mengenal lagi kebenaran sejati dalam ajaran katolik…
perlu di ketahui bahwa katolisitas.org bersumber pada ajaran Gereja Katolik…
Menurut injil yang pernah saya baca yesus memang lahir dari seorang perawan maria. Tapi tanggal kelahirannya tidak dicatat oleh sejarah karena, kelahiran yesus sebagai musuh pemerintah herodes waktu itu. Dan injil mencatat bahwa waktu itu gembala gembala sedang mengembalakan dombanya sampai petang hari. Bagaimana bisa mengembalakan domba sampai petang hari kalau tanggal 25 desember itu adalah musim salju? Dan lagi bintang bintang dilangit bercahaya memberitakan kelahir putra allah itu? Menurut pendapat saya dalam kita meyakini sesuatu harus jelas akan kebenarannya. Kalau kita ragu ragu nanti kita ragu ragu juga diselamatkan oleh tuhan, bukan? Yesus ada mengirimkan pesan seberapa banyak kali kamu mengadakan perjamuan kudus, kamu telah memperingati akan hari kelahiranku, kematianku dan kebangkitanKu naik kesurga. Jadi intinya Yesus benar lahir kedunia, tapi tanggal 25 desember itu bukan hari kelahiran Yesus.
Shalom Chairul,
Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan dan kami tanggapi, silakan klik untuk membacanya.
Menurut St. Yohanes Krisostomus, tanggal kelahiran Yesus, memang adalah tanggal 25 Desember dihitung dari kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria, ayah Yohanes Pembaptis, adalah imam agung yang memimpin ibadah pada hari Atonement yang jatuh sekitar tanggal 24 September (pada saat ia menerima kabar dari malaikat bahwa istrinya Elisabet akan mengandung). Yohanes Pembaptis lahir 9 bulan sesudahnya, yaitu tanggal 24 Juni; dan Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember (sumber: New Catholic Encyclopedia, Vol. 3: Can-Col, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p.655-656).
Kelahiran Yohanes Pembaptis yang dihitung dari hari di mana Zakaria ayahnya melakukan tugas sebagai imam Agung pada hari Atomenent, yaitu 24 September, adalah suatu tanggal fix (tetap) dan dicatat dalam sejarah. Maka tanggal ini dapat dijadikan patokan untuk menghitung hari kelahiran Yesus. Jika Yohanes Pembaptis kemudian lahir di tanggal 24 Juni, maka Yesus lahir enam bulan sesudahnya, sebab ketika mengunjungi Maria, malaikat itu menyebutkan bahwa Elizabet telah mengandung 6 bulan. Karena Yesus dikatakan lahir di malam hari/ tengah malam (lih. Luk 2:8), maka kelahiran Yesus diperkirakan tanggal 25 Desember.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Perayaan natal sudah muncul dalam penglihatan nabi Yesaya dlm Yes 60:13. Jika kita membaca kitab suci dengan teliti, maka natal memang layak dirayakan. Naskah peristiwa natal sangat memadai. Dari injil Mat ttg silsilah Yesus: yg lahir di hari itu Yesus, yg paling besar diantara seluruh keturunan Abraham bahkan lebih besar dari Abraham. Dari injil Lukas: di hari itu sejumlah besar bala tentara sorga tampak memuji Allah yg berinkarnasi. Berbahagialah kita yg merayakannya bersama laskar surgawi. Iman, kasih, dan pengharapan menggerakkan jiwa raga kita hadir dalam ekaristi kudus di hari natal, bukan di mall atau acara hura2 lainnya.
Berkah Dalem saudara admin..
Mau tanya, Apakah benar Yesus tidak dilahirkan tanggal 25 Desember?
Trimakasih
[Dari Katolisitas: Menurut St. Yohanes Krisostomus, Natal memang jatuh pada tanggal 25 Desember, dengan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria, ayah Yohanes Pembaptis, adalah imam agung yang memimpin ibadah pada hari Atonement yang jatuh sekitar tanggal 24 September (pada saat ia menerima kabar dari malaikat bahwa istrinya Elisabet akan mengandung). Yohanes Pembaptis lahir 9 bulan sesudahnya, yaitu tanggal 24 Juni; dan Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember (sumber: New Catholic Encyclopedia, Vol. 3: Can-Col, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p.655-656).
Selanjutnya, silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
artikelnya lumayan bagus, tapi ada yang ingin saya tanyakan…
adakah dasar dalam alkitab atau perintah untuk merayakan natal??? jika tidak memiliki dasarnya dan perintah dalam alkitab. jadi ajaran dari manakah ini…
Perayaan natal baru ada dalam ajaran Kristen Katholik Roma pada abad ke 4 dan ini pun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana pada abad ke 1 sampai abad ke 4 M masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.
natal itu bukan ajaran bibel (alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya.
natal yang katanya ibadah yang paling sakral, paling populer. Tetapi sungguh ironis dan lucu, ternyata masih banyak yang tidak tahu dan tidak paham bahwa natal itu tidak ada perintahnya dalam alkitab. Artinya natal itu tidak relevan bahkan menyimpang dari isi alkitab.
Faktanya tidak ada satu pun perintah untuk merayakan natal yang tercantum di dalam alkitab yang sering juga disebut bible atau injil. Padahal alkitab yang diyakini sebagai Kitab Suci Firman Tuhan, semestinya menjadi acuan dan pedoman dalam melakukan perkara apapun, apalagi perkara sepenting natal.
Dengan kata lain kalau memang natal itu perkara penting bagi Tuhan, tentulah Tuhan memfirmankannya. Lalu bagaimana mungkin gereja bisa mengabaikan Fakta bahwa natal tidak tercantum di alkitab???
Shalom Alvin,
Tidak ada yang menyatakan bahwa Alkitab menyatakan bahwa perayaan Natal adalah tanggal 25 Desember. Walaupun tidak disebutkan tanggal 25 Desember, namun adalah fakta bahwa Kristus telah lahir dan masuk dalam sejarah umat manusia. Oleh karena itu, di abad-abad awal, banyak para pemikir Gereja yang mencoba menentukan kapan Kristus lahir. Namun, para pemikir tersebut memperoleh kesimpulan berbeda-beda. Beberapa pemikir yang mencoba untuk menghitung tanggal kelahiran Kristus adalah Clement of Alexandria (150-215), Hippolytus (170-235), dll. Dalam kotbah St. Gregorius dari Nissa (335-395) tentang St. Basil (329-379), disebutkan bahwa mereka telah merayakan Natal tanggal 25 Desember. Yohanes Krisostomus juga merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Diskusi lengkap tentang hal ini dapat dibaca di New Advent ini – silakan klik. Dari tradisi-tradisi ini, maka Gereja terus merayakan Natal pada tanggal 25 Desember.
Merayakan Natal bersama seluruh dunia adalah sungguh baik, sehingga Gereja juga dapat membantu umat Allah dengan mempersiapkan hati untuk menyambut Kristus. Hal ini terlihat dari masa Adven, Misa, juga doa harian, yang memberikan renungan-renungan dan bacaan-bacaan tentang kelahiran Kristus.
Sebagai analogi, kalau satu pasang suami istri mengadopsi anak, namun mereka tidak mendapatkan data kelahiran anak tersebut, maka dalam semangat kasih, orang tua tersebut akan menentukan tanggal tertentu untuk memperingati kelahiran anak tersebut di dunia, minimal kelahiran anak tersebut di dalam hidup mereka. Dan ini adalah sesuatu yang baik. Semoga argumentasi ini dapat diterima.
Sebagai permenungan, bagaimana Anda mempersiapkan dan mensyukuri kelahiran Kristus? Kapan hal itu terjadi dan apakah Anda merayakan bersama-sama dengan umat yang lain?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya bingung, merayakan kelahiran Tuhan Yesus apakah boleh dilakukan?
Bukankah itu kelakuan kaum kafir yg suka merayakan kelahiran Tuhan/Raja mereka?
Didalam Alkitab memang tidak ada perintahnya tetapi jangan salah justru ada beberapa ayat yang melarang praktek merayakan kelahiran!
Termasuk merayakan hari ulang tahun bagi diri kita maupun anak-anak kita.
Shalom Yohanes Salim,
Secara umum, sabda Tuhan mengajarkan kita agar kita bersuka cita setiap hari, karena Tuhan sudah menjadikan hari tersebut, “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (Mzm 118:24). Mazmur itu ditulis dalam konteks ucapan syukur atas berkat pertolongan dan penyertaan Tuhan atas bangsa Israel. Nah, sekarang berkat apakah yang terbesar bagi pasangan suami istri? Salah satunya adalah kelahiran anak di tengah mereka. Lihatlah pengalaman sejumlah wanita dalam Kitab Suci, yang tadinya mandul namun kemudian Tuhan berkenan mengaruniakan keturunan. Jika kelahiran adalah sesuatu yang buruk/ kutukan, tentu Kitab Suci tidak perlu mengisahkan suka cita mereka melahirkan keturunan. Namun kenyataannya tidak demikian. Hana mensyukuri kelahiran Samuel, Elizabet mensyukuri kelahiran Yohanes Pembaptis. Maka tentu kelahiran anak dalam keluarga dapat dirayakan, dengan maksud mengucap syukur atas berkat yang Tuhan berikan kepada keluarga tersebut. Kemudian, sang anak itu juga boleh mensyukuri rahmat kehidupan yang diterimanya.
Jika ada sejumlah orang yang melarang perayaan hari ulang tahun, kebanyakan karena mereka mengacu kepada ayat Yer 20:14-18. Namun mereka mengartikan ayat ini terlepas dari konteksnya. Haydock’s Commentary on Holy Scripture menjelaskan bahwa ini adalah perkataan Nabi Yeremia saat ia di penjara. Ungkapan ini, terutama di masyarakat Timur merupakan ungkapan gaya bahasa orang dalam keadaan kesakitan/ penderitaan. Ungkapan yang sama dikeluarkan oleh Ayub (lih. Ayb 3:2). Dalam keadaan tertekan dan menderita ini, mereka teringat akan hari kelahiran mereka yang menjadi awal hidup mereka yang menderita itu, maka mereka menggunakan gaya bahasa tersebut untuk mengungkapkannya. Namun dalam keadaan umumnya, orang tidak mengutuk hari kelahirannya, atau ia tidak hidup dalam keadaan mengalami akibat kutuk [seperti Nabi Yeremia maupun Ayub], maka hal mengutuki hari kelahiran nampaknya adalah hal khusus yang terjadi pada orang-orang dalam keadaan tekanan berat, atau bagi orang-orang yang tidak dapat bersyukur, atau orang-orang yang kehilangan pengharapan, sehingga menganggap hidup sebagai kutukan.
Sedangkan kita yang hidup di zaman sekarang, oleh karena jasa Kristus, kita adalah orang-orang yang diajarkan untuk terus bersyukur senantiasa (lih. 1 Tes 5:16-18), termasuk adalah mensyukuri karunia hidup kita, yang diawali dengan kelahiran kita di dunia, dan karena kita mempunyai pengharapan akan kehidupan kekal:
1. Jika kelahiran kita secara jasmani merupakan gambaran yang disempurnakan dalam kelahiran kita secara rohani di dalam Kristus dalam Pembaptisan, tentulah hari kelahiran adalah suatu hari yang istimewa yang patut juga disyukuri secara istimewa, sebagaimana kita mensyukuri hari Pembaptisan kita. Jika kita gagal mensyukurinya, malah kita yang perlu bertanya kepada diri kita sendiri, mengapa kita gagal melihat kebaikan dan berkat yang begitu besar yang Tuhan berikan kepada kita, sejak hari kelahiran kita di dunia ini.
2. Jika kita mensyukuri kelahiran kita, terlebih lagi kita patut mensyukuri kelahiran Kristus, yang menjadi alasan utama kita mensyukuri karunia hidup ini. Sebab Kristuslah yang memberikan arti bagi kehidupan kita dan membuka jalan bagi kita untuk memperoleh keselamatan dan kehidupan kekal. Maka sudah layak dan sepantasnya kita mensyukuri hari di mana Kristus datang ke dunia untuk mengawali kehadiran-Nya di tengah umat manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Mengenai kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember, ini merupakan dogma yang tidak dapat salah atau sebenarnya Gereja tidak pernah menyatakan bahwa Kristus lahir pada tanggal 25 Desember tetapi hanya merayakannya pada tanggal itu?
Shalom Sparx,
Penentuan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal bukanlah dogma, namun tradisi (dengan t kecil). Walaupun ada dasar tanggal 25 sebagai hari kelahiran Kristus, namun tentu saja orang dapat berbeda pendapat. Namun, yang harus dipercayai adalah Kristus, yang sungguh Allah telah datang ke dunia dengan mengambil kodrat manusia. Yang terakhir ini adalah dogma.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Jadi sebenarnya Gereja tidak pernah menetapkan bahwa Kristus dilahirkan pada tanggal 25 Desember, tetapi hanya merayakan kelahirannya pada tanggal itu, yang didasarkan pada tradisi sejak dahulu?
Shalom Sparx,
Menjadi fakta bahwa Kristus lahir dalam sejarah umat manusia, namun fakta ini tidak disertai oleh tanggal kelahiran-Nya yang tertulis di dalam Kitab Suci. Oleh karena itu, di abad-abad awal, banyak para pemikir Gereja yang mencoba menentukan kapan Kristus lahir. Namun, para pemikir tersebut memperoleh kesimpulan berbeda-beda. Beberapa pemikir yang mencoba untuk menghitung tanggal kelahiran Kristus adalah Clement of Alexandria, Hippolytus, dll. Dalam kotbah St. Gregorius dari Nissa tentang St. Basil, disebutkan bahwa mereka telah merayakan Natal tanggal 25 Desember. Yohanes Krisostomus juga merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Diskusi lengkap tentang hal ini dapat dibaca di New Advent ini – silakan klik. Dari tradisi-tradisi ini, maka Gereja terus merayakan Natal pada tanggal 25 Desember.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
tarsus, kota asal paulus, makanya kadang disebut paulus tarsus, adalah pusat teologi pagan penyembah dewa metehere si mithras
berdoanya di gua
mithras lahir dri prawan tanpa bapak
mati untuk menebus dosa umat manusia
hari 3 bangkit menjadi dewa/tuhan
saya ga heran ma doktrin katolik tentang ketuhanan yg similiar ma faham pagan tempo dolo
ada 16 crita penyaliban tuk menyelamatkan umat manusia sblm jesus,
baca aja buku : Kersey Graves -The World’s Sixteen Crucified Saviors
same story, same dogma,same doctrine- different era
re-branding
re-packing
same content
[Dari Katolisitas: pesan ini digabungkan, karena masih satu topik dan dikirim oleh pengirim yang sama]
ni sumary nya
Kersey Graves: The World’s Sixteen Crucified Saviors
1. CRUCIFIXION OF CHRISHNA OF INDIA, 1200 B.C.
2. CRUCIFIXION OF THE HINDOO SAKIA, 600 B.C.
3.THAMMUZ OF SYRIA CRUCIFIED, 1160 B.C.
4.CRUCIFIXION OF WITTOBA OF THE TELINGONESIC, 552 B.C.
5. IAO OF NEPAUL CRUCIFIED, 622 B.C.
6. HESUS OF THE CELTIC DRUIDS CRUCIFIED, 834 B.C.
7.QUEXALCOTE OF MEXICO CRUCIFIED, 587 B.C.
8.QUIRINUS OF ROME CRUCIFIED, 506 B.C.
9.(AESCHYLUS) PROMETHEUS CRUCIFIED, 547 B.C.
10.CRUCIFIXION OF THULIS OF EGYPT, 1700 B.C.
11.CRUCIFIXION OF INDRA OF TIBET, 725 B.C.
12.ALCESTOS OF EURIPIDES CRUCIFIED, 600 B.C.
13.ATYS OF PHRYGIA CRUCIFIED, 1170 B.C.
14.CRITE OF CHALDEA CRUCIFIED, 1200 B.C.
15. BALI OF ORISSA CRUCIFIED, 725 B.C.
16. MITHRA OF PERSIA CRUCIFIED, 600 B.C.
17. JESUS AKA YESHUA OF NAZARETH, 33 AD
Shalom Borisworo,
1. Tentang Tarsus dan dewa Mithras
Hal kelahiran Yesus Sang Immanuel dari seorang perawan telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya (lih. Yes 7:14), sejak sekitar 700 tahun sebelum Masehi (700 BC). Maka hal itu bukan baru diajarkan di abad pertama oleh Rasul Paulus dari Tarsus, yang konon adalah kota pagan.
Saya tidak tahu dari mana Anda mendapatkan sumber yang mengatakan bahwa dewa Mithra itu lahir dari perawan. Silakan Anda mencari di google, yang tampil di sana adalah kisah bahwa Mithra digambarkan lahir dari batu besar. Jadi kisah dewa pagan Yunani (Mithra) itu tidak ada hubungannya dengan nubuatan tentang Yesus Kristus. Sebab nubuatan tentang Yesus (tentang kelahiran-Nya dan kematian-Nya), itu sudah ada jauh sebelum kota Tarsus ada, dan jauh sebelum ada legenda tentang dewa Mithra Romawi yang baru dikenal di abad 1-4 AD (sesudah Masehi). Maka yang lebih mungkin adalah legenda tentang Mithraism itulah yang meniru apa yang disampaikan oleh Kitab Suci umat Kristiani, dan bukan sebaliknya, sebab Kitab Suci Perjanjian Baru sudah ada di abad pertama, yang merupakan penggenapan dari nubuat dalam kitab-kitab Perjanjian Lama yang sudah dituliskan beratus-ratus tahun sebelumnya. Lagipula, yang pertama menulis dalam Injil bahwa Yesus lahir dari seorang perawan yang bernama Maria, yang mengandung dari Roh Kudus (bukan dari benih laki-laki), adalah Rasul Matius, di tahun 38-50. Injil Matius itu ditulis oleh Rasul Matius, dan bukan oleh Rasul Paulus dari Tarsus.
Selanjutnya tentang Yesus yang sudah dinubuatkan oleh para nabi, berabad-abad sebelum kedatangan-Nya di dunia, silakan klik di sini.
2. Tentang penyaliban “The World’s Sixteen Crucified Saviors”
Kutipan Anda tentang “The World’s Sixteen Crucified Saviors” yang ditulis oleh Kersey Graves itu problematik, karena data tersebut tidak didukung oleh sumber yang dapat dipercaya, yang dapat dibuktikan secara historis. Oleh sebab itu, para ahli sejarah, misalnya Richard Carrier, mengatakan demikian:
“The World’s Sixteen Crucified Saviors: Or Christianity Before Christ tidak dapat dipercaya …. Kebanyakan ahli/ kalangan terpelajar langsung mengenali bahwa banyak temuannya [Graves] tidak ada pendukungnya dan menganggap temuan Graves tersebut tidak ada gunanya. Di atas semua itu, seorang ahli yang jarang mengutip sumber, tidaklah dapat digunakan sebagai referensi …. bahkan ketika buktinya riil, itu sering hanya terjadi pada bertahun-tahun setelah adanya agama Kristiani, dan karena itu, dapat menjadi bukti dari berbagai tulisan perdebatan ke arah sebaliknya.”
Selanjutnya tentang hal ini, silakan membaca di situs ini, silakan klik.
Sebagai contohnya saja, silakan Anda ketik di google, dan Anda akan temukan bahwa contoh pertama yang disebut oleh Graves, tentang penyaliban Krishna di India 1200 BC, juga patut dipertanyakan sebab ada sumber-sumber lain yang menyatakan bahwa Krishna wafat bukan disalibkan tetapi karena dipanah oleh orang-orang jahat. Nah ini saja sudah tidak cocok. Manakah sumbernya yang lebih benar? Nampaknya harus diterima bahwa tanpa menyebutkan sumber yang jelas, maka akan sulit bagi sesama scholars untuk menerima temuan Graves sebagai sesuatu yang dapat dipercaya.
Demikian juga dengan contoh-contoh lainnya, yang juga tidak disertai dengan sumber catatan historis yang dapat dipercaya yang berasal dari zaman penyaliban tokoh yang bersangkutan. Padahal catatan historis sedemikian sangat penting, untuk membuktikan benar tidaknya kejadian itu. Ini lain dengan fakta sehubungan dengan penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus, yang ditulis pada zaman para saksi mata masih hidup, yaitu di abad ke-1, sehingga mendukung kebenaran historis kejadian tersebut.
Akhirnya, Borisworo, kami berterima kasih atas pertanyaan Anda. Namun sejujurnya, ini tidak menggoyahkan iman kami sedikitpun tentang fakta penyaliban Kristus sebagai Juru Selamat dunia. Memang penyaliban merupakan hukuman yang sangat keji, yang ditujukan kepada para terhukum pada zaman Yesus, dan tidak ditujukan hanya kepada Yesus. Namun seandainyapun ada orang-orang yang disalibkan sebelum Yesus, orang-orang tersebut bukan Juru Selamat, karena penyaliban mereka tidak dinubuatkan oleh para nabi berabad-abad sebelumnya. Bahkan catatan yang otentik tentang penyaliban mereka yang berasal dari zaman mereka disalibkan-pun tidak ada. Maka argumen bahwa sudah ada 16 tokoh Penyelamat dunia, sebelum Yesus, yang disalibkan, itu tidak mempunyai dasar yang kuat. Yang lebih mudah dipercaya adalah ada sejumlah orang yang menolak ajaran Kristen, dan membuat argumen tandingan dengan menampilkan 16 tokoh yang konon juga disalibkan, namun sayangnya, bukti historisnya tidak ada. Sebagai umat Kristen, kami berpegang kepada kebenaran Injil tentang Kristus, karena Ia adalah Tokoh yang sungguh hadir dalam sejarah manusia, dan hal ini dicatat dalam catatan sejarah.
Seorang sejarawan di abad pertama, Flavius Josephus (ia bukan seorang Kristen), dalam bukunya Jewish Antiquities, 18.63-64, menulis, demikian:
“Pada saat ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana. Karena ia adalah seorang pelaku perbuatan yang luar biasa, seorang guru dari orang-orang yang menerima kebenaran dengan senang hati. Dan ia mendapatkan pengikut baik di kalangan banyak orang Yahudi dan di antara banyak orang yang berasal dari Yunani. Dan ketika Pilatus, karena tuduhan yang dibuat oleh orang-orang terkemuka di antara kita, mengutuk dia untuk disalibkan, mereka yang telah mencintainya sebelumnya tidak berhenti mencintainya. Karena ia menampakkan diri kepada mereka pada hari ketiga, hidup lagi, sama seperti yang telah dibicarakan oleh para nabi Allah dan banyak hal-hal lain yang menakjubkan yang tak terhitung banyaknya telah dibicarakan tentang dirinya. Dan sampai hari ini suku Kristen, yang dinamai seturut namanya, tidak mati.”
Kami sebagai umat Kristen, memegang ajaran Sabda Tuhan, baik yang tercatat dalam Kitab Suci, maupun Tradisi Suci yang diajarkan oleh para Rasul dan para penerus mereka, bahwa Kristus sungguh diutus oleh Allah Bapa, untuk lahir menjadi manusia walaupun Ia tetap adalah Putera Allah, Ia hidup, sengsara, wafat, bangkit, dan naik ke surga, dan dalam kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, mengutus Roh Kudus-Nya untuk menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syalom bu ingrid,,
sehubungan dengan kepercayaan terhadap dewa mithras,, saya justru menemukan artikel berikut dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Mithras):
“Mithras adalah sebuah kepercayaan yang memuja Dewa Mitras. Kepercayaan ini berkembang di Persia.[1] Dewa Mithras ini juga dikenal sebagai Dewa Matahari.[2]
Kepercayaan ini sudah ditetapkan di Roma sekitar zaman Perjanjian Baru.[2] Ada beberapa kepercayaan dan upacaya keagamaan Mithras yang memiliki kemiripan dan kesamaan dengan agama Kristen.[2] Mitrhas yang dijadikan sebagai dewa memiliki persamaan dengan Yesus Kristus yang telah mengalahkan maut.[2] Dia pun naik ke surga.[2] Demikian juga setelah Mithras mengalahkan lembu jantan dan mengorbankannya, ia pun naik ke surga.[2] Roti, air, dan anggur digunakan para calon anggotanya dalam upacara dan ada pelayanan para imam.[2] Sejumlah ahli Jerman pada dekade-dekade awal abad ke dua puluh mengajukan pendapat mereka bahwa ada pengaruh agama Mithras atas perkembangan sakramen kekristenan.[2] Hal ini dapat terlihat dari contoh di atas. Selain itu, ada juga perayaan Natalis Solis Invicti dari Mithras, pada tanggal 25 Desember.[2] Perayaan ini pun diambil ahli oleh gereja menjadi perayaan Natal Kristen pada abad ke-4 Masehi.[2]”
jadi infonya malah menunjukan “bahwa ada pengaruh agama Mithras atas perkembangan sakramen kekristenan”
tolong ditanggapi, terima kasih.
Shalom Xells,
Sebelumnya, pertanyaan dari Sdr. Borisworo itu adalah menyangkut kota Tarsus (kota Romawi di zaman Rasul Paulus) dan adanya kepercayaan dewa Mithras Romawi di sana. Maka saya mencari di Google dengan kata kunci tersebut, dan sampailah saya kepada situs yang menulis tentang The Roman Cult Mithras (Pemujaan Mithras Romawi). Di sana disebutkan bahwa kultus itu baru muncul di akhir abad ke-1 AD dan berakhir di akhir abad ke-4. Wikipedia sendiri membedakan antara dewa Mitra (menurut Veda), Mithra (menurut kepercayaan Persia), dan Mithra Romawi (kepercayaan bangsa Romawi)- dan mengatakan bahwa perkembangan mitos tentang ketiga dewa itu, berdiri sendiri-sendiri, dan ketiganya tidak untuk disamakan. Nah, maka yang saya kutip di jawaban saya di atas adalah tentang dewa Mithra Romawi, yang berkaitan dengan kota Tarsus di zaman Rasul Paulus, karena hal itulah yang disinggung dalam pertanyaan Sdr. Borisworo sebelumnya.
Saya bukan ahli sejarah, apalagi ahli mitos Persia, Yunani dan Romawi. Maka bisa saja, memang kepercayaan tentang dewa Mithras Romawi itu diadopsi dari bangsa Persia, sejak pendirian kota Tarsus itu di abad ke-4 BC/ sebelum Masehi, atau dipinjam dari Veda/ Hinduism yang lebih awal. Namun meskipun di lagu-lagu himne Veda nama Mitra sering disebut bersama dengan Varuna, namun di luar itu, sedikit sekali yang diketahui tentang Mitra (lih. Rigveda, III, 59).
Sekalipun yang ditulis di Wikipedia itu benar, yaitu bahwa kepercayaan tentang dewa Mithras itu berasal dari bangsa Persia atau budaya Hindu, juga tidak bisa langsung disimpulkan bahwa ajaran iman Kristiani tentang Kristus, itu meniru kisah dewa Mithras. Mengapa?
1. Sebab Sabda Allah tentang Kristus dalam Perjanjian Baru (PB) itu sudah ditemukan nubuatannya ataupun tipologinya dalam kitab-kitab Perjanjian Lama (PL) itu sendiri, yang dinyatakan oleh Allah kepada bangsa Israel. Kitab-kitab Perjanjian Lama bangsa Yahudi ditulis dalam rentang waktu berabad-abad, mulai sekitar abad ke-20 BC sampai dengan sekitar abad ke-3 BC, jauh sebelum mitos tentang Mithras dikenal luas di Persia (4 BC) ataupun di daerah kekuasaan Romawi (1-4 AD)
PL PB
Yesus, Putera Tunggal Allah Kej 22:2; Mzm 2:7 Yoh 3:16, Ibr 11:7, Kis 13:33, Ibr 1:5
Inkarnasi Allah Kel 3:14; Mzm45:6;Yes 9:6;Za 12:10 Yoh 8:58,1:1,1:14, Ibr 1:1-8, Kol2:9
Lahir dari perawan Yes 7:14 Mat 1:25, Luk 1:34
Penyaliban Kristus Mzm 22:11-18; Za 12:10 Luk 23:33-38
Kurban penebus dosa Kel 30:10; Im 1:3-4 Rom 8:3; Ibr 10:18; 13:11
Penebusan oleh darah Im 17:11, dst Ibr 9:22
Kebangkitan Kristus Mzm 16:9-10,49:15;Yun 3:4 Yoh 2:19-21;Luk 11:29
Kedatangan Kristus kembali Za 14:1-5; Mi 1:3-4 Mat 16:27-28, Kis 1:11,3:20
Tentang contoh penggenapan ayat-ayat nubuatan Perjanjian Lama dalam diri Kristus di Perjanjian Baru, sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
2. Sebab kurangnya bukti tekstual/catatan historis dari paham Mithraism awal, maka tidak dapatlah ditarik kesimpulan yang meyakinkan bahwa paham Mithraism itu sudah ada/ diajarkan di abad pertama, atau di abad sebelum Injil ditulis.
3. Penulis kitab Injil dan kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru tentang Kristus, adalah orang-orang Yahudi (atau mereka yang dalam pengajaran kaum Yahudi) yang berdedikasi melestarikan inspirasi dari kitab-kitab Perjanjian Lama, dan memandang agama pagan sebagai paham yang keliru, sehingga tidak mungkin mereka malah mengadopsinya. Para penulis itu menulis tentang Yesus yang mengajarkan tentang kebenaran, kejujuran, integritas, kasih dst, maka mereka tidak akan menulis tanpa menerapkan sendiri ajaran yang mereka tuliskan itu. Mereka tidak akan berbohong, ataupun hanya mengarang-ngarang ceritera, untuk kemudian rela menderita dianiaya, disiksa sampai mati demi membela tulisan mereka tersebut. Tidak masuk akallah jika mereka sampai mau berkorban sampai mati, jika yang mereka tuliskan itu hanya cerita bohong/ hasil contekan dari agama pagan.
4. Mithraism tidak mempunyai konsep kematian dan kebangkitan dari dewanya, dan tidak ada konsep kelahiran kembali, setidaknya pada konsep awalnya. Pada masa awal perkembangan kultus tersebut, hal tentang kelahiran kembali adalah sangat asing bagi paham dasarnya. Lagipula, Mithraism pada dasarnya adalah kultus bangsa militer. Maka, orang seharusnya menjadi skeptis terhadap anggapan bahwa paham itu akan menarik jemaat Kristen perdana, yang bukan bangsa militer. (cf. R. Nash, Christianity and the Hellenistic World as quoted in Norman Geisler, Baker’s Encyclopedia of Christian Apologetics, Grand Rapids: Baker Books, 1999, p. 492).
5. Sebaliknya, jika ada sumber-sumber yang memperkirakan bahwa Misthraism memasukkan paham tentang kelahiran kembali, semua sumber itu ditulis setelah zaman jemaat Kristen ada … yaitu ditulis di akhir abad ke-2 (cf. Bill Wilson, compiled by, The Best of Josh McDowell: A Ready Defense, Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1993, p. 167.), yaitu saat Injil dan kitab-kitab Perjanjian Baru sudah mulai tersebar luas.
Melihat fakta-fakta ini, maka jika sampai ada kemiripan antara Kristianitas dan Mithraism, nampaknya adalah kebetulan. Kalaupun sampai ada dugaan peniruan, mari kita biarkan para ahli untuk membuktikan. Namun nampaknya, adalah lebih mungkin bahwa para penulis agama pagan itu yang mengadopsi beberapa prinsip ajaran Kristen, daripada sebaliknya.
Sedangkan tanggapan kami terhadap pandangan yang menghubungkan perayaan Natal dengan perayaan dewa matahari, itu sudah dibahas di artikel atas, silakan klik, tidak perlu diulangi di sini.
Demikianlah tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syalom bu ingrid, terima kasih atas jawabannya.
pertama memang, kalau berbicara soal pengaruh lintas kepercayaan, para ahli pun hanya bisa sampai pada hipotesa,karena pembuktiannya jelas tidak akan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan.
demikian yang saya tangkap dari wikipedia, juga tidak berbicara soal kepercayan mitras yang mempengaruhi kepercayaan kristen, tetapi hanya dianggap ada pengaruh dari segi budaya.
seperti saat para sejarawan mencoba menghubungan hukum-hukum dalam perjanjian lama (imamat) yang berasal dari Musa, memiliki kemiripan dengan produk hukum bangsa lain yang sezaman, misal undang-undang hamurabi (saya pernah membaca ini kalau tidak salah pada pengantar perjanjian lama yang terbit sekitar tahun 1970-an).
saya sendiri tidak heran jika kemudian agama katolik dihubung-hubungkan dengan agama-agama yang berkembang sebelum atau sesudahnya, yang memiliki kemiripan (misal tentang penyaliban seperti pertanyaan sdr borisrowo, atau sakramen ekaristi yang menggunakan roti dan anggur, seperti pemaparan wikipedia).
hipotesa semakin kuat jika agama katolik dibungkan dan memiliki kemiripan dengan kepercayaan romawi kuno, seperti perayaan natal tgl 25 desember.
menurut saya, kritik semacam ini penting. katolisitas sebagai situs katolik tentu berhak meluruskan dan menjelaskan dari segi iman katolik,tetapi,…
dari segi tampilan,, bagi saya sendiri perkembangan agama katolik justru kurang mencerminkan asal dari kepercayaan kristen sendiri, yakni budaya Yahudi. malah orang kemudian menganggap agama katolik telah banyak disusupi oleh kepercayaan dan kebudayaan barat/romawi…apalagi, pusat agama katolik bukan di yerusalem tetapi di roma. meski sebenarnya kalau di Jawa pengaruh budaya jawa yang kuat.
akhirnya, untuk sementara ini, pengaruh agama pagan kuno memang cukup kuat dalam agama katolik, tetapi saya rasa bukan dari segi kepercayaan/iman.
…..”maka tidak ada salahnya untuk mengadopsi tanggal yang sama, dengan menyempurnakan konsep yang salah sehingga menjadi benar, dalam hal ini penyembahan terhadap dewa terang/matahari dialihkan penyembahan kepada Yesus, Sang Sumber Terang” (https://katolisitas.org).
terima kasih
Shalom Xells,
Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa Kristus menghendaki agar Kabar Gembira (Injil) itu diwartakan ke seluruh dunia (lih. Mat 28:19-20), artinya untuk seluruh bangsa. Sebab Allah yang menyatakan diri-Nya di dalam Kristus itu, bukan hanya Allah orang Yahudi, tetapi juga adalah Allah bangsa-bangsa lain (Rom 3:29). Maka, walaupun pertama-tama diwartakan kepada bangsa Yahudi, Injil itu tidak dimaksudkan oleh Allah hanya untuk orang Yahudi saja. Itulah sebabnya Kristus datang untuk menggenapi dan menyempurnakan hukum Taurat Musa, agar keselamatan dapat disampaikan kepada seluruh bangsa umat manusia. Nah iman yang sedemikian, juga nyata dalam perayaan iman/ perayaan liturgis Gereja. Maka perayaan iman yang dilakukan oleh Gereja universal yang mencakup seluruh dunia itu tidak untuk diartikan sebagai perayaan iman menurut tata cara Yahudi yang dilaksanakan mendunia. Melainkan, Gereja memang menerapkan beberapa prinsip dasar yang sudah ada dalam tradisi Yahudi dalam Perjanjian Lama, tetapi kemudian disempurnakan dalam Kristus dalam Perjanjian Baru, untuk merangkul umat dari berbagai budaya dan bahasa di seluruh dunia. Perayaan inilah yang kemudian menjadi perayaan iman Gereja universal/ Gereja Katolik.
Nah, salah satu penggenapan hukum Taurat di dalam Kristus, yang mempengaruhi ajaran iman Kristiani, yang paling jelas terlihat adalah pada saat para Rasul tidak membebankan sunat menurut hukum Taurat Musa kepada jemaat non-Yahudi (lih. Kis 15, secara khusus khotbah Petrus di ayat 7-11). Oleh iman akan Kristus, tidak ada lagi pembedaan antara bangsa Yahudi maupun non-Yahudi. Dengan demikian, para Rasul melaksanakan perintah Kristus, yang sudah sejak awalnya memang sudah bermaksud membuatnya menjadi Gereja universal (seluruh), atau yang menurut bahasa aslinya, kath olos/ kataholos, yang menjadi asal kata katolikos. (“Selama beberapa waktu jemaat di seluruh (ekklesia kath olos/ Gereja Katolik) Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” (Kis 9:31)….Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Gal 3:28)
Demikianlah, perayaan iman akan Kristus yang merupakan penggenapan kurban anak domba Paska yang sudah ada sejak zaman bangsa Yahudi dalam Perjanjian Lama, namun tidak dirayakan menurut ketentuan budaya Yahudi. Misalnya perayaan Paska umat Kristiani tidak dirayakan menurut tata cara Paska Yahudi, (kurban anak domba dimakan dengan roti tak beragi dan sayur pahit), namun dalam rupa roti dan anggur. Kurban roti dan anggur ini menjadi penggenapan PL: 1) penggenapan kurban roti dan anggur yang dipersembahkan imam Melkisedek (Kej 14:18) yang menjadi gambaran akan Kristus; 2) karena roti dan anggur itu melambangkan Tubuh dan Darah Yesus yang dikurbankan di kayu salib; 3) Darah Kristus yang tercurah di kayu salib yang menjadi tanda/ meterai Perjanjian Baru untuk menebus manusia dari penjajahan dosa, menggenapi darah anak domba Paska yang dibubuhkan di ambang pintu untuk menyelamatkan umat Yahudi dari penjajahan Mesir. Nah maka, biar bagaimanapun, dasar perayaan iman Kristiani memang mempunyai akar dari Perjanjian Lama bangsa Yahudi, namun tidak lagi dirayakan menurut tata cara Yahudi, namun telah menerima makna baru dari penggenapannya di dalam Kristus untuk seluruh bangsa umat manusia. Inilah yang menjadikan perayaan iman Kristiani tidak menjadi sama dengan perayaan iman bangsa Yahudi (yang sampai sekarang tidak menerima Kristus).
Sejalan dengan perkembangan sejarah Gereja, maka memang masuklah budaya Latin di Gereja Roma mengingat bahwa memang bahasa tersebut adalah bahasa yang mendunia pada saat itu (terutama sejak abad ke-4), yang dipergunakan di Roma. Namun perayaan liturgi yang menjadi perayaan iman tidak berubah hakekatnya, sebab yang misteri iman (yaitu Misteri Paska Kristus) yang dirayakan tetap sama.
Nah, bahwa ada tuduhan kemiripan dengan agama pagan, itu sejujurnya adalah hipotesa. Silakan Anda klik di Wikipedia, bahwa penghormatan kepada dewa Sol Invictus di kerajaan Romawi, itu dimulai tanggal 274 AD. Maka penghormatan umat Kristen kepada Kristus, Sang Terang Dunia (Yoh 9:5), itu sudah ada lebih dulu daripada penghormatan kepada dewa Sol Invictus/ dewa matahari kerajaan Romawi. Nyatanya memang ada sejumlah orang yang menghubungkan peringatan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember dengan perayaan dewa Sol Invictus itu. Sumber Wikipedia itu sendiri (klik di sini) menyatakan bahwa hipotesa ini secara serius layak dipertanyakan. Bukti prasasti di zaman Kaisar Licinius, menuliskan bahwa perayaan dewa Sol itu jatuh tanggal 19 Desember. Prasasti tersebut juga menyebutkan persembahan kepada dewa Sol itu dilakukan di tanggal 18 November. (Wallraff 2001: 174–177). Bukti ini sendiri menunjukkan adanya variasi tanggal perayaan dewa Sol, dan juga bahwa perayaannya tersebut baru marak dilakukan di abad ke-4 dan 5, jauh setelah zaman Kristus dan para Rasul.
Sedangkan hari kelahiran Yesus di tanggal 25 Desember itu sudah dirayakan Gereja, berdasarkan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria, ayah Yohanes Pembaptis, adalah imam agung yang memimpin ibadah pada hari Atonement yang jatuh pada tanggal 24 September (pada saat ia menerima kabar dari malaikat bahwa istrinya Elisabet akan mengandung) yaitu tgl 24 Juni. Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember (sumber: New Catholic Encyclopedia, Vol. 3: Can-Col, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p.655-656).
Seandainya saja ada orang berkeras menghubungkan perayaan 25 Desember dengan perayaan keduanya (dewa Sol dan Kristus), Gereja-pun tidak melihat hal itu membuat Gereja tidak boleh merayakannya. Itulah yang kami tuliskan di artikel “Darimanakah asalnya perayaan Natal”. Maka kutipan yang Anda ambil itu tidak lengkap. Sebab harusnya kutipan yang lengkap demikian:
“Pertanyaannya, anggaplah bahwa data tersebut di atas adalah benar, [maksudnya sebenarnya data tersebut belum pasti benar, tetapi jika dianggap benar sekalipun] dan pesta Natal diambil dari kebiasaan kaum kafir, apakah kita sebagai orang Kristen boleh merayakannya? Jawabannya YA, dengan beberapa alasan:
1. Dari alasan inkulturasi. Kita tidak harus menghapus semua hal di dalam sejarah atau kebiasaan tertentu di dalam kebudayaan tertentu, sejauh itu tidak bertentangan dengan ajaran dan doktrin Gereja dan juga membantu manusia untuk lebih dapat menerima Kekristenan. Essensi dari perayaan Natal ini adalah kita ingin memperingati kelahiran Yesus Kristus, yang menunjukkan misteri inkarnasi. Dan karena Yesus adalah terang dunia (Lih Yoh 8:12; Yoh 9:5), adalah sangat wajar untuk mengganti penyembahan kepada dewa matahari dengan Allah Putera, Yesus, Sang Terang Dunia……
2. Kalau kita amati, manusia dalam relung hatinya, mempunyai keinginan untuk menemukan Penciptanya. Penyembahan kepada dewa matahari adalah merupakan perwujudan bahwa ada sesuatu yang lebih tinggi daripada manusia, dalam hal itu adalah matahari, yang dipandang dapat memberikan kehidupan bagi mahluk hidup pada waktu itu. Namun sesuai dengan prinsip “grace perfects nature atau rahmat menyempurnakan sifat alamiah” (lihat St. Thomas Aquinas, ST, I, Q.1, A.8.), maka tidak ada salahnya untuk mengadopsi tanggal yang sama, dengan menyempurnakan konsep yang salah sehingga menjadi benar, dalam hal ini penyembahan terhadap dewa terang/matahari dialihkan penyembahan kepada Yesus, Sang Sumber Terang…..”
Maka benar atau tidaknya tanggal 25 Desember sebagai hari perayaan dewa Sol, tidak ada pengaruhnya terhadap perayaan hari kelahiran Yesus. Umat Kristen mempunyai alasan sendiri untuk merayakan Natal (kelahiran Kristus) pada tanggal 25 Desember. Mau dibarengi atau tidak dibarengi oleh perayaan dewa Sol, tidak membuat umat Kristen harus membatalkan hari yang istimewa itu. Semoga kita semua juga menyadari bahwa perayaan dewa Sol itu sudah lama berhenti, sebaliknya, perayaan kelahiran Tuhan Yesus Kristus terus dirayakan oleh umat-Nya, dan akan terus demikian sampai akhir zaman. Akal sehat dan iman dapat menilai, manakah sebenarnya perayaan yang sungguh asli dan benar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Stef dan Ingrid terkasih.
mohon bantuan untuk membaca catatan ini, saya sedang menyusun apologianya…
Terima kasih.
Salam Kasih.
Maximillian.
https://www.facebook.com/notes/mimi-syifa/benarkah-yesus-lahir-pada-tanggal-25-desember/504111419621334
Shalom Maximilian Reinhart,
Tentang Asal Usul Perayaan Natal, sudah kami ulas di artikel di atas, silakan klik. Memang ada sejumlah orang yang beranggapan bahwa perayaan Natal asalnya dari perayaan dewa matahari oleh kaum pagan, sehingga mereka menolak perayaan Natal. Namun Gereja Katolik (dan gereja-gereja lain pada umumnya) tentu tidak menghubungkan perayaaan Natal dengan dewa matahari, namun dengan kelahiran Kristus, yang menurut tradisi Katolik, memang jatuh di sekitar tanggal 25 Desember. Menurut St. Yohanes Krisostomus, Natal (kelahiran Kristus) jatuh pada tanggal 25 Desember, atas dasar perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria, ayah Yohanes Pembaptis, adalah imam agung yang memimpin ibadah pada hari Atonement yang jatuh pada tanggal 24 September (pada saat ia menerima kabar dari malaikat bahwa istrinya Elisabet akan mengandung). Yohanes Pembaptis lahir 9 bulan sesudahnya, yaitu tanggal 24 Juni; dan Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember (sumber: New Catholic Encyclopedia, Vol. 3: Can-Col, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p.655-656). Bahwa tanggal itu ternyata berdekatan atau cocok dengan perayaan dewa matahari (kalau spekulasi itu mau dianggap benar), itu adalah kedua hal yang berbeda, walau kebetulan saja jatuh pada saat yang sama. Dan sudah selayaknya, perayaan Kristus Sang Terang sejati, menggantikan perayaan terang apapun menurut manusia (seperti perayaan dewa matahari itu).
Sedangkan tentang iklim di tanggal 25 Desember yang sering dipermasalahkan, juga sudah pernah kami bahas sekilas di sini, silakan klik.
Sejujurnya, Maximilian, walau memang tak menjadi masalah kapankah seseorang mau merayakan Natal, tetapi kita mengetahui bahwa Gereja Katolik mempunyai alasan tersendiri untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Jika ada orang-orang yang tak mau menerimanya, biarlah, tak mengapa, kita tak perlu memaksa mereka untuk setuju dengan kita, namun tentu sebaliknya, merekapun tak berhak memaksa kita untuk setuju dengan mereka, terutama sebab kita memiliki alasan yang menurut saya jauh lebih kuat dan masuk akal, ketimbang berbagai spekulasi maupun tuduhan yang bermunculan di abad-abad terakhir ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
meski saat ini masa prapaska, tidak salah saya tanya soal merrychristmas.
Saya tidak mau bertanya asal usul perayaan natal, namun lebih menukik ke asal usul dan arti ucapan merrychristmas itu sendiri. Apakah arti sesungguhnya merrychristmas itu? apakah ada hubungannya dengan Mary (Maria)? apakah ada hubungannya dengan misa Kristus (Cristmass)? ini sangat penting bagi saya karena selama ini saya hanya ikut ikutan mengucapkan kata itu tanpa tahu arti sesungguhnya dan asal usul kata itu dari mana/bagaimana?
terima kasih
[dari Katolisitas: Christmas, berasal dari kata Christ’s Mass (the Mass of Christ), atau Misa-nya Kristus, yaitu perayaan Misa, secara khusus untuk memperingati kelahiran Kristus. Sedangkan ‘Merry’ adalah kata sifat yang artinya serupa dengan ‘Happy’, artinya sukacita. Namun kalau dilihat dari definisinya, “merry” mengacu kepada sukacita yang terjadi dalam waktu yang lebih singkat dan “happy” pada sukacita yang mengacu kepada kepuasan yang lebih panjang, maka dikatakan Merry Christmas dan Happy New Year.]
Syalom
Saya cuman ingin bilang kepada anda,
Kolose 2:8
Hati-hatilah supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia tetapi tidak menurut Kristus.
Natal diajarkan di Alkitab?
Trinitas diajarkan dialkitab?
Semuanya itu palsu
saya disini hanya “KRISTEN”
Bukan pengikut ajaran Roma,semuanya itu menyimpang,tidak ada di Alkitab,
Galatia 1:6-9
1:6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain
1:7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
1:8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
1:9 Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima,terkutuklah dia
Terkutuklah kalian yang menyebarkan berita-berita palsu yg tidak menurut ajaran Kristus dan Alkitab.
Saya kristen yang mengikuti ajaran kristus dan allah
Yesus sendiri tidak pernah bilang bahwa dirinya adalah Allah
Berdosalah kalian.Semoga Yahwe memaafkan kemurtadan kalian.
Shalom Jasonss,
Menurut saya, hanya mengutip ayat-ayat Kitab Suci untuk menuduh bahwa orang lain sesat tidak akan membawa kita pada dialog yang baik. Akan lebih baik kalau memang Anda tidak setuju terhadap tulisan di katolisitas, maka silakan memberikan argumentasi yang baik, sehingga kita dapat berdialog sebagaimana layaknya umat beriman berdialog – hormat dan lemah lembut (lih. 1Pet 3:15) namun tanpa mengaburkan kebenaran. Jadi, daripada mengutuk, mari kita berdialog dengan baik. Semoga hal ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Pa steve,
Saya hanya mau ksi komentar,apa yg di tulis oleh jasonss bukanlah menuduh apa lagi mengutuk, itulah gunanya Firman Tuhan. Natal ini bukan cara kekristenan natal lebih menonjolkan st clause, hura2, di setiap negara mana pun di dunia baik orang2 yang percaya Yesus dan tdk percaya Yesus merayakan natal, kapan Yesus merayakan ulang tahunNya dalam Alkitab?mudah2an byk org akan disadarkan akan bohongnya natal.
[dari katolisitas: Sebenarnya menuduh tanpa adanya argumentasi yang kuat, tidak akan menjadi diskusi yang baik. Kalau Anda mau membaca tentang tradisi natal dan masa Adven dalam Gereja Katolik, maka Anda akan melihat bahwa ini adalah sesuatu yang baik, karena umat Allah mempersiapkan diri secara spiritual. Silakan membacanya di sini – silakan klik. Kalau Anda bertanya kapan Yesus merayakan ulang tahun-Nya di Kitab Suci, maka pertanyaan yang sama dapat diajukan, seperti: Apakah Yesus pernah menolak dirayakan natal? Kapan Yesus pernah mengatakan bahwa Dia akan mendirikan gereja adventis dan saksi-saksi Yehuwa di dalam Kitab Suci?]
salam,
benarkah demikian tradisi natal membawa kita kepada pesiapan spiritual?? apa yg sudah saya baca itu semua masi meraba2 masi tdk pasti bahwa Yesus lahir tgl 25 Desember tetapi GK menentukan demi kepstian kapan Yesus lahir di tetapkanlah tgl 25 desember dan saya melihat di artikel GK berkompromi dengan orang2 penyembah berhala dengan alasan pengenalan kektristenan?? ini yang namanya maunya agama bukan iman.
pa stef mengatakan apakah YESUS menolak di rayakan natal? saya mau jawab dengan iman saya (bkn karena agama) Dia tdk mau dirayakan karena kelahirannya yg Yesus mau kita mengingat kematianNya dan merayakan kemenangan atas dosa maut. kapan Yesus pernah mengatakan bahwa Dia akan mendirikan gereja adventis dan saksi-saksi Yehova didalam kitab suci?
kan sudah jelas Alkitab tidak pernah memberitakan perayaan ulang tahun Yesus karena itu bukan hal yg penting tentang perayaan ulang tahun dan artikel yg pa stef ksi pun tdk memberikan kepastian bahwa Yesus lahir tgl 25.. hanya gereja katolik yg menentukan dan parahnya dipilih tgl 25 desember yg bersamaan dengan penyembhan dewa matahri demi sebuah perayaan. Seperti yg pernah saya tulis semua negara di dunia ini ikut menyambut natal hari lahirnya Sang juruselamat dunia tetapi tetap mereka tidak mau bertobat, apakah mereka mengerti? yg terjadi hura2 pesta gila2an di thailand para waria mengucapkan merry christmas, malah ada happy hours dan lain2. Yesus sendiri tdk pernah bilang akan mendirikan gereja katolik.
[dari Katolisitas: Pertanyaan digabungkan karena masih satu topik]
salam, mau mengomentari pernyataan pengasuh
Ya benar alkitab mengatakan Yesus di lahirkan oleh perawan maria tdk ada ytg menyangkal itu ( utk pertama kalinya buat saya pengasuh mengakui apa yg dipercayaii oleh gereja di luar GK yaitu “ada tertulis di alkitab” )
Tentu klo teman ato saudara ulang tahun kita pasti akan mengucapkan atau ikut perayaan ulang tahun nya karena kita tahu tglnya dan kita di undang ke perayaan ulang tahun ) bagai mana dengan Yesus tidak ada yang tahu tglnya ( mungkin cuman bapa ama ibunya Yesus yg tahu ),kenapa harus berterima kasi ama st Yohanes krisostomus? dia juga tdk tahu tgl pastinya… dia hanya memprediksi dan itu bkn kepastian.
pa stef, seperti dalam komentar saya sebelumnya yg belum di jawab semua orang yg percaya dan tdk percaya di seluruh dunia mereka ikut merayakan natal lahirnya juru selamat manusia, tp sampai sekarang apakah mereka mengerti sang juruselamat , seperti semalam di tempat saya kerja diadakan christmas party apa yg terjadi musik yg dilantunkan musik disco baju yg di pakai belahan dadanya terbuka lebar, pakai baju seksi dan semua bilang happy merry christmas,. yg menjadi pertanyaan utk orang percaya termasuk penmgasuh apakah kita mengerti artinya kelahiran Tuhan Yesus? kenapa kita memusingkan tgl lahirnya Yesus Kristus? saya percaya dengan iman saya bahwa Yesus tdk mau dirayakan kelahiran Nya karena Yesus tahu apa yg akan terjadi.
Shalom Riswan,
Sebenarnya dalam diskusi ini Anda memakai standar ganda. Di satu sisi, Anda ingin menekankan bahwa Gereja Katolik tidak boleh merayakan Natal karena tidak tercantum di Kitab Suci. Di satu sisi, ketika saya bertanya apakah Yesus menolak untuk dirayakan hari kelahirannya, maka Anda menjawab bahwa iman Anda mengatakan bahwa Yesus menolak dirayakan hari kelahiran-Nya dan hanya mau diingat kematian-Nya. Artinya Anda juga tidak akan menemukan di Kitab Suci, bahwa Yesus menolak untuk dirayakan hari kelahiran-Nya. Gereja Katolik ingin mengenang Kristus secara menyeluruh, sehingga Gereja Katolik mengenang dan merenungkan kedatangan-Nya dengan merayakan Natal dan merenungkan misteri Paskah dengan merayakan Paskah. Alasan yang lain tentang Natal, silakan melihat artikel di atas. Apakah Anda pernah merenungkan pertanyaan lain yang telah saya berikan: Kapan Yesus pernah mengatakan bahwa Dia akan mendirikan gereja adventis dan saksi-saksi Yehuwa di dalam Kitab Suci?
Menurut saya, komentar Anda seperti ini “Ya benar alkitab mengatakan Yesus di lahirkan oleh perawan maria tdk ada ytg menyangkal itu ( utk pertama kalinya buat saya pengasuh mengakui apa yg dipercayaii oleh gereja di luar GK yaitu “ada tertulis di alkitab” )” sebenarnya dibuat sangat terburu-buru dan menunjukkan sikap untuk tidak mau tahu sama sekali akan argumentasi yang diajukan oleh teman dialog Anda. Silakan melihat argumentasi yang diberikan dalam situs ini secara menyeluruh, sehingga Anda juga dapat melihat bahwa argumentasi yang diajukan berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja.
Kalau ada orang salah dalam menangkap arti Natal, maka bukan Natalnya yang salah, namun pengertian mereka yang perlu diperbaiki. Kalau Anda benar-benar tertarik akan apa yang dilakukan oleh Gereja Katolik dalam mempersiapkan Natal, silakan melihat link ini – silakan klik. Semoga hal ini dapat memberikan gambaran yang tepat bahwa persiapan dan perayaan Natal yang terutama adalah spiritual dan bukan bukan pesta-pesta. Mari bersama-sama kita menerima dan mensyukuri bahwa Kristus yang merelakan nyawanya untuk menebus dosa manusia harus datang terlebih dahulu melalui rahim dan dilahirkan oleh seorang perawan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
isi komentar mencerminkan kepribadian penulis.
Jika ada yang mengatakan “berdosalah kalian…”, menurut saya itu suatu bentuk “kesombongan”. mengapa? karena hanya Allah yang berkuasa menghakimi orang sebagai berdosa atau tidak berdosa.
Kita semua (termasuk saya) adalah manusia berdosa.
“Jika di antara kalian ada yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melempari batu perempuan itu”, kataNya.
syalom
saya rasa menganggap bahwa apa yang tidak diajarkan dalam alkitab adalah salah/sesat/palsu justru tidak benar. kecuali jika apa yang diajarkan trsebut tidak sesuai dengan ajaran alkitab/kitab suci.
sebagai manusia yang menghormati figur tertentu, saya rasa tidak menjadi masalah jika melakukan peringatan/perayaan atas apa yang dihormatinya tsb. Kita manusia yang diberi akal dan pikiran, tidak melulu harus diperintah (seperti kerbau), apalagi jika selain akal dan pikiran juga ada roh kudus yang mambimbing manusia.
jika orang katolik menatapkan tgl 25 desember sebagai natal kristus juga tidak salah. Justru malah salah jika agama katolik membebaskan umatnya untuk memilih hari yang disukainya sebagai hari natal kristus, sehingga tiap-tiap orang merayakan natal pada hari yang berbeda.
secara sederhana arti Agama (a=tidak, gama=kacau) justru harus menetapkan hari tertentu sebagai perayaan, supaya TIDAK KACAU, jika tiap orang punya tanggal sendiri, malah kacau jadinya, maka agamanya malah tidak benar…..
pernahkah Kartini memerintahkan kepada rakyat indonesia untuk memperingati hari kelahiranya? nyatanya, 21 april tetap diperingati sebagai hari kartini.
lalu apakah benar 25 desember benar-benar hari kelahiran yesus?
rasanya tidak masalah jika yesus tidak dilahirkan pada tanggal tersebut.
Sebab ada juga orang melakukan perayaan pernikahan tidak pada hari dia menikah, tetapi besoknya.
artinya tanggal berapa pun yesus lahir, namun PESTA untuk memperingati hari kelahiran tersebut disepakati tanggal 25 desember…
terima kasih
Dear Admin katolisitas.org
saya mau tanya…
Benerkah Paud Benediktus menyatakan kalau hari natal bukan jatuh pada tanggal 25 Desember, pada buku terbarunya yang berjudul “The Telegraph”
Shalom Putra,
Buku Paus Benediktus XVI yang mengulas tentang seputar kelahiran Tuhan Yesus berjudul, “Jesus of Nazareth: The Infancy Narrative“, dan bukan the Telegraph. The Telegraph itu hanya nama sebuah media yang mengulas apa yang disampaikan oleh Paus Benediktus dalam bukunya itu.
Dalam bukunya tersebut, Paus Benediktus mengatakan bahwa terdapat miskalkulasi titik tolak penghitungan kalender yang diambil sebagai tahun kelahiran Yesus yang dilakukan oleh Dionysius Exiguus di tahun 550. Sebab secara historis, kelahiran Yesus terjadi beberapa tahun sebelumnya, yaitu sekitar tahun 7-6 sebelum Masehi, beberapa tahun sebelum kematian raja Herodes (4 SM). Jadi yang dibahas oleh Paus di sini adalah tahun kelahiran Yesus dan bukan tanggalnya.
Demikian kutipannya:
“The starting-point for our reckoning of time -the calculation of Jesus’ date of birth- goes back to the monk Dionysius Exiguus (died 550), who evidently miscalculated by few years. The historical date of the birth of Jesus is therefore to be placed a few years earlier.” (Pope Benedict XVI, Jesus of Nazareth: The Infancy Narrative“, kindle, loc. 749)
Nah kemudian Paus memberikan alasannya, yaitu dengan memperhitungkan catatan sejarah: 1) mengenai sensus yang diberlakukan di masa pemerintahan Kirenius, yang dilakukan secara bertahap sejak ia naik dalam pemerintahan Kaisar di Syria. Paus mengacu kepada pandangan sejarahwan Alois Stoger, yang mengatakan bahwa sensus di masa itu merupakan proses yang panjang yang dilakukan dalam beberapa tahun. Sensus ini terbagi menjadi dua tahap, pertama pendaftaran semua tanah dan kepemilikan (yang terjadi jaman kelahiran Tuhan Yesus) dan tahap kedua, penentuan tentang pembayaran yang sesuai dengan pendaftaran itu, yang baru terjadi sekitar abad 6 AD, menurut catatan Flavius Josephus. 2) mengenai bintang di Timur, yang disebut dalam Injil Matius (lih. Mat 2:2). Menurut para astronom, terutama Johannes Kepler (wafat 1630), tahun 7-6 BC, terdapat konjungsi antara planet Jupiter, Saturnus dan Mars. Keadaan ini, sebagaimana terjadi juga di tahun 1604, mengakibatkan terjadinya ‘supernova‘, di mana terjadi sebuah eksplosi kolosal sehingga selama beberapa minggu dan bulan terpancar sinar yang terang darinya. Menurut Kepler, ditinjau dari segi astronomi, terang supernova/ bintang inilah, yang terjadi pada saat kelahiran Tuhan Yesus.
Secara keseluruhan, dalam buku tersebut, Paus Benediktus malah menunjukkan historisitas kejadian kelahiran Tuhan Yesus, dengan memperhitungkan banyak catatan sejarah, konteks geografis, sebagaimana tertulis dalam Injil dengan catatan-catatan lain yang cukup kredibel yang ditemukan di luar Injil, yang juga mendukung kebenaran kisah kelahiran Tuhan Yesus yang tertulis di Injil.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Klo menghitung Tahun saja sudah salah, apalagi menentukan hari, tanggal dan bulannya pasti jauh lebih meleset lagi. Itulah agama yang didasarkan pada prasangka bukan pada dasar keimanan.
Yaa ahlal kitab ta’alaw ila kalimatin sawa’ baynana wa baynahum alla na’buda illALLah….Ali-Imraan:64
Wahai saudaraku ahli kitab marilah kita kembali pada kalimat yang satu (tauhid) diantara kita dan kalian tidak ada persembahan selain kepada Allah SWT….
Shalom Hermawan,
Kitab Suci tidak pernah menyebutkan hari, tanggal, bulan dan tahun kelahiran Yesus Kristus secara persis, namun hanya memberikan indikasi akan kedatangan Kristus. Dengan indikasi ini, maka Kitab Suci mencatat bahwa Kristus, sungguh datang di dunia ini, seperti yang juga tercatat oleh ahli sejarah Yahudi, yaitu Josephus. Yang mencoba menentukan tahun kelahiran Kristus adalah Dionysius Exiguus di tahun 550. Kalaupun ada kesalahan tentang hal ini, maka hal ini tidak mengubah satu hal: Yesus Kristus sungguh datang di dalam sejarah manusia untuk menebus dosa manusia, sehingga barang siapa percaya kepada-Nya akan mendapatkan kehidupan kekal. Dialah yang akan mengadili orang hidup dan mati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Mana dalilnya Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dan perintah merayakannya!!
Sejarah Natal
Chritmas diartikan sebagai hari kelahiran Yesus, yang dirayakan oleh hampir semua orang Kristen didunia, berasal dari ajaran Gereja Katolik Roma. Padahal ajaran tersebut tidak terdapat dalam Alkitab dan Yesus-pun tidak pernah memerintahkan kepada murid-muridnya untuk menyelenggarakannya.
Perayaan yang masuk kedalam ajaran Gereja Katolik Roma pada abad ke empat ini, berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Perayaan Natal yang diselenggarakan diseluruh dunia ini samasekali tidak mempunyai dasar dari Alkitab.
Menurut penjelasan di dalam Catholic Encyclopedia edisi 1911, yang berjudul “Christmas”, ditemukan kata-kata yang berbunyi sebagai berikut :
“Christmas was not among the earliest festivals of church, the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan custom centering around the January calends gravitated to christmas. ”
“Natal bukanlah upacara gereja yang pertama, melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala & jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”
Masih dalam Encyclopedi itu juga dengan judul “Natal Day” bapak Katolik pertama mengakui bahwa :
“In the Scnptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herold) who make great rejoicings over the day in which they were born into the world. ”
“Didalam Kitab Suci, tidak seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanya orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
Natal Menurut Encyclopedia Americana Tahun 1944
“Christmas…it was according to many authorities, not celebrated in ihe first centuries of the Christian church, as the Christian usage in gene.ral was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth… ” (The “Communion”, which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) “A feast was established in memory of this even (Christ’s birth) in the fourth century. In the fifth century the Westem Church ordered it fo be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ’s birth existed.
“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut.” (“Perjamuan ci” yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.) “Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke empat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun yang mengetahui hari kelahiran Yesus.”
Asal usul Natal
Natal berasal dari kepercayaan pen-yembah berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia kuno dibawah raja Nimrod (cucunya Ham, anak nabi Nuh). Nimrod inilah orang pertama yang mendirikan menara Babel, membangun kota Babilonia, Niniweah dll, serta kerajaan di dunia dengan sistem kehidupan, ekonomi dan dasar-dasar pemerintahan. Nimrod ini adalah seorang pembangkang Tuhan. Jumlah kejahatannya amat banyak, diantaranya dia mengawini ibu kandungnya sendiri Semiramis.
Setelah Nimrod meninggal, ibunya yang merangkap istrinya menyebarkan ajaran Nimrod bahwa roh Nimrod tetap hidup selamanya walaupun jasadnya telah mati. Adanya pohon Evergreen yang tumbuh diatas sebatang pohon kavu yang telah mati, ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod. Untuk mengenang hari kelahiran Nimrod setiap tanggal 25 Desember, Semiramis menggantungkan bingkisan pada ranting-ranting pohon itu sebagai peringatan hari kelahiran Nimrod. Inilah asal usul Pohon Natal. Melalui pemujaan kepada Nimrod, akhirnya Nimrod dianggap sebagai “Anak Suci dari Surga’. Dari perjalanan sejarah dan pergantian generasi ke generasi dari masakemasa dan dari satu bangsa ke bangsa lainnya, akhirnya penyembahan terhadap berhala Babilonia ini berubah menjadi Mesias Palsu, yaitu berupa Dewa Baal, anak Dewa Matahari.
Kepercayaan orang-orang Babilonia yang menyembah kepada “Ibu dan anak” (Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali), menyebar luas dari Babilonia ke berbagai bangsa di dunia dengan cara dan bentuk berbeda-beda, sesuai dengan bahasa di negara-negara tersebut. Di Mesir dewa-dewi tersebut bernama Isis dan Osiris. Di Asia bernama Cybele dan Deoius.
Di Roma bernama Fortuna dan Yupiter, juga di negara-negara lain seperti di China, Jepang, Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madona, jauh sebelum Yesus dilahirkan.
Pada abad ke 4 dan ke 5 Masehi, ketika dunia pagan Romawi menerima agama baru yang disebut “Kristen”, mereka telah mempunyai kepercayaan dan kebiasaan pemujaan terhadap dewi Madonna jauh sebelum Kristen lahir.
Natal adalah acara ritual yang berasal dari Babilonia kuno yang saat itu puluhan abad yang lalu, belum mengenal agama yang benar, dan akhirnya terwariskan sampai sekarang ini. Di Mesir, jauh sebelum Yesus dilahirkan, setiap tahun mereka merayakan kelahiran anak Dewi Isis (Dewi langit) yang mereka percaya lahir pada tanggal 25 Desember.
Para murid Yesus dan orang-orang Kristen yang hidup pada abad pertama, tidak pernah sekalipun mereka merayakan Natal sebagai hari kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Dalam Alkitab/Bible, tidak ditemukan walau satu ayatpun Tuhan/ Allah maupun Yesus yang memerintahkan untuk merayakan Natal, sebab perayaan setiap tanggal 25 Desember, adalah perayaan agama Paganis (penyembah berhala) yang dilestarikan oleh umat Kristiani.
Upacara Natal adalah berasal dari ajaran Semiramis istri Nimrod, yang kemudian di lestarikan oleh para penyembah berhala secara turun temurun hingga sekarang ini dengan wajah baru yang disebut Kristen.
Sinterklas
Sinterklas atau Santa Claus sebenarnya bukan ajaran yang berasal dari penganut paganisme (penyembah berhala) maupun Alkitab. Sinterklas adalah ciptaan seorang Pastur yang bernama “Santo Nicolas” yang hidup pada abad ke empat Masehi. Menurut Encyclopedia Britannica halaman 648-649 edisi kesebelas, disebutkan :
“St Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greek and Latins on the 6th of December…a Legend of his surreptitious bestowal bf dowries on the three daughters of an impoverished citizen…is said to have originated the old custom of giving present in secret on the Eve of St. Nicholas (Dec 6), subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus.”
“St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tgl 6 Desember. Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga orang anak wanita miskin. untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya terkaitlah antara hari Natal dan Sabta Claus..”
Sinterklas Mengajarkan Kebohongan
Dalam ajaran agama manupun, semua orang tua melarang anaknya berbohong. Tetapi menjelang Natal, banyak orang tua yang membohongi anaknya dengan cerita tentang Sinterklas yang memberikan hadiah Natal ketika mereka tidur. Begitu anak-anak mereka bangun pagi, didalam sepatu atau kaos kaki mereka yang digantungkan didepan pintu rumah, telah berisi berbagai permen dan hadiah lainnya. Oleh sebab itu Sinterklas merupakan pembohongan yang dilakukan oleh setan yang menyamar sebagai manusia.
“Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.”(2 Kor 11:14-15)
Pohon Terang
Pohon Terang atau Pohon Natal, samasekali tidak pernah dianjurkan oleh Tuhan maupun Yesus untuk mengadakan atau merayakannya. Itu semua diadopsi dari ajaran agama pagan (kafir kuno). Pohon itu sendiri disebut dengan istilah “Mistleto” yang biasanya dipakai pada perayaan musim panas, sebagai persembahan suci kepada matahari.
Menurut Frederick J. Haskins dalam bukunya Answers to Questions disebutkan:
“The use of Christmas wreaths is believed by outhorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast which took place at the same times as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era.”
“Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat agama penyembah berhala (paganisme) yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen.”
Sungguh mengherankan sekali dan sekaligus memprihatinkan, ternyata sebagian besar umat Kristiani tidak mengerti dan tidak menyadari tentang sejarah perayaan Natal dan Pohon Terang.
Mereka begitu antusias menambut kedatangan hari Natal, bahkan jauh jauh hari sebelumnya mereka sudah mempersiapkan dengan biaya yang begitu besar dalam menyambut hari kelahiran Tuhan mereka. Padahal merayakan Natal dengan Pohon Terang samasekali tidak punya dasar atau dalil didalam kitab suci mereka sendiri. Para Pendeta dan Pastur diseluruh dunia bahkan Uskup dan Paus, jika ditanya tentang Natal dan Pohon Terang, pasti akan mengakui bahwa memang tidak ada dalil dan ajaran dalam Alkitab bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dan tidak ada satu ayatpun tertulis didalam Alkitab (Bible) yang memerintahkan untuk merayakannya.
Kata Bibel / Alkitab tentang Pohon Natal
“Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsabangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adaIah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun tidak dapat. ” Tidak ada yang sama seperti Engkau, ya Tuhan! Engkau besar dan nama-Mu besar oleh keperkasaan. ” (Yeremia 10:2-6)
Ayat-ayat Alkitab tersebut jelas sekali mengatakan bahwa Pohon Terang adalah upacara penyembahan berhala yang tidak bisa berbicara, tidak bisa berbuat jahat dan tidak bisa juga berbuat baik. Tetapi kenapa masih saja disembah oleh sebagian besar umat Kristiani? Jawabnya karena mereka tidak mengerti kandungan kitab sucinya, dan hanya ikut-ikutan apa kata pemimpin agama mereka. Tidak mereka sadari bahwa justru mereka bukan pengikut Yesus yang setia. Pengikut Yesus (Isa) yang sebenarnya adalah ummat Islam!
Apakah Natal Memuliakan Yesus?
“Maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang tuhan mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada illah mereka? Aku pun mau berlaku begitu. Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap Tuhan, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi Tuhan, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi illah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi illah mereka. (32) Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu Iakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya. ” (Ulangan 12:30-32)
“Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”(Matius 19:8-9)
“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perin!ah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. ” (Markus 7: 7-8)
Merayakan Natal = Melestarikan Kebohongan dan Pemborosan
Menjelang Natal akan bermunculan berbagai iklan di toko-toko, koran, majalah dlsb. Jutaan dolar dan miliaran rupiah dihamburkan untuk promosi berbagai barang dagangan untuk keperluan Natalan. Semuanya dikemas sedemikian rupa sehingga tampak seperti “Malaikat Pembawa Terang”, padahal tanpa mereka sadari ajaran Yesus mereka telantarkan, karena yang mereka rayakan adalah tradisi ajaran agama kafir kuno, bukan perintah Tuhan ataupun Yesus
“Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:21-23)
“Percuma mereka beribadah kepada-Ku. sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (Markus 7: 7-8)
“Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: “Untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” (Matius 26:8-9)
Dari penjelasan sejarah Natal ini, jelaslah bahwa Natal itu bukan ajaran Yesus.
Yesus seumur hidupnya tidak pernah sekalipun menyuruh merayakan Natal bagi dirinya. Merayakan dirinya sebagai seorang Nabi atau Rasul saja beliau tidak pernah ajarkan, apalagi menyuruh merayakan kelahirannya sebagai Tuhan!! Tidak ada satu dalilpun dalam Alkitab menyatakan Yesus lahir tanggal 25 Desember. Pendeta, Pastur bahkan Paus di Roma-pun mengakui bahwa Natal bukan ajaran gereja. Oleh sebab itu jika ada umat Kristiani atau siapapun yang bisa menunjukkan dalilnya dalam Alkitab Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, kami sediakan juga hadiah uang tunai Rp. 10.000.000.- (sepuluh juta rupiah) untuk satu pertanyaan ini pula.
Dalam pandangan Islam, haram hukumnya bila ikut-ikutan merayakan Natal. Jangankan umat Islam, bagi umat Kristiani pada dasarnya sama sekali tidak punya satu dalilpun merayakan Natal. Umat Islam yang merayakan Maulid Nabi Muhammad saw. itupun tidak ada Qur’an dan Sunnahnya, apalagi merayakan Natal. Merayakan Natal sama saja merayakan “kelahiran Tuhan,” padahal dalam pandangan Islam, Tuhan tidak lahir dan tidak pula dilahirkan.
Jika Umat Kristiani merayakan Natal hanya sebatas Yesus sebagai seorang Nabi atau Rasul atau seorang Utusan Tuhan, itu masih bisa dipahami. Tetapi umat Kristiani merayakan hari Natal, bukan sebagai hari kelahiran Yesus sebagai seorang Nabi, Rasul atau Utusan Tuhan, tetapi sebagai hari kelahiran Yesus sebagai “Anak Tuhan” atau “Anak Allah”.
Haram hukumnya menurut pandangan Islam karena berdasarkan Al Qur`an, Yesus bukan Tuhan dan Tuhan tidak punya anak.
Badii`us samaawaati wal rdhi annaa yakuunu lahuu waladuw wa lam takul lahuu shaahibatuw wa khalaqa kulla syaiiw wa huwa bi kulli syai-in ‘aliim.
“(Dia) pencipta langit dan bumi, bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui seala sesuatu. ” (Qs 6 Al Maa-idah 101 )
Bahkan dalam ayat lain Allah wahyukan kepada Rasul-Nya Muhammad saw, bahwa jika Dia mempunyai anak benaran, maka orang yang mula-mula akan menyembah anak itu adalah Rasul-Nya yaitu Muhammad saw.
“Katakanlah, “Jika Yang Maha Pengasih itu mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula menyembahnya,” (Qs 43 Az Zuhkruf 89).
Bahkan dalam ayat lain Allah peringatkan kepada mereka (Yahudi dan Nashara) bahwa tidak benar Dia mempunyai anak!
Qaalut takhadzallaahu waladan subhaanahuu-huwal ghaniyyu lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardhi in `indakum min sulthaanim bi haadzaa a taquuluuna ‘alallaahi maa laa ta`lamuun.
“Mereka (Yahudi dan Nashari) berkata, “Allah mempunyai anak.” Allah Mahasuci, Dialah Yang Maha Kaya, bagi-Nya apa-apa yang di langit dan di bumi; tidak ada alasan bagi kamu tentang itu. Apakah kamu berkata terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
Qul huwallaahu ahad, Allahush shamad, Lam yalid wa lam yuulad, Wa lam yakul Iahuu kufuwan ahad.
“Katakanlah, “Dia-lah Allah yang maha Esa. Allah tempat meminta. Dia tidak beranak dan tidak (pula.) diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya”. (Qs 112 Al lkhlash 1-4)
[dari katolisitas: Silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik]
Salam saudara,
Dalam kata yang singkat, Yesus Kristus itu TUHAN yang mahapengasih dan penyayang dan Dia membuktikannya dengan MENEBUS dan MENGAMPUNI DOSA DOSA manusia di kayu salib. Jadi apa masalah anda kaum muslim? Saya sangat gembira bahkan bersukacita kerana Allah membuktikan kasih dan sayangnya kepada saya seorang pendosa dengan MENEBUS dan MENGAMPUNI dosa saya. Apakah anda semua cemburu dengan itu? Saya sebagai orang Kristen apalagi Katolik tidak pernah mau menjelek jelekan agama Islam kerana bagi saya Allah yang ada dalam Kekeristenan ini sudah membuktikan kasih sayangnya kepada saya lewat PENEBUSAN dan PENGAMPUNAN DOSA dan itu adalah sempurna bagi saya dan saya tidak punya masalah apapun dengan apa yang kaum muslimin percayai kerana apa yang saya percayai itu jauh melangkaui apa yang anda ada iaitu PENEBUSAN dan PENGAMPUNAN DOSA.
Semoga dimengerti
Lin Mariam
[dari katolisitas: Semoga pertanyaan-pertanyaan seperti ini justru menjadi kesempatan bagi kita untuk memaparkan iman kita. Saya yakin ada banyak pembaca Muslim yang berniat untuk berdiskusi dengan baik.]
mohon maaf, ingin bertanya, ada beberapa pertanyaan :
1. sebagai orang Katolik, diajarkan untuk mencontoh kehidupan para martir dan para kudus, salah satunya adalah Keluarga Kudus Nasaret,
yang menjadi pertanyaan :
agama/keimanan apa yang dianut Maria dan Yusuf sebagai orang tua Yesus ?
apakah mereka mengimani trinitas, atau ke-esa-an Allah ?
2. sebagai bagian tradisi, hari lahir yesus diperingati 25 des, yang berdasar sejarahnya, adalah hasil inkulturasi agama kristen ke eropa (sebagian besar menyembah matahari), yg sebelum agama kristen masuk tgl itu diperingati sebagai tgl kelahiran dewa matahari (secara keilmuan, matahari berada di garis balik belahan selatan bumi tgl 22/23 des, sehingga tgl 24/25 matahari bergerak kembali ke belahan bumi utara)
pertanyaannya : bisakah Gereja mengembalikan peringatan kelahiran Yesus, ke “tanggal” sebenarnya, karena dengan bantuan teknologi dan tanda-2 alam (sejarah) yg berjalan paralel dg peristiwa kelahiran Yesus tsb.?
3. pertanyaan yang sama dengan no 2. berkenaan dengan tanggal paskah ?
yang saat ini juga mengadopsi kebiasaan adat istiadat eropa sebelum agama kristus masuk eropa.
terimakasih,
Berkah Dalem
semoga Allah berkenan, Hati dan Pikiran kita diterangi dan dicerahkan….
Shalom Agustinus,
1. Tentang iman Bunda Maria dan St. Yusuf
Bunda Maria adalah orang pertama yang mengimani rencana Allah Bapa, yang atas kuasa Roh Kudus akan mengutus Putera-Nya ke dunia.
Bunda Maria membuktikan imannya itu dengan kesediaannya untuk mengandung dan melahirkan Sang Putera Allah itu.
Demikian pula Yusuf. Saat hendak menceraikan dia dengan diam-diam agar tidak mencemarkan nama Maria, seorang malaikat datang kepadanya dalam mimpi, dan berkata:
St. Yusuf mengimani apa yang disampaikan oleh malaikat ini dan ia berbuat seperti yang diperintahkan oleh malaikat itu kepadanya: ia mengambil Maria sebagai istrinya (lih. Mat 1:24), sebab ia mengetahui bahwa anak di dalam kandungan Maria adalah dari Roh Kudus, yaitu Anak Allah, yang harus ia beri nama Yesus (artinya: Allah menyelamatkan), sebab, sebagaimana dikatakan oleh malaikat, Anak itu akan menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosa mereka.
Jadi Kitab Suci mengajarkan bahwa Bunda Maria dan St. Yusuf adalah orang-orang yang pertama yang percaya akan karya keselamatan Allah Tritunggal yang dinyatakan dengan Inkarnasi Kristus (yang kemudian mencapai puncaknya dalam wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga). St. Yusuf dan Bunda Maria termasuk dalam kaum sisa Israel yang percaya akan penggenapan rencana keselamatan Allah atas umat-Nya, yang dinyatakan di dalam Kristus, yang kemudian mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16:18-19). Atas ketaatan Maria, maka sebelum wafat-Nya, Kristus menyerahkan Bunda Maria kepada murid-murid yang dikasihi-Nya, agar menjadi ibu baginya (lih. Yoh 19:26-27); dan karena itu pulalah Gereja menjadikan Bunda Maria, sebagai ibu bagi Gereja yang terdiri dari para murid yang dikasihi oleh Kristus.
2. Tradisi perayaan Natal
Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Menurut St. Yohanes Krisostomus, Natal memang jatuh pada tanggal 25 Desember, dengan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria, ayah Yohanes Pembaptis, adalah imam agung yang memimpin ibadah pada hari Atonement yang jatuh pada tanggal 24 September (pada saat ia menerima kabar dari malaikat bahwa istrinya Elisabet akan mengandung). Yohanes Pembaptis lahir 9 bulan sesudahnya, yaitu tanggal 24 Juni; dan Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember (sumber: New Catholic Encyclopedia, Vol. 3: Can-Col, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p.655-656).
3. Tradisi perayaan Paskah
Memang terdapat pendapat sebagian orang yang menghubungkan perayaan Paskah dengan perayaan kaum pagan. Tentang apakah Ucapan ‘Happy Easter’, salah kaprah?, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Tentu bagi umat Kristiani, perayaan Paskah tidak terkait dengan paganisme, namun terkait dengan wafat dan kebangkitan Kristus.
Sedangkan kenapa perayaan Paskah setiap tahunnya tidak sama tanggalnya (antara 22 Maret sampai 25 April), itu disebabkan karena Gereja mengikuti tradisi Gereja awal, yang merayakan Paskah dalam kaitannya dengan Paska Yahudi, karena wafat dan kebangkitan Kristus terjadi di sekitar perayaan Paska Yahudi. Karena perhitungan kalender Yahudi didasari siklus matahari dan bulan, maka perayaan Paska mereka bergeser dari tahun ke tahun.
Tentang penjelasan yang lebih lanjut tentang hal penentuan tanggal Paskah, silakan membaca di situs ini.
Ya, semoga hati dan pikiran kita diterangi oleh Allah untuk mengetahui kebenaran yang dinyatakan-Nya melalui Gereja-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
mohon ijin bapak stefanus untuk copy penjelasannyanya ttg hari NATAL..
terima kasih..
[Dari Katolisitas: Silakan digunakan, asalkan bukan untuk kepentingan komersial, dan silakan pula menuliskan sumbernya, yaitu dari situs katolisitas.org/ http://www.katolisitas.org ]
Shalom, Bu
saya mahu penerangan jelas mengenai kelahiran YESUS..Baru-baru ini saya menjumpai artikel milik seseorg yg mengulas pasal CHRISTMAS..dimana dia mengatakan CHRISTMAS itu sebenarnya bukan menyambut kelahiran Yesus, 25DEC.dia juga menafikan bahawa yesus bukan lahir 25DEC.dia juga mengaitkan petikan bible mengenai saat Yesus Dilahirkan.
ini ulasannya:
(“Sungguh sangat mustahil jika Jesus dilahirkan pada musim sejuk (Di wilayah Yudea, setiap bulan Disember adalah musim hujan dan suhunya sangat sejuk). Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Jesus:
“Di kawasan itu terdapat gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternakan mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan berdekatan dengan mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kegembiraan yang besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu penyelamat, iaitu Kristus, di bandar Daud”.”
Tidak mungkin para penggembala itu berada di padang Yudea pada bulan Disember. Kebiasaannya mereka melepaskan binatang ternakan ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat ternakan tersebut dimasukkan ke dalam kandang untuk mengelakkan hujan dan cuaca sejuk ialah pada 15 Oktober. Bible sendiri dalam Perjanjian Lama, kitab Kidung Agung 2 dan Ezra 10:9,13 menjelaskan bahawa bila musim sejuk tiba, tidak mungkin para gembala dan ternakannya berada di padang terbuka pada malam hari.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui bilakah hari kelahiran Isa yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristian sendiri, saya boleh membuat kesimpulan bahawa Jesus lahir pada awal musim gugur (yang dianggarkan jatuh pada bulan September), atau sekitar 6 bulan selepas hari Paskah. Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Jesus, nescaya Dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya.”
[dari Katolisitas: kami edit]
Saya tidak puas hati dengan pendapat orang yang mengulas mengenai ini.Jadi mohon penjelasan kepada Bu agar semua umat kristian dapat memberikan penerangan jelas bila disoal mengenai perkara ini.
salam damai…
Shalom Fonny,
St. Yohanes Krisostomus berargumentasi bahwa Natal memang jatuh pada tanggal 25 Desember, dengan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria adalah iman agung dan hari Atonement jatuh pada tanggal 24 September, maka Yohanes lahir tanggal 24 Juni dan Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember. (sumber: New Catholic Encyclopedia, Vol. 3: Can-Col, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p.655-656.)
Nah argumentasi ini lebih kuat dibanding dengan argumentasi iklim, yang dipakai sebagai dasar perkiraan orang- orang yang ingin menolak perayaan Natal di bulan Desember. Tentang argumen mereka ini (yang dikaitkan dengan ayat Kitab Suci yang mengatakan, ‘gembala tinggal di padang pada waktu malam’ (lih. Luk 2:8), maka artinya menurut mereka, ini tak mungkin terjadi di bulan Desember), sudah pernah kami tanggapi di jawaban ini, silakan klik.
Akhirnya, mari kita pegang prinsip ini, yaitu bahwa Kitab Suci diberikan kepada Gereja, maka untuk menginterpretasikannya, kita juga mengacu kepada penjelasan Gereja dan bukan kepada interpretasi mereka yang tidak percaya kepada Kristus. Penjelasan tentang tradisi perayaan Natal kita ketahui, antara lain dari tulisan Bapa Gereja (dalam hal ini St. Yohanes Krisostomus) yang menghitungnya dari fakta sejarah saat malaikat memberikan kabar gembira kepada Zakaria, saat ia bertugas menjadi imam agung di hari Atonement, yaitu tanggal 24 September, dengan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis sembilan bulan berikutnya, yaitu 24 Juni, sehingga kelahiran Yesus 6 bulan berikutnya jatuh di tanggal 24 Desember malam/ 25 Desember. Hal ini tidaklah menjadi perhatian mereka yang tidak memahami Kitab Suci dan fakta sejarah tentang hari Atonement.
Selanjutnya, silakan Anda membaca tentang asal usul perayaan Natal di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam,
sudah jelas alkitab tidak membicarakan atau memberitahukan tentang kelahiran Yesus apa lagi bicara tentang perayaan ualang tahunnya YESUS tetapi sekarang saya lebih mengerti bahwa gereja katolik mencari2 bukti dan sejarah kapan lahirnya Yesus dan ternyata memang benar Natal itu buatan gereja katolik, tak bisa disangkal lagi.
[dari katolisitas: Alkitab mencatat dengan jelas bahwa Yesus dilahirkan oleh Perawan Maria. Yang tidak dicatat adalah tanggal lahirnya. Hal ini tidak menjadi masalah, karena kalau kita juga merayakan ulang tahun saudara dan teman kita, maka menjadi hal yang lebih penting untuk merayakan ulang tahun Yesus Kristus, sebagai tanda syukur atas kasih Allah yang telah memberikan Sang Penyelamat. Dan perhitungan tanggal, telah dilakukan oleh St. Yohanes Krisostomus, seperti yang telah diberikan di atas.]
Shalom Saudara Stef bagaimana menjawab jika ada saudara non Katolik bertanya begini..” cari dalam Al-Kitab, dari manakah asalnya perayaan hari Natal?…
[Dari Katolisitas: Pertama-tama, silakan Anda membaca artikel di atas, silakan klik. Selanjutnya, mari kita pahami bahwa Kitab Suci tidak menuliskan segala sesuatunya tentang Kristus. Tentang kapan tepatnya tanggal hari kelahiran Kristus memang tidak disebutkan dalam Kitab Suci, namun para ahli dapat memperkirakannya, sebagaimana dikatakan oleh St. Yohanes Krisostomus. Setelah diketahui tanggalnya, memang pertanyaannya adalah: maukah kita merayakan hari istimewa tersebut? Jika seseorang memutuskan untuk tidak mau merayakan hari kelahiran Kristus, itu adalah keputusannya sendiri. Namun jika Gereja Katolik merayakannya itu adalah hal yang wajar sekali. Jika kita saja merayakan ulang tahun diri kita, atau anak kita atau orang tua kita, masakah kita tidak mau merayakan hari kelahiran Kristus yang menjadi Juru Selamat kita?]
bole bertanya… saya habis baca link http://edwardgustaf.blogspot.com/2011/12/natal-menurut-herbert-w-amstrong.html?utm_source=BP_recent.. mungkin barangkali boleh menjelaskan, karena saya sebagai katholik pun baru tahu itu.. trimakasih sebelumnya,,
[dari katolisitas: silakan melihat jawawban di atas – silakan klik]
Syalom Katolisitas.org!
Berkaitan dengan natal, saya mau tanya nih. Sering saya mendengar kalau natal itu dikaitkan dengan inkarnasi. Kita tahu bahwa INKARNASI ITU ADALAH ALLAH YANG MENJADI MANUSIA. Nah, saya pernah mendengar penyataan kurang lebih begini SANTO AGUSTINUS BERKATA BAHWA DALAM PERISTIWA INKARNASI ITU ALLAH MENJADI MANUSIA AGAR MANUSIA MENJADI ALLAH.
Pertanyaan saya, benarkah pernyataan itu berasal dari St Agustinus?
Tolong jawaban saya dikirim juga ke alamat email saya.
Terima kasih!!!!
Shalom Brian,
Terima kasih atas pertanyannya tentang Inkarnasi. Beberapa Bapa Gereja mengatakan bahwa Allah menjadi manusia, sehingga manusia dapat diilahikan atau menjadi Allah. St. Athanasius menuliskan “God became man so that man might become a god.” (cf. St. Athanasius, De Incarnatione or On the Incarnation 54:3, PG 25:192B”). St. Thomas juga mengutip St. Agustinus menuliskan “the full participation of the Divinity, which is the true bliss of man and end of human life; and this is bestowed upon us by Christ’s humanity; for Augustine says in a sermon (xiii de Temp): ‘God was made man, that man might be made God’ ” (ST III, q. 1 a. 2)” Bagaimana kita dapat mengerti hal ini? Katekismus Gereja Katolik menuliskannya sebagai berikut:
Manusia diilahikan harus dimengerti sebagai partisipasi atau mengambil bagian dari kodrat Ilahi. Dan hal ini terjadi dalam peristiwa baptisan, di mana kita menerima rahmat pengudusan, pengampunan dosa, menjadi anak-anak Allah melalui Kristus, beserta dengan rahmat-rahmat yang lain. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih atas jawaban sekalian informasinya. Membaca jawaban ini saya menjadi kagum dengan Allah orang katolik. Melalui peristiwa inkarnasi, Allah tidak hanya tinggal dalam keilahian-Nya melainkan tampak juga dalam kemanusiawian-Nya. Jadi, Allah orang kristen tidak hanya tampak ilahinya saja melainkan juga tampak kemanusiawiannya.
apakah kepentingan hari natal bagi umat kristian walaupun hari tersebut tidak disebut dalam bible
Shalom Jason,
Terima kasih atas pertanyaannya. Tidak semua hal disebutkan di dalam Alkitab (lih. Yoh 21:25), termasuk kata Inkarnasi, Trinitas, Natal. Jangan lupa juga bahwa Alkitab juga tidak pernah menuliskan larangan untuk merayakan Natal. Satu hal yang pasti bahwa kelahiran Yesus disebutkan di Alkitab. Merayakan misteri Inkarnasi, merayakan Tuhan datang ke dunia dalam rupa manusia, merayakan bukti cinta kasih Allah kepada manusia adalah esensi dari perayaan Natal. Dengan demikian perayaan Natal adalah hal yang sangat baik, karena seluruh umat Allah memperingati belas kasih Allah. Kalau memperingati ulang tahun anak kita adalah hal yang baik – karena mengingatkan akan kasih Allah yang memberikan anak di dalam keluarga kita, maka seharusnya memperingati ulang tahun penyelamat kita adalah hal yang sangat baik, bahkan sudah seharusnya dilakukan. Hari ini, tanggal 25 Maret, Gereja Katolik memperingati Bunda Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel, yang kemudian 9 bulan lagi, pada tanggal 25 Desember, Gereje Katolik dan seluruh umat Kristen lain memperingati kelahiran Yesus Kristus. Mari, di hari pesta Maria menerima kabar gembira ini, kita semakin diingatkan akan kasih Allah yang sungguh besar, sehingga Dia rela untuk memberikan Putera-Nya untuk datang ke dunia dan menebus dosa manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
saya seorang muslim, direkomendasikan oleh teman katholik saya untuk mengunjungi situs ini,
dari uraian-uraian yang anda sampaikan di atas, berarti yang membentuk agama katholik sendiri bukanlah Yesus (dalam kepercayaan kami Isa putra maryam)? namun agama katholik adalah hasil susunan orang-orang setelahnya baik dalam hal :
1.aqidah (konsep trinitas dan lain sebagainya)
2. syari’at (tata cara peribadatan)
3. ma’rifat (proses pengenalan tentang hakekat tuhan itu sendiri)
dan lain sebagainya? alias banyak sekali kelonggaran di dalam agama katholik sehingga mampu menurunkan ajaran-ajaran baru (alias boleh berinovasi dalam permasalahan agama) yang dikatakan dengan dosa bidaat (di kami dikenal istilah bid’ah)? mohon penjelasannya…..terima kasih
Shalom Anggara,
Terima kasih, anda sudah datang mengunjungi situs katolisitas.
Yesus Kristus memang tidak menuliskan Injil, namun bukan berarti apa yang tertulis dalam Injil bukan berasal daripada-Nya. Keempat kitab Injil dituliskan oleh para Rasul Kristus (yaitu Injil Matius dan Yohanes), dan oleh para pembantu rasul Kristus (Injil Markus yang adalah anak angkat Rasul Petrus dan Lukas yang adalah pembantu Rasul Paulus). Kenyataan bahwa meskipun dituliskan oleh empat orang yang berbeda namun menyampaikan hal yang kurang lebih sama dan saling melengkapi, memberikan kesaksian yang lebih kuat akan adanya campur tangan Allah dalam penulisan Kitab Injil tersebut.
Di atas semua itu, iman Kristiani memang bukan iman yang semata- mata tergantung pada sebuah Buku/ Kitab Suci, namun iman yang mengikuti Seorang Pribadi, yaitu Allah Putera yang menjelma menjadi manusia, demi menyelamatkan umat manusia. Oleh karena itu, iman Kristiani bersumber kepada Pribadi Sang Allah Putera, yang dalam penjelmaan- Nya menjadi manusia mengambil nama: Yesus Kristus.
Berikut ini adalah tanggapan saya atas pernyataan/ pertanyaan anda:
1. Konsep ajaran, seperti Trinitas.
Konsep Trinitas itu sudah ada dan diajarkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, walaupun memang belum sejelas seperti pada Perjanjian Baru (yaitu jaman Kristus dan para rasul). Kristus sendiri, walaupun tidak secara eksplisit mengatakan “Aku adalah Tuhan”, namun dengan berbagai cara Ia menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan. Jika Ia bukan Tuhan, tidak mungkin Ia dapat melakukan hal- hal seperti yang dilakukan-Nya. Sama seperti Bill Gates yang tidak pernah menyatakan, “Saya adalah orang kaya”, namun banyak orang percaya kepadanya, melihat bukti- bukti yang menyatakan bahwa ia sungguh orang kaya (misal dari bukti jumlah uang di bank-nya, jumlah sumbangan yang dia berikan kepada yayasan tertentu, dst); demikian pula Kristus: Ia tidak perlu menyatakan “Aku ini Tuhan”, namun terdapat banyak bukti yang menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan. Silakan membaca selanjutnya tentang bukti ke- Allahan Yesus di sini, silakan klik, dan bahwa kedatangan-Nya sudah dinubuatkan para nabi, silakan klik, dan tentang Allah Trinitas, klik di sini.
2. Tata cara ibadah
Tata cara ibadah diajarkan oleh para rasul sesuai dengan apa yang mereka terima dari Kristus dan oleh tuntunan Roh Kudus. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Wahyu Tuhan disampaikan kepada manusia dengan cara lisan dan tulisan. Sabda-Nya yang tertulis adalah Kitab Suci, sedangkan yang disampaikan secara lisan adalah Tradisi Suci, yaitu ajaran yang disampaikan oleh Kristus secara lisan kepada para rasul-Nya, dan yang kemudian diteruskan kepada para penerus rasul. Selanjutnya Tradisi Suci inipun dituliskan oleh para penerus Rasul, yang dikenal dengan sebutan para Bapa Gereja, untuk diteruskan lagi kepada para penerus mereka. Karena keduanya (Kitab Suci dan Tradisi Suci) berasal dari Allah, maka baik Kitab Suci maupun Tradisi Suci harus dihormati dengan penghormatan yang sama. Maka tata cara ibadah, juga bersumber pada Kristus, dan bukan semata ‘karangan’ para pengikut-Nya.
3. Proses pengenalan akan Tuhan
Proses pengenalan akan Tuhan merupakan pengajaran yang disampaikan di dalam Kitab Suci maupun Tradisi Suci. Kitab Suci mengajarkan bahwa Kristus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus, dan kepada Petrus, Kristus memberikan kuasa untuk mengajar umat-Nya dan bahwa Kristus akan menyertai Gereja-Nya sehingga tidak akan dikuasai oleh alam maut (lihat Mat 16:18-19) dan bahwa Kristus akan menyertai para murid-Nya sampai akhir jaman (Mat 28:19-20). Ayat- ayat ini menunjukkan bahwa Kristus memberikan kuasa/ wewenang kepada Rasul Petrus dan para penerusnya untuk mengajar atas nama-Nya. Karena itu, mereka tidak dapat mengajar sesuai dengan kehendak dan pemahaman mereka sendiri, melainkan hanya meneruskan kembali apa yang telah mereka terima dari para pendahulu mereka.
Dengan demikian anda keliru jika mengatakan, “banyak sekali kelonggaran di dalam agama katholik sehingga mampu menurunkan ajaran-ajaran baru (alias boleh berinovasi dalam permasalahan agama)“. Semua ajaran Gereja Katolik memiliki dasar dari Kitab Suci dan Tradisi Suci yang bersumber pada Kristus sendiri, dan bukan ajaran baru. Silakan anda menyebutkan hal ajaran apa yang anda pikir sebagai ‘inovasi’ dalam permasalahan agama. Tidak ada inovasi dalam hal ajaran, yang ada hanyalah inovasi dalam cara penyampaiannya, misalnya saja sekarang ini, dengan menggunakan cara dialog, dengan menggunakan teknologi internet, TV maupun radio, dst. Ajaran iman Katolik memang mengalami perkembangan organik, seumpama dari pohon/ ranting kecil menjadi besar, dalam artian apa yang diajarkan menjadi semakin jelas bagi umat beriman. Nah semua perkembangan ini selalu berasal dari akar yang sama, dan tidak ada ranting yang tumbuh tiba- tiba atau putus tiba- tiba. Artinya semua yang sejak dahulu dinyatakan benar, tidak akan kemudian dinyatakan salah, ataupun sebaliknya. Maka, jika ada anggota Gereja yang kemudian mengajarkan sesuatu yang tidak sepenuhnya berakar dari ajaran Kristus dan para rasul, ia disebut sebagai bidat dan ajarannya adalah bidaah. Selanjutnya tentang bidaah dan bidat, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Saya memahami bahwa kemungkinan anda memiliki pandangan yang berbeda dengan kami umat Katolik. Namun setidaknya anda dapat melihat adanya dasar pengajaran Gereja Katolik, yang tidak berdasarkan atas pandangan manusia ataupun pemahaman manusia, namun dari Allah sendiri yang memang mewahyukan Diri-Nya kepada Gereja-Nya. Pengajaran inilah yang dengan setia diajarkan secara turun temurun, dari para Rasul sampai sekarang dalam Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom mbak Ingrid/Mas Stef,
Seorang teman saya menanyakan apakah dasar orang katolik merayakan hari NATAL pada tgl. 25 Desember (mengapa tgl 25 Desember) karena tidak ada tertulis dalam kitab suci? Teman saya itu beragama kristen tetapi saya tidak tahu nama gerejanya (Ia beribadah dalam persekutuan doa di rumah-rumah). Saya sempat dua kali mengucapkan selamat hari natal pada beliau melalui SMS tetapi tidak dibalasnya. Dalam satu kesempatan berjumpa dengan beliau mengatakan bahwa ia tidak membalas ucapan selamat NATAL saya oleh karena ia tidak mengakui adanya hari natal.
Mohon mbak Ingrid/Mas Stef memberi penerangannya.
Terimakasih sebelumnya saya ucapkan atas penerangan2nya.
Salam,
Sonya Natalia
[dari katolisitas: silakan melihat keterangan di atas tentang Natal – silakan klik dan juga tanya jawab ini – silakan klik]
syalom,,
mau tanya apakah boleh merayakan hari natal sebelum tanggal 25 Desember atau sesudah lewat masa natal, seperti yg sering dilakukan oleh Sdr2 kt yg protestan???
Shalom Lian,
Sebenarnya, memang dari pemahaman makna Adven, kita tidak dianjurkan untuk merayakan Natal sebelum hari Natal. Maka kalau anda ingin merayakan Natal bersama keluarga, rayakanlah setelah Malam Natal, setelah hari Natal selama dalm 8 hari (Oktaf Natal). Gereja Katolik memang merayakan Natal dari sejak Malam Natal, sampai hari Epifani (Minggu Pertama setelah Oktaf Natal) dan bahkan gereja-gereja memasang dekorasi Natal sampai perayaan Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis, (hari Minggu setelah tanggal 6 Januari).
Memang, dalam kenyataannya, misalnya, kita melihat perayaan Natal diadakan misalnya di kantor tempat kita bekerja, yang diadakan sebelum tanggal 25 Desember. Dengan mempertimbangkan semangat ekumene, maka kita dapat menghadirinya, namun jika anda berkesempatan berdialog dengan para penyelenggara, mungkin anda dapat mengusulkannya agar lain kali, dapat diadakan perayaan Natal sesudah hari Natal. Namun jika kita sendiri mau mengadakan perayaan Natal, maka dengan pemahaman makna Adven, mari kita mengadakannya setelah hari Natal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera dalam nama Kristus,
kepada pak stefanus,
Menurut saya kita boleh saja merayakan natal supaya umat beriman mengingat akan kelahiran Yesus Kristus, mengenai tanggal kapan Yesus lahir ke dunia tidak ada yang tahu kecuali tentu saja keluarga kudus di nasaret ( St. Yosef dan Bunda Maria ), jadi tidak jadi maalah kapan kita merayakan kelahiran Tuhan, contoh gereja roma merayakan tgl 25 des sedangkan gereja2 timur merayakan tanggal 6 januari.
Saya pikir bukan kapan tanggal yang tepat untuk merayakan natal tetapi pemahaman yang tepat akan arti natal adalah lebih penting yaitu merayakan inkarnasi sang sabda yang menjadi manusia yang menjadi titik awal karya penyelamatan Allah akan umat manusia,
sebab barang siapa yang percaya kepadanya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.
mengenai dasar alkitabiah tentang perayaan natal memang tidak ada. tetapi gereja semesta tidak melulu mendasarkan ajarannya pada alkitab saja, masih ada pengajaran rasul2 yang terpelihara dalam gerejanya yang rasuliah ( apostolik ), jadi kedudukan alkitab bukan di atas gereja seperti dalam gereja protestan tetapi di dalam gereja ( gerejalah yang meng-kanonkan alkitab ).
mohon diluruskan jika ada yang salah, terima kasih.
Shalom Justin,
Terima kasih atas tanggapannya tentang perayaan Natal. Secara prinsip memang benar, bahwa tidak ada di Alkitab yang mengatakan bahwa kita harus merayakan natal. Namun, prinsip bahwa kita harus mensyukuri akan kedatangan Kristus tentu saja banyak disebutkan di Alkitab. Kalau kita, sebagai manusia sering merayakan hari ulang tahun saudara, keluarga maupun teman, mengapa kita tidak merayakan ulang tahun Yesus Kristus? Kalau kita tahu hari ulang tahun saudara, keluarga dan teman, sebaliknya kita tidak tahu secara persis tanggal kelahiran Yesus, walaupun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang hal ini. Oleh karena itu, adalah baik untuk mempunyai tanggal dan hari yang sama akan kelahiran Yesus Kristus, sehingga seluruh umat Kristiani dapat merayakan hari Natal, sebagai tanda syukur akan karunia Kristus dalam keselamatan umat manusia. Dan seperti yang Justin katakan, bahwa yang terpenting dalam perayaan Natal bukan pada tanggalnya (karena kita tidak tahu secara persis tanggal kelahiran Yesus), melainkan pemahaman serta persiapan hari Natal, sehingga setiap tahun, hati kita dapat diperbaharui dengan Yesus yang juga lahir di hati kita masing-masing.
Gereja Barat dan Gereja Timur sebenarnya merayakan natal pada tanggal yang sama, hanya Gereja Barat memakai kalender Gregorian (kalender yang kita kenal sekarang), sedangkan Gereja Timur memakai kalender Julian. 25 Desember menurut kalendar Julian adalah sama dengan 7 Januari menurut kalender Gregorian.
Mari, dalam masa adven ini, kita bersama-sama mempersiapkan hati kita untuk menyambut kedatangan Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Saya setuju soal perayaan natal bukan terletak pada tanggalnya melainkan pada pemahamannya. Namun kita harus mengikuti kebijakan Bapa Gereja kita. Mereka sudah menetapkan tanggal 25 Desember dan menyongsong tanggal itu umat dipersiapkan hati dan dirinya untuk memahami perayaan natal itu. Itulah masa adven.
Banyak orang yang berpikiran seperti sdr Justin (tanggal tidak penting, pemahaman penting) lalu membuat acara natalnya suka-suka. Karena itu, di daerah saya sering kali terjadi masih tanggal belasan sudah ada acara natalan bersama. Untuk Gereja Katolik bersikap tegas agar umatnya tidak terlibat demi mengadakan persiapan.
Matius 7
7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
oke, terima kasih atas jawabannya. Namun ada hal-hal yang hendak saya pertanyakan disini:
1. Dalam ayat Matius diatas jelas sekali bahwa yang masuk surga adalah orang yang melakukan kehendak Tuhan.
” menurut anda apakah [b]”kehendak Tuhan”[/b] dalam ayat diatas mengandung nilai perintah peribadatan?”
2. Kalau anda jawab [b]’ya'[/b], maka dalam hal peribadatan itu bersifat mutlak harus diikuti?
kalau anda jawab [b]”tidak”[/b] apakah argumen anda tentang hal tersebut?
3. Jadi sesuai dengan yang anda sampaikan diatas merayakan natal hukumnya adalah “boleh” ataukah harus/mesti/wajib? karena dibagian tulisan anda yang lain mengatakan merayakannya adalah untuk mensukuri kelahiran yesus? sedangkan setiap kristiani harus/mesti/wajib mensukuri kelahiran yesus.
terima kasih kepada
Bapak Stefanus
Shalom Kusno,
Terima kasih atas pertanyaannya. Kalau Kusno ingin mengetahui konsep keselamatan menurut Gereja Katolik, maka Kusno harus melihat apa yang dikatakan oleh Alkitab secara keseluruhan, dan bukan satu ayat, seperti Mt 7:21 yaitu "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." Karena di dalam Alkitab, juga dikatakan pentingnya iman dalam proses keselamatan, seperti "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah" (Ibr 11:6), dan juga baptisan sebagai sarana keselamatan karena Alkitab mengatakan "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum." (Mk 16:16). Dan di atas semuanya itu, rahmat Allah adalah penggerak utama dalam proses keselamatan. Oleh karena itu, keselamatan menurut konsep Gereja Katolik dapat disarikan:
1) Internal supernatural grace is absolutely necessary for the beginning of faith and salvation.
2) Without the special help of God, the justified cannot persevere to the end in justification.
3) The causes of Justification. (Defined by the Council of Trent) :
a) The final cause is the honour of God and of Christ and the eternal life of men.
b) The efficient cause is the mercy of God.
c) The meritorious cause is Jesus Christ, who as mediator between God and men, has made atonement for us and merited the grace by which we are justified.
d) The instrumental cause of the first justification is the Sacrament of Baptism. Thus it defines that Faith is a necessary precondition for justification (of adults).
e) The formal cause is God’s Justice, not by which He Himself is just, but which He makes us just, that is, Sanctifying Grace.
4) The justification of an adult is not possible without faith.
5) Besides faith, further acts of disposition must be present.
6) Baptism confers the grace of justification.
Mungkin terlalu cepat kalau kita ingin berbicara tentang konsep keselamatan. Namun, kalau Kusno ingin mengadakan perbandingan antara konsep keselamatan menurut Gereja Katolik dan Islam atau agama yang lain, maka kita dapat berdialog tentang hal ini secara lebih mendalam.
Saya pikir untuk mengomentari masalah keselamatan dan dihubungkan dengan hari Natal adalah terlalu dibuat-buat, karena Hari Natal hanyalah ungkapan syukur akan Tuhan Yesus yang hadir di dalam sejarah manusia untuk menyelamatkan manusia. Yang terpenting bagi umat Kristen adalah untuk senantiasa mensyukuri dan mengimani Yesus yang sungguh Allah masuk dalam sejarah manusia untuk menjadi sama seperti manusia (kecuali dalam hal dosa), sehingga terbuka keselamatan bagi seluruh umat manusia. Hal ini sama seperti orang yang senantiasa mensyukuri karunia kehidupan, walaupun dia tidak merayakan hari ulang tahunnya.
Semoga keterangan di atas dapat memperjelas. Agar diskusi kita dapat terfokus, mungkin ada baiknya untuk memberikan argumentasi secara to the point. Terima kasih atas keterbukaan Kusno untuk mau mencoba mengerti apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Kepada Bpk stefanus
Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun I, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun Injil Lukas 2:1 menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus, jadi antara tahun 27 Sebelum Masehi – 14 Sesudah Masehi.** Sedangkan Matius 2:1 menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes Agung: tahun 37 Sebelum Masehi – 4 sesudah Masehi.
Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus dengan berita yang disampaikan oleh Injil, Lukas maupun Matius, tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 Sebelum Masehi, tahun 6 Sebelum Masehi, tahun 4 sesudah masehi. Antara lain kita kutip buku tulisan rev. Dr. Charles Franciss Petter, MA., B.D., S.T.M. yang berjudul The Lost Years of Jesus Revealed hal 119 sebagai berikut:
In the nineteehnt century, when it became evident and was finally admitted that Herod died in the year 4 B.C. and it was recalled that, according to story in Matthew’s Gospel (2:16), King Herod, in order to eliminate little Jesus as a possible “King of the Jews”, had ordered all infants of two years old and under to be killed, the birth-date of Jesus 0bviously had to be moved back to 4 B at least. Today, scholars prefer 5 to 6 B as the date best accomodating the indonsistent and even cont5radictory traditions, legens, and gospels, although some historians push the date back to 8 and 10 b.C. The problem of the correct dating of Jesus’ birth, life, and death has now been raised again (due to several statemensin these Essence Scrolls) along with the related question on the deity.
(Pada abad ke-19 setelah terbukti dan akhirnya diakui bahwa Herodes telah mati 4 tahun sebelum masehi dan setelah ditetapkan, bahwa menurut cerita Matius (2:16) raja Herodes memerintahkan pembunuhan kanak-kanak umur/dibawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus yang masih bayi yang katanya bakal jadi raja orang-orang Yahudi, maka jelaslah tanggal lahir Yesus harus digeser ke belakang, paling sedikit 4 tahun sebelum masehi. Masa kini para sarjana lebih condong menggeserkan tanggal lahirnya Yesus itu 5 sampai 6 tahun ke belakang tahun Masehi. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran) malah soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanannya juga harus dibangkitkan kembali).
Jadi sampai hari inipun tidak ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan.
LALU JIKA ANDA BERPENDAPAT BOLEH MERAYAKAN HARI NATAL YANG TIDAK ADA KETERANGANYNYA SAMA SEKALI DI BIBLE BERARTI ANDA TELAH MELAKUKAN BIDAAT DAN MEMBAWA SESUATU YANG TIDAK PERNAH DIAJARKAN YESUS/YESUS TIDAK PERNAH MENGAJARKANNYA, SAMA SAJA DONG ANDA DENGAN SAKSI YEHUWA YANG ANDA ANGGAP BUKAN SAKSI KRISTUS.
Shalom Kusno,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang tahun kelahiran Yesus Kristus. Saya pernah menjawab pertanyaan serupa di sini (silakan klik). Secara prinsip, Dionysius Exiguus, orang yang pertama kali memperkenalkan AD (Anno Domini / the year of hte Lord) membuat kesalahan dalam perhitungan. Jadi, memang benar, bahwa Yesus diperkirakan lahir sekita tahun 3BC – 5BC. Dan mengapa kita merayakan natal tanggal 25 Desember, silakan melihat jawaban ini (silakan klik).
Lebih lanjut Kusno mengatakan “LALU JIKA ANDA BERPENDAPAT BOLEH MERAYAKAN HARI NATAL YANG TIDAK ADA KETERANGANYNYA SAMA SEKALI DI BIBLE BERARTI ANDA TELAH MELAKUKAN BIDAAT DAN MEMBAWA SESUATU YANG TIDAK PERNAH DIAJARKAN YESUS/YESUS TIDAK PERNAH MENGAJARKANNYA, SAMA SAJA DONG ANDA DENGAN SAKSI YEHUWA YANG ANDA ANGGAP BUKAN SAKSI KRISTUS.“
a) Pernyataan ini sama saja dengan mengatakan bahwa kalau umat Kristen percaya akan Trinitas maka mereka melakukan dosa bidaah. Kata Trinitas memang tidak pernah disebutkan secara eksplisit, namun esensi dari Trinitas terlihat dengan jelas di dalam Alkitab. Demikian juga dengan perayaan Natal. Secara esensi, kita ingin mensyukuri kedatangan Kristus ke dunia yang menyelamatkan umat manusia.
b) Apakah kita sebagai orang Kristen boleh merayakannya? Jawabannya YA, dengan beberapa alasan berikut ini: (keterangan di bawah ini adalah dengan asumsi bahwa pesta natal berasal dari kebiasaan kaum kafir, yaitu perayaan dewa matahari).
1) Dari alasan inkulturasi. Kita tidak harus menghapus semua hal di dalam sejarah atau kebiasaan tertentu di dalam kebudayaan tertentu, sejauh itu tidak bertentangan dengan ajaran dan doktrin Gereja dan juga membantu manusia untuk lebih dapat menerima Kekristenan. Essensi dari perayaan Natal ini adalah kita ingin memperingati kelahiran Yesus Kristus, yang menunjukkan misteri inkarnasi. Dan karena Yesus adalah terang dunia (Lih Yoh 8:12; Yoh 9:5), adalah sangat wajar untuk mengganti penyembahan kepada dewa matahari dengan Allah Putera, Yesus, Sang Terang Dunia. Dan karena Yesus adalah “awal dan akhir” dan datang “untuk membuat semuanya baru” (Wah 21:5-6), maka tahun kelahiran Kristus diperhitungkan sebagai tahun 1. Dengan ini, maka orang-orang yang tadinya merayakan dewa matahari, setelah menjadi Kristen, mereka merayakan Tuhan yang benar, yaitu Yesus. Dan orang-orang tersebut akan dengan mudah menerima Kekristenan dan sebaliknya Gereja juga tidak mengorbankan nilai-nilai Kekristenan.
2) Namun di satu sisi, Gereja tidak pernah berkompromi terhadap hari Tuhan, yang kita peringati sebagai hari Minggu. Disini Gereja tahu secara persis, kematian Tuhan di kayu salib jatuh pada hari Jumat dan kebangkitannya adalah hari Minggu. Pada masa gereja awal, ada yang memaksakan untuk mengadakan hari Tuhan pada hari Sabat (mulai hari Jumat sore sampai Sabtu malam). Namun beberapa Santo di abad awal mempertahankan bahwa hari Tuhan harus hari Minggu dengan alasan: 1) Yesus bangkit pada hari Minggu, 2) Yesus memperbaharui hukum dalam Perjanjian Baru dengan hukum yang baru. Dengan dasar inilah Gereja berkeras untuk mempertahankan hari Minggu sebagai hari Tuhan. Namun dalam kasus perayaan Natal, tidak ada yang tahu secara persis hari kelahiran Tuhan Yesus.
3) Kalau kita amati, manusia dalam relung hatinya, mempunyai keinginan untuk menemukan penciptanya. Penyembahan kepada dewa matahari adalah merupakan perwujudan bahwa ada sesuatu yang lebih tinggi daripada manusia, dalam hal itu adalah matahari, yang dipandang dapat memberikan kehidupan bagi mahluk hidup pada waktu itu. Namun sesuai dengan prinsip “grace perfects nature atau rahmat menyempurnakan sifat alamiah” (lihat St. Thomas Aquinas, ST, I, Q.1, A.8.), maka tidak ada salahnya untuk mengadopsi tanggal yang sama, dengan menyempurnakan konsep yang salah sehingga menjadi benar, dalam hal ini penyembahan terhadap dewa terang/matahari dialihkan penyembahan kepada Yesus, Sang Sumber Terang. Kalau kita perhatikan, tanggal 1 Mei adalah hari buruh sedunia (Labour day) yang disponsori kaum komunis, namun Gereja memperingatinya sebagai hari St. Yosep pekerja (ditetapkan oleh Paus Pius XII, tahun 1955). Gereja ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa St. Yosep seharusnya menjadi figur bagi para buruh, dimana dengan mencontoh figur St. Yosep, maka dunia dapat dibangun dengan lebih adil. Juga permulaan tahun baru, Gereja menjadikan hari tersebut perayaan “Maria, bunda Allah”.
4) Adalah baik untuk mempunyai tanggal tertentu (dalam hal ini 25 Desember untuk perayaan Natal), yang setiap tahun diulang tanpa henti sampai pada akhir dunia. Tanggal ini senantiasa akan mengingatkan kita akan kelahiran Yesus Kristus. Kalau kita mengadakan quesioner di seluruh dunia, dengan pertanyaan “Kita memperingati apakah pada tanggal 25 Desember?” saya yakin bahwa hampir semua jawaban akan mengatakan “Natal, atau kelahiran Kristus” dan bukan merayakan dewa matahari.
5) Untuk umat Katolik, dengan masa adven, Gereja menginginkan agar seluruh umat Katolik mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Sang Raja. Dari sini kita melihat bahwa Gereja justru menyuruh umat-Nya untuk berpartisipasi dalam persiapan Natal, yang jatuh tanggal 25 Desember.
c) Untuk mensejajarkan antara perayaan Natal (yang tidak bersifat doktrinal) dan Saksi Yehuwa yang salah dalam dokrin-dokrin utama adalah tidak membandingkan apel dengan apel.
Semoga keterangan di atas dapat menjawab keberatan Kusno.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Comments are closed.