Pertanyaan:
Bu Ingrid,
Bagaimana ajaran katolik mengenai pemahaman meditasi dan kontemplasi, dan bagaimana pula perbedaannya karena akhir-akhir ini kita mengenal meditasi Kristiani dari Fr John Main OSB, seorang rahib Benedictin? Menurut Guigo (the ladder of monk), meditasi merupakan upaya memahami atau merenungkan karunia Allah sedangkan kontemplasi merupakan upaya merasakan indahnya karunia tersebut. Definisi lain mengatakan bahwa meditasi yang berasal dari kata meditare (“stare in medio”) berarti “berada di pusat,” sedangkan kontemplasi berarti bersama Allah di dalam hati kita.
Saya juga ingin bertanya tentang posisi manusia terhadap Allah menurut ajaran Katolik. Apakah manusia berhadapan dengan Allah seperti seorang hamba yang bertelut di hadapan sang Raja ataukah manusia boleh menjadi satu dengan-Nya seperti ajaran Alm Rm Dick Hartoko SJ, “manunggaling kawulo-gusti”? Dalam Alkitab kita memang menemukan ayat-ayat yang mendukung kedua pandangan tersebut. Dalam Lukas 10:42, Yesus mengatakan Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari padanya karena Maria telah duduk dekat kaki Tuhan dan mendengarkan perkataan-Nya. Sementara di dalam Yohanes 14:20, Yesus mengatakan, “Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.”
Tuhan memberkati,
Andryhart
Jawaban:
Shalom Andryhart,
1) Jika kita melihat meditasi dan kontemplasi dalam tradisi doa Gereja Katolik, maka kita dapat melihat pengertian meditasi- kontemplasi yang anda sampaikan adalah benar. Dalam tradisi doa Karmelit, seperti yang diajarkan oleh St. Teresa dari Avila, dan diteruskan oleh Padre Tomas de Jesus (1587), maka terlihat meditasi dan kontemplasi merupakan dua metoda doa yang saling berkaitan. Ketujuh bagian dalam metoda doa Karmelit adalah: persiapan, pembacaan dari Alkitab/ bacaan rohani, meditasi, kontemplasi, ucapan syukur, permohonan, dan penutup.
Memang meditasi menurut St. Teresa dari Avila, sebaiknya diikuti oleh Prayer of recollection, yang artinya mengumpulkan semua usaha dari jiwa, yaitu, baik memori, imajinasi, intelek/ pemikiran, ataupun keinginan untuk dapat dipusatkan dan masuk dalam hadirat Allah. Langkah selanjutnya dari Prayer of recollection ini adalah Prayer of Quiet, yang menjadi awal dari kontemplasi. Di dalam bukunya “Puri Batin/ Interior Castle“, St. Teresa mengumpamakan sebuah ‘istana kristal’ yang berlapis-lapis yang ada dalam hati kita. Pada pusatnya hadirlah Yesus dengan terang-Nya yang memancar. Namun untuk sampai ke sana kita harus melalui lapisan-lapisan ‘bilik/ mansion‘ tersebut, yang totalnya berjumlah 7 lapisan. Pada lapisan awal itu terdapat banyak ‘binatang melata’ yang mengganggu kita, yaitu pikiran-pikiran yang mengganggu konsentrasi kita sewaktu berdoa. Nah, untuk menepiskan gangguan ini, menurut St. Teresa, seseorang harus mengumpulkan segenap kemampuan jiwanya, agar ia dapat terus memusatkan diri kepada Yesus yang ada pada lapisan yang terakhir (bilik yang ketujuh). Pada lapisan terakhir inilah kita mengalami persatuan dengan Allah yang menjadi tujuan kontemplasi. Maka terlihat di sini bahwa meditasi dan prayer of recollection tersebut merupakan langkah/ jalan menuju kontemplasi. Mungkin suatu saat nanti Katolisitas akan menuliskan apa saja ketujuh tahapan menurut St. Teresa tersebut, sehingga bersama kita akan dapat semakin memahami perjalanan doa menuju kontemplasi.
Nah, melihat pola tingkatan ini, maka ajaran Fr. John Main OSB dengan memperkenalkan cara meditasi dengan mantra Kristiani, ataupun ajaran Romo Yohanes O Carm tentang doa Yesus dengan ritme tarikan/ hembusan nafas, dapat dikatakan tidak bertentangan dengan tradisi doa meditasi Katolik. Dengan catatan, jika mau menggunakan ‘mantra’ untuk membantu, kata itu haruslah yang umum kita kenal dan kita ketahui artinya dalam tradisi Kristiani. Jika demikian, tentu hal ini dapat saja dilakukan, karena itu hanya merupakan cara memusatkan hati dan pikiran. Jika kita sudah terbiasa dengan ritme tersebut, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menggunakan imajinasi atau pikiran kita untuk merenungkan tentang Allah. Jadi prinsipnya mirip dengan yang diajarkan oleh St. Teresa, bahwa kita perlu memusatkan segenap hati dan pikiran kepada Tuhan di dalam doa-doa kita. Ini sungguh merupakan perjuangan, karena memang tak jarang, begitu kita mulai berdoa, ada banyak pikiran yang dapat mengganggu konsentrasi kita. St. Teresa mengandaikan tahap pemula ini sebagai seorang petani yang harus bersusah payah menimba air sumur untuk mengairi sawahnya, sedangkan lama kelamaan jika tidak terlalu banyak usaha yang diperlukan, itu seumpama petani yang mengairi sawahnya dengan mengarahkan air dari sungai/ mata air.
Jika kita dengan disiplin melatih rohani kita dengan meditasi/ prayer of recollection, maka ada saatnya dimana doa bukan menjadi sesuatu yang sangat sulit/ merupakan perjuangan keras [untuk mengalahkan pikiran yang berkecamuk] namun hati yang terarah kepada Tuhan akan lebih mudah tercapai. Di sini, perlu kita ketahui bahwa ada dua jenis kontemplasi, yang pertama disebut acquired contemplation yaitu kontemplasi yang diperoleh dengan ‘usaha’ dari pihak kita, dan kedua, disebut sebagai infused contemplation, yaitu kontemplasi yang sungguh diberikan dari Allah sendiri. Tentu kedua tahap ini mensyaratkan disposisi hati yang baik di dalam doa dan kehidupan rohani kita. Menurut St. Teresa, pure contemplation adalah infused contemplation, yang hanya dapat diberikan oleh Allah sendiri.Di akhir kontemplasi ini adalah pengalaman persatuan dengan Tuhan, dimana hanya kasih Allah yang begitu besar yang mengatasi segalanya, sehingga tidak dapat lagi diuraikan dengan kata-kata. St. Teresa mengandaikan hal ini sebagai seorang petani yang tidak perlu lagi mengairi sawahnya, karena hujan yang begitu deras telah turun dari surga dengan limpahnya, dan sang petani hanya menikmati siraman air kehidupan tersebut dengan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Perlu juga diketahui, bahwa St. Teresa tidak merendahkan makna doa vokal/ dengan kata-kata. Sebab jika didoakan dengan sepenuh hati, maka doa vokal ini dapat pula menghatar seseorang kepada kontemplasi.
2) Melihat pengertian di atas, maka hubungan kita dengan Tuhan di dunia ini sesungguhnya meliputi kedua sisi yang anda sampaikan. Yaitu kita harus belajar bertumbuh dalam kerendahan hati untuk duduk di kaki Tuhan seperti Maria (Luk 10:42), dan mempunyai hati sebagai seorang hamba, yang mau dengan segenap jiwa dan tenaga berusaha melaksanakan kehendak-Allah. Namun, kita juga percaya, bahwa di tengah-tengah perjalanan hidup kita di dunia ini, Tuhan menyertai kita dan tinggal di tengah kita. Inilah yang secara khusus kita rayakan dan kita alami dalam Ekaristi Kudus. Walaupun, kita juga menyadari bahwa persatuan kita dengan Allah secara sempurna hanya terjadi di Surga, namun sementara hidup kita di dunia, Tuhan telah mengizinkan kita untuk mulai mengalami rahmat persatuan itu, melalui dan di dalam Gereja Katolik. Lumen Gentium 1 dan KGK 776 mengatakan, Gereja adalah sarana keselamatan bagi semua orang, “tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia.”
Memang pada akhirnya, jika kita sampai di surga nanti, yang ada tinggal persatuan kita yang sempurna dengan Tuhan, atau disebut juga dengan kontemplasi yang sempurna (beatific vision), di mana kita memandang Allah di dalam Dia dalam keadaan yang sebenarnya (1Yoh 3:3), karena kita telah dipersatukan dengan Kristus. Dalam hal ini, tepatlah apa yang disampaikan oleh Alm Rm Dick Hartoko SJ, “manunggaling kawulo-gusti”. Namun perlu kita ingat dalam persatuan antara kita dengan Allah ini tidak menjadikan kita manusia sebagai Allah. Setiap manusia akan tetap mempunyai identitasnya sendiri-sendiri, namun semuanya tergabung dalam kesatuan yang sempurna dalam kesatuan Umat Allah, sebagai satu Tubuh Kristus, yang dibangun sebagai Bait Roh Kudus, di mana Allah meraja di dalam semua (lih. 1Kor 15:28). Inilah tujuan akhir dari Gereja yang jaya di surga kelak.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Dear Katolisitas; Belakangan ini, ada banyak kesalahpahaman mengenai praktek doa: baik “Meditasi Kristiani” oleh Fr. John Main OSB, “Doa Yesus, dan khususnya “Doa Keterpusatan/Centering Prayer” oleh Fr. Thomas Keating OCSO. Ada kekuatiran dari sejumlah kalangan kalau praktek doa ini meninggalkan spritualitas orthodox Gereja Katolik karena tercampur kedalam “spiritualitas timur” atau “TM/new age”. Kekuatiran ini diperparah oleh beberapa praktisi meditasi ini yg memang menyimpang, entah karena ketidak-tahuan mereka, ataupun mereka memang berniat indiferentisme atau sinkretisme. Untuk mengetahui maksud/tujuan “asli” praktek2 doa di atas, sumber terbaik adalah mendengar dari TANGAN PERTAMA. Sayang, Fr. John Main OSB sudah meninggal. Tetapi Fr. Thomas Keating… Read more »
salam damai,bu,,saya mau nanya..kalo roh kudus masuk dalam tubuh kita,apa yang akan kita rasa?karna,dulu,waktu saya berdoa utk novena 3 salam maria,,saya merasa tubuh saya melayang-layang,dan tubuh saya gementar dan,bibir saya ingin mengatakan sesuatu,tapi,ngga terkeluar,,jadinya..saya sangat ketakutan dan saya cepat-cepat habiskan doa itu,,,dan setelah habis,saya seperti ngga da hala tuju,contohnya,keluar kamar,masuk kamar,,bantu saya ya? siapa saja yang mempunyai jawapan,,,,GOD BLESS YOU!
Salam Marlena, Silahkan merenungkan apa yang Anda alami dengan informasi berikut ini. Silahkan cek juga ke KGK pada nomer-nome tersebut. Kegiatan Roh Kudus pada makhluk ciptaan ialah: memberi rahmat pada manusia (KGK 2003); menghidupi semua makhluk (KGK 703); Membimbing melalui rahmat menuju kebebasan rohani (KGK 1742); memungkinkan hubungan kita dengan Kristus (KGK 683), membangkitkan iman (KGK 683), menganugerahkan cinta sebagai anugerah yang pertama (KGK 733, 735). Lagi pula, dalam suratnya kepada umat Galatia, St Paulus memberi kita pedoman bagaimana hidup yang dalam roh jahat/ buah roh yang jelek dan apa tolok ukur jika dibimbing dalam Roh Kudus (Gal 5: 16-22).… Read more »
Dear Mba’ Inggrid Saya pernah menjalani meditasi sekitar tahun 1995, namun akhirnya saya memutuskan untuk berhenti berlatih karena di samping hal-hal baik yang diperoleh dari meditasi, saya menemukan juga hal-hal lain yang bersinggungan dengan supranatural. Dalam artian, salah satu hasil dari meditasi yang pasti adalah kepekaan, intuisi dan sensitivitas kita semakin tajam, namun pada taraf tertentu dan hanya pada orang tertentu juga bisa disertai dengan manifestasi supranatural, misalnya ‘merasakan’ kehadiran roh lain. Memang justru manifestasi ini tidaklah muncul selama menjalani meditasi karena pada saat itu pikiran kita diikat dengan mantra (dalam meditasi kristiani adalah ma-ra-na-tha, dan dalam doa Yesus adalah… Read more »
Shalom RK, Jika kita membaca review yang dilakukan oleh sebuah situs Katolik yang cukup baik, yaitu CatholicCulture.org, maka kita mengetahui bahwa hasil review tentang situs http://www.wccm.org -(the World Community for Christian Meditation didirikan oleh Fr. John Main) adalah: 1) Kesetiaan ajarannya [terhadap ajaran Magisterium Gereja Katolik]: Berbahaya! – artinya ajaran yang disampaikan di situs itu banyak yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.2) Sumber/ narasumber: Kurang3) Usabilitas (apakah [informasinya] dapat berguna): baik Silakan membaca selanjutnya, di link ini, silakan klik. Penilaian ini sesungguhnya memprihatinkan, karena sesungguhnya jika kita melihat kepada ajaran awalnya dari Fr. John Main, sepertinya baik dan… Read more »
Dear Katolisitas, sekali lagi terima kasih atas ulasan Doa yg sangat baik ini. Dalam topik kali ini terlihat ada ambiguitas. Semula Anda melihat meditasi mantra John Main OSB dan metode Doa Yesus oleh Rm. Yohanes Indrakusuma OC (keduanya memang mirip) sesuai dgn Tradisi Kristiani. Tetapi dalam jawaban kepada RK, Anda menyarankan untuk menjauhi metode Doa Mantra oleh John Main (otomatis Anda juga tidak merekomendasi metode Doa Yesus oleh Rm.Yohanes OC). Dan tampaknya Anda dan link yg Anda sertakan mencampurkan antara Christian Meditation (Meditasi Mantra) oleh John Main OSB dengan metoda Centering Prayer oleh Thomas Keating OCSO. Dalam link yg bu… Read more »
Shalom Fxe, Terima kasih atas pengamatan Anda yang cukup baik atas jawaban saya. Mohon maaf jika terkesan ada ambiguitas, namun sebenarnya maksud saya adalah menyatakan bahwa walaupun pada dasarnya meditasi dengan menggunakan mantra itu baik (sepanjang matra tersebut ber-citra Kristiani, sebagaimana diajarkan oleh Fr. John Main dan Rm. Yohanes Indrakusuma O. Carm), namun jika tidak dilaksanakan sesuai dengan prinsip doa Kristiani, maka meditasi tersebut, dapat menyimpang dari tujuan doa menurut ajaran iman Katolik, dan dapat pula membuka kemungkinan adanya manifestasi gangguan yang bersifat rohani, sebagaimana yang ditanyakan oleh RK. (Saya sudah merevisi sedikit jawaban saya kepada RK tersebut, semoga sekarang… Read more »
bu Inggrid,
Jika memang meditasi ala Fr. John Main berbahaya terhadap keimanan kita, apakah hal tsb juga diketahui dalam hirarki Gereja katolik?
Yang kedua,banyak penerbit buku Katolik mencetak buku Fr. John Main, jika buku tersebut tidak ditarik akan menimbulkan banyak penyimpangan dalam prakteknya. Kira-kira apa yang sudah dilakukan oleh KWI?
Demikian, mohon tanggapannya.
Damai Kristus
Shalom Yosafat, Meditasi ala Fr. John Main (dengan menggunakan pengulangan mantra Kristiani) yang dilakukan di dalam koridor iman Kristiani tidaklah berbahaya terhadap keimanan kita. Namun harus diakui bahwa dewasa ini terdapat kecenderungan penyimpangan, dengan masuknya banyak istilahdan paham non-Kristiani sehubungan dengan metoda meditasi tersebut. Nah, hal kecenderungan penyimpangannya inilah yang perlu diwaspadai, dan pihak kepausan dalam hal ini CDF (Kongregasi Doktrin Iman) telah mengeluarkan panduannya. Silakan membaca langsung dokumen tersebut, di link ini, silakan klik; atau ulasan tentang dokumen tersebut di situs ini, silakan klik. Sedangkan tentang mengapa Christian Meditation (CM ala Fr. John Main) dan Centering Prayer (CP ala… Read more »
Bu Inggrid mau nanya: bolehkah melakukan meditasi doa Yesus tanpa pendamping yang berpengalaman?
[dari katolisitas: Tidak menjadi masalah untuk melakukan doa Yesus secara pribadi.]
dear , katolisitas saya ingin menanyakan mengenai meditasi katolik , – saya pernah mengikuti meditasi katolik yang diadakan oleh gereja , 1. kami peserta di beri pengetahuan tentang cara masuk dalam keheningan , yaitu dengan membuka cakra – cakra manusia , kalau tidak salah dari aliran tertentu yang saya lupa namanya 2. setelah itu kita berdoa secara katolik , dan mulai mengambil posisi duduk yang relax dan mulai mengambil nafas teratur dari hidung dan dimasukan ke ulu hati dan ditekan terus sampai kepusar , dan di teruskan sampai ke cakra dibawah , (maaf ) , diantara dubur dan kelamin ,… Read more »
Shalom Yongky, Sepanjang pengetahuan saya tidak ada dokumen Gereja ataupun tradisi Katolik yang mengajarkan meditasi dengan membuka cakra ataupun menutup cakra. Maka memang memperihatinkan jika sampai ada meditasi semacam itu dilakukan oleh paroki/ diperbolehkan untuk dilakukan di kompleks gedung gereja Katolik. Anda benar, bahwa meditasi Katolik yang benar hanya memfokuskan diri kepada Pribadi Yesus [dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus]. Maka doa Yesus ataupun pengulangan suatu ayat dalam Kitab Suci dapat dilakukan untuk maksud itu. Sedangkan hal energi ataupun cakra tidak berasal dari tradisi Katolik. Ajaran yang mengatakan bahwa roh bisa meninggalkan badan pada saat meditasi, juga bukan… Read more »
Selamat pagi, bapak-ibu yang diberkati Tuhan. Sebelumnya, saya mengucapkan terimakasih atas web ini. Sungguh! Sungguh sangat berguna dalam perjalanan iman saya. Saya pribadi semakin mencintai ajaran katolik dan sangat terdorong menekuni ajaran katolik karena web ini. Semoga kita semakin menyerupai Yesus. Dalam kesempatan ini, saya ingin bertanya mengenai: – metode meditasi yang saya temukan dalam kumpulan artikel di alamat web ini: http://gerejastanna.org/category/renungan/meditasi/ Apakah Meditasi Mengenal Diri yang dibahas di sana sesuai dengan ajaran katolik? Karena sepemahaman saya, yang saya baca di kumpulan artikel di sana, sepertinya mirip dengan meditasi zen. – apakah pengalaman kontemplasi Bernadette Roberts sesuai dengan ajaran katolik?… Read more »
Shalom Tommy Gunawan, Terus terang, saya tidak mendalami mengenai meditasi ala Bernadette Roberts, sehingga kemungkinan jawaban saya tidak memuaskan anda. Tetapi dari sekilas yang saya baca tentang kutipan- kutipannya, saya juga mempunyai kesan bahwa meditasi -kontemplasi yang diajarkannya memang tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang saya ketahui diajarkan oleh para mistik Katolik, seperti St. Teresa Avila dan St. John the Cross (Yohanes Salib), terutama karena Bernadette Roberts mengklaim bahwa akhir dari kontemplasinya itu seolah satu langkah lebih maju daripada yang diajarkan oleh baik St. Teresa maupun St. Yohanes Salib. Berbeda dari para kudus yang memulai langkah spiritual dari tahap purgative… Read more »
Syalom bu Inggrid… dikatakan menurut Bapa Paus Benediktus XVI (sewaktu kardinal Ratzinger) tentang ajaran Pater Anthony de Mello sbb: “Especially in his early writings, Father de Mello, while revealing the influence of Buddhist and Taoist spiritual currents, remained within the lines of Christian spirituality. In these books, he treats the different kinds of prayer: petition, intercession and praise, as well as contemplation of the mysteries of the life of Christ, etc. But already in certain passages in these early works and to a greater degree in his later publications, one notices a progressive distancing from the essential contents of the… Read more »
Shalom Yosafat, Saya juga sudah membaca tulisan-tulisan R. Anthony de Mello, memang ada banyak yang baik. Tetapi jika kita terus membaca karya-karyanya, lama kelamaan secara implisit kita dapat menangkap, seolah-olah pencerahan itu dapat diperoleh sendiri secara pribadi dalam keheningan, dan bukan melalui Kristus. Saya tidak ingat secara persis di judul yang mana, karena saya membaca buku- bukunya dua puluhan tahun yang lalu. Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) pernah secara khusus menulis komentar tentang karya R. Mello, pada tahun 1998,yang ada di link http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/rc_con_cfaith_doc_19980624_demello_en.html Kardinal Ratzinger mengatakan bahwa di awal karyanya R. Mello memang masih setia dengan pengajaran Katolik, tapi… Read more »
Terima kasih atas tanggapannya Bu Inggrid.
Jadi saya menarik kesimpulan, untuk buku-buku yg sudah ada imprimatur & nihil obstat [dari Katolisitas: imprimatur dan nihil obstat adalah filter pertama, setidaknya secara umum buku tersebut tidak membahayakan/ bertentangan dengan ajaran iman Katolik. Namun selanjutnya, silakan terus melihat kaitannya/ hubungannya dengan ajaran iman yang sudah jelas disampaikan oleh Magisterium Gereja Katolik] saya tidak akan ragu akan kebenarannya bahwa apa yang ditulis sudah sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Sedangkan untuk buku-buku yang diterbitkan tanpa hal tersebut walaupun ditulis oleh biarawan/ biarawati maupun religius Katolik saya akan lebih berhati-hati dalam membacanya.
Berkah Dalem,
Yosafat
syallom bu Iggrid, saya baru bergabung dgn meditasi di gereja saya yg dibimbing oleh seorang suster, ada beberapa yg ingin saya tanyakan bu 1. mantra maranatha apa kah diucapkan dgn bersuara(sampai ke telinga kita) atau cukup diucapkan di batin saja ? 2. waktu pertama kali ikut, malamnya saya buang buang air sampai 4 kai bu ( tapi saya tidak lemas, tidak seperti orang diare krn salah makan atau krn virus), apa memang di meditasi ada proses detoks bu? 3. saat meditasi tubuh saya seperti bergoyang kesamping dan kebelakang,apa memang bisa seperti itu bu? padahal sy hanya duduk rileks dan tegap… Read more »
Shalom Dewi, 1. Apakah Maranatha itu diucapkan atau diulang di dalam hati saja? Menurut pengetahuan saya, tujuan meditasi adalah untuk masuk dalam keheningan bersama Allah, maka jika pada intinya kata- kata doa yang diulang tersebut diucapkan di dalam hati. Namun bisa terjadi, ada kelompok meditasi yang mengucapkan bersama- sama kata- kata doa itu pada awalnya. Tetapi saya rasa pada akhirnya karena tujuannya keheningan, maka ada saatnya di mana pengulangan itu berhenti, untuk dilanjutkan sendiri dalam keheningan bersama Allah. 2. Meditasi adalah proses detoks? Meditasi Katolik yang dilakukan dalam suasana doa pada dasarnya adalah salah satu bentuk doa kepada Tuhan. Maka… Read more »
Yth : Stefanus Tay & Inggrid Listiati Perihal meditasi yg sudah sampai di Lingkungan saya (aliran ‘x’ bukan dari Gereja Katolik) tapi sangat disosialisasikan oleh beberapa oknum senior Lingkungan dengan alasan untuk penyembuhan. Bahkan salah satu seksi di gereja memanggil masternya dari Philipina yang notabene beragama Katolik ? Tetapi yang aneh Ajaran/Prinsip Dasarnya aliran ‘x’ itu adalah ‘hitam dan putih adalah sama/seimbang ! Terus saya bertanya, klo atas dasar pengajaran seperti itu dapat berarti Tuhan Yesus dan Raja Setan itu seimbang dong ? Sepengetahuan saya itu,sudah bertentangan dengan Injil(Sabda Tuhan) deh…dan banyak umat yang tertarik ajaran meditasi tersebut. Salam dalam… Read more »
Peri hal meditasi. Kalau dalam meditasi kita arahkan untuk mencari “keperkasaan, kekuatan”, jelas meditasi seperti tidak boleh. Tetapi kalau kita mau meditasi di mana Kitab Suci sebagai sumber inspirasi dan pegangan hidup, maka itu malah dianjurkan. Meditasi Kitab Suci yang berbasiskan “lectio divina”, yang merupakan tradisi gereja perdana, menurut saya saya sangat dianjurkan dewasa ini. Lectio divina sampai saat ini banyak dilakukan tidak hanya oleh biarawan-biarawati, tetapi juga oleh awam yang kini mulai diminati oleh umat. Jika orang mengalami krisis iman, mari kembali kepda “lectio divina”.
Tuhan berkati.
Jus S
Shalom Gendut, Kami prihatin dengan adanya banyak orang Katolik yang tertarik mengikuti meditasi non-Katolik yang mengajarkan ‘keseimbangan antara hitam (kejahatan) dan putih (kebaikan)’. Kelihatannya meditasi semacam ini adalah semacam aliran New Age yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa kekuatan baik seimbang dengan kekuatan yang jahat, apalagi mensejajarkan Kristus dengan Iblis. Hal ini sungguh tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Saya pernah menuliskan tanggapan Gereja Katolik mengenai aliran New Age ini, dalam tulisan ini (silakan klik). Jadi memang sebaiknya kita waspada terhadap aliran-aliran meditasi semacam ini. Jangan sampai, demi mengejar kesembuhan, kita tidak lagi… Read more »
Terima-kasih Ingrid atas semua keterangan yang diberikan tentang meditasi dan kontemplasi Katolik. Tolong diberitahu jika ada tulisan2 mutakhir tentang meditasi dan kontemplasi, dan sekali lagi terima-kasih.
iya mba inggrid yang di atas saya mengerti.
Yang saya permasalahan di sini bila:
1.ada praktek doa seperti halnya doa syafaat versi protestan,atau ada sautan umat pada saat pemimpin doa membawakan doa.
2.ada prakter pemimpin doa membawakan doa pada saat peserta yang lain menyanyikan lagu pujian.
dalam prakteknya 2 point di atas ada pada saat saya mengikuti sesi meditasi lingkungan,bagaimana…?
dan sebenarnya nyanyian pujian yang di bawakan sumbernya dari mana,lagu2 katolik kah atau bebas saja…?
Terimakasih.
Shalom Flavianus, 1. Doa syafaat yang ada sahutannya dapat saja dilakukan oleh umat Katolik. Itu serupa dengan bentuk Doa Umat, yang ada di setiap perayaan Ekaristi, yang disambut dengan “Kami mohon, kabulkanlah doa kami ya, Tuhan”. Jadi dalam doa meditasi lingkungan, jika sahutan doa itu diganti kata-katanya, tidak apa-apa. 2. Pemimpin membawakan doa, saat peserta lain menyanyikan pujian juga tidak apa-apa. Umumnya pada doa meditasi, peserta bersenandung, atau ada permainan alat musik, sementara pemimpin meditasi memimpin doa/ mengarahkan umat untuk berdoa. 3. Selama lagu- lagu yang dipilih sesuai dengan iman Katolik dan mendukung suasana doa, maka silakan saja lagu-lagu itu… Read more »
Bu Ingrid, Bagaimana ajaran katolik mengenai pemahaman meditasi dan kontemplasi, dan bagaimana pula perbedaannya karena akhir-akhir ini kita mengenal meditasi Kristiani dari Fr John Main OSB, seorang rahib Benedictin? Menurut Guigo (the ladder of monk), meditasi merupakan upaya memahami atau merenungkan karunia Allah sedangkan kontemplasi merupakan upaya merasakan indahnya karunia tersebut. Definisi lain mengatakan bahwa meditasi yang berasal dari kata meditare (“stare in medio”) berarti “berada di pusat,” sedangkan kontemplasi berarti bersama Allah di dalam hati kita. Saya juga ingin bertanya tentang posisi manusia terhadap Allah menurut ajaran Katolik. Apakah manusia berhadapan dengan Allah seperti seorang hamba yang bertelut di… Read more »
meditasi Kristiani dari Fr John Main OSB,urutannya seperti apa..?
Shalom Flavianus, Demikian yang diajarkan oleh Fr. John Main OSB: Duduklah dengan tegak dan tetap, selama 20-30 menit. Tutuplah mata, dan katakanlah sebuah frasa kata, yang bisa diambil dari ayat Kitab Suci, dan ulangi terus. Katakan terus ayat tersebut, dengarkan suara anda sendiri saat anda mengatakannya. Jangan pikirkan apapun. Jika terjadi pelanturan/ pikiran melayang, kembalilah ke perkataan ayat itu. Dengan demikian, lama- kelamaan anda meninggalkan segala sesuatu: Anda tidak lagi berkata-kata kepada Tuhan, tetapi duduk di hadirat Tuhan, bersama Tuhan, dan membiarkan hadirat-Nya memenuhi hati anda, dan mengubah diri anda. Fr. Main menyarankan, yang dipakai adalah ayat, “Maranatha” yaitu kata… Read more »
Hanya itu…?
Kalau ada penambahan di luar itu bagaimana,adakah hukum Gereja yang mendukung cara yang beliau utarakan ini…?
Apakah ada keterikatan yang mesti di ikuti dalam uraian meditasi itu..?
Bagaimana kedudukan cara yang di ungkapkan oleh Fr John Main ini di mata Gereja?
Terimakasih.
Shalom Flavianus, Hukum Gereja tidak mengatur urusan yang berhubungan dengan doa. Apakah yang anda maksud dengan “keterikatan” yang musti diikuti dalam meditasi? Sebab meditasi itu sebenarnya sangat sederhana, yang lebih sulit untuk para pemula dan umat kebanyakan adalah untuk menenangkan diri dan pikiran, untuk berfokus pada Tuhan/ ayat Kitab suci yang dijadikan rhema itu. Cara meditasi dengan merenungkan ayat Kitab Suci tentu diperbolehkan oleh Gereja. Cara yang diajarkan oleh Fr. Main sebenarnya bukan hal yang baru, dan meditasi ini juga sudah lama dipraktekkan oleh para orang kudus, secara khusus adalah St. Teresa dari Avila dan St. Yohanes Salib di abad… Read more »
Maksudnya begini mba ingrid, Adakah acuan yang jelas dalam pelaksanaan meditasi ini,karena yang pernah aku dengar ada penambahan doa atau pujian yang justru menjadi melenceng dari pengertian meditasi Katolik. Misal dalam satu meditasi ada tambahan cara2 doa protestan. Dan aku melihat dari katekismus bahwa Gereja pun mengatur bagaimana harusnya kita ber meditasi,KHK 2707-2708: 2707 Metode-metode meditasi sangat beragam seperti halnya guru-guru rohani. Seorang Kristen harus bermeditasi secara teratur. Kalau tidak, ia akan menyerupai jalan atau tanah yang berbatu-batu atau yang penuh dengan duri-duri, sebagaimana dikatakan dalam perumpamaan penabur . Tetapi satu metode hanyalah merupakan satu penuntun; yang terpenting ialah maju… Read more »
Shalom Flavianus, Setahu saya cara meditasi Fr. Main ini sangat sederhana, seperti yang juga dituliskan di website ini, silakan klik. Maka kalau diikuti cara yang diajarkannya, saya pikir tidak ada yang menyimpang. Silakan anda sebutkan kiranya apakah yang anda pikir menyimpang, karena kalau hanya mengulang- ulang suatu ayat Kitab Suci itu tidak apa-apa. Katekismus 2707 sendiri menyebutkan bahwa metoda meditasi itu sangat beragam, tergantung yang mengajarkannya. Maka tidak heran, dari cara meditasi Fr. Main ini lalu dapat dikembangkan dengan tambahan lagu- lagu pujian. Jika anda tertarik dengan meditasi dengan merenungkan Kitab Suci “Lectio Divina” (yang disebut dalam KGK 2708), saya… Read more »
aku sudah baca-baca lectio divina dana Fr Main ini,yang aku permasalahkan gini loh mba inggrid: 1.Penambahan-penambahan yang mungkin saja terjadi pada saat sesi meditasi atau kontemplasi,adakah acuannya..? 2.Jika dalam pelaksanaannya mencampur aduk kan dengan praktek-praktek non katolik itu bagaimana..? aku bertanya seperti ini karena kebetulan aku baru saja mengikuti satu sesi meditasi dan di dalamnya ada rangkaian yang terdapat unsur protestannya(setidaknya aku tidak pernah melihat cara ini di dalam kebiasaan doa katolik),misal: 1.Saat pemimpin doa membawakan doa permohonan ada ucapan-ucapan yang keluar dari mulut peserta seperti menyahut atau mengimbangi ucapan dari si pemimpin doa. 2.Saat peserta bernyanyi,si pemimpin doa membawakan… Read more »
Shalom Flavianus, 1. Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada acuan yang pasti tentang apa yang anda sebut sebagai “penambahan- penambahan” meditasi ini. 2. Anda bertanya akan penambahan sebagai berikut: a. Saat pemimpin doa membawakan doa permohonan ada ucapan-ucapan yang keluar dari mulut peserta seperti menyahut atau mengimbangi ucapan dari si pemimpin doa. Sebenarnya prinsip sahut- menyahut ini sudah lama ada di Gereja Katolik, walaupun tidak sama persis. Di tradisi Gereja Katolik doa sahut menyahut terdapat di doa umat di Misa Kudus, pada saat umat menyambut dengan “kabulkanlah doa kami, ya Tuhan”, atau misalnya dalam doa rosario dan doa litani. Di situ… Read more »