Pertanyaan:

Yesus menebus dosa seluruh umat manusia ? Alkitab anda sendiri tidak menyatakan demikian. dalam Yehezkiel 18:20 kan sudah jelas, SETIAP MANUSIA MENANGGUNG DOSANYA MASING-MASING ! yang merubah ayat ini bukankah Palus yang aslinya bernama Saulus ? Yesus saja tidak merubah Hukum Agama Musa, [  ada di MATIUS 5:17-19 dan MATIUS 22:40  ],Paulus kan bukan murid Yesus, [  Yesus sudah tidak ada waktu Paulus ada  ], Paulus hanya mengaku bertemu Yesus, padahal yang dilihat adalah seberkas cahaya, mimpi kaleee si Paulus ini. Olala

Jawaban:

Shalom Olala, Terima kasih atas beberapa pesan yang diberikan. Dari beberapa pesan, saya melihat gaya bahasa Olala yang kurang santun (maaf, saya bicara apa adanya) dan Olala tidak menyatakan argumentasi secara langsung. Saya minta maaf, kalau beberapa pesan yang saya anggap kasar tidak dapat saya masukkan dalam website ini. Namun untuk komentar ini, mari kita berdiskusi dengan penuh hormat dan kelemahlembutan. Masing-masing kita tahu, bahwa memang ada perbedaan-perbedaan di antara kita dan adalah hal yang wajar untuk mempunyai perbedaaan pendapat. Mari kita bersama-sama belajar untuk menyampaikan kebenaran dengan baik tanpa menggunakan kata-kata yang kasar dan juga tanpa bermanis-manis yang mungkin hanya mengaburkan kebenaran itu sendiri. Saya akan postkan pesan Olala selanjutnya, dengan kondisi yang saya sebutkan di atas. Kalau Olala masih menggunakan kata-kata yang kasar, maka dengan sangat menyesal, saya tidak akan dapat mempostkan komentar Olala di website ini. Mari sekarang kita mulai dengan dialog tentang dosa asal.

Argumentasi Olala:

1) Olala tidak setuju bahwa Yesus menebus dosa seluruh umat manusia, yang bersumber dari pendapat bahwa tidak ada dosa asal, karena:

Yehezkiel 18:20 mengatakan “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.“.

2) Yesus tidak pernah merubah hukum Agama Musa, yang dapat dilihat di:

Mat 5:17-19 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga“.

Mat 22:40 “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Karena Yesus tidak pernah merubah hukum Musa (mungkin lebih baik hukum di dalam Perjanjian Lama), maka apa yang dikatakan oleh Yehezkiel 18:20 – tentang: seseorang harus bertanggung jawab akan dosa yang diperbuatnya sendiri – tetap berlaku.

3) Paulus dikatakan merubah konsep dosa asal, yang menurut Olala sebenarnya tidak ada di dalam Alkitab.

Olala meragukan kredibilitas Paulus, karena Paulus bukanlah termasuk murid Kristus dan Yesus telah meninggal pada saat Paulus mulai diceritakan di dalam Alkitab. Alkitab hanya menceritakan bahwa Paulus hanya melihat seberkas cahaya yang diragukan kebenarannya.

Dari argumentasi Olala di atas, maka inilah yang dapat saya sampaikan:

I. Konsep tentang dosa asal dari Kitab Suci dan Tradisi Suci.

1) Pada masa Gereja awal ada beberapa golongan yang menolak konsep “dosa asal“, seperti Pelagians, Gnostics dan Manichaeans, yang tidak sesuai dengan pengajaran Gereja Katolik. 2) Berikut ini adalah kutipan dari beberapa ayat di Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan tidak terbatas hanya pada Yehezkiel dan surat rasul Paulus.

a) Manusia pertama telah berbuat dosa:

Dalam kitab Kejadian dinyatakan bahwa Adam dan Hawa telah berdosa dan oleh karena itu, maka Adam dan Hawa dan seluruh keturunannya harus menanggung dosa. (lih Kej 2).

Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.” (Keb 2:24).

Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (2 Kor 11:3; 1 Tim 2:14; Rm 5:12; Yoh 8:44).

Dosa manusia pertama adalah dosa kesombongan (lih. Rm 5:19; Tob 4:14; Sir 10:14-15).

b) Akibat dari dosa asal adalah: (untuk lebih lengkapnya, silakan melihat jawaban ini – silakan klik).

Manusia kehilangan rahmat kekudusan dan terpisah dari Allah. (Lih Kej 3).

Manusia kehilangan “the gift of integrity“, sehingga manusia dapat menderita dan meninggal (lih. Kej 3:16).

Manusia terbelenggu oleh dosa dan kejahatan (lih. Kej 3:15-16; Yoh 12:31; 14:30; 2 Kor 4:4; Ib 2:14; 2 Pet 2:19).

c) Dosa asal ini diturunkan kepada semua manusia:

Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mz 51:7).

Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!” (Ay 14:4).

Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.“(Keb 2:24).

From the woman came the beginning of sin, and by her we all die.” (LXX/ Septuagint – Sir 25:33).

Dan kemudian rasul Paulus memberikan penegasan dengan memberikan perbandingan antara Adam, manusia pertama yang jatuh ke dalam dosa kesombongan, dan Kristus yang membebaskan manusia dari dosa dengan ketaatan kepada Allah (Rom 5:12-21, lihat juga Rom 5:12-19, 1 Kor 15:21, dan Ef 2:1-3).

3) Dan konsep tentang dosa asal juga didukung oleh bapa Gereja, seperti Santo Agustinus (De Nupt. et concupt. II 12,25). St. Cyprian juga memperkuat doktrin dosa asal dengan memberikan alasan bahwa dosa asal merupakan doktrin yang memang telah ada sejak awal mula, yang dibuktikan dengan permandian bayi untuk penghapusan dosa (lih. St. Cyprian, Ep. 64, 5). Kemudian doktrin ini diperkuat dari pernyataan Konsili Trente (D.790).

4) Dari hal tersebut di atas, maka doktrin tentang dosa asal bersumber kepada dari Alkitab, juga dari Tradisi Suci, yang diperkuat oleh Bapa Gereja dan Konsili.

II. Yesus tidak pernah merubah hukum Musa?

1) Dalam hal ini mungkin lebih tepat bahwa Yesus memang tidak datang untuk merubah hukum Taurat (dalam Perjanjian Lama), seperti yang disebutkan oleh Olala dengan mengutip Mat 5:17-19. Dan oleh karena doktrin dosa asal bersumber pada Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru seperti yang saya telah sebutkan di atas, maka keduanya tidak saling bertentangan, dan dengan demikian semakin memperkuat bahwa Yesus tidak pernah menghapuskan doktrin dosa asal. Yesus adalah pemenuhan dari Perjanjian Lama dan hal yang baru yang diajarkan oleh Yesus adalah “Diri-Nya Sendiri“, bukan hanya hukum-hukum, namun Sang Pembuat Hukum; bukan hanya peraturan namun disposisi hati yang bersumber pada kasih kepada Tuhan. 2) Bagaimana dengan argumentasi dari Yeh 18:20?

a) Dari penjelasan di atas (point I), maka kita melihat bahwa ada dosa asal, dosa yang diturunkan oleh Adam kepada seluruh manusia, yang membuat manusia mempunyai “kecenderungan berbuat dosa atau “concupiscence” dan kehilangan “the gift of integrity” (silakan melihat jawaban ini – silakan klik). Ini adalah dosa yang tidak dapat dihindari, karena sejak lahir semua manusia mempunyai dosa asal.

b) Namun, karena manusia tidak seluruhnya rusak dan dengan keinginan bebas manusia – walaupun dia mempunyai dosa asal -, dia tetap dapat berkata “tidak” atau “ya” terhadap dosa. Dalam konteks inilah nabi Yehezkiel mengatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab terhadap dosanya masing-masing. Jadi misalnya, kalau ayahnya adalah penghianat dan dihukum mati, maka anaknya belum tentu penghianat dan tidak perlu dihukum mati.

c) Hal ini dapat diterangkan dalam kehidupan sehari-hari. Umat Katolik percaya bahwa dosa asal dapat hilang dengan Sakramen Baptis, sehingga manusia menjadi berkenan di hadapan Allah. Namun kecenderungan untuk berbuat dosa atau concupiscense tidak terhapuskan oleh Sakramen Baptis, sehingga membuat manusia harus berjuang dalam hidup kudus. Ini juga menjadi kesempatan bagi manusia untuk membuktikan kasihnya kepada Allah. Nah, setiap orang yang telah dibaptis, yang telah hilang dosa asalnya, harus berjuang setiap hari untuk berkata ‘tidak’ terhadap dosa.

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

KGK 1264  Tetapi di dalam orang-orang yang dibaptis tetap ada beberapa akibat sementara dari dosa: penderitaan, penyakit, kematian, kelemahan yang berhubungan dengan kehidupan (seperti misalnya kelemahan tabiat), serta kecondongan kepada dosa, yang tradisi namakan concupiscentia [keinginan tak teratur] atau, secara kiasan, “dapur dosa” [fomes peccati]. Karena keinginan tak teratur “tertinggal untuk perjuangan, maka ia tidak akan merugikan mereka, yang tidak menyerah kepadanya dan yang dengan bantuan rahmat Yesus Kristus menantangnya dengan perkasa. Malahan lebih dari itu, siapa yang berjuang dengan benar, akan menerima mahkota (2Tim 2:5)” (Konsili Trente: DS 1515).

III. Kredibilitas Paulus:

1) Kalau memang Olala meragukan kredibilitas Paulus, bagaimana Olala membuktikan bahwa Rasul Paulus perlu diragukan? Satu-satunya cara untuk membuktikan hal ini adalah kalau Olala dapat memberikan data-data bahwa Paulus menyelewengkan ajaran Kristus.

2) Kalau kita mempelajari secara lebih teliti, sebetulnya kita tidak perlu meragukan kredibilitas Paulus, karena:

a) Tidak ada ajaran Kristus yang diselewengkan oleh rasul Paulus, bahkan Tuhan memilih Paulus sendiri sebagai rasul non-Yahudi (Kis 22:14-21; Kis 26:16-18; Rom 1:1; 1 kor 1:1; 1 Kor 9:1-2; 1 Kor 15:9; Gal 1:1; Gal 1:15-16; Ef 1:1; Kol 1:1; 1Ti 1:1; 1Ti 2:7; 2Ti 1:1; 2Ti 1:11; Tit 1:1; Tit 1:3).

b) Rasul Paulus diterima dengan baik oleh para rasul, seperti yang ditunjukkan di konsili Yerusalem (Kis 9:26-29). Kalau apa yang diajarkan oleh rasul Paulus bertentangan dengan ajaran Kristus, pasti rasul-rasul yang lain akan menentang rasul Paulus. Namun hal ini tidaklah terjadi.

c) Jadi bagaimana dengan pertobatan rasul Paulus yang dianggap sebagai mimpi oleh Olala? Silakan membaca referensi berikut ini: Kis 9:3-22; Kis 22:4-19; Kis 26:9-15; 1 Kor 9:1; 1 Kor 15:8; Gal 1:13; 1Tim 1:12-13.

Kalau Tuhan sendiri menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia, apa sulitnya bagi Tuhan untuk memberikan vision kepada rasul Paulus, sehingga dia dapat mengerti begitu banyak akan pengetahuan Allah? Kalau vision ini tidak dapat diterima oleh Olala, bagaimana menceritakan rasul Paulus yang dahulu sebagai orang Yahudi yang taat, belajar di bawah Rabi Gamaliel, kemudian dapat menjadi pengikut Kristus dengan pengetahuan tentang Kristus yang luar biasa?

IV. Beberapa pertanyaan untuk Olala:

Kalau memang, Olala tidak menyetujui akan konsep dosa asal, saya ingin menanyakan tentang hal-hal berikut ini:

1) Apakah Olala mempercayai bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa secara sempurna?

2) Kalau memang demikian, mengapa manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa? Apakah dengan demikian maka Tuhan tidak menciptakan manusia baik adanya?

3) Darimanakah asalnya kematian? Apakah manusia diciptakan pada awalnya dengan sifat yang sementara? Mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia pada awalnya dengan sifat yang tetap dan tetap bersatu dengan pencipta-Nya untuk selama-lamanya? Semoga jawaban dan pertanyaan tersebut di atas dapat semakin membuat Olala dan saya sendiri untuk semakin merenungkan akan topik ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org

95 COMMENTS

  1. Dear Katolisitas
    Seperti yg kita ketahui bahwa Adam & Hawa jatuh dalam dosa karena memakan buah terlarang , yg mau saya tanyakan apakah pada waktu menciptakan Adam & Hawa , Tuhan sudah tahu bahwa nantinya Adam & Hawa akan melanggar perintah Nya utk tidak memakan buah terlarang tersebut .
    Terimakasih

    [dari katolisitas: Bisa melihat diskusi ini – silakan klik]

  2. dear katolisitas,

    Terima kasih atas pencerahannya. Saya mohon dikoreksi. Apakah dosa asal tidak sama dengan dosa manusia pertama?

    Saya menyimpulkan bahwa dosa asal itu diturunkan. Karena itu, anak yang baru lahir juga sudah berdosa. Wah, ngeri banget! Bagaimana nasib bayi yang meninggal sebelum dibaptis?

    Bisakah katolisitas merumuskan dengan singkat dan sederhana, apa itu dosa asal.

    Terima kasih,

    [dari katolisitas: Dosa asal adalah dosa yang diturunkan dari manusia pertama. Dosa asal ini dihapuskan dengan menerima baptisan. Tentang bagaimana nasih bayi yang belum dibaptis dapat dilihat di sini – silakan klik]

  3. Shalom tim Katolisitas,

    Tentang dosa asal, apakah saya boleh mengatakan sbb :
    Akibat dosa, Adam dan Hawa
    – kehilangan rahmat kekudusan, terpisah dari Allah, sehingga memiliki kecenderungan utk berbuat dosa
    – tidak lagi hidup kekal, tetapi bisa tua dan mati
    Dan keadaan inilah yg diwariskan oleh Adam dan Hawa kepada keturunannya. Kita semua terlahir dgn kondisi ‘dosa asal’ melekat pada diri kita shg kita bisa tua dan mati, serta memiliki kecenderungan utk berdosa. Apabila ‘dosa asal’ tidak melekat pada diri kita, seharusnya kita terlahir dgn tubuh kekal dan rahmat kekudusan Allah shg tidak memiliki kecenderungan utk berbuat dosa?

    Terima kasih sebelumnya.

    [Dari Katolisitas: Ya, artinya, tanpa dosa asal, kita menjadi seperti Adam dan Hawa, tidak mempunyai kecenderungan berbuat dosa, hidup dalam rahmat pengudusan, tidak dapat mati, tidak dapat menderita, memperoleh pengetahuan yang ditanamkan oleh Tuhan (infused knowledge), dan di mana keinginan/ passion tunduk pada akal budi (the gift of integrity). Namun demikian, seperti halnya Adam dan Hawa, karena kehendak bebas kita, kita tetap dapat memilih untuk berdosa/ tidak taat kepada Allah. Maka apa yang terjadi pada Adam dan Hawa itu dapat terjadi pada kita, seandainya kita diciptakan sebagai manusia pertama seperti mereka]

  4. Dear Katolisitas,

    Saya ada pertanyaan sbb: sejak kapankah seorang manusia sudah mengandung dosa asal? Apakah sejak ia dikandung dalam rahim seorang ibu ataukah sejak ia lahir ke dunia nyata?

    Terima kasih atas jawabannya dan GBU for katolisitas.

    [dari katolisitas mulai dari conception, atau di dalam kandungan]

  5. Shalom tim Katolisitas,

    Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan :
    1. Apakah yang dimaksud dengan dosa asal?
    2. Roma 2:12 Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.
    Apakah maksud dari ayat diatas? Bagi orang-orang non-Yahudi sebelum kedatangan Yesus misalnya, dengan hukum apakah mereka akan dihakimi di akhir jaman?
    3. Wahyu 20:5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun ini…..
    Apakah maksud dari ayat ini? Apakah artinya orang-orang yang tidak dibangkitkan akan ber-reinkarnasi di siklus kehidupan berikutnya?

    Terima kasih sebelumnya.

    Salam,
    Michael

    • Shalom Michael,

      1. Tentang dosa asal

      Katekismus mengajarkan tentang Dosa asal di no. 396-409.

      Intinya adalah, dosa asal adalah dosa pertama yang dilakukan oleh manusia pertama, yaitu dosa ketidaktaatan Adam dan Hawa, yang kemudian diturunkan kepada seluruh umat manusia yang menjadi keturunan mereka.

      KGK 397    Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati (Bdk. Kej 3:1-11) di dalam hatinya, menyalah-gunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia (Bdk. Rm 5:19). Sesudah itu tiap dosa merupakan ketidak-taatan kepada Allah dan kekurangan kepercayaan akan kebaikan-Nya.

      Selanjutnya tentang Mengapa ada dosa asal, klik di sini

      2. Rom 2:12

      Demikianlah keterangan yang diterjemahkan dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard OSB tentang Rom 2:11-24:

      “…Apakah kitab Taurat, hukum yang diberikan di gunung Sinai, tidak akan melindungi bangsa Israel dari murka Tuhan? Jawaban Rasul Paulus adalah sama seperti sebelumnya. Pada hari Penghakiman, bukan hukum Allah yang akan diperhitungkan, tetapi perbuatan- perbuatan manusia itu sendiri [lih. Rom 2:6]. Pada saat itu dosa akan dihukum sebagai dosa, tanpa memandang siapakah yang melakukannya, tak peduli apakah itu adalah dosa melawan kehendak Tuhan sebagaimana dibaca di kitab Taurat ataukah sebagaimana disuarakan di hati nurani….”

      3. Why 20:5

      Tentang Why 20:5, silakan klik di sini. Ayat tersebut tidak ada hubungannya dengan reinkarnasi, dan tidak menyatakan apapun tentang reinkarnasi.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • bukankah sebenarnya dosa berasal dari ke iri’an lucifer kepada Tuhan Yesus?

        [dari katolisitas: Bukan, dosa asal atau dosa turunan adalah dosa yang diturunkan oleh Adam dan Hawa kepada seluruh umat manusia, yang disebabkan karena ketidaktaatan Adam dan Hawa.]

  6. Bpk. Ignatius & Ibu Ingrid yang terhormat,

    maafkan saya menanyakan perihal ini untuk memperkaya pengetahuan saya, maafkan jika pertanyaan ini sepele dan kekanak-kanakan, tapi sungguh, saya belum mengetahui hal tersebut walau telah membaca diskusi ini, pertanyaannya adalah:

    bahwa manusia menanggung dosa asal sehingga kematian menjalar kepadanya,
    kalau hewan dan tumbuhan, dosa asal dari siapakah yang mereka tanggung sehingga mereka juga terjalari kematian?

    terimakasih atas jawabannya,

    • Shalom Maz,

      Dosa asal adalah dosa yang diturunkan kepada manusia, akibat manusia pertama telah melakukan dosa. Hal ini dimungkinkan karena manusia mempunyai jiwa yang kekal, dan mempunyai tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang kekal. Dosa asal membuat tujuan akan kebahagiaan kekal ini menjadi terbelokkan. Di satu sisi, tumbuhan dan binatang tidak mempunyai jiwa yang kekal. Perbedaan tentang manusia, binatang dan tumbuhan dapat Anda baca dalam penjelasan ini – silakan klik. Semoga dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  7. syalom tim katolisitas…

    saya mau bertanya,

    di kitab kebijaksanaan salomo 1:13-15; 2:23-24, di dalam kitab ini dibahas bahwa allah tidak menciptakan maut, tetapi maut ada & real. lalu di ayat ke 24 dikatakan “Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan menjadi milik setan mencari maut itu”
    1. Apa maksud dari ayat ini??
    2. Siapa yang menciptakan maut itu??

    • Shalom Ivan,

      Menurut A Catholic Commentary on Holy Scripture, Dom Orchards, OSB. ed., maut yang dimaksud di ayat Keb 1:13 adalah kematian, termasuk di sini tak hanya kematian jasmani tetapi juga kematian rohani, yaitu kehilangan kebahagiaan kekal. Sedangkan ‘dunia orang mati’ atau dalam bahasa Yunani ‘Hades’, mengacu kepada tempat kediaman/ penantian orang-orang yang sudah meninggal dunia, sebagaimana diartikan dalam kalimat ‘Yesus turun ke tempat penantian’. Penulis Kitab Kebijaksanaan Salomo menulis bahwa Allah tidak menyukai kematian, sebab Ia menciptakan agar ciptaan-Nya ada dan memiliki hidup.

      Selanjutnya dalam Keb 2:23-24 dijelaskan mengapa maut itu masuk ke dunia, yaitu karena “dengki setan”. Tentang bagaimana terjadinya maut masuk ke dunia oleh karena dengki setan itu, Rasul Paulus menjelaskannya di dalam suratnya kepada jemaat di Roma, demikian:

      “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa….. Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus…. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus…. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar…. sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (Rom 5:12-21)

      Maka maut merupakan akibat dari dosa, yang dilakukan oleh manusia oleh karena bujukan setan. Selanjutnya tentang dosa asal, silakan klik di sini dan tentang realitas dosa manusia, klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  8. syalom .. salam damai Kristus

    saya ingin tau lebih jauh apakah dominicus character atau karakter ilahi itu bisa didapat dalam ritual ritual agamawi.

    terima kasih sebelum dan sesudahnya.

    • Shalom Pardonar,

      Dominicus Character atau meterai Tuhan diterangkan dalam Katekismus Gereja Katolik sebagai berikut: KGK 1274.    Meterai Tuhan (“Dominicus character”: Agustinus, ep. 98,5) adalah meterai yang dengannya Roh Kudus telah memeteraikan kita “untuk hari penyelamatan” (Ef 4:30; Bdk. Ef 1:13-14; 2 Kor 1:21-22.). “Pembaptisan adalah meterai kehidupan abadi” (Ireneus, dem. 3). Orang beriman, yang mempertahankan “meterai” sampai akhir, artinya setia kepada tuntutan yang diberikan bersama Pembaptisannya, dapat mati “ditandai dengan meterai iman” (MR, Doa Syukur Agung Romawi 97), dalam iman Pembaptisannya, dalam harapan akan memandang Allah yang membahagiakan – penyempurnaan iman – dan dalam harapan akan kebangkitan.

      Meterai kehidupan ini kita dapatkan dalam baptisan, terutama secara pasti kita dapatkan dalam Sakramen Baptis, karena selama Sakramen Baptis dilakukan dengan forma (aku membaptis engkau dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus) dan materi (air) serta intensi yang benar, maka meterai Tuhan diberikan. Hal ini disebabkan karena Tuhan sendiri mengikat keselamatan pada baptisan (lih. Yoh 3:5) Bandingkan juga dengan KGK 1257: “Tuhan sendiri mengatakan bahwa Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan (Bdk. Yoh 3:5.). Karena itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa (Bdk. Mat 28:19-20; DS 1618; LG 14; AG 5.). Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan orang-orang, kepada siapa Injil telah diwartakan dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon Sakramen ini (Bdk. Mrk 16:16.). Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis, untuk memperoleh “kelahiran kembali dari air dan Roh”. Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya.“ Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  9. Ytk, Stefanus dan Ingrid Tay,

    Saya mau sekali dibagi pemahaman Anda tentang tulisan ini, terima kasih.

    ORIGINAL BLESSING VS ORIGINAL SIN
    Oleh: Fransiskus Borgias M.
    Dosen Teologi FF-UNPAR Bandung
    Peneliti CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) pada FF-UNPAR

    Pada tahun 1984 terbitlah sebuah buku di Amerika sana, dengan judul yang sangat indah dan menarik, sekaligus juga sangat menantang atau lebih tepat provokatif: Original Blessing. Saya katakan menarik, karena memang judul itu secara objektif sangat menarik. Menarik juga karena judul itu serta merta mengingatkan kita akan konsep atau gagasan Original Sin atau Dosa Asal yang mahaterkenal itu dalam sejarah Gereja dan sejarah Teologi, khususnya teologi Keselamatan (Soteriologi). Kalau dilihat dengan cara seperti ini langsung dan dalam konteks seperti itu, terasa dan kelihatan bahwa judul itu memang sangat provokatif. Buku itu ditulis oleh seorang teolog Dominikan yang bernama Matthew Fox. Ketika itu, ia masih seorang Imam. Saya tidak tahu lagi, apakah ia masih dalam status seperti itu setelah kemudian ia dilarang mengajar. Tetapi justru karena buku itulah ia kemudian diawasi dan dilarang untuk mengajar teologi. Bahkan beberapa buku hasil karyanya juga dilarang oleh Vatikan.

    Tetapi pertanyaan kritis yang muncul ialah: mengapa ia dilarang? Itu tidak lain karena dalam buku itu ia mengajukan sebuah tesis teologis berikut ini, dan tesis itu bersifat sangat mendasar: bahwa pada awalnya hidup segala makhluk di dunia (termasuk manusia di dalamnya) dimulai dengan fakta original blessing belaka. Bahkan hidup itu sendiri adalah sebuah karunia, sebuah berkat, sebuah rahmat, blessing. Hidup dilandasi oleh kasih karunia dan rahmat dari Allah, Tuhan sang pencipta dan pengasal kehidupan itu. Kalau selama ini gereja Katolik selalu berbicara tentang original sin, bahkan terasa seperti menjadi obsesif juga dengan hal itu, maka Fox mencoba mengingatkan dan membangunkan kita dari sebuah tidur dan mimpi teologis yang teramat panjang: yaitu bahwa sebelum ada Original Sin sudah ada terlebih dahulu Original Blessing. Boleh dikatakan bahwa Original Blessing itu menjadi struktur dasar seluruh ciptaan, seluruh eksistensi manusia juga. Dalam bukunya itu, Fox dengan gigih membela dan mempertahankan kebenaran tesis teologisnya ini.

    Untuk membuktikan visi dan keyakinannya itu, Fox mengajak kita membuka Kitab Suci. Tidak dapat disangkal oleh siapapun juga bahwa wacana tentang Original Sin itu baru muncul dalam Bab 3 Kitab Kejadian. Sedangkan wacana tentang Original Blessing itu sudah muncul dan ada sejak awal (Bab 1 Kitab Kejadian). Dalam Kejadian 1 itu dikisahkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik adanya dan juga dengan amat baik (superlatif). Itulah rahmat asali itu: yaitu fakta dan kondisi keterciptaan segala makhluk ciptaan dalam keadaan baik dan amat baik. Dan itu pun berdasarkan evaluasi dari Allah sendiri: Allah melihat bahwa semuanya baik adanya, dan tentang manusia dikatakan bahwa Allah melihat bahwa semuanya sungguh amat baik. Tetapi rahmat asali (original blessing) itu sudah rusak akibat dosa manusia, manusia yang jatuh ke dalam dosa. Itulah inti pokok kisah dalam Kejadian 3. Peristiwa itulah yang sering disebut Dosa Asal, peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa, The Fall. Tetapi fakta perusakan dan kejatuhan itu sama sekali tidak pernah membatalkan untaian dan struktur ontologis eksistensi ciptaan, yaitu bahwa ciptaan mempunyai struktur dasar Original Blessing. Justru karena pendapatnya inilah ia dihukum dan dilarang.

    Mengapa sampai terjadi demikian? Tentu saja hanya Vatikan yang tahu jawabnya secara pasti. Tetapi saya mencoba membuat hipotesis jawaban berikut ini. Mungkin karena dibelakang teologi Original Sin ini ada nama besar sekaliber Agustinus. Agustinus ini, kita tahu, adalah orang yang mengembangkan teologi Original Sin sampai mencakup teologi penebusan dan inkarnasi. Tetapi harus segera disadari pula bahwa inkarnasi tetap akan terjadi walau tidak ada dosa. Sebab inkarnasi tidak lain adalah merupakan efek dari pancaran cinta kasih Allah, daripada sebagai akibat dosa belaka. Maka setiap ajaran yang tampaknya seperti mau menggerogoti dan membayang-bayangi teologi Original Sin ini, akan sedapat mungkin disingkirkan. Tidak hanya teologinya yang disingkirkan, melainkan juga teolog atau orangnya. Ajaran Agustinus ini mengenai Dosa Asal, sudah masuk dan mengendap juga dalam ajaran Konsili Trente sehubungan dengan pembenaran atau justifikasi itu (sebuah tema yang menjadi pokok kontroversi besar antara Protestantisme dan Katolik). Jadi, yang dihadapi teologi Original Blessing tidak lagi hanya sekadar seorang teolog besar, melainkan juga sebuah ajaran resmi Konsili mengenai penyelamatan dan pembenaran itu sendiri.

    Bandung, 30 Januari 2010
    Ditulis sambil dikembangkan lagi pada 07 Mei 2010

    Sumber: http://canticumsolis.blogspot.com/2010/05/original-blessing-vs-original-sin.html

    TERIMA KASIH

    • Shalom Maximillian Reinhart,

      Saya hanya akan menanggapi artikel di atas secara mendetail. Kita dapat mulai dengan analisa dari mengapa karya dan pandangan teologis dari Matthew Fox dilarang oleh Vatikan. Menurut saya, larangan Vatikan terhadap karya-karya dan teologi Mattthew Fox bukan hanya terbatas pada original blessing, namun juga terhadap banyak pandangannya yang memang tidak sesuai dengan iman Katolik. Untuk melihat pandangan teologis dari Matthew Fox dari sisi Gereja Katolik, maka anda dapat melihat tulisan ini – silakan klik. Dia mencampuradukkan spiritualitas Katolik dengan spiritualitas yang lain, seperti yang dilakukan oleh kaum New Ages. Bahkan pandangannya tentang Yesus juga dipertanyakan, seperti: He says Jesus “was always looking for wisdom in order to grow in wisdom ” and refers to Jesus as “weak and imperfect.” (Matthew Fox, “Original Blessing,” pg. 122) Gambarannya tentang Yesus yang lemah, tidak sempurna, menghindari piala penderitaan namun gagal, membuatnya juga melihat bahwa Yesus bukan sebagai pribadi ke-dua dari Trinitas yang turut serta dalam penciptaan dunia. Dia juga melihat bahwa mukjizat penggandaan roti bukanlah mukjizat kuantitas roti bertambah, namun hanya sekedar komunitas yang mau berbagi. Pengaruh New Ages dan Panteisme terlihat sangat kuat dari komentarnya bahwa Yesus bukanlah baik karena dia Tuhan, namun Dia Tuhan karena Dia baik. Yang berarti semua orang juga dapat menjadi Tuhan, karena kebaikan. Dan masih begitu banyak ajaran yang sangat tidak sesuai dengan kekristenan. Saya yakin, bahwa bukan hanya Gereja Katolik saja dan bukan hanya St. Agustinus saja yang tidak setuju dengan pandangan teologisnya, namun mungkin juga semua denominasi Kristen juga dapat tidak setuju dengan pandangan teologisnya.

      Tentang original blessing sebenarnya menjadi tidak masalah kalau dia mengakui bahwa pada awalnya memang Tuhan memberikan semuanya baik, namun pada satu titik manusia memilih untuk melawan Tuhan, sehingga semua manusia mewarisi dosa asal (original sin). Namun, kalau dosa asal tidak diakui dan hanya menekankan original blessing, maka hal ini sungguh bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, yang mengadopsi pengajaran St. Agustinus. Kalau original sin menjadi pengajaran yang menjadi bagian dari deposit of faith, dan dinyatakan secara de fide, dan seorang teolog Katolik tidak mengakuinya, maka yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menjadi dasar kebenaran teologisnya? Bahkan dalam wawancara dia mengatakan bahwa Gereja Katolik harus mati. Kalau dia tidak menganggap Magisterium Gereja, maka mengapa kita harus menganggap tulisan dan pandangannya? Kalau dalam pandangannya Magisterium Gereja dapat salah, apakah yang menghalangi kita berfikir bahwa dia juga dapat lebih salah lagi?

      Jadi, menurut saya Gereja Katolik mengakui bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatunya baik, sehingga Gereja Katolik mengajarkan semua diciptakan oleh Tuhan baik adanya;  sebelum jatuh ke dalam dosa manusia pertama diberikan rahmat pengudusan dan preternatural gifts. Namun, di satu sisi, Gereja Katolik juga melihat bahwa kebaikan Allah ini dirusak oleh dosa, yang kemudian disebut sebagai dosa asal. Kalau kita hanya mengakui original blessing tanpa mengakui original sin, maka sebenarnya pengertian kita tidaklah lengkap. Dan penyangkalan akan original sin dapat membawa kita kepada kesimpulan bahwa Tuhan sesungguhnya tidak menciptakan manusia sungguh baik adanya, karena kita melihat bahwa disamping kebaikan yang ada dalam diri manusia, manusia juga mempunyai kecenderungan berbuat dosa (concupiscence).

      Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa Inkarnasi tetap terjadi walaupun tidak ada dosa. St. Thomas Aquinas telah menguraikan hal ini. Memang menjadi kebebasan Allah bahwa Dia tetap dapat berinkarnasi walaupun manusia tidak berdosa. Namun, menjadi fitting, bahwa kalau manusia tidak berdosa, maka Allah tidak perlu berinkarnasi, karena tujuan dari Inkarnasi adalah memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan yang telah terputus karena dosa. Kalau tidak ada dosa, maka apakah yang dipulihkan? Namun, di dalam Allah tidak ada “kalau” atau “if”, karena bagi Allah semuanya transparan dan selalu “saat ini”.

      Kembali kepada Matthew Fox.  Kalau seorang teolog dari Katolik mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan teologi Gereja Katolik, sudah sepatutnya Gereja melarangnya demi kebaikan teolog itu sendiri dan kebaikan seluruh umat Katolik. Kalau teolog itu sendiri tidak mau mempertanggungjawabkan pandangan teologisnya, maka menjadi hak Gereja Katolik untuk melarang teolog tersebut mengajar teologi di sekolah atau universitas Katolik. Jadi, apanya yang salah dengan keputusan Vatikan? Demikian ulasan singkat yang dapat saya berikan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  10. salam kenal

    bisakan anda menjelaskan tentang dosa asal?
    apakah yg ditebus Yesus itu dosa asal atau juga dosa perbuatan??
    karena setahu saya, menurut Yehezkiel, dosa itu ditanggung masing2.

    trimakasih sebelumnya.

    [dari katolisitas: Silakan melihat beberapa link ini: https://katolisitas.org/1519/mengapa-ada-dosa-asal ; https://katolisitas.org/1992/dosa-apakah-yang-ditebus-oleh-yesus-di-kayu-salib ; https://katolisitas.org/1399/mengapa-retret-pohon-keluarga-dilarang ; https://katolisitas.org/2304/apakah-arti-kutuk ]

  11. shalom katolisitas,

    Dulu saya pernah dijelaskan bahwa dengan menerima sakramen Baptis, kita diselamatkan dari dosa asal, tapi bukan dosa keturunan.

    Nah, saya mau minta penjelasan tentang dosa asal dan dosa keturunan.

    Terima kasih. Tuhan memberkati!!!

    [dari katolisitas: Silakan baca dosa asal di sini – silakan klik, tentang kutuk, silakan baca ini – silakan klik dan klik ini.]

  12. Salam,

    Pak Stef/Bu Inggrid, saya ingin bertanya mengenai pohon pengetahuan baik dan jahat. Menurut pemahaman saya sejauh ini, pohon pengetahuan baik dan jahat merupakan alegori dari suatu batasan yang tidak boleh dilewati oleh ciptaan terhadap Penciptanya. Dengan memakan buah tersebut, Adam dan Hawa juga menyimbolkan keputusan mereka untuk menempatkan posisi mereka setara atau lebih tinggi dari Allah.

    Akan tetapi, dengan mempertimbangkan bahwa Adam dan Hawa kita imani merupakan nenek moyang monogenik umat manusia dan nilai historis dari kitab Kejadian, apakah benar jika kita mempercayai bahwa pohon pengetahuan baik dan jahat lebih dari sekedar alegori, namun benar-benar ada secara riil? Terima kasih.

    Pacem,
    Ioannes

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel ini tentang Kebenaran Sejarah Kitab Kejadian, silakan klik Nampaknya, sikap yang diajarkan adalah mengartikan kisah dalam kitab Kejadian tersebut secara riil, walau kemudian dapat diartikan juga secara alegoris.]

  13. Saya mau bertanya mengapa orang pilihan Allah yg diurapi masih berdosa ?
    Contohnya Raja Daud, di Perjanjian Lama
    Di Perjanjian baru Petrus ?

    • Shalom YP. Budi,

      Orang pilihan Allah yang diurapi, masih dapat jatuh dosa, karena sebagai keturunan Adam dan Hawa, seluruh umat manusia (kecuali Yesus dan Bunda Maria) menerima Dosa Asal dari mereka.

      Bahkan kita yang sudah dibaptis (yang artinya telah diampuni semua dosanya -baik dosa asal maupun dosa pribadi- dapat tetap jatuh ke dalam dosa, sebab Pembaptisan tidak meniadakan concupiscentia (kecenderungan berbuat dosa) sebagai akibat dari Dosa Asal tersebut.

      KGK 1265    Tetapi di dalam orang-orang yang dibaptis tetap ada beberapa akibat sementara dari dosa: penderitaan, penyakit, kematian, kelemahan yang berhubungan dengan kehidupan (seperti misalnya kelemahan tabiat), serta kecondongan kepada dosa, yang tradisi namakan concupiscentia [keinginan tak teratur] atau, secara kiasan, “dapur dosa” [fomes peccati]. Karena keinginan tak teratur “tertinggal untuk perjuangan, maka ia tidak akan merugikan mereka, yang tidak menyerah kepadanya dan yang dengan bantuan rahmat Yesus Kristus menantangnya dengan perkasa. Malahan lebih dari itu, siapa yang berjuang dengan benar, akan menerima mahkota (2 Tim 2:5)” (Konsili Trente: DS 1515).   

      Pengalaman jatuh ke dalam dosa selayaknya menjadikan kita semakin rendah hati, mengakui kelemahan kita, dan dengan tulus hati mau bertobat, untuk kembali ke jalan Tuhan. Adanya concupiscentia/ kecenderungan berbuat dosa pada setiap kita, justru harus membuat kita semakin berjuang untuk hidup lebih baik dari hari kemarin. Ini adalah perjuangan seumur hidup bagi semua orang yang percaya, yaitu untuk bertumbuh dalam kekudusan.

      Kisah pertobatan Daud dan pertobatan Rasul Petrus, ataupun pertobatan Rasul Paulus (yang kita rayakan hari ini) yang dicatat dalam Kitab Suci harus menjadi contoh bagi kita, agar kita mau bertobat seperti mereka. Sebab kekudusan selalu dimulai dengan satu langkah pertobatan, dan kekudusan ini dijaga juga dengan pertobatan yang terus menerus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  14. Saya prihatin dengan adanya pertanyaan yang menunjukkan ekspresi kurang dewasa dan kurang menghargai forum yang sangat bermanfaat ini ( misalnya seperti sdr/i : Olala diatas ).
    Semoga ke depan forum ini benar-benar bisa dihargai sepantasnya, jika memang ada perbedaan pendapat atau kesenjangan persepsi agar bisa bersikap kondusif.
    Bravo Katolisitas.

  15. Selamat siang para admin Katolisitas ! syaloom
    Saya mau bertanya tentang dosa asal, apakah dosa asal itu, kenapa ada ! asal muasalnya, sebab musabab dan seberapa kuasanya mempengaruhi manusia dan mengapa ! bagaimana caranya untuk menghilangkannya !
    Bagaimana gereja menjelaskan tentang Mrk.2:1-12; Mat.9:1-8 tentang dosa yang diampuni ! sama pertanyaan seperti diatas !

    • Shalom Hendrik Tang,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa asal. Diskusi tentang hal ini dapat anda baca di sini – silakan klik, beserta dengan dialognya di sini – silakan klik. Tentang Mrk 2:1-12 dan Mat 9:1-8 dijelaskan bahwa Yesus mengampuni dosa. Melalui misteri Paskah Kristus (penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga), maka rahmat demi rahmat mengalir kepada manusia. Dan rahmat ini mengalir dalam sakramen-sakramen. Dalam Sakramen Baptis, rahmat pengampunan terhadap dosa asal dan dosa pribadi sampai pada waktu dibaptis dicurahkan. Dan kalau setelah dibaptis manusia berdosa, Tuhan mencurahkan rahmat pengampunan lewat Sakramen Tobat.

      Dalam kondisi terkungkung dosa asal, maka manusia tidak bisa tidak berdosa (non posse non peccare). Dalam kondisi ini, manusia seolah-olah tidak mempunyai kekuatan untuk berkata tidak terhadap dosa. Namun, Tuhan tidak membiarkan manusia untuk hidup dalam belenggu dosa, sehingga Dia memberikan Yesus, sehingga barangsiapa percaya tidak akan binasa melainkan akan memperoleh hidup kekal (lih. Yoh 3:16). Dan dikatakan “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk 16:16) Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  16. Damai Kristus selalu menyertai keluarga Katolisitas
    Seluruh pertanyaan saya dijawab tuntas, terimakasih Bu Ingrid, semakin aku lebih mengenal Dia, semakin aku merasakan kesejukan dalam hati, oleh siraman FirmanNya’

    Bu, sebelumnya pertanyaan saya mengenai dosa asal, apakah dosa keturunan itu sama dengan dosa asal, saya ada mendengar bahwa dosa keturunan itu akan ditanggung oleh anak cucu kita?
    Terimakasih, Tuhan berkati

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban ini – silakan klik]

  17. Damai Kristus

    Ibu tolong jelaskan, apa yang dimaksud dengan dosa asal.
    Pada saat pembukaan KEP 13 di paroki, ada kelompok paduan suara dari Katolik Kharismatik, apa yang dimaksud dengan Katolik Kharismatik itu. Terimakasih Tuhan berkati

    [dari Katolisitas: mengenai dosa asal, silahkan membaca di artikel ini, silahkan klik. Mengenai Katolik Kharismatik, silahkan membaca terlebih dahulu artikel mengenai hal itu, di sini, dan di sini. Jika Anda mempunyai pertanyaan lebih lanjut, silahkan menuliskannya di bawah artikel bersangkutan.]

  18. Salam damai Kristus,

    Dear katolisitas.org,
    Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas keberadaan site ini yg sangat bermanfaat bagi pembacanya.

    Saya memiliki sebuah pertanyaan, mohon petunjuk menurut ajaran Katolik…

    Roma 5 : 12 – 13
    Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

    Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.

    ===========
    pertanyaannya:
    ===========
    1.Apakah pada jaman Adam dan Hawa dosa telah diperhitungkan?

    #jika YA, apakah berarti TELAH ada hukum lain yang memperhitungkan dosa?

    #Jika BELUM, mengapa mereka harus menerima konsekuensi/hukuman atas dosa tersebut? padahal dosanya tidak diperhitungkan?

    2.Mengapa dosa yang belum diperhitungkan tetap mendatangkan hukuman?

    Mohon pencerahannya, terima kasih.

    • Shalom Paulus Miki,

      Berikut ini adalah keterangan yang saya sarikan dari penjelasan The Navarre Bible, demikian:

      Ayat- ayat ini menujukkan bahwa sebagaimana dosa masuk ke dunia oleh perbuatan seorang manusia, maka kebenaran diperoleh bagi kita melalui satu orang manusia, yaitu Yesus Kristus. Sebagai manusia pertama, Adam mengandung di dalam dirinya seluruh umat manusia yang menjadi keturunannya, dan Adam menjadi gambaran samar- samar akan Adam yang baru, yaitu Kristus. Demikianlah, Kristus adalah ‘yang sulung dari semua ciptaan’ dan ‘Kepala Tubuh, yaitu Gereja’ (Kol 1:15, 18). Dengan Adam kita terhubung dalam darah dan daging, dengan Kristus kita terhubung dalam iman dan sakramen- sakramen.

      Ketika Tuhan mengijinkan Adam untuk mengambil bagian di dalam kehidupan ilahi-Nya, Tuhan juga menentukan agar Adam menurunkan kepada umat manusia, kodrat kemanusiaannya dengan segala karunia dan rahmat yang menguduskannya. Namun dengan jatuhnya Adam ke dalam dosa, Adam melanggar perintah Tuhan dan akibatnya ia kehilangan kekudusan dan kebenaran yang ada padanya sejak ia diciptakan, dan karena ketidaksetiaannya ini ia menerima akibatnya, yaitu, kematian- sebagaimana sudah dikatakan Allah sebelumnya. Sejak saat itu, Adam dan keturunannya meneruskan kodrat manusia yang kehilangan karunia adikodrati: manusia dapat mati, dan manusia kehilangan persahabatan dengan Allah…

      Adanya dosa asal ini adalah kebenaran iman. Paus Paulus VI mengatakan, “Di dalam Adam kita semua berdosa. Karena pelanggaran Adam itu, kodrat manusia mengalami keadaan di mana harus menerima akibat dosa ini…  dan tunduk kepada kuasa maut yang diturunkan kepada semua manusia. Dalam pengertian ini, manusia dilahirkan di dalam dosa…. Dosa asal diteruskan seiring dengan kodrat manusia, bukan dengan peniruan, tetapi dengan menjadi penurunan ….” (Paus Paulus VI, Creed of the People of God, 16)

      Pengalaman kita menunjukkan bahwa ketika kita memeriksa hati nurani, kita menyadari bahwa kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa dan kita sadar bahwa kita selalu dijerat di dalam kekurangan/ dosa, yang tidak mungkin berasal dari Pencipta kita yang suci (lih. Gaudium et Spes, 13)

      Perintah yang diberikan Tuhan kepada Adam dan juga hukum Taurat, memberi konsekuensi kematian kepada para pelanggarnya; tetapi tidak dapat dikatakan hal yang sama kepada orang- orang yang hidup dalam periode Adam sampai Musa. Dalam periode itu orang- orang berdosa melawan hukum kodrat yang tertulis dalam hati nurani mereka (lih. Rom 2:12 -). Namun demikian, dosa- dosa mereka tidak seperti dosa Adam, sebab hukum kodrat tidak secara eksplisit mengikat seseorang di bawah hukuman mati. Jika mereka nyatanya mati/ wafat, ini menurut Rasul Paulus, bukan karena dosa- dosa pribadinya, tetapi karena dosa asal. Juga para Bapa Gereja menambahkan, beberapa orang meninggal sebelum mencapai usia akal budi (age of reason, usia sekitar 7 tahun), yaitu sebelum mereka dapat dengan sadar berbuat dosa.

      Maka kematian merupakan akibat dosa asal, sebab dosa itu mengakibatkan hilangnya karunia kekekalan (immortality, lih. Kej 2:17; 3:19). Adam menyebabkan hilangnya karunia ini melalui pelanggarannya. Kemudian, di bawah hukum Taurat, terdapat pula aturan- aturan tertentu yang dapat mengakibatkan hukuman mati jika dilanggar (lih. Kel 21:12-; Im 24:16). Di periode antara Adam dan Musa tidak ada hukum yang menyatakan, “Jika kamu berdosa kamu akan mati.” Namun demikian, orang- orang tetap mati, meskipun tidak berbuat dosa seperti dosa Adam. Oleh karena itu, kematian disebabkan karena dosa asal, yang diturunkan kepada setiap manusia. Dosa asal adalah penyebab kematian, dan bahwa setiap orang mati/ wafat, menjadi bukti bahwa semua manusia terpengaruh oleh dosa asal….

      Nampaknya di sini perlu diketahui dua hal, yaitu: 1) Dosa asal mengakibatkan maut sebagai hukumannya; dan 2) Tuhan akan memperhitungkan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang diketahui oleh orang yang bersangkutan. Mereka yang hidup sebelum Nabi Musa, yang belum mengenal hukum Taurat, tidak akan diadili menurut hukum Taurat, namun atas suara hati mereka sendiri. Maka kesalahan/ dosa pribadi mereka tidak diperhitungkan atas dasar hukum Taurat yang belum mereka ketahui. Tetapi mereka yang sudah mengenal hukum Taurat, akan diadili sesuai dengan hukum Taurat. Kini bagi umat Kristen yang sudah mengetahui bahwa hukum Taurat tersebut telah digenapi dan diperbaharui dalam hukum Kristus (yaitu cinta kasih) dituntut untuk hidup sesuai dengan hukum cinta kasih itu. Ini sesuai dengan prinsip yang diajarkan dalam Luk 12:48, mereka yang dipercaya banyak akan dituntut lebih banyak. Prinsip ini pula yang mendasari ajaran Gereja Katolik tentang keselamatan, yaitu bahwa “keselamatan datang dari Kristus Sang Kepala melalui Gereja yang adalah Tubuh-Nya” (KGK 846), tetapi, “mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.” (KGK 847, Lumen Gentium 16).

      Demikian, semoga uraian di atas berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Shalom Ibu Ingrid,

        Terima kasih banyak atas jawaban ibu. Uraiannya cukup mudah dipahami.

        Bolehkah saya merangkum poin2nya sbb:

        1#Upah dari dosa adalah maut…..

        2#Dosa adalah pelanggaran terhadap “perintah” Tuhan…

        3#Perintah yang diberikan Tuhan kepada Adam dan juga hukum Taurat, memberi konsekuensi “kematian” kepada para pelanggarnya

        4#Perintah Tuhan turun dlm bermacam “ukuran perhitungan” sesuai dgn masanya masing2 dgn kronologi : Perintah langsung pd Adam – hukum kodrat – hukum Taurat – hukum Kristus

        5#Maut adalah sebuah efek yg menurun sbg akibat dari pelanggaran manusia pertama.

        6#Hanya perintah Tuhan yg diberikan kepada Adam dan Taurat yg memiliki “vonis” hukuman mati.

        7#Hukum kodrat pra-Taurat dan Hukum Kristus tdk memiliki “vonis hukuman mati.

        8#Lebih drpd itu, Hukum Kristus mendatangkan keselamatan

        Bu Ingrid, ada sedikit yg mengganjal mengenai penjelasan di atas….(maafkan kebodohan saya).. ada kesan bahwa perintah Tuhan inilah yg menjadi tolok ukur jatuhnya vonis. Pelanggaran thd Perintah Tuhan itulah yg menjadi hal ihwal datangnya kematian… Adam mati bukan karena makan buah dari pohon pengetahuan tetapi lebih dimaknakan sbg akibat dari penolakannya thd “peringatan Tuhan” agar dia tdk makan buah tsb.

        Bu Ingrid, seorang teman memberikan analogi sbb kepada saya:
        Ada buah beracun di atas meja makan…
        teman saya yg tahu bahwa buah itu beracun “memerintahkan” saya agar jgn makan buah tsb
        saya tdk percaya dan tetap makan buah tsb
        sbg akibatnya saya mati

        Dalam analogi tsb, dlm ukuran tertentu boleh dikatakan saya mati akibat melanggar perintah teman saya tersebut.. tetapi saya mati bukan sbg akibat lsg dari pelanggaran perintah teman itu .. tetapi.. lebih dikarenakan bahwa buah yg saya makan memang beracun…Dengan mengikuti perintah teman itu maka saya akan selamat… jika tidak mengikuti perintah teman itu maka saya menjadi tidak terhindarkan dari kematian.

        Dalam analogi tsb, perintah teman saya adalah sebuah peringatan agar saya tdk mati gara2 makan buah beracun… BUKAN sebuah perintah yg memiliki kekuatan tersendiri utk mendatangkan kematian jika dilanggar.

        Dengan analogi tsb, hal ini berkaitan dgn bahwa iblislah pembunuh manusia sejak semula, teman saya ingin mengatakan bahwa kematian Adam bukanlah akibat Perintah Tuhan yang secara langsung memiliki tulah mati jika dilanggar… tetapi krn ada “sesuatu” yg mendatangkan kematian,,, dan Tuhan memerintahkan Adam (sbg peringatan) utk tdk melakukan hal yg bisa mendatangkan kematian tsb. Sehingga boleh dikatakan Adam mati akibat melanggar perintah Tuhan tetapi Adam mati bukan sbg akibat lsg dari pelanggaran perintah Tuhan .. tetapi.. lebih dikarenakan bahwa apa yg dia lakukan (makan buah dari pohon pengetahuan) memang mendatangkan kematian…. Tuhan mengetahui bahwa jika Adam makan buah pohon pengetahuan dia akan mati…. karena Tuhan tidak menghendaki Adam mati, maka Tuhan memerintahkan dia agar jgn makan buah tsb….. dalam pengertian ini maka bukan Perintah Tuhan yg mendatangkan kematian bagi Adam tetapi justru memperingatkan Adam agar menghindarinya.

        “Dengan mengikuti perintah Tuhan maka Adam akan selamat… jika tidak mengikuti perintah Tuhan maka dia menjadi tidak terhindarkan dari kematian.”

        ungkapan tsb memiliki kesan yg sangat berbeda dgn:

        “Dengan mengikuti perintah Tuhan maka Adam akan selamat… jika tidak mengikuti perintah Tuhan maka dia akan mati.”

        KECUALI ternyata memang buah beracun tadi memang disediakan secara langsung oleh teman saya sendiri utk menguji kepatuhan saya thd perintahnya…….

        KECUALI ternyata “tulah kematian pada buah pohon pengetahuan” disediakan secara langsung oleh Tuhan sendiri utk menguji kepatuhan Adam thd perintahNya…….(dan dgn segala kebodohan saya, saya termasuk orang yg RAGU dgn penafsiran semacam ini..)

        karena saya lebih meyakini bahwa:
        “Dengan mengikuti perintah Tuhan maka Adam akan selamat… jika tidak mengikuti perintah Tuhan maka dia menjadi tidak terhindarkan dari kematian.”

        saya sulit menerima pemikiran bahwa Tuhan menguji manusia utk sekedar mematuhi perintahNya dgn kematian kekal sbg akibatnya……. semua tak lain karena saya sgt meyakini betapa tak terbatasnya kasih Tuhan Tritunggal Maha Kudus…..

        Mohon pencerahannya. Terima kasih.

        • Shalom Paulus Miki,

          Terima kasih atas pertanyaan yang unik ini.

          Sesungguhnya, analogi yang disampaikan oleh teman anda itu tidak sepenuhnya dapat menggambarkan keadaan Adam dan Hawa yang jatuh dalam dosa pertama melawan Allah. Dalam contoh itu disebutkan bahwa teman Anda melarang Anda makan buah beracun di meja makan, dan karena Anda melanggar larangan itu, dan makan buah itu, maka Anda mati. Jadi yang membuat mati bukan peringatannya tetapi buah beracun itu. Lalu Anda menanyakan apakah analogi itu dapat dipakai untuk memahami kisah pelanggaran Adam dan Hawa. Saya cenderung mengatakan bahwa analogi itu tidak pas. Sebab fakta yang terpenting tidak terwakili di sana, yaitu dalam kondisi itu teman Anda bukan Tuhan yang menciptakan Anda, teman Anda juga tidak mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi dalam hidup Anda, tentang akankah Anda mentaati atau melanggar perintahnya, dan kalau tidak taat bagaimana akibatnya dan penyelesaiannya yang dapat mengembalikan hubungan yang sudah rusak akibat pelanggaran itu. Pengetahuan teman Anda dihasilkan oleh pikiran linier sesuai kronologis urutan kejadian, sedangkan Tuhan yang Maha Tahu, telah mengetahui segala sesuatunya sejak awal mula.

          Dengan demikian, analogi teman anda itu tidak dapat diperbandingkan lurus- lurus dengan kisah Kitab Kejadian tentang pelanggaran Adam dan Hawa. Mengapa?  Karena sesungguhnya, Tuhan sungguh mengasihi manusia (Adam dan Hawa) sedemikian rupa sehingga Ia menciptakan mereka sesuai dengan gambaran-Nya, yaitu dengan mempunyai akal budi dan kehendak bebas untuk menentukan perbuatan-perbuatan yang hendak mereka lakukan, akankah mentaati Tuhan ataukah menentang-Nya. Dalam hal ini, perintah untuk mentaati Tuhan juga bukan perintah yang sulit, sebab dengan hidup berkelimpahan di taman Firdaus itu Adam dan Hawa sebenarnya tidak kekurangan sesuatu apapun. Adam dan Hawa boleh makan semua buah dari bermacam jenis pohon yang ada di sana, dan sesungguhnya kebahagiaan mereka tidak akan terganggu dengan tidak memakan buah pohon pengetahuan itu. Tetapi justru karena jebakan Iblis yang licik itu, yang mengatakan bahwa mereka “akan menjadi seperti Allah” (Kej 3:5) dengan memakan buah pohon itu, maka mereka terbujuk untuk memakannya. Maka dikatakan sebenarnya dosa asal manusia, memang karena tidak taat kepada perintah Allah, namun akarnya adalah kesombongan: karena ingin menjadi seperti Allah, menentukan sendiri baginya apa yang baik dan apa yang buruk, tanpa mau taat kepada ketentuan Tuhan. Jadi inilah akar masalahnya, dan bukan masalah apakah buah itu buah beracun atau tidak. Sebab dosa kesombongan, yang ingin menyamai Allah inilah sebenarnya yang menghantar manusia kepada kematian, sama seperti dosa kesombongan inilah yang menghantar Lucifer dan para malaikat pengikutnya ke neraka.

          Walaupun demikian, janganlah kita menyangka bahwa Allah demikian ‘kejam’ karena memasang semacam perangkap berupa pohon pengetahuan untuk menjebak manusia. Sebab Tuhan yang Maha Pengasih itu adalah Allah yang Maha Tahu dan Ia mau melakukan apa saja untuk dapat mengembalikan hubungan kasih-Nya dengan manusia. Maka walaupun Allah sudah sejak awal mengetahui bahwa jika Ia menciptakan manusia dengan kehendak bebas, maka itu beresiko manusia dapat menolak Diri-Nya sendiri, Ia tidak mengurungkan niat-Nya. Sebab hakekat kasih yang tulus adalah tidak memaksa, dan harus diberikan dengan kehendak bebas, maka Allah memberikan kebebasan kepada manusia, akankah manusia memilih untuk taat dan mengasihi Dia, ataukah tidak taat dan menolak Dia. Sayangnya Adam dan Hawa memilih yang kedua: mereka memilih tidak taat. Namun Allah yang sejak awal sudah mengetahui keputusan yang akan diambil oleh Adam dan Hawa, Ia juga sejak semula sudah mempunyai rencana untuk mengutus Putera-Nya yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus untuk menjadi manusia dan menyelamatkan manusia, dengan meremukkan kepala Iblis (lih. Kej 3:15). Segala rencana Allah dan penggenapannya ini telah ada dalam pengetahuan Allah sejak semula, sebab bagi Allah tidak ada waktu lalu dan waktu yang akan datang, namun semua terpampang di hadapan-Nya sebagai SAAT INI. Allah memang sudah tahu bahwa Adam dan Hawa akan tidak taat dan karena itu akan jatuh ke dalam maut, namun Allahpun sudah mengetahui bagaimana cara menyelamatkan mereka dan umat manusia keturunan mereka, agar dapat kembali ke dalam persatuan dengan Dia. Pemahaman inilah yang tidak dapat ditampilkan dengan analogi yang disampaikan oleh teman anda itu.

          “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” (Rom 5:15)

          Maka, marilah kita membaca kisah Penciptaan dan kejatuhan Adam dan Hawa dalam konteks keseluruhan, dan jangan terpaku pada suatu detail kejadian saja tanpa melihat kaitannya dengan ayat- ayat lainnya dalam Kitab Suci.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Syaloom Ibu Inggrid,

            Jadi asal dosa kesombongan itu karena Adam dan Hawa makan buah itu atau pas sudah ada keinginan menjadi seperti Allah yg berarti sesaat sebelum dia memetik itu dia sudah jatuh ke dalam dosa?

            Terima Kasih

          • Shalom Leo,

            Dosa itu ada tahapannya. Umumnya pada dosa berat, dosa masuk pertama- tama di pikiran dahulu, dan kemudian di pikiran keinginan itu ‘dikunyah- kunyah’ dahulu, sampai akhirnya dilakukan. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, secara khusus dalam sub- topik: Bagaimana proses dosa berkembang?

            Maka dosa kesombongan Adam dan Hawa memang sudah dimulai saat di pikiran mereka timbul keinginan untuk menyamai Tuhan, namun dosa itu mencapai puncaknya saat mereka memutuskan untuk mewujudkan keinginan itu di dalam perbuatan pelanggaran, yaitu dengan memakan buah pohon pengetahuan yang jelas sudah dilarang oleh Allah.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

            [Kelanjutan dari tanya jawab ini ada di sini, silakan klik]

          • Shalom Bu Ingrid,

            Sebelumnya terima kasih banyak atas penjelasan ibu yg sangat rinci. Tapi saya merasa masih ada sesuatu yg belum terjawab… mohon ibu tidak berkeberatan memberikan pencerahan pd saya yg masih dangkal ini….

            Sebenarnya logika dan analogi yg saya tulis diatas merupakan refleksi dari pandangan menarik dari Paus Yohanes Paulus II tentang pohon pengetahuan dan larangan memakannya.

            Di http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_ii/audiences/alpha/data/aud19861112en.html

            yang memuat pernyataan Paus JP II saat audiensi umum tanggal 12 November 1986.

            Seperti yg sdh ibu jelaskan pula, jebakan Iblis yang mengatakan bahwa mereka “akan menjadi seperti Allah” (Kej 3:5) dengan memakan buah pohon itumembuat manusia terbujuk untuk memakannya. Maka dikatakan sebenarnya dosa asal manusia, memang karena tidak taat kepada perintah Allah, namun akarnya adalah kesombongan.

            Dalam link yg saya tulis tsb, menurut pemahaman saya (mohon diluruskan jika saya salah memahami)….Bapa Paus menyatakan bahwa pelarangan itu bukan sekedar “kamu tidak boleh makan suatu buah dari suatu pohon”. … tidak berhenti pd substansi perintah itu saja tetapi lebih daripada itu.

            Saat Iblis menggoda Hawa menyatakan bahwa : “kamu akan seperti Allah” (Kej 3:5). Hal itu adalah sebuah kilas balik yg MENGGEMAKAN KEMBALI SEBAB kejatuhan iblis, yaitu ingin menyamai Alah (bdk. Yes 14:14).

            Jadi pelarangan itu adalah peringatan Allah agar manusia menyadari siapa dirinya. Yang walaupun secitra dengan Penciptanya, ia tetap ciptaan bukan Allah.

            Jadi dengan pelarangan itu, ALLAH MENGHALAGI MANUSIA UNTUK MENGULANGI KESALAHAN YANG DILAKUKAN IBLIS, yang menyebabkan iblis jatuh dalam dosa, yaitu ingin menyamai Allah.

            Pandangan mendiang Bapa Paus JP II tersebut sangatlah menarik untuk digali lebih jauh. Sebuah pandangan yg lebih mengedepankan kasih Tuhan kpd manusia dalam perikop kejatuhan Adam dan Hawa.

            Dimana begitu kasihNya kpd manusia maka Ia memberikan perintah yang adalah sebuah peringatan agar manusia tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan iblis.

            Mohon pencerahannya, terima kasih.

          • Shalom Paulus Miki,

            Nampaknya pandangan Anda benar, bahwa dengan memberi perintah agar Adam dan Hawa tidak memakan buah pohon pengetahuan itu, Allah sesungguhnya berkehendak agar mereka menyadari bahwa mereka adalah mahluk ciptaan Allah, dan karena itu selayaknya taat kepada kehendak-Nya yang menciptakan mereka. Tentu Allah tidak mengehndaki manusia jatuh dalam dosa kesombongan seperti halnya sejumlah malaikat. Walaupun kita ketahui, manusia akhirnya jatuh juga ke dalam dosa kesombongan tersebut.

            Namun sebenarnya inti dari link yang memuat khotbah Paus Yohanes Paulus tersebut bukan hanya itu. Paus ingin mengingatkan kepada pendengarnya, bahwa dosa ‘merampok’ manusia dalam banyak hal, yaitu hal- hal yang sangat penting berkenaan dengan martabatnya sebagai gambaran dan rupa Allah. Dengan berbuat dosa, manusia menjadi terasing dari dirinya sendiri (lih. Mzm 58:4), dari Tuhan (lih. Yeh 14:7, Ef 4:18), dan dari komunitasnya (lih. Ef 2:12). Konsili Vatikan II mengajarkan, “Adapun dosa merongrong manusia sendiri dengan menghalang-halangi jalannya untuk mencapai kepenuhannya.” (Gaudium et Spes 13). Dosa membuat manusia tidak lagi mengenali tujuan akhir hidupnya – yaitu Tuhan- sehingga ia kehilangan arah di dalam hidup. Akibatnya manusia menjadi bingung, tidak mengenali makna hidup, bertentangan dengan diri sendiri maupun orang- orang di sekitarnya, menjadi budak dari segala sesuatu yang tak berharga… pendeknya jika manusia tidak mengenal Tuhan, maka akhirnya manusia tidak mengenali dirinya sendiri juga.

            Karena itu dosa menjadi pengasingan yang nyata sebab dosa menggeserkan apa yang sungguh- sungguh baik dengan apa yang kelihatannya baik tetapi tidak sungguh- sungguh baik. Dalam hal ini apa yang sungguh baik/ benar digantikan dengan yang apa yang salah. Jika kita percaya bahwa di dalam segala sesuatu yang baik, ada Allah dan di dalam segala yang salah tidak ada Allah, maka dosa mengandung hukumannya sendiri, sebab di dalam dosa tidak ada Allah. Namun demikian di akhir khotbahnya itu, Paus mengatakan bahwa kejahatan bukanlah tidak ada obatnya, sebab asalkan manusia menyadarinya, dan masih punya perasaan berdosa (sense of sin), maka hal ini dapat diperbaiki – yaitu melalui pertobatan. Payahnya, ada banyak orang sudah tidak lagi mempunyai perasaan berdosa [mereka tidak merasa bahwa mereka berdosa], sehingga beresiko kebinasaan yang definif -yaitu di neraka. Sebagai kata akhir, Paus Yohanes Paulus II mengajak agar para pendengarnya merenungkan kata- kata pendahulunya Paus Pius XII, “Dosa di abad ini adalah hilangnya perasaan berdosa.” (Paus Pius XII, Discorsi e Radiomessaggi, VIII, 1946, 288).

            Ya, jika kita melihat dunia sekeliling kita, bukankah pernyataan ini sungguh benar. Ada banyak orang yang katanya mengenal Allah tetapi hidup seolah- olah tidak ada Allah: mereka hidup menurut kehendak hati sendiri, tanpa mengindahkan kehendak Allah. Kita harus sungguh berdoa dan berusaha sehingga tidak termasuk di dalam golongan yang seperti ini; yang sebenarnya mengulangi kesalahan Adam dan Hawa, dengan menempatkan diri sendiri menjadi seperti Tuhan, menentukan sendiri apa yang baik dan yang buruk, tanpa mengikuti perintah Allah yang menciptakan kita.

            Demikian tanggapan saya, semoga berguna.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisiats.org

             

  19. Dear Katolisitas.

    Adalah sebuah pertanyaan konyol tapi menarik untuk disimak, pertanyaan polos dan memberikan kesan mendalam.
    Begini…; Allah memang memberikan freewill sewaktu penciptaan malaikat, untuk apa jika pada akhirnya para malaikat dapat menentukan sikap menolak Dia..?

    Sepertinya (ini kesan didapat) secara tidak langsung, Allah sendiri yang menciptakan sebuah “dosa” bukan? Untuk apa harus demikian…???
    Bukankah akan menjadi nyaman sesuai dengan apa yang Dia harapkan, bahwa hidup tanpa ada “dosa (menolak Allah)..??

    Bisa kah aku dicerahkan dalam pemahaman yang “kacau” ini?

    Terima kasih.

    Salam Kasih.

    • Shalom Maximillian,

      Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8) dan kasih yang sempurna tidak pernah memaksa pihak yang dikasihi untuk mengasihinya kembali. Sebab definisi kasih menurut St. Thomas Aquinas adalah menginginkan kebaikan bagi orang yang dikasihi (willing the good of another-whom we love). Jadi kasih ini pada hakekatnya tidak memaksa pihak yang dikasihi untuk mengikuti semua keinginan kita yang mengasihi. Sebab jika demikian, kasih itu menjadi egois/ selfish. Nah, karena hakekat kasih/ kebaikan itu selalu membagi/ memancar (Bonum diffusivum sui), maka Sang Kasih itu dengan sendirinya mempunyai kodrat untuk berbagi kasih; dalam hal ini pertama- tama terjadi dalam kehidupan Pribadi-Nya sendiri (dalam Trinitas) dan kemudian kepada para mahluk ciptaan-Nya.

      Nah, jika manusia saja dapat memberikan kasih yang tulus (yang tidak didasari cinta diri sendiri) apalagi Tuhan. Kasih-Nya yang sempurna tidak memaksa pihak yang dikasihi-Nya untuk membalas cinta-Nya. Saat menciptakan malaikat dan manusia menurut gambaran-Nya, dalam artian sebagai mahluk yang berakal budi dan berkehendak bebas, Tuhan sudah mengetahui bahwa akan ada sebagian dari mereka yang akan menerima kasih-Nya, namun ada sebagian lagi yang lain, yang akan menolak kasih-Nya. Namun demikian, Allah tetap memutuskan untuk menciptakan malaikat dan manusia karena hakekat-Nya yang adalah Kasih itu. Maka yang menciptakan dosa (penolakan akan kasih Tuhan) bukanlah Tuhan, namun mahluk ciptaan-Nya itu sendiri.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  20. Salam Kasih dalam Allah Tritunggal Mahakudus.

    Aku mencari dan mencari tulisan tim Katolisitas tentang lebih kurang demikian bahwa melalui Sakramen Baptis, mutlak dan jelas dosa asal terhapus namun tidak mengartikan menghapus kematian, sakit dan derita; bisakah aku dibantu untuk dituntun link nya…???

    Pax Christi sit semper vobiscum !

    • Shalom Maximillian,

      Pernyataan yang Anda cari ada di artikel ini, “Mengapa Ada Dosa Asal”. Tepatnya di bagian II C dan KGK 1264 yang berada di bagian yang sama.

      Salam kasih dalam Kristus,
      Triastuti

  21. Shalom katolisitas,
    Pada saat ular mencobai manusia di Taman Eden, si ular bertemu dengan Hawa, dan yang mengambil buah dari pohon terlarang juga Hawa kemudian diberikannya kepada Adam…nah, berarti sebenarnya yang berdosa pertama kali Hawa, bukannya Adam. Tapi selama ini kita selalu diajarkan, dosa asal itu dari manusia pertama yaitu Adam. Mohon dijelaskan, atau mungkin pertanyaan ini sudah pernah dijelaskan tapi saya nya aja yg ndak tau….
    Terima kasih sebelumnya.

    • Shalom Dewi,

      Terima kasih atas pertanyaanya tentang dosa asal. Memang Hawalah yang dicobai oleh ular dan kemudian Hawa memberikannya kepada Adam. Dosa asal diturunkan dari dosa orang tua pertama, yaitu Adam dan Hawa (lih. KGK 407). Namun demikian, dosa asal dikaitkan juga dengan Adam, karena kalau dosa asal diteruskan dengan keturunan dan Adam (ayah) adalah sebagai pihak yang aktif untuk mendapatkan keturunan, maka dosa asal berkaitan dengan yang memberikan “benih”. St. Thomas Aquinas menegaskan dalam ST, I-II, q.81,a.5 bahwa kalau Adam berdosa dan Hawa tidak berdosa, maka dosa asal tetap sampai kepada kita, sebaliknya walaupun Hawa berdosa dan Adam tidak berdosa, maka dosa asal tidak sampai kepada kita. KGK 402 menuliskan “Semua manusia terlibat dalam dosa Adam. Santo Paulus mengatakan: “Oleh ketidak-taatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa” (Rm 5: 191. “Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rm 5:12). Rasul mempertentangkan universalitas dosa dan kematian dengan universalitas keselamatan dalam Kristus: “Sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang mendapat penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang mendapat pembenaran untuk hidup” (Rm 5:18).” Semoga jawaban singkat ini dapat menjawab pertanyaan anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Shalom,

        “Kalau Adam berdosa dan Hawa tidak berdosa, maka dosa asal tetap sampai kepada kita, sebaliknya walaupun Hawa berdosa dan Adam tidak berdosa, maka dosa asal tidak sampai kepada kita”

        Maaf pak stef, saya agak bingung dengan tafsiran ini. Saya merasa tafsiran ini sulit saya damaikan dengan pemahaman saya tentang Maria Immaculata.

        Jikalau tafsiran diatas benar, menurut saya muncul pertentangan doktrin Bunda tak Bernoda. Inkarnasi Kristus terjadi melalui Bunda yang diberi rahmat agar terhindar dari dosa karena Allah tidak mungkin bersatu dengan dosa. Pihak yang aktif dalam Inkarnasi Kristus adalah Allah sendiri sehingga Yesus lahir tanpa campur tangan laki-laki. Apabila dosa diturunkan bersama dengan partisipasi aktif laki-laki tanpa dipengaruhi oleh perempuan, Maria tidak perlu dijaga agar bebas dari dosa karena Kristus lahir karena naungan Roh Kudus, bukan manusia laki-laki. Dengan kata lain, seiring dengan tafsiran diatas, tidak ada masalah yang timbul dengan Inkarnasi sekalipun Bunda Maria berdosa karena Allah sendiri (yang tidak mungkin bersatu dengan dosa) yang “memberikan benih”. Permasalahan yang timbul adalah kebingungan saya. hahaha… Mohon pencerahannya. Terima kasih :D

        Dominus vobiscum,
        Yohannes

        • Shaom Yohannes,

          Terima kasih atas pertanyaannya yang bagus tentang prinsip dosa asal dalam kaitannya dengan dogma Maria tak bernoda. Sebelumnya saya memberikan pernyataan “Kalau Adam berdosa dan Hawa tidak berdosa, maka dosa asal tetap sampai kepada kita, sebaliknya walaupun Hawa berdosa dan Adam tidak berdosa, maka dosa asal tidak sampai kepada kita.” Pernyataan ini berdasarkan pada Rom 5:12, yang menuliskan “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Satu orang ini adalah Adam. St. Thomas Aquinas menjelaskan hal ini dalam ST, I-II, q.81, a,5. Dosa asal diteruskan mulai dari orang tua pertama – Adam dan Hawa – di mana yang menjadi penyebab aktif prokreasi adalah pihak laki-laki atau Adam.

          Kebingungan anda bagaimana menyatukan hal ini dengan dogma Bunda Maria Tak Bernoda, yang melahirkan Kristus yang tidak mempunyai dosa asal (dan juga dosa pribadi) telah dijawab oleh St. Thomas sendiri dalam artikel yang sama. Mengutip St. Anselm, St. Thomas Aquinas menuliskan bahwa rahmat yang diberikan kepada Bunda Maria tidak diperlukan untuk menghindari transmisi dosa asal, namun rahmat tersebut diperlukan oleh Bunda Maria untuk mengemban tugas sebagai Bunda Allah, yang memancarkan kemurnian tertinggi  [Cf. Anselm, De Concep. Virg. xviii.] Lebih lanjut dia menuliskan bahwa tidak ada yang layak untuk menerima Tuhan kecuali sesuatu yang murni atau kudus.

          Jadi, seandainya Maria berdosa dan Roh Kudus yang membuahi rahim Maria, maka Yesus memang tidak akan mempunyai dosa asal. Rahmat Tuhan yang diberikan kepada Maria sehingga Maria tidak tersentuh dosa adalah karena tugasnya sebagai Bunda Allah, sehingga dia dilayakkan oleh Tuhan untuk melahirkan Sang Penebus. Semoga dapat memperjelas.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • Dear Pak Stef,

            Maaf saya ada pertanyaan “iseng” yang sebetulnya mungkin tidak patut ditanyakan tapi menganggu pikiran saya. Jika Bunda Maria tidak mewarisi dosa asal (dikandung tanpa noda), apakah berarti ibu dari Bunda Maria (St. Anna) juga tidak mewarisi dosa asal ?

            Soalnya kan dosa asal diwarisi turun temurun ya.. Jadi supaya Bunda Maria dikandung tanpa noda, maka St. Anna juga harus tidak bernoda dong ?
            Karena kalau St. Anna mewarisi dosa asal, maka anak yang dikandungnya (yaitu Bunda Maria) otomatis juga mewarisi dosa asal..?

            Mohon pencerahannya ya.

            Shalom,
            Ignatius

          • Shalom Ignatius,

            Perlu dipahami bahwa kepenuhan rahmat Allah yang diberikan kepada Bunda Maria, berhubungan dengan perannya yang sangat istimewa dalam rencana keselamatan Allah, yaitu sebagai ibu yang melahirkan Kristus, Sang Putera Allah. Maka rahmat ini merupakan kekhususan akibat intervensi Allah, dan bukan karena hal yang otomatis diperoleh secara turun temurun, sehingga ibunya St. Anna harus juga bebas dari noda asal, atau bahkan ibu dari St, Anna juga harus bebas dari dosa asal. Ini adalah argumen yang sering kita dengar dari mereka yang menentang ajaran Gereja Katolik tentang Maria yang Dikandung Tanpa Noda. St. Anna (dan ibunya dan ibu dari ibunya, dst) tidak menjadi ibu yang melahirkan Tuhan Yesus, dan karenanya dia tidak menerima kepenuhan rahmat Allah yang membebaskannya dari noda dosa. Sedangkan Bunda Maria adalah seseorang yang telah dipilih Allah untuk melahirkan Putera-Nya sendiri, sehingga Bunda Maria dikuduskan Allah. Sebab jika di jaman Perjanjian Lama dahulu Allah begitu telitinya menguduskan Tabut Perjanjian yang menyimpan dua loh batu 10 Sabda Perintah Allah, roti manna dan tongkat imam Harun, maka di dalam Perjanjian Baru sudah pasti Allah lebih lagi dengan seksama menguduskan Bunda Maria, yang menjadi Tabut Perjanjian Baru, yang mengandung Kristus sendiri, Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia, Sang Roti Hidup dan Sang Imam Agung yang tertinggi!

            Jika Anda tertarik mengetahui tentang topik ini, silakan membaca artikel tentang Maria Dikandung Tanpa Noda, silakan klik; Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru, silakan klik, dan tentang makna kepenuhan rahmat Allah/ kecharitomene, silakan klik.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

  22. Dear Catholicity,

    Help me to understand this.

    Douay-Rheims Bible
    The next day, John saw Jesus coming to him, and he saith: Behold the Lamb of God, behold him who taketh away the sin of the world

    John 1:29

    John said the sin of the world. What is that one sin did he referring to? Why was it sin(one), instead of sins(many) of the world?

    God bless.

    • Shalom Kenzo,

      It seems to me that your question is more related to the language, rather than Theology. The world here is seen as a whole, to represent the whole humanity, like for instance, the word ‘furniture’ is to represent various pieces of interior article/ object. Thus when we say that the furniture is bad, that means, generally the interior articles (table, sofa, bed, chair, etc.) as a whole, are bad.

      Thus the sin of the world means that the whole world falls into sin, and the sins of each man is considered as part of the sin of the whole mankind. In other words, if we would like to underline the sins of human kind as a whole, we use the words: ‘the sin of the world’, as the effect of the original sin (not original sins) of Adam and Eve. However, if we would like to emphasize on the sins of the whole human kind that consist of the sins of each individual person in the world, then we could still say, ‘the sins of the world’.

      Peace in Christ Jesus,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  23. Dear katolisitas,

    Salam sejahtera dalam Kristus,

    Saya ada satu pernyataan yg lumayan membuat saya berpikir dan akhirnya jd agak membingungkan.
    Kita percaya bahwa Gereja Katolik mengajarkan dosa asal yg diturunkan oleh adam dan hawa sbg pasangan pertama yg berdosa. Kita jg percaya bahwa dgn pembaptisan maka dosa asal kita sudah dihapuskan dan juga dosa pribadi yg kita lakukan sblm dibaptis..walaupun akibat dr dosa itu tetap ada (kecenderungan dosa)
    Jadi contohnya, saya mewarisi dosa asal dr adam dan hawa, kemudian saya dibaptis, berarti dosa asal saya sudah dihapus dan bebas dari dosa asal..secara natural kalau saya menikah dan istri saya pun sudah dibaptis dan akhirnya Tuhan memberikan anak, maka bukankah secara keturunan anak yg dilahirkan tsb telah bebas dr dosa asal? Krn kedua org tuanya telah terbebas dr dosa asal.. Bagaimana menjawab pertanyaan ini?
    Saya mohon maaf kalo pertanyaan ini telah dibahas sblmnya..mohon diberikan linknya.
    Terima kasih kpd seluruh tim katolisitas yg sudah menjadi berkat bagi banyak org katolik utk semakin memahami imannya yg sungguh menyelamatkan ini.

    In His grace,

    Stefan

    • Shalom Stefan,

      Terima kasih atas pertanyaannya yang bagus tentang dosa asal. Walaupun suami istri yang telah dibaptis dan telah dihapuskan dosa asalnya dengan Baptisan, namun kalau mereka mempunyai anak, maka anak mereka masih tetap mempunyai dosa asal. Hal ini disebabkan bahwa dosa asal diwariskan melalui kelahiran kodrati (natural generation), sama seperti manusia memperbanyak dengan cara kelahiran. Atau dengan kata lain, penyebab utama (principal cause) adalah dosa dari Adam, namun penyebab instrumental (instrumental cause) adalah tindakan kodrati kelahiran. Dengan kondisi dosa asal, maka manusia tidak dapat mengklaim keselamatan kekal yang berada di luar jangkauan manusia. Dan keselamatan kekal ini hanya didapat dengan baptisan, karena rahmat yang mengalir dari misteri Paskah Kristus. Semoga jawaban singkat ini dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  24. Salam buat teman di Katolisitas,org
    Semua yang telah diutarakan pak Stef dan Bu Inggrid adalah logis dan analogi mereka dapat dipertangungjwabkan, hanya dari kalangan kaum non-Kristen tidak mau menerimanya, karena pada dasarnya memang sudah berbeda.

    Kita sebagai manusia keturanan Adam dan hawa, pasti sudah menerima akibat kesombongan mereka. dan apabila mereka tidak berbuat dosa, pasti mereka tidak akan mati. karena upah dosa adalah maut.

    Hidup miskin dan kaya, memang sebenarnya kalau kita teliti lebih mendalam, tidak yang miskin dan kaya, tetapi hanya karena mereka yang miskin itu tidak diberi kesempatan untuk berusaha atau mau usaha mencapai hiduk yang baik. karena mereka diberikan kesempatan untuk mendapat pendidikan yang baik, dan bekerja. Kalau seandainya orang mereka mempunyai pendidikan yang baik, dan mau berusaha, pasti mereka pun bisa menikmati hidup lebih baik seperti orang lain.

    Salam, semoga Roh Kudus selalu menerangi hati kita untuk bisa menerima kebeneran sejati.

    Salam Kristus!

    Amaral

  25. Ytk, Bpk Stefanus

    Saya baru browsing di Katolisitas sebulan yang lalu dan sudah banyak topik yang menarik perhatiaan saya diantaranya yach topik ‘dosa asal’ yang baru saya baca hari ini tgl 30 Juni 2010. Setelah membaca semua penjelasan Bpk dan teman-teman lainnya, menambah wawasan dan pengetahuan saya.
    Ijinkan saya untuk berbagi pengalaman yang berhubungan dengan dosa asal.

    Manusia tidak mampu mengerti rencana Tuhan
    Ketika aku memberi perhatianku untuk memahami hikmat dan melihat kegiatan yang dilakukan orang di dunia tanpa mengantuk siang malam, maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya. (Pengkhotbah 8:16-17)

    Saya sangat setuju bahwa dosa asal itu melekat pada diri saya. Dari mana saya tahu ? yach disadari atau tidak, keinginan untuk menuruti hawa nafsu atau apalah istilahnya yang menjurus ke perbuatan pemenuhan keinginan daging semata. Silahkan anda merenungkan dan bersikap jujur pada diri sendiri. Istilah umumnya disebut EGOIS.
    Kemudian barulah hati nurani yang berbicara mengingatkan bahkan menegur bahwa keinginan tersebut salah dan tidak boleh di lakukan sebab akan menyebabkan dosa atau perbuatan tidak sesuai kehendak Tuhan.
    Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
    Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
    Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. (Roma 7:18-23)

    Yang menjadi banyak pertanyaan adalah: Mengapa dosa asal itu harus ditanggung oleh keturunan Adam ? atau bahasa gaulnya adalah lho gue kagak ngerti apa-apa koq harus terima akibat kesalahan orangtua gue atau dari keturunan gue, kagak adil dong.
    Lagipula ngapain sih Tuhan menempatkan pohon pengetahuan baik dan jahat di taman eden padahal DIA kan tahu kalau kita manusia itu lemah…atau pertanyaan lainnya seperti yang telah dikemukan Sdr Glen dan yang lainnya, seperti misalnya akibat dosa orangtua tidak akan ditanggung oleh anaknya.
    ….Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan
    ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. (Yehezkiel 18:20)

    Bergantunglah seluruh hidup kita kepada Tuhan
    Banyak hal yang tidak saya mengerti namun setelah merenungkan dan meng-intropeksi diri bahwa sesungguhnya kita manusia itu cenderung berbuat DOSA karena dimulai dari adanya dosa asal.
    Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut,
    demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. (Roma 5:12)
    tetapi berita baiknya adalah ada kasih karunia Tuhan yang membebaskan kita dari belenggu dosa dengan menaruhkan di hati kita masing-masing hati nurani yang penuh belas kasih.
    Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (Yehezkiel 36:26)
    Kalau ga percaya, coba deh ketika mau melakukan perbuatan dosa… pasti hati nurani kita yang paling dalam mengatakan JANGAN. Selalu ada keraguan pada mulanya namun kembali ke iman masing-masing bagaimana me-responi kata hati nurani.

    Masalahnya adalah seringkali kita mengandalkan kemampuan dan pendapat kita sendiri lebih diatas dari kebenaran Firman Tuhan sehingga terjadi benturan sana-sini dan pada akhirnya kita merasa diri kita sendiri yang paling benar.
    Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
    Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
    Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan (Amsal 3:5-7)

    Inilah akibat dosa pertama manusia yaitu DOSA KESOMBONGAN. (karena manusia mau menjadi seperti Tuhan, mirip dengan malaikat yang memberontak yakni Lucifer).

    “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
    Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubu (Yes 14:12-15).

    Mengerti atau tidak, Suka atau tidak suka Dosa Asal itu ada
    Dosa Asal itu ada dan merupakan bagian dalam diri kita. Mau diakui atau tidak tetapi dosa asal itu ada.
    Ibaratnya seperti angin yang hanya dapat dirasakan sendiri tetapi tidak dapat diketahui secara pasti apa bentuk angin itu.
    Jangan coba mencari tahu pikiran Tuhan dengan mengatakan ini tidak adil atau apalah pendapat kita dan banyak bertanya mengapa harus ada Iblis, mengapa harus ada pencobaan jika Tuhan mengasihi kita sebab itu semua Misteri Tuhan dan
    yang penting percayalah bahwa Tuhan itu maha adil, maha kasih kepada kita, dan maha segalanya.
    Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
    atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
    Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
    Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:34-36)

    Terima kasih dan semoga kita semua mawas diri bahwa sebenarnya yang mengakibatkan timbulnya dosa asal itu adalah pekerjaan si Iblis. Musuh kita yang sesungguhnya harus kita waspadailah adalah IBLIS.

    …. Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. (Yohanes 8:44)

    Jangan pernah meragukan kasih setia Tuhan dan jangan pernah tertipu oleh tipu daya Iblis serta berusahalah mengatasi kedagingan yang merupakan warisan dari dosa asal.

    Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. (Yesaya 46:4)

    Apapun iman kepercayaanmu, marilah kita berkarya dalam sisa hidup kita ini dengan segala kebajikan sebelum kita pulang ke rumah BAPA di SURGA. Amin.

    Salam Sejahtera Selalu,
    Surya Darma

    • Shalom Surya Darma,
      Terima kasih atas komentarnya. Dosa asal adalah sesuatu yang nyata, sama nyatanya dengan kejahatan yang terjadi di sekitar kita dan juga apa yang terjadi dalam diri kita. Dosa asal harus ditanggung oleh seluruh umat manusia, karena Adam mewakili seluruh umat manusia. Dan ini adil, karena sama adilnya jika Adam tidak berdosa, maka seluruh umat manusia juga akan menikmati kebahagiaan abadi di Sorga. Ini berarti, kalau bahasa gaulnya – jika Adam tidak berdosa – enak dong, aku tidak ngerti apa-apa dan tidak melakukan apa-apa namun sudah di Sorga. Ayat yang mengatakan anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dari Yeh 18:20 adalah merujuk kepada dosa pribadi. Jadi kita perlu membedakan antara dosa asal dan dosa pribadi (personal sin), yang terdiri dari dosa berat (mortal sin) dan dosa ringan (venial sin)
      Tentang pengetahuan pohon dan baik dan buruk, maka ini adalah sebagai cara untuk membuktikan apakah manusia benar-benar mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu. Setiap ciptaan yang mempunyai akal budi – malaikat dan manusia – harus membuktikan apakah mereka mau menjawab kasih Allah atau tidak. Dan jawaban ini harus dilakukan secara bebas, karena kodrat dari kasih harus dilakukan dengan bebas. Kalau sesuatu dilakukan secara terpaksa maka hal tersebut bukan lagi kasih, namun paksaan. Dan pada waktu manusia ditempatkan di taman Firdaus, manusia belum mempunyai dosa asal, karena Tuhan menciptakan manusia baik adanya. Namun Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas, yang memungkinkan manusia untuk memilih baik dan buruk. Jadi, pada waktu itu, manusia mempunyai kesempatan untuk memilih mengikuti Tuhan dan manusia mempunyai kemampuan untuk dapat tidak berdosa. Namun, seperti yang kita ketahui, manusia memilih untuk melawan perintah Allah karena terdorong oleh kesombongannya. Semoga penjelasan tambahan ini dapat diterima.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,stef – katolisitas.org

  26. Pak Stef, saya pernah mendengar pengajaran dari seorang katekis bahwa “Dosa Asal”. Menurut katekis itu, “Dosa Asal” (Peccatum Originale, Original Sin) ialah bahwa pada asalnya, aslinya, manusia tak bisa mencapai Allah. Karakter manusia ialah ciptaan, maka ciptaan tentu lemah, terbatas, tak bisa menggapai Allah. Maka Allah sendiri menggapai manusia dengan cara mengutus Sabda Allah (Firman Allah, Kalimatullah) menjadi manusia, yang bernama Yesus Kristus. Siapa yang percaya pada Yesus Kristus karena imannya dan itu atas karunia Roh Kudus kemudia dibaptis bisa mencapai Allah, karena Allah sendiri dalam Kristus telah menyelamatkannya. Dengan demikian, dosa asal dihapus dengan baptisan. Baru kemudian jika orang jatuh dalam dosa setelah baptis yg disebut “dosa pribadi” ia bisa diampuni dalam sakramen tobat jika itu dosa berat ,dan melalui ekaristi, jika itu dosa ringan. Bagaimana menurut Pak Stef?
    Terimakasih dan Salam: Isa

    • Shalom Isa Inigo,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa asal. Kalau ada yang mengatakan bahwa dosa asal adalah keterbatasan manusia yang menjadi kodratnya sebagai manusia, maka sebenarnya kurang tepat. Kalau dosa asal adalah menjadi bagian dari kodrat manusia tanpa sebab kesalahan manusia, maka kesimpulannya, Tuhanlah yang menciptakan manusia dengan membawa dosa asal (dapat mati dan menderita, kecenderungan berbuat dosa / concupiscence, kehilangan rahmat pengudusan / sanctifying grace, kehilangan infused knowledge. Silakan melihat jawaban yang pernah saya berikan di sini – silakan klik). Ini berarti Tuhan tidak menciptakan manusia baik adanya. Namun, dosa asal adalah berhubungan dengan dosa dari manusia pertama, yang diturunkan, yang hanya dapat dihapus dengan Sakramen Baptis – yang bersumber pada misteri Paskah Kristus (penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus). Dan dosa-dosa berat setelah dibaptis hanya dapat dihapuskan dengan Sakramen Tobat atau penyesalan sempurna (penyesalan karena menyedihkan hati Tuhan dan bukan karena takut hukuman, serta dengan dilandasi keputusan untuk mengaku dosa secepatnya, jika keadaan memungkinkan). Semoga keterangan ini dapat berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  27. Dear Katolisitas;

    Saya ada 2 pertanyaan berkaitan dgn dosa asal … mohon pencerahan ya.

    1. Ketika Tuhan menciptakan malaikan, apakah single-parent atau tidak? maksud saya apakah ada dosa asal di antara para malaikat?

    2. kalau di tahap pertama (penciptaan malaikat) , Tuhan menciptakan malaikat tidak single-parent dan kemudian Tuhan melihat ada di antaranya yang memilih tidak taat (dosa), kenapa di tahap berikutnya (penciptaan manusia) Tuhan memilih menggunakan single parent? Bukankan Tuhan sudah tahu bahwa manusia berpotensi untuk berdosa, dan bukankah dengan memilih cara single-parent maka AKIBAT dosa itu LEBIH BESAR karena akan turun-temurun (dosa-asal for all humanity)? Kenapa Tuhan memilih cara dgn RESIKO yg lebih besar (cara single-parent) di kesempatan kedua? Tidakkah Tuhan mestinya melalukan “improvement” dari kejadian penciptaan malaikat?

    Demikian pertanyaan saya. Terima kasih banyak. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

    • Shalom fxe,
      1. Para malaikat diciptakan langsung oleh Tuhan, sebab para malaikat tidak berkembang biak seperti manusia. Maka tidak ada single-parent seperti pada manusia. Jangan lupa, para malaikat yang diciptakan secitra dengan Allah (yaitu mempunyai akal budi dan kehendak bebas), adalah mahluk yang murni spiritual/ rohani, sehingga tidak memiliki tubuh. Sedangkan manusia, merupakan kesatuan antara jiwa dan tubuh; dan perkembangbiakan tersebut melibatkan tubuh.
      Maka pada malaikat tidak ada dosa asal. Sesaat setelah diciptakan, para malaikat diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memilih; akankah mereka taat kepada Allah yang menciptakan mereka; atau tidak. Kita mengetahui, sebagian dari mereka memilih tidak taat, dan mereka inilah yang disebut “the fallen angels“. Selanjutnya tentang keadaan malaikat pada saat mereka diciptakan, silakan klik di sini.

      2. Allah menciptakan para mahluk ciptaannya dalam keberagaman dan dalam tingkatan- tingkatan tertentu. Maka, sudah menjadi kebijaksanaan Allah bahwa Ia menciptakan pada tingkatan pertama adalah para malaikat yang diciptakan sebagai mahluk rohani yang murni, lalu manusia sebagai mahluk rohani yang mempunyai tubuh; dan kemudian binatang, mahluk yang mempunyai tubuh tanpa mempunyai akal budi dan kehendak bebas namun hanya naluri (instinct), dan selanjutnya tumbuh- tumbuhan yang tidak mempunyai naluri namun hanya dapat bertumbuh; dan terakhir benda- benda mati, seperti gunung, batu, tanah, dst. Silakan jika anda tertarik, membaca perbedaan antara tumbuhan, binatang dan manusia, klik di sini.

      Menurut St. Agustinus, penciptaan para malaikat diadakan dalam masa enam hari penciptaan alam semesta (silakan membaca kelanjutan tanya jawab ini klik di sini). Dengan demikian, penciptaan malaikat tersebut bukan merupakan peristiwa yang terpisah dari penciptaan alam semesta. Saya pernah menjawab pertanyaan serupa, tentang apakah dunia diciptakan sekali atau dua kali dengan istilah “tohu” dan “bohu”, yang ditafsirkan bermacam- macam olah gereja Katolik. Tentang hal ini, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Sehingga memang Allah telah mengetahui sejak awal mula bahwa Ia akan menciptakan segala sesuatu menurut tingkatannya, dengan segala resikonya. Allah sudah tahu sejak awal mula, bahwa dengan menciptakan para malaikat dan manusia dengan memberikan akal budi dan kehendak bebas kepada mereka; maka akan ada sebagian dari mereka yang menolak Dia; namun ini tidak menghalangi rencana kasih-Nya untuk menciptakan dan menyelamatkan ciptaan-Nya. Bahkan, sejak awal mula, Allah telah mengetahui bahwa sebagai tanggapan akan penolakan manusia terhadap Allah, maka Ia akan mengutus Putera Tunggal-Nya untuk menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.

      Maka benar, bahwa Allah melakukan ‘improvement’, namun cara/ kebijaksanaan-Nya berbeda dengan cara pandang kita. Allah mengizinkan para malaikat dan manusia menggunakan kehendak bebas mereka (meskipun sebagian dari mereka menggunakannya untuk menolak Allah); namun Allah juga dengan kuasa-Nya selalu memberikan rahmat kepada manusia agar dengan kehendak bebasnya, ia dapat memilih untuk taat kepada Allah. Inilah sebenarnya yang dicontohkan oleh Kristus sendiri saat Ia menjadi manusia. Ia dengan kehendak bebas-Nya memilih untuk taat kepada Allah Bapa sampai wafat di kayu salib untuk menebus dosa- dosa kita manusia. Dengan teladan-Nya ini, maka kita manusia dimampukan untuk melakukan hal yang sama, yaitu untuk menolak dosa, dan mengikuti perintah Tuhan, dan hidup di dalam Dia. Kehidupan di dalam Kristus inilah yang menghantar kita suatu saat nanti ke dalam kesempurnaan-Nya, yaitu jika kita dapat memandang Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (lih. 1 Yoh 3:2). Inilah ‘improvement’ yang Allah rencanakan bagi kita; agar kita semua dapat kembali kepada-Nya, bersatu dengan-Nya di surga di dalam Kristus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Terima kasih bu Ingrid atas jawabannya.
        Mohon perkenankan saya bertanya lebih lanjut,
        karena keinginan saya untuk memahami lebih baik iman saya.

        Saya berpendapat bahwa ajaran “dosa asal” berpangkal pada ajaran “single-parent”.
        Karena kalau manusia tidak “single-parent” maka dosa-asal pada setiap orang jadi tidak relevan.

        Karena itu saya bertanya: “kenapa Allah menciptakan manusia dgn cara ‘single-parent’?”.
        Jawaban Anda sejauh yg saya mengerti:
        “Allah menciptakan manusia single-parent karena manusia memiliki/membutuhkan tubuh untuk berkembang-biak”.
        Benarkah alasan Allah menciptakan manusia lewat “single-parent” hanya sebatas itu?
        Bukankah karena kemaha-kuasa-an Allah, bisa saja Allah menciptakan manusia yg berbiak lewat tubuh tanpa harus lewat skenario “single-parent”. Dan bukankah hal ini yg justru dipercaya oleh para scientist berdasarkan teori evolusi dan macam-macam?

        Adakah hubungan antara penciptaan “single parent” itu (… dan kebetulan parent yg satu-satunya itu berdosa …) dengan penebusan yg melibatkan Putra Tunggal Allah. Maksudnya, karena Putra Allah hanya satu, maka cocoklah / fitting bila menebus manusia yg satu keluarga juga (single parent), karena Allah telah menentukan dari awal mula agar kita menjadi anak angkatNya di dalam Putra Tunggal-Nya. Bila demikian apakah kita sebagai anak-anak angkat Allah di dalam Putra Tunggal menjadi lebih tinggi dari para Malaikat, karena Malaikat tidak pernah disebut sebagai anak Allah?

        Inilah yang saya maksud “improvement” / sesuatu yg lebih baik.
        Ketika menciptakan malaikat Allah tidak menentukan dari awal mula agar para Malaikat menjadi anak-anak Allah. Tetapi ketika menciptakan manusia, Allah menetapkan manusia kudus dan tak bercela di hadapanNya, sebagai anak-anak angkat Allah di dalam Putra Tunggal-Nya. Karena itu dipilih cara “single parent” karena single pula Putra Allah.

        Pertanyaan lain, bagaimana dasar ajaran “single parent” dari GK? Apakah denominasi Kristen lain sepakat doktrin single parent ini? Bagaimana mempertanggungjawabkan doktrin ini di depan science, selain mengacu ke pseudo-science “mitocondrial eve”.? Terima kasih bu Ingrid.

        • Shalom Fxe,

          1. Ya benar, konsep dosa asal berhubungan erat dengan konsep single parents, yaitu Adam dan Hawa (sebagai sepasang manusia pertama).

          Allah menciptakan manusia dengan satu pasang orang tua tersebut memang berhubungan keseluruhan rencana keselamatan Allah. Benar pandangan anda bahwa karena Allah menginginkan bahwa seluruh manusia ciptaan-Nya itu tergabung menjadi satu keluarga, maka semua manusia diciptakan-Nya berasal dari satu pasang manusia. Sebenarnya Adam dan Hawa sendiri merupakan prefigurasi dari Adam yang baru yaitu Kristus, dengan Mempelai-Nya yaitu Gereja yang didirikan-Nya (lih. Ef 5:22-33). Perbandingan antara Adam dan Kristus disebutkan dalam surat rasul Paulus.

          Dengan demikian memang sudah sejak awal Tuhan merencanakan penciptaan seluruh umat manusia melalui sepasang manusia pertama. Setelah mereka jatuh dalam dosa, maka diutus-Nyalah Kristus Putera Tunggal-Nya untuk memulihkan manusia dari kuasa dosa, dan untuk mempersatukan mereka kembali dengan-Nya, di dalam Kristus yang adalah Kepala Tubuh. Dengan demikian teori “multiple first parents” tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, karena tidak sesuai dengan Kitab Suci. Mengenai topik teori evolusi dengan iman, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

          2. Menurut St. Thomas Aquinas, para malaikat juga diciptakan menurut gambaran Allah, dalam artian sebagai mahluk yang berakal budi dan berkehendak bebas. Mereka bahkan lebih menyerupai Allah jika dibandingkan manusia, karena malaikat diciptakan sebagai mahluk yang murni rohani, seperti halnya Allah yang adalah Pribadi yang murni rohani. Para malaikat juga diciptakan kudus dan tidak bercela pada mulanya, hanya sesaat setelah diciptakan, ada sebagian dari mereka yang memilih untuk tidak taat kepada Allah.

          Gelar “anak Allah” pada PL diberikan kepada pribadi- pribadi yang mempunyai hubungan yang khusus dengan Allah. Para malaikat dan orang- orang yang hidupnya benar dan kudus, disebut sebagai “anak- anak Allah.” Maka sudah sejak awal Allah telah merencanakan bahwa para malaikat itu dapat menjadi anak- anak-Nya, jika mereka memilih untuk taat kepada-Nya. Kitab Suci juga menyebutkan malaikat sebagai anak- anak Allah, misalnya pada kitab Ayub (Ayb 1:6; 2:1).

          Sebenarnya, tidak ada “perubahan” atau “improvement” dalam diri Allah. Allah itu pada dasarnya sempurna, dan sempurna pula rencana keselamatan-Nya sejak awal mula oleh Yesus Kristus Putera Tunggal-Nya, yang melibatkan para malaikat dan manusia. Disebut tidak mungkin ada perubahan/ improvement pada Allah karena “improvement” itu mengisyaratkan bahwa sebelumnya kurang baik lalu berubah menjadi baik. Ini bertentangan dengan hakekat kesempurnaan Allah (lih. Mat 5:48) dan bahwa Allah itu tidak berubah (Ayb 23:13; Mal 3:6). Jadi, yang benar adalah, Allah telah mengetahui segala sesuatunya dari semula. Bahwa Ia pada saat awal mula Ia menciptakan malaikat dan manusia, bahwa sebagian dari para malaikat itu akan menolak-Nya; dan manusia pertama akan jatuh dalam dosa, yang akan diturunkan kepada semua umat manusia keturunannya; dan akhirnya untuk menebus dosa mereka Ia akan mengutus Putera Tunggal-Nya.

          3. Kitab Suci, dengan jelas membandingkan Adam yang pertama dengan Kristus, “Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” (Rm 5:15, lih. 1 Kor 15:22). Dosa asal yang diturunkan oleh Adam ini kepada semua manusia inilah yang ditebus oleh Kristus sebagai Adam yang baru.

          Paus Pius XII dalam surat ensikliknya, Humanae generis 37 mengajarkan:

          “When, however, there is question of another conjectural opinion, namely polygenism, the children of the Church by no means enjoy such liberty. For the faithful cannot embrace that opinion which maintains that either after Adam there existed on this earth true men who did not take their origin through natural generation from him as from the first parent of all, or that Adam represents a certain number of first parents. Now it is in no way apparent how such an opinion can be reconciled with that which the sources of revealed truth and the documents of the Teaching Authority of the Church propose with regard to original sin, which proceeds from a sin actually committed by an individual Adam and which, through generation, is passed on to all and is in everyone as his own.”

          Melalui pengajaran ini, umat Katolik, dan sesungguhnya semua umat Kristen yang berpegang pada Kitab Suci, seharusnya menerima konsep “first parents” yaitu bahwa semua manusia berasal dari sepasang manusia Adam dan Hawa, yang karena kejatuhan mereka ke dalam dosa, menurunkan dosa asal kepada semua umat manusia. Saya tidak mengetahui apakah semua denominasi Kristen Protestan sepaham dengan ajaran ini, namun jika berpegang pada ajaran Kitab Suci, seharusnya mereka menerima konsep ini.

          4. Tentang pseudo-science teori Mitochondrial Eve.

          Selayaknya kita melihat bahwa teori ini sebenarnya masih berupa hipotesa yang belum dapat dibuktikan kebenarannya. Di Wikipedia sendiri tertulis demikian, “Without a DNA sample, it is not possible to reconstruct the complete genetic makeup (genome) of any individual who died very long ago. By analysing descendants’ DNA, however, parts of ancestral genomes are estimated by scientists….”

          Artinya teori ini semata- mata masih merupakan hipotesa/ perkiraan/ estimasi dari para scientist, yang mengatakan adanya kemungkinan bahwa terdapat Mitochondrial Eve yang hidup sebagai species lain yang bukan manusia (diperkirakan sebagai simpanse) 200,000 tahun lalu. Lalu, baru 50,000 sampai 80,000 tahun kemudian Mitochondrial Eve ini kemudian bersatu dengan Adam (manusia pertama) dan menurunkan manusia.

          Pernyataannya adalah, jadi Mitochondrial Eve ini manusia atau bukan? Nah, inilah yang memang jadi kabur, jika kita mengikuti logika penjelasan Mitochondrial Eve ini, karena dikatakan, “Mitochondrial Eve is generally estimated to have lived around 200,000 years ago, most likely in East Africa, when Homo sapiens sapiens were developing as a species separate from other human species.” Maka menurut teori ini, seolah manusia berasal dari keturunan simpanse, sedikitnya dari sisi wanitanya (disebut dalam Wikipedia sebagai “Eve” ancestral to all members of genus Homo and chimpanzees in genus Pan). Jadi menurut teori ini, seolah terjadi apa yang disebut macro- evolution, karena mengandaikan lompatan evolusi dari yang bukan sepenuhnya manusia menjadi manusia. Padahal, teori macro-evolution ini tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Silakan membaca kembali topik hal evolusi dan iman yang saya sertakan linknya di atas. Selanjutnya Mitochodrial Eve ini juga mengaburkan kesetaraan antara manusia Adam dan Hawa (Eve) dan bahwa Hawa dibentuk setara dengan Adam (dari tulang rusuk Adam) oleh Allah.

          Topik evolusi ini memang menarik sekaligus kompleks, dan sesungguhnya literatur yang terkait cukup banyak. Mungkin suatu hari nanti dapat diulas secara lebih mendetail, namun untuk saat ini belum dapat kami lakukan, karena banyaknya pertanyaan yang masuk. Mohon pengertiannya.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas,org

          • Terima kasih Katolisitas atas penjelasannya.

            Bila “improvement” dipandang sebagai perbaikan dari sesuatu yg salah, memang benar bahwa Allah tidak berbuat demikian. Tetapi “improvement” bisa dimaksudkan sebagai membuat sesuatu lebih baik / spesial dengan maksud membuat suatu “masterpiece”. Analogi hal ini, Toyota harus melakukan improvement untuk membuat Lexus. Bukan karena Toyota jelek, tetapi improvement dilakukan untuk menghasilkan suatu masterpice (yang lebih baik dari ciptaan sebelumnya).

            Sebenarnya ini masalah istilah saja. Maksud yang ingin saya sampaikan adalah: dalam beberapa tulisan, digambarkan bahwa Malaikat adalah makhluk yg kodratnya lebih tinggi dari manusia karena pure spiritual. Saya berpandangan sebaliknya. Manusia yg diciptakan single-parent ditentukan Allah sejak awal-mula (direncanakan dari semula) menjadi anak-angkat Allah, masuk dalam relasi sangat intim dgn Allah bukan sebagai hamba. Karena kemaha-tahuan Tuhan, rencana ini terpenuhi / ter-realisasi lewat drama dosa-pertama dan Inkarnasi Putra Tunggal Allah. Dalam hal ini dosa asal disebut Happy Vault.

            Apalagi bila melihat Allah telah ber-Inkarnasi menjadi manusia, Allah tidak pernah inkarnasi menjadi malaikat atau makhluk lain. Hanya kepada manusia Allah memberikan Tubuh dan Darah-Nya sebagai makanan. Juga, Bunda Maria diangkat menjadi Ratu Surga, yaitu tempat kedua setelah Allah di Surga, yang menggambarkan tujuan akhir kita… Saya pikir manusia adalah masterpiece Allah, bukan Malaikat. Memang dalam PL kata “anak-anak Allah” diartikan lebih umum, namun di PB “anak Allah” mengacu spesifik kepada Yesus, dan umat Kristiani adalah anak-angkat di dalam Yesus. Saya membayangkan, segera setelah penciptaan Malaikat, para Malaikat menyadari bahwa mereka bukanlah masterpiece, ternyata Allah berencana menciptakan masterpiece yaitu manusia. Sebagian Malaikat menerima kenyataan itu dengan rendah-hati dan tetap taat kepada Allah. Sebagian malaikat yg sombong tidak bisa menerima bahwa mereka bukan masterpiece Allah, lalu melawan Allah. Karena itu para fallen-angels iri kepada manusia dan selalu berusaha merusak manusia sebagai masterpiece Allah. Fallen angels berhasil merusak masterpiece dalam drama dosa-asal, tetapi Allah menanggapi dosa asal manusia dengan Inkarnasi sehingga masterpiece Nya menjadi sempurna. Apakah pengertian saya ini sesuai ajaran GK? Terima kasih . Semoga Tuhan memberkati kita.

          • Shalom Fxe,

            1. Gereja Katolik mengajarkan bahwa secara kodrat, para malaikat diciptakan dengan akal budi dan kehendak bebas yang lebih sempurna daripada akal budi dan kehendak bebas manusia, karena para malaikat adalah mahluk spiritual yang murni. Mereka mempunyai “infused knowledge” (pengetahuan yang ditanamkan oleh Allah) sehingga mereka dapat mengenal Allah dengan lebih sempurna. Sayangnya, meskipun demikian, ada juga sejumlah dari para malaikat itu yang tetap memilih untuk menolak Allah.

            Kitab Suci mengatakan bahwa malaikat adalah mahluk spiritual yang ada di antara Allah dan manusia. “Thou hast made him (man) a little’ less than the angels” (Ps., 8: 6)”. Namun demikian, para malaikat, sama dengan manusia adalah sama- sama mahluk ciptaan Tuhan (lih. Mzm 148:2,5, Kol 1:16-17). St. Agustinus mengajarkan bahwa para malaikat diciptakan dalam kondisi rahmat, walaupun sebagian di antara mereka memilih untuk menolak Tuhan, sesaat setelah mereka diciptakan. Namun bagi para malaikat yang memilih untuk taat kepada Allah, mereka memperoleh karunia beatific vision, mereka memandang Allah dan melayani Allah di sekitar tahta Allah yang Mahakudus (lih. Dan VII:9, Mzm 96:7, 102:20, Yes 6, dst), berdiri di hadapan tahta-Nya (Tob 12:15, Why 8:2-5). Kemudian di antara para malaikat itu sendiri terdapat tingkatan- tingkatan, seperti yang pernah dituliskan di sini, silakan klik.

            Selain tugas para malaikat ini memuliakan dan melayani Tuhan, Kitab Suci juga mengisahkan mereka sebagai pembawa kabar Tuhan kepada manusia dalam rencana keselamatan Allah. Contohnya, malaikat yang turun naik di tangga yang menghubungkan Allah dan manusia dalam penglihatan Yakub, malaikat yang membawa Lot ke luar dari Sodom, malaikat yang memberi tugas kepada Gideon dan Daniel, malaikat yang memberitakan kelahiran Samson, malaikat yang memberitakan kelahiran Yohanes Pembaptis dan kelahiran Yesus Kristus.

            Maka secara umum dan secara kodrati memang para malaikat (tentu malaikat yang baik/ good angels) lebih tinggi derajatnya dari manusia. Fakta bahwa Tuhan Yesus tidak berinkarnasi menjadi malaikat, itu bukan untuk diartikan bahwa dengan demikian manusia lebih tinggi tingkatannya secara kodrati daripada malaikat; namun karena manusia lebih membutuhkan Dia; karena pengetahuannya akan Allah yang kurang sempurna [terutama setelah manusia jatuh dalam dosa], jika dibandingkan dengan pengetahuan para malaikat. Dalam konteks inilah maka St. Agustinus mengatakan, “O, felix culpa atau O happy fault“, karena mengakibatkan diutusnya Yesus Allah Putera untuk menyelamatkan manusia.

            2. Bahwa kemudian oleh Misteri Paskah Kristus dan rahmat pengudusan Allah yang diberikan melalui sakramen- sakramen, kita memperoleh hidup ilahi, ini memang mengangkat kodrat manusia kepada kodrat ilahi. Namun demikian, bukan berarti secara otomatis kita semua menjadi lebih tinggi daripada para malaikat itu. Sebab di surga kelak, tingkatan kemuliaan tergantung juga dari banyaknya kasih (order of charity). Dalam pengertian ini, dapat dimengerti bahwa setelah Tuhan Allah, maka tingkatan berikutnya adalah Bunda Maria, disebabkan karena besarnya kasih yang sudah dinyatakannya selama hidupnya kepada Allah, dengan ketaatannya melaksanakan perannya sebagai Bunda Kristus Tuhan.

            Sedangkan tidak semua manusia dapat mempunyai kasih sedemikian, sehingga tidak dapat dikatakan secara otomatis kita manusia semuanya mempunyai tingkatan yang sama dengan Bunda Maria. Walaupun memang, sebagai Gereja, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus Sang Kepala dan Bunda Maria sebagai contoh anggota Gereja yang sempurna. Bunda Maria memang merupakan masterpiece Allah, karena perannya sebagai ibu yang melahirkan Kristus Allah Putera.

            3. Jadi para malaikat yang menolak Allah itu sebenarnya menolak Allah bukan karena menyadari bahwa “mereka bukan masterpiece“, tetapi karena kesombongan/ keinginan dari dalam diri mereka sendiri untuk menyamai Allah. Bahwa setelah mereka (fallen angels) jatuh dan terpisah dari Allah, maka mereka iri kepada manusia dan ingin mempengaruhi manusia juga agar jatuh, itu adalah akibat dari kejatuhan/ keterpisahan mereka dari Allah, dan bukannya merupakan sebab mereka menolak Allah.

            Sesudahnya Iblis (fallen angel) itu terkecoh, karena setelah ia berhasil mempengaruhi manusia untuk jatuh dalam dosa, namun ia tidak menyangka bahwa malah kejatuhan ini mengakibatkan Allah melakukan tindakan yang terbesar, yaitu mengutus Putera Tunggal-Nya menjadi manusia untuk menebus dosa mereka.

            4. Maka jika bicara tentang masterpiece Allah, kita harus melihatnya dari tingkatan rahmat (grace) dan kasih (charity). Pada akhirnya, Kristuslah yang akan mempersatukan semua ciptaan-Nya (1 Kor 15:28; Kol 1:20), di mana memang di surga nanti, kita akan hidup seperti malaikat (Mat 22:30; Mrk 12:25).

            Soal urutannya biarlah kita serahkan kepada Kristus untuk menentukannya, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Terima kasih bu Ingrid atas bimbingan yg Anda berikan.

            Kalau boleh , saya ada satu pertanyaan terakhir:

            Kita percaya ketika hidup di dunia
            Yesus mempunyai kodrat sungguh manusia dan sungguh Allah.
            Setelah wafat dan bangkit, lalu naik ke surga: apakah kodrat Yesus masih sungguh Allah dan sungguh manusia? Apakah sebelum Inkarnasi Yesus tidak mempunyai kodrat Allah dan manusia? Kalau di Surga atau sebelum Inkarnasi kodrat Yesus adalah Allah saja, bukankah berarti ada perubahan pada pribadi Allah Putra dan Trinitas (dari kodrat Allah+manusia menjadi Allah saja), yg tidak sesuai dgn sifat Allah yang kekal (tidak berubah)?

            Di Kitab Wahyu, Yohanes melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah (di Surga)?
            Dan semua penghuni Surga menyembahNya.
            Maka, hanya kodrat manusia yg berada dalam relasi intim Trinitas?
            Saya pikir, kodrat manusia itu ada secara kekal di dalam Trinitas. Oleh karena itu sewaktu penciptaan, manusia disebut secitra dengan Allah karena dia mempunyai satu bagian dari kodrat Trinitas (mengambil bagian dalam salah satu kodrat Pribadi dalam Trinitas)? Karena itu manusia mempunyai akalbudi dan kehendak bebas.

            Terima kasih atas kesabaran Ingrid menjawab pertanyaan-pertanyaan saya.
            Semoga Tuhan selalu beserta kita. Amin.

          • Shalom Fxe,

            Sebenarnya beberapa pertanyaan anda sudah terjawab di artikel TJ tentang kodrat Yesus, sebelum Inkarnasi dan setelah naik ke surga, di sini, silakan klik. Namun berikut ini saya sampaikan yang spesifik berkaitan dengan pertanyaan anda:

            1. Pengambilan kodrat manusia oleh Yesus

            Pengambilan kodrat manusia oleh Yesus itu baru terjadi setelah kegenapan waktu yang ditentukan Allah (lih. Gal 4:4), yaitu pada saat Kristus Allah Putera diutus oleh Allah Bapa untuk menjelma menjadi manusia dalam rahim Bunda Maria (lih Luk 1:35-38). Artinya, sebelum Inkarnasi, Yesus tidak mempunyai kodrat manusia di dalam diri-Nya. Ia baru mengambil kodrat kemanusiaan, pada saat penjelmaan-Nya, tanpa mengubah kodrat-Nya sebagai Allah.

            Kitab Suci mengatakan tentang hal ini demikian:

            “….Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib…” (Flp 2:5-8)

            Pada saat penjelmaan-Nya ini, Yesus tetaplah sungguh Allah, walaupun juga sungguh manusia. Maka kodrat ke-Allahan yang ada pada-Nya tetap tidak berubah. Yesus tetaplah Allah dan tidak berhenti menjadi Allah, walaupun pada saat penjelmaan-Nya Ia mengambil rupa sebagai manusia. Dengan demikian maka kita dapat mengatakan bahwa karena Yesus Allah, maka Ia tidak berubah, dulu, sekarang dan selama- lamanya (lih Ibr 13:8). Yang berubah adalah Ia dalam kodrat-Nya sebagai manusia, Ia dapat lahir, tumbuh sebagai anak- anak, remaja, dewasa, sampai akhirnya wafat, seperti halnya yang terjadi dalam kehidupan manusia. Sebab dalam kodrat-Nya sebagai manusia, Kristus sama dengan kita, kecuali bahwa Ia tidak berdosa (lih. Ibr 4:15). Namun tentu, dalam kodrat-Nya sebagai Allah, Ia sehakekat dengan Allah Bapa.

            Jadi jika dikatakan bahwa Yesus tidak berubah, itu adalah dalam konteks bahwa Yesus adalah Allah Putera, yang sudah ada sejak awal mula; yang oleh-Nya kita semua diciptakan dan diselamatkan. Sebagai Allah inilah, maka Yesus tidak dapat dan tidak mungkin berubah.

            2. Kodrat kemanusiaan Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya.

            Setelah menjelma menjadi manusia, Yesus lahir, bertumbuh dan mati untuk menguduskan setiap tahap dalam kehidupan manusia dalam rangka menyelamatkan umat manusia. Namun karena Yesus adalah Allah, maka Yesus dapat bangkit dari kematian dan naik ke surga. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus memperoleh kembali tubuh-Nya sebagai manusia, dalam arti yang sesungguhnya, dan bukan hanya bayangan. Kitab suci dengan jelas mengatakan hal ini, seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri, bahwa tubuh-Nya dapat dilihat dan diraba, mempunyai daging dan tulang (lih. Luk 24: 39). St. Thomas Aquinas dalam bukunya Summa Theology, III, q. 54, a. 1 s/d 4, menjelaskan dengan rinci tentang hal ini, silakan anda membacanya sendiri di link ini, silakan klik.

            Dengan demikian, tepatlah jika dikatakan bahwa Yesus merupakan yang pertama yang bangkit dari alam maut; mendahului kita semua yang kelak juga akan dibangkitkan dari maut; dan tubuh kita akan kembali bersatu dengan jiwa kita di akhir jaman nanti dalam kebangkitan badan. Jadi setelah bangkit dan naik ke surga, Yesus memperoleh kembali tubuh-Nya sebagai manusia dalam kesempurnaannya (tubuh kebangkitan) seperti yang disebutkan dalam Kitab suci. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa Kristus mempunyai kodrat manusia [yaitu kodrat manusia dalam kehidupan kekal, bukan kodrat manusia seperti dalam kehidupan di dunia]. Kristus menjadi yang sulung/ pertama dalam hal kebangkitan badan ini (lih. Kol 1:15-18), dan kita semua akan mengikuti jejak-Nya ini pada akhir jaman. Dalam konteks inilah kita menghormati Bunda Maria yang diangkat ke surga tubuh dan jiwanya, karena ia telah dikuduskan Allah sejak semula dan tidak berdosa. Maka jika kita merayakan hari raya Bunda Maria diangkat ke Surga, itu bukan semata menghomati Maria, tetapi juga merayakan janji Allah dan pengharapan kita sebagai orang percaya: bahwa suatu saat nanti tubuh kitapun akan dibangkitkan, dan diangkat ke Surga bersama- sama dengan Kristus di akhir jaman.

            3. Kodrat manusia ada secara kekal dalam Trinitas?

            Anda bertanya: “Di Kitab Wahyu, Yohanes melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah (di Surga)? Dan semua penghuni Surga menyembahNya. Maka, hanya kodrat manusia yg berada dalam relasi intim Trinitas? Saya pikir, kodrat manusia itu ada secara kekal di dalam Trinitas. Oleh karena itu sewaktu penciptaan, manusia disebut secitra dengan Allah karena dia mempunyai satu bagian dari kodrat Trinitas (mengambil bagian dalam salah satu kodrat Pribadi dalam Trinitas)? Karena itu manusia mempunyai akalbudi dan kehendak bebas.”

            Tanggapan saya:

            Istilah “Anak Manusia” (the Son of God) yang dikatakan oleh Yesus ataupun yang ada dalam Kitab Wahyu itu hanya mengacu kepada Yesus Kristus. Ia adalah Sang Allah Putera, [Anak Allah yang tunggal], sedangkan kita orang percaya merupakan anak- anak angkat Allah (adopted children of God) di dalam Kristus. Maka yang kekal itu adalah Kristus sebagai Allah Putera. Manusia memang pada awalnya diciptakan secitra dengan Allah untuk menikmati kehidupan kekal bersama Allah, namun manusia jatuh ke dalam dosa sehingga memisahkan diri dari Allah. Dalam keadaan ini, tidak dapat dikatakan bahwa kodrat manusia itu kekal, karena manusia sudah dengan kehendak bebasnya melepaskan diri dari Allah dengan berbuat dosa. Karena itu Kristus diutus oleh Allah Bapa untuk membawa manusia kembali ke dalam persekutuan dengan Allah agar manusia memperoleh hidup yang kekal.

            Maka, pernyataan anda bahwa kodrat kemanusiaan itu kekal dalam Trinitas adalah suatu pernyataan yang rancu, sebab seolah mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebagai manusia di Surga sebelum lahir sebagai manusia di dunia. Ini bertentangan dengan Flp 2:5-8. Bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham (seperti dikatakan Yesus dalam Yoh 8:58-59) itu benar; namun di sini maksudnya adalah untuk menyatakan ke- Allahan-Nya; bukan kemanusiaan-Nya, karena Yesus baru mengambil kodrat manusia pada saat menjadi janin dalam rahim Bunda Maria. Bahwa Yesus mengatakan, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58); itu menyatakan apa yang secara teologis disebut communicatio idiomatum. Silakan klik di artikel ini, untuk membaca lebih lanjut arti istilah tersebut, yaitu dalam sub-judul communicatio idiomatum dalam diri Yesus. Yesus sebagai Allah Putera dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus inilah yang disembah oleh segala penghuni Surga.

            Maka manusia dikatakan diciptakan sesuai dengan citra Allah, bukan karena manusia mempunyai partikel Allah atau merupakan percikan Allah, seperti yang diajarkan dalam Pantheisme ataupun New Age Movement. Ini tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut citra Allah karena manusia diciptakan sebagai mahluk yang mempunyai akal budi dan kehendak bebas, yang memampukan manusia untuk mengenal dan mengasihi Allah yang menciptakannya (lih KGK 31).

            Jadi citra Allah di sini adalah keserupaan tertentu dengan Allah (lih. KGK 41), karena memang segala mahluk ciptaan Tuhan menunjukkan keserupaan tertentu dengan Allah (dalam hal kebenaran, kebaikan dan keindahan) sedangkan Allah adalah Kesempurnaan dalam segala hal tersebut. Seperti halnya Allah, manusia diciptakan sebagai pribadi dan bukan hanya merupakan ‘sesuatu’. Pribadi manusia ini terdiri dari tubuh dan jiwa. Katekismus mengajarkan:

            KGK 357 Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya.

            KGK 362 Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: ” Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah.

            KGK 364 Tubuh manusia mengambil bagian pada martabat keberadaan “menurut citra Allah”: ia adalah tubuh manusiawi karena ia dijiwai oleh jiwa rohani. Pribadi manusiawi secara menyeluruh sudah ditentukan menjadi kenisah Roh dalam Tubuh Kristus (lih. 1 Kor 6:19-20; 15:44-45)

            Namun demikian, Allah sendiri sama sekali tidak menurut citra manusia. Katekismus mengajarkan:

            KGK 370 Allah sendiri sama sekali tidaklah menurut citra manusia. Ia bukan pria, bukan juga wanita. Allah adalah Roh murni, pada-Nya tidak bisa ada perbedaan jenis kelamin. Namun dalam “kesempurnaan-kesempurnaan” pria dan wanita tercermin sesuatu dari kesempurnaan Allah yang tidak terbatas: ciri khas seorang ibu (Lih. Yes 49:14-15; 66:13; Mzm 131: 2-3) dan ciri khas seorang ayah dan suami (lih. Hos 11:1-4; Yer 3:4-19).

            Jadi, dalam konteks inilah, para malaikat yang juga adalah mahluk roh yang murni, mempunyai tingkatan yang lebih tinggi daripada manusia pada umumnya dalam hirarki mahluk rohani. Karena sebagai mahluk rohani, manusia dibatasi oleh tubuh, sedangkan malaikat tidak demikian, karena tidak mempunyai tubuh.

            Untuk lebih memahami hal ini; kita mengacu kepada ajaran St. Thomas Aquinas, yang juga mengutip St. Agustinus (De Trin. iv, 6,7), yang mengatakan, “Tuhan adalah sungguh dan mutlak sederhana.” (God is truly and absolutely simple). Jadi menurut ukuran mahluk ciptaan material, semakin kompleks ciptaan, semakin tinggi tingkatannya, seperti contohnya manusia lebih tinggi tingkatannya dari hewan dan tumbuhan. Sedangkan menurut ukuran mahluk spiritual, semakin sederhana ciptaan itu, semakin tinggi tingkatannya. St. Thomas Aquinas mengatakan demikian dalam Summa Theology, I, q.3, a.7, reply to objection 2: “With us composite things are better than simple things, because the perfections of created goodness cannot be found in one simple thing, but in many things. But the perfection of divine goodness is found in one simple thing (4, 1 and 6, 2)”

            Dengan demikian, para malaikat yang secara rohani lebih sederhana dari manusia (karena mereka adalah mahluk rohani yang murni- tanpa tubuh jasmani) maka mereka menempati tingkatan yang lebih tinggi dari manusia. Perkecualiannya, tentu ada pada Kristus, yang lebih tinggi dari para malaikat, karena selain sungguh manusia, Kristus adalah juga sungguh Allah. Demikian juga Bunda Maria yang disebut sebagai Ratu para malaikat; karena peran khususnya sebagai Bunda Allah Putera (Kristus) dan karena kesempurnaan kasihnya (the perfection of charity) serta persatuannya dengan Kristus Tuhan.

            Demikian tanggapan saya atas pertanyaan anda. Semoga jawaban di atas dapat melengkapi jawaban saya sebelumnya.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

  28. semua jawaban yang di paparkan diatas adalah semua dapat diterima oleh akal sehat. dan sesuai ajaran gereja katolik. namun saya ingin tahu tempat Allah menciptakan Adam, yaitu taman eden. bisakah kita melihat taman eden Timor Tengah?

    saya lebih suka melihat tempat kejadian langsung penciptaan manusia pertama, kalau saya ada uang banyak saya pasti kesana.

    tapi perlu diingat oleh para kalangan lain (non-Kristen katolik) bahwa perbedaan agama dan jalan menuju surga adalah hal yang normal. tetapi anda tahu bahwa gereja katolik itu bagaikan jalan yang tidak ada liku-liku kalau ke surga, singkat dan lurus menuju surga.

    dari Anggota gereja katolik

    yang fanatik akan gereja katolik dan setia percaya akan trinitas dan memegang teguh tradisi suci dan magistarium gereja katolik. Yesus tidak mendirikan gerejaNya di atas rasul lain atau orang kecuali hanya pada rasul Petrus, petruslah penerus tonggak yesus. Diatas petruslah Yesus memberikan kuasa kerajaan surga dan bumi.

    • Shalom Aquilino,
      Pertanyaan anda tentang Taman Eden sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
      Silakan anda membacanya terlebih dahulu.

      Kita boleh yakin akan iman Katolik, namun saya rasa itu berbeda dengan menjadi ‘fanatik’. Sebab definisi menjadi seorang fanatik itu adalah: a person with an extreme and uncritical enthusiasm or zeal, as in religion or politics. Yakin akan iman Katolik tidak menjadikan kita menjadi orang yang ‘uncritical’, ekstrim ataupun membabi- buta, sebab yang kita bicarakan di sini adalah sesuatu keyakinan iman yang berkaitan dengan kerohanian untuk mengarahkan kita agar hidup lebih baik dan kudus, dan bukannya menjurus kepada ekspresi yang ekstrim dan tidak masuk akal. Bagi kita umat Katolik, iman (faith) selalu sejalan dengan akal sehat (reason); dan tidak untuk dipertentangkan; sebab keduanya berasal dari Allah dan akan membawa kita kembali kepada Allah.

      Salam Kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  29. wah dari dosa asal sampai melebar kemana2… menurut pendapat saya, masa manusia pertama adalah masa ujian yang diberikan pada makhluk paling sempurna dan serupa dengan Allah, manusia, dan saat itu Adam dan Hawa diuji oleh Allah karena memang Allah memberi kuasa pada setan dan iblis untuk mencobai manusia. manusia yang pertama juga dikaruniai kehendak bebas untuk memilih mengikut Firman Allah atau tidak dan saat itu iblis yang didengar karena kehendak bebas itu. dan manusiapun gagal dalam ujiannya, manusiapun di”kutuk” untuk hidup dan mati di bumi. di Eden saja setan bisa mencobai manusia pertama apalagi di bumi tambah banyak tentunya. hampir lupa, tujuan Tuhan menguji kita ialah kompetensi kita untuk menikmati Surga bersamaNya dan tak lupa memuji namaNya yang kudus. dan dalam kutukan itu juga kita manusia yang hidup dalam dunia mendapat “gift” dari ke-duniawi-an dunia ini. dosa dimana setan telah berakar dalam bumi dan kita tidak pernah sekalipun tidak menyentuh bumi dan “kontak” dengan dunia ini yang membuat dosa asal, kalau tidak ada dosa asal darimana datang pikiran jahat? karena campur tangan Tuhan dan iblis kita lahir, kita lahir dari kasih dan nafsu, tentu kita memiliki sifat dari asal kita, kasih dan nafsu itu sendiri. logika saya jika Adam dan Hawa tidak berdosa mungkin kelahiran kita bukan dengan seks,mungkin. kita menanggung dosa sejak dalam kandungan dan kita dalam hidup ini punya kehendak bebas untuk bersatu dengan Tuhan lagi.

    oya, saya punya pertanyaan, apa asal mula kesombongan Lucifer? kan Lucifer ciptaan Tuhan yang paling mirip dengan Tuhan, apakah kesombongan ada dalam Lucifer karena kehendak Tuhan atau apa?
    mohon bantuannya
    Tuhan memberkati kita semua, AMIN!

    • Shalom Gunawan,

      St. Thomas Aquinas dalam bukunya Summa Theology (part I, q. 63, a.2) mengutip St. Agustinus mengatakan:

      Augustine says (De Civ. Dei xiv, 3) that the devil “is not a fornicator nor a drunkard, nor anything of the like sort; yet he is proud and envious.”

      Maka kita ketahui bahwa dosa Iblis (Lucifer) itu yang utama adalah kesombongan dan ke-irihatian.

      Selanjutnya St. Thomas mengatakan, bahwa sebagai malaikat (yang adalah mahluk rohani), Lucifer tidak mempunyai dosa yang berkaitan dengan kesenangan tubuh, sebab ia tidak mempunyai tubuh jasmani. Maka dosa yang ada padanya adalah yang berhubungan dengan kerohanian. Tidak akan ada dosa rohani, jika para malaikat itu menaati peraturan kerohanian yang ditetapkan oleh Allah; kecuali karena alasan cinta diri maka ketentuan dari Allah itu tidak dihiraukan. Nah inilah yang disebut sebagai dosa kesombongan, di mana sang mahluk tidak mau tunduk pada ketentuan yang ditetapkan Allah/ pihak yang lebih tinggi, ketika ketaatan itu disyaratkan. Maka dosa pertama para malaikat adalah dosa kesombongan, yang diringkas dengan kalimat, “Saya tidak mau taat (I will not serve).”

      Selanjutnya, ada yang disebut dosa iri hati, karena melihat kelebihan/ kebaikan yang terdapat pada pihak lain sebagai penghalang untuk kebaikan dirinya sendiri, sebab ia menginginkan menjadi satu- satunya yang terbaik. Maka Lucifer dan para pengikutnya mempunyai dosa iri hati ini, terhadap kebaikan manusia dan kesempurnaan Tuhan, karena dianggap sebagi saingan bagi diri mereka.

      Maka menjawab pertanyaan anda:

      1. Dosa kesombongan Lucifer itu terjadi sebagai akibat penolakannya untuk taat kepada kehendak Tuhan. Ini dimungkinkan karena Tuhan menciptakan malaikat dan manusia dengan kehendak bebas, yang memungkinkan mereka memilih untuk mengasihi Allah atau menolak Allah. Lucifer memilih untuk menolak Allah.

      2. Dosa kesombongan ini bukan kehendak Allah. Allah menciptakan segala sesuatu dalam keadaan baik (lih. Kej 1:31). Bahwa dalam keadaan ‘baik’ ini, Allah menciptakan malaikat dan manusia dengan kehendak bebas, agar malaikat dan manusia dapat mengasihi-Nya dengan bebas. Sebab tak mungkin seseorang dikatakan mengasihi jikalau ia dipaksa mengasihi, tanpa diberi kebebasan untuk memilih. Allah yang sungguh mengasihi malaikat dan manusia, memberikan kehendak bebas kepada masing- masing untuk memilih: mengasihi (dan menaati-Nya) atau menolakNya (dan tidak menaati-Nya).

      Namun Lucifer jatuh dalam dosa kesombongan, demikian juga Adam dan Hawa. Mereka jatuh karena pilihan mereka sendiri, dan bukan karena Tuhan yang menentukan demikian.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  30. kenapa hawa jatuh dalam dosa?
    karena makan buah terlarang…
    kenapa buah terlarang harus diciptakan oleh Allah??
    ????
    untuk diliat2 doang??

    • Shalom Grey,

      Pohon pengetahuan (dan buahnya) diciptakan oleh Tuhan dan ditempatkan di Taman Eden, untuk memberikan kepada Adam dan Hawa pilihan untuk taat kepada-Nya atau tidak taat kepada-Nya. Adam dan Hawa diciptakan menurut gambaran Allah, artinya diciptakan dengan mempunyai akal budi dan kehendak bebas. Kehendak bebas inilah yang membuat Adam dan Hawa bebas memilih bagi mereka sendiri apa yang mereka inginkan. Mereka boleh melakukan apa saja, kecuali makan buah dari pohon pengetahuan baik dan buruk (lih. Kej 2:16-17). Kalau saja Tuhan tidak pernah memberikan pilihan, maka Adam dan Hawa akan menjadi seperti robot, yang diprogram untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Allah. Namun tidaklah demikian, sebab Adam dan Hawa diciptakan sebagai mahluk yang bebas memiliki kehendak sendiri, dan Allah memang menginginkan agar manusia dengan kehendak bebasnya memilih untuk mengasihi dan menaati perintah-Nya (Sebab seorang yang terpaksa tidak dapat sungguh mengasihi). Sayangnya Adam dan Hawa yang diberi kebebasan untuk memilih, memilih untuk tidak menaati Allah.

      Maka ketidaktaatan ini yang menjadikan mereka jatuh dalam dosa, dan yang membawa akibat dosa kepada seluruh umat manusia. Perbuatan makan buah pohon itu merupakan tindakan ketidaktaatan, yang didasari oleh dosa kesombongan yaitu ingin menyamai Allah, dan inilah yang mengakibatkan mereka menanggung akibatnya (Kej 3:6-7). Kitapun diberi kesempatan untuk memilih, untuk taat atau tidak taat kepada Allah, dan dosa ketidaktaatan/ kesombongan ini terulang setiap kali kita manusia jatuh ke dalam dosa. Sebab di dalam dosa, terutama dosa berat, manusia memilih untuk mengikuti kehendak sendiri daripada kehendak Allah, menganggap diri lebih tahu daripada Tuhan untuk menentukan apa yang baik dan yang buruk baginya, dan tidak mengindahkan kehendak Tuhan.

      Tuhan tidak ingin Adam dan Hawa untuk jatuh dalam dosa, walaupun Ia sudah mengetahui sejak awal mula bahwa Adam dan Hawa akan jatuh di dalam dosa dan membawa akibat dosa itu kepada seluruh dunia: kejahatan, penderitaan dan maut. Adam dan Hawa membawa semua keturunannya (yaitu kita semua) kepada dosa sehingga setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Pelanggaran Adam dan Hawa inilah yang membawa bagi kita manusia, Yesus Kristus, Allah Putera yang menjelma untuk menjadi manusia, yang wafat di salib dan menumpahkan darah-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Di dalam Kristus, kita memperoleh keselamatan, atas berkat kasih karunia Allah.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  31. Saya sedang browsing2 di internet tentang keyakinan kristen yang sebenarnya dan menemukan situs ini. Alasannya adalah karena banyak saya dapati orang2 kristen yang menyerang Islam padahal yang dikatakannya sama sekali tidak benar menurut Islam. Hal ini membuat saya berpikir bahwa mungkin saja yang saya dengar tentang kristen selama ini salah. Allah berfirman:

    Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S. Al Hujurat: 6)

    Makanya saya akhirnya bertemu situs ini. Situs yang bagus menurut saya. Salut buat pengelola yang menjelaskan kristen tanpa sok tau tentang agama Islam. Walaupun ada bagian2 yang menyinggung2 Islam secara implisit, itu mungkin karena pengetahuan penulis tentang Islam yang minim.

    Akan tetapi, saya malu melihat ada orang Islam yang menggunakan kata2 yang kurang sopan di situs ini, tapi dibalas dengan baik oleh pengelola. Padahal dalam Al Quran, Allah berfirman.

    Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. (Q.S. Al-Ankabut: 46)

    Walaupun saya ngga tahu sebutan Ahli Kitab masih sesuai untuk orang2 kristen sekarang ini. Peace.

    Hari

    • Shalom Hari,
      Terima kasih atas kunjungannya ke situs katolisitas.org. Adalah menjadi tantangan bagi kita – umat beriman, yang percaya Tuhan yang Esa – untuk senantiasa menjalankan semua hal yang diperintahkan oleh Tuhan. Karena kita memang berbeda agama, maka menjadi hal yang wajar kalau kita berbeda pendapat dan keyakinan. Namun yang menjadi tantangan bagi kita adalah agar kita dapat menyampaikan perbedaan secara logis, sistematis, dan tanpa terbawa emosi, apalagi menggunakan kata-kata yang kasar. Orang yang menyampaikan pendapat dengan kata-kata dan tidak patut ditulis malah membuat diskusi tidak efektif. Hal ini dilakukan bukan hanya oleh oknum-oknum yang beragama Muslim, namun juga dari Kristen. Jadi, kalau ada ucapan kasar dari saudara Muslim maupun saudara dari agama yang lain di situs ini, saya hanya beranggapan bahwa hal ini dilakukan oleh beberapa oknum saja. Mari, bersama-sama, kita mencari kebenaran dengan segenap hati, segenap pikiran, segenap kekuatan, dan menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadi, sehingga pada akhirnya kita menemukan Kebenaran itu sendiri. Dan bagi orang Kristen, Kebenaran mempunyai nama, yaitu Yesus Kristus.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  32. kasihan sekali si olala
    ibarat seorang anak yang harus menanggung akibat dari perbuatan ayahnya
    dia tidak terima; makanya timbul pemikiran seperti itu;
    diibaratkan saja jika ayah olala melakukan tindak kejahatan (maaf) lalu dipenjara
    keluarga anda akan menjadi susah kan ? sang pencari nafkah dipenjara
    lalu anda sebagai anaknya dinafkahi oleh siapa ? apakah anda nanti akan menderita ?
    pasti anda akan berteriak; ini tidak adil kesalahan ayah ya harus ditanggung ayah sendiri
    tapi ingat yang memberi nafkah adalah ayah; sementara anda sebagai anak belum dapat mencari nafkah
    ya tentu anda menderita kan ?

    hal ini mirip dengan adam yang menjadi ayah kita; karena kesalahan dia
    ya segala akibatnya ikut ditanggung hingga generasi sekarang; konsekuensi yang kita tanggung
    adalah penderitaan dan mati;

    semoga membantu

  33. ouw.,maaf,.saya g tau,.kalo tulisan besar artinya teriak,.,.
    hwehehehe,.,,…asli suer g tau say,,.hhehhe.,.jawaban saya ttbg doa asal,..

    1. yup saya paham adam jatuh dalam dosa karena beliau tidak patuh pada tuhan dengan cara memakan buah apel sehingga manusia menjadi tahu akan baik dan buruk, yang menyebabkan keheranan saya bagaimana mungkin,.,berjuta manusia setelah nabi adam juga menanggung dosa yang disebabkan kelalaian nabi adam.,.,,.,.bukankan dosa tanggung jawab manusia pribadi kepada tuhan,.,.????bukankah pertobatan muncul dari dalam diri sendiri,.??bukan Hanya Tuhan YME yang mampu mengampuni dosa manusia.,.????

    2. yang saya paham tentang dosa asal serta analogi ttng terlahir miskin dan kaya yang anda berikan ujungnya2 pasti ke penebusan dosa dengan pembabtisan dengan kata lain = kristenisasi,.,.bagaimana dengan orang yang meninggal dalam keadaan tanpa baptis tapi sudah melakukan amal,.????apakah baptis syarat mutlak,.,????

    3. tentang 3 pertanyaaan tsb saya g paham mksdnya,.,tapi akan saya jawab,.,.

    -a) Apakah Glenn mempercayai bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa secara sempurna atau baik adanya? ,.,.,.,.,,.,.,,.percaya,.,..,.,..,Kalau tidak percaya kenapa?

    2) Kalau percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia baik adanya, mengapa manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa? .,.ya krn manusi punya hawa nafsu,.,.Apakah dengan demikian maka Tuhan tidak menciptakan manusia baik adanya?

    3) Darimanakah asalnya kematian? ,..,.,dari tuhan.,.,..Apakah manusia diciptakan pada awalnya dengan sifat yang sementara?,.,..maksudnya.,.???setahu saya pengalamn pribadi manusi dan lingkungan akan mentukan sifat seseorang jadi bukan simsalabim sifat berubah,.,.. Mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia pada awalnya dengan sifat yang tetap dan tetap bersatu dengan pencipta-Nya untuk selama-lamanya?.,.,,.,.,.,ya krn manusia terlahir dengan hawa napsu, nurani,.,.dan akal,.,kalo tuhan nyipatain semua sana dan statis.,.,ya saya g mungkin nulis2 disini.,karena akal pikir saya menerima dengan semua yang saya terima dari sd sampe kul,.,.,.,tanpa argumentasi,.,.,..

    btw saya mau katakan bahwa saya sungguh tidak anti katolik,.saya sangan cinta serta menghargai ajaran kasih yang menjdai ciri khas.,ajaran yesus,.,.hal ini lah yang menjadi landasan saya berpikir,.,menghargai perbedaan dengan kasih,.,,.,.karena jujur ketika saya aktif di kegiatan perkumpulan katolik,.,jujur saya tidak menemukan kedamaian,.,.mengapa orang katolik yang sedikit sellau merasa paling benar,.,.kawan2 saya menghujat umat lain dengan seenaknya,.,.,ada bom.,.,komennya,.,”tuhkan muslim bikin ulah lagi” dan bahkan lebih ekstrim lagi,.,.saya sedih dengan perkataan2 seperti itu.,,kenapa mereka yang aktif di kegiatan katolik yg notabene pelayan Tuhan,.,,.,kok muncul kalimat2 begitu..,makanya saya lebih cocok kumpul dengan berbagai karakter masy.,,yang tidak dikotak2an oleh SARA ( ini bukan teriak low,.,,.,.)

    trims.,.,.pak,.,

    nb ” curhatan saya g usah ditanggepin,.,ini cuma jeritan hati saya saja,.,.

    • Shalom Glenn,

      Terima kasih atas komentarnya tentang dosa asal. Mari kita melanjutkan diskusi kita tentang dosa asal.

      1) Perlu saya luruskan sedikit, bahwa manusia pertama jatuh ke dalam dosa pertama bukan karena makan buah apel, tapi buah dari pohon pengetahuan baik dan buruk. (lih Kej 2:17). Saya telah memberikan keterangan sebelumnya tentang dosa asal, dimana saya mengatakan:

      a) Dari pertanyaan ini, Glenn tidak menyetujui bahwa ada dosa asal yang ditanggung oleh seluruh umat manusia. Memang secara sekilas hal ini tidak adil. Mari sekarang kita membahasnya dengan lebih detail. Saya telah mencoba mengupas di jawaban saya di atas dari Alkitab dan juga dari Bapa Gereja. Mari sekarang kita melihat dari sisi yang berbeda. Dosa asal disebabkan oleh kejatuhan Adam dalam dosa. Adam mewakili seluruh umat manusia (human race). Oleh karena itu, ada dua alternatif. Pertama, kalau pada waktu itu Adam tetap setia, maka seluruh umat manusia akan berada di Sorga dan menikmati kebahagiaan kekal untuk selamanya, walaupun keturunan Adam dan Hawa tidak melakukan apa-apa. Apakah kalau ini terjadi, kita dapat mengatakan tidak adil?
      Kedua
      , karena Adam tidak setia, maka seluruh umat manusia jatuh dalam dosa, dan semuanya mempunyai dosa asal. Apakah ini adil? Ya, adil, karena Adam mewakili seluruh umat manusia, dan kita adalah bagian dari umat manusia, sehingga kita terkena oleh dampak dari ketidaksetiaan Adam. Sama adilnya, kalau Adam setia, maka kita yang tidak melakukan apa-apa dapat menikmati kebahagiaan sejati di Sorga.

      b) Hal di atas dapat dianalogikan seperti seseorang yang mungkin tidak pernah protes karena dilahirkan dari keluarga yang kaya, sehingga dia juga turut menjadi kaya. Namun kalau orang tersebut dilahirkan dalam keluarga yang miskin, maka dia akan protes karena dia turut menjadi miskin. Sama seperti anak yang dilahirkan menjadi miskin, dia dapat berjuang untuk menjadi kaya, maka manusia yang dilahirkan dengan dosa asal, dapat berjuang untuk dilahirkan baru dan menerima keselamatan dengan dibaptis.

      c) Apakah manusia-manusia selanjutnya sama seperti manusia pertama dan ingin menjadi Allah? Silakan kita melihat sekeliling kita, apakah kejahatan ada di mana-mana? Apakah ketidaksetiaan, penipuan, dll terjadi di sekeliling kita? Apakah lebih mudah menemukan orang kudus, seperti Ibu Teresa dari Kalkuta, atau menemukan orang-orang yang menjalankan hidup apa adanya, tanpa berjuang untuk dapat hidup dalam kekudusan? G.K Chesterton mengatakan bahwa “dosa asal” adalah sesuatu yang paling gampang dibuktikan, karena seseorang tingggal melihat kehidupan di sekelilingnya. Saya akan kutip pernyataan dia tentang dosa asal, yang mungkin dapat dipikirkan bersama:

      If it be true (as it certainly is) that a man can feel exquisite happiness in skinning a cat, then the religious philosopher can only draw one of two deductions. He must either deny the existence of God, as all atheists do; or he must deny the present union between God and man, as all Christians do. The new theologians seem to think it a highly rationalistic solution to deny the cat.

      Jadi, kalau Glenn tidak setuju dengan pernyataan di atas, silakan untuk menunjukkan bagian mana yang tidak disetujui. Saya mengusulkan agar dalam memberikan tanggapan, silakan membaca terlebih dahulu perlahan-lahan akan apa yang telah disampaikan oleh teman dialog. Setelah itu, tunjukkan bagian mana yang tidak Glenn setujui dan berikan alasannya. Karena kalau Glenn bertanya “bagaimana mungkin,.,berjuta manusia setelah nabi adam juga menanggung dosa yang disebabkan kelalaian nabi adam.,.,,.,.bukankan dosa tanggung jawab manusia pribadi kepada tuhan,.,.?“, maka jawaban saya adalah seperti yang saya kemukakan di atas. Oleh karena itu, silakan Glenn memberikan argumentasi yang lain.

      2) Analogi tentang orang yang terlahir miskin dan kaya bukan hanya sekedar untuk menunjukkan penebusan dosa yang pada akhirnya manusia perlu dibaptis, namun saya memakainya untuk menerangkan kodrat dari dosa asal. Silakan membaca kembali argumentasi di point 1).

      Kemudian Glenn mengemukakan argumentasi tentang orang yang belum dibaptis tapi kehidupannya baik. Ini adalah topik tentang keselamatan, walaupun memang ada kaitannya dengan dosa asal. Namun topik ini, telah saya bahas di sini (silakan klik). Secara singkat, Gereja Katolik mengenal Sakramen Baptis, Baptisan rindu dan Baptisan darah. Silakan membaca perlahan-lahan tanya-jawab di link yang saya berikan di atas. Kalau masih ada keberatan, silakan untuk menyampaikannya lagi.

      3) Mari kita sekarang melihat jawaban Glenn terhadap pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan sebelumnya:

      a) Dari jawaban Glenn, maka Glenn percaya bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan secara sempurna dan baik adanya. Dan kemudian ketika saya tanyakan kalau diciptakan Tuhan secara sempurna baik adanya, mengapa manusia mempunyai kecenderungan berbuat dosa, maka Glenn menjawab “karena manusia mempunyai hawa nafsu”.

      1) Dari jawaban ini saya ingin menanyakan lagi. Kalau manusia diciptakan Tuhan baik adanya, seperti yang Glenn percayai, namun manusia mempunyai kecenderungan berbuat dosa – yang Glenn percayai bahwa itu karena nafsu manusia – mengapa Tuhan tidak membuat agar manusia tidak mempunyai nafsu yang dapat mencelakakan diri sendiri atau orang lain? Dari manakah datangnya nafsu manusia? Kalau nafsu yang negatif ini datang dari Tuhan, bukankah ini seolah-olah bertentangan dengan Tuhan yang kita percayai telah menciptakan manusia sempurna dan baik adanya? Apakah nafsu manusia adalah suatu hukuman?

      b) Glenn memberikan jawaban bahwa kematian berasal dari Tuhan. Mungkin di sini ada kesalahpahaman tentang “sifat”. Sifat yang saya maksud si sini adalah “kodrat”, dimana manusia diciptakan Tuhan dan harus mengalami kematian. Pertanyaan saya adalah kalau Glenn percaya bahwa kematian dari Tuhan, maka mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia yang dapat hidup selamanya dan tidak perlu melalui proses kematian? Apakah sebenarnya kematian adalah suatu hukuman?

      Glenn, disini saya tidak menilai pribadi Glenn, yang saya nilai adalah pendapat Glenn. Dari beberapa pendapat yang Glenn kemukakan, maka saya dapat mengatakan bahwa pendapat-pendapat Glenn banyak yang bertentangan dengan pokok-pokok iman Katolik. Dan untuk itulah, kita berdiskusi di sini, dengan harapan bahwa kita dapat menemukan kebenaran. Pada saat kita mengatakan bahwa kita menghargai perbedaan pendapat dengan kasih, maka tidak berarti dengan menghilangkan kebenaran, karena kasih dan kebenaran berjalan beriringan dan tidak bertentangan. Kasih yang tidak mewartakan kebenaran bukanlah kasih. Tentu saja dalam menyampaikan pendapat kita semua dituntut untuk menyampaikannya dengan sopan dan lemah lembut, namun ini tidak berarti kita harus mengaburkan kebenaran.

      Saya minta maaf kalau Glenn merasa bahwa orang Katolik selalu merasa paling benar. Memang ada umat Katolik yang hidupnya tidak mencerminkan kasih Kristus. Ini menjadi tantangan bagi seluruh umat Katolik, termasuk saya sendiri. Saya ingin mengusulkan kepada Glenn, bahwa jangan sampai komentar-komentar yang mungkin tidak mengenakkan dari umat Katolik membuat Glenn menjadi anti dengan dogma dan doktrin dari Gereja Katolik. Glenn juga harus mencoba untuk berusaha mengenal iman Katolik dengan lebih baik lagi, karena Glenn telah dibaptis di Gereja Katolik. Mungkin ada dogma dan doktrin yang terlihat sulit untuk diterima, namun percayalah bahwa dogma dan doktrin dari Gereja Katolik mempunyai dasar-dasar yang kuat, yang juga dapat dibuktikan dengan akal budi. Glenn mengatakan bahwa Glenn lebih suka untuk bergaul dengan masyarakat luas yang tidak terkotak-kotak. Sebenarnya, semakin orang mengenal iman yang dipercayai oleh Gereja Katolik, maka orang tersebut harus semakin menerapkan kekudusan, yang berarti mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama dengan dasar atas kasih Tuhan. Dan lihatlah akan santa-santo di dalam Gereja Katolik yang mengasihi sesama dengan luar biasa. Kita dapat melihat yang terberkati Ibu Teresa dari Kalkuta, yang melayani sesama dengan sepenuh hati, dan tidak pernah memilih siapa yang dilayani. Inilah yang menjadi tantangan bagi kita semua, umat Katolik – termasuk Glenn dan saya -, untuk senantiasa menerapkan apa yang kita percayai di dalam perbuatan nyata sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi Kristus yang hidup. Mari kita bawa diskusi ini dalam doa kita, sehingga Roh Kudus juga menerangi hati dan pikiran kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

      Catatan: Untuk menjawab komentar ini, Glenn silakan klik tombol “REPLY” di sebelah kanan dari komentar ini.

      • a. pertama saya memang tidak setuju dengan pemahaman akan konsep dosa asal yang akhirnya ditanggung oleh seluruh manusia tanpa kecuali, karena menurut saya secara nyata bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dengan berbagai macam karakter serta sifatnya, jadi bagaimana mungkin pemikiran adam dan kita bisa sama, tentu sangat tidak mungkin, bagaimana mungkin seorang anak yang terlahir dari rahim seorang penjahat di penjara, juga harus ikut dipenjara.,.,,.,,.?????

        Tentang dua alternatif yang bapak berikan, saya kurang dapat memahami bahkan tidak dapat mengimajinasikan alternatif pertama yang bapak berikan, bagaimana saya dapat mengatakan adil dan tidak adil,,.???? Karena menurut saya pengklasifikasian tentang adil dan adil dapat kita pahami jika kita benar2 mampu membayangkan serta merasakan kejadian tersebut..,.,.seperti anak yang rajin tentu akan mendapat nilai baik ketimbang anak yang malas.,.sedangkan pengandaian yang bapak berikan,.,.jika kita tinggal di surga.,.,,????bagaimana mungkin saya dapat mengandaikan surga,.,??jika manusia telah mengenal surga tentu manusia tidak akan pernah merasakan konsep adil dan tidak adil .,.???…jika kenapa kita manusia tinggal di bumi ???,.,.,.kareNa adam diusir tuhan dari surga iya dapat saya pahami.,tapi jika kita harus ikut berdosa karena dosa adam..Bgmn mungkin.,.,???

        Tentang alternatif ke dua,.saya lagi-lagi tidak bisa menerima logika berpikir bapak.,,.,bagaimana mungkin kita bisa mengatakan adil jika kita terlahir dari orang miskin maka tuhan mentakdirkan kita menjadi miskin.,bukankah kita harus berusaha dan berjuang untuk menjadi kaya,.,.tentu kita tidak bisa menjadi kaya hanya dengan melalui satu tahap saja.,.,..maksud saya ketika kita lahir dan ingin masuk surga bukankah kita harus melewati suatu proses kehidupan yang panjang dan direstui tuhan,serta hanya diketahui tuhan saja.,.tentu tidak bisa dengan hanya “dibaptis dengan air saja”,.,..tentu bapak akan menjawab setuju dengan saya jika perlu amal setelah ada pembaptisan.,.,.namun lagi2 pertanyaan saya,.bagaimana dengan amal tanpa pembaptisan.,.,ala gereja katolik,.???.

        Tentang artikel keselamatan yang bapak berikan sama sekali tidak menjawab pertanyaan.,.,saya,.,.maksud saya bagaimana dengan orang2 yang telah tahu kristus ala gereja katolik,,.tapi dia tetap melakukan amal,.,dengan agamanya masing2,.??dan ia sadar apa konsep trinitas ala gereja katolik dan konsep pembabptisan.,.sedangkan bapak memberikan kesimpulan “satu-satunya keselamatan hanya melalui Kristus dan melalui pembabtisan”,..,.,.????
        Pertanyaan saya ke bapak..,,.,.
        1. darimana asal mula orang mau bertobat,.???
        2. Siapa yang berhak memberikan pertobatan/ pengampunan dosa,.,???
        3. Kuasa apa yang diberikan tuhan sehingga Pastor mampu mengampuni dosa manusia.,.??apakah pastor juga tanpa dosa,.,???sedangkan anda sendiri mengatakan hanya Tuhan yang tahu persis apakah “ignorance” yang mereka lakukan karena “invincible ignorance” atau “culpable ignorance“.
        4. Berapa persen orang katolik yang tahu definisi tentang pembabtisan yang benar,..??silahkan bapak ambil contoh ke gereja dan tanya ke orang katolik apa pembabtisan.,.itu.,.yang dijawab pasti hanya seputar pembabtisan air.,saja,.,yang mereka pahami pembabtisan tanpa pembaptisan air tidak ada pengampunan dosa,.

        b. tentang point b saya tidak setuju dengan pernyataan menjdi manusia baru dengan baptis.,.,.bagaimana mungkin air yang jatuh ke muka kita bisa menghapuskan dosa kita,.,???( secara eksplisit maksud utama sdh saya jelaskan di atas.,)

        c. Tentang pertanyaan bapak mengapa tuhan menciptakan manusia dengan hawa napsu,,.apakah itu suatu hukuman.,.???saya katakan inilah bukti “kemahaan Tuhan”.,,.tuhan menciptakan sesuatu tanpa takut makhluk ciptaannya akan melawan dia,.,.sehingga silahkan manusia mencoba mengartikan/melawan/mendefinisikan atau apapun ttng tuhan menurut mereka namun keputusan akhir jawaban/takdir ialah ada di Tuhan,.,,..bandingkan jika tuhan menciptakan manusia tanpa napsu sama saja dengan manusia menciptakan robot,…berarti tuhan sederajad dengan manusia jika tuhan begitu adanya,…maka dari itu kita tidak akan pernah menemui adanya robot dengan napsu/hati….karena hanya Tuhan saja yang mampu,.,.,.konsep nilah yang mendasari pemikiran saya bahwa manusia dikatakan sempurna justru karena manusia mempunyai napsu yg mempunyai kecenderungan ke arah negatif.

        d. Mengapa Tuhan menciptakan Manusia dengan kematian,.,.,karena pada saat inilah tuhan akan memberikan penghakimannya,.,Tuhan akan mentukan ttng dosa dan pahala yang kita buat,.,.disini lah sekali lagi bukti Kemahaan Tuhan,,.Tuhan telah menyiapkan Gran Design berupa kematian yang berfungsi untuk mengingatkan keberadaanya yang benar2 ada dan Maha pada saat kita di dunia,.,.

        e. Saya sangat setuju 100% dengan pernyataan bahwa kasih ialah yang mengarah pada kebenaran dengan segala kesantunan dan menghargai dan mengasihi,.,saya juga sedih juga dengan adanya orang yang tidak setuju dengan konsep gereja katolik namun menyampaikan dengan perkataan yang tidak sopan seolah2 mereka mendapat hak istimewa dari Tuhan untuk melenyapkan gereja katolik.,.,.,namun yang saya ingin utarakan disini ialah bagaimana mendapatkan kebenaran,,??ijinkan saya untuk tidak menelan mentah2 dogma serta doktrin gereja katolik dengan kata2 PERCAYALAH.,PERCAYALAH,.,.dst,.,,ijinkan saya menggunakan akal dan hati nurani saya untuk melogikan dan merasakan serta menuranikan dogma2 tersebut,.,.saya sangat mengargai setiap individu dengan masing2 pengalaman spiritual mereka.,.Tuhan telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna serta dengan pengalaman spiritual yang berbeda2,.,Biarkanlah tuhan yang menentukan jgn kita yang menghakimi dosa dan pahala,.,.

        Terima Kasih atas kesempatan ini,,.pak semoga kita semua diberkati Tuhan dengan keyakinan kita,.dan kita tidak akan pernah lelah untuk mencari kebenara itu sendiri dan kita tidak akan pernah mau untuk mengatakan kebenaran dari siapa saja bahkan dari musuh kita sekalipun .,.dan semoga tuhan akan selalu membimbing kita atas apa yang kita perbuat,.,.,,.amin,.

        God Bless Us,.,amin.,.,

        • Shalom Glenn,

          Terima kasih atas tanggapannya. Mari kita lanjutkan diskusi kita tentang dosa asal.

          1) Saya tahu bahwa Glenn tidak setuju tentang konsep dosa asal, karena Glenn telah mengungkapkannya berkali-kali. Namun Glenn tidak memberikan argumentasi untuk mendukung apa yang Glenn percayai – dalam hal ini tidak percaya akan konsep dosa asal. Memang Tuhan menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Namun, alasan ini tidak dapat mendukung argumentasi Glenn yang tidak percaya akan dosa asal. Dengan dosa asal bukan berarti bahwa pemikiran dan karakter Adam dan semua manusia lain menjadi sama. Prinsipnya adalah Adam mewakili “humanity“, dimana semua yang termasuk manusia, terpengaruh dengan keputusan Adam yang berdosa. Kalau Adam tidak berdosa, semua manusia juga berada di Sorga, namun karena Adam berdosa, maka semua manusia berada di dunia ini dan harus berjuang untuk mencapai tujuan akhir, yaitu Sorga.

          a) Lebih lanjut Glenn memberikan contoh tentang apakah seorang anak harus ikut dipenjara kalau terlahir dari seorang penjahat di penjaran? Anak tersebut memang tidak ikut dipenjara seperti orang tuanya, namun anak tersebut ikut merasakan akibatnya, misalkan: malu bertemu dengan teman-temannya, atau merasa minder, dll. Contoh ini justru semakin menguatkan bahwa dosa asal memang ada. Dengan contoh kebalikannya, kalau seorang anak terlahir dari seorang presiden, maka anak tersebut ikut menikmati menjadi anak presiden, misalkan: ikut dihormati, mempunyai akses ke banyak orang penting, dll.

          b) Pengandaian saya tentang Sorga, tentu saja semua orang dapat membayangkan, kecuali Glenn tidak percaya akan adanya Sorga. Minimal setiap orang yang percaya akan Sorga mempuyai suatu ide bahwa Sorga adalah tempat kebahagiaan abadi. Mungkin setiap agama mempunyai definisi tentang kebahagiaan yang seperti apa. Jadi, saya ingin menanyakan lagi kepada Glenn: kalau pada waktu itu Adam tetap setia, maka seluruh umat manusia akan berada di Sorga dan menikmati kebahagiaan kekal untuk selamanya, walaupun keturunan Adam dan Hawa tidak melakukan apa-apa. Apakah kalau ini terjadi, kita dapat mengatakan tidak adil?

          Kalau mau menguak lebih dalam lagi, Glenn dapat mendefinisikan apakah itu keadilan? Dari definisi ini, mungkin Glenn akan dapat melihat dosa asal dari sisi yang berbeda.

          c) Pada contoh ke-dua tentang orang yang dilahirkan miskin atau kaya – kenapa Glenn tidak dapat menerima contoh ini? Point-nya bukan kalau orang miskin maka pasti anaknya pasti miskin seumur hidup. Namun, maksud saya adalah anak yang terlahir dari orang tua yang miskin, dia tidak terhindar dari kemiskinan di masa hidupnya, sampai dia sendiri terlepas dari belenggu kemiskinan, melalui pendidikan dan usahanya. Dengan logika Glenn, maka seharusnya kalau kita dilahirkan di keluarga yang miskin, kita akan protes, karena kita tidak salah apa-apa. Dan dengan logika yang sama, apakah anak yang terlahir dari keluarga yang kaya akan protes?
          Dan dengan contoh tersebut, semua orang dalam kehidupan spiritual, terlahir miskin, karena orang tua kita jatuh dalam dosa. Kita dapat menjadi kaya atau mendapatkan keselamatan kalau kita dibaptis. Jadi, saya ingin memberikan argumentasi yang sama: karena Adam tidak setia, maka seluruh umat manusia jatuh dalam dosa, dan semuanya mempunyai dosa asal. Apakah ini adil? Ya, adil, karena Adam mewakili seluruh umat manusia, dan kita adalah bagian dari umat manusia, sehingga kita terkena oleh dampak dari ketidaksetiaan Adam. Sama adilnya, kalau Adam setia, maka kita yang tidak melakukan apa-apa dapat menikmati kebahagiaan sejati di Sorga.

          d) Kemudian Glenn mencampurkan argumentasi dengan konsep keselamatan. Kembali jawaban saya, silakan melihat artikel link yang telah saya berikan – (silakan klik) dan ini juga (silakan klik). Dan kemudian kita dapat berdiskusi secara terpisah tentang konsep keselamatan, sehingga diskusi dapat menjadi lebih fokus.

          2) Kenapa link yang saya berikan tidak menjawab pertanyaan Glenn? Bukankah Glenn bertanya seperti ini di komentar sebelumnya”bagaimana dengan orang yang meninggal dalam keadaan tanpa baptis tapi sudah melakukan amal,.????apakah baptis syarat mutlak,.,????” Dan di artikel tersebut saya telah memberikan penjelasan. Glenn memberikan pernyataan yang saya tidak tahu artinya apa “bagaimana dengan orang2 yang telah tahu kristus ala gereja katolik,,.tapi dia tetap melakukan amal,.,dengan agamanya masing2,.??dan ia sadar apa konsep trinitas ala gereja katolik dan konsep pembabptisan.,.sedangkan bapak memberikan kesimpulan “satu-satunya keselamatan hanya melalui Kristus dan melalui pembabtisan”,..,.,.????” Silakan membaca lagi link yang saya berikan, karena konsep keselamatan telah saya jabarkan di link tersebut.

          Berikut ini adalah jawaban atas pertanyaan Glenn, yang saya rasa tidak terlalu berhubungan dengan diskusi kita tentang dosa asal.

          a) Asal mula orang bertobat: Orang bertobat adalah disebabkan oleh rahmat Allah, yang memberikan “actual grace” atau rahmat yang membantu, sehingga orang tersebut dapat menyadari bahwa dia telah berbuat dosa.

          b) Yang dapat memberikan pertobatan: Jawabannya adalah Tuhan. Namun Tuhan sendiri yang telah menginstitusikan Sakramen Tobat, yang menjadi sarana bagi umat Allah untuk bertumbuh dalam kekudusan. Untuk itu, silakan Glenn membaca artikel ini: (bagian 1, 2, 3, 4)

          c) Kuasa apa sehingga pastor mampu mengampuni dosa manusia: Jawabannya adalah kuasa yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Untuk tahu secara persis konsep pengakuan dosa, silakan membaca 4 link yang saya berikan di atas. Pastor juga manusia biasa yang berdosa, oleh sebab itu dia juga mengaku dosa kepada pastor yang lain. Dan saya tidak mengerti kalimat Glenn yang ini “sedangkan anda sendiri mengatakan hanya Tuhan yang tahu persis apakah “ignorance” yang mereka lakukan karena “invincible ignorance” atau “culpable ignorance“.” Apakah hubungan kalimat ini dengan pertanyaan Glenn?

          d) Berapa persen orang Katolik yang tahu definisi tentang baptisan yang benar? Kalau ada umat Katolik yang tidak tahu akan beberapa jenis baptisan (air, rindu dan darah), maka tidak berarti bahwa doktrinnya yang salah. Doktrinnya tetap sama, dari dulu sampai sekarang, namun yang menjadi tantangan adalah bagaimana agar umat Katolik dapat mengerti akan hal ini. Inilah sebabnya, sebelum dibaptis, seseorang harus mendapatkan pelajaran agama / proses katekese, sehingga mereka memperoleh pengertian yang benar tentang iman Katolik. Apakah ada kekurangan dalam proses katekese yang dilakukan saat ini? Tentu saja banyak yang harus diperbaiki. Dan inilah tantangan bagi seluruh umat Katolik, terutama para pengajar katekese, agar dapat menyampaikan iman Katolik dengan benar. Kalau yang salah adalah implementasinya, maka implementasinya yang harus diperbaiki bukan dogma-nya yang memang benar dan tidak salah.

          3) Bagaimana manusia menjadi manusia baru dengan baptisan? Karena itulah cara yang dipilih Tuhan untuk menjadikan manusia sebagai anak-anak Allah. Untuk itu, silakan Glenn membaca artikel ini (silakan klik).

          4) Tentang manusia yang mempunyai hawa nafsu, Glenn mengatakan bahwa ini adalah bukti “kemahaan Tuhan”. Dan lebih lanjut Glenn mengatakan bahwa manusia tanpa nafsu adalah sama seperti robot. Dan akhirnya Glenn menyimpulkan bahwa manusia dikatakan sempurna justru karena manusia mempunyai nafsu yang mempunyai kecenderungan ke arah negatif.

          Kesimpulan di atas adalah kesimpulan yang salah, karena berangkat dari asumsi bahwa tidak ada dosa asal. Oleh karena itu, ada dua hal yang Glenn pegang: 1) Tidak ada dosa asal, 2) Bahwa manusia mempunyai nafsu yang dapat mengarah kepada yang negatif adalah nyata di dalam kehidupan kita sehari-hari, 3) Jadi kesimpulannya, nafsu yang negatif tersebut diciptakan oleh Tuhan dan merupakan tanda “kemahaan Tuhan“.

          a) Kesimpulan dan asumsi di atas mempunyai banyak kontradiksi. Kalau Tuhan adalah maha segalanya, termasuk maha kasih, dll, dan dengan asumsi tidak ada dosa asal, mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia tanpa nafsu yang dapat membuat orang tidak berdosa? Kemudian Glenn menjawab karena nafsu tersebut adalah bukti kemahaan Tuhan dan bukti bahwa manusia diciptakan sempurna. Karena Glenn menolak akan dosa asal, maka Glenn memberikan kesimpulan seperti ini, seolah-olah bahwa manusia menjadi sempurna dengan adanya nafsu-nafsu yang negatif. Dan ini sama saja dengan merendahkan derajat manusia ke tingkat binatang, yang hanya mempunyai nafsu seks dan nafsu makan.

          b) Pertanyaannya: Apakah Glenn percaya bahwa di Sorga, manusia tidak akan mungkin berbuat dosa dan mempunyai nafsu-nafsu yang dapat menjurus kepada sesuatu yang negatif? Kalau Tuhan adalah kudus dan kudus adalah berlawanan dengan dosa, maka di Sorga – dimana Tuhan meraja selamanya dan manusia bersatu dengan Tuhan – tidak ada dosa. Kalau Glenn percaya, maka kesimpulan yang ditarik dari pendapat Glenn, manusia yang telah berada di Sorga tidaklah sempurna, bahkan menjadi seperti robot. Dan ini juga termasuk malaikat, yang tidak mungkin dapat berbuat dosa. Tentu saja kesimpulan ini tidak benar, karena manusia yang telah berada di Sorga beserta dengan para malaikat adalah mahluk yang paling bebas. Bukan karena bebas dapat memilih berdosa atau tidak, namun bebas memilih cara untuk memuji dan memuliakan dan mengasihi Tuhan.

          c) Kesempurnaan manusia bukan terletak pada nafsunya, namun pada kehendak bebasnya. Dengan kehendak bebasnya, manusia dapat memilih berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir, yaitu Tuhan. Kebebasan yang dimengerti sebagai kebebasan untuk berbuat apa saja, termasuk merubah tujuan akhir adalah kebebasan yang ternoda dan bahkan dapat membuat manusia menjadi hamba dosa.

          5) Mengapa manusia mempunyai kodrat dapat dapat mati? Glenn mengatakan karena Tuhan akan memberikan penghakiman, dll. Dan ini adalah bukti kemahaan Tuhan. Glenn belum menjawab pertanyaan yang saya ajukan, yaitu: Kalau Glenn percaya bahwa kematian dari Tuhan, maka mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia yang dapat hidup selamanya dan tidak perlu melalui proses kematian? Apakah sebenarnya kematian adalah suatu hukuman? Mengapa Tuhan tidak menempatkan manusia langsung di Sorga?

          6) Memang menjadi tantangan bagi seluruh umat beriman untuk dapat menerapkan kasih. Namun kasih sendiri tidak bertentangan dengan kebenaran. Kasih yang mengaburkan kebenaran bukanlah kasih, karena tanpa kebenaran manusia akan tersesat. Tentu saja Glenn bebas untuk berfikir dan menelaah. Yang menjadi tantangan bagi kita semua adalah untuk benar-benar mencari kebenaran dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan, karena Roh Kudus sendiri yang akan membimbing kita untuk sampai pada kebenaran. Kalau Glenn mau, sambil kita berdialog, silakan Glenn juga membawa dialog ini dalam doa pribadi, minta kepada Tuhan untuk menyatakan kebenaran, dalam hal ini kebenaran akan dosa asal. Inilah pentingnya untuk berdialog satu topik saja, sehingga kita dapat berfokus hanya pada topik ini. Juga menjadi tantangan bagi Glenn yang telah dibaptis secara Katolik, untuk juga benar-benar menggali iman Katolik. Saya pribadi percaya dengan sungguh-sungguh akan kepenuhan kebenaran di dalam Gereja Katolik.

          Mari kita bersama-sama mengasihi kebenaran.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – http://www.katolisitas.org

          • 1. saya tidak tahu apakah saya memang terlalu bodoh untuk menangkap pernyataan dan logika anda atau bagaimana,.,.saya juga tidak tahu apakah saya memang tidak memberikan argumentasi sama sekali tentang alasan penolakan saya akan dosa asal,,.,.,.saya merasa sudah mengungkapkan alasan penolaksan dosa asal dan pointnya ialah ketidakadilan,.,,..suka atau tidak suka dosa ialah hukuman yang dijatuhkan Tuhan kepada Umatnya.,.,tidak ada satupun ciptaanNya yang mampu membebaskan serta menjatuhkan dosa kepada manusia selain Allah Itu sendiri,.,.,.saya juga tidak bisa menerima alasan bahwa nabi adam mewakili seluruh manusia di bumi.,.,.saya amat sangat susah menerima doktrin2 seperti ini maaf.,,.sebagai konsekuensi adanya dosa asal,.,seharusnya Gereja juga merumuskan adanya pahala asal,.,.,.,kenapa ini tidak muncul bukankah ini tidak adil,.,.apakah tujuan akhir dari dosa asal ialah,.,.pembabtisan,.,.,.,??????????????????????????????
            ????????????????????????????????????????????????? dan bermuara menuju kristenisasi,.,.????

            2. tentang point B jika anda berpendapat demikian tentang surga..dan bla-bla tsb,.,.,pertanyaan saya mengapa Tuhan tidak langsung mengirim adam ke neraka saja jika Tuhan yang Maha Tahu dan Maha segalanya tahu bahwa dosa yang ia perbuat akan menjadi beban seluruh manusia,.,mengapa Tuhan malah mengirim adam ke dunia sehingga anda bisa mengirimkan email ini,.???

            3. tentang poin keselamatan link tersebut tidak menjawab karena..anda tidak paham pertanyaan saya seperti yang anda kasih tanda blok miring tsb,.,.maksud saya .,,bagaimana misalakan ada seorang mualaf.,.dari kristen menuju agama lain dan setelah itu dia menjadi lebih baik perilakunya dari yang sebelumnya,.,.???????,,.apakah ia tidak diselamatkan,.,??????,.,.yang saya tangkap ialah anda mengatakan bahwa pada akhirnya dosa manusia akan diselamatkan oleh yesus,.dan orang2 yang penuh amal tanpa kesadarannya tidak mengenal yesus juga akan dapat dispensasi dosa,.,…,bagaimana kita bisa fokus jika saya sendiri juga tidak bisa menerima doktrin katolik akan yesus ialah Tuhan.,.,.,.???/bukannya saya mau keluar topik tapi hal ini akan berkaitan sekali,.,.,.,.
            tentang mahatma gandi setau saya mahatma gandi ialah manusia dengan agama cinta kasih ia juga mengatakan bahwa agama lain seperti islam juga mengajarkan akan cinta kasih dan kedamaian,.,.semua dosa hanya akan berpulang pada manusia itu sendiri tanpa dapat diwariskan,.,

            4. tentang dosa asal point bahwa perobatan datang dari tuhan saya sanagt setuju.,.,tapi jika anda mengatakan ada institusilain di dunia yang mampu menghapus dosa bukankah ini sama saja dengan mebersihkan lumpur dengan kotoran ,.,>>bukankah ada kontradiksi antara pernyataan bahwa manusi punya dosa asal dan punya kecenderungan untuk jatuh ke dosa lagi,.,apakah pastor yang memberikan penitensi pada sakramen tobat juga sudah bebas dosa,.,.????,,.tenttang link1,.2,3,4,.memang belum saya baca,.akan saya tanggapi kemudian,.,.,saya masih capek ,.,hehehe,.maap.,…,temttang maksud perrtanyaan yang ada ignorance2nya itu,.,,ya karena anda mengatakan hanya Tuhan sendiri yang mengetahui.,.lalu mengapa manusi yang menghapuskan dosa,..???jika pastor saling memberikan pengampunan dosa,.,,,>?????ampunnnnnn saya bingung dengan logika ini benar2 saya tidak bisa membayangkan bahwa penghakiman dosa dan pahala sama sepertilayaknya jual beli hp dan tukar tambah,,.gitu.,.,…

            5. waduh jika kesimpulan saya salah.,.untung yang mengatakan ialah anda yang tidak memegang kuasa apapun akan hidup saya.,…,Puji Tuhan.,,.,,bukti kemahaan tuhan ialah karena Tuhan memberikan hawa napsu dan akal,.,sehingga kita jauh lebih tinggi derajat dari biunatang,.,.,

            6. saya tidak paham anda dapat email dari penghuni surga yang mana,.,.,.????tapi yang saya pahami ialah bahwa Surga ialah hadiah Tuhan karena amal dan ibadah kita,.,makanya saya tidak usah malu2 untuk mengatakan bahwa niatan saya beramal ialah untuk masuk surga,.,.tapi jujur saya juga buanyak sekali berbuat dosa,.,Mudah2an Tuhan masih memberikan saya ruang di surganya kelak ,.,.Amin,.,..

            7.. jikaa anda mengatakan bahwa kesempurnaan manusia terletak pada kebebasannya mencari Tuhan bukankah manusia juga bebas untuk mencari Tuhan lewat mana,.,bukankah umat islam,.hindu.,.dan yang lain juga punya hak yang sama untuk masuk surga,.,.,.???bukankah kebebasan identik dengan kebebasan berpikir lepas dari segala doktrin manusia .,.jika doktrin tersebut sesuai dengan hatinurani dan akal budi manusia guna mencapai tuhan tentulah manusia sebagai makhluk yang sempurna akan menjalankan hal tsb tanpa perlu doktrin,.,.,

            8. Pertanyaan tentang kenapa manusia tidak langsung masuk surga aja,,??,.,akan berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya,.,,.kenapa tuhan tidak langsung menempatkan adam ke dalam neraka jahanam saja jika dosa nya ialah dosa yang sangat besar yang sangat berimplikasi pada jutaan kehidupan setelahnya,.,?????????????

            saya sudah menjalan rosario.,saya sudah menjalan novena tiga salam maria 9 hari,,dan doa yang laen,.,tapi itu semua tidak mengantarkan saya pada keiklasan menerima takdir Allah..,tapi ketika saya banya belajar tentang keiklasan,.dan takdir serta kehendak Allah.,.serta belajar tentang kehidupan serta merenung saya bisa menerima keadaan ini,..mudah2an memang benar Tuhan yang mengantar saya pada keiklasan hati saya ,.,.takdir Tuhan memnag tidak berubah ,.,.tapi penerimaan saya akan takdir itu yang berubah lebih baek,.,doa manusia tidak akan salah hakekat doa bukan untuk merubah takdir Tuhan,..,…tapi untuk secara iklas menerima takdir Tuhan itumenurut saya.,.,…

            Trims.,,.,.

          • Shalom Glenn,

            Terima kasih atas tanggapannya. Memang dalam berdiskusi kadang terjadi bahwa alur diskusi tidak sesuai dengan keinginan kedua belah pihak. Mari sekarang kita melihat alur diskusi yang telah kita lakukan.

            1) Memang Glenn telah mengatakan bahwa Glenn tidak setuju tentang dosa asal, karena Glenn menganggap bahwa itu adalah suatu bentuk ketidakadilan. Dan saya juga tahu bahwa karena Glenn tidak setuju adanya dosa asal (karena menyalahi keadilan), sehingga Glenn juga tidak menyetujui bahwa dosa asal adalah suatu hukuman, yang bukan hanya untuk manusia pertama, namun juga untuk semua manusia. Saya telah menangkap kedua hal ini dari awal, sehingga saya mencoba memberikan argumentasi bahwa dosa asal adalah adil, karena:

            a) Dari tanya jawab di atas, saya memberikan argumentasi berdasarkan Alkitab dan juga pendapat Bapa Gereja (silakan klik). Namun karena saya tahu, bahwa dua dasar ini tidak dipercayai oleh Glenn, maka saya membuat beberapa analogi.

            b) Argumentasi dengan analogi.

            1) Analogi 1: Kalau Adam setia, dan memungkinkan seluruh umat manusia masuk sorga tanpa melakukan apapun.
            Karena Adam tidak setia, maka seluruh umat manusia jatuh dalam dosa, dan semuanya mempunyai dosa asal. Apakah ini adil? Ya, adil, karena Adam mewakili seluruh umat manusia, dan kita adalah bagian dari umat manusia, sehingga kita terkena oleh dampak dari ketidaksetiaan Adam. Sama adilnya, kalau Adam setia, maka kita yang tidak melakukan apa-apa dapat menikmati kebahagiaan sejati di Sorga.
            Glenn hanya menjawab bahwa Glenn tidak bisa membayangkan, sehingga tidak dapat memberikan alasan. Kita berbeda pendapat dalam hal ini, oleh karena itu saya menjawab “Pengandaian saya tentang Sorga, tentu saja semua orang dapat membayangkan, kecuali Glenn tidak percaya akan adanya Sorga. Minimal setiap orang yang percaya akan Sorga mempuyai suatu ide bahwa Sorga adalah tempat kebahagiaan abadi. Mungkin setiap agama mempunyai definisi tentang kebahagiaan yang seperti apa.

            Cobalah Glenn membayangkan bagaimana kita semua ada di Sorga, walaupun kita tidak melakukan apapun – kalau Adam setia terhadap Tuhan. Kalau ini diangap adil, kenapa setelah Adam tidak setia dan semua manusia menanggung akibatnya, Glenn mengatakan tidak adil?

            2) Analogi 2: Tentang anak yang harus menanggung kemiskinan karena terlahir dari keluarga miskin.
            Hal di atas dapat dianalogikan seperti seseorang yang mungkin tidak pernah protes karena dilahirkan dari keluarga yang kaya, sehingga dia juga turut menjadi kaya. Namun kalau orang tersebut dilahirkan dalam keluarga yang miskin, maka dia akan protes karena dia turut menjadi miskin. Sama seperti anak yang dilahirkan menjadi miskin, dia dapat berjuang untuk menjadi kaya, maka manusia yang dilahirkan dengan dosa asal, dapat berjuang untuk dilahirkan baru dan menerima keselamatan dengan dibaptis.
            Glenn menjawab: “Tentang alternatif ke dua,.saya lagi-lagi tidak bisa menerima logika berpikir bapak.,,.,bagaimana mungkin kita bisa mengatakan adil jika kita terlahir dari orang miskin maka tuhan mentakdirkan kita menjadi miskin.,bukankah kita harus berusaha dan berjuang untuk menjadi kaya. tentu kita tidak bisa menjadi kaya hanya dengan melalui satu tahap saja.,.,..maksud saya ketika kita lahir dan ingin masuk surga bukankah kita harus melewati suatu proses kehidupan yang panjang dan direstui tuhan,serta hanya diketahui tuhan saja.,.tentu tidak bisa dengan hanya “dibaptis dengan air saja”,.,..tentu bapak akan menjawab setuju dengan saya jika perlu amal setelah ada pembaptisan.,.,.namun lagi2 pertanyaan saya,.bagaimana dengan amal tanpa pembaptisan.,.,ala gereja katolik,.???.

            Dan saya menjawab: “Pada contoh ke-dua tentang orang yang dilahirkan miskin atau kaya – kenapa Glenn tidak dapat menerima contoh ini? Point-nya bukan kalau orang miskin maka pasti anaknya pasti miskin seumur hidup. Namun, maksud saya adalah anak yang terlahir dari orang tua yang miskin, dia tidak terhindar dari kemiskinan di masa hidupnya, sampai dia sendiri terlepas dari belenggu kemiskinan, melalui pendidikan dan usahanya. Dengan logika Glenn, maka seharusnya kalau kita dilahirkan di keluarga yang miskin, kita akan protes, karena kita tidak salah apa-apa. Dan dengan logika yang sama, apakah anak yang terlahir dari keluarga yang kaya akan protes? Dan dengan contoh tersebut, semua orang dalam kehidupan spiritual, terlahir miskin, karena orang tua kita jatuh dalam dosa. Kita dapat menjadi kaya atau mendapatkan keselamatan kalau kita dibaptis.

            Dari sini, Glenn tidak menjawab apakah anak-anak yang terlahir miskin dari keluarga miskin merasakan ketidakadilan? Kalau Jawaban Glenn tidak adil, maka lebih dari 80% penduduk dunia yang miskin merasakan ketidakadilan Tuhan padahal kita sama-sama percaya bahwa Tuhan adalah maha adil. Kalau jawaban Glenn adil, maka Glenn seharusnya setuju dengan konsep dosa asal.

            Mungkin dapat dipikirkan lebih lanjut “Apakah definisi adil?

            3) Analogi 3: Tentang anak yang menanggung akibat karena bapaknya dipenjara.
            Dari dua analogi di atas (kalau Adam setia dan anak yang terlahir miskin) di atas, Glenn tidak bisa menerima, dan Glenn membuat analogi apakah orang yang terlahir dari orang tua yang dipenjara maka anaknya juga dipenjara. Dan saya memberikan jawaban “Anak tersebut memang tidak ikut dipenjara seperti orang tuanya, namun anak tersebut ikut merasakan akibatnya, misalkan: malu bertemu dengan teman-temannya, atau merasa minder, dll. Contoh ini justru semakin menguatkan bahwa dosa asal memang ada. Dengan contoh kebalikannya, kalau seorang anak terlahir dari seorang presiden, maka anak tersebut ikut menikmati menjadi anak presiden, misalkan: ikut dihormati, mempunyai akses ke banyak orang penting, dll.

            Di point ini, Glenn tidak memberikan tanggapan apapun. Analogi yang diberikan Glenn tentang orang tua yang dipenjara, justru semakin menguatkan konsep dosa asal.

            c) Argumentasi berdasarkan kenyataan di dunia ini.

            Argumentasi yang saya coba kemukakan adalah berdasarkan kenyatan yang terjadi di dunia ini, dimana manusia memang mempunyai kecenderungan untuk berbuat jahat dan mempunyai nafsu-nafsu yang menjurus kepada hal-hal yang negatif. Tentang manusia yang mempunyai hawa nafsu yang menjurus kepada hal-hal negatif, Glenn mengatakan bahwa ini adalah bukti “kemahaan Tuhan”. Dan lebih lanjut Glenn mengatakan bahwa manusia tanpa nafsu adalah sama seperti robot. Dan akhirnya Glenn menyimpulkan bahwa manusia dikatakan sempurna justru karena manusia mempunyai nafsu yang mempunyai kecenderungan ke arah negatif. Dari kesimpulan ini, maka kita mempunyai pandangan yang berbeda:

            1) Kita setuju akan keadaan manusia yang mempunyai nafsu-nafsu yang dapat negatif, karena memang ini adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, dan terjadi di sekitar kita, masyarakat dan bangsa. Perbedaan pandangan kita adalah:

            Saya mengemukakan bahwa pada awalnya Tuhan menciptakan manusia tidak dalam kondisi yang sekarang ini, karena Tuhan menciptakan manusia baik adanya. Kalau Dia mengasihi manusia, maka Dia akan menciptakan manusia baik adanya dan terlepas dari nafsu-nafsu yang dapat menjurus kepada hal-hal yang negatif (dalam istilah teologis, hal ini disebut: concupiscence). Gereja Katolik percaya bahwa concupiscence adalah akibat dari dosa asal, namun pada saat yang bersamaan ini menjadi suatu cara untuk memberikan manusia bertumbuh di dalam kekudusan.

            Glenn, sebaliknya melihat bahwa manusia dalam kondisi yang mempunyai nafsu-nafsu negatif ini adalah sebagai bukti kemahaan Tuhan. Ini berarti Tuhan menciptakan manusia dengan kondisi seperti ini.

            Dari sini, saya memberikan argumentasi bahwa kesimpulan ini bertentangan dengan Tuhan yang maha kasih. Kalau keadaan manusia sekarang adalah merupakan ciptaan Tuhan sedari awal (karena tidak ada dosa asal), maka seolah-olah Tuhan salah mendesain manusia. Kalau Tuhan maha tahu, maha dalam segalanya, maka Tuhan tidak mungkin salah mendesain. Oleh karena itu, pernyataan Glenn bertentangan dengan hakekat Tuhan yang maha kasih dan maha tahu.

            2) Berikut ini adalah jawaban atas pertanyaan yang Glenn ajukan:

            a) Menjawab point (1). Kalau Glenn masih merasakan ketidakadilan karena manusia mempunyai dosa asal, silakan melihat lagi beberapa argumentasi di atas. Tentang “pahala asal” memang Tuhan telah menciptakan manusia menurut gambaran-Nya, sehingga secara kodrat manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan mengasihi penciptanya. Dan sadar atau tidak, hukum Tuhan telah terpatri di dalam hati nurani manusia. Namun yang paling utama, kalau mau disebut pahala asal adalah Kristus Tuhan yang menjadi manusia, yang menebus dosa manusia.

            Karena Glenn tidak bisa menerima dosa asal, maka Glenn bertanya “tujuan dari dosa asal“. Dosa asal adalah suatu akibat. Jadi sebenarnya Glenn bertanya “tujuan dari akibat” itu apa?

            Kalau ditanya, “bagaimana akibat negatif ini dipulihkan?” Gereja Katolik akan menjawab, dengan dibaptis, dimana rahmat pembaptisan mengalir dari misteri paskah Kristus. Ini justru melebihi keadilan, karena manusia yang berdosa layak menerima penghukuman, dan Tuhan memberikan jalan dengan cara memberikan Yesus sebagai pemulih dosa.

            b) Menjawab point (2). Glenn bertanya mengapa Tuhan tidak langsung memasukkan Adam ke neraka? Hal ini dikarenakan kodrat manusia. Secara kodrat, manusia belajar secara bertahap (acquired knowledge), kita dapat melihat manusia bertumbuh dari bayi sampai dewasa, dari pengetahuan tentang Tuhan yang dangkal sampai mendalam, dari hubungan dengan Tuhan yang jauh sampai yang dekat. Oleh karena itu, di dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan senantiasa memberikan kesempatan berkali-kali kepada manusia untuk kembali kepada jalan Tuhan. Hal ini berbeda dengan malaikat yang mempunyai pengetahuan yang lebih sempurna (karena mempunyai “infuse knowledge“). Oleh karena itu, malaikat tidak belajar secara bertahap, namun begitu diciptakan dia telah mempunyai pengetahuan yang sempurna. Oleh sebab itu, begitu sebagian malaikat memilih untuk melawan Tuhan, mereka langsung masuk neraka.

            Dan alasan yang lain mengapa Tuhan tidak memasukkan Adam ke neraka adalah karena Tuhan adalah maha kasih, sehingga Dia dapat mendatangkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan yang buruk. Dan dosa manusia inilah yang menjadi sebab utama dari kedatangan Kristus ke dunia.

            c) Menjawab point (3). Maaf, saya tidak menjawab sebelumnya karena saya tidak tahu apa pertanyaannya. Kalau Glenn melihat link saya berikan (silakan klik), saya telah menjawab hal ini di point IV. 2, dimana saya mengatakan “Andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.”
            Hal ini dikarenakan bahwa orang yang benar-benar tahu bahwa Kristus mendirikan Gereja Katolik namun tidak masuk di dalamnya berarti dia mendahulukan kepentingan pribadi di atas pencarian kebenaran.

            Dan Glenn mengatakan “bagaimana kita bisa fokus jika saya sendiri juga tidak bisa menerima doktrin katolik akan yesus ialah Tuhan.,.,.,.???” Oleh karena itu, diskusi jangan terlalu melebar, seperti pengakuan dosa, dll, karena semua doktrin yang lain akan bermuara pada Yesus.

            Kalau Glenn mau, kita dapat berdiskusi secara mendalam tentang “apakah Yesus adalah Tuhan”. Silakan melihat artikel tentang kristologi.

            Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia.

            Dan topik yang selalu Glenn paparkan adalah tentang konsep keselamatan. Kita dapat berdiskusi tentang hal ini secara terpisah.

            d) Menjawab point (4). Saya tidak akan menjawab pertanyaan Glenn pengakuan dosa di diskusi kita tentang dosa asal. Silakan Glenn membaca empat link (bagian 1, 2, 3, 4) ini dan juga artikel Kristologi di atas, dan kemudian silakan Glenn bertanya lagi dengan topik yang berbeda.

            e) Menjawab point (5). Telah saya jelaskan di atas, kalau nafsu-nafsu yang negatif yang ada pada diri manusia adalah ciptaan Tuhan sedari awal, maka hal ini bertentangan dengan hakekat Tuhan yang maha kasih, atau dengan kata lain seolah-olah Tuhan salah mencipta.

            f) Menjawab point (6). Di jawaban saya sebelumnya, saya bertanya “Kalau Glenn percaya bahwa kematian dari Tuhan, maka mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia yang dapat hidup selamanya dan tidak perlu melalui proses kematian? Apakah sebenarnya kematian adalah suatu hukuman? Mengapa Tuhan tidak menempatkan manusia langsung di Sorga?

            Kemudian Glenn menjawab “saya tidak paham anda dapat email dari penghuni surga yang mana,.,.,.????tapi yang saya pahami ialah bahwa Surga ialah hadiah Tuhan karena amal dan ibadah kita,.,makanya saya tidak usah malu2 untuk mengatakan bahwa niatan saya beramal ialah untuk masuk surga,.,.tapi jujur saya juga buanyak sekali berbuat dosa,.,Mudah2an Tuhan masih memberikan saya ruang di surganya kelak ,.,.Amin,.,..

            Glenn tidak menjawab pertanyaan yang saya berikan.

            g) Menjawab point (7). Memang manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan cara (means), namun tidak bebas menentukan tujuan akhir (end), karena tujuan akhir dari manusia seharusnya sesuai dengan tujuan manusia diciptakan, yaitu untuk memuliakan Tuhan dan memperoleh kebahagiaan abadi di Sorga. Umat yang lain, tentu saja mempunyai kesempatan (bukan hak, karena hak ini ada pada Tuhan) untuk masuk Sorga. Hal ini berhubungan dengan konsep keselamatan yang saya telah jabarkan panjang lebar di link yang telah saya berikan (silakan klik). Silakan membaca link tersebut perlahan-lahan. Yang menjadi masalah dari pernyataan Glenn tentang hati nurani adalah “Bagaimana kita tahu bahwa hati nurani kita benar?

            h) Menjawab point (8). Telah saya jawab di point 2b.

            3) Tentang paragraf Glenn yang terakhir “saya sudah menjalan rosario.,saya sudah menjalan novena tiga salam maria 9 hari,,dan doa yang laen,.,tapi itu semua tidak mengantarkan saya pada keiklasan menerima takdir Allah..,tapi ketika saya banya belajar tentang keiklasan,.dan takdir serta kehendak Allah.,.serta belajar tentang kehidupan serta merenung saya bisa menerima keadaan ini,..mudah2an memang benar Tuhan yang mengantar saya pada keiklasan hati saya ,.,.takdir Tuhan memnag tidak berubah ,.,.tapi penerimaan saya akan takdir itu yang berubah lebih baek,.,doa manusia tidak akan salah hakekat doa bukan untuk merubah takdir Tuhan,..,…tapi untuk secara iklas menerima takdir Tuhan itumenurut saya.,.,…

            Semua orang di dunia ini berjuang untuk bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih, dan juga untuk bertekun di dalam doa. Kalau Glenn ingin mengetahui konsep tentang doa, silakan melihat artikel ini:

            Doa menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan seorang Kristen. Namun ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian sebagai kesimpulan dijelaskan 4) konsep doa dengan mengambil definisi doa menurut St. Teresia kanak-kanak Yesus.

            Saya juga tidak tahu perjalanan iman dan perjalanan hidup dari Glenn. Namun, saya berpikir kalau tadinya Glenn adalah seorang Katolik (seperti yang Glenn katakan), maka sudah seharusnya – sebelum pindah agama (saya juga tidak tahu apa agama Glenn saat ini) – Glenn dapat benar-benar mempelajari tentang apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik. Dan tentu saja pindahnya agama tidak boleh berdasarkan kepentingan pribadi. Dan motifasi ini, hanya Tuhan saja yang tahu. Dan kita semua pada akhirnya akan menghadap kepada Tuhan, dan semua yang terselubung akan disingkapkan, dan semua dosa-dosa kita akan terungkap. Ini adalah perjuangan bagi kita semua, apakah pada waktu kita berhadapan dengan Tuhan (umat Kristen percaya bahwa Yesus yang akan mengadili umat manusia pada penghakiman terakhir), maka kita akan dapat mengatakan muka dengan muka “Tuhan, saya telah berusaha dengan segenap pikiran, hati, dan kekuatan, untuk mengasihi Engkau dan sesama. Saya telah menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadi.

            Glenn, pada akhirnya saya ingin mengakhiri diskusi tentang topik “dosa asal“, karena saya telah mencoba menjelaskan semampu saya tentang apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Saya juga tidak dapat memaksa Glenn untuk menerima pendapat dan argumentasi yang saya berikan. Semuanya berpulang pada Glenn. Saya ingin menganjurkan agar kita juga dapat membawa diskusi ini di dalam doa, dengan harapan Tuhan sendiri yang akan menuntun kita. Saya juga minta maaf, kalau ada kata-kata yang tidak berkenan.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – http://www.katolisitas.org

  34. KOMENTAR SAYA BAHWA TERBYATA DOSA MANUSIA YANG PERTAMA YANG BARU LAHIR IALAH KARENA SEBUAH APEL.,.,.????????

    KETIKA MANUSIA PERTMA INGIN MENJADI SEPERTI ALLAH APAKAN MANUSIA2 SELANJUTNYA JUGA SAMA INGIN MENJADI SEPERTI ALLAH SEHINGGA JUGA MENNAGGUUNG DOSA.,.??

    TRIMS.,.

    GBU..,.,

    • Shalom Glenn,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Sebelum saya menjawab pertanyaan ini, saya ingin mengusulkan agar dalam menuliskan pesan, Glenn jangan menuliskannya dalam huruf besar semua, karena dalam e-mail, ini berarti Glenn sedang berteriak. Dan saya yakin, Glenn tidak ingin berteriak pada waktu menyatakan perbedaan pendapat. Mungkin juga Glenn salah pencet keyboard. Berikut ini adalah jawaban saya.

      1) Saya tidak tahu apa yang Glenn maksudkan dengan kalimat seperti ini “KOMENTAR SAYA BAHWA TERBYATA DOSA MANUSIA YANG PERTAMA YANG BARU LAHIR IALAH KARENA SEBUAH APEL.,.,.????????” Pertama dosa manusia pertama bukan karena makan buah apel, yang benar adalah makan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. (lih Kej 2:17). Maksud Glenn, “komentar saya” itu komentar yang mana?

      2) Glenn bertanya apakah manusia-manusia selanjutnya juga sama ingin menjadi seperti Allah sehingga juga menanggung dosa?

      a) Dari pertanyaan ini, Glenn tidak menyetujui bahwa ada dosa asal yang ditanggung oleh seluruh umat manusia. Memang secara sekilas hal ini tidak adil. Mari sekarang kita membahasnya dengan lebih detail. Saya telah mencoba mengupas di jawaban saya di atas dari Alkitab dan juga dari Bapa Gereja. Mari sekarang kita melihat dari sisi yang berbeda. Dosa asal disebabkan oleh kejatuhan Adam dalam dosa. Adam mewakili seluruh umat manusia (human race). Oleh karena itu, ada dua alternatif. Pertama, kalau pada waktu itu Adam tetap setia, maka seluruh umat manusia akan berada di Sorga dan menikmati kebahagiaan kekal untuk selamanya, walaupun keturunan Adam dan Hawa tidak melakukan apa-apa. Apakah kalau ini terjadi, kita dapat mengatakan tidak adil?
      Kedua
      , karena Adam tidak setia, maka seluruh umat manusia jatuh dalam dosa, dan semuanya mempunyai dosa asal. Apakah ini adil? Ya, adil, karena Adam mewakili seluruh umat manusia, dan kita adalah bagian dari umat manusia, sehingga kita terkena oleh dampak dari ketidaksetiaan Adam. Sama adilnya, kalau Adam setia, maka kita yang tidak melakukan apa-apa dapat menikmati kebahagiaan sejati di Sorga.

      b) Hal di atas dapat dianalogikan seperti seseorang yang mungkin tidak pernah protes karena dilahirkan dari keluarga yang kaya, sehingga dia juga turut menjadi kaya. Namun kalau orang tersebut dilahirkan dalam keluarga yang miskin, maka dia akan protes karena dia turut menjadi miskin. Sama seperti anak yang dilahirkan menjadi miskin, dia dapat berjuang untuk menjadi kaya, maka manusia yang dilahirkan dengan dosa asal, dapat berjuang untuk dilahirkan baru dan menerima keselamatan dengan dibaptis.

      c) Apakah manusia-manusia selanjutnya sama seperti manusia pertama dan ingin menjadi Allah? Silakan kita melihat sekeliling kita, apakah kejahatan ada di mana-mana? Apakah ketidaksetiaan, penipuan, dll terjadi di sekeliling kita? Apakah lebih mudah menemukan orang kudus, seperti Ibu Teresa dari Kalkuta, atau menemukan orang-orang yang menjalankan hidup apa adanya, tanpa berjuang untuk dapat hidup dalam kekudusan? G.K Chesterton mengatakan bahwa “dosa asal” adalah sesuatu yang paling gampang dibuktikan, karena seseorang tingggal melihat kehidupan di sekelilingnya. Saya akan kutip pernyataan dia tentang dosa asal, yang mungkin dapat dipikirkan bersama:

      If it be true (as it certainly is) that a man can feel exquisite happiness in skinning a cat, then the religious philosopher can only draw one of two deductions. He must either deny the existence of God, as all atheists do; or he must deny the present union between God and man, as all Christians do. The new theologians seem to think it a highly rationalistic solution to deny the cat.

      3) Kalau memang Glenn tidak setuju dengan konsep dosa asal, saya ingin bertanya beberapa hal seperti yang saya sebutkan di artikel di atas:

      a) Apakah Glenn mempercayai bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa secara sempurna atau baik adanya? Kalau tidak percaya kenapa?

      2) Kalau percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia baik adanya, mengapa manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa? Apakah dengan demikian maka Tuhan tidak menciptakan manusia baik adanya?

      3) Darimanakah asalnya kematian? Apakah manusia diciptakan pada awalnya dengan sifat yang sementara? Mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia pada awalnya dengan sifat yang tetap dan tetap bersatu dengan pencipta-Nya untuk selama-lamanya?

      Semoga jawaban di atas dapat menjawab keberatan Glenn akan dosa asal.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

    • Salam Kenal Glenn, Stefanus.

      Mungkin saya telat mengikuti, mungkin juga sudah basi :-).
      Saya kok merasa seperti Glenn. Pikiran, pertanyaan dan logika mirip, juga tentang hal keselamatan, Pangakuan dosa oleh Pastor serta Doa asal ini. Setelah membaca semua debat ini pun masih belum memuaskan saya dan mungkin juga glenn.

      Saya malah punya asumsi lain tentand Dosa Asal. Kalau kita lihat kenyataan, seorang bayi lahir memang cendrung membawa sifat dari ayah atau ibunya. Mulai dari wajah, fisik badan dan sifat. Doa menurut saya juga seperti sifat yang menurun. Misalnya sang Ayah suka memengang telinga, tanpa diajarkan kok bisa2nya sikecil juga begitu. hal-hal demikian sering kita jumpai bukan karena dia melihat contoh. tapi reflek.

      Mungkin pembabtisan ingin menghilangkan Sifat kurang baik yang disebut Dosa asal itu. Jadi bukan diberi Dosa asal karena Adam dan Hawa yang berdosa, tapi karena setiap orang punya sifat negative yang mungkin akan diturunkan secara genenitikal. Alamiah..

      Untuk pengakuan Dosa, menurut saya penting dan baik melalui Pastor karena beliau akan akan bisa menasehati kita sebagai orang yang sedang berdosa. Tetapi apakah harus melalui Pastor?, Saya berfikiran lain. Yang paling penting, dan esensi dari pengakuan dosa adalah bertobat, jadi kalau ada orang bertobat tetapi tidak melalui pastor, tentunya bisa.

      Keselamatan tidak hanya melalui katolik. Banyak jalan menuju roma. Sekali lagi esensi dari untuk bisa masuk kedalam surgra tentunya bukan karena dia Katolik, tetapi orang yang menjalankan apa yang disarankan Yesus sebagai tauladan. Jika ada orang yang belum mengenal yesus, atau sudah tahu tapi tidak mengenal benar yesus, dan dia bertingkah seperti Yesus, apakah dia layak disurga?, Rasanya kok layak menurut logika pikiran saya yang sempit ini. Konsili Vatikan II, mengatakan “Benar-benar tahu”, artinya kalau ada yang bukan katolk dia memang belum “Benar-Benar tahu”

      Thanks
      Gani

    • @ Sdr Glenn & Olala,

      Pertanyaan dan pernyataan anda berdua sudah ditanggapi oleh pengasuh, jadi saya tidak perlu mengulanginya.

      Saya hanya ingin mengajak anda berdiskusi dengan logika yang anda pakai….

      Mari kita mulai…

      Dosa asal adalah jawaban atas natur manusia yang sudah rusak… dan tentunya kerusakan ini dialami oleh semua manusia termasuk anda dan saya.
      Seandainya dosa asal itu tidak ada, tentu anda harus bisa menjelaskan darimana datangnya kejahatan dalam hati / pikiran / perilaku setiap manusia. Bila anda menjawab bahwa datangnya 100% dari diri kita sendiri, maka saya akan berkata bahwa Tuhan lah yang mendesain ciptaannya 100% untuk jatuh / berdosa, karena faktanya tidak ada manusia yang tidak berdosa (hanya Yesus Kristus yg tidak berdosa krn Dia juga adalah Allah). Bila Tuhan / Sang Pencipta mendesain manusia untuk 100% (mau tidak mau harus) jatuh dalam dosa / berdosa, kira2 dengan kalimat seperti apakah anda mendefinisikan Tuhan seperti itu? Mungkin selama ini anda menyebut Tuhan Maha Baik atau Maha Suci, bolehkan bila kalimat itu saya ganti menjadi Tuhan Yang Cukup Baik atau Tuhan Yang Cukup Suci??? atau lebih ekstrim lagi saya sebut Tuhan Yang Jahat atau Tuhan Yang Tidak Suci???
      Mengapa saya katakan demikian? Karena tidak mungkin sesuatu bisa ada tanpa diadakan (be created). Bila ada kejahatan, tentu ada yang menciptakan, dan tentunya Tuhanlah yang menciptakan. Bila Tuhan menciptakan kejahatan, itu artinya ada unsur jahat di dalam hakekat Tuhan. Setujukah anda dengan pendapat ini?

      Saya menunggu jawaban / tanggapan anda…. nanti akhirnya saya akan membuktikan dengan logika anda berdua bahwa dosa asal itu memang ada…… atau sebaliknya… neraka itu tidak ada….

      Kevin Marcellius A.

        • Shalom Glenn,
          Terima kasih atas pertanyaannya dan selamat datang kembali ke situs ini. Sebelum menjawab pertanyaan ini, silakan anda memberikan definisi “pahala asal”.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  35. Salam Damai Sejahtera

    Setahu saya yang ingin menjadi seperti Allah itu Setan (Lusifer), manusia (Hawa) hanya terbujuk oleh ular (setan) dan sebab Hawa lebih mempercayai kata2 Setan lebih dari pada Firman Allah maka Hawa memakan buah terlarang tsb dan jatuh kedalam dosa.

    Barangkali kalau pada waktu itu Adam ada didekat hawa, mungkin Adam bisa mengingatkan Hawa, sehingga tidak terbujuk oleh kata2 si ular.

    Lalu pertanyaannya dimana Adam , waktu Hawa di bujuk oleh ular ?

    Salam
    Machmud

    • Shalom Machmud,

      Terima kasih atas komentarnya. Lucifer, karena kesombongannya ingin menjadi sama seperti Allah. Namun manusia pertama juga jatuh karena dosa kesombongan. Mereka ingin menjadi sama seperti Allah, sehingga mereka dapat menentukan sendiri parameter yang baik dan buruk. Di dalam kitab Kejadian, dikatakan " tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."(Kej 3:5)

      Kita tidak pernah tahu apakah kalau Adam ada di dekat Hawa, maka mereka tidak akan tergoda.

      Dimanakah Adam waktu Hawa digoda oleh Setan? Ada beberapa pendapat, namun saya lebih condong bahwa Adam tidak berada di tempat kejadian tersebut, namun masih berada di taman Firdaus. Kalau Adam ada di dekat Hawa waktu itu, mungkin di buku tersebut akan diterangkan bahwa Adam ada bersama dengan Hawa. Dan ketika Tuhan bertanya kepada Adam tentang pelanggaran mereka, Adam menjawab bahwa perempuan yang diberikan oleh Tuhan yang memberikan buah terlarang tersebut. Kalau Adam ada di sana, mungkin dia akan menyalahkan sang ular. Dan lebih lanjut Tuhan berkata "Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu  dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu" (Gen 3:17) Kalau Adam ada di tempat kejadian, mungkin Tuhan akan mengatakan "Karena engkau mendengarkan perkataan sang ular…"

      Semoga keterangan ini dapat menjawab pertanyaan Machmud.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  36. [quote] Dosa manusia pertama adalah dosa kesombongan (lih. Rm 5:19; Tob 4:14; Sir 10:14-15). [unquote]
    yang saya pahami – kisahnya adalah dua manusia pertama itu makan buah yang dilarang untuk dimakan – yang tidak jelas – bagaimana hal ini dipahami sebagai kesombongan ?

    apakah hal tersebut dipahami dari Kej 3:6
    Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
    http://www.sabda.org/sabdaweb/bible/verse/?b=1&c=3&v=6

    frasa “karena memberi pengertian” adalah kesombongan ?
    tidak jelas bagi saya – mohon nasehat

    • Shalom Skywalker,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Dosa manusia pertama adalah dosa kesombongan. Dalam Kej 3:4-6 dikatakan "4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." 6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya."

      Jadi kita melihat di ayat 5, bahwa dosa yang pertama adalah karena manusia ingin menjadi sama seperti Allah, dimana manusia dapat menentukan sendiri mana yang baik dan mana yang buruk. Pada saat manusia mendasarkan apa yang baik dan buruk menurut parameternya, maka dia telah berbuat dosa, karena dia menggantikan posisi Pencipta dengan yang diciptakan, yaitu dirinya sendiri. Katekismus Gereja Katolik mengatakan "Dosa adalah satu penghinaan terhadap Allah: "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat" (Mzm 51:6). Dosa memberontak terhadap kasih Allah kepada kita dan membalikkan hati kita dari Dia. Seperti dosa perdana, ia adalah satu ketidaktaatan, satu pemberontakan terhadap Allah, oleh kehendak menjadi "seperti Allah" dan olehnya mengetahui dan menentukan apa yang baik dan apa yang jahat (Kej 3:5). Dengan demikian dosa adalah "cinta diri yang meningkat sampai menjadi penghinaan Allah" (Agustinus, civ. 14,28). Karena keangkuhan ini, maka dosa bertentangan penuh dengan ketaatan Yesus (Bdk, Flp 2:6-9) yang melaksanakan keselamatan."

      Semoga dapat memperjelas.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

      • terima kasih – curious saja bagaimana pandangan gereja tentang fenomena ular yang bisa obrol fasih dengan manusia ? apakah ular cuma dipahami macam perlambang suara hati manusia ? atau ular sungguhan ? Jika ular dipahami secara simbolik mengapa Adam dan Hawa juga tidak dipahami sebagai juga simbolik (hence mitos)

        komentar saja
        [quote] kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat [unquote]
        apakah berarti : manusia yang tidak makan buah terlarang ia tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk – bukankah ini macam kanak-kanak ? Terhadap manusia yang tidak tahu mana yang dan mana yang butuk kita tidak bisa mengharapkan tanggung-jawab – ia sungguh polos, kekanak-kanakan dan [mungkin] naif
        – apakah sungguh macam itu yang dikatakan manusia sebelum jatuh kepada dosa ? how strange. Kita mungkin diusir dari Eden, tetapi kita terusir sebagai manusia yang [quote] tahu tentang yang baik dan yang jahat [unquote] alih-alih manusia yang tinggal ditaman tetapi [mungkin] naif

        • Shalom Skywalker,

          Terima kasih atas tanggapannya. Menurut KGK, 116 "Arti harafiah adalah arti yang dicantumkan oleh kata-kata Kitab Suci dan ditemukan oleh eksegese, yang berpegang pada peraturan penafsiran teks secara tepat. "Tiap arti [Kitab Suci] berakar di dalam arti harafiah" (Thomas Aqu., s.th. 1,1,10 ad 1)." Dari sini, kita harus berpegang bahwa pada awalnya semua harus dimengerti secara harafiah. Namun kalau dalam mengartikan secara harafiah tidak sejalan dengan akal sehat atau menunjukkan kontradiksi, maka kita mencoba melihat dengan alegori, moral, atau anagogi (Lih. KGK, 118). Oleh karena itu, ular disini, kita dapat mengartikan bahwa ular tersebut adalah benar-benar ada atau setan mengambil rupa ular. Rasul Paulus mengatakan "Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang." (2Cor 11:14)

          Dan tentang ayat Kej 3:5, dimana ular mengatakan "kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat, maka saya telah menjelaskan di beberapa jawaban, bahwa mengetahui baik dan jahat yang menggunakan parameter mereka sendiri dan bukan dari Tuhan. Intinya bukan manusia sebelumnya tidak mengerti baik dan jahat. Pada saat Tuhan memberikan akal budi kepada manusia, maka manusia mempunyai kehendak bebas, dan ini juga berarti manusia mempunyai pengetahuan baik dan jahat.

          Semoga dapat memperjelas.
          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – http://www.katolisitas.org

      • Dear Stefanus
        Maaf bukankah yang tertulis di Kej 3 : 5 itu kata2 dari Ular bukan kata2 Allah (Firman Allah).
        Allah berfirman di Kej : 2 : 16 -17 : pada saat kamu makan maka kamu akan mati.
        Di Bab 3 Allah tidak berkata-kata pada manusia
        Allah tidak pernah mengatakan bahwa setelah makan buah tsb manusia menjadi seperti Allah bisa mengetahui baik dan jahat.
        Bagaimana tanggapan anda.
        Terima kasih
        Machmud

        • Shalom Machmud,
          Benar, memang bukan Allah yang mengatakan hal itu. Karena manusia pertama menginginkan sesuatu di luar kodratnya, maka dia berdosa. Dan manusia termakan bujukan setan dengan menginginkan sesuatu di luar kodrat manusia, yaitu menjadi Allah. Pointnya di sini adalah saya ingin mengatakan bahwa dosa manusia pertama adalah dosa kesombongan, karena dia menginginkan sesuatu di luar kodratnya. (Lih. St. Thomas Aquinas, ST, II-II. q.163, a.1.)
          Semoga dapat memperjelas.
          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – http://www.katolisitas.org

  37. [Dari admin: saya rubah tanggal penulisannya].
    Yesus menebus dosa seluruh umat manusia ?

    Alkitab anda sendiri tidak menyatakan demikian
    dalam Yehezkiel 18:20 kan sudah jelas,
    SETIAP MANUSIA MENANGGUNG DOSANYA MASING-MASING !

    yang merubah ayat ini bukankah Palus yang
    aslinya bernama Saulus ?

    Yesus saja tidak merubah Hukum Agama Musa,
    [ ada di MATIUS 5:17-19 dan MATIUS 22:40 ],

    Paulus kan bukan murid Yesus,
    [ Yesus sudah tidak ada waktu Paulus ada ],
    Paulus hanya mengaku bertemu Yesus,
    padahal yang dilihat adalah seberkas cahaya,
    mimpi kaleee si Paulus ini.

    [Dari Admin: telah dijawab di atas – silakan klik]

    • Olala,

      Yesus menebus dosa seluruh umat manusia ?
      Jawab nya : Ya. termasuk dosa anda dan saya juga.

      Alkitab anda sendiri tidak menyatakan demikian
      dalam Yehezkiel 18:20 kan sudah jelas,
      SETIAP MANUSIA MENANGGUNG DOSANYA MASING-MASING !

      JAwab nya: Anda baca PL atau PB? PL adalah persiapan PB, di mana dalam PB, semua nubuat para nabi tergenapi oleh Yesus. di PL jika seseorang berdosa, dia diwajibkan untuk mempersembahkan kurban sembelihan atas dosa-dosanya. dalam PB Yesus adalah Anak Domba yang dikurbankan.
      Silakan Baca alkitab jangan sepotong2 ayat yah.

      yang merubah ayat ini bukankah Palus yang
      aslinya bernama Saulus ?
      JAwab: Nama Paulus seblum menjadi salah satu murid Yesus adalah Saulus – orang yg sangat membenci Yesus dan murid2 Nya. dari mana asal tuduhan bahwa paulus merubah ayat?

      Yesus saja tidak merubah Hukum Agama Musa,
      [ ada di MATIUS 5:17-19 dan MATIUS 22:40 ],
      Jawab :
      Yesus TIDAK PERNAH MENGUBAH HUKUM TAURAT MUSA. YESUS MENGGENAPINYA. jika sudah digenapi maka patokannya adalah HUKUM YESUS,karena Yesus adalah Firman Allah yang Hidup.

      Paulus kan bukan murid Yesus,
      [ Yesus sudah tidak ada waktu Paulus ada ],
      Paulus hanya mengaku bertemu Yesus,
      padahal yang dilihat adalah seberkas cahaya,
      mimpi kaleee si Paulus ini.
      Jawab:

      mari berlogika : apakah mungkin seorang spt paulus, yang pada awalnya mengejar murid-murid Yesus, yang hidup nya enak, tiba-tiba mau menjadi murid Yesus dengan konsekuensi akan di kejar2 dan di bunuh?

      Saat itu, kira2 apa sih isi otak si paulus? kok mau2 nya jd murid Yesus pdhal dia tau klo jd murid Yesus pst susahhh bgt… toh jd murid Yesus ga dpt duit.

      Jika anda baca Alkitab, maka anda akan tahu bahwa tidak ada murid Yesus yang hidup nya mewah,bersenang-senang, dsb.

      Jadi, Paulus sunggguh2 bertemu Yesus, dan oleh karena belas dan kasih karunia Tuhan Yesus, hingga dia bertobat dan menjadi murid-Nya.

      silakan di renungkan lagi.

      Salam,
      Rein

Comments are closed.