Pertanyaan:
Dear Ingrid,
Ingrid menulis : Pada saat seseorang dibaptis, maka ia menerima Roh Kudus.
Pada waktu Yesus naik ke Surga Ia memesan pada murid2Nya untuk tetap tinggal di Yerusalem sampai mereka dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus dari tempat yang maha tinggi. Jadi menurut pengertian saya orang awam, selama kurun waktu itu murid2 hanya menerima baptisan Yohanes saja dan belum menerima Roh Kudus. Mereka baru menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta , dimana mereka berbicara dalam ber-bagai2 bahasa atau yang menurut orang2 dinamakan bahasa roh.
Kalau pengertian saya ini benar, maka berarti setiap orang Kristiani mengalami tiga kali baptisan yaitu :
1. Baptisan air
2. Baptisan Roh Kudus dan
3, Baptisan Api
Bagaimana menurut Ingrid
Salam
Machmud
Jawaban:
Shalom Machmud,
Gereja Katolik mengajarkan bahwa pada seseorang dibaptis, maka ia ‘dikuburkan dalam kematian Kristus, untuk kemudian dibangkitkan bersama Dia menjadi ciptaan baru’ (lihat KGK 1214). Maka melalui Pembaptisan ini, secara prinsip ada dua hal yang terjadi:
1) Pemurnian dari dosa-dosa (baik dosa asal yang diturunkan dari Adam dan Hawa, maupun dosa pribadi)
2) Kelahiran menjadi manusia baru bersama Kristus, yang menjadikan kita anak-anak angkat Allah dan mengambil bagian di dalam kehidupan ilahi-Nya.
Pengajaran ini yang berdasarkan dari Alkitab, disebutkan dalam Katekismus Gereja Katolik:
KGK 1214 Orang menamakannya Pembaptisan sesuai dengan inti ritusnya: membaptis [bahasa Yunani “baptizein”] berarti “mencelup”. Pencelupan ke dalam air melambangkan dimakamkannya katekumen ke dalam kematian Kristus, dari mana ia keluar melalui kebangkitan bersama Dia (Bdk. Rm. 6:3-4; Kol 2:12) sebagai “ciptaan baru” (2 Kor 5:17; Gal 6:15).
KGK 1215 Sakramen ini juga dinamakan “permandian kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Tit 3:5), karena menandakan dan melaksanakan kelahiran dari air dan dari Roh, yang dibutuhkan setiap orang untuk “dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3: 5).
KGK 1265 Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis suatu “ciptaan baru” (2 Kor 5:17), seorang anak angkat Allah (Bdk. Gal 4:5-7.; ia “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Ptr 1:4), adalah anggota Kristus (Bdk. 1 Kor 6:15; 12:27), “ahli waris” bersama Dia (Rm 8:17) dan kenisah Roh Kudus (Bdk. 1 Kor 6:19).
Maka, Roh Kudus yang mengangkat kodrat manusia ke dalam lingkup ilahi, telah diberikan pada saat Pembaptisan. Sesudahnya, pada Sakramen Penguatan, kita yang telah menerima Roh Kudus melalui Pembaptisan ini dikuatkan dan diperkaya dalam karunia-karunia Roh Kudus. Jadi fungsinya, jika dibandingkan dengan kehidupan kodrat manusia adalah: Pembaptisan adalah kelahiran, Penguatan adalah pertumbuhan menjadi dewasa. Jadi Sakramen Penguatan ini bukan Baptisan Roh Kudus, karena Roh Kudus sudah diberikan pada saat Pembaptisan. Seperti halnya orang yang lahir ke dunia menerima karunia hidup hanya satu kali, dan selanjutnya hanya bertumbuh menjadi dewasa, demikian pula, Pembaptisan yang menandai permulaan kehidupan supernatural seseorang, hanya diterima satu kali. Dalam Sakramen Penguatan, yang diberikan adalah rahmat agar kita yang sudah dibaptis diberi kekuatan untuk bertumbuh menjadi dewasa dalam iman dengan karunia-karunia Roh Kudus agar kita dapat menjadi saksi Kristus.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa terdapat tiga sakramen yang merupakan sakramen inisiasi, yang menandai permulaan seseorang menjadi anggota Gereja, yaitu Baptisan, Ekaristi dan Penguatan.
KGK 1285 Bersama dengan Pembaptisan dan Ekaristi, Sakramen Penguatan membentuk “Sakramen-sakramen Inisiasi Kristen”, yang kesatuannya harus dipertahankan. Jadi, perlu dijelaskan kepada umat beriman bahwa penerimaan Penguatan itu perlu untuk melengkapi rahmat Pembaptisan (Bdk. Ocf praenotanda 1). “Berkat Sakramen Penguatan mereka terikat pada Gereja secara lebih sempurna, dan diperkaya dengan daya kekuatan Roh Kudus yang istimewa; dengan demikian mereka semakin diwajibkan untuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati, dengan perkataan maupun perbuatan” (LG 11) Bdk. Ocf praenotanda 2.
Bahwa di dalam Alkitab seolah dibedakan adanya Baptisan air dan Baptisan Roh Kudus, itu disebabkan karena makna Pembaptisan baru sempurna setelah kebangkitan Yesus. Sebelum Yesus bangkit dan naik ke surga, Pembaptisan Yohanes baru memberikan satu arti yaitu penyucian dari dosa-dosa, maka kita membaca dalam Alkitab, pembaptisan itu disebut sebagai Baptisan pengampunan dosa (lihat Mrk 1:4); dan pesan utama St, Yohanes Pembaptis adalah: “Bertobatlah.” (lihat juga Mat 3:1-6, Luk 3:3-6, 15-17, Yoh 1:19-28).
Namun walaupun tidak dikatakan di dalam Alkitab, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa para Rasul telah menerima Pembaptisan dalam air dan Roh Kudus sebelum Kristus wafat [yang diberikan oleh Kristus]; karena pada Perjamuan Terakhir, Kristus mengordinasikan/ mentahbiskan mereka menjadi imam dan memberikan mereka Ekaristi yang pertama. Setelah Yesus bangkit, naik ke surga dan kemudian mengutus Roh Kudus pada hari Pentakosta, maka para murid memperoleh rahmat kekuatan dari Roh Kudus, sehingga kemudian mereka-pun dapat membaptis orang-orang lain dengan makna yang penuh, yaitu: pengampunan dosa, dan kehidupan baru bersama Kristus oleh kuasa Roh Kudus, dan dengan berani menjadi saksi Kristus. Maka untuk para Rasul, Pentakosta mempunyai makna sbb: mereka dikuatkan dalam iman dan dilengkapi dengan karunia-karunia Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus (makna sakramen Penguatan), dan mereka diberi semangat yang berkobar-kobar untuk mengabarkan Injil. Dengan ini mereka dapat memenuhi apa yang dipesankan oleh Kristus sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu tang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat 28: 19-20).
Maka dalam hal ini Gereja Katolik tidak memakai istilah Baptisan Roh Kudus dan juga Baptisan Api. Walaupun memang, dalam acara-acara Persekutuan doa Karismatik Katolik ada yang disebutkan sebagai ‘pencurahan Roh Kudus’. Pada dasarnya ibadat tersebut merupakan doa memohon agar Tuhan mencurahkan karunia Roh Kudus, agar Roh Kudus yang sudah diterima dapat sungguh berkarya dalam kehidupan umat beriman yang hadir. Karena berkaryanya Roh Kudus dalam hidup seseorang itu mensyaratkan juga kerjasama orang tersebut dengan pimpinan Roh Kudus. Selanjutnya, karunia-karunia Roh Kudus yang diberikan dimaksudkan untuk membangun iman umat/ Gereja.
Lebih lanjut tentang Pembaptisan ini, silakan membaca artikel: Sudahkah Kita diselamatkan? (silakan klik).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati.
Shalom Sdr. Machmud,
Baptisan Api maksudnya apa ya? Dan bagaimana cara seseorang dibaptis api? Apakah maksudnya pencurahan Roh Kudus?
Dan kalau boleh apakah praktik ini berlaku di semua gereja saudara kami Protestan? Terimakasih
[dari katolisitas: Mungkin maksudnya adalah baptisan Roh Kudus. Tidak semua aliran Kristen non-Katolik mengakui hal ini]
Dear Ingrid,
Waktu Yohanes Pembaptis membaptis di sungai Jordan, dalam nama siapa ?
Mulai kapan baptisan air itu, dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus ?
Adakah baptisan dalam nama Yesus Kristus ?
Terima kasih.
Shalom Antony,
Kitab Suci menyebutkan bahwa baptisan yang diberikan oleh Yohanes Pembaptis adalah untuk maksud pertobatan. Injil tidak menyebutkan dalam nama siapakah baptisan Yohanes itu diberikan, namun hanya dikatakan, “Bertobatlah, kerajaan Allah sudah dekat” (Mat 3:1-2). Maka baptisan Yohanes ada untuk mempersiapkan orang-orang kepada kedatangan Mesias, dan dengan ini menggenapi nubuat para nabi (lih. Yes 40:3; Mal 4:5-6).
Sedangkan baptisan yang diberikan oleh para murid Kristus, atas perintah Kristus, adalah baptisan dalam nama Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus (lih. Mat 28:19-20), yang mempunyai makna: 1) pertobatan/ pembasuhan terhadap dosa-dosa; 2) kehidupan baru, yaitu hidup ilahi di dalam Kristus. Oleh karena itu Kitab Suci mencatat, bahwa mereka yang hanya menerima baptisan Yohanes, kemudian dibaptis lagi oleh para murid, agar mereka memperoleh Roh Kudus, yang memberikan hidup ilahi di dalam Yesus Kristus (lih. Kis 19:1-5). Makna yang kedua dari Baptisan belum ada pada Baptisan Yohanes, karena pada saat itu Yesus belum menggenapi Misteri Paska-Nya melalui sengsara, wafat, bangkit dan kenaikan-Nya ke surga, sebelum mengutus Roh Kudus-Nya pada saat Pentakosta untuk memberikan hidup ilahi kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Sejak hari Pentakosta, sebagaimana kita membaca dalam Kisah para Rasul, para Rasul membaptis, dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, sebagaimana diperintahkan oleh Kristus sebelum Ia naik ke Surga (lih. Mat 28:19-20).
Frasa ‘dibaptis dalam nama Yesus’ (Kis 2:38) artinya adalah, orang yang dibaptis dikonsekrasikan, didedikasikan dan tunduk kepada Yesus Kristus (lih. Dom Orchard, Catholic Commentary on Holy Scripture, v. Acts 2:38). Melalui Baptisanlah, seseorang digabungkan ke dalam komunitas Kristus, menjadi anggota-Nya dan menjadi milik-Nya. Maka dibaptis dalam nama Yesus bukanlah merupakan rumusan liturgis, namun merupakan istilah yang membedakan antara Baptisan Kristiani dengan Baptisan oleh Yohanes Pembaptis ataupun baptisan dari sekte/ aliran tertentu.
Demikianlah Rasul Paulus mengajarkan tentang makna Baptisan:
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Rom 6:3-11)
Selanjutnya tentang makna sakraman Baptis, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Lalu bagaimana jika pribadi yang dipermandikan adalah pribadi yang telah dewasa, apakah permandian itu harus diawali dengan Sakramen Tobat? Apakah dengan demikian dia bisa langsung menerima Tubuh dan Darah Kristus dalam tiap perayaan Ekaristi, ataukah Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi dilakukan pada kesempatan yang lain.
Shalom Djavarindo,
Salah satu akibat dari Sakramen Baptis adalah dosa-dosa kita dihapuskan, baik dosa asal maupun dosa-dosa pribadi yang dilakukan sejak awal sampai sesaat sebelum dibaptis. Namun demikian Pembaptisan tidak menghapus kecondongan berbuat dosa (lih. KGK 1264), oleh karena itu orang yang sudah dibaptis masih dapat jatuh ke dalam dosa (termasuk ke dalam dosa berat). Jika ini terjadi, maka ia perlu mengaku dosa kepada Tuhan di hadapan imam-Nya dalam sakramen Pengakuan Dosa.
Dengan memahami prinsip ini maka urutannya adalah sakramen Baptis dahulu, baru sakramen Tobat. Namun jika sebelum Pembaptisan para katekumen diperkenalkan dengan sakramen Tobat, maksudnya adalah untuk memberikan pengajaran akan sakramen Tobat tersebut, sebab setelah dibaptis mereka harus dengan rutin mengaku dosa dalam sakramen Tobat, agar dapat bertumbuh secara rohani, di samping menerima Sakramen Ekaristi.
Selain penghapusan dosa, efek Pembaptisan adalah digabungkannya orang yang dibaptis dengan Kristus Sang Kepala, sehingga ia menjadi anggota Tubuh Mistik-Nya, yaitu Gereja. Oleh karena itu, umumnya sakramen Baptis dirayakan di dalam perayaan Ekaristi, karena di dalam Ekaristi itu dinyatakan secara istimewa, persatuan antara Kristus dan Gereja-Nya, yang adalah Tubuh-Nya dan Mempelai-Nya. Dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam Ekaristi, persatuan dengan Kristus yang telah dimulai dalam sakramen Baptis diteguhkan dan dipererat, sehingga dapat memberikan buah- buahnya dalam kehidupan kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Kasih team Katolisitas
mohon bantuannya merujuk pada bacaan liturgi hari ini tgl 17 April 2012
Yoh 3:7-15 di sana ada tertulis : Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata kata dengan kamu tentang hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi.
yang ingin saya tanyakan hal apa yang di bicarakan Tuhan mengenai duniawi yang harus kita jalankan, menurut pengetahuan saya yang dangkal ini, Tuhan kita Yesus selalu membicarakan masalah surgawi.
Terima kasih
Shalom Ignatius Harry,
Menurut penjelasan The Navarre Bible, Yoh 3:12:
“Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?” menjelaskan bahwa dalam menyampaikan kebenaran surgawi, Tuhan Yesus menggunakan istilah- istilah duniawi. Yaitu bahwa untuk diselamatkan seseorang harus ‘dilahirkan’ secara baru, artinya lahir oleh air dan Roh, yang mengacu kepada Pembaptisan. Istilah ‘lahir/ dilahirkan’ merupakan istilah duniawi, sebab semua orang yang hidup di dunia ini adalah orang- orang yang pernah dilahirkan. Yesus menggunakan istilah ‘lahir’ ini juga bagi semua orang yang ingin memperoleh hidup surgawi/ hidup kekal ini, yang diberikan oleh Tuhan melalui Gereja.
St. Agustinus mengajarkan, “Nikodemus belum mencium kekhasan Roh dan hidup [surgawi] ini…. Ia [Nikodemus] hanya mengetahui tentang satu kelahiran, yaitu yang dari Adam dan Hawa; apa yang dari Tuhan dan Gereja, ia tidak mengetahuinya; ia hanya mengetahui kelahiran yang membawa kepada kematian; … bukan yang menghantar kepada kehidupan. Padahal ada dua jenis kelahiran,… yang pertama adalah yang bersifat duniawi, yang lainnya bersifat surgawi, yang pertama bersifat jasmani, yang lain bersifat rohani; yang satu bersifat dapat mati; namun yang lainnya bersifat kekal; yang satu bersifat pria dan wanita; sedangkan yang lainnya bersifat ilahi dan Gerejawi. Namun kedua kelahiran ini unik: tak satupun dari keduanya dapat diulangi.” (St. Augustine, In Ioann. Evang., 11,6)
Walaupun menurut Nikodemus penjelasan Yesus tentang kelahiran kembali ini membingungkan, namun Yesus tetap meneguhkan perkataan-Nya. Yesus menyatakan bahwa ia mengatakan tentang hal- hal surgawi sebab dari sanalah Ia datang, dan untuk membuat orang memahami maksud perkataan-Nya Ia menggunakan perbandingan dan gambaran-gambaran duniawi. Namun demikian bahasa ini akan gagal meyakinkan orang- orang yang telah mempunyai sikap yang tidak mau percaya.
St. Yohanes Krisostomus menjelaskan, “Adalah beralasan bahwa Yesus tidak mengatakan: ‘Kamu tidak mengerti’, tetapi: ‘Kamu tidak percaya’. Ketika seseorang dengan sengaja menepis dan tidak siap menerima hal- hal yang dapat diterima akal, ia dapat secara logis dicap sebagai orang bodoh, tetapi ketika ia tidak menerima hal- hal yang tidak mungkin diterima oleh akal namun hanya oleh iman, maka sebutannya bukan kebodohan, tetapi keengganan untuk percaya.” (St. John Chrysostom, Homily on St. John, 27,1)”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ya, kami semua menerima tiga baptisan. Air, Roh Kudus dan Api.
Shalom Sha,
Terima kasih atas tanggapannya tentang tiga baptisan (air, Roh Kudus, api). Dalam hal ini kita berbeda pendapat. Ingrid telah memberikan argumentasi di artikel di atas dan saya telah memberikan argumentasi dalam diskusi dengan Machmud. Untuk itu, silakan melihat diskusi ini terlebih dahulu (silakan klik), dan kemudian Sha dapat memberikan tanggapan lebih lanjut.
Salah satu pertanyaan yang saya ajukan dalam diskusi tersebut adalah:
Kalau memang ada 3 baptisan, mengapa rasul Paulus mengatakan "satu Tuhan, satu iman, satu baptisan," (Ef 4:5)? Apakah yang dimaksud dengan satu baptisan? Kalau Machmud menjawab ada 3 baptisan di point 1a), baptisan manakah yang dimaksud dalam Ef 4:5? Dan apakah alasannya?
Salam kasih dalam Kristus,
stef – http://www.katolisitas.org
Dear Ingrid
Terima kasih atas pencerahannya, saya jadi mengerti lebih banya sekarang tentang pengajaran Katholik seperti yang Ingrid anut. Semua hal2 yang saya tanyakan disini adalah untuk mendapatkan keterangan2 yang berimbang tentang pengajaran Kristiani.
Selamat ulang tahun yang pertama
Salam
Machmud
Dear Ingrid
Kalau baptisan rohkudus dan baptisan api itu tidak ada, lalu mengapa didalam kitab Matius menulis sbb :
Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
I indeed baptize you with water unto repentance: but he that cometh after me is mightier than I, whose shoes I am not worthy to bear: he shall baptize you with the Holy Ghost, and [with] fire:
Salam, Machmud
[Dari Admin: Pertanyaan lanjutan ini kami gabungkan]
Dear Ingrid,
Kornelius menerima baptisan lebih dahulu kemudian dibaptis dengan air seperti yang ditulis dalam kitab para rasul : “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?”
Jadi kalau anda katakan bahwa setiap orang yang dibaptis dengan air itu sudah menerima baptisan Roh Kudus, saya kira tidak tepat.
Salam, Machmud
Shalom Machmud,
Saya hanya mengutip apa yang menjadi ajaran Gereja Katolik, seperti yang tercantum dalam Katekismus Gereja Katolik yang berdasarkan Alkitab.
KGK 985 Pembaptisan adalah Sakramen yang pertama dan terpenting demi pengampunan dosa: ia mempersatukan kita dengan Kristus yang telah dan bangkit dan memberi kepada kita Roh Kudus.
Prinsipnya, bahwa dengan Baptisan, kita menerima pengampunan dosa, dan diangkat menjadi anak-anak Allah, dan ini hanya mungkin karena adanya Roh Kudus. Kenapa demikian? Sebab tanpa Roh Kudus yang adalah Roh Allah sendiri, manusia tidak mungkin bisa diangkat menjadi anak Allah, sebab terdapat jurang yang tak terseberangi antara kodrat manusia dengan ke-ilahian Allah. Manusia hanya dapat ‘naik’ dan mengambil bagian dalam hidup ilahi, jika ia memperoleh Roh Kudus.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Rom 8: 1-2, 11, yang mengatakan:
"Demikianlah sekarang, tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut."
"Dan jika Roh Dia [Roh Kudus], yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu."
Jadi dari ayat di atas, kita ketahui bahwa karena kuasa Roh Kuduslah kita digabungkan dengan Kristus dan memperoleh hidup ilahi, yang nanti kepenuhannya/ kesempurnaannya akan kita terima di surga. Karunia ‘hidup’ di dalam Roh Kudus inilah yang menjadikan kita anak-anak angkat Allah, dan ini terjadi pada waktu Sakramen Pembaptisan [dengan air].
Di sini memang, walaupun Pembaptisan dilakukan dengan air, Gereja Katolik tidak secara khusus menyebutnya Sakramen Pembaptisan air, sebab memang maknanya tidak hanya penghapusan dosa, tetapi juga penggabungan dengan Kristus oleh kuasa Roh Kudus, termasuk juga dengan penggabungan dengan Gereja-Nya yang adalah Tubuh Mistik Kristus. Maka, Baptisan merupakan ‘pintu gerbang’ untuk menerima rahmat Allah yang lain, yang diberikan-Nya melalui sakramen-sakramen yang dipercayakan kepada Gereja-Nya. Maka, Sakramen Penguatan, misalnya, adalah untuk memberikan karunia-karunia Roh Kudus, yang memungkinkan orang yang sudah dibaptis untuk bertumbuh di dalam iman, menjadikannya berkobar-kobar untuk menjadi saksi Kristus dan untuk membangun iman sesama anggota Gereja, seperti yang dialami oleh para Rasul pada saat Pentakosta. Pentakosta sendiri kita yakini sebagai hari lahirnya Gereja secara resmi.
Nah, sekarang, mengapa di Alkitab dikatakan seolah-olah Pembaptisan dibedakan menjadi 2 atau 3 macam (Baptis air, baptis Roh Kudus dan baptis api)? Untuk memahami hal ini maka kita perlu melihat, bahwa
pada saat Yohanes membaptis, Gereja Kristus belum terbentuk, Pentakosta belum terjadi/ Roh Kudus belum secara khusus diutus turun atas para rasul. Pentakosta memang belum bisa terjadi sebelum Kristus mengalami sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Maka memang, Baptisan Yohanes merupakan persiapan untuk menerima Baptisan Kristus yang secara lengkap akan diberikan oleh Gereja-Nya oleh kuasa yang diberikan Yesus kepada para rasulnya. Karena sifatnya persiapan, maka, Baptisan Yohanes belum lengkap [maknanya adalah pengampunan dosa, dan ‘belum’ penggabungan dengan Kristus], dan karena itu masih perlu disempurnakan oleh Roh Kudus, sehingga dalam Alkitab disebut sebagai ‘baptisan Roh Kudus’. Walaupun demikian, pada Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis sudah ada penggambaran Roh Kudus [yaitu burung merpati].
Maksud Pembaptisan Yesus oleh Yohanes tersebut memang bukan untuk pengampunan dosa, karena Yesus tidak berdosa, melainkan untuk:
1) bukti solidaritas Tuhan Yesus dengan manusia. Ini adalah bukti betapa Ia mau merendahkan diri untuk menjadi serupa dengan manusia dalam segala hal (kecuali dalam hal dosa) (lih. Ibr 4:15)
2) memberikan contoh kepada kita bagaimana agar kita nanti dapat tergabung dengan-Nya sebagai Tubuh-Nya. Kristus yang adalah Kepala Tubuh, memberi contoh kepada anggota Tubuh-Nya, yaitu kita semua, bagaimana agar kita dapat menjadi satu dengan Dia. Seperti Kristus yang mati dan bangkit, maka melalui Baptisan kita "mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Rom 6:11)
3) menandai permulaan misiNya sebagai Mesias untuk mengajarkan Kerajaan Allah dan menyelamatkan dunia, karena pada saat itu terdengarlah suara dari langit (Allah Bapa) yang mengatakan, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."(Mat 3:17)
Maka di sini kita melihat bahwa dengan lahirnya Gereja pada hari Pentakosta, maka rahmat Baptisan mempunyai dua maksud yang tak terlepaskan, yaitu pengampunan dosa, dan kehidupan baru dalam Kristus, dan ini dimungkinkan oleh kuasa Roh Kudus.
Istilah ‘baptisan Roh Kudus’ dan ‘baptisan api’ dipakai dalam Alkitab, memang mengarah kepada kepenuhan makna Baptisan yang diberikan oleh Yesus, yang diperoleh karena kematian dan kebangkitan-Nya dari mati. Karena kepenuhan makna ini baru tercapai setelah Pentakosta, maka adalah ‘fitting‘ jika kita membaca bahwa dalam Alkitab dikatakan bahwa Yesus memang tidak [pada umumnya] membaptis (Yoh 4:2). Walaupun para Teolog ada yang berpendapat bahwa kemungkinan besar, Yesus telah memberikan antisipasi rahmat Pembaptisan ini kepada Bunda Maria (yang adalah Bunda Gereja) dan Rasul Petrus (yang adalah pemimpin Para rasul) yang kemudian membaptis para rasul lainnya. Namun memang hal ini tidak dituliskan secara eksplisit dalam Alkitab, namun kita mengingat ayat terakhir dalam Injil Yohanes, bahwa memang tidak semua hal yang diperbuat oleh Yesus dituliskan dalam Kitab Suci (Yoh 21:25).
Jadi, menurut Gereja Katolik, Roh Kudus memang sudah diberikan pada waktu Pembaptisan sebagai ‘hidden gift‘, namun manifestasinya baru terlihat setelah karunia-karunia Roh Kudus tersebut diberikan dalam Sakramen Penguatan [dalam Alkitab dikisahkan manifestasi dalam bahasa Roh pada hari Pentakosta]. Oleh karena itu, sering Penguatan juga dihubungkan dengan baptisan Roh Kudus, walaupun maksud yang sesungguhnya adalah: dalam Penguatan, yang diberikan adalah karunia-karunia Roh Kudus yang menguatkan orang yang dibaptis di dalam iman dan menguatkan ikatan mereka dengan Kristus dan Gereja-Nya. Jadi bukan berarti bahwa dalam Penguatan, Roh Kudus baru diberikan, sebab Roh Kudus itu sudah diberikan pada waktu Pembaptisan.
Sekarang kita kembali ke kasus Kornelius yang non-Yahudi itu. Kornelius menerima manifestasi dari kurnia Roh Kudus yaitu berkata-kata dalam bahasa Roh, padahal ia belum dibaptis [dengan air]. Kasus Kornelius ini merupakan kekecualian yang dikisahkan dalam Alkitab, di mana seseorang dapat menerima Roh Kudus sebelum dibaptis. Ini sesungguhnya mau menunjukkan kepada para rasul bahwa keselamatan terbuka bagi kaum non- Yahudi dan bahwa keselamatan tidak tergantung dari sunat dan hukum Musa, tetapi oleh rahmat dari Kristus. Oleh kejadian ini Petrus serta merta melihat, bahwa tak ada halangan bagi Kornelius untuk menerima Pembaptisan agar ia digabungkan dengan Kristus dan Gereja-Nya (lih Kis 10: 44-48).
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai Pembaptisan menurut Gereja Katolik. Gereja Katolik bukannya tidak mengakui fakta adanya istilah baptisan Roh Kudus dan baptisan api seperti yang disebut dalam Kitab Suci. Namun, Gereja Katolik melihat kedua peristiwa tersebut sebagai satu kesatuan rangkaian dengan Sakramen Pembaptisan, dan bukannya baptisan yang terjadi berkali-kali. Hal ini sesuai dengan pengajaran Rasul Paulus, "…kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua…." (Ef 4:4-6). Juga, dalam Syahadat menurut Konsili Nicea (syahadat panjang) dikatakan, "…. aku mengakui satu Pembaptisan, akan penghapusan dosa…." dan satu baptisan ini pulalah yang menyebabkan Gereja Katolik mengakui juga Pembaptisan dan gereja-gereja lain, seandainya dilakukan dengan maksud yang sama dengan Gereja Katolik, dan jika dilakukan sesuai dengan ketentuan, yaitu, dengan air dan dengan forma Trinitarian yang berlaku; yaitu "……atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus…." Maka mereka yang sudah dibaptis di gereja lain (yang termasuk dalam gereja-gereja yang pembaptisannya diakui oleh Gereja Katolik) maka jika mereka mau menjadi Katolik, mereka tidak usah dibaptis ulang, tetapi hanya dikukuhkan.
Machmud, saya sudah berusaha menjelaskan sebisa saya tentang Pembaptisan ini. Saya berharap anda bisa memahaminya dari segi pengajaran Gereja Katolik. Jika anda tetap berpegang pada pengertian anda, saya tidak memaksa anda untuk mengubah pandangan anda. Saya hanya berusaha menjelaskan, dan berharap agar anda setidak-tidaknya mengerti dasar/ alasan-nya mengapa Gereja Katolik mengajarkan demikian. Sebab Gereja Katolik juga bukannya ‘menciptakan sendiri’ pengertian ini tanpa dasar. Tetapi memang, untuk sungguh-sungguh menerima pengajaran ini, diperlukan keterbukaan untuk menerima bahwa dalam banyak hal, para pemimpin Gereja yang merupakan penerus para rasul-lah yang paling berhak untuk mengartikan segala pengajaran yang dipercayakan oleh Kristus kepada para rasul. Salah satunya, adalah pengajaran tentang Sakramen- sakramen. Seandainya seseorang tidak melihat dari sudut pandang ini, maka akan sangat sulit untuk menerima pengajaran Gereja Katolik, sebab mereka berpendapat bahwa setiap orang boleh menginterpretasikan sendiri makna Alkitab sesuai dengan pengertiannya sendiri. Dan ini bukan sikap dari Gereja Katolik, walaupun Gereja menganjurkan agar setiap umat beriman membaca dan merenungkan Kitab Suci agar dapat semakin memahaminya. Namun begitu sampai kepada hal-hal doktrinal, maka umat Katolik berpegang pada apa yang diajarkan oleh wewenang mengajar dalam Gereja Katolik, yang disebut Magisterium (yaitu Paus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya). Merekalah yang diberi wewenang oleh Kristus untuk menginterpretasikan ajaran-Nya baik yang lisan maupun tulisan. Silakan membaca lebih lanjut tentang peran Magisterium (Wewenang Mengajar Gereja) di artikel ini –silakan klik, dan artikel ini – silakan klik
Untuk maksud inilah, antara lain, website ini hadir, yaitu untuk meneruskan apa yang kami ketahui tentang pengajaran Magisterium Gereja Katolik, agar dapat diketahui dan dipahami, pertama-tama oleh umat Katolik sendiri, dan selanjutnya oleh mereka yang mau mengetahui tentang ajaran agama Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Comments are closed.