Sumber gambar: http://markryman.com/BLOG/2013/08/19/fourteenth-sunday-after-pentecost-year-c-august-25-2013/

[Hari Minggu biasa ke XXI;  Yes 66:18-21; Mzm 117:1,2; Ibr 12:5-7,11-13; Luk 13:22-30]

“Sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” demikian orang bertanya kepada Yesus. Namun Tuhan Yesus memilih untuk tidak menjawab secara langsung pertanyaan itu. Sebaliknya, Ia mengajarkan hal yang lebih penting, yaitu bagaimana agar kita dapat diselamatkan. Sebenarnya, pertanyaan serupa juga ditanyakan oleh orang di zaman ini, seperti: “Apakah Anda yakin Anda selamat?” Atau “Siapa sajakah orang-orang yang diselamatkan?” Nah, jika kita mempunyai pertanyaan-pertanyaan semacam itu, Injil hari ini mengingatkan kita, bahwa hal yang lebih penting menurut Tuhan Yesus adalah: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu!” (Luk 13:24). Yaitu, berjuang agar kita dapat masuk dalam bilangan orang-orang yang diselamatkan. Daripada mempertanyakan sedikit atau banyakkah orang yang diselamatkan dan siapa-siapa sajakah mereka, lebih baik kita masing-masing berjuang agar pada akhirnya kita dapat diselamatkan. Sebab rahmat keselamatan  yang dari Tuhan mensyaratkan kerjasama dan perjuangan dari pihak kita yang menerima rahmat itu. Perkataan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini menjadi dasarnya. Yaitu keselamatan yang kita terima oleh iman, tetap harus dibuktikan dengan perjuangan, dengan perbuatan nyata yang menunjukkan iman kita. Rahmat keselamatan itu bukanlah sesuatu yang diberikan otomatis, karena asal mengucap “aku percaya” tapi tanpa perjuangan untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

St. Sirilus mengajarkan kepada kita, “Pintu yang sempit itu menggambarkan kerja keras dan penderitaan para orang kudus. Sebab seperti sebuah kemenangan menjadi saksi bagi kekuatan para prajurit, demikian juga daya tahan penuh keberanian terhadap usaha dan terhadap cobaan, akan membuat orang menjadi kuat” (St. Cyril, Catena Aurea, Luk 13:22-30). Di sini Tuhan Yesus mengajarkan bahwa iman harus dibarengi dengan kerja keras, yang membuat orang dapat bertahan menghadapi berbagai cobaan dan godaan. Dengan kata lain, sebagai murid Kristus kita harus tahan menghadapi berbagai kesulitan hidup dan penderitaan. Pencobaan, yang diizinkan Tuhan untuk terjadi dalam kehidupan kita, mesti kita anggap sebagai “didikan Tuhan” yang tak boleh membuat kita putus asa, tetapi untuk menjadikan kita semakin kuat di dalam iman, agar “menghasilkan buah kebenaran yang memberi damai kepada mereka yang dilatih oleh-Nya.” (lih. Ibr 12:5,11) Sebab jika kita telah berhasil melalui pencobaan dengan bantuan rahmat Tuhan, maka kesaksian hidup kita dapat pula membangun iman orang-orang yang mendengarkan pemberitaan kita. Demikianlah, Tuhan menghendaki agar kita—seperti dikatakan Mazmur hari ini—“Pergi ke seluruh dunia dan mewartakan Injil. Sebab kasih setia Tuhan hebat atas kita, dan kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya!” (Mzm 117:2)

Marilah kita meresapkan sabda Tuhan hari ini, dan melihat bagaimana Tuhan telah hadir dan menopang kita sampai saat ini. Ia memberkati dan meneguhkan kita, namun kadang juga menegur kita, jika kita berbuat kesalahan. Ia membuka jalan bagi kita, walaupun sering kali, itu mensyaratkan kerja keras kita juga. Semoga  sabda Tuhan hari ini membuka mata hati kita, supaya kita dapat menjadi orang-orang yang tak pernah gagal mengenali kebaikan Tuhan dan bersyukur kepada-Nya, baik di waktu senang tetapi terlebih-lebih di waktu susah. Agar kita tetap teguh beriman, walau sedang mengalami kesulitan dan penderitaan. Sebab dengan demikian, kita melakukan perintah Tuhan, yaitu berjuang untuk dapat masuk dalam “pintu yang sesak itu” yang membawa kita kepada keselamatan kekal. Dengan kesaksian dan pengharapan ini, kita semua dipanggil untuk menjalani kehidupan kita. Yaitu untuk tetap setia beriman kepada Tuhan, apapun keadaan kita, sebab kita percaya Tuhan kita adalah Allah yang terlebih dahulu setia pada kita, dan kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya (Mzm 117:2). Ia tak pernah meninggalkan kita, dan Ia akan membawa kita ke tempat di mana Ia berada (lih. Yoh 14:3). Di dunia sekarang ini, di mana nilai kesetiaan telah mulai kabur, kabar tentang kasih setia Tuhan sangatlah dibutuhkan! Kasih setia Tuhan yang menantikan tanggapan kesetiaan kita kepada-Nya, walau di tengah kesulitan dan cobaan, itulah pesan sabda Tuhan hari ini.

Paus Paulus VI berkata, “Dunia zaman sekarang lebih mau mendengarkan para saksi iman daripada pengajar, dan kalau ia mendengarkan para pengajar, itu disebabkan karena mereka adalah para saksi iman…. Adalah pertama-tama dengan perbuatannya dan hidupnya, Gereja meng-evangelisasi dunia. Dengan kata lain, dengan kesaksian yang hidup tentang kesetiaan kepada Tuhan Yesus…. kesaksian akan kekudusan.” (Pope Paul VI, Evangelii Nuntiandi, 41). Anda dan saya dipanggil untuk mengambil bagian dalam pewartaan Injil ini kepada dunia sekitar kita. Semoga rahmat Tuhan memampukan kita. Amin.