Bola api di atas cakrawala menyinarkan panasnya ke dalam dunia.
Pendalaman iman ibu-ibu dan WKRI Santa Bernadete – Lippo Karawaci menyejukkan jiwa di tengah pergumulan.
Di tempat itulah seorang ibu menimba kekuatan iman.
Ia harus menjaga suaminya yang berasal dari Papua yang sudah dirawat selama lima bulan di sebuah Rumah Sakit di Tangerang.
Stroke telah menyebabkan suaminya lumpuh dan tak mampu menggerakkan tubuhnya.
Tubuhnya yang mungil harus menggendong badan suaminya yang besar ketika suaminya membutuhkan pertolongannya.
Nyala iman yang berkobar di kedalaman jiwa bukan untuk mengaparkan setan jahanam,
tetapi untuk menopangnya di tengah kelelahan dan kebosanan.
Ia pun mengatakan kepada suaminya yang tak berdaya setelah aku memberikan Komuni Kudus kepadanya :
“Engkau memberi aku cinta,
tetapi engkau juga memberi aku duka.
Engkau memberi aku senyuman,
tetapi engkau juga memberi aku tangisan”.
Semakin dalam cinta, semakin perih luka di relung jiwa.
Luka karena cinta mengajarkan ketulusan dan pengorbanan.
Cinta yang hakiki tidak dilalui dengan pujian dan kesenangan duniawi,
tetapi diuji melalui peristiwa yang menyakitkan.
Kalau cinta itu kecil, luka kecil pun menjadi beban yang berat sehingga akan melarikan diri dengan maki-maki.
Ketika memiliki cinta yang besar, luka sebesar apapun dapat ditanggung dengan kerelaan.
Tuhan Yesus Kristus bersabda : “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13).
Tuhan memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC